Anda di halaman 1dari 34

Sudirman Sultan

Loretha Sanda
fa ata n TS L
a an Pem a n
Penata us a h
Tujuan Pembelajaran (T=6,
P=10)
Menerapkan Pengendalian Pemanfaatan TSL

Indikator Hasil Belajar


Melakukan Penatausahaan Pemanfaatan TSL
Dilindungi

Menganalisis Penatusahaan Pemanfataan TSL


Tidak Dilindungi
Pemanfaatan TSL (PP 8 Tahun
1999)
Pengkajian,
Penelitian dan 1 5 Peragaan
Pengembangan.

Penangkaran 2 6 Pertukaran

Perburan 3 7 Budidaya Tanaman


Obat-Obatan

Perdagangan 4 8 Pemeliharaan untuk


Kesenangan

indonesianwildlife Indonesian Wildlife Indonesianwildlife


Akses Terhadap SDG Spesies
Liar
Penelitian Taksonomi,
4 Bioprospeksi
identifikasi dan 1
distribusi spesies

Penelitian
untuk konservasi Spesies 2 5 Pengembangan Teknologi
Liar

Penelitian Forensik untuk 3 6 Kegiatan Lain untuk


Pembuktian Kejahatan memperoleh keuntungan
terhadap Hidupan Liar secara finansial

PermenLHK P.2/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2018
indonesianwildlife Indonesian Wildlife ttg Akses pada SDG Spesies Liar & Pembagian Keuntungan atas Pemanfaatannya.
Indonesianwildlife
Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan
 Obyek : TSL dilindungi dan Tidak dilindungi (Pasal 4 ayat 1)
 Berdasarkan Izin Menteri (Pasal 4 ayat 2)
 Hasil kajian dilaporkan ke Pemerintah (Pasal 5 ayat 1)
 Pemerintah menetapkan lembaga yg akan bertugas (Pasal 5 ayat 2)
 Riset oleh WNA : Harus Rekomendasi dari Otoritas Keilmuan (Pasal
6 ayat 2)
 Otoritas Keilmuan : LIPI (Pasal 65)
 Tata cara pengkajian dan laporan hasil pengkajian diatur dalam
aturan Turunan (Pasal 4 ayat 3)
Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan
 Tergolong pemanfaatan non-komersial.
 Dapat dilakukan oleh : perorangan, koperasi, lembaga
konservasi, lembaga penelitian, Perguruan tinggi, LSM.
 Jika jenis yg dimohonkan kuotanya habis, Kepala Balai
wajib berkonsultasi dengan Dirjen.
 Izin untuk TSL Dilindungi diterbitkan Menteri,
 Izin untuk TSL tidak di lindungi diterbitkan Kepala Balai.

Kepmenhut 447/2003
Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan
 Tidak tersedia ketentuan sebagai dasar pertimbangan bagi Menteri
untuk mengambil keputusan pemberian izin
 PP no 8 Tahun 1999 hanya mengatur perizinan TSL Dilindungi.
 TSL yg tidak dilindungipun tetap harus memiliki izin dari Pemerintah
(Kepala Balai) – Kepmenhut 447/2003
 Minimnya norma dalam aturan turunan, menyebabkan mekanisme
Administrasi terlalu kaku.
 Birokrasi dianggap tidak fleksibel terhadap kepentingan penelitian yg
dilakukan oleh atau dgn Kerjasama lembaga pemerintah itu sendiri.

USAID, 2017. Kajian Kerangka Hukum Pemanfaatan TSL, PP No. 8 Tahun 1999
Penangkaran
 Upaya perbanyakan melalui pengembangbiakan atau pembesaran
TSL dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya

Macam Penangkaran
 Captive Breeding : pengembangbiakan satwa dalam Lingkungan
terkontrol
 Rearing/Rancing : pembesaran anakan dari telur/ anakan dari habitat
alam.
 Artificial Profagation : perbanyakan tumbuhan secara buatan
 Transplantation : budidaya koral

Kepmenhut 447/2003
Kategori Izin Penangkaran
 Dirjen KSDAE : TSL dilindungi dan masuk CITES
 Kepala Balai KSDAE : TSL Tidak dilindungi dan masuk CITES.
 Kepala Dinas Kehutanan Provinsi : TSL Tidak dilindungi dan tidak
masuk CITES.

Tujuan Penangkaran
 Mendapatkan specimen TSL dalam Jumlah, mutu, kemurnian jenis
dan keanekaragaman genetic terjamin
 Mendapatkan kepastian secara administrative maupun secara fisik
bahwa hasilnya benar berasal dari kegiatan penangkaran

Kepmenhut 447/2003
Permohonan Izin Penangkaran (Perorangan)
 Baru (Proposal penangkaran), Perpanjangan (Rencana kerja 5
tahunan), diketahui Ka Balai.
 Foto copy KTP
 Surat Keterangan Lokasi/Tempat penangkaran
 Dokumen atau bukti lain yg menerangkan legalitas asal usul induk,
benih atau bibit
 Berita acara persiapan teknis dan rekomendasi dari Kepala Balai.

P.69/2013 Revisi P.19/2005 tentang Penangkaran TSL


Permohonan Izin Penangkaran
(Koperasi, Badan Hukum dan Lembaga Konservasi)
 Baru (Proposal penangkaran), Perpanjangan (Rencana kerja 5
tahunan), diketahui Ka Balai.
 Akta Notaris Perusahaan (Jenis usaha terkait TSL)
 Surat Izin Tempat Usaha (SITU) atau Surat Keterangan
Lokasi/Tempat penangkaran
 Dokumen atau bukti lain yg menerangkan legalitas asal usul induk,
benih atau bibit
 Berita acara persiapan teknis dan rekomendasi dari Kepala Balai.

P.69/2013 Revisi P.19/2005 tentang Penangkaran TSL


Prosedur Izin Penangkaran
 Permohonan izin melalui setdijen KSDAE ke Dirjen KSDAE
 Penelaahan Aspek teknis & Administrasi (Dir KKH)
 Dir KKH membuat telaahan teknis menyampaikan ke Dirjen melalui
Setditjen (diterima/ditolak)
 Diterima (Telaahan Hukum dan SK), Ditolak (Surat Penolakan)
 Dirjen KSDAE menolak atau menandatangani SK Izin penangkaran.

P.69/2013 Revisi P.19/2005 tentang Penangkaran TSL


Perburuan Satwa
Aturan Perburuan :
• PP No 13 Tahun 1994 tentang Perburuan Satwa Buru
• Permenhut No. P.69/Menhut-II/2014 tentang Penetapan
Musim Berburu Satwa Buru
• Permenhut No. P.70/Menhut-II/2014 tentang Perubahan
Permenhut No. P.19/Menhut-II/2010 tentang
Penggolongan dan Tata Cara Penetapan Jumlah Satwa
Buru.
• Permenhut No. P.79/Menhut-II/2014 tentang Pemasukan
Satwa Liar ke Taman Buru dan Kebun Buru.
• Berburu : menangkap dan atau membunuh satwa buru,
termasuk mengambil, atau memindahkan telur-telur
dan/atau sarang satwa buru
• Satwa Buru : jenis satwa liar tertentu yg ditetapkan dapat
diburu.
Satwa Buru
• Satwa liar yg tidak dilindungi
• Penggolongan : Burung, Satwa Kecil dan
Satwa Besar
• Penentuan Jumlah berdasarkan populasi
dan laju pertumbuhan
• Di Taman Buru dan Kebun Buru dapat
dimasukkan satwa liar yg berasal dari
wilayah lain untuk dimanfaatkan sebagai
satwa buru.

PP No. 13 Tahun 1994 tentang Perburuan Satwa


Penggolongan

Permenhut P.70/Menhut-II/2014
Penentuan Jumlah
• Jumlah ditetapkan berdasarkan keadaan
populasi dan laju pertumbuhan populasi
• Dilakukan inventarisasi atau pemantauan
secara regular
• Inventarisasi : jenis, Jumlah, perbandingan
jenis kelamin, musim kawin, musim
beranak atau bertelur, umur, produktifitas
reproduksi, penyebaran satwa.
• Pemantauan secara regular : menetapkan
Jumlah satwa buru untuk jenis-jenis yang
telah ada data awalnya.
Permenhut P.19/Menhut-II/2010 tentang Penggolongan dan Tata Cara Penetapan Jumlah Satwa Buru
Syarat Pemasukan Satwa Liar
Ke Taman Buru dan Kebun Buru
• Kondisi sehat, mampu beradaptasi dengan baik,
dan tidak menyebabkan penularan
penyakit/virus.
• Tidak mengakibatkan polusi genetic
• Memantapkan ekosistem dengan
memperhatikan daya dukung habitat dan
populasi.
• Mengutamakan jenis satwa endemik yg pernah
ada atau masih ada di sekitar Taman buru
• Mengutamakan jenis satwa yg pernah ada atau
masih ada di sekitar kebun buru

Permenhut P.79/Menhut-II/2010 tentang Pemasukan Satwa Liar ke Taman Buru dan Kebun Buru
Tempat dan Musim Berburu
• Tempat : Taman Buru, Areal Buru dan Kebun Buru
• Pertimbangan penetapan musim berburu :
 Keadaan populasi dan jenis satwa buru
 Di luar musim kawin/breeding
 Di luar musim bertelur / beranak
 Di luar musim menyusui/membesarkan anak
 Perbandingan jantan betina
 Umur satwa buru
• Musim berburu ditetapkan berdasarkan kuota
satwa buru.
• Kuota satwa buru : hasil inventarisasi dan
pengamatan regular satwa buru.

Permenhut P.69/Menhut-II/2010 tentang Penetapan Musim Buru Satwa Buru


Perdagangan
Kuota
Penetapan Kuota
pengambilan/penangkapan
TSL didasarkan pada Prinsip
kehati-hatian
(precautionary principle)
dan dasar-dasar ilmiah
untuk mencegah terjadinya
kerusakan atau degradasi
populasi (non-detriment
finding)
Perdagangan
Perizinan
Perdagangan jenis TSL
dilakukan oleh BH dan
mendapat izin pemerintah.
1. BKSDA : menerbitkan
izin mengambil /
menangkap TSL dan
pengedar TSL DN.
2. Ditjen KSDAE :
menerbitkan izin
pengedar TSL LN.
Prosedur Izin Perdagangan
• Permohonan ke Kepala Balai
dengan tembusan Kepala Seksi
Wilayah
• SIUP
• SITU
• Proposal (Baru), Rencana Kerja
Tahunan (Perpanjangan)
• Memuat nama jenis, Jumlah,
ukuran dan wilayah
• BAP Persiapan Teknis
• Rekomendasi Kepala Seksi Wilayah
MEKANISME PENGENDALIAN
PERDAGANGAN TSL
- OLEH DIRJEN PHKA
REKOM LIPI - BERLAKU 1 TAHUN TAKWIM
- DATA & PENETAPAN - JENIS YG TIDAK DILINDUNGI
INFORMASI KUOTA (APPENDIKS & NON APP.)
ILMIAH - JENIS DILINDUNGI YG TLH
DITETAPKAN SBG SATWA
BURU
- PEMANFAATAN DN & LN
BBKSDA/BKSDA
PENETAPAN
LOKASI DAN
PENERBITAN IZIN
TANGKAP

SATS-DN SATS-LN/CITES PERMIT


(SURAT ANGKUT TUMB.& SATWA
(SURAT ANGKUT TUMB.& SATWA
LUAR NEGERI)
DLM NEGERI) ATAU
- DITRBTKAN OLEH
FORM-C/REKOM EKSPOR
- DITRBTKAN OLEH KA BKSDA DIRJEN / PEJABAT YG
DITUNJUK
Peragaan
• Berupa koleksi hidup atau koleksi mati termasuk bagian-
bagiannya serta hasil daripadanya
• Dilakukan oleh Lembaga Konservasi dan lembaga
lembaga pendidikan formal.

Tata cara dan Prosedur


• Permohonan diajukan kepada Kepala BKSDA (jenis tidak
dilindungi)
• Balai menelaah, dapat menyetujui/ menolak dalam 7 hari
• Permohonan diajukan kepada Menhut (jenis dilindungi)
• Menhut dapat menerima/ menolak berdasarkan rekom Dirjen
Permohonan Izin Peragaan ke Luar Negeri
Persyaratan
• Copy MOU antara kedua lembaga konservasi
• Proposal kegiatan
• Rekomendasi dilengkapi berita acara pemeriksaan
mengenai asal usul TSL dilindungi beserta
sarana/peralatan pendukungnya dari Kepala Balai KSDA.
• sertifikat atau penandaan tumbuhan dan satwa liar
dilindungi
• surat keterangan kesehatan satwa dari instansi yang
berwenang
• copy izin lembaga konservasi.

Permenhut P.40/Menhut-II/2012 tentang Peragaan Jenis TSL DIlindungi


Tata cara dan Prosedur
• Permohonan diajukan kepada Menteri untuk jenis dilindungi dan
Kepala BKSDA untuk jenis tidak dilindungi tembusan Kepala Seksi
Wilayah
• Dilengkapi dengan : Akte, SIUP, SITU, Proposal, nama jenis, jumlah,
ukuran dan wilayah, BAP, rekom Kepala Seksi
• Balai menelaah, dapat menyetujui/ menolak dalam 14 hari, Menhut
menerima atau menolak berdasarkan rekom Dirjen
• Proposal berisi : data perusahaan, organisasi, asal-usul,teknis
pengumpulan, pengangkutan, sarpras dan program pembinaan
konservasi
• Pertimbangan teknis berisi : kelayakan usaha, kelayakan produksi,
kelayakan bio-ekologi dan pemahaman aspek konservasi
• Berlaku selama 3 tahun (dapat diperpanjang)
• Ketentuan lebih lanjut diatur Dirjen KSDAE
Pertukaran
• Pertukaran jenis TSL dilindungi yang bersumber dan sudah
dipelihara di lembaga konservasi dalam negeri dan lembaga yg
mempunyai nilai konservasi jenis yang seimbang.
• Tujuan : untuk mempertahankan atau meningkatkan populasi
jenis secara ex-situ, menambah keanekaragaman jenis koleksi,
penelitian dan ilmu pengetahuan, dan/atau penyelamatan jenis
yang bersangkutan.
• Wajib : Satwa dengan Satwa dan Tumbuhan dengan Tumbuhan
• Jenis TSL sudah dipelihara atau merupakan spesimen koleksi
Lembaga Konservasi.

Permenhut P.39/Menhut-II/2012 tentang Pertukaran Jenis TSL Dilindungi


Budidaya Tanaman Obat-
Obatan
• Izin diterbitkan Menteri untuk specimen dari habitat
alam
• Izin diterbitkan Kepala Balai untuk specimen hasil
perbanyakan tumbuhan
• Permohonan disampaikan ke Menteri atau Kepala Balai
• Kelengkapan : Akta Pendirian, SIUP, SITU,
Proposal/Rencana Kerja Lima tahunan, memuat nama
jenis, Jumlah, ukuran dan wilayah, BAP persiapan
teknis, Rekomendasi Kepala Seksi Wilayah.
• Menteri/Kepala Balai dapat menerima/ menolak
Pemeliharaan Satwa untuk Kesenangan
• Jenis tidak dilindungi
• Permohonan diajukan kepada Kepala
BKSDA
• Kepala BKSDA menelaah dan dapat
menolak atau menyetujui
• Diterbitkan Kepala BKSDA
Akses Terhadap
SDG Spesies Liar

Semua materi genetik


dan/atau informasi genetik
dan/atau informasi kimia dari
tumbuhan, binatang, jasad
renik, atau asal lain termasuk
derivatifnya yang
mengandung unit-unit
fungsional pewarisan sifat
yang mempunyai nilai nyata
dan/atau potensial.
Akses Pemanfaatan SDG Spesies Liar
• Bioprospeksi
• Aplikasi Industri
Komersial • Pengembangan teknologi
• dll
• Penelitian
Non- •

Taksonomi
Identifikasi
Komersial •

Judicial
dll
Dalam Negeri
•Lembaga pemerintah;
•Perguruan tinggi;
•Lembaga atau organisasi yang berbadan
hukum;
PEMOHON •Perorangan
AKSES
SDG Luar Negeri / Asing
•Lembaga pemerintah;
•Perguruan tinggi;
•Lembaga atau organisasi yang berbadan
hukum;
•Perorangan

wajib bekerjasama dengan lembaga/organisasi


berbadan hukum Indonesia.
TATA CARA MEMPEROLEH IZIN AKSES SDG
DIREKTUR PEMOHON
DILINDUNGI
DALAM NEGERI
JENDERAL KSDAE
Non PEMOHON
ASING
Komersial TIDAK
DILINDUNGI PEMOHON
ASING

KEPALA UPT TIDAK PEMOHON


JENDERAL KSDAE DILINDUNGI DALAM NEGERI

DIREKTUR SPESIES DILINDUNGI PEMOHON


Komersial JENDERAL KSDAE DAN TIDAK DALAM NEGERI
DILINDUNGI DAN ASING

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.02/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2018


Tentang akses pada sumber daya genetik spesies liar dan pembagian keuntungan
atas pemanfaatannya
JENIS GENETIK

PERMENLHK NOMOR:
SK. MENHUT.
P.2/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/201
NO. 447/KPTS-II/2003
8
• Izin : tidak dilindungi oleh Ka • Izin : tidak dilindungi oleh Ka
Balai, dilindungi oleh Balai, dilindungi oleh Dirjen
Menteri • Membedakan pemohon asing
• Tidak membedakan dengan dalam negeri
pemohon asing dengan • Ada pembagian keuntungan
dalam negeri • Mewajibkan membuat PADIA dan
• Tidak ada pembagian Kesepakatan Bersama untuk
keuntungan pemohon asing dan/atau komersil
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai