Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL

PENANGKARAN RUSA BINAAN DI DAERAH

DOSEN PENGAMPUH : Dr. nicolaus Noywuli, S.Pt., M.Si

NAMA : MARIA L RUNU

PRODI : PETERNAKAN A

MK : EKOLOGI HEWAN

SEKOLAH TINGGI PERTANIAN FLORES BAJAWA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan penyertaan-Nya penulis
dapat menyelesaikan penulisan proposal yang berjudul ‘’PENANGKARAN RUSA BINAAN
DI DAERAH’’ dengan baik dan tepat waktu.

Proposal ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Hewan. Selain itu proposal ini
bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagaimana penangkaran rusa binaaan bagi penulis
dan juga para pembaca semua. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampuh
yang telah memberikan tugas ini. Ucapan terima kasih juga disampaiakan kepada semua pihak
yang telah membantu dalam proses penyelesaian penulisan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun dari pembaca semua sangat penulis harapkan demi kesempurnaan proposal ini.

Bajawa 23 Juni 2023

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Rusa merupakan salah satu sumber daya genetik yang ada di Indonesia. Awalnya rusa
merupakan satwa liar tetapi saat ini pemerintah telah menetapkan rusa sebagai hewan liar
yang dapat didomestikasi melalui SK Menteri Pertanian No. 362/KPTS/TN/12/V/1990 pada
tanggal 20 Mei 1990. Rusa merupakan salah satu satwa liar yang banyak memberikan
manfaat bagi manusia, canggah/valetnya dapat dijadikan obat, kulitnya digunakan dalam
pembuatan sovenir dan sebagai hiasan dinding sedangkan tanduknya dapat digunakan
sebagai obat. Namun pemanfaatan rusa secara berlebihan dan tidak terkendali dapat
mengakibatkan penurunan populasi satwa di alam.
Oleh karena itu, untuk menanggapi persoalan tersebut pemerintah membuat peraturan
pemanfaatan rusa yang dilakukan berdasarkan PP No. 8 Tahun 1999 tanggal 27 Januari
1999 tentang pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar dalam bentuk pengkajian,
penelitian dan pengembanga; penangkaran; perburuan; perdagangan; peragaan;
pertukaran; dan pemeliharaan untuk kesenangan.
Penangkaran rusa merupakan salah satu kegiatan atau upaya pelestarian satwa liar yang ada
untuk melindungi mereka dari adanya kegiatan perbururan liar. Keuntungan adanya
penangkaran ini yaitu melestarikan dan menambah jumlah rusa yang ada karena tingkat
reproduksinya cukup berhasil (untuk mengurangi kepunahan). Rusa yang ada dalam kandang
juga terhindar dari predator atau hewan buas yang ada di alam. Penyakit dan faktor
kepunahan pun berkurang, karena sudah terpenuhinya sumber pakan yang ada, tempat
bernaung yang cukup luas dengan jumlah rusa yang disesuaikan dan segala aktivitas rusa
selalu diawasi oleh penjaga. Penangkaran rusa juga merupakan upaya perbanyakan melalui
pengembangbiakan dan pembesaran di luar habitat alami (ex-situ) dengan tetap
mempertahankan kemurnian jenisnya.
1.2. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Ruang lingkup penelitian merupakan bingkai penelitian, yang menggambarkan batasan penelitian
dan mempersempit permasalahan. Batasan ruang lingkup dalam proposal ini adalah pembahasan
mengenai penangkaran rusa binaan di daerah.

1.3. PERUMUSAN MASALAH

1. Mengapa masyarakat perlu melakukan kegiatan penangkaran rusa

2. Bagaimana proses penangkaran rusa binaan

3. Apa saja kebijakan pemerintah Indonesia dalam melindungi satwa liar dan kebijakan dalam
proses penangkarannya.

1.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1.4.1. Tujuan

1. untuk mengetahui alasan masyarakat melakukan kegiatan penangkaran rusa

2. untuk mengetahui bagaimana proses penangkaran rusa

1.4.2. Manfaat

1. Bagi penulis

Mampu menambah pengetahuan dan pengalaman secara langsung mengenai penangkaran rusa
binaan

2. bagi kalangan masyarakat

Berperan sebagai referensi atau sumber informasi bagi masyarakat yang berhubungan dengan
penangkaran rusa binaan.
BAB 2

TELAAH PUSTAKA

2.1. TUJUAN MASYARAKAT MELAKUKAN KEGIATAN PENANGKARAN RUSA

Rusa merupakan hewan pemamah biak (ruminan). Satwa yang masih tergolong liar ini cukup
produktif karena dapat berproduksi setiap tahun serta mempunyai tingkat produksi yang tinggi.
Hewan yang terkenal dengan tanduknya yang bercabang-cabang ini juga memiliki potensi nilai
ekonomi atau komersial yang cukup menjanjikan karena rusa dapat dimanfaatkan untuk berbagai
macam tujuan. Diantaranya, sebagai penghasil daging, kulit dan tanduk, tanduk muda (velvet)
yang sudah dikeringkan dengan harga serat permintaan yang semakin tinggi, dan sebagainya.
Disamping itu, persentase dan berat karkas hewan yang sangat terkenal dengan larinya yang
kencang ini, juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan satwa-satwa yang lain pada umumnya.

Satwa rusa dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam peningkatan pendapatan,
khususnya masyarakat sekitar hutan. Caranya, melalui pengembangan penangkaran atau
budidaya, karena produk ysng dihasilkan rusa semuanya memiliki nilai ekonomi dan permintaan
pasar yang kuat. Selain itu, rusa juga mempunyai nilai estetika yang spesifik karena tanduknya
bercabang-cabang sehingga dapat dijadikan satwa peliharaan untuk kesenangan maupun sebagai
satwa pajangan dalam taman.

Populasi rusa cenderung mengalami penurunan di habitatnya. Hal ini dikarenakan masih
terjadinya perburuan liar. Agar tidak punah dan sekaligus mengembangbiakan rusa secara
optimal dan berkelanjutan maka perlu dilakukan penangkaran.

2.2. PROSES ATAU CARA PENANGKARAN RUSA

Penangkaran rusa dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu skala kecil dan skala besar. Untuk
skala kecil, dengan menggunakan beberapa model kandang, seperti kandang kambing. Cara ini
cocok untuk masyarakat yang lahannya terbatas. Sedangkan untuk penangkaran skala besar dapat
dilakukan dengan sistem ranch, yaitu rusa dilepas pada area terbuka yang dipagari sekelilingnya.
Pada sistem ini, luas area minimal 1 ha dengan jumlah rusa sekurang-kurangnya 10 individu.
Dalam pembangunan penangkaran yang perlu diperhatikan komponen seperti kandang, pakan,
air dan naungan dengan penataan yang baik.

Seperti usaha peternakan yang lainnya, pemeliharaan rusa harus dengan tata laksana yang baik.
Tata laksana ini, selain tergantung dari jenis ternak yang dipelihara, juga dipengaruhi oleh
tingkah laku hewan yang dipelihara. Rusa mempunyai tingkah laku spesifik dan berbeda dengan
ternak ruminansia lainnya sehingga akan mempengaruhi sistem pemeliharaannya. Untuk itu,
perlu teknologi penanganan yang khusus.

Hal yang utama dalam penangkaran adalah bibit yang baik. Bibit dapat diperoleh dari beberapa
sumber, antara lain hasil penangkaran, hasil sitaan, penyerahan masyarakat dan lembaga
konservasi. Sumber bibit harus memenuhi syarat legalitas. Semua rusa yang akan dijadikan bibit,
sejak dalam penangkaran harus terlebih dahulu mendapatkan pengesahan dari Balai KESDA.
Peraturan ini berlaku untuk semua calon bibit, sehingga yang berasal dari penangkaran harus
dilengkapi dokumen-dokumen yang mendukung keabsahan asal bibit rusa tersebut. Untuk
kemudahan dalam pengembangan selanjutnya, bibit disarankan sudah berstatus anak yang
dihasilkan dalam penangkaran dari perkawinan yang kedua dan seterusnya

Bibit rusa yang baik harus memenuhi beberapa kriteri, yaitu:

 Memiliki prilaku yang tenang


 Tingkat pertumbuhan paling tinggi selepas sapih
 Mempunyai konversi pakan terhadap pembentukan jaringan otot yang paling kecil
 Pejantan memiliki fase pertumbuhan ranggah keras yang cepat dengan bentuk ranggah
yang kokoh
 Postur jantan tegap dengan area pedagingan sangat jelas terlihat di daerah paha
2.3. KEBIJAKAN PEMERINTAH

Rusa merupakan salah satu jenis satwa liar yang dilindungi di Indonesia. Berikut beberapa
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia tentang perlindungan satwa liar dan
aturan penangkarannya, antara lain :

 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor 7 Tahun 1999 tentang pengawetan
jenis tumbuhan dan satwa
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor 8 Tahun 1999 tentang
pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar
 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.19/Menhut-11/2005 tentang penengkaran
tumbuhan dan satwa liar
 Peratura Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa yang
dilindungi

Melalui peraturan perundang-undangan di atas pemerintah menetapkan jenis-jenis tumbuhan dan


satwa yang termasuk dalam kelompok tumbuhan dan satwa yang dilindungi. Selain itu, dalam
peraturan perundang-undangan tersebut, pemerintah telah mengatur pemanfaatan dan pelestarian,
termasuk penangkaran terhadap tumbuhan dan satwa liar yang termasuk dalam daftar yang
dilindungi. Adanya peraturan-peraturan ini,salah satunya adalah dilatar belakangi oleh status
keberadaan tumbuhan dan satwa yang termasuk dalam daftar tumbuhan dan satwa yang
dilindungi.
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada proposal ini adalah penelitian deskriptif. Cara
penelitiannya menggunakan pendekatan kualitatif sehingga didapatkan data yang hasilnya berupa
rangkaian kata dan kalimat. Pada proposal ini pendekatan kualitatif yang dimaksud adalah
menggunakan data-data yang diambil dari penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan
dengan penangkaran rusa binaan.

3.2.Jenis dan sumber data

Data merupakan faktor penting dalam setiap penelitian. Oleh karena itu dalam proposal ini
menggunakan berbagai jenis data salah satunya adalah melalui data kualitatif yaitu penelitian
yang dilakukan dengan mengumpulkan berbagai jenis data dan dokumen yang diperoleh dari
sumber yang sudah adasalah satunya adalah data yang diambil dari jurnal-jurnal terpercaya yang
berkaitan dengan penangkaran rusa binaan.

3.3. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah metode atau alat yang dipakai untuk mengukur dan mengumpulkan
data pada proses penelitian. Pada proposal penelitian ini adalah membuat rumusan masalah
kemudian mencari data yang sesuai. Maka dari itu, instrumen yang dibutuhkan adalah hp
android.
DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H.S.(2002). Pengelolaan Satwa Liar. Bogor : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor.

STUDI KELAYAKAN PENANGKARAN RUSA JAWA (Rusa timorensis de Blainville,


1882)DI TAHURA WAN ABDUL RACHMAN, LAMPUNG

Laporan penangkaran rusa timor (rusa timorensis) oleh Universitas PGRI Ronggolawe Tuban

Anda mungkin juga menyukai