Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH ILMU TINGKAH LAKU HEWAN

PERILAKU MAKAN ORANGUTAN

Disusun Oleh :

Anggoro Sih Umi Sa’adah

16/393855/KH/08848

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.Atas berkat limpahan dan
rahmat-Nya Saya mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah Ilmu Tingkah Laku Hewan mengenai Tingkah Laku Unik Orangutan. Makalah ini
disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Tingkah laku yang unik dari
orangutan. Makalah ini di susun oleh saya dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang
dari diri Saya maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Semoga makalah
ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada
pembaca khususnya para mahasiswa Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada. Saya
sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kepada dosen saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa
yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Yogyakarta, 23 Mei 2017

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Orangutan merupakan primata yang keberadaannya hampir punah. Konservasi orang


utan subjenis Pongo Pygmaeus krusial dilakukan, mengingat jumlah orang utan ini hanya
tinggal 2000 ekor saja, dan hanya ada di Kalimantan dan Serawak. Penyusutan dan kerusakan
kawasan hutan dataran rendah yang merupakan habitat orangutan saat ini telah mencapai titik
kritis. Kerusakan hutan akibat perambahan hutan menjadi perkebunan dan pemukiman,
kebakaran hutan, dan maraknya perburuan liar menyebabkan populasi orangutan semakin
menurun. Kondisi yang sangat memprihatinkan tersebut telah menempatkan orangutan
kedalam kategori kritis/sangat terancam punah (IUCN, 2007 dalam Dephut, 2007).

Perbedaan kondisi habitat akan berdampak buruk terhadap kehidupan satwa. Kurang atau
buruknya kualitas sumber makanan, fasilitas dan area yang tidak cukup luas yang diberikan
untuk para satwa mengakibatkan banyaknya kondisi satwa di kebun binatang yang
memprihatinkan termasuk kondisi orangutan. Kondisi seperti ini akan menimbulkan stres
bahkan kematian bagi orangutan, hal inilah yang menyebabkan perlu dilakukan penelitian
tentang perilaku harian orangutan dalam konservasi ex-situ karena perilaku merupakan salah
satu cara satwa untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana tingkah laku makan dari orangutan ?

1.3 Tujuan

Memberikan tinjauan mengenai tingkah laku makan orangutan di alam bebas.


BAB II

PEMBAHASAN

Populasi terkini diperkirakan lebih kecil dari 30.000 individu yang tersebar di dua
daerah sebaran (Sumatera dan Kalimantan). Menurut perkiraan, jumlah orangutan liar yang
terdapat di hutan Sumatera hanya sekitar 6.500 – 7.500 individu saja. Dan orangutan liar
yang terdapat di Kalimantan sekitar 12.000 – 13.000 individu. Ini merupakan pengurangan
dari jumlah yang ada pada 10 tahun yang lalu (30% – 50% terjadi pengurangan jumlah).

Dalam dekade 20 tahun ini, menurut IUCN pada tahun 1993 sekitar 80% habitat
mereka telah hilang atau musnah. Dan IUCN memperhitungkan bila keadaan ini dibiarkan,
maka dalam 10 – 20 tahun ke depan orangutan akan punah. Sehingga IUCN mengkategorikan
orangutan sebagai critically endangered species atau sebagai satwa yang terancam punah.

Selain itu ancaman juga datang dari kegiatan perburuan hewan, baik itu untuk
diperdagangkan sebagai binatang peliharaan atau untuk dimakan dagingnya.
Untuk mendapatkan seekor bayi orangutan, maka harus membunuh induknya, dan jika bayi
tersebut masih selamat jatuh dari atas pohon, maka bayi tersebut diambil oleh pemburu gelap.

Hasil penelitian Harrison (2009) di Sebangau, Kalimantan Tengah menunjukkan


perbedaan perilaku makan orang utan jantan dan betina dewasa, disebabkan oleh perbedaan
aktivitas harian yang dilakukan. Perbedaan tersebut menurut Knott (1998) disebabkan karena
orang utan jantan dewasa memerlukan energi yang lebih banyak daripada betina dewasa.
Konsumsi kalori saat buah melimpah dari orang utan jantan dewasa adalah 8422 kkal/hari
dan 7404 kkal/hari untuk betina dewasa. Saat buah langka, orang utan jantan dewasa
mengonsumsi 3824 kkal/hari dan 1793 kkal/hari untuk betina dewasa.

Konsumsi makanan dengan energi yang besar dari orang utan


jantan digunakan dalam menjelajah dan mempertahankan daerah teritori, sedangkan
orang utan betina dewasa mengonsumsi makanan dengan kualitas lebih tinggi
digunakan untuk kebutuhan pada waktu hamil, menyusui dan merawat anak.

Menurut Kuncoro, dkk yang meneliti perilaku Orangutan di Hutan Lindung


Pegunungan Meratus, Orangutan rata-rata aktif mulai pukul 06.25 dan mulai tidur pada pukul
18.21. Orangutan menggunakan 84%-92% perilaku hariannya untuk melakukan perilaku
pergerakan, perilaku istirahat dan perilaku makan. Perilaku makan yang tinggi sepanjang
hari, dan agak menurun pada siang hari karena meningkatnya perilaku istirahat.

Pada penelitian ini Orangutan jantan melakukan lebih banyak perilaku pergerakan,
perilaku istirahat dan perilaku makan daripada Orangutan betina. Sedangkan Orangutan
betina lebih banyak melakukan perilaku sosial daripada Orangutan jantan. Kemungkinan hal
ini terjadi karena Orangutan jantan perilaku makannya lebih banyak, sehingga perlu perilaku
pergerakan banyak dan akibatnya perilaku sosialnya kurang.

Menurut Rijksen (1978) bahwa perilaku pergerakan pada Orangutan yang berhubungan
dengan perilaku makannya kemungkinan besar memang dipengaruhi
jenis kelamin. Sedangkan Rodman dan Mitani (1987) mengatakan bahwa ada hubungan
antara ukuran tubuh antara Orangutan jantan dengan Orangutan betina terhadap perilaku
pergerakan dan perilaku makannya.
Orangutan tergolong Omnivora. Orangutan memakan hampir sebagian besar jenis
buah-buahan yang terdapat di dalam hutan (60% makanan orangutan adalah buah-buahan,
seperti : rambutan, mangga, durian, manggis, duku, dan sebagainya). Selain buah-buahan
sebagai makanan pokok, sumber makanan lainnya adalah daun-daunan, kulit kayu, tunas
muda, bunga-bungaan, serta beberapa jenis serangga seperti rayap dan semut pohon.
Berdasarkan pengamatan orangutan juga dapat memakan daging. Biasanya mereka memakan
daging siamang atau monyet yang telah mati.

Untuk mendapatkan air, mereka melubangi bagian batang pepohonan yang berguna
untuk manampung air hujan dan meminumnya dengan cara menghirup dari pergelangan
tangannya. Orangutan juga mengambil makanan yang berupa mineral dari dalam tanah,
namun dalam jumlah yang sangat sedikit.
DAFTAR PUSTAKA

Dephut. 2007. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia 2007-2017. Direktorat
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan.

Harrison, M.E. 2009. Orangutan fedding behaviour in Sabangau, Central Kalimantan.


Disertation. University of Cambridge, Massachusetts: x + 424 hlm.

Meididit, A. 2009. Respon orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii) terhadap fluktuasi


ketersediaan buah: Aktivitas harian, komposisi pakan dan keberadaan keton
dalam urin. Tesis. Program Studi Pascasarjana Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok: xi + 60 hlm.

Knott, C.D. 1999. Reproductive, physiological and behavioral responses of


orangutans in Borneo to fluctuations in food availability. Thesis. Harvard
University, Cambridge, Massachusetts: x + 355 hlm.

Anda mungkin juga menyukai