Penyebab Konflik 1. Terjadinya perubahan 2. Adanya keberagaman 3. Pergeseran menuju pemberdayaan (Struktur Organisasi) 4. Psikologis manusia 5. Komunikasi 6. Hubungan Pribadi 7. Kondlik yang disengaja Jenis-Jenis Konflik 1. Konflik dalam diri pribadi (individu). 2. Konflik antar individu. 3. Konflik antara individu dan kelompok. 4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama. 5. Konflik antar organisasi Prinsip penyelesaian Konflik dalam Alkitab Pertengkaran pasti akan terjadi namun beberapa bagian dari Alkitab memberi kita petunjuk tentang bagaimana menyelesaikan konflik yang timbul dalam jemaat. 1. Matius 18:15-20 1. Apa yang menjadi dasar konflik dalam bagian ini? 2. Bagaimana Menyelesaikan konflik disini? Apa yang diajarkan Kristus dalam menghadapi konflik:
1. Menegur dengan kasih.
Jika seseorang bersalah kepada kita, kita perlu mendatanginya.
Meskipun ada orang kristiani yang berkata bahwa cara ini tidak akan berhasil, tetapi biasanya dapat menyelesaikan masalah. Pertemuan muka dengan muka, dalam sikap yang rendah hati dan penuh kasih, akan membuat banyak orang berdosa bertobat dan mengakui dosanya. Dengan demikian, percikan bunga api tidak akan menjadi api neraka. Apa yang diajarkan Kristus dalam menghadapi konflik:
2. Bawalah satu atau dua orang saksi.
Jika pertemuan muka dengan muka tidak berhasil, Kristus berkata
supaya Anda mendatangi orang berdosa dengan dua atau tiga orang percaya yang dihormati oleh jemaat. Ada baiknya bila membawa serta pemimpin kaum awam yang telah berpengalaman menolong banyak orang. Kehadiran orang-orang saleh sering kali membuahkan pertobatan dan pengampunan, juga mengakhiri persoalan. Apa yang diajarkan Kristus dalam menghadapi konflik:
3. Bawalah kepada jemaat.
Jika dua langkah pertama dalam Matius 18 ini tidak berhasil
menyelesaikan masalah, langkah ketiga harus diambil. Karena masalah ini tidak terselesaikan, para pemimpin gereja atau persekutuan harus bertindak. Mungkin mereka harus memaksa jemaat mengeluarkan si pendosa dari keanggotaan gereja atau persekutuan. Akan tetapi, mereka harus selalu berusaha dengan rendah hati menerimanya kembali dalam persekutuan. 2. Kisah Para Rasul 6:1-7 1. Bagian ini menceritakan apa? 2. Apa akibat yang ditimbulkan? Bagaimana Para Rasul menyelesaikan konflik? 1. Mereka menghadapi masalah itu. Ketika para rasul mendengar bahwa orang Yahudi yang berbahasa Yunani mengeluh, mereka segera bertindak. Mereka tidak menyembunyikan masalah ini di bawah bantal dan berharap akan selesai sendiri. Mereka juga tidak membela diri, atau melihatnya sebagai kegagalan dalam kepemimpinan mereka. Sebaliknya, mereka mengumpulkan jemaat sehingga setiap orang tahu apa yang terjadi. Dan mereka tidak melindungi kepentingan mereka sendiri. Bagaimana Para Rasul menyelesaikan konflik? 2. Mereka bertindak. Para rasul menawarkan pemecahan ini: "Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman." ( Kisah Para Rasul 6:3-4) Para rasul melihat dengan jelas bahwa mereka harus memberi prioritas pada doa dan firman. Mereka menyimpulkan bahwa tanggung jawab menyalurkan makanan harus ditangani oleh orang-orang kristiani yang dapat dipercaya. Dan mereka melibatkan jemaat dengan meminta mereka memilih tujuh orang yang akan menangani peyalanan ini. Bagaimana Para Rasul menyelesaikan konflik? 3. Mereka menunjukkan kepercayaan. Jemaat yang mengikuti para rasul, mengambil langkah berikutnya dengan memilih tujuh orang dari kelompok minoritas untuk mengatur tugas harian. Kita mengetahui hal ini karena setiap orang yang terpilih mempunyai nama Yunani. Kaum Aram yang mayoritas bisa saja berkata, "Lihat, kami telah menunjuk lima orang dari kelompok kami. Silakan kalian utus dua orang dari kelompok kalian." Meski hal ini mungkin dapat diterima, tetapi belum tampak adanya perhatian dan kepercayaan yang membangun kebersamaan. Ketika mereka melihat tindakan yang penuh kasih dan kepercayaan itu, kelompok orang percaya berbahasa Yunani yang minoritas itu tidak lagi mempertahankan pertengkaran, sebaliknya menyelesaikan konflik dan mengasihi saudara-saudara seimannya. 3. Kisah Para Rasul 15:1-29 1. Menyusun strategi. Sekelompok jemaat Yahudi mengunjungi gereja di Antiokhia. Ketika berada di sana, mereka memberi tahu jemaat bahwa mereka harus disunat agar diselamatkan. Paulus dan Barnabas yang baru kembali dari perjalanan misi, mendebat orang-orang Yahudi legalis ini. Akan tetapi, mereka yang mempertahankan tradisi sunat itu, tidak mau berubah. Sebenarnya Paulus dapat menggunakan otoritasnya sebagai rasul, juga kemampuan berbicara dan berdebatnya untuk membujuk kelompok mayoritas itu. Namun, ia menyadari bahwa akibat dari tindakan ini hanya akan mempertajam konflik yang ada. Oleh karena itu, ia dan Barnabas, serta beberapa pemimpin di gereja Antiokhia, mengirim delegasi ke Yerusalem. Para pemimpin gereja akan mendiskusikan hubungan antara orang-orang percaya Yunani dengan hukum Musa, dan akhirnya dari situ mereka bisa memberikan nasihat. 3. Kisah Para Rasul 15:1-29 2. Ingat kembali apa yang Anda tahu. Yang pertama kali mengangkat permasalahan ini dalam pertemuan tersebut adalah para legalis. Ketika mereka selesai berbicara, Petrus berdiri dan menceritakan bagaimana Allah telah memakainya untuk membawa orang-orang Yunani ke gereja agar mereka diperlakukan sama seperti orang Yahudi. Kemudian Barnabas dan Paulus juga berbicara, menceritakan apa yang telah Allah lakukan di antara orang-orang Yunani. Melalui mukjizat, tanda, dan keajaiban, Tuhan menunjukkan kepada mereka bahwa Dia menerima orang-orang Yunani sebagai kepunyaan-Nya juga, walaupun mereka tak pernah mendengar apalagi melakukan hukum Musa. Yakobus kemudian mengutip perikop-perikop kunci dalam Perjanjian Lama yang menunjukkan bahwa segala sesuatu yang dikatakan para rasul sesuai dengan firman Allah. 3. Kisah Para Rasul 15:1-29 3. Tegas, tetapi luwes. Kemudian Yakobus membuat pernyataan untuk mengakhiri pertikaian itu. Ia memerintahkan orang percaya Yahudi untuk berhenti memaksakan sunat kepada orang-orang Yunani yang bertobat. Pernyataannya tegas, dan berdasarkan pada kebenaran Alkitab. Namun, ia juga mencoba melihat masalah ini dari sudut pandang kaum Yahudi. Ia menyadari bahwa praktik penyembahan berhala orang Yunani melukai hati banyak orang Yahudi. Oleh karena itu, untuk menjaga petobat baru dari serangan saudara- saudara mereka yang berkebangsaan Yahudi, ia memberi tahu mereka agar "menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah" ( Kisah Para Rasul 15:20). Hasilnya, konflik teratasi. Orang Yahudi diminta untuk berhenti memaksakan sunat kepada orang Yunani sebagai persyaratan memperoleh keselamatan. Sebagai timbal baliknya, orang Yunani diminta berhenti melukai hati orang-orang Yahudi dengan praktik penyembahan berhala. Dan, akhirnya kedua belah pihak setuju. Konflik dalam hal doktrin ini diselesaikan dan persetujuan yang penuh kasih tercapai. Landasan Alkitab tentang penyelesaian konflik 1. Tawarkan perdamaian (Imamat 9:7; Ulangan 20:10).
2. Ada mediator yang bersedia mendamaikan (Matius 5:9; 1 Timotius 3:2-3).
3. Kita harus berinisiatif untuk berdamai dengan pihak lain (Matius 5:23-25; Lukas 12:57-58).
4. Agar tidak terjadi konflik, masing-masing pihak harus mengendalikan diri.