Anda di halaman 1dari 9

Nama : Shinta Listaningsih Parhusip

Nim : 5672919

Semester : IV ( EMPAT )

Tugas : Sejarah Gereja Makalah Akhir Semester Akhir ( Anabaptis )

Dosen : Pdt.Yakobus Kristiyono,M,Pd,M.Th

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kata Anabaptis sebenarnya berasal dari bahasa Yunani, ana dan baptizo yang
berarti: membaptiskan kembali. Kata ini dipergunakan untuk menunjukan pada
berbagai kelompok Kristen di Eropa Daratan. Mereka menekankan baptisan orang
percaya (dewasa). Nama ini merupakan nama sindiran yang diberikan kepada
mereka oleh lawan-lawannya, karena mereka menolak baptisan anak sebagai
baptisan yang benar. Mereka membaptiskan kembali anak yang telah dibaptis
pada waktu kecil apabila telah menjadi dewasa. Itulah sebabnya mereka disebut
Anabaptis.
DAFTAR ISI

RUMUSAN MASALAH
A.apa Reformasi ( Anabaptis ) itu ? 1
B. Bagaimana asal –mula ikatan Gereja di Negara ?2
C. Bagaimana Kelompok Anabatis dan Pengakuan iman Schleteimen ( 1527) ?
3
D. Mengapa Kaum Anabaptis Dianiaya ? 4
E. Tujuan Penulis ......................................................................................................5

F. Metode Pneulisan ................................................................................................6


BAB II

PEMBAHASAN

1.2. Reformasi Radikal (Anabaptis)

Istilah “Anabaptis” mempunyai asal-usulnya pada Zwingli (kata “anabaptis” secara


harfiah berarti ‘orang-orang yang dibaptis kembali’ dan ini merujuk pada aspek
yang paling khas dari kebiasaan orang-orang Anabaptis yaitu pendirian yang
kokoh bahwa hanya orang yang telah melakukan pengakuan iman pribadi di
hadapan umum yang boleh dibaptis). Anabaptis rupanya pertama kali muncul di
sekitar Zurich, yakni setelah reformasi Zwingli di dalam kota itu pada awal dekade
1520-an.

Anabaptis mencakup beberapa kelompok, yang bermula di Swiss lalu menyebar


ke Jerman dan Belanda. Semuanya menganut faham, bahwa orang harus beriman
dan bertobat dulu, baru sesudahnya boleh dibaptis sebagai orang dewasa. Maka
banyak orang dibaptis lagi setelah “bertobat” dan mengubah kehidupan secara
radikal. Mereka menolak perang, sumpah, hukuman mati dan tidak bersedia
menjadi pegawai negera. Kitab Sucilah norma seluruh kehidupan. Gerakan
Anabaptis sangat berwarna kebatinan. Balthasar Hubmaier (1528 dibakar hidup-
hidup) menulis: ‘Aku percaya bahwa Roh Kudus sudah datang padaku, dan
kekuatan Allah yang Mahatinggi sudah menaungi aku sama seperti Maria, agar
aku mengandung manusia baru. Maka, dalam Sabda yang hidup dan tak
terhancurkan dan dalam Roh, aku harus lahir kembali dan akan melihat Kerajaan
Allah.’ Hans Denc (1495-1527) berbicara tentang ‘suara dalam batin’ yang
memberikan kepastian: ‘Suara hatiku, kutahu pasti bahwa ia membawa
kebenaran dan mengatakan, bahwa Tuhan berbudi dan murah hati. Suara itu
berbicara secara jelas dalam setiap hati yang baik dan dapat dimengerti. Dan
semakin terang ia beicara dalam hati seseorang, semakin baik orang itu.’ Mereka
yang mendengarkannya mengalami persatuan mistik. Kaum anabaptis ditentang
oleh para pangeran Katolik maupun Protestan. Salah satu aliran pernah berhasil
menguasai kota Munster (Jerman Utara) dan untuk setahun lamanya (1534/5)
mendirikan ‘Kerajaan Abadi’, yang lebih bejat dalam masyarakat sebelumnya.
Untuk mempercepat kedatangan kembali Kristus, mereka memaksakan
pembaptisan kembali orang dewasa, pemilikan bersama segala barang,
penghapusan undang-undang, dan poligami, lalu mengusir atau membunuh
warga-warga kota yang tidak mau tunduk. Akhirnya, mereka dikalahkan dan
dihukum mati secara mengerikan. Di Belanda dan Belgia pun mereka dikejar dan
akhirnya menghilang. Tetapi, dari kalangan mereka banyak yang bergabung
dengan umat Menonit di Belanda, yang kemudian hari mempengaruhi berdirinya
Gereja Baptis di Ingris.

1.3. Asal-Mula Ikatan Gereja-Negara

Gerekan Anabaptis merupakan bagian dari rekasi menentang ikatan-ikatan khusus


antara Gereja dan Negara. Ikatan ini terjadi melaui pertobatan besar-besaran
selama zaman Konstantinus dan Clovis, dan melalui pengkristenan orang-orang
barbar yang kafir selama abad-abad pertengahan. Kebanyakan warga negara
merasa bahwa mereka adalah anggota Gereja. Keanggotaan semacam ini telah
membawa masuk banyak hal duniawi ke dalam Gereja.

Keanggotaan dalam gereja-gereja Protestan juga menyebabkan pertobatan rakyat


dalam jumlah yang sangat besar. Keputusan-keputusan dewan kota atau para
pangeran untuk ikut serta dalam gerekan reformasi telah membawa kota dan
negara ke dalam gereja-gereja Protestan sebagai suatu kesatuan. Karena
kebanyakan warga negara adalah juga anggota Gereja, maka ikatan antara Gereja
dan Negara menjadi sangat kuat. Perubahan-perubahan uang sangat besar dalam
hal penyatuan ini telah menimbulkan banyak dukacita bagi gereja-gereja
Protestan. Segi-segi lahiriah dalam upacara Katolik mudah diubah, tetapi
kehidupan pribadi dari banyak orang belum tersentuh. Sebagai pernyataan
penyesalan karena hidup yang tidak benar, banyak anggota gereja menggunakan
dokrin-dokrin keselamtan oleh iman saja tanpa disertai perbuatan-perbuatan
baik. Pada tahun-tahun terakhir kehidupannya, Luther meratapi moralitas yang
rendah dari sejumlah besar masyarakat yang beralih ke Gereja Protestan.

Sebagaimana Gereja Katolik dalam banyak hal telah gagal mengkristenkan oran-
orang kafir, demikian pula Luther dan Zwingli telah gagal dalam sebagian usaha
mereka untuk meperbarui Gereja. Salah satu dari ajaran-ajaran khas Anabaptis
timbul dari reaksi mereka terhadap hubungan Negara-Gereja. Mereka
menekankan bahwa keanggotaan di dalam gereja terbatas hanya bagi orang yang
mengikat diri secara sadar kepada Kristus. Mereka menolak keanggotaan Gereja
yang diperoleh dengan mudah melalui Negara.

1.4. Kelompok Anabaptis dan Pengakuan Iman Schleitheim (1527)

Para reformator megisterial yaitu yang bekerja sama dengan penguasa-penguasa


duniawi membarui ajaran gereja, tetapi banyak juga yang mereka biarkan.
Khususnya mereka setuju dengan pandangan Katolik dari Abad Pertengahan
bahwa negara Kristen ideal adalah di mana semua warganya dibaptis sebagai
anggota satu gereja dengan satu pengakuan iman. Ini tentunya mempunyai
implikasi bahwa yang tidak setuju akan dipaksa. Idealisme ini dipertanyakan oleh
orang-orang yang merasa bahwa Reformasi Protestan belum cukup radikal.
Mereka adalah kelompok Anabaptis. Kedua pandangan kemudian menimbulkan
konflik terbuka di Zurich. Pada awal pembaruan, Zwingli berjuang bahu-membahu
dengan kelompok radikal yang anggotanya antara lain: Conrad Grebel, Filex Manz
dan lain-lain. Mereka mempertahankan front bersama sampai 1523. Tetapi
persoalan gereja negara dan baptisan anak menyebabkan perpecahan. Rupanya
Zwingli juga menentang baptisan anak untuk beberapa waktu, tetapi ia beraih
pendapat waktu sadar bahwa baptisan anak perlu diadakan untuk
mempertahankan gereja negara. Sikap radikal menentang baptisan anak makin
mengeras dan sesudah 1525, setelah perdebatan umum dengan Zwingli, mereka
mulai membaptis (ulang) pengikut-pengikutnya. Dewan kota menjawab dengan
mengusir semua mereka yang sudah dibaptis ulang dan tahun berikutnya
hukuman mati deberlakukan untuk pembaptisan ulang. Pada bulan Januari 1527
Felix Manz dihukum mati dengan ditenggelamkan.

Baptisan anak adalah pokok perselisihan yang nyata, tetapi sebenarnya ada
persoalan-persoalan yang lebih mendasar. Para Anabaptis menentang gereja
negara yang dipaksakan kepada semua orang. Bagi mereka imam Kristen itu
bebas dan dianut atas kemauan sendiri, bukan dipaksakan. Gereja adalah
persekutuan sukarela dari muris-murid yang terikat oleh satu tujuan. Para
reformator sadar bahwa tidak semua warga adalah Kristen sejati, tetapi mereka
melihat sebagai orang terpilih ialah sekelompok orang di dalam gereja negara itu.
Jumlahnya dan siapa orangnya tidak diketahui dengan pasti. Para Anabaptis tidak
setuju. Mereka berpendapat bahwa gereja itu seharusnya hanya terdiri dari
orang-orang yang percaya sesungguhnya, murisd-murid yang terikat pada tujuan
bersama. Gereja yang sebenarnya bukanlah sekelompok orang terpilih di dalam
lingkungan gereja negara, yang merangkum segala macam orang Kristen. Gereja
yang sungguh adalah sekelompok murid-murid yang nyata, yang sudah
memisahkan diri dari dunia (termasuk gereja negara). Kemurnianya harus dijaga
dengan menolak orang berdosa yang tidak mau bertobat. Semua anggota gereja
adalah orang Kristen yang terikat dan terlibat secara aktif dalam penyebaran iman
mereka. Ideal gereja dari kelompok Anabaptis tidak diterima pada abad ke-16.
Tetapi dengan berkembangnya masyarakat sekuler dan menurunnya Kekristenan
nominal, yaitu hanya yang namanya saja Kristen, maka timbullah kontras yang
lebih tajam di masyarakat Barat modern antara orang Kristen aktif dan bukan
Kristen. Kini semua gereja terpaksa oleh keadaan harus menerima sekurang-
kurangnya sebagian dari konsep Anabaptis mengenai gereja.

Para Anabaptis awal sedikit sekali kesempatan untuk menulis. Kebanyakan


mereka hanya bisa bertahan beberapa tahun dan dalam pelarian. Pernyataan
imam Anabaptis awal yang terpenting dan berwibawa adalah Pengakuan Iman
Schleitheim. Sejumlah pemimpin Anabaptis bertemu pada bulan Februari 1527 di
Schleitheim, tidak jauh dari Schaffhausen, Swis. Mereka mengeluarkan tujuh pasal
pernyataan iman. Agaknya Michael Sattler adalah pengarang utamanya. Ia adalah
bekas wakil kepala biara yang pernah bermukim di Zurich dan Strasburg (tempat
ia berdiskusi dengan Bucer dan Capito). Pada bulan Mei 1527 ia ditangkap oleh
penguasa-penguasa Katolik-Roma dan dibakar didekat Tubingen. Beberapa hari
kemudian istrinya ditenggelamkan.

Ketujuh pasal tersebut bukanlah pernyataan iman yang luas dan lengkap, tetapi
mencakupi pokok-pokok perselisihan utama antara pihak Anabaptis dan pihak
Reformasi serta pokok-pokok yang tadiya merupakan bahwan perselisihan antara
para Anabaptis sendiri.

1. Baptisan bukan untuk anak-anak, tetapi bagi mereka yang secara sadar
memilih jadi Kristen.

2. Orang percaya yang sudah dibaptis tetapi berbuat dosa lagi dan tidak mau
mengoreksi diri akan dikucilkan dari persekutuan.

3. Upacara memcahkan roti adalah perjamuan persekutuan untuk


memperingati Yesus Kristus dan hanya murid yang sudah dibaptis boleh
berpartisipasi.

4. Orang percaya harus memisahkan diri dari dunia yang jahat ini, termasuk
dari gereja-gereja negara Katolik-Roma maupun Protestan.

5. Gembala-gembala dipilih dari antara laki-laki yang nama juga baik di dunia
ini. Gaji mereka harus dijamin oleh kawannya.

6. Pedang (jabatan pemerintah) diperintahkan oleh Allah untuk dipakai oleh


pejabat duniawi untuk menghukum orang jahat. Di gereja satu-satunya senjata
yang dipakai adalah ekskomunikasi. Yesus Kristus melarang penggunaan
kekerasan, oleh sebab itu orang Kristen tidak dapat menerima menjadi pejabat.

7. Bagi orang Kristen bersumpah itu salah.


1.5. Kaum Anabaptis Dianiya

Karena pandangan-pandangan mereka yang bersifat dokrinal, politis dan sosial,


maka kaum Anabaptis sangat menjengkelkan baik bagi kalangan Katolik maupun
bagi kalangan Lutheran. Bagi kalangan Katolik, baptisan anak sangatlah penting
sehingga jika ada bayi yang akan meninggal dan tidak ada imam di situ, maka
mereka meminta dengan tegas pada siapa saja supaya datang untuk
menyelenggarakan upacara. Penolakan untuk membaptis anak kecil dan
pembaptisan ulang orang dewasa adalah suatu yang keterlaluan dan sangat
dicela. Kaum Anabaptis menolak hal kerja sama antara Gereja dan Negara, dan
kecenderungan-kecenderungan sosialistis yang ada pada diri mereka membuat
mereka dicurigai. Pada umumnya, mereka dianggap sebagai sekte yang
revolusioner dan berbahaya bagi masyarakat. Kalangan Katolik mempersalahkan
hal ini sebagai akibat ajaran-ajaran Luther. Itulah yang membuat kaum Lutheran
membenci kaum Anabaptis. Segera terjadi penganiayaan yang keras terhadap
kaum Anabaptis oleh kaum Zwinglian, Lutheran, Calvinis, kecuali kaum Katolik.
Mereka dipernjarakan, didenda, ditenggelamkan, dibakar di tiang gantungan,
disiksa, dan dianiaya dengan segala cara pada masa itu dengan alasan menolak
membayar perpuluhan, menolak menghadiri gereja, menghindar dari kelompok
Studi Alkitab dirumah-rumah pribadi, menghindar dari mendengarkan khotbah,
dan berbagai pelanggaran lain terhadap Gereja-Negara pada masa itu. Ribuan
orang dari antara mereka dihukum mati.
BAB III

PENUTUP

1.6. Kesimpulan

Kaum Anabaptis atau Gerakan Sayap Kiri mencakup beberapa kelompok,


yang bermula di Swiss lalu menyebar ke Jerman dan Belanda. Semuanya
menganut faham, bahwa orang harus beriman dan bertobat dulu, baru
sesudahnya boleh dibaptis sebagai orang dewasa. Maka banyak orang dibaptis
lagi setelah “bertobat” dan mengubah kehidupan secara radikal. Mereka menolak
perang, sumpah, hukuman mati dan tidak bersedia menjadi pegawai negera. Kitab
Sucilah norma seluruh kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai