Anda di halaman 1dari 40

KREDIT DAN

JAMINAN
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
UU ttg Perbankan (UU No. 7/1992 sbgmn telah diubah
dengan UU No. 10/1998) :

Beberapa ketentuan UUP yang berkaitan dengan Perkreditan Bank:

1. Pasal 1 ayat (11), (12), (18) & (23) ;


2. Pasal 6 huruf b & m ;
3. Pasal 7 (C) ;
4. Pasal 8 ;
5. Pasal 11 ;
6. Pasal 12 ;
7. Pasal 12 A ;
8. Pasal 29 (3), (4) ;
9. Pasal 37 (1C).
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
Pasal 1 ayat (11) :
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga ;

Pasal 1 ayat (12) :


Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil ;
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
Pasal 1 ayat (18) :
Nasabah Debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas
kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah atau
yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank
dengan nasabah yang bersangkutan ;

Pasal 1 ayat (23) :


Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan Nasabah
Debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas
kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah ;
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan
hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha,
atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan
syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi
hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip
penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang
dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau
pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa
murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan
pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari
pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina) ;
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
Pasal 6 huruf b :
Usaha Bank Umum meliputi :
b. memberikan kredit ;

Pasal 7 (c) :
Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,
Bank Umum dapat pula :
c. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi
akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan
Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya,
dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ;
dan
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
Pasal 8 :
1. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan
Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai
keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas
itikad dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah
Debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan
pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang
diperjanjikan.
2. Bank Umum wajib memiliki dan menerapkan Pedoman
Perkreditan dan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip
Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia.;
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
Pasal 11 :
1 Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai Batas
Maksimum Pemberian Kredit atau Pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian jaminan,
penempatan investasi surat berharga, atau hal lain yang
serupa, yang dapat dilakukan oleh bank kepada peminjam
atau sekelompok peminjam yang terkait, termasuk
kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang
sama dengan bank yang bersangkutan.
2 Batas maksimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
tidak boleh melebihi 30% (tiga puluh perseratus) dari
modal bank yang sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.;
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
Pasal 11 :

3.Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai Batas Maksimum


Pemberian Kredit atau Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian
jaminan, penempatan investasi surat berharga, atau hal lain yang serupa,
yang dapat dilakukan oleh bank kepada :
► pemegang saham yang memiliki 10% (sepuluh perseratus) atau lebih dari
modal disetor bank ;
► anggota dewan komisaris ;
► anggota direksi ;
► keluarga dari pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan
huruf c ; dan
► pejabat bank lainnya ; serta
► perusahaan-perusahaan yang didalamnya terdapat kepentingan dari pihak-
pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d dan
huruf e.
4.Batas maksimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak boleh
melebihi 10% (sepuluh perseratus) dari modal bank yang sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
Pasal 11 :
4A.Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan
Prinsip Syariah, bank dilarang melampaui batas maksimum
pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syariah sebagaimana diatur dalam ayat (1), ayat (2), ayat
(3) dan ayat (4)
5. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dan ayat (3) wajib dilaporkan sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
Pasal 12 :
1. Untuk menunjang pelaksanaan program peningkatan
taraf hidup rakyat banyak melalui pemberdayaan
koperasi, usaha kecil dan menengah, Pemerintah
bersama Bank Indonesia dapat melakukan kerjasama
dengan Bank Umum.
2. Ketentuan mengenai kerjasama dengan Bank Umum
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Pemerintah.
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
Pasal 12 A :
1. Bank Umum dapat membeli sebagian atau seluruh
agunan, baik melalui pelelangan maupun di luar
pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela
oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk
menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal
Nasabah Debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada
bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut
wajib dicairkan secepatnya.
2. Ketentuan mengenai tata cara pembelian agunan dan
pencairannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
Pasal 29 :
1. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan
Prinsip Syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya,
bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan
bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan
dananya kepada bank.
2. Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan
informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko
kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang
dilakukan melalui bank.
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
Pasal 37 ayat (1c) :
1.Dalam hal suatu bank mengalami kesulitan yang
membahayakan kelangsungan usahanya, Bank
Indonesia dapat melakukan tindakan agar :
(c)bank menghapusbukukan kredit atau pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah yang macet dan
memperhitungkan kerugian bank dengan
modalnya ;
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
Five C’s of Credit (5C) :

Character ;
Capacity ;
Capital ;
Condition of Economy ;
Collateral.
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
I. PEDOMAN KEBIJAKSANAAN PERKREDITAN BANK

A. Prinsip Kehati-hatian Dalam Perkreditan


B. Organisasi dan Manajemen Kredit
C. Kebijaksanaan Persetujuan Kredit
D. Dokumentasi dan Administrasi Kredit
E. Pengawasan Kredit
F. Penyelesaian Kredit Bermasalah
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK

II. PERJANJIAN KREDIT PERBANKAN


A. Perjanjian Pada umumnya
Ps. 1320 KUHPer
1. Kesepakatan
2. kecakapan
3. Objek Tertentu
4. Kausa yang Halal
B. Perjanjian Kredit
1. Judul
2. Komparisi
3. Isi Perjanjian Kredit
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
ISI PERJANJIAN KREDIT a.l :
• Judul
• Komparisi
• Isi Perjanjian Kredit, antara lain ;
a. Mengenai fasilitas kredit & jangka waktu
b. Suku bunga kredit
c. Klausula mengenai barang agunan kredit
d. Biaya yang timbul spt provisi, commitment fee etc
e. Klausula mengenai asuransi kredit
f. Larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan oleh Debitur
g. Klausula tentang cara penarikan kredit
h. Pihak bank dapat mengakhiri perjanjian kredit setiap waktu
i. Penyelesaian kredit
j. Dan lain-lain
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
III. BEBERAPA PEMBATASAN DAN LARANGAN BERKAITAN
DENGAN PERKREDITAN

1. BMPK
2. Kredit Kepada Non-Residen
3. Kredit Untuk Jual Beli Saham
4. Kredit Untuk Setoran Marjin Deposit Transaksi Derivatif
5. Kredit Untuk Pembelian Tanah
6. Pelunasan Kredit Dengan Commercial Paper (CP)
7. Kredit Untuk Pembiayaan Yang bertentangan Dengan UU
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK

I. PEDOMAN KEBIJAKSANAAN PERKREDITAN BANK

A. Prinsip Kehati-hatian dalam Perkreditan

Kebijakan pokok perkreditan yang sehat


Tatacara penilaian kualitas kredit
Profesionalisme dan integritas pejabat kredit
Kredit kepada pihak terkait
Pemberian kredit yang perlu dihindari
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK

I. PEDOMAN KEBIJAKSANAAN PERKREDITAN BANK

B. Organisasi & Manajemen Kredit


Pengendalian intern dalam proses perkreditan
Komite Kebijaksanaan Perkreditan & Komite Kredit
Tugas & wewenang Direksi Dalam Perkreditan
Tugas & wewenang Komisaris Dalam Perkreditan
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
I. PEDOMAN KEBIJAKSANAAN PERKREDITAN BANK

C. Kebijaksanaan Persetujuan Kredit


Persetujuan Kredit mempertimbangkan konsep
hubungan total pemohon Kredit
Proses persetujuan Kredit
Permohonan Kredit
Rekomendasi persetujuan Kredit
Pemberian persetujuan Kredit
Perjanjian Kredit
Persetujuan pencairan
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
I. PEDOMAN KEBIJAKSANAAN PERKREDITAN BANK

A. Dokumentasi & Administrasi Kredit


Seluruh Kredit harus dicatat dan dibukukan secara
benar
Administrasi Kredit harus ada unsur pengendalian intern
Penetapan Pejabat dan SatKer Perkreditan
Penyusunan Statistik Perkreditan
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
I. PEDOMAN KEBIJAKSANAAN PERKREDITAN BANK

E. Pengawasan Kredit
Mengawasi pelaksanaan Kredit sesuai KPB
Mengawasi pemberian Kredit
Mengawasi penilaian kolektibilitas Kredit
Melakukan pembinaan kepada debitur
Memantau kebenaran pemberian Kredit
Memantau pengadministrasian Kredit
Memantau kecukupan PPAP
ASPEK HUKUM PERMOHONAN
KREDIT
A. DASAR HUKUM

SK DIREKSI BI NO. 271/162/KEP/DIR, YANG MENENTUKAN:


“BANK HANYA MEMBERIKAN KREDIT APABILA PERMOHONAN KREDIT
DIAJUKAN SECARA TERTULIS. HAL INI BERLAKU UNTUK KREDT
BARU, PERPANJANGAN JANGKA WAKTU, PERUBAHAN KREDIT MAUPUN
PERUBAHAN PERSYARATAN KREDIT”

B. BENTUK & ISI


BENTUKANYA : TERTULIS
ISINYA : MEMUAT INFORMASI LENGKAP

C. KEWAJIBAN BANK
1.MEMINTA PERMOHONAN KREDIT PADA CALON DEBITOR
2.MENJAMIN/MEMASTIKANKEBENARAN DATA DAN INFORMASI YANG
DISAMPAIKAN DALAM PERMOHONAN KREDIT
3.MENJAWABSECARA TERTULIS PERMOHONAN KREDIT (APAKAH
DIKABULKAN ATAU DITOLAK)
ASPEK HUKUM PERMOHONAN
KREDIT
D. SAKSI HUKUM BAGI BANK
1. MELANGGARSK DIREKSI BI (BILA MEMBERI KREDIT TANPA ADA
PERMOHONAN KREDIT SECARA TERTULIS. (PERINGATAN, DENDA)
2. MELANGGAR UU PERBANKAN PASAL 49 AYAT 2 B (PASAL SAPU JAGAT)
3. MELANGGARUU 5 TAHUN 1986 TENTANG PTUN (PASAL 3 DAN PASAL 53
BILA BANK TIDAK MEMBERI JAWABAN ATAS PERMOHONAN KREDIT DARI
CALON DEBITOR DENGAN SAKSI HUKUM ADANYA TUNUTAN DARI CALON
DEBITOR.

Pasal 3 UU PTUN pabila Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan keputusan, sedangkan hal itu
menjadi kewajibannya, maka hal tersebut disamakan dengan Keputusan Tata Usaha Negara.

Pasal 53 UU PTUN Seseorang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan
Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan yang berwenang berisi tuntutan agar
Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai
tuntutan gati rugi dan/atau rehabilitasi.
ASPEK HUKUM ANALISA
KREDIT

D. PELANGGARAN HUKUM :

1.MANIPULASI DATA & INFORMASI

2.MEMALSUKAN DATA

3.KELALAIAN DALAM ANALISA

E. SANKSI HUKUM:

1.UU PERBANKAN (PASAL SAPU JAGAT)

2.KUH PIDANA ( PASAL 263 S/D 267 KUHP/ PEMALSUAN DATA)


ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
I. PEDOMAN KEBIJAKSANAAN PERKREDITAN BANK

F. Penyelesaian Kredit Bermasalah :

Rescheduling
Reconditioning
Restructuring
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
► RESTRUKTURISASI KREDIT

► 1.1 Penurunan Suku Bunga


► 1.2 Pengurangan Tunggakan Bunga
► 1.3 Pengurangan Tunggakan Pokok
► 1.4 Perpanjangan Jangka Waktu
► 1.5 Penambahan fasilitas Kredit
► 1.6 Pengambilaalihan Agunan
► 1.7 Konversi Kredit ke Saham
► 1.8 Cessie
► 1.9 Pembebasan/ Hapus Tagih
PROSES PEMBERIAN KREDIT
. NASABAH
CALON DEBITUR
1. 2.
PENGAJUAN PEMENUHAN
PROPOSAL KELENGKAPAN
PERSYARATAN
KREDIT
7 +
.PEMBAYARAN/ 5 c’S
PELUNASAN BANK (CAB)
AO PROSEDUR
NASABAH
6. DROPPING DANA
/ PENCAIRAN 8. FILE
CABANG/ KP
(kyc)
11. TIDAK SETUJU
3. ANALISIS
5. KREDIT
PEMENUHAN SETUJU -YURIDIS
4.
PERSYARATAN -JAMINAN
PERSETUJUAN
LEGAL -FINANCIAL
KREDIT 30

FRAUD CABANG/ KP
POSSIBILITY DIREKSI
REKOMENDASI
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
II. PERJANJIAN KREDIT PERBANKAN
► Judul
► Komparisi
► Isi Perjanjian Kredit, al:

a) Mengenai fasilitas Kredit & jangka waktu


b) Suku bunga Kredit
c) Klausula mengenai barang agunan Kredit
d) Biaya yang timbul seperti provisi, commitment fee etc
e) Klausula mengenai asuransi Kredit
f) Larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan oleh Debitur
g) Klausula tentang cara penarikan Kredit
h) Pihak Bank dapat mengakhiri perjanjian Kredit setiap waktu
i) Penyelesaian Kredit
j) Dan lain-lain
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
III. BEBERAPA PEMBATASAN DAN LARANGAN BERKAITAN DENGAN
PERKREDITAN
► Batas Maksimum Pemberian Kredit
Dasar Hukum :
Pasal 11 ayat (1) UU No. 7/1992 jo UU no. 10/1998 ;
• PBI No. 7/3/PBI/2005 tgl 20 Januari 2005 tentang Batas
Maksimum Pemberian Kredit jo Peraturan Bank Indonesia
Nomor: 8/13/PbI/ 2006;

BMPK bagi satu peminjam & kelompok peminjam yang terkait


dengan bank masing-masing maksimal 10 % dari modal bank;
BMPK bagi satu peminjam yang tidak terkait dengan bank paling
tinggi 20 % dari modal bank;
BMPK bagi satu kelompok peminjam yang tidak terkait dengan
bank paling tinggi 25 % dari modal bank;
BMPK kepada BUMN untuk tujuan pembangunan & mempengaruhi
hajat hidup orang banyak paling tinggi sebesar 30 % dari modal
bank;
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
III.BEBERAPA PEMBATASAN DAN LARANGAN BERKAITAN
DENGAN PERKREDITAN
2. Kredit kepada Non-Residen
Dasar hukum :
SEBI No. SE.8/28/UPK tgl. 27 Nov 1975 jo
PBI No. 3/3/PBI/2001
Bank dilarang memberikan Kredit baik dalam rupiah
maupun dalam Valas kepada perorangan atau perusahaan
yang berstatus bukan penduduk termasuk bukan
penduduk yang telah menerima kuasa
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
III. BEBERAPA PEMBATASAN DAN LARANGAN BERKAITAN
DENGAN PERKREDITAN

3. Kredit untuk jual beli saham


Dasar hukum : SK Dir BI No. 24/32/KEP/DIR &
SEBI No. 24/1/UKU tgl 12 Agsts ’91
a.Bank dilarang memberikan Kredit untuk jual beli saham
b.Bank diperkenankan memberikan Kredit kepada perusahaan
sekuritas dengan ketentuan :
- Maksimal sebesar jumlah terkecil antara 25 % dari modal
perusahaan sekuritas atau 15 % dari modal bank
- Keseluruhan Kredit maksimal 30 % dari modal bank
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK

III. BEBERAPA PEMBATASAN DAN LARANGAN


BERKAITAN DENGAN PERKREDITAN

3.a. Kredit untuk jual beli saham

Saham yang dapat dijadikan agunan tambahan dengan


syarat :
- selama 3 bulan terakhir aktif diperdagangkan -
harga saham di atas nilai nominal
- Nilai saham yang diagunkan 50 % dari harga pasar
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
III. BEBERAPA PEMBATASAN DAN LARANGAN BERKAITAN DENGAN
PERKREDITAN

4. Kredit untuk setoran margin deposit transaksi derivatif

Dasar hukum :
SK Dir BI No. 28/119/KEP/DIR tgl. 29 Desember 1995 telah dicabut
dengan PBI No. 7/31/PBI/2005 juncto PBI No. 10/38/ PBI/2008
tentang Transaksi Derivatif
Bank dilarang memelihara posisi atas transaksi derivatif yang
dilakukan oleh nasabah group dari Bank, Direksi, Komisaris dan
pemilik Bank ;
Bank dilarang memberikan fasilitas Cerukan (Overdraft) dalam rangka
kewajiban pemenuhan margin deposit nasabah untuk keperluan
transaksi derivatif kepada nasabah.
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
III. BEBERAPA PEMBATASAN DAN LARANGAN BERKAITAN DENGAN
PERKREDITAN

5. Kredit untuk pembelian tanah

Dasar hukum :
SK Dir BI No. 30/46/KEP/DIR dan
SEBI No. 30/2/UK tgl. 7 Juli 1997

Bank dilarang memberikan Kredit kepada pengembang


(developer) untuk pembiayaan pengadaan dan atau pengolahan
tanah (dikecualikan bagi pengembang untuk tujuan
pembangunan rumah sederhana ;
Bank dapat memberikan Kredit kepada pengembang selain untuk
pengadaan dan atau pengolahan tanah sepanjang memenuhi
persyaratan.
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
III. BEBERAPA PEMBATASAN DAN LARANGAN BERKAITAN DENGAN
PERKREDITAN

6. Pelunasan Kredit dengan Commercial Paper (CP)

Dasar hukum :
SK Dir BI No. 28/52/KEP/DIR tgl. 11 Agsts 1995
Pembelian CP oleh Bank tidak dapat diperhitungkan sebagai
angsuran atau pelunasan Kredit debitur ;
Bank dilarang bertindak sebagai arranger, agen penerbit, dealer,
agen pembayaran dan pembeli dari CP yang diterbitkan oleh
pihak terkait dengan bank, debitur yang memiliki kolektibilitas
diragukan dan macet.
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
III. BEBERAPA PEMBATASAN DAN LARANGAN BERKAITAN
DENGAN PERKREDITAN

7.Kredit untuk pembiayaan yang bertentangan


dengan Undang-Undang

Pasal 1320 KUHPerdata, perjanjian harus


memenuhi syarat kausa yang halal yaitu tidak
boleh bertentangan dengan Undang-undang,
ketertiban Umum dan kesusilaan.
ASPEK HUKUM PENANGANAN
KREDIT BERMASALAH

Anda mungkin juga menyukai