Anda di halaman 1dari 5

Rista Agustina

1906384794
No. Absen 184

Tugas Hukum Perbankan VII :


Jawaban Soal Perbankan Perkreditan
Rista Agustina (1906384794) – Kelas Hukum Perbankan Reguler
1. Dalam memberikan kredit, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis
yang mendalam atas iktikad dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk
melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Jelaskan dengan lengkap
bagaimanakah cara yang dilakukan oleh bank dalam menilai hal-hal tersebut?
Indonesia merupakan negara berkembang yang mana dalam perekonomian masih cukup
perlu banyak perbaikan. Salah satu budaya populer masyarakat Indonesia di bidang perbankan
ialah perkreditan. Oleh karena maraknya kegiatan perkreditan yang dilakukan baik perseorangan
maupun korporasi Bank sudah seharusnya membuat regulasi untuk mencegah risiko-risiko yang
akan terjadi.
Risiko-risiko ini merupakan hal yang wajar terjadi dalam dunia perbankan. Namun,
mengingat masyarakat Indonesia memiliki daya beli yang tinggi serta sulit dalam pembayaran
maka perkreditan perlu diawasi dengan ketat. Dalam menjalankan perkreditan, bank harus
memperhatikan prinsip-prinsip kredit atau pembiayaan berbasis syariah dalam penerapannya. Hal
ini dilakukan untuk memitigasi risiko pemberian kredit atau pembiayaan kredit. Untuk
memperoleh keyakinan, sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang
seksama terhadap Character, Capacity, Condition of Economy, Capital, dan Collateral dari
Nasabah Debitur. Kesepakatan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank.
Mengingat agunan merupakan salah satu unsur pemberian kredit, maka agunan hanya dapat berupa
barang, barang atau hak tagih yang dibiayai dengan letter of credit yang bersangkutan. Tanah yang
berhak secara sah dan tanah lain yang sejenis dapat dijadikan hipotek.
Selain agunan, faktor terpenting dari perkreditan ialah Bank harus secara serius menelusuri
prinsip character seorang debitur. Karakter seorang debitur dapat dilihat dari (1) Penelitian Bank
terhadap track record debitur pada Bank; (2) Penelitian karakter seorang debitur juga dapat dilihat
berdasarkan track record debitur di Bank Lain; (3) BI Checking dan S.L.I.K (Sistem Layanan
Informasi Keuangan); (4) Surat Rekomendasi dari Instansi atau Asosiasi; (5) Melakukan track
checking; (6) Meminta informasi dari L.P.I.P.
Rista Agustina
1906384794
No. Absen 184

2. Jelaskan dengan lengkap apa saja yang diatur dalam Pedoman Kebijaksanaan Perkreditan
Bank?
Pada dasarnya, setiap Bank wajib memiliki Pedoman Kebijaksanaan Perkreditan Bank. 1
Secara Umum, kebijakan perkreditan atau pembiayaan Bank tersebut haruslah memuat dan hal-hal
pokok seperti: (1) prinsip kehatian-hatian dalam perkreditan atau pembiayaan; (2) organisasi dan
manajemen perkreditan atau pembiayaan; (3) kebijakan persetujuan Kredit atau Pembiayaan; (4)
dokumentasi dan administrasi Kredit atau Pembiayaan; (5) pengawasan Kredit atau Pembiayaan;
dan (6) penyelesaian Kredit atau Pembiayaan bermasalah. Adapun untuk mendukung pelaksanaan
kebijakan perkreditan tersebut, Bank harus memiliki serta menerapkan pedoman perkreditan atau
pembiayaan sesuai dengan pokok-pokok pengaturan perkreditan atau yang memuat antara lain: a.
pemberian Kredit atau Pembiayaan dibuat dalam bentuk perjanjian tertulis; b. Bank harus memiliki
keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur yang diperoleh dari penilaian yang seksama
terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari debitur; c. kewajiban Bank
untuk menyusun dan menerapkan prosedur pemberian Kredit atau Pembiayaan; d. kewajiban Bank
untuk memberikan informasi yang jelas mengenai prosedur dan persyaratan Kredit atau
Pembiayaan; e. larangan Bank untuk memberikan Kredit atau Pembiayaan dengan persyaratan
yang berbeda kepada debitur dan/atau pihak terafiliasi; dan penyelesaian sengketa
3. Jelaskan sedikitnya 3 (tiga) batasan dan larangan dalam pemberian kredit yang berlaku
bagi perbankan di Indonesia. Mengapa diperlukan batasan & larangan tersebut?
1) Batas Umum Pemberian Kredit2
BMPK bagi satu peminjam & kelompok peminjam yang terkait dengan bank masing-masing
maksimal 10 % dari modal bank; BMPK bagi satu peminjam yang tidak terkait dengan bank
paling tinggi 20 % dari modal bank; BMPK bagi satu kelompok peminjam yang tidak terkait
dengan bank paling tinggi 25 % dari modal bank; BMPK kepada BUMN untuk tujuan
pembangunan & mempengaruhi hajat hidup orang banyak paling tinggi sebesar 30 % dari
modal bank;
2) Kredit untuk Jual Beli Saham 3

1
Indonesia, POJK Nomor 42/POJK.03/2017 tentang Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaa Kebijakan
Perkreditan atau Pembiayaan Bank bagi Bank Umum, Pasal 2 Ayat 1.
2
Pasal 11 ayat (1) UU No. 7/1992 jo UU no. 10/1998
Rista Agustina
1906384794
No. Absen 184

a) Bank dilarang memberikan Kredit untuk jual beli saham


b) Bank diperkenankan memberikan Kredit kepada perusahaan sekuritas dengan ketentuan :
- Maksimal sebesar jumlah terkecil antara 25 % dari modal perusahaan sekuritas atau 15
% dari modal bank
- Keseluruhan Kredit maksimal 30 % dari modal bank
Saham yang dapat dijadikan agunan tambahan dengan syarat :
- selama 3 bulan terakhir aktif diperdagangkan
- harga saham di atas nilai nominal
- Nilai saham yang diagunkan 50 % dari harga pasar
3) Kredit untuk pembelian tanah4
Bank dilarang memberikan Kredit kepada pengembang (developer) untuk pembiayaan
pengadaan dan atau pengolahan tanah (dikecualikan bagi pengembang untuk tujuan
pembangunan rumah sederhana. Bank dapat memberikan Kredit kepada pengembang selain
untuk pengadaan dan atau pengolahan tanah sepanjang memenuhi persyaratan.
4. Jelaskan perbedaan penting (sekurang-kurangnya 4 perbedaan) antara Perkreditan (Bank
Konvensional) dengan Pembiayaan (Bank Syariah).

Perbedaan Bank Konvensional Bank Syariah

Prinsip Operasional Hukum Positif Indonesia, Aturan Mudharabah, Musyarakah,


baku Internasional, Perjanjian Wadiah, Murabahah, Salam,
antara Bank dan Debitur, Pedoman Istishna, Ijarah, Qardh,
Kebijaksanaan Perkreditan Bank Hawalah/Hiwalah, Wakalah

Sistem Bunga Bank umum menggunakan suku Bank Syariah tidak menggunakan
bunga sebagai acuan dasar dan sistem bunga, tetapi imbal hasil
keuntungan. atau nisbah yaitu bagi hasil
diperoleh dari pembagian

3
SK Dir BI No. 24/32/KEP/DIR & SEBI No. 24/1/UKU tgl 12 Agsts ’91 telah digantikan dengan POJK
No.40/POJK.03/2017 Kredit atau Pembiayaan kepada Perusahaan Sekuritas dan Kredit atau Pembiayaan dengan
Agunan Saham
4
SK Dir BI No. 30/46/KEP/DIR dan SEBI No. 30/2/UK tgl. 7 Juli 1997 POJK N0. 44/POJK.03/2017 Jo POJK NO.
16/2018
Rista Agustina
1906384794
No. Absen 184

keuntungan antara bank dan


nasabah.
Pengelolaan Denda Keterlambatan melakukan pemba- Sementara itu, bank syariah tidak
yaran terdapat denda yang dibe- memiliki aturan beban denda bagi
bankan kepada debitur. Besaran nasabah saat terlambat atau tidak
bunga dapat semakin meningkat bisa membayar. Sebagai gantinya,
apabila nasabah tidak membayar bank akan melakukan perundingan
hingga batas waktu ditetapkan. dan kesepakatan bersama.
Meskipun beberapa bank syariah
ada yang menetapkan denda pada
kasus tertentu, tetapi uang denda
dari nasabah tidak dinikmati oleh
pihak bank melainkan dianggarkan
sebagai dana sosial.

5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan istilah dalam perkreditan di bawah ini:
a) Ultra vires ialah tindakan yang dilakukan oleh suatu badan hukum yang berada di luar tujuan
dan karena itu di luar kewenangan badan hukum tersebut
b) Representation & warranties. Klausul ini merupakan dasar bagi kewajiban bank-bank peserta
sindikasi untuk menyediakan fasilitas kredit bagi debitur.
c) Side streaming. tidak melakukan objek yang diwakilkan yaitu membeli barang sesuai dengan
kontrak atau perjanjian. Dengan demikian, tujuan dari diadakannya kontrak tidak tercapai.
Rista Agustina
1906384794
No. Absen 184

d) Conditions precedents. Segala sesuatu yang harus dipenuhi dulu oleh debitur sebelum dapat
menarik atau menggunakan dana kredit sindikasi yang diperolehnya berdasarkan perjanjian
kredit sindikasi yang telah ditandatangani antara debitur dan bank-bank pemberi kredit
e) Events of Default. Sindikasi kemungkinan para peserta gagal bayar
f) Cross default (ingkar janji bersilang). Ingkar janji dapat terjadi karena kredit tidak dilunasi
oleh debitur, tidak dipenuhinya salah satu covenant, atau karena terjadinya cross default
yang timbul karena terjadinya non-payment oleh debitur terhadap suatu perjanjian
kredit yang lain. Dalam hal terjadinya event of default oleh debitur, perjanjian kredit
harus memberikan kemungkinan bagi para peserta sindikasi untuk melakukan tindakan-
tindakan penyelamatan atas kepentingannya. Tindakan penyelamatan tersebut antara lain,
melaksanakan hak untuk melakukan akselerasi terhadap pelunasan kredit, membatalkan semua
kewajibannya terhadap debitur berkaitan dengan pemberian kredit tersebut, atau
menangguhkan hak debitur untuk menggunakan kredit lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai