184 - Rista Agustina - 1906384794 - Tugas Ke 7
184 - Rista Agustina - 1906384794 - Tugas Ke 7
1906384794
No. Absen 184
2. Jelaskan dengan lengkap apa saja yang diatur dalam Pedoman Kebijaksanaan Perkreditan
Bank?
Pada dasarnya, setiap Bank wajib memiliki Pedoman Kebijaksanaan Perkreditan Bank. 1
Secara Umum, kebijakan perkreditan atau pembiayaan Bank tersebut haruslah memuat dan hal-hal
pokok seperti: (1) prinsip kehatian-hatian dalam perkreditan atau pembiayaan; (2) organisasi dan
manajemen perkreditan atau pembiayaan; (3) kebijakan persetujuan Kredit atau Pembiayaan; (4)
dokumentasi dan administrasi Kredit atau Pembiayaan; (5) pengawasan Kredit atau Pembiayaan;
dan (6) penyelesaian Kredit atau Pembiayaan bermasalah. Adapun untuk mendukung pelaksanaan
kebijakan perkreditan tersebut, Bank harus memiliki serta menerapkan pedoman perkreditan atau
pembiayaan sesuai dengan pokok-pokok pengaturan perkreditan atau yang memuat antara lain: a.
pemberian Kredit atau Pembiayaan dibuat dalam bentuk perjanjian tertulis; b. Bank harus memiliki
keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur yang diperoleh dari penilaian yang seksama
terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari debitur; c. kewajiban Bank
untuk menyusun dan menerapkan prosedur pemberian Kredit atau Pembiayaan; d. kewajiban Bank
untuk memberikan informasi yang jelas mengenai prosedur dan persyaratan Kredit atau
Pembiayaan; e. larangan Bank untuk memberikan Kredit atau Pembiayaan dengan persyaratan
yang berbeda kepada debitur dan/atau pihak terafiliasi; dan penyelesaian sengketa
3. Jelaskan sedikitnya 3 (tiga) batasan dan larangan dalam pemberian kredit yang berlaku
bagi perbankan di Indonesia. Mengapa diperlukan batasan & larangan tersebut?
1) Batas Umum Pemberian Kredit2
BMPK bagi satu peminjam & kelompok peminjam yang terkait dengan bank masing-masing
maksimal 10 % dari modal bank; BMPK bagi satu peminjam yang tidak terkait dengan bank
paling tinggi 20 % dari modal bank; BMPK bagi satu kelompok peminjam yang tidak terkait
dengan bank paling tinggi 25 % dari modal bank; BMPK kepada BUMN untuk tujuan
pembangunan & mempengaruhi hajat hidup orang banyak paling tinggi sebesar 30 % dari
modal bank;
2) Kredit untuk Jual Beli Saham 3
1
Indonesia, POJK Nomor 42/POJK.03/2017 tentang Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaa Kebijakan
Perkreditan atau Pembiayaan Bank bagi Bank Umum, Pasal 2 Ayat 1.
2
Pasal 11 ayat (1) UU No. 7/1992 jo UU no. 10/1998
Rista Agustina
1906384794
No. Absen 184
Sistem Bunga Bank umum menggunakan suku Bank Syariah tidak menggunakan
bunga sebagai acuan dasar dan sistem bunga, tetapi imbal hasil
keuntungan. atau nisbah yaitu bagi hasil
diperoleh dari pembagian
3
SK Dir BI No. 24/32/KEP/DIR & SEBI No. 24/1/UKU tgl 12 Agsts ’91 telah digantikan dengan POJK
No.40/POJK.03/2017 Kredit atau Pembiayaan kepada Perusahaan Sekuritas dan Kredit atau Pembiayaan dengan
Agunan Saham
4
SK Dir BI No. 30/46/KEP/DIR dan SEBI No. 30/2/UK tgl. 7 Juli 1997 POJK N0. 44/POJK.03/2017 Jo POJK NO.
16/2018
Rista Agustina
1906384794
No. Absen 184
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan istilah dalam perkreditan di bawah ini:
a) Ultra vires ialah tindakan yang dilakukan oleh suatu badan hukum yang berada di luar tujuan
dan karena itu di luar kewenangan badan hukum tersebut
b) Representation & warranties. Klausul ini merupakan dasar bagi kewajiban bank-bank peserta
sindikasi untuk menyediakan fasilitas kredit bagi debitur.
c) Side streaming. tidak melakukan objek yang diwakilkan yaitu membeli barang sesuai dengan
kontrak atau perjanjian. Dengan demikian, tujuan dari diadakannya kontrak tidak tercapai.
Rista Agustina
1906384794
No. Absen 184
d) Conditions precedents. Segala sesuatu yang harus dipenuhi dulu oleh debitur sebelum dapat
menarik atau menggunakan dana kredit sindikasi yang diperolehnya berdasarkan perjanjian
kredit sindikasi yang telah ditandatangani antara debitur dan bank-bank pemberi kredit
e) Events of Default. Sindikasi kemungkinan para peserta gagal bayar
f) Cross default (ingkar janji bersilang). Ingkar janji dapat terjadi karena kredit tidak dilunasi
oleh debitur, tidak dipenuhinya salah satu covenant, atau karena terjadinya cross default
yang timbul karena terjadinya non-payment oleh debitur terhadap suatu perjanjian
kredit yang lain. Dalam hal terjadinya event of default oleh debitur, perjanjian kredit
harus memberikan kemungkinan bagi para peserta sindikasi untuk melakukan tindakan-
tindakan penyelamatan atas kepentingannya. Tindakan penyelamatan tersebut antara lain,
melaksanakan hak untuk melakukan akselerasi terhadap pelunasan kredit, membatalkan semua
kewajibannya terhadap debitur berkaitan dengan pemberian kredit tersebut, atau
menangguhkan hak debitur untuk menggunakan kredit lebih lanjut.