Anda di halaman 1dari 15

PENGEMBANGAN INSTITUSI

LINGKUNGAN HIDUP
Pergeseran Paradigma Pembangunan

• Dalam proses pengambilan keputusan :


TOP DOWN BOTTOM UP

• Peran pemerintah :
DOMINAN FASILITATOR, REGULATOR, ENABLER.

• Dari sisi pendekatan perencanaan :


SEKTORAL REGIONAL (MULTISEKTORAL)

• Dari sisi kepentingan masyarakat :


KEPENTINGAN ELITE KEPENTINGAN AKAR RUMPUT

• Dari pola pemanfaatan sumberdaya alam :


KEPENTINGAN EKONOMI JANGKA PENDEK KEPENTINGAN
KESEIMBANGAN ALAM JANGKA PANJANG
Posisi Indonesia
dalam beberapa isu lingkungan internasional

Koalisi
“Mega Diverse”

Kelompok 77 Produsen
Minyak Bumi

Isu keanekaragaman hayaiti

Isu pendanaan & Isu energi


perdagangan terbarukan
Indonesia
Kecenderungan Pengelolaan SDA dan LH
di Indonesia

Shallow 1. Konsumtif
1. Non Konsumtif
environment 2. Hilangnya bentuk Deep
2. Harmonisasi
management kehidupan alamiah Ecology
dengan alam

Indonesia
1. Konservasi
1. Eksploitasi
Conventional sumberdaya alam
sumberdaya alam Green
Economy
2. Standar kehidupan 2. Standar Kehidupan Economy
material Ekologis
Tantangan Pengelolaan LH di Indonesia

• Permasalahan lingkungan hidup di Indonesia lebih


dipandang sebagai permasalahan teknis yang dianggap
akan dapat diselesaikan dengan penerapan teknologi dan
penetapan standar baku mutu.
• Sumberdaya alam masih dipandang sebagai sumberdaya
ekonomis daripada sumberdaya ekologis. Dalam hal ini
sumberdaya alam merupakan sumber pendapatan
negara, daya tarik investasi, dan sumber kehidupan
penduduk miskin.
• Berbagai ukuran yang digunakan dalam pembangunan
lebih berorientasi pada standar kehidupan material
daripada kualitas kehidupan yang lebih holistik.
• Adanya kecenderungan untuk mereduksi bentuk-bentuk
kehidupan alamiah melalui kemajuan teknologi dan
industrialisasi.
‘Satu’ atau ‘Beberapa’ Masa Depan?
Kita terbiasa melihat hanya ‘satu’ masa depan. Kita
perlu mengubah mindset untuk membuka mata
terhadap ‘beberapa’ masa depan.
Scenario 4

“One official future” (?)


Scenario 1

Scenario 2

Scenario 3

Saat ini Masa depan


Sumber: Tony Suyantono, 2004
Mengapa Kita Memandang
‘Beberapa’ Masa Depan?

Tak ada yang bisa memastikan 1 masa depan


Ada beragam ketidakpastian, persepsi & judgment
Yang dilakukan sekarang mempengaruhi masa depan

Sumber: Tony Suyantono, 2004


Pengem
bangan

Pergantian
Rekrutmen
Peran SDM dalam
keputusan stratejik

Nilai, visi, Kultur


Kompetensi tujuan dan dan
strategi suasana
organisasi

Reward Struktur

Komunikasi

Kebijakan manajemen
(bidang putih)
Elemen administrative
manajemen SDM (bidang abu-abu muda)
Apa yang Bagaimana
dibutuhkan situasi
organisasi mempengaruhi
SDM

Apa yang telah Apa kendala Apa yang


dilakukan untuk antara yang telah dimiliki
mengatasi diperlukan organisasi
masalah ini dan yang
dimiliki

Revisi kebijakan
manajemen SDM

Rencana
dan
program

Monitor dan evaluasi


Skenario Kelembagaan LH
(by area authority – role – strategic sequence)
By area authority: By Role: By Strategic sequence
• Nasional (pusat) • Role I : Institusi LH sebagai 1. Strategic
• Propinsi (regional) katalisator dan integrator 2. Tactic
• Kabupaten/kota (lokal) pembangunan berkelanjutan
(multisectoral oriented) 3. Program
• Role II : Institusi LH sebagai
perumus kebijakan di bidang LH
(sectoral oriented)
• Role III : Institusi LH sebagai
pelaksana kebijakan di bidang LH
(deep sectoral oriented)

By Role
Role 1 Role 2 Role 3

Kel Ke
Nas. e mb le mb Strategic
aga ag
an aa
Kel 2 n3 By
By area emb Strat
authority Prop.
Ke aga Tactic
lem Kel an 1 egic
ba emb seq.
ga aga
an an
Kab./ Kota. 3 2 Program

Kelembagaan 1: well set: mis. Nas.- multisectoral-strategic


Kelembagaan 3
Kelembagaan 2
Tipologi Skenario
Skenario Kelembagaan LH
Skenario SDA & LH Kelembagaan 3 Kelembagaan 2 Kelembagaan 1

P3 S
Pesimis (Skenario 1) P2 ke P1
na
ri O1
o (Skenario 3)
Optimis O3 O2 2
Keterangan:
Kelembagaan 1: kondisi apabila semua peran kelembagaan sesuai dan tepat (managed/ optimized –
mature organization)
Kelembagaan 2: kondisi apabila sudah sekitar 50% atau lebih peran ideal kelembagaan telah terpenuhi
(defined organization)
Kelembagaan 3: kondisi apabila baru sebagian kecil peran kelembagaan terpenuhi atau masih banyak yang
tumpang tindih peran antar lembaga (vertikal dan horizontal) (Initial and Repeatable
Organization)

Skenario1 (P3): apabila kelembagaan belum matang dan belum berhasil mengatasi masalah
lingkungan hidup
Skenario 2 (P2/O2): apabila kelembagaan sudah siap sistemnya dan kondis lingkungan mengarah
membaik sesuai dengan konvensi dunia
Skenario 3 (O1): apabila kondis kelembangaan sudah matang dan kondisi lingkungan hidup di
Indonesia sudah sesuai dengan konvensi internasional
Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3
(Business as Usual/ BAU) (LH: sektor proritas) (Deep ecology)
• LH tetap dipandang dan • LH telah menjadi prioritas • LH telah menjadi ‘way
diperlakukan sebagai salah pembangunan of life” dan “way of
satu sektor pembangunan • Stakeholders telah thinking” (a new
semata oleh ‘pusat bounding (mis. hasil paradigm)
kekuatan politik negara’ pendekatan negative • Kesejahteraan
(eksekutif dan legislatif campaign yang gencar masyarakat mencapai
maupun yudikatif) tentang unsustainable minimal standar dunia
• Kontroversi dikotomi development dev. -> • Birokrasi telah
kepentingan ekonomi vs LH tercipta “histeria massal berubah menjadi
walau sama-sama berbasis lingkungan hidup” sehingga Enterpreneur
untuk kesejahteraan timbul rasa senasib diantara Government yang
masyarakat, terus berlanjut stakeholder) berorientasi pada
• Dinamika perkembangan • Kondisi kondusif untuk kekuatan kemandirian,
dan kebutuhan ekternal upaya percepatan keberlangsungan dan
masalah lingkungan tidak peningkatan kapasitas best practice GG (untuk
terantisipasi oleh kelembagaan LH -> SDM kepentingan
pengembangan kapasitas tertata sesuai stakeholder)
lembaga (internal) kebutuhan/tuntutan standar
kompetensi dan aplikasi GG
Skenario 1: Skenario 2: Skenario 3:
Business as Usual LH: Prioritas LH: a new paradigm
Pembangunan
• Kurangi penanganan • Pengakuan dari stakeholder
masalah lingkungan dengan • Menetapkan LH menjadi manfaat keberadaan lembaga
pendekatan ad-Hoc karena koordinasi sektor kegiatan LH (tercipta aliansi
duplikatif dan inefisien pembangunan kelembagaan LH seluruh
(Dept/Menko?) Indonesia) sesuai perannya
•Harus mulai ditetap sistem
operasi standar pembangunan •Fokus pada masalah kritis •Penerapan kontinyu best
yang didukung oleh kekuatan LH (priority setting) dan practice GG telah teruji untuk
hukum (min. Keppres/ PP) konvensi internaional seluruh lembaga pemerintah
yang integratif/ komprehensif •Merancang & menerapkan dibid. LH (pusat, propinsi dan
sesuai dengan sifat sistemik best practice Good daerah)
keruangan LH Governance (GG) dan •Penerapan cost effectiveness
• Dikembangkan sistem sistem kendali operasional untuk mengukur kinerja
manajemen yang bersifat (bisa gunakan pendekatan operasional dan terus mampu
organik (bukan mekanistik) Balance Scored Card) akomodatif bahkan antisipatif
secara vertikal maupun • Rumuskan & internalisasi dinamika masyarakat dan LH.
horizontal. Kegiatan Inti dan peran vertikal dan horizontal • Kontinyuitas pengembangan
pendukung jelas. kelembagaan LH lembaga dan SDM sesuai
• Segera lakukan audit total •Right-sizing kelembagaan tuntuan dinamika fenomena
(SDM) seluruh lembaga LH dan SDM, baik pusat, LH dan pemerintah Indonesia
(pemerintah) propinsi dan daerah
2nd
curv
Orientasi pada Skenario 1: e
cenderung pesimis (BAU) dan butuh (pere
waktu lama untuk recovery maja
an)

Orientasi pada Skenario 2:


cenderung optimis dan dapat
diupayakan percepatan. Tergantung
dari komitmen pemerintah pusat. Pola
? “Looping”.

Orientasi pada Skenario 3:


Optimis dan perlu kebijakan dan
tindakan revolusi jika ingin dimulai saat
ini. Namun dapat dicapai sebagai
bagian tahapan dari skenario 1 atau/dan
skenario 2.
Orientasi pengembangan SDM

Skenario Kelembagaan LH

Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3


Skenario SDA & LH

(multisectoral) (sectoral) (deep sectoral)


Skenario Leverage, Leverage Comodity,
pesimis Propietry Leverage

Skenario Leverage, Leverage Comodity,


optimis Propietry Leverage

1. Comodity : kemampuan yang mudah dilatih dan sifatnya hampir sama untuk
setiap lembaga. Pekerjaan bersifat rutin, repetitif, dan terikat pada SOP. Mudah
diganti, sulit ditingkatkan. Strategi umum : otomatisasi
2. Leverage : kemampuan yang cenderung spesifik. Pekerjaan bersifat non rutin
dan analitikal. Mudah digantikan, mudah ditingkatkan. Strategi umum :
diferensiasi dan kapitalisasi
3. Propietry : kemampuan yang sangat spesifik. Pekerjaan bersifat menyusun
strategi dengan mengkombinasikan “faktor-faktor”. Sulit digantikan, mudah
ditingkatkan. Strategi umum : kapitalisasi atau outsourcing

Anda mungkin juga menyukai