LINGKUNGAN HIDUP
Pergeseran Paradigma Pembangunan
• Peran pemerintah :
DOMINAN FASILITATOR, REGULATOR, ENABLER.
Koalisi
“Mega Diverse”
Kelompok 77 Produsen
Minyak Bumi
Shallow 1. Konsumtif
1. Non Konsumtif
environment 2. Hilangnya bentuk Deep
2. Harmonisasi
management kehidupan alamiah Ecology
dengan alam
Indonesia
1. Konservasi
1. Eksploitasi
Conventional sumberdaya alam
sumberdaya alam Green
Economy
2. Standar kehidupan 2. Standar Kehidupan Economy
material Ekologis
Tantangan Pengelolaan LH di Indonesia
Scenario 2
Scenario 3
Pergantian
Rekrutmen
Peran SDM dalam
keputusan stratejik
Reward Struktur
Komunikasi
Kebijakan manajemen
(bidang putih)
Elemen administrative
manajemen SDM (bidang abu-abu muda)
Apa yang Bagaimana
dibutuhkan situasi
organisasi mempengaruhi
SDM
Revisi kebijakan
manajemen SDM
Rencana
dan
program
By Role
Role 1 Role 2 Role 3
Kel Ke
Nas. e mb le mb Strategic
aga ag
an aa
Kel 2 n3 By
By area emb Strat
authority Prop.
Ke aga Tactic
lem Kel an 1 egic
ba emb seq.
ga aga
an an
Kab./ Kota. 3 2 Program
P3 S
Pesimis (Skenario 1) P2 ke P1
na
ri O1
o (Skenario 3)
Optimis O3 O2 2
Keterangan:
Kelembagaan 1: kondisi apabila semua peran kelembagaan sesuai dan tepat (managed/ optimized –
mature organization)
Kelembagaan 2: kondisi apabila sudah sekitar 50% atau lebih peran ideal kelembagaan telah terpenuhi
(defined organization)
Kelembagaan 3: kondisi apabila baru sebagian kecil peran kelembagaan terpenuhi atau masih banyak yang
tumpang tindih peran antar lembaga (vertikal dan horizontal) (Initial and Repeatable
Organization)
Skenario1 (P3): apabila kelembagaan belum matang dan belum berhasil mengatasi masalah
lingkungan hidup
Skenario 2 (P2/O2): apabila kelembagaan sudah siap sistemnya dan kondis lingkungan mengarah
membaik sesuai dengan konvensi dunia
Skenario 3 (O1): apabila kondis kelembangaan sudah matang dan kondisi lingkungan hidup di
Indonesia sudah sesuai dengan konvensi internasional
Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3
(Business as Usual/ BAU) (LH: sektor proritas) (Deep ecology)
• LH tetap dipandang dan • LH telah menjadi prioritas • LH telah menjadi ‘way
diperlakukan sebagai salah pembangunan of life” dan “way of
satu sektor pembangunan • Stakeholders telah thinking” (a new
semata oleh ‘pusat bounding (mis. hasil paradigm)
kekuatan politik negara’ pendekatan negative • Kesejahteraan
(eksekutif dan legislatif campaign yang gencar masyarakat mencapai
maupun yudikatif) tentang unsustainable minimal standar dunia
• Kontroversi dikotomi development dev. -> • Birokrasi telah
kepentingan ekonomi vs LH tercipta “histeria massal berubah menjadi
walau sama-sama berbasis lingkungan hidup” sehingga Enterpreneur
untuk kesejahteraan timbul rasa senasib diantara Government yang
masyarakat, terus berlanjut stakeholder) berorientasi pada
• Dinamika perkembangan • Kondisi kondusif untuk kekuatan kemandirian,
dan kebutuhan ekternal upaya percepatan keberlangsungan dan
masalah lingkungan tidak peningkatan kapasitas best practice GG (untuk
terantisipasi oleh kelembagaan LH -> SDM kepentingan
pengembangan kapasitas tertata sesuai stakeholder)
lembaga (internal) kebutuhan/tuntutan standar
kompetensi dan aplikasi GG
Skenario 1: Skenario 2: Skenario 3:
Business as Usual LH: Prioritas LH: a new paradigm
Pembangunan
• Kurangi penanganan • Pengakuan dari stakeholder
masalah lingkungan dengan • Menetapkan LH menjadi manfaat keberadaan lembaga
pendekatan ad-Hoc karena koordinasi sektor kegiatan LH (tercipta aliansi
duplikatif dan inefisien pembangunan kelembagaan LH seluruh
(Dept/Menko?) Indonesia) sesuai perannya
•Harus mulai ditetap sistem
operasi standar pembangunan •Fokus pada masalah kritis •Penerapan kontinyu best
yang didukung oleh kekuatan LH (priority setting) dan practice GG telah teruji untuk
hukum (min. Keppres/ PP) konvensi internaional seluruh lembaga pemerintah
yang integratif/ komprehensif •Merancang & menerapkan dibid. LH (pusat, propinsi dan
sesuai dengan sifat sistemik best practice Good daerah)
keruangan LH Governance (GG) dan •Penerapan cost effectiveness
• Dikembangkan sistem sistem kendali operasional untuk mengukur kinerja
manajemen yang bersifat (bisa gunakan pendekatan operasional dan terus mampu
organik (bukan mekanistik) Balance Scored Card) akomodatif bahkan antisipatif
secara vertikal maupun • Rumuskan & internalisasi dinamika masyarakat dan LH.
horizontal. Kegiatan Inti dan peran vertikal dan horizontal • Kontinyuitas pengembangan
pendukung jelas. kelembagaan LH lembaga dan SDM sesuai
• Segera lakukan audit total •Right-sizing kelembagaan tuntuan dinamika fenomena
(SDM) seluruh lembaga LH dan SDM, baik pusat, LH dan pemerintah Indonesia
(pemerintah) propinsi dan daerah
2nd
curv
Orientasi pada Skenario 1: e
cenderung pesimis (BAU) dan butuh (pere
waktu lama untuk recovery maja
an)
Skenario Kelembagaan LH
1. Comodity : kemampuan yang mudah dilatih dan sifatnya hampir sama untuk
setiap lembaga. Pekerjaan bersifat rutin, repetitif, dan terikat pada SOP. Mudah
diganti, sulit ditingkatkan. Strategi umum : otomatisasi
2. Leverage : kemampuan yang cenderung spesifik. Pekerjaan bersifat non rutin
dan analitikal. Mudah digantikan, mudah ditingkatkan. Strategi umum :
diferensiasi dan kapitalisasi
3. Propietry : kemampuan yang sangat spesifik. Pekerjaan bersifat menyusun
strategi dengan mengkombinasikan “faktor-faktor”. Sulit digantikan, mudah
ditingkatkan. Strategi umum : kapitalisasi atau outsourcing