Anda di halaman 1dari 69

STERILISASI & Disinfeksi

(Pengendalian Mikroba)

Baedah Madjid
PPDS Mikrobiologi Klinik
Fak. Kedokteran Unhas
2023
Definisi
 Sterilisasi: proses merusak atau menghi-
langkan semua mikroba hidup, termasuk
spora dan virus

 Steril = bebas hama: bahan yg sudah


disterilisasi
 Disinfeksi: proses merusak kehidupan seba-
gian besar mikrooganisme pd permukaan
benda mati
Definisi
 Disinfektan: bahan kimia yg digunakan pd
proses disinfeksi
 Sepsis: keadaan dimana terjd perkembang-
biakan mikroba dlm darah atau jar lain.
 Antisepsis: proses merusak kehidupan sebagian
besar mikrooganisme pd permu-kaan benda
hidup kulit dan mukosa.

 Antiseptik: bahan kimia yg digunakan pd


proses antisepsis
Definisi
 Bactericide : bahan kimia yg merusak bakteri
kecuali endsporanya
 Fungicide : Bahan kimia yg dpt mematikan
spora, hifa, dan ragi jamur.
 Germicide & microbicide: bahan kimia yg dpt
membunuh mikroba.
Microbicide agents tidak bs dipakai sebagai
antiseptik atau obat karena umumnya sangat
toksik
Catatan: …cidel agent tdk selalu sbbkan
bebas hama
Definisi
 Bacteristatic agents: bahan yg dpt men-
cegah pertumbuhan bakteri pd jaringan atau
pd obyek di lingkungan
 Fungistatic: bahan kimia yg menghambat
pertumbuhan fungi
 Microbistatics: bahan kimia yg menghambat
pertumbuhan bermacam-macam mikroba
 Dekontaminasi: Proses menghilangkan
sebagian besar mikroba secara mekanis dari
permukaan benda mati atau hidup.
Definisi
 Sanitisasi: semua cara pembersihan yg
secara mekanis menghilangkan mikroba dan
kotoran lain yg dilakukan unt mengurangi
kontaminasi sampai level aman
 Sanitizer: alat yg dipakai unt sanitisasi →
sabun & detergen
 Degermation: proses yang dilakukan unt
mengurangi mikroba pd kulit manusia dgn
cara menggosok atau berendam dlm bahan
kimia dgn kedua cara sekaligus.
Cara Pengendalian Mikroba
Secara Fisik Secara Kimiawi
1. Panas 1.Gas
- Panas basah
- Panas kering
2. Cairan
2. Radiasi
Secara Mekanik
- radiasi ultra violet
- radiasi ionizing
Filtrasi
Cara Pengendalian Mikroba
Hal yg Perlu Diperhatikan pd
Pengendalian Mikroba
Hal yg paling penting diperhatikan:
1. Apakah perlu sterilisasi, atau disinfeksi
sj sdh cukup? Dgn kata lain apakah perlu
meng-hancurkan spora atau hanya vegetatif
dari patogen sj yg perlu dihancurkan?
2. Apakah barang itu msh akan digunakan
atau tdk akan dipakai lagi? Kalau tak mau
dipakai lagi, maka gunakalah cara yang paling
cepat dgn biaya yg lebih rendah.
Hal yg Perlu Diperhatikan pd
Pengendalian Mikroba
3. Bl masih mau dipakai, apakah benda
tsb tahan panas, tekanan, radiasi atau
kimia?
4. Apakah cara yg akan digunakan cocok
dgn barang yg akan disterilkan? (Contoh:
radiasi uv adalah sporicidal agent yg bagus,
tetapi tdk bs menembus benda yg solid).
Atau dlm hal menggunakan cara kimiawi,
apakah akan meninggalkan residu?
Hal yg Perlu Diperhatikan pd
Pengendalian Mikroba
5. Apakah agent itu bs penetrasi pd barang
yg akan disterilkan?

6. Apakah metode yg akan digunakan


cost- dan labor-efficient, dan apakah
safe?
Faktor yg Mempengaruhi Kerja
Antimicrobial Agent
1. Jumlah mikroorganisme. Makin banyak
kontaminan makin lama waktu yg diperlukan
2. Keadaan miikroorganisme dlm populasi-
nya. Target popuasi umumnya bukan single
species, tp campuran bakteri, fungi, spora, dan
virus dimana terdapat spektrum resistensi yg
luas.
3. Temperatur dan pH lingkungan
Faktor yg Mempengaruhi Kerja
Antimicrobial Agent
4. Konsentrasi (dosis, intensitas) dari agent.
Contoh: radiasi UV paling efektif pd 260 nm,
dan sebagian besar disinfektan lebih efektif pd
konsentrasi yg tinggi.
5. Cara kerja agent. Bagaimana agent tsb mem-
bunuh atau menghambat mikroorganisme
6. Terdapat pelarut, bahan organik yg
mengganggu dan inhibitor. Saliva, darah,
dan tunja bs menghambat kerja disinfektan.
Faktor yg Mempengaruhi
Kematian Mikroba

Waktu eksposur Jumlah Mikroba

Vegetatif vs spora Cara kerja agent


Modes of Action of Antimicrobial
Agents
 Effek agent biasanya satu atau lebih target
selular → kerusakan progressif sampai sel tak
bs survive,
 Antimicroba mempunyai range unt target
sellularnya.
 Agent yg kurang selektif untuk targetnya,
akan lebih effektif terhadap sejumlah besar
mikrob
 Agent yang lebih selektif tergetnya, mislanya
hanya pd st target sellular , akan eefektif pada
mikroba yg terbatas.
Target Sellular Agent Fisik dan
Kimiawi
Dibagi atas empat kategori:
1. Dinding sel
2. Membran sel

3. Proses sintesis sellular (DNA, RNA)

4. Protein
Effek Agent Terhadap Dinding Sel
 Dinding sel berfungsi untuk menjaga
integritas sel bakteri dan fungi
 Bbrp bahan kimia merusak dinding sel
dgn menghambat sintesis, mencerna din-
ding , atau menghancurkan permukaan
dinding → sel jd rapuh → mudah lisis .
 Detergen & alkohol jg bisa mengganggu
dinding sel, utamanya pd bakteri negatif-
gram.
Effek Agent Terhadap Membran
Sel
 Semua mikroba mempunyai membran
sel yg terdiri dr lipid dan protein, dan ba-
nyak virus mempunyai outer membrane
envelope.
 Bl membrane ini terganggu, mk sel akan
kehi-langan sifat selektif permiabilitasnya
→ sel tdk bs mencegah keluarnya molekul
vital atau mencegah masuknya bahan
kimia yang merusak → kematian sel.
Effek Agent Terhadap Membran
Sel
 Detergen yg disebut surfactants bekerja
senagai antimicrobial agent.
 Surfactants adalah molekul polar dgn ba-
gian hidrofobik dan hidrofilik yg secara
fisik bs terikat pd lapisan lipid dan penet-
rasi ke bgn hidrofilik internal dari memb-
rane → bgn yg semula tertutup rapat jdi
terbuka, shg bahan kimia bs masuk ke
dlm sel dan ion yg penting keluar.
Mode of Action of Surfactants
Effek Agent Terhadap Sintesis
Protein dan Asan Nukleat
 Mikroba sangat tergantung pd suplay
protein yg terus menerus, yang difungsi-
kan sebagai enzim dan molekul strutural.
 Protein ini disintesis via ribosome liwat
proses yg kompleks yg disebut translasi.
 Bl proses ini → bakteri kekurangan pro-
tein untuk tumbuh dan bermetabolis-
me → perkembangbiakan terhambat.
Effek Agent Terhadap Sintesis
Protein dan Asan Nukleat
 Asam nukleat jg diperlukan agar
mikroba bs ttp berfungsi. Pada
mikkroba yg sdg berkembang,
diperlukan DNA .
 Agent yg menghalangi proses ini
atau bs mengubah kode genetik →
antimikroba yang potensial.
Effek Agent Terhadap Sintesis
Protein dan Asan Nukleat
 Bbrp bahan terikat secara irrversibel pd
DNA mencegah transkripsi dan translasi,
bahan lain berupa agent mutagenik.
 Radiasi gamma, ultra violet atau sinar X
→ mutasi → inaktivasi permanen DNA
 Bahan kimia seperti formaldehyde dan
ethylene oxide jg menganggu fungsi DNA
dan RNA.
Effek Agent yg Mengubah Fungsi
Protein
 Sel mikroba mengandung sejumlah besar protein yg
berfungsi baik hanya bl protein tsb tetap dlm konfi-
gurasi 3 demensi yg disebut native state.
 Sifat antimikroba bbrp agent disebabkan oleh ke-
mampuan agent tsb untuk mengganggu atau mende-
naturasi protein.
 Umumnya denaturasi terjd bl ikatan yg memperta-
hankan struktur kedua dan ketiga terputus.
 Putusnya ikatan tsb → protein terurai atau terben-
tuknya secara random loop dan coil yg irreguar
Effek Agent yg Mengubah Fungsi
Protein
 Sel mikroba mengandung sejumlah besar protein yg
berfungsi baik hanya bl protein tsb tetap dlm konfi-
gurasi 3 demensi yg disebut native state.
 Sifat antimikroba bbrp agent disebabkan oleh ke-
mampuan agent tsb untuk mengganggu atau mende-
naturasi protein.
 Umumnya denaturasi terjd bl ikatan yg memperta-
hankan struktur ke-dua dan ketiga terputus.
 Putusnya ikatan tsb → protein terurai atau terben-
tuknya secara random loop dan coil yg irreguar
Effek Agent yg Mengubah Fungsi
Protein
Effek Agent yg Mengubah Fungsi
Protein
 Salah st yg bs sbbkan denaturasi protein
adalah melalui koagulasi karena panas basah.
 Bahan kimia seperti larutan organik kuat
(alkohol, asam) dan fenolik jg bisa mengkoa-
gulasi protein.
 Antimikroba lain sweperti ion metallic, lekat
pd bgn aktif dr protein dan mencegah bgn itu
berinteraksi dgn substrat yg tepat.
Cara Kontrol Fisik
1. Panas
2. Radiasi
1. Panas
Panas Sebagai Agent untuk
Kontrol Mikroba
A. Panas kering

B. Panas basah
A. Panas kering
a. Udara panas → oven: metal/glass,
tepung, minyak
b. Flaming : loops/öse (sengkelit), kaca
benda
c. Insinerasi → incinerator: sampah
medis
B. Panas basah
● Air mendidih: 100oC
● Uap air: 100oC
● Otoklaf: 125oC, 15 atmosfir
● Pasteurisasi: 72oC selama 15
detik → susu
Perbandingan Waktu dan Temperatur
Antara Panas Basah dan Panas Kering
Temperatur (oC) Waktu sampai
Steril (menit)
Panas Basah 121 15
125 10
134 3
Panas Kering 121 600
140 180
160 120
170 60
Perbandingan Waktu dan Temperatur
Antara Panas Basah dan Panas Kering
Temperatur Panas Basah Panas Kering
Waktu Tekanan
121oC 15 15 -
126oC 10 20 -
134oC 3 30 -
140oC - - 180
150oC - - 150
160oC - - 120
170oC - - 60
A. Radiasi Ultraviolet
B. Radiasi Ion
● Sinar matahari : sterilisasi
spontan terjadi pada kondisi
alamiah
● Effek Radiasi: inaktivasi molekul
oleh energi sinar yang diabsorbsi
oleh molekul.
● Ultra Violet: bakterisid
● Content energi dari radiasi Ion
>>> radiasi UV
Bahan yg lethal & mutagenik
● Dosis lethal: untuk bakteria tak berspora 1800 –
6500 μW/cm2. Spora bakteri memerlukan 10 X >
●Effek bakterisid: panjang gelombang 240-280 nm.
Panjang gel 260 nm lethal tp tdk penetrasi liwat
gelas atau air.
● Penggunaan: pencegahan infeksi liwat udara →
untuk kamar operasi atau bangsal RS, biological
safety cabinet (laminar flow)
Radiasi Non-ion
Disinfeksi Air dgn UV
► Effek lethal : kebanyakan bakteri patogen yg tak
berspora
► Dihasilkan oleh:
a. radioactive decay: α, ß, γ rays
b. x-rays,
c. partikel bombardemen
d. Reaktor Nuklear
► Penggunaan:
- Dosis sterilisasi: 2.5 Mrad → kebanyakan mikroorganisme
yg resisten
- Radiasi γ dari cobalt 60 : bidang farmasi dan kedokteran,
catgut, benang nylon, alat dan bahan kedokteran sekali
pakai
Radiasi Ion
Radiasi Makanan
3. Sterilisasi Kimiawi
Faktor yg Mempengaruhi Aktivitas
Germicidal Kimiawi
1. Sifat Mikroorganisme
2. Sifat bahan yg akan disterilkan
3. Beratnya kontaminasi
4. Waktu Eksposur
5. Daya germicidal bahan kimia tsb
6. Cara kerja bahan kimia tsb
Konsentrasi & Waktu yg Diperlukan
untuk Mematikan Mikroba
Organisme Konsentrasi Waktu
Agent: Chlorin
Mycobacterium tuberculosa 50 ppm 50”
Kista Entamoeba 0,1 ppm 150’
Hepatitis A virus 3 ppm 30’
Agent: Ethyl Acohol
Staphylococcus aureus 70% 10’
Esscherechia coli 70% 2’
Poliovirus 70% 5’
Konsentrasi & Waktu yg Diperlukan untuk
Mematikan Mikroba
Organisme Konsentrasi Waktu
Agent: Hydrogen peroxide
Staphylococcus aureus 3% 12,5”
Neisseria gonorrhoae 3% 0,3”
Herpes simplex virus 3% 12,8”
Agent: Amonium Compound
Staphylococcus aureus 450 ppm 10’
Salmonella typhi 300 ppm 10’
Agent: Ethylen Oxide Gas
Streptococcus faecalis 500 mg/L 3-4’
Jenis-jenis Germicidal
Dibagi berdasar kelompok kimiawi
1. Antimikroba Halogen
2. Chlorine dan senyawanya
3. Phenol & Derivatnya
4. Chlorhexidine
5. Alkohol sebagai antimikroba
6. Hydrogen Peroxide dan Germicidal sejenis
7. Bahan Kimia dgn Surface Action:
Detergen
Penggunaan Alkohol
 Digunakan Ethyl Alcohol = Ethanol=
Grain alcohol → 70% - 90%
 Germicidal, bukan iritan, murah
 Digunakan sebagai antiseptik pd kulit →
kerja sebagai surfactan menghilangkan
lemak pd kulit, kotoran dan mikroba.
 Kekurangan: evaporasi
Penggunaan Detergen & Sabun
 Quaternary Ammonium Compound
(quats) antara lain benzalkonium
chloride, zephiran, & cetylpyridinium
chloride (Ceepryn).
 Quats dlm larutan 1:100 spi 1:1000
dicampur zat pembersih → sekaligus
mendisinfeksi & mensterilkan lantai,
membershkan aat makan & alat dapur.
Jenis-jenis Germicidal
Dibagi berdasar kelompok kimiawi
1. Antimikroba Halogen
2. Chlorine dan senyawanya
3. Phenol & Derivatnya
4. Chlorhexidine
5. Alkohol sebagai antimikroba
6. Hydrogen Peroxide dan Germicidal sejenis
7. Bahan Kimia dgn Surface Action:
Detergen
Alkohol
Penggunaan Alkohol
 Digunakan Ethyl Alcohol = Ethanol=
Grain alcohol → 70% - 90%
 Germicidal, bukan iritan, murah
 Digunakan sebagai antiseptik pd kulit →
kerja sebagai surfactan menghilangkan
lemak pd kulit, kotoran dan mikroba.
 Kekurangan: evaporasi
Aldehydes
a. Formaldehyde
o Satu aldehyde yg digunakan sebagai
formalin:
 larutan 37% dlm air, atau
 gas formaldehyde
o Sering digunakan untuk disinfektan
dari biosafety hood.
a. Formaldehyde
 Walaupun bisa dipakai sebagai chemoste-
rilizer pada konsentrasi tinggi, namun
kurang digunakan krn irritabilitasnya dan
potensial karsinogenik
 Di US tidak direkomendasikan penggunaan
formaldehyde dlm bentuk apapun unt sebagai
disinfectant atau sterilitant secara rutin
 Mycobacterum tuberculosa diketahui bs
survi-ve bertahun-tahun dlm jaringan yang
terfiksasi dlm formalin.
b. Glutaraldehyde
 Juga satu aldehyde – lebih tepatnya satu
five-carbon dialdehyde
 Aktivitasnya: broad spectrum
 Tetap aktif dalam bahan-bahan organic.
 Sangat susceptible terhadap perubahan
pH, aktif hanya pada lingkungan alkali.
 Bl digunakan dlm larutan 2%, bersifat germi-
cidal pd 10 menit, dan sporicidal dlm 3 spi 10
jam.
 Mekanisme kerjanya: inaktivasi DNA dan
RNA alkilasi dari subhydryl dan gugus
b. Glutaraldehyde
 Walaupun glutaraldehyde tidak diinaktivasi
oleh bahan organik, namun ia tidak bias
menembus bahan organisk dari dinding sel.
 Karena itu obyek yang mau didesinfeksi dgn
glutaraldehyde. harus dibersihkan dari semua
bahan organic yang menutupinya
sebelumnya.
 Larutan glutardehyde bias digunakan ulang,
tp mungkin terjdi enurunaan aktivitasnya
disebabkan oleh akumulasi bahan organic
dlm larutan tsb dan adanya perubahan pH.
b. Glutaraldehyde
 Krn glutaraldehyde tidak menyebabkan karat
pada lensa, loga dan karet, bahan ini merupa-
kan sterilizer of choice untuk alat-alat kedok-
teran yang yg tidak heat-stabil atau tidak bisa
disterilkan dgn gas.
 Merupakan desinfektant yang aman untuk
alat kedokteran dari plastik dan karet.
 Glutaraldehyde: bacteriocidal, pseudomona-
cidal, fungicidal dan virucidal pada eksposur
10 menit pd temperature antara 20o-30oC.
Halogens
Iodophors
 Salah satu dari dua bentuk Iodine bisa diguna-
kan sebagai disinfectant, yaitu tincture atau
iodophor .
 Tincture adalah alcohol dan larutan iodine:
terutama digunakan sebagai antiseptik.
 Iodophor adalah kombinasi dari iodine dgn st
carrier polymer yang netral, sehingga daya
larut dari iodine .
 Kombinasi ini menyebabkan iodine bisa
dilepas perlahan-lahan.
Iodophors
 Untuk effektif iodophor hrs benar-benar encer.

 Kl tdk encer → tdk bs mematikan bakteri krn


dlm larutan tdk terdapat cukup iodine bebas.
 Keuntungan lain dari iodophor adalah krn ia
brsifat kurang mengiritasi, tidak meninggalkan
warna, dan lebih stabil daripada bentuk
iodine murni.
 Iodophors bias digunakan sebagai antiseptic
atau disinfektan, tergantung pd konsentrasinya.
Iodophors
 Iodophors yg paling banyak digunakan hanya
sebagai antiseptik adalah providon-iodine.
 Providon-iodine: pelepasan iodine terjadi
perlahan-lahan dan terus menerus.
 Iodine bebas akan merusak dinding sel mikro-
ba dan sitoplasma, mengdenaturasi enzim dan
mengkoagulasi kromosom.
 Iodophors digunakan sebagai antiseptic kulit
sebelum mengambil darah vena.
 Untuk penggunaan seperti itu, waktu kontak
hrs lebih dr 30 detik.
Chlorine & Senyawa Chlorine
 Chlorine daan senyawa chlorine adalah des-
infektan yg sdh lama dan paling banyak digu-
nakan.
 Biasanya digunakan dlm bentuk hypochlorite,
misalnya sebagai:
- larutan sodium hypochloite yg digunakan
sebagai pemutih, atau
- Kalsium hypochlorite .
 Aktivitasnya mematikan mikroba berdasarkan
effek oksidatif dr asam hypochlorite, yaitu
bentuk ion dari chloride bl dilarutkan dlm air.
Chlorine & Senyawa Chlorine
 Hypochlorite tdk mahal dan broad spectrum.
 Tp tdk digunakan sebagai sterilants karena
untuk mematikan spora dibutuhkan waktu
eksposur yg lama.
 Hypochlorite bersifat korosif, krn itu tidak
digunakan sebagai desinfektan pada pada
konsentrasi yg dipakai sebagai pemutih.
 Aktivitas lautan hyphochlorite sangat dipe-
ngaruhi oleh pH lingkungan.
Chlorine & Senyawa Chlorine
 Larutan 0,5-1% sodium chloride digunakan
untuk sebagai desinfektan.
 Larutan seperti itu stabil hana sampai 30 hari,
demikian juga dgn larutan 50%.
 Waktu eksposur larutan hars <3 menit, tetapi
hrs lebih lama bila terdapat bahan organic,
misalnya untuk darah.
 Enceran 1-10 dari konsentrasi 5,25% sodium
hypochlorite dianjurkan dipakai membersih-
kan ceceran darah.
 Chlorine banyak dipakai unt sebagai disinfek-
Detergent: Quaternary Ammonium
Compound
 Quaternary Ammonium Compound (quats)
antara lain benzalkonium chloride, zephiran,
& cetylpyridinium chloride (Ceepryn).
 Detergent adalah kationik, surface agent atau
surfektan, yg bekerja menurunkan tekaanan
permukaan molekul atau cairan
 Quats dlm larutan 1:100 spi 1:1000 dicampur
zat pembersih → sekaligus mendisinfeksi &
mensterilkan lantai, membersihkan alat makan
& alat dapur.
Phenolics
 Phenolics adalah molekul phenol(carbolic acid)
yg disubsitusi dgn gugusan halogen, alkyl,
phenyl atau benzyl.
 Gugusan ini akan mengurangi toksisitas dan
menambah aktivitas dari phenol.
 Phenolics yg pling banyak adalah ortho-phenyl-
phenol dan ortho-benzyl-para-chlorophenol.
 Aktivitas phenolics sedikit broad spectrum,
tetapi tdk bias menghancurkaan spora.
 Dgn menambah detergent, phenolics bs dipakai
sekaligus sebagai pembersih daan desinfektan.
Chlorhexidine Gluconate
 Chlorhexidine gluconate (CHG) sdh digunakan >
30 tahun di rumah sakit .
 Digunakan sebagai antiseptik topikal karena
mempunyai aktivitas antimikrobia yg besar ,
toksisitasnya rendah, dan bias melekat kuat
pada kulit .
 Larutan 0,5-4% CHG lebh effektif terhadap
gram-positif dp gram-negative dan kurang
efektif tehadap fungi dan basil TB.
 CHG tidak aktif terhadap spora bakteri, kecualai
bl temperature ditinggikan.
Skema Resisensi Bakteri terhdp
Metode Kontrol Fisik & Kimiawi
 Sangat Resisten: prion & endospora
 Resistensi Sedang: Kista Protozoa, bbrp
spora seksual fungi (zygospore), bbrp virus.
Umumnya virus tdk berenvelope lebih resis-
ten dp yg berenvelope.
Virus yg paling resisten adalah Hepatitis B
virus , dan poliovirus.
 Bakteri vegetatif yg lebih resisten: Mycob.
tuberculosa, Staphylococcus aureus, dan
species Pseudomonas.
Skema Resisensi Bakteri terhdp
Metode Kontrol Fisik & Kimiawi
 Kurang Resisten: Kebanyakan sel
vegeta-tif bakteri; Spora fungi (selain
zygospore) dan hifa; virus berenvelope;
ragi; tropozoit tropozoa.
Endospora bakteri dianggap yg paling
resisten → 18 kali lebih sulit dihancurkan
dp sel vegeta-tifnya. Karena itu dipakai
sebagai standar keberhasilan st proses
sterilisasi.
Perbandingan R Endospora Bakteri
Dgn Bentuk Vegetatifnya
CARA ENDOSPORE BENTUK ENDOSPORA
VEGETATIF ….X > R
Panas (basah) 120oC 80oC 1,5 X
Dosis Radiasi 4.000 Grays 1.000 Grays 4X
(X-rays)
Sterilisasi gas 1.200 mg/L 700 mg/L 1,7 X
(ethylene
oxide)
Sporocidal 3 jam 10 menit 18 x
liquid
(glucotaral-
dehyde)
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai