Anda di halaman 1dari 17

KULIAH#03

DINAMIKA
TEKNIK
GAYA INERSIA

Oleh: Iwan Agustiawan


Program Studi Teknik Mesin
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL BANDUNG
gusti@itenas.ac.id
DEFINISI GAYA INERSIA :

Gaya Inersia adalah konsep gaya yang diterapkan pada suatu


benda dalam kondisi dinamik (memenuhi Hukum Newton II)
agar dapat diselesaikan secara statika menggunakan persamaan
Hukum Newton I.

Besar Gaya Inersia (f) sama dengan Gaya Resultan ( F) :


f =  F = m.a
Arah Gaya Inersia (f) berlawanan dengan percepatan linier a
m
F=ma
f=ma
DEFINISI GAYA INERSIA :

Sebuah bis ditarik oleh gaya A dan B

f = 3000 N Besar gaya A = 1344 N dan B = 1963 N


Gaya inersia f = 3000 N diterapkan dengan tujuan R = A +> B = 3000 N
agar bis dalam kondisi dinamik (karena bekerja
gaya resultas R = 3000 N) berubah menjadi statik sehingga dapat diselesaikan HK Newton I
DEFINISI GAYA INERSIA :

Gaya Inersia (f)

KONDISI DINAMIK KONDISI STATIK

Diselesaikan dengan Diselesaikan dengan


Hukum Newton II Hukum Newton I
F = m.a (Translasi) F = 0
T = I. (Rotasi) T = 0
CONTOH PENERAPAN GAYA INERSIA :

W = 100 N
F = 20 N Hitung besar percepatan linier (a) yang terjadi?
 = 0,1
(asumsi g = 10 m/s2)

1. Diselesaikan dengan Hukum Newton II : 2. Diselesaikan dengan Hukum Newton I :


N = 100 N N = 100 N
f = m.a a
Fg = .N F = 20 N F = 20 N
= 10 N Fg = .N
W = 100 N = 10 N W = 100 N
F = m.a F = 0
20 – 10 = (W/g). a 20 – 10 – f = 0  20 – 10 – (W/g).a = 0
a = (20 – 10) / (100/10) = 1 m/s2 = 1 m/s/s a = (20 – 10) / (100/10) = 1 m/s2 = 1 m/s/s
Balok mengalami peningkatan kecepatan Balok mengalami peningkatan kecepatan
sebesar 1 m/s setiap detik. sebesar 1 m/s setiap detik.
BATANG (LINK) DALAM KONDISI DINAMIK

Disebabkan Gaya Resultan MAg


tidak belokasi di G (berjarak h),
maka batang secara simultan
mengalami gerak translasi
dengan percepatan linier titik
berat sebesar Ag & gerak rotasi
CW dengan percepatan rotasi

(percepatan sudut) sebesar 
Gaya Resultan :
 F = F1 -> F2 = M Ag
Momen Gaya Resultan :
MAg h = I 
BATANG DALAM KONDISI STATIK
(SETELAH DITERAPKAN GAYA INERSIA)

Besar Gaya Inersia :


f = M Ag

Arah Gaya Inersia :


- Berlawanan dengan Ag &
sejajar jika   0
- Berlawanan dengan Ag &
kolinier jika   0

Lokasi Gaya Inersia (h) :
Ketika  = 0 , maka h = 0
yang berarti gaya inersia
berlokasi di titik berat G
CONTOH PENERAPAN GAYA INERSIA :

Kondisi dinamik link berdasarkan


kondisi percepatannya :
Gambar a)  sedang berotasi CW
pada kecepatan rotasi sebesar  =
20 rad/s konstan.
Gambar b)  sedang diam dan
sesaat akan bergerak rotasi CW
dipercepat sebesar  = 1500 rad/s2
a = d/dt = 0 Gambar c)  sedang berotasi CW
Tidak mengalami pada kecepatan rotasi sebesar  =
Perubahan  terhadap 20 rad/s dan mengalami
waktu ( konstan) percepatan sebesar  = 1500
rad/s2
CONTOH PENERAPAN GAYA INERSIA :

Skala ukuran link 1 : 2 Poligon percepatan


Skala 2000 cm/s2 : 1 cm AGN
Diketahi OG = 10 cm, digambarkan
di atas kertas kerja 5 cm AG = (5.812+8.152)
f = 10 cm
= 20000 cm/s2 AG
Analisis Percepatan : AGT
h AG = AO +> AGO , AO = 0 cm/s
AG = AGO
AG AG = AGN +> AGT
AGN = 2 (OG) = (20)2 x 10 = 4000 cm/s2 , arah // OG
O
AGT =  (OG) = 1500 x 10 = 15000 cm/s2 , arah  OG

Besar gaya inersia, f = M AG = (25/9.81) x 20000 = 50968.4 N


Arah gaya inersia, berlawanan dengan AG dan sejajar
Skala ukuran link 1 : 2 Poligon percepatan
Diketahi OG = 10 cm, digambarkan Skala 1000 cm/s2 : 1 cm
di atas kertas kerja 5 cm AG = AGN

f
Analisis Percepatan :
AG = AO +> AGO , AO = 0 cm/s2
AG = AGO
AG
AG = AGN +> AGT , AGT = 0 cm/s2
AG = AGN
O
AGN = 2 (OG) = (20)2 x 10 = 4000 cm/s2 , arah // OG

Besar gaya inersia, f = M AG = (25/9.81) x 4000 = 10193.7 N


Arah gaya inersia, berlawanan dengan AG dan kolinier
PENERAPAN GAYA INERSIA
PADA MEKANISME ENGKOL PELUNCUR
Diperlihatkan mekanisme
engkol peluncur dalam
kondisi dinamik dimana link 2
(engkol) sedang berotasi pada
kecepatan sudut 2 konstan
dengan kondisi percepatan
kondisi percepatan mekanisme ditunjukan pada
mekanisme menunjukan poligon percepatannya.
kondisi dinamik Hitung besar, arah dan lokasi
mekanismenya gaya inersia yang harus
diterapkan pada link 2, link 3
dan link 4 agar mekanisme
tsb berada dalam kondisi
keseimbangan (statik)?
Review Penentuan Gaya Inersia Pada Mekanisme Engkol-
Peluncur (1)
Analisis Percepatan Mekanisme :
Ag3 Menentukan posisi titik g2, g3 dan g4 pada
3 poligon percepatan sbb :
Ag2 0ag2 / O2G2 = 0aa / O2A
0ag2 = O2G2 X 0aa / O2A = ….. cm, ini adalah
Ag4 lokasi g2 thd 0a pada
Ag4 = AB
poligon
Dg cara yg sama untuk mencari g3 thd 0a
g4 berimpit dg b , karena G4 berimpit dg B
Ag3
Ag2
Kondisi dinamik mekanisme, dengan mencari
besar percepatan linier titik berat Ag dan
percepatan rotasi  :
Ag2 = ……. cm/s2
Ag3 = ……. cm/s2
Ag4 = ……. cm/s2
2 konstan -> 2 = 0
t 2
Penerapan Gaya Inersia Pada Link
2

• Besar gaya inersia f2 :


f2 = M2. Ag2
= …… N

• Arah gaya inersia f2 :


Berlawanan dgn Ag2 dan kolinier, artinya

f2 satu garis kerja dengan Ag2

• Lokasi gaya inersia f2 :


h2 = I2 2 / f2 , dimana 2 = 0
= 0 , artinya gaya inersia f2 berlokasi
Penerapan Gaya Inersia Pada Link
3
• Besar gaya inersia f3 :
f3 = M3. Ag3
3 = …… N

• Arah gaya inersia f3 :


Berlawanan dgn Ag3 dan sejajar, artinya
f3 sejajar dengan Ag3 dalam jarak h3
3
• Lokasi gaya inersia f3 :
h3 = I3 3 / f3 , dimana 3 = ... Rad/s2 CCW
=….. cm
artinya gaya inersia f3 berlokasi
berjarak h3 thd titik berat G3
Penerapan Gaya Inersia Pada Link
4
• Besar gaya inersia f4 :
f4 = M4. Ag4
= …… N

• Arah gaya inersia f4 :


Berlawanan dgn Ag4 dan kolinier, artinya

f4 satu garis kerja dengan Ag4

• Lokasi gaya inersia f4 :


h4 = I4 4 / f4 , dimana 4 = 0
= 0 , artinya gaya inersia f4 berlokasi
di titik berat G4
Mekanisme Engkol Peluncur Dalam Kondisi Statik
(Setelah Diterapkan Gaya Inersia)

KONDISI DINAMIK
(sebelum diterapkan
Gaya Inersia)

f2
f3
h3
3
KONDISI STATIK
Ag2 (setelah diterapkan
Ag3 f4 Gaya Inersia)
Ag4
Terimakasi
h

Anda mungkin juga menyukai