Anda di halaman 1dari 7

Jual Beli dan Tujuan

Berbisnis
UNIVERSITAS PERJUANGAN
A. Pengertian Jual beli
Secara etimologi jual beli dapat diartikan sebagai pertukaran
sesuatu dengan sesuatu (yang lain). Namun secara
terminology, para ulama berbeda pendapat dalam
mendefinisikan jual beli tersebut (Rachmat Syafei, 2004)
Mari kita simak beberapa pendapat ulama mengenai jual beli.
1. Ulama Hanafiah : Jual beli adalah pertukaran harta (benda)
dengan harta berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan).
2. Imam Nawawi dalam Al-Majmu : Jual beli adalah pertukaran
harta dengan harta untuk kepemilikan.
3. Ibnu Qudamah dalam Kitab Al-Mugni : Jual beli adalah
pertukaran harta dengan harta, untuk saling menjadikan milik.
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
rukun jual beli adalah menyangkut ba'i (penjual), mustari
(pembeli), Sighat (ijab dan qabul) Dan ma'qud'alaih (benda
atau barang).
B. Syarat Jual Beli

01 syarat terjadinya
akad (in 'iqad)
02 syarat sahnya akad
adalah sesuatu yang disyaratkan
terwujudnya untuk menjadikan suatu akad
dalam zat nya sah menurut syara'. Apabila
syarat tidak terwujud maka akad menjadi
batal.

03 syarat terlaksananya
akad (nafadz)
Artinya orang yang
melakukan akad harus
04 syarat (luzum)
pemilik barang yang
menjadi objek akad, atau
mempunyai kekuasaan
(perwakilan).
C. Jual beli yang dilarang dalam islam

1. Jual beli yang dilarang karena pelaku akad 2. Jual beli yang dilarang karena shighat
Para ulama sepakat bahwa jual beli Sighat adalah ijab qabul (kalimat: “saya jual
dianggap sah apabila dilakukan oleh kepadamu” atau “saya serahkan
orang yang sudah baligh, berakal, kepadamu”) yang dilakukan oleh penjual
dapat memilih, dan multak tasharruf dan pembeli. Jika tidak ada shighat, maka
(dapat melakukan tindakan dengan hukum jual beli menjadi tidak sah.
bebas).
3. Jual beli yang dilarang karena ma'qud alaih 4. Jual beli yang dilarang karena sifat,
Ma’qud alaih adalah harta yang dijadikan alat syarat, atau larangan syara
pertukaran oleh orang yang akad, biasa disebut
Menurut para ulama, jual beli dianggap
mabi’ (barang jualan) dan harga. Ulama fiqih
sah apabila memenuhi syarat dan
sepakat bahwa jual beli dianggap sah apabila
rukun, tidak membahayakan
ma’qud alaih adalah barang yang tetap atau
masyarakat, serta tidak bertentangan
bermanfaat, berbentuk, dapat diserahkan, dapat
dengan akad.
dilihat, dan tidak ada larangan dari syara’
D. Berbisnis untuk Keuntungan

Apakah tujuan berbisnis? Pekerjaan berdagang atau jual beli


adalah sebagian dari pekerjaan bisnis. Kebanyakan masyarakat kita jika mereka
berbisnis, selalu ingin mencari laba besar. Jika ini yang menjadi tujuan
usahanya, maka seringkali mereka menghalalkan berbagai cara. Dalam hal ini
sering terjadi perubahan negative, yang akhirnya menjadi kebiasaan. Adalah
sifat tidak baik apabila, orang banyak bicara dan banyak bohongnya, bila
ditutupi selalu khianat, janji sering meleset, punya utang selalu ditunda
pembayarannya, bahkan mengelak untuk membayar bila punya kekuasaan, ia
menindas, dan mempersulit orang lain, tidak pernah ia memberi kemudahan
dalam hal yang menjadi wewenangnya, atau dalam menagih piutang, ia bisa
berlaku tidak manusiawi dan sebagainya.
E. Berbisnis untuk Ibadah
● Kegiatan berbisnis bagi umat muslim adalah dalam rangka ibadah kepada Allah
Swt. Karena umat muslim sudah berjanji seperti ikrar dalam shalat lima waktu,
bahwa shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, adalah bagi Allah Swt.
Berbisnis adalah sebagian dari hidup umat muslim, yang harus ditujukan untuk
beribadah kepada-Nya, dan wadah untuk berbuat baik kepada sesama. Sebuah
hadis menyatakan: Artinya: Sekali-kali tidaklah seorang mukmin akan merasa
kenyang (puas) mengerjakan kebaikan, sampai puncaknya ia memasuki surga.
(HR. Tirmidzi)
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai