Anda di halaman 1dari 23

Penyakit Terminal

Kecelakaan Fatal :
Cedera Kepala
Berat (CKB)
Dosen Pengampu :
Ns.Merri Silaban, S.Kep., M.Kep.
Kelompok 5
Eka Indriyani
Arian Hidayatulloh
Fuad Sulaiman
Mamiek Sudarmi Mabrur
Devi Permatasari
Dianika Supraptiningsih
Suhartatik
Siti Latifah
Yuyun Sundari
Shopyan NurMaul
Afriani Dwi Winarti
Defenisi
Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau
otak yang terjadi akibat injury pada kepala, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Cedera kepala merupakan keadaan yang serius dan perlu mendapat penanganan yang
cepat. Tindakan pemberian oksigen yang adekuat dan mempertahankan tekanan darah
yang cukup untuk perfusi otak bisa menghindarkan pasien dari cidera kepala sekunder
(Susilo, 2019).

Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang di sertai perdarahan
interstitial dalam substansi otak, tanpa terputusnya kontinuitas otak (Padila,2014). Cedera
kepala adalah trauma yang mengenai otak disebabkan oleh kekuatan eksternal yang
menimbulkan perubahan tingkat kesadaran dan perubahan kemampuan kognitif, fungsi
tingkah laku dan emosional (Bararah, 2013).
Etiologi
Menurut Sosilo (2019), penyebab trauma kepala dapat meliputi kecelakaan lalu
lintas, terjatuh, kecelakaan yang berkaitan dengan olahraga, atau kejahatan dan tindak
kekerasan

a. Trauma benda tumpul

b. Trauma tajam

c. Coup dan contracoup


Klasifikasi
Menurut krisanty paula (2014), cidera kepala ada 3 berdasarkan nilai GCS :
a. Cedera kepala ringan
 Nilai GCS 13- 15
 Amnesia kurang dari 30 menit
 Trauma sekunder dan trauma neurologis tidak ada
 Kepala pusing beberapa jam sampai beberapa hari
b. Cedera kepala sedang
 Nilai GCS 9 – 12
 Penurunan kesadaran 30 menit – 24 jam
 Terdapat trauma sekunder
 Gangguan neorologis sedang
c. Cedera kepala berat
 Nilai GCS 3- 8
 Kehilangan kesadaran lebih dari 24 jam sampai berhari – hari
 Terdapat cedera sekunder : kontusio,fraktur tengkorak, perdarahan dan atau hematoma intrakranial.
Patofisiologi
Suatu sentakan traumatik pada kepala menyebabkan cedera kepala. Sentakannya
tiba- tiba dan dengan kekuatan penuh, seperti jatuh, kecelakaan kendaraan
bermotor, atau kepala terbentur. Jika sentakan menyebabkan suatu trauma
akselerasi- delerasi atau coup- countercoup, maka kontusioserebri dapat terjadi.
Trauma akselerasi- deselerasi dapat terjadi langsung di bawah sisi yang terkena ketika
otak terpantul kearah tengkorak dari kekuatan suatu sentakan (suatu pukulan
benda tumpul) ketika kekuatan sentakan mendorong otak terpantul kearah sisi
berlawanan tengkorak, atau ketika kepala terdorong kedepan dan terhenti
seketika. Otak terus bergerak dan terbentur kembali ke tengkorak (akselerasi) dan
terpantul (deselerasi) (Krisanty, 2014).
Pathway
Manifestasi Klinis
Menurut Susilo (2019), manifestasi klinik cedera kepala memiliki tanda dan gejala sebagai berikut:

a.Komosio otak (Gegar otak)

 Cedera kepala ringan.


 Disfungsi neurologis sementara dan dapat pulih kembali.
 Kehilangan kesadaran sementara 10-20 menit.
 Tanpa kerusakan otak permanen.
 Muncul gejala nyeri kepala, pusing, muntah.
 Disorientasi sementara.
 Tidak ada gejala sisa.
 Tidak ada terapi khusus. b.Kontusio Serebri (Memar Otak)

 Ada memar otak.


 Perdarahan kecil lokal.
 Gangguan kesadaran lebih lama.
 Kelainan neurologis positif.
 Refleks patologi positif, lumpuh, konvulsi.
 Gejala TIK meningkat.
 Amnesia retrograde lebih nyata.
Lanjutan :
C.Umum

 Gangguan kesadaran.
 Kebingungan.
 Abnormsalitas pupil.
 Awitan tiba- tiba defisit neurologik.
 Perubahan tanda vital.
 Gangguan penglihatan dan pendengaran.
 Disfungsi sensori.
 Kejang otot.
 Sakit kepala.
 Vertigo.
 Gangguan pergerakan.
Penatalaksanaan CKB
1. Klien akan datang dalam keadaan tidak sadar ke unit gawat darurat. Cedera
kepala mungkin merupakan bagian dari trauma multipel.

2. ABC (Airway management, Breathing, Circulation). Intubasi dan ventilasi


pasien- pasien tidak sadar untuk melindungi jalan nafas dan mencegah cedera
otak sekunder akibat hipoksia.

3. Resusitasi pasien dan cari tanda- tanda cedera lainnya, khususnya jika
pasien dalam keadaan syok. Cedera kepala dapat di sertai dengan cedera
tulang belakang servikal dan leher harus di lindungi dengan cervical collar
pada pasien- pasien ini.

4. Obati masalah- masalah yang mengancam hidup (misalnya ruptur limpa) dan
stabilkan pasien sebelum dikirim ke unit bedah saraf. Pastikan terdapat
pengawasan medis yang adekuat (ahli anestesi dan perawat) selama pengiriman
(Susilo,2019).

5. Mencegah terjadinya luka dekubitus yang bisa di alami oleh pasien dengan
penurunan kesadaran lama
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik :

a. X ray/CT Scan

b. MRI: dengan atau tanpa menggunakan kontras

c. Angiografi cerebral: menunjukkan kelainan sirkulasi serebral

d. EEG: mermperlihatkan keberadaan atau berkembangnya


gelombang patologis
Lanjutan :

Pemeriksaan laboratorium :

a. AGD: PO2, PH, HCO2, : untuk mengkaji keadekuatan ventilasi (mempertahankan


AGD dalam rentang normal untuk menjamin aliran darah serebral adekuat) atau
untuk melihat masalah oksigenasi yang dapat meningkatkan TIK.

b. Elektrolit serum: cedera kepala dapat dihubungkan dengan gangguan regulasi


natrium, retensi Na berakhir beberapa hari, diikuti dengan dieresis Na,
peningkatan letargi, konfusi dan kejang akibat ketidakseimbangan elektrolit.

c. Hematologi: leukosit, Hb, albumin, globulin, protein serum.

d. CSS: menenetukan kemungkinan adanya perdarahan subarachnoid (warna, komposisi, tekanan).

e. Pemeriksaan toksilogi: mendeteksi obat yang mengakibatkan penurunan kesadaran.

f. Kadar antikonvulsan darah: untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup efektif
mengatasi kejang.
—Komplikasi -

A. Fraktur tengkorak
B. Perdarahan intrakranial
C. Perdarahan ekstradural..
D. Perdarahan subdural akut.
E. Hematoma subdural kronis
F. Perdarahan interserebral.
G. Infeksi (trauma terbuka).
H. Depresi pernapasan dan gagal nafas
I. Hernia otak (Susilo,2019
Diagnosa Keperawatan

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan


neurologis(cedera kepala).

b. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan cedera


kepala.

c. Berduka berhubungan dengan Antisipasi kematian keluarga atau


orang yang berarti
No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d 1.Bersihan jalan nafas. 1.Manajemen jalan napas.
sekret yang tertahan. a. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
a.Klien mampu batuk efektif b.Monitor bunyi napas tambahan (mis, gurgling, mengi,
Defenisi: b.Produksi sputum menurun wheezing, ronkhi kering)
Ketidakmampuan membersihkan sekret c.Mengi, wheezing menurun c.Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
atau obstruksi jalan d.Dispnea menurun d.Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan
nafas untuk mempertahankan jalan e.Sulit bicara bisa membaik chin-lift (jaw- thrust jika di curigai trauma servikal)
nafas tetap paten. f.Sianosis menurun g.Gelisah menurun e.Posisikan semi fowler atau fowler.
f.Beriakan minuman hangat.
1.Tanda Mayor h.Frekuensi nafas membaik g.Lakukan fisioterapi dada.
a. Batuk tidak efektif h.Lakukan pengisapan
b. Tidak mampu batuk. 2.Pertukaran gas i.Lakukan hiperoksigenasi sebelum pengisapan endotrakeal.
c. Sputum berlebihan. a.Dispnea menurun j.Berikan oksigen jika perlu
d. Mengi, wheezing, atau ronkhi kering. b.Pusing menurun
c.Gelisah menurun 2.Latihan batuk efektif
2.Tanda Minor d.Pco2 membaik a.Identifikasi kemampuan batuk b
a.Dispnea e.Po2 membaik b.Monitor adanya retensi sputum.
b.Sulit bicara f.Takikardia membaik c.Monitor tanda dan gejala infeksi saluran pernapasan
c.Ortopnea g.Sianosis membaik d.Monitor input dan output cairan (mis. Jumlah dan
d.Gelisah h.Pola nafas membaik karakteristik)
e.Sianosis i.Warna kulit membaik e.Atur posisi semi fowler atau fowler.
f.Bunyi nafas menurun f.Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasie.
g. Frekuensi nafas berubah g.Buang sekret pada tempat sputum
h. Pola nafas berubah h.Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif.
i.Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, di
tahan 2 detik, kemudian keluarkan melalui mulut dengan bibir
mencucu selama 8 detik.
j.Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali
k.Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas
dalam yang ke 3
No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI

2. Risiko perfusi serebral tidak efektif b.d cedera 1.Perfusi serebral 1. Manajeman peningkatan tekanan intrakranial.
kepala.
a.Tingkat kesadaran kognitif meningkat. a. Identifikasi penyebab peningkatan TIK.
b.Tekanan intrakranial menurun. c.Sakit b. Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK.
Defenisi: berisiko mengalami penurunan sirkulasi kepala menurun.
darah ke otak. d.Gelisah menurun. c. Kolaborasi dalam monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
e.Kecemasan menurun. d. Kolaborasi dalam monitir CPP (Cerebral Perpusion Pressure)
Faktor risiko: cedera kepala. f.Agitasi menurun. e. Kolaborasi dalam monitor gelombang ICP
g.Demam menurun. f. Monitor status
Kondisi klinis terkait: cedera kepala. h.Tekanan darah membaik. g. Monitor kesimetrisan wajahh.
i. Reflek saraf membaik h. Monitor karakteristik bicara, kelancaran, kefihan, atau kesulitan
mencari kata.
2.Status neurologis
i. Monitor respons babinski
a.Tingkat kesadaran meningkat j. Monitor respons cushing
b.Reaksi pupil meningkat
c.Status kognitif meningkat 2.Edukasi program pengobatan
d.Kontrol motorik pusat meningkat. k. Identifikasi pengetahuan tentang pengobatan yang diRekomendasikan
e.Fungsi sensorik dan motorik kranial l. Identifikasi pengguanaan pengobatan tradisional dan efek sampingnya
meningkat. m. Fasilitasi informasi tertlis atau gambar untuk meningkatkan
f.Fungsi sensorik dan motorik spinal pemahaman
meningkat.
n. Berikan dukungan untuk menjalani proram pengobatan
g.Hipertermi menurun
h.Pucat menurun o. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan pada pasien selama
i.Sindrom horner menurun. pengobatan
j.Pandangan kabur menurun p. Jelaskan manfaat dan efek samping dari pengobatan
q. Jelaskan strategi mengelola efek samping obat .
r. Jealaskan penyimpanan, pengsian kembali dan pemantauan sisa obat
s. Informasikan fasilitas kesehatan yang dapat di gunakan selama
pengobatan.
No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI

3. Berduka berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi keperawatan Dukungan proses berduka
Antisipasi kematian keluarga atau
orang yang berarti selama .... diharapkan tingkat berduka Observasi
membaik dengan kriteria hasil : a. Identifikasi kehilangan yang dihadapi
b. Identifikasi proses berduka yang dialami
a.Verbalisasi menerima kehilangan c. Identifikasi reaksi awal terhadap kehilangan
meningkat
Terapeutik
b. Verbalisasi perasaan sedih menurun

C.Verbalisasi perasaan bersalah atau d. Tunjukkan sikap menerima dan empati


menyalahkan orang lain menuru e. Motivasi agar mau mengungkapkan perasaan kehilangan
f. Motivasi untuk menguatkan dukungan keluarga atay orang terdekat
g. Fasilitasi melakukan kebiasaan sesuai dengan budaya, agama, dan norma
sosial
h. Diskusikan strategi koping yang dapat digunakan

Edukasi

a. Jelaskan kepada pasien atau keluarga bahwa sikap mengingkari, marah,


tawar menawar, depresi dan menerima adalah wajar
b. Anjurkan mengidentifikasi ketakutan terbesar pada kehilangan

c. Anjurkan mengekspresikan perasaan tentang kehilangan Ajarkan melewati


proses berduka secara bertahap
PERAWATAN PALIATIF PADA
PASIEN DENGAN CKB
a. Tetap melakukan penatalaksaan umum
dengan memperhatikan kondisi pasien
b. Pendekatan spiritual
c. Pendekatan emosional
d. Dukungan keluarga
Peran utama perawat paliatif : (Degner dkk, 1991)

 1. Memberikan rasa nyaman


 2. Responsif selama proses kematian
 2. Respon terhadap rasa marah ps / kel
 4. Memberikan support perkembangan individu
 5. Respon terhadap sejawat
 6. Meningkatkan kualitas hidup / kualitas meninggal dengan damai
 7. Respon terhadap keluarga
PRINSIP-PRINSIP PERAWATAN
PALIATIF

 Menghilangkan nyeri dan gejala fisik lain


 Menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal
 Tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian
 Menghindari tindakan yang sia sia
 Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial dan spiritual
 Memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin
 Pasien adalah pemegang peran utama dalam pengambilan keputusan
 Memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita
 Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya
Kesimpulan
Cedera kepala adalah suatu tarauma yang mengenai daerah
kuli kepala, tulang terkorak dan otak yang terjadi akbita injuri
baik itu bneturan secara langsung ataupun tidak langsung pada
bagian kepala. Klasifikasi cedera kepala juga dibagi menjadi
tiga yaitu cedera kepala ringan, sedang dan berat. Hal itu
diklasifikasikan dengn menggunakan nilai GCS atai tingkat
kesadaran

Dari kasus di atas kamis mengambil diagnose Pola nafas tidak


efektif berhubungan dengan gangguan neurologis(cedera
kepala) dan terdafas suara nafas ronkhi.
Lalu risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan
dengan cedera kepala. dan terdapatnya memar akibat
kecelakaan lalu lintas tersebut, dan Berduka berhubungan
dengan Antisipasi kematian keluarga atau orang yang berarti
THANK
S!
Kelompok 3b Paliatif

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo


, and includes icons by Flaticon, and infographics & images by
Freepik
Sesi tanya
jawab ?

Anda mungkin juga menyukai