Anda di halaman 1dari 40

PENENTUAN

KEHILANGAN
HASIL
I MADE SUDARMA
• Di dalam perkuliahan ini akan dibahas pengaruh penyakit terhadap
kehilangan hasil tanaman. Hasil tanaman yang diusahakan adalah
merupakan tujuan utama mengapa seorang petani mengusahakan suatu
tanaman. Tujuan dasar dari epidemiologi adalah bagaimana mencegah atau
mengurangi kehilangan hasil akibat penyakit tanaman. Pengkajian
kehilangan hasil akibat penyakit tanaman harus didasari pengetahuan
mengenai fisiologi tanaman, dan aspek social ekonomi pertanian.
• Epidemik menyebabkan kehilangan hasil tanaman. Pencegahan kehilangan
hasil adalah tujuan ekonomi dari ilmu penyakit tanaman dan khususnya
epidemiologi. Akan tetapi bagaimana kita mampu menduga kehilangan
hasil akibat penyakit tanaman kalau banyak sekali factor lain yang juga
mengancam hasil pertanaman?
• Hanya dengan didasarkan pada pendugaan potensi kehilangan hasil secara
akurat, suatu tindakan pengendalian dapat dilakukan dengan efektif dan
efisien.
• Walaupun epidemiologi sesungguhnya bagian dari biologi, akan tetapi di dalam
melaksanakan fungsinya seorang epidemiologist harus berhadapan dengan aspek-aspek
ekonomi. Nilai ekonomi merupakan dasar di dalam mengambil keputusan baik oleh
individu petani, kelompok petani maupun pembuat kebijakan (pemerintah). Disini kita
akan membahas bagaimana epidemiologi mendukung proses pengambilan keputusan.

• Segi ekonomi dari kehilangan hasil tidak dapat dibahas hanya dari sisi teori
epidemiologi. Akan tetapi harus didasarkan pada perimbangan penawaran dan
permintaan yang ditentukan baik dari pasar terbuka maupun atas dasar keputusan
pemerintah. Sebagai contoh adalah kerusakan bunga dan buah muda apple karena
membeku (suhu udara turun dibawah titik beku). Kerusakan ini menyebabkan naiknya
harga appel, karena suplai tidak mampu memenuhi permintaan.

• Pada saat yang sama biaya pemanenan, penanganan hasil panen, menjadi lebih murah,
sehingga petani mendapatkan keuntungan besar. Disini terlihat bahwa kehilangan hasil
tanaman justru menguntungkan bagi petani. Hubungan antara kehilangan hasil
tanaman dan kehilangan ekonomi bervaraisi tergantung pada kondisi ekonomi suatu
lokasi: pasar terbuka atau pasar terpusat, tingkat perkembangan suatu negara, letak
geografis, jenis komoditas, dll. Seorang epidemiologist harus menyadari dan mengerti
mengenai ekonomi dari kehilangan hasil tanaman tanpa berpura-pura menjadi ahli
ekonomi.

• Beberapa epidemic sudah dilaporkan menimbulkan kerusakan besar seperti penyakit


hawar daun kentang di Irlandia tahun 1845. Kerusakan semacam ini pengaruhnya
bukan hanya mengurangi hasil tetapi juga memnggoyahkan aspek ekonomi, social, dan
Kehilangan Potensi
• Kehilangan potensi hasil dapat menjadi kenyataan jika tidak diadakan upaya
pengendalian penyakit. Pengalaman dari berbagai epidemic yang berat
memberikan gambaran bagaimana pentingnya diketahui kehilangan potensi
hasil tersebut melalui proses retrospective guna menganalisis ulang kira-kira
apa yang terjadi jika seandainya diadakan tindakan-tindakan pengendalian
yang tepat pada saat itu.
• Proses retrospective ini memahami apa yang terjadi jika tindakan pengendalian
tidak dilaksanakan dengan baik berdasarkan pengalaman sebelumnya.
Pengalaman dari epidemic penyakit bercak daun bersudut pada kapas
(Xanthomonas malvacearum) di Uganda menyebabkan kehilangan sekitar 50%
dari potensi hasil yang dapat diperoleh (attainable yield) karena waktu itu
petani tidak melaksanakan pengendalian.
• Berdasarkan pengalaman tersebut, maka petani dianjurkan untuk
menggunakan varietas resisten (varietas S47) yang dokombinasikan dengan
bakterisida (senyawa merkuri organic) dan akhirnya attainable yield diperoleh.
• Pengalaman lain adalah kehilangan hasil 100% pada pertanaman pisang di
Suriname akibat serangan penyakit Sigatoga (Mycosphaerella musicola) karena
terjadinya penundaan penyemprotan walaupun hanya beberapa hari. Dari
pengalaman ini petani mengikuti anjuran untuk menanam varietas tahan,
menggunakan pestisida, bahkan mengikuti saran untuk tindakan eradikasi.
• Selain melihat kebelakang (retrospective), kita juga harus mampu
melihat kedepan untuk menduga seberapa besar kehilangan hasil
dapat timbul jika terjadi serangan penyakit secara tiba-tiba.
Serangan semacam ini telah terjadi berkali-kali di dalam sejarah,
misalnya: Mildew pada pada anggur (Uncinula necator) yang
terbawa dari Amerika menghancurkan pertanaman anggur di Eropa
pada tahun 1850. Seratus tahun kemudian tobacco blue mold
(Peronospora tabacina) menyerang pertanaman tembakau di Eropa
dengan penyebaran yang sangat cepat.
• Potensi kehilangan hasil di masa mendatang merupakan tugas dari
lembaga perlindungan tanaman baik nasional maupun internasional.
• Rencana aksi harus dipersiapkan, diperbaharui, dan siap digunakan.
Pengetahuan epidemiologi yang baik mengenai kondisi lingkungan
yang sesuai bagi perkembangan suatu patogen dan kemampuan
penyebarannya diperlukan untuk menyusun suatu tindakan darurat
jika terjadi serangan patogen baru di suatu lokasi atau negara.
Pengetahuan epidemiologi juga digunakan untuk mengetahui tempat
yang beresiko tinggi dimana penyakit tersebut dapat menyerang.
Kehilangan hasil yang sebenarnya
• Kehilangan hasil yang sebenarnya adalah kehilangan yang
telah terjadi atau sementara terjadi yang dapat
digolongkan sebagai kehilangan langsung dan kehilangan
tidak langsung.
• Kehilangan langsung adalah kehilangan kualitas dan
kuantitas dari potensi produksi tanaman. Kehilangan hasil
secara langsung terdiri dari kehilangan primer dan
kehilangan sekunder. Kehilangan tidak langsung adalah
pengaruh social dan ekonomi dari penyakit tanaman.
Kehilangan ini dapat dirasakan oleh berbagai lapisan
masyarakat (Tabel berikut).
I Potensi Kehilangan 1
II Kehilangan Hasil Sebenarnya 2:
1. Kehilangan Langsung 3:
i. Kehilangan Primer 4:
a.hasil
b.kualitas
c.biaya pengendalian
d. biaya tambahan untuk panen
e. biaya penanaman ulang
f. kehilangan karena menanam tanaman yang kurang bernilai
ekonomi
ii Kehilangan Sekunder 5:
a. kontaminasi bahan perbanyakan tanaman
b. penyakit tular tanah
c. tanaman lemah karena daun gugur
d. biaya pengendalian
2. Kehilangan Tidak Langsung 6:
1. petani
a. masyarakat pedesaan
b. eksporter
c. Pedagang
d. konsumen
e. pemerintah
f. lingkungan
1
Kehilangan yang terjadi karena tidak adanya tindakan
pengendalian
2
Kehilangan ekonomi dan sosial akibat penyakit
tanaman
3
Kehilangan kualitas dan kuantitas hasil yang diderita
petani
4Kehilangan kualitas dan kuantitas hasil akibat serangan

penyakit sebelum atau sesudah panen.

5Kehilangan potensi hasil di masa mendatang

6Kehilangan dari segi sosial yang diderita semua pihak

terkait
Kehilangan yang dihadapai petani
• Pada tingkat petani, kehilangan makanan, pendapatan, atau
modal membuat petani semakin miskin sehingga banyak
diantara mereka berhenti bertani. Meninggalkan dunia
pertanian mungkin sebagai pengaruh tidak langsung dari
penyakit tanaman, tetapi itu bisa menjadi akibat langsung.
• Di Amerika Tengah banyak petani berhenti bertani setelah
pertanaman mereka diserang oleh penyakit Panama yang
disebabkan oleh Fusarium oxyxporum f. cubense.
• Dengan meninggalkan pertanian akan menurunkan nilai tanah
dan hasil infestasi seperti alat pertanian, jalan kebun, dll.
Disamping itu juga adanya kehilangan psikologi berupa
harapan-harapan akan terlepas dari belenggu kemiskinan.
Kehilangan yang diderita oleh masyarakat
pedesaan
• Penyakit karat daun kopi yang menyerang Sri Lanka di tahun
1870 menghancurkan pertanaman kopi negeri itu, sehingga
kebun-kebun petani harus diambil alih oleh bank karena
mereka tidak mampu mengembalikan kreditnya.
• Petani secara berkelompok kehilangan mata pencaharian.
Penyakit buah kopi yang menyerang Kenya di tahun 1965-
1966 menyebabkan kehialangan hasil seharga $10 juta dalam
satu musim, sampai sekarang penyakit ini tetap mengancam.
• Pada saat petani menderita kerugian maka seluruh ekonomi
masyarakat pedesaan akan menurun dan semua industri yang
berhubungan dengan komoditi tersebut akan terhenti
beroperasi, pendapatan perusahaan menurun sehingga terjadi
pengangguran.
Kehilangan Bagi Konsumer
• Jika terjadi kehilangan hasil produksi, maka yang menanggung adalah
petani dan konsumer termasuk kehilangan pada tingkat petani, pada
tempat penyimpanan, transportasi. Kehilangan hasil diluar pertanaman
bervasiasi tergantung dari komoditas yang diusahakan.

Kehilangan Bagi Exporter


• Produksi komoditi export biasaya menguntungkan pada tingkat nasional,
misalnya teh, kopi, kakao bagi banyak negara berkembang. Ekonomi dan
kesejahteraan nasional mungkin tergantung pada upaya pencegahan
kehilangan hasil pertanian. Ekspor hasil pertanian mungkin mengalami
kehilangan hasil karena adanya kontaminasi mikroorganisme yang
sebenarnya bukan patogen tetapi menghasilkan racun bagi manusia,
seperti yang sering terjadi dengan kacang tanah dan produk lain yang
terinfeksi oleh Aspergillus yang menghasilkan racun aflatoxin
Kehilangan Bagi Negara
• Negara memberikan subsidi agar petani dapat meningkatkan
kesejahteraannya dan pada waktu yang bersamaan masyarakat mendapatkan
harga yang pantas. Disamping itu pemerintah juga berperanan di dalam
mengstabilkan harga. Dinas-dinas perlindungan tanaman, lembaga-lembaga
pendidikan dan penelitin pertanian, penyuluhan pertanian harus didirikan dan
dipelihara baik.

Kehilangan Bagi Lingkungan


• Kehilangan bagi lingkungan dapat terjadi karena adanya penggunaan
pestisida secara tidak bijaksana. Sering ada anggapan bahwa fungisida
kurang merusak lingkungan dibandingkan dengan insektisida, tetapi
banyak bukti menunjukkan bahwa anggapan itu tidak benar. Penggunaan
fungsisida yang mengandung tembaga pada perkebbunan appel
menurunkan populasi cacing tanah, sedangkan cacing tanah tersebut
membantu pengendalian penyakit kudis appel (Veneturia inequalis).
Benomyl selain beracun bagi cacing tanah juga membunuh plankton-
plankton yang ada pada daerah perairan yang menempati level terendah
pada piramida rantai makanan perairan.
Kehilangan primer dan sekunder
• Kehilangan primer adalah kehilangan hasil tanaman sebelum atau sesudah
panen akibat penyakit tanaman. Kehilangan ini bisa terjadi mulai dari biji,
penyimpanan, perkecambahan, pertumbuhan, pemanenan, penanganan dan
penyimpanan hasil panen. Urutan ini berakhir dengan transportasi,
penjualan, dan dapur konsumen.
• Kehilangan kualitas dan kuantitas biasanya terjadi bersama-sama. Yang
mana yang lebih penting tergantung pada komoditas dan daya beli
masyarakat. Kehilangan primer menyebabkan kehilangan pendapatan
dan/atau meningkatnya biaya produksi.
• Kehilangan sekunder adalah kehilangan dalam bentuk kemampuan
produksi pada pertanaman berikutnya. Pengaruh komulatif dari tanah,
benih, dan penyakit tular tanah pada tanaman semusim adalah contoh yang
baik.
• Tanah yang sudah terkontaminasi selama bertahuan-tahun oleh penyakit
busuk umbi pada bawang yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum f.
cepae tidak dapat lagi ditanami bawang sekurang-kurangnya selama 4-5
tahun.
PENENTUAN KEHILANGAN HASIL
(LANJUTAN)
• Di dalam perkuliahan ini akan dibahas pengaruh penyakit
terhadap kehilangan hasil tanaman. Hasil tanaman yang
diusahakan adalah merupakan tujuan utama mengapa
seorang petani mengusahakan suatu tanaman.
• Tujuan dasar dari epidemiologi adalah bagaimana
mencegah atau mengurangi kehilangan hasil akibat
penyakit tanaman. Pengkajian kehilangan hasil akibat
penyakit tanaman harus didasari pengetahuan mengenai
fisiologi tanaman, dan aspek social ekonomi pertanian.
Terminologi Kehilangan Hasil
• Ada berbagai macam kehilangan yang bisa terjadi akibat suatu
epidemic penyakit tanaman. Kita sekarang mengfokuskan diri pada
kehilangan primer berupa kualitas dan kuantitas produksi dengan
mengikuti terminology yang dipakai oleh FAO di dalam Manualnya
Metode Pendugaan Kehilangan Tanaman 1971 (Crop Loss Assessment
Methods).
• Tanaman adalah satu unit tumbuhan yang ditumbuhkan guna
memberikan makanan, serat, stimulant atau produk-produk lainnya.
Hasil adalah produk dari tanaman yang dapat diukur. Kehilangan
tanaman adalah pengurangan secara kualitas dan/atau kuntitas produk
tanaman.
• Kerusakan tanaman adalah istilah yang dugunakan untuk
menunjukkan kerusakan tanaman yang disebabkan oleh OPT yang
secara kolektif menyebabkan kehilangan hasil (produk yang dapat
diukur). Aktifitas dari OPT yang memberikan pengaruh tidak berarti
bagi pertumbuhan dan penampilan tanaman disebut nampaknya
seperti kerusakan tanaman.
Jenis-jenis hasil
Hasil Primitif (Primitive Yield)
• Hasil primitive adalah hasil yang diperoleh didalam produksi pertanian primitive.
Proses semacam ini bertujuan untuk mendapatkan hasil yang stabil dan bukannya
hasil yang tinggi. Selama proses ini memberikan hasil, terlepas dari factor cuaca
dll, maka tujuan proses produksi primitif ini tercapai. Produksi pertanian primitif
mempunyai tingkat produksi rendah, misalnya untuk padi sekita 1 ton per ha.
Didalam pertanian primitive tidak dikenal adanya perlindungan tanaman.

Hasil teoritis (Theoritical Yield)


• Hasil teoritis adalah hasil yang diperoleh pada kondisi terbaik berdasarkan
fisiologi tanaman yang diusahakan. Oleh karena kanopi tanaman semusim,
misalnya padi mampu menghasilkan 200 kg per ha per hari, maka secara teoritis
tanaman mampu meberikan hasil sebanyak 20 ton gabah kering per ha per musim
tanam. Untuk memperoleh hasil teoritis ini tanaman harus selalu berada di bawah
payung kimia yang berarti tanaman harus diperlakukan dengan pestisida secara
berulang-ulang dan pertumbuahn tanaman dipacu dengan pemberian zat
pengatur tumbuh. Dalam hal ini payung kimia hanya sebagai alat penelitian untuk
mengetehui hasil teoritis dan bukannya praktek yang menguntungkan dari segi
ekonomi dan lingkungan.
Hasil yang Dapat Dicapai (Attainable Yield)
• Praktek budidaya tanaman yang baik, termasuk penggunaan
pestisida yang bijaksana dapat meningkatkan hasil dalam penelitian.
Ketika tanaman dipelihara pada kondisi yang optimal dengan
menggunakan teknologi modern yang teredia seperti yang dilakukan
pada plot-plot peneltian, maka hasil tinggi yang diperoleh disebut
sebagai attainable yield (hasil yang dapat diperoleh).
Hasil Ekonomis
• Hasil yang lebih tinggi yang diperoleh melalui penggunaan praktek-
praktek budidaya yang murah (yang bervariasi berdasarkan lokasi,
jenis tanaman, dll) disebut sebagai hasil ekonomis. Jadi nilai dari
peningkatan hasil lebih besar dari biaya tambahan yang dikeluarkan
untuk mencapai peningkatan hasil tersebut. Hasil ekonomi bisa
sama atau lebih kecil dari attainable yield. Akan tetapi secara hasil
ekonomis
Hasil Yang Sebenarnya
• Hasil yang diperoleh dengan menggunakan praktek budiaya yang diaplikasikan. Di
negara berkembang hasil sebenarnya mendekati hasil ekonomis; sedangkan di negara
sedang berkembang secara umum hasil sebenarnya jauh dibawah hasil ekonomis. Hasil
serealia sebesar 1 ton per ha masih umum dibanyak negara sedang berkembang dimana
pertanian masih dilaksanakan secara subsisten tanpa input energi. Sedangkan good
agricultural practices adalah mencakup perlakuan tanah, pengelolaan air, sertifikasi
benih, penggunaan pupuk, dan penggunaan pestisida yang bijaksana.
Kehilangan Tanaman
• Kehilangan hasil tanaman adalah perbedaan antara attainable yield (hasil yang dapat
dicapai) dengan hasil yang sebenarnya. Kehilangan tanaman dapat ditentukan dengan
melalui percobaan lapangan. Kehilangan hasil tanaman secara regional maupun
nasional dapat diketahui dengan melalui survey. Kehilangan tanaman dapat disebabkan
oleh berbagai penyebab, termasuk buruknya pengolahan tanah, pengelolaan air yang
tidak tepat, benih bermutu rendah, dan pemupukan yang tidak cukup dan berimbang.
Organisme pengganggu tanaman (OPT) dapat menyebabkan kehilangan hasil yang
sangat tinggi. Kehilangan ini sering juga disebut panen yang tidak diperoleh (untaken
harvest).
• Ada tiga macam kehilangan tanaman, yaitu:
• Kehilangan teoritis yaitu perbedaan antara hasil teoritis dengan hasil yang
sebenarnya.
• Kehilangan tanaman (crop loss) adalah perbedaan antara attainable yield dengan
hasil sesungguhnya (actual yield) yang menjukkan hasil yang mungkin diperoleh.
• Kehilangan ekonomis adalah perbedaan antara hasil ekonomis dengan hasil
yang sebenarnya yang menunjukkan hasil yang seharusnya diperoleh.

• Tujuan utama dari perlindungan tanaman adalah untuk meminimalkan kehilangan


ekonomis. Akan tetapi ini adalah suatu perjuangan yang tak berujung. Segala teknik
pengendalian yang mungkin digunakan hanya bisa dipilih jika jumlah kehilangan yang
akan dicegah diketahui. Di negara maju tujuan pembangunan pertanian diarahkan
pada peningkatan hasil sedekat mungkin ke attainable yield, sehingga memperbesar
potensi kehilangan (perbedaan antara hasil ekonomis dengan attainable yield).
Pengukuran Penyakit tanaman
• Pengukuran tanaman (phytophotomery) adalah berguna untuk menentukan nilai x
(bagian tanaman yang sakit). Tidak ada satu cara mudah yang bisa digunakan untuk
semua penyakit, akan tetapi strategi umum dapat digunakan di dalam
pengakajiannya dengan persyaratan:
1. Harus ada penelitian untuk mengetahui morfologi dan arah pertumbuhan
tanaman dari penyemaian sampai panen atau dari musim ke musim
(perennial).
2. Penelitian yang mendalam mengenai perkembangan penyakit di lapangan
dengan berbagai tingkatan serangan. Penelitin semacam ini akan melahirkan
berbagai sketch, gambar, catatan-catatan yang merupakan hasil pengamatan
tanaman sakit dan tanaman sehat. Kumpulan hasil pengamatan ini disebut “portofolio
awal”.
3. Dari portofolio akan dihasilkan kunci lapangan yang sederhana dan dapat
dipakai oleh semua pengamat.
4. Pelaksanaan sejumlah percobaan lapangan selama bertahun-tahun dimana k urva
perkembangan penyakit di cocokkan dengan buku kunci lapangan dan kemudian
hasil tanaman dicatat. Beberapa plot dibiarkan terinfeksi tanpa pengendalian dan
lainnya diusahakan agar bebas dari penyakit dengan pengaplikasian pestisida.
5. Hasil percobaan lapangan ini akan memberikan informasi mengenai hubungan
antara tingkat serangan penyakit dengan kehilangan hasil.
Intensitas Serangan Penyakit
• Intensitas serangan penyakit mencakup incidence, severity, dan kehilangan hasil.
Insidence adalah jumlah unit tanaman yang terinfeksi yang digambarkan dalam
persentase unit tanaman yang sakit, misalnya percentage daun atau tanaman yang
terserang. Sedangkan severity adalah area dari jaringan tanaman yang sakit dan
digambarkan sebagai persentase area tanaman yang sakit. Kehilangan hasil adalah
sebagian dari hasil yang petani tidak dapatkan karena penyakit merusak hasil secara
langsung atau dengan cara merusak tanaman sebelum berproduksi.
• Mengukur insiden penyakit adalah mudah dan cepat, dan insiden inilah yang paling
banyak dipakai di dalam penelitian-penelitian epidemiologi di dalam mengukur
penyebaran penyakit pada suatu pertanaman, daerah, atau negara. Pada beberapa
macam penyakit seperti busuk leher padi (Pyricularia oryzae), insiden mempunyai
hubungan langsung dengan severity dan kehilangan hasil.
• Akan tetapi pada kebanyakan penyakit tanaman (seperti bercak daun dan karat daun),
dimana tanaman dihitung terserang jika sudah memperlihatkan bercak daun, apakah
itu satu bercak atau seribu bercak. Insiden penyakit ini tidak mempunyai korelasi yang
jelas dengan severity dan kehilangan hasil. Walaupun severity dan kehilangan hasil jauh
lebih penting bagi petani, akan tetapi sangat sukar untuk mengukurnya, bahkan
kadang-kadang hanya bisa diukur pada saat serangan penyakit sudah sangat tinggi
(tindakan pengendalian secara ekonomi tidak bermanfaat lagi).
• Severity biasanya dinyatakan sebagai persentase atau proporsi luas
permukaan tanaman atau volume buah yang dirusak oleh patogen. Sering
kali skala 0 - 10 atau 1 - 4 digunakan untuk menggambarkan proporsi relatif
dari bahagian tanaman yang sakit pada waktu tertentu. Kehilangan hasil
akibat penyakit tanaman diukur pada berbagai tingkat perkembangan
tanaman, atau pengukuran intensitas serangan pada berbagai tingkat
perkembangan tanaman, atau dengan mengukur area di bawah kurva
perkembangan penyakit.
• Kehilangan hasil hampir selalu berkorelasi positif dengan kehilangan
ekonomi akibat penyakit. Kehilangan ekonomi terjadi bilamana hasil
ekonomi menurun karena adanya penurunan hasil atau dengan adanya
tambahan biaya di dalam mengurangi kerusakan akibat patogen tersebut,
atau keduanya.
• Di dalam mengelola pertanamannya, petani hanya bisa mengadakan
pengendalian secara ekonomi jika biaya pengendalian sama atau lebih kecil
dari kenaikan hasil yang diperoleh dengan adanya tindakan pengendalian
tersebut. Tingkat serangan penyakit dimana biaya pengendalian akan sama
dengan kenaikan hasil tanaman yang diperoleh karena adanya pengendalian
tersebut disebut sebagai ambang ekonomi (econimic threshold).
Taktik Pengukuran Penyakit
• Taktik yang dipakai untuk mengukur tingkat serangan penyakit
harus dapat disesuaikan dengan semua penyakit yang akan diukur.
Taktik ini juga tentunya ditentukan oleh tujuan dari pengukuran
itu dan teknik yang ada. Hasilnya harus dapat dimengerti oleh
orang lain dan dapat diterapkan pada berbagai kondisi
lingkungan.
Portfolio Pertama: Inang
• Portofolio awal harus mencakup informasi mengenai pertumbuhan
tanaman. Yang penting dicatat disini adalah tanggal dan tingkat
pertumbuhan tanaman. Tingkat pertumbuhan tanaman sangat
penting diketahui di dalam mengukur penyakit tanaman, karena
begitu umur tanaman bertambah ,pada umumnya tanaman
menjadi lebih tahan terhadap patogen. Berbagai pedoman telah
diterbitkan sebagai alat bantu di dalam menentukan tingkat
perkembangan (sebenarnya bukan pertumbuhan) tanaman salah
satu contoh sebagai berikut (Feekes 1941):
Fase perkembangan Karakteristik
1 Satu Tunas
2 Permulaan pembentukan anakan
3 Anakan sudah terbtnuk, daunnya mamuntir
4 Batang palsu sudah mulai tegak, kelopak dau mulai memanjang
5 Batang plasu (terbentuk oleh kelopak daun) mulai tegak
6 Buku pertama dari batang mulai kelihatan pada pangkal pucuk
7 Buku kedua mulai terbtnuk
8 Daun terakhir mulai kelihatan tetapi masih menggulung
9 ligula dari dau terakhir sudah kelihatan
10 Kelopak dari daun terajhir sudah terbentuk sempurna
10.1 Bulir pertama mulai kelihatan
10.2 Seperempat dari malau sudah mulai kelihatan
10.3 Setengah dari malai sudah keluar
10.4 Seperempat dari malai sudah keluar
10.5 Seluruh malai sudah keluar
11.1 Matang susu
11.2 Isi bulir lembek tapi kering
11.3 Bulir keras sukar dipecah dengan jari
11.4 Matang untuk dipanen, jerami mati
Portofolio Awal: Penyakit
• Selain inang, keadaan perkembangan serangan penyakit
perlu juga digambarkan baik dalam bentuk diagram,
gambar gejala, illustrasi, atau gambaran secara verbal. Di
dalam standardisasi perlu dipertegas perbedaan antara
severity dengan respons. Respons mengukur kualitas: bercak
nekrotik, chlorotic, pembentukan spora yang terhambat.
• Sedangkan severity adalah ukuran kuantitas: 50 persen dari
permukaan daun rusak. Kunci yang digunakan untuk
pengukuran secara praktis di lapangan seharusnya
mencakup respons dan severity, karena tergantung dari
tujuan pengukuran salah satu diantaranya mungkin lebih
tepat untuk dipakai.
Severity dan Insiden dari Penyakit Tanaman
• Insiden penyakit dapat diartikan sebagai jumlah unit bagian tanaman
(tanaman, buah, daun, dll) yang terinfeksi yang biasanya dinyatakan
dalam persent dari keseluruhan unit bagian tanaman yang diamati,
misalnya persentase dari daun terinfeksi. Insiden ini biasanya dipakai
untuk mengukur penyakit tanaman yang kerusakan yang
diakibatkannya bisa dianggap menyebabkan kehilangan hasil total.
• Misalnya, untuk menentukan tingkat serangan penyakit virus tungro
digunakan insiden karena rumpun tanaman yang terserang dianggap
akan kehilangan hasil total karena virus tersebut menyebar secara
sistemik.
• Begitu pula penyakit busuk buah pada buah-buahan, walaupun
gejalanya mungkin tidak sistemik tetapi consumer tidak akan
membeli buah yang terserang, sehingga serangan tersebut dianggap
menyebabkan kehilangan total.
• Sedangkan severity adalah luasan area dari jaringan tanaman yang rusak
akibat serangan penyakit dan dinyatakan dalam persentase dari total luas
jaringan tanaman. Severity penyakit tanaman mempunyai kisaran dari tidak
ada penyakit (0%) sampai seluruh bagian tanaman sakit (100%).
• Kisaran dibagi kedalam beberapa kategori atas kelas. Jumlah kelas harus
ditentukan dengan hati-hati, karena kalau terlalu sedikit, maka hasil
pengamatan kurang akurat, karena sukar menentukan pada kelas mana
tingkat serangan harus dimasukkan (kurang resolusi).
• Sedangkan kalau jumlah kategori terlalu banyak, maka pengamat akan
menghabiskan terlalu banyak waktu untuk mengetahui pada kelas mana
tingkat harus dimasukkan. Sebaiknya jumlah kategori tidak melebihi 10.
• Menurut Hukum Weber-Fechner, kemampuan mata manusia membedakan
kategori gejala berkurang dengan meningkatnya permukaan tanaman yang
terinfeksi. Oleh karena menentukan peningkatan 20% antara 30 dan 50%
lebih sukar ditentukan dari pada peningkatan sebanyak 4 persen antara 1 dan
5%.
• Petunjuk (kunci) untuk pengamatan harus mempertimbangkan kelemahan
ini. Jika serangan kurang dari 50% maka yang diamati adalah persentase
yang terserang; jika serangan lebih dari 50% maka yang diamati adalah
persentase yang sehat kemudian dikurangkan pada 100%.
Gradient Penyakit
• Pola dari suatu epidemic yang dinyatakan dalam jumlah
bercak, severity atau insiden yang menyebar berdasarkan jarak
dapat digambarkan dengan kurva gradient penyakit tanaman.
• Oleh karena jumlah penyakit pada lokasi yang dekat dengan
sumber inokulum cenderung lebih tinggi dari pada tempat yang
lebih jauh, maka kebanyakan kurva gradient berupa hiperbolik
dan semuanya serupa sekurang-kurangnya pada awal
berkembangnya epidemic.
• Jumlah tanaman sakit atau severity akan berkurang dengan
cepat pada lokasi yang dekat dengan sumber inokulum dan
penurunannya akan berkurang sebegitu menjauh dari sumber
inokulum. Gradient ini dapat pula digunakan untuk
mengetahui sumber awal infeksi/inokulum dari suatu epidemic.
• Gradient penyakit atau gradient infeksi dapat dibedakan
ke dalam dua jenis gradient:
• 1) Gradient lingkungan disebabkan oleh variasi pada tipe
dan kesuburan tanah atau perbedaan iklim mikro dan
• 2) Gradient penyebaran disebabkan oleh jumlah inokulum
yang tiba pada berbagai lokasi berbeda--beda pada jarak
yang berbeda dari sumber inokulum. Disini kita
memfokuskan diri pada gradient penyebaran. Gradient ini
tergantung pada sumber inokulum yang dapat dibagi tiga:
sumber berupa titik, sumber berupa garis, dan sumber
berupa luasan (area)(gambar).
• Penyebaran gradient dapat digambarkan dengan beberapa
persamaan (Kiyosawa 1972):
• log x = a + b . log d
• x = (antilog a) + d pangkat b = A. d pangkat b
• log dx/dd = A . b . d pangkat (b-1)
• Dimana: x adalah sevirity, d adalah jarak dari sumber
inokulum, dan a, A, dan b adalah konstanta. Konstanta a
menunjukkan rata-rata severity dan konbstanta b
menunjukkan bentuk dari gradient. Konstanta a dapat
digunakan sebagai pembanding antara beberapa gradient
dalam satu percobaan. Pendugaan nilai a dan b biasanya
ditentukan dengan menghitung persamaan garis regressi
dari log x pada log d. Jika x dinyatakan dalam jumlah
(bercak atau tanaman) dan bukannya fraksi, maka log (x +
1) harus digunakan untuk memperhitungkan nilai 0.
Bagaimana Menduga Kehilangan Hasil dari
Severity
• Model-model Pendugaan
• Kehilangan hasil tanaman dapat ditentukan melalui penelitian
lapangan. Cara ini sangat baik untuk tingkat penelitian, tetapi untuk
tujuan praktek secara rutin dengan skala yang lebih luas (propinsi,
negara) cara ini tidak praktis dan sangat mahal. Dengan demikian
akan lebih rasional jika survey yang digunakan, asalkan sudah ada
standar (model) (tentunya berdasarkan hasil penelitian) yang bisa
dipakai untuk mengkonversi nilai severity menjadi kehilangan hasil.
• Keuntungan lain dengan adanya standar (model) tersebut yaitu
model yang sama dapat digunakan untuk meramalkan kemungkinan
serangan dan tingkat serangan dimasa mendatang. Sesungguhnya
potensi kehilangan hasil harus diketahui jauh-jauh sebelum terjadi.
sehingga tersedia cukup waktu yang cukup persiapan tindakan
pengendaliannya.
• Untuk menduga tingkat kehilangan hasil, maka
diperlukan model-model yang berdasarkan pada konsep-
konsep fitopatologi, meteorology, dan fisiologi tanaman.
Output dari model harus merupakan kehilangan hasil
pada tingkat kebun, desa, kabupaten dan lain-lain.
Perhitungan yang dipakai sama dengan yang digunakan
untuk menghitung regressi biasa.
Model Titik Kritis (Critical Time Method)
• Berbagai model telah dibuat untuk menduga kehilangan
hasil dan model ini sesuai dengan banyak kasus di lapangan
(gambar a).
• Semua model menggunakan regressi linear perkembangan
penyakit dalam hubugannya dengan waktu. Kurva aslinya
tentunya sigmoidal, tetapi untuk mempermudah kurva
dijadikan garis lurus dengan mengadakan transformasi logit.
• Cara ini dapat digunakan untuk menduga kehilangan hasil
pada tingkat severity tertentu dimasa mendatang. Model ini
dibuat berdasarkan hasil pengamatan dimasa lampau
(Gambar b).
• Waktu pendugaan biasanya dilakukan berdasarkn waktu
fisiologi tanaman, terutam tigkat pertumbuhannya.
• Sebagai contoh adalah kehilangan hasil dari mildew pada barli
musim semi di England (Large 1966). Percobaan hasil tanaman
dilakukan pada sembilan lokasi selama empat tahun dengan
menggunakan berbagai varietas rentan. Pada setiap percobaan
diadakan plot kontrol yang mana tanaman diusahakan bebas
infeksi dengan penyemprotan fungisida yang intensif. Hasil
pengamatan dari setiap tahun merupakan satu titik pada grafik
hubungan antara severity dan hasil tanaman. Hasil keseluruhan
pengamatan merupakan suatu persamaan regresi linear
sederhana, yaitu:
• Dimana: L = Rata-rata persentase kehilangan hasil yang
disebabkan oleh mildew
• M = Severity dalam persen pada masa kritis (skala 10.5)
berdasarkan skala Feekes, yaitu setelah pembentukan malai
sempurna tetapi belum proses pematangan belum usai.
• Sayangnya, waktu kritis itu hanya berlangsung selama
beberapa hari, dan pengamat harus berada di lokasi pada
waktu yang tepat. Konsekwensinya adalah pengamat
harus mengunjungi lapangan berkali-kali untuk
menyakinkan bahwa pengambilan data dilakukan betul-
betul pada waktu kritis tersebut.
Model Tingkat Kritis (Critical Level Model)
• Model ini didasarkan pada asumsi yang tidak benar
bahwa produksi hasil secara perlahan-lahan berhenti
setelah severity penyakit mencapai tingkat kritis.
Kehilangan hasil ditentukan dengan menghitung
perbedaan antara hasil akhir dari tanaman sehat
dikurangi dengan hasil yang diperoleh dari tanaman sakit
sampai pada tingkat kritis dicapai (gambar c). Di England
cara digunakan dengan berhasil untuk menduga
kehilangan hasil tanaman kentang akibat hawar daun.
Akan tetapi kita harus berhati-hati menggunakan cara ini
pada kondisi yang berbeda.
Model Periode Bebas Penyakit (Disease-free
Period Model)
• Metode ini menjelaskan hubungan antara kehilangan hasil dimasa
mendatang dengan lamanya periode bebas penyakit, dengan
menggunakan garis regresi yang berdasarkan pengamatan terdahulu.
Model ini diciptakan di Swedia untuk menduga kehilangan hasil kentang
karena serangan hawar daun (Olofsson 1968) (gambar d). Periode
dimana tanaman betul-betuk bebas dari penyakit hampir tidak pernah
terjadi dan juga untuk menentukan kapan periode tersebut berakhir juga
sukar ditentukan. Dengan demikian ada kesepakatan di dalam
menentukan kapan penyakit itu berawal, yaitu pada saat severity = 0.001.
• Masalah dari ketiga model tersebut di atas adalah adanya asumsi yang
salah bahwa semua kurva perkembangan penyakit mempunyai bentuk
dan melalui titik kritis yang sama (titik awal dan titik akhir yang sama),
serta kehilangan hasil yang sama. Asumsi pasti salah kecuali jika rentang
waktu sangat singkat, sehingga hanya berlaku terbatas untuk daerah
dimana penelitian tersebut dilakukan.
Model Titik Berganda (Multiple Poin
Model)
• Komputerisasi metode statistika menghasilkan metode yang lebih
akurat dan mudah pemakaiannya. Asumsi-asumsi yang tidak
berdasark mengenai perkembangan epidemik bisa dihindari.
Metode ini menggunakan analisis multiple regresi sebagai teknik
analsis.
• Kenaikan serangan penyakit dipecah-pecah berdasarkan periode-
periode singkat yang telah ditentukan sebelumnya (gambar e) dan
kontribusi dari setiap pecahan waktu itu terhadap hasil dihitung.
Keuntungan dari cara ini, yaitu memungkinkan kita menetapkan
pengaruh kenaikan serangan, misalnya severity 10% pada masa
tanaman muda pengaruhnya lebih besar terhadap kehilangan hasil
dari pada sevirity 10% pada saat tanaman sudah berbuah.
Penurunan serangan yang bisa terjadi, misalnya kalau
pertumbuhan tanaman yang cepat membuat kehilangan hasil
karena penyakit dapat diabaikan, dapat pula diperhitungkan.

Anda mungkin juga menyukai