Anda di halaman 1dari 4

2.

PERANAN FAKTOR PRAPANEN TERHADAP


PRODUK PASCA PANEN

Penyakit pascapanen tidak saja terjadi karena tindakan pemanenan maupun


penangan setelah produk dipanen, tetapi lebih utama lagi akibat peranan tindakan budi
daya, yang dilakukan sebelum produk dipanen. Banyak macam tindakan budi daya yang
dilakukan tidak hati-hati, yang nantinya akan mempengaruhi produk tanaman yang
dipanen. Bahkan hal ini tidak saja berpengaruh pada produk pascapanen yang langsung
dikomsumsi, tetapi terlebih dahulu pada produk yang dipasarkan atau diekspor karena
adanya standar (baku) mutu produk. Oleh karenanya, perlu dibicarakan tentang macam
tindakan sebelum panen berpengaruh pada produk pascapanen.

Peranan Faktor Prapanen

Hilangnya pascapanen tidak lepas dari penangan yang diberikan sewaktu


tanaman masih di lapang, atau dikatakan sebagai penanganan prapanen. Baik-buruknya
pananganan prapanen, yang menyangkut berbagi tindakan budi daya tanaman di lapang,
akan menentukan selamat atau tidaknya produk pascapnenesampai ke konsumen.

Tindakan budi daya tersebut sudah dimulai sejak pemilihan lahan tanam, pemilihan
benih, penyemaian, perawatan tanaman, sanitasi kebun, penyiangan, pemupukan, serta
pengendalian hama dan penyakit tanaman. Jadi, semua faktor yang terjadi selama
tanaman di lapang sangat berperan penting di dalam menetukan besar kecilnya
kehilangan pascapanen. Selain itu, kondisi tanaman di lapang juga akan menentukan
nilai pasar produk pascapanen. Penerapan tindakan budi daya yang baik dengan di
dukung oleh pengalaman dan pengetahuan petani yang memadai tentang pascapanen,
akan mencegah hilangnya produk pascapanen di antaranya berikut ini.

1. Pemilihan Benih Sehat


Pemilihan benih sehat merupakan tahap awal yang penting dan paling
menentukan keberhasil tanaman, dan nantinya pada produk pascapanen yang
dihasilkannya. Hal ini karena benih merupakan masukan dasar dan penting bagi suatu
produksi tanaman. Lebih dari 90% tanaman pangan di dunia disemaikan melalui benih,
juga tanaman buah dan sayur. Penggunaaan benih yang sehat akan mencegah atau
mengurangi gangguan pada tanaman selama pertumbuhan dan pembuahannya, yang
akhirnya akan berpengaruh pada produk pascapanen. Benih sehat ditentukan oleh
beberapa ciri, antara lain:
a. bentuk baik, tidak mengeriput atau menyusut;
b. mempuyai warna tertentu;
c. berat per biji atau 1.000 biji memadai;
d. mempunyai daya kecambah yang tinggi
e. kandungan air sesuai
f. bebas dari kotoran, hama dan patogen.

Benih yang sehat dapat diperoleh dari penangkaran benih yang berkualitas baik
dan bersertifikat. Pencegahan gangguan di pertanaman dapat di mulai dari benih, yaitu
memberikan perlakuan tertentu pada benih. Misalnya, perlakuan dengan fungisida pada
benih tertentu akan menaikkan produksi, tetapi pada tanaman lain akan berpengaruh
negatif. Fungisida dibuat dalam bentuk pasta dan dicampurkan dengan sedikit air,
kemudian dioleskan atau dilumurkan pada benih. Benih yang telah dilumuri pasta
fungisida kemudian ditanam.

2. Pengairan atau irigasi


Selama pertumbuhan, tanaman memerlukan pasokan air secara terus menerus,
baik yang berasal dari air hujan, penyiraman, air tanah, ataupun air irigasi. Kebutuhan
air ini sangat diperlukan untuk berlangsungnya proses fotosintesis dan penguapan, yang
masing-masing memerlukan air untuk menghasilkan energi dan karbohidrat, serta
mengeluarkan air sebagia uap yang mengandung sisa-sisa buangan hasil metabolisme.
Kelebihan maupun kekurangan air akan menimbulkan pengaruh buruk terhadap
pertumbuhan tanaman dan berpengaruh pula pada produk pascapanen. Beberapa
pengaruh buruk dapat disebabkan antara lain oleh faktor-faktor berikut.
a. terlalu banyak hujan atau air irigasi, akan dapat menyebabkan sayuran berdaun
menjadi rapuh dan mudah rusak, serta meningkatkan kecenderungan menjadi busuk.
b. kekurangan air hujan atau air irigasi, akan menyebabkan rendahnya kandungan jus
atau cairan buah dan tebalnya kulit buah jeruk.
c. kondisi kering yang diikuti oleh hujan atau irigasi, akan mengakibatkan
terbentuknya celah pada tomat atau pertumbuhan sekunder pada kentang.

3. Kesuburan tanah dan pemupukan

Kandungan hara di dalam tanah sangat menetukan kualitas produk yang


dipanen. Hara yang ada di dalam tanah dapat berasal dari hara alami, yang merupakan
hasil dari pelapukan atau pengomposan bahan organik, maupun hara yang ditambahkan
ke dalam tanah dalam bentuk pupuk. Keseimbangan kandungan hara di dalam tanah
sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kahat hara maupun
kelebihan hara di didalam tanah akan dapat mempengaruhi perkembangan dan kondisi
pascapanene antaranya sebagia berikut.

a. Kahat nitrogen akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan atau terjadinya gejala


penguning-merahan daun pada sayuran berdaun, misalnya kubis.
b. Kahat kalium akan menyebabkan terhambatnya perkembangan buah dan pemasakan
yang tak-normal.
c. Ketidakseimbangan kalsium dan kelembapan akan menyebabkan busuk pangkal
buah pada tomat dan busuk pahit pada apel.
d. Kahat boron menyebabkan kasarnya kulitnya buah pepaya, berlubangnya batang
pada kubis dan kembang kol, pecahnya kulit luar bit.
e. masalah ketidakseimbangan unsur hara di didalam tanah dan pengaruhnya pada
tanaman, juga sangat tergantung pada kondisi atau faktor lainya, seperti suhu,
kelembapan, keasaman tanah, dannreaksi di antara kimia pupuk yang berbeda.

4. Penyiangan Gulma
Gulma yang tumbuh di sekitar pertanaman utama dapt berperan sebagi tanaman
inang pilihan atau pengganti bagi beberapa hama atau penyakit tanaman. Pada umunya,
gulma tumbuh di selokan atau dekat dengan tanaman, bahkan di antara tanaman
utamanya. Kondisi ini akan mengakibatkan persaingan gulma dengan tanaman utama
dalam hal ruang tumbuh dan hara tanah, serta juga dalam hal kelembapan tanah.
Apabila kesemuanya itu menjadi terbatas bagi pertumbuhan dan pembuahan tanaman
utama, hasil panen akan berkurang atau terhambat, bahkan tidak lagi aman terhadap
serangan hama dan penyebab penyakit tanaman.

5. Sanitasi kebun

Kebersihan kebun merupakan salah satu faktor pencegahan maupun


penanggulangan kehilangan dan kerusakan produk panen, khususnya yang disebabkan
oleh organisme atau mikroba perusak. Adanya sisa-sisa tanaman yang busuk, kayu yang
mati, serta buah yang busuk atau menjadi mumi merupakan tempat bertahannya
penyebab infeksi produk pascapanen, yang akan menyebabkan pembusukan
pascapanene. Selain itu, adanya sisa-sisa tanaman tersebut juga akan menjadi sumber
inokulum bagi masa tanaman berikutnya, yang dapat menyebabkan kerugian yang lebih
besar. Bahkan adanya buah yang busuk atau busuk tersebut dapat terbawa ketika
dipanen dan akan menjadi sumber penularan di dalam ruang simpan. Oleh karenanya,
pengumpulan dan pemusnahan sisa-sisa tanaman tersebut akan menjadi hal penting di
dalam pengurangan kehilangan pascapanen. Pemusnahan dapat dilakukan dengan cara
dibakar atau dipendam di dalam tanah pada kedalaman yang cukup.

6. Penggunaan bahan kimia pertanian


Bahan kimia sering digunakan di dalam dunia pertanian, baik sejak di
pesemaian, selama pertumbuhan, dan bahkan sampai ke pascapanen. Umumnya,
penggunaan bahan kimia ditujukan untuk mencegah kerusakan karen patogen
pascapanen dan karena proses fisiologi produk. Selain itu, kadang bahan kimia dipakai
untuk mempertahankan kualitas produk dan agar lebih mudah menarik komsumen.
Akan tetapi, penggunaan bahan kimia tersebut sangat mempengaruhi produk pascapnen,
terutama kandungan residu kimia yang tertinggal.
Pada umumnya, bahan kimia yang sering digunakan dalam pengolahan produk
pascapanen dikolompokkan ke dalam tiga kelompok sebagai berikut.

a. Pestisida, yang merupakan kelompok terbesar bahan kimia, yang digunakan di


dunia pertanian, khusunya untuk menanggulangi seranga hama, penyebab penyakit
tanaman, serta gulma. Pestisida dapat menjadi berbahaya karena semprotannya akan
dapat membakar produk pascapanen, mengubah penampilan produk, dan bahkan
residu kimia yang beracun dapat tertinggal di daalm atau di luar produk setelah
panen.oleh sebab itu, sangat diperlukan peraturan yang membatasi penggunaan
pestisida produk pertanian, khusunya yang dikomsumsi langsung atau mentah. Hal
ini sangat diperlukan bagi produk pascapnene yang diekspor ke negara maju, yang
sudah memberlakukan pembatasan penggunaan bahan kimia tersebut pada produk
pertanian. Pembatasan penggunaan pestisida semakin diperlukan, berkaitan dengan
telah dibukanya perdagangan bebas, yang menimbulkan persaingan produk
pascapnen antar negara produsen, dan penerapan label bebas pestisida pada produk
pascapanen.

b. Hormon atau pengatur tumbuh, yang umumnya digunakan ketika produk masih
berada di lahan, dengan tujuan untuk meningkatkan nilai jual produk, dengan cara
mengatur pada saat pemasakan dan meningkatkan keseragaman pemasakna buah.
Bahan kimia itu kurang begitu penting bagi produsen dengan skala kecil, tetapi
sebaliknya akan menjadi penting bagi produsen dalam skala besar. Penggunaan
yang dilakukan tanpa disertai pengetahuan yang cukup tentang hormon tersebut
akan membahayakan produk pascapanen itu sendiri, dan secara tidak langsung akan
berpengaruh kepada pasar.

c. Antibioitka, yang akan berperan banyak di dalam mempertahankan kesegaran


maupun meningkatkan nilai jual produk pascapanen, khususnya pada produk
hewani. Penggunaan antibiotika yang dicampurkan ke dalam pakan maupun minum
hewan akan terikut sampai pada produk pascapanennya, baik berupa daging, telur,
maupun susu. Apabila produk ini sampai ke komsumen, akan dapat menyebabkan
pengaruh negatif kepada komsumen.

Anda mungkin juga menyukai