Anda di halaman 1dari 8

AYAT MUHKAM DAN

MUTSYABIH
FAKULTAS DAKWAH
PRODI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
• Di dalam ilmu Al-Qur’an, kata yang jelas biasanya disebut dengan
muhkam. Secara bahasa, kata muhkam berasal dari “hakama-hukm”
yang berarti mencegah. Seperti hukum yang berfungsi mencegah
terjadinya penganiayaan, begitu juga dengan hakim yang berarti
orang yang mencegah. Jadi, muhkam adalah sesuatu tercegah/bebas
dari keburukan.
• Sedangkan kata yang samar disebut dengan mutasyabih. Secara
bahasa, kata mutasyabih berasal dari syabaha yang berarti
menyerupai. Syubhah adalah suatu keadaan tentang satu dari dua hal
yang tidak dapat dibedakan dengan lainnya karena adanya kemiripan
di antara keduanya secara konkret atau abstrak.
• Begitu juga ayat-ayat berikut ini:
• )٦٠ :‫َو ِهلِل اْلَم َثُل اَأْلْع َلى (النحل‬
• Maknanya: “Dan Allah memiliki sifat-sifat yang tidak menyerupai sifat-sifat makhluk-Nya”
(QS an-Nahl: 60).
• )٤ :‫َو َلْم َيُك ْن َلُه ُك ُفًو ا َأَح ٌد (اإلخالص‬
• Maknanya: “Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia” (QS al-Ikhlash: 4).

• )٧٤ :‫َفاَل َتْض ِرُبوا ِهَّلِل اَأْلْم َثاَل (النحل‬


• Maknanya: “Maka janganlah kamu mengadakan serupa-serupa bagi Allah” (QS an-Nahl:
74).
• )٦٥:‫َهْل َتْع َلُم َلُه َسِم ًّيا (مريم‬
• Maknanya: “Allah tidak ada serupa bagi-Nya” (QS Maryam: 65).

• Ayat-ayat tersebut sangat jelas kandungan maknanya dan tidak memiliki makna lain kecuali
makna bahwa Allah tidak menyerupai apa pun dan siapa pun
PENDAPAT ULAMA TENTANG AYAT
MUHKAM DAN MUTASYABIH
• Pertama, ahl as-Sunnah berpendapat bahwasanya muhkam atau
muhkamat adalah ayat yang bisa dilihat pesannya dengan gamblang
atau dengan melalui ta’wil, karena ayat yang di-ta’wil mengandung
pengertian lebih dari satu kemungkinan. Sedangkan mutasyabih atau
mutasyabihat adalah ayat-ayat yang pengertian pastinya hanya
diketahui oleh Allah swt. Misalnya saat datangnya hari kiamat, dan
makna huruf-huruf munqatha’ah. Seperti Alif-Laam-Miim, dan lain
sebagainya.
• Kedua, Ibnu Abbas berpendapat bahwasanya muhkam adalah ayat yang
penakwilannya hanya mengandung satu makna. Sedangkan mutasyabih adalah
ayat yang mengandung bermacam-macam pengertian.
• Ketiga, Subhi Shalih merangkum pendapat ulama dan menyimpulkan bahwasanya
muhkam adalah ayat-ayat yang bermakna jelas. Sedangkan mutasyabih adalah
ayat yang maknanya tidak jelas, dan untuk memastikan pengertiannya tidak
ditemukan dalil yang kuat.
• Keempat, Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berpendapat bahwasanya muhkam
adalah ayat-ayat yang jelas maknanya yang tidak ada keraguan dan kesamaran di
dalamnya. Sedangkan mutasyabih adalah ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung
kesamaran arti sehingga orang-orang yang memiliki keraguan akan menempatkan
pada hal-hal yang tidak semestinya kepada Allah, kitab-kitab-Nya, dan Rasul-Nya.
• Kelima, Thabathaba’i menyebutkan dua pengertian yang berbeda
antara golongan Sunni dan Syi’ah tentang mutasyabih. Menurut Sunni,
mutasyabih adalah ayat yang makna lahirnya berbeda dengan yang
dimaksud. Sedangkan makna hakikinya yang merupakan ta’wilnya
tidak ada yang dapat mengetahui maknanya selain Allah swt. Oleh
sebab itu hanya boleh diimani tanpa diamalkan. Menurut Syi’ah
hampir sama dengan Sunni, akan tetapi Rasulullah dan Ahlul Bait juga
dapat mengetahui makna hakikinya dengan tepat, sehingga tidak
hanya diimani akan tetapi juga diamalkan.
• Dari berbagai pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
muhkam adalah kata yang dipakai oleh Al-Qur’an untuk menunjuk
ayat yang terang makna dan lafadnya yang diletakkan untuk suatu
makna yang kuat dan mudah dipahami.
• Sedangkan mutasyabih adalah kata yang dipakai oleh Al-Qur’an untuk
menunjuk ayat yang bersifat mujmal (global), mu’awwal (yang
membutuhkan ta’wil) dan yang musykil (sulit dipahami). Sebab ayat-
ayat yang bersifat mujmal membutuhkan perincian, ayat-ayat yang
mu’awwal baru diketahui setelah di-ta’wilkan, dan ayat-ayat yang
musykil samar maknanya dan sulit untuk dimengerti membutuhkan
penjelasan.
TAFSIR DAN TAKWIL
• Tafsir adalah memahami makna Al-Qur’an yang telah dijelaskan oleh Rasulullah
kepada para sahabat dan diriwayatkan hingga sampai kepada kita. Sedangkan takwil
adalah usaha untuk menyingkap makna yang tersembunyi dari ayat Al-Qur’an dan
hanya dapat dilakukan oleh ulama yang mendapatkan petunjuk dari Allah.
• Oleh karena itu, tafsir memiliki cakupan yang terbatas karena tafsir harus bersumber
dari penafsiran Rasulullah dan para sahabat ahli tafsir. Sedangkan, takwil memiliki
cakupan yang sangat luas bahkan setiap generasi ulama ahli tafsir dari setiap zaman
memiliki penakwilan yang beragam dari setiap ayat Al-Qur’an. Sebagaimana Abu
Nashr al-Qusyairi juga berpendapat “Tafsir yang benar bersumber dari mengikuti dan
meriwayatkan penafsiran yang berasal dari Rasulullah. Sedangkan takwil bersumber
dari usaha menggali (al-istinbath) atas makna yang samar yang dilakukan oleh para
ulama ahli tafsir” Abdul Fattah al-‘Awwari, Dirasat fi Manahij al-Mufassirin, [Kairo:
Maktabah al-Aiman], 2017, hal. 25).

Anda mungkin juga menyukai