Anda di halaman 1dari 10

FEMINISME

A. Pengertian
• Feminisme, gerakan wanita yang menuntut
persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita
dan pria (KBBI, 1994: 275)
• Gerakan feminisme dimulai sejak abad ke-18.
Gerakan ini didasari keyakinan bahwa masyarakat
dan tatanan hukum bersifat patriarkat (patrilineal).
Aturan hukum yang dikatakan netral dan objektif
seringkali hanya merupakan kedok terhadap
pertimbangan politis dan sosial yang dikemukakan
oleh idiologi pembuat keputusan, dan idiologi
tersebut tidak untuk kepentingan wanita.
• Sifat patriarkat dalam masyarakat dan
ketentuan hukum merupakan penyebab
ketidakadilan, dominasi dan subordinasi
terhadap wanita sehingga berdampak
pada tuntutan kesederajatan gender.
Kesederajatan gender (dianggap) tidak
akan dapat tercapai dalam struktur
institusional ideologis yang saat ini
berlaku.
• Feminis menitikberatkan perhatian pada
analisis peranan hukum terhadap
bertahannya hegemoni patriarkat.
B. Gelombang Feminisme di AS
• Gelombang feminisme di AS dimulai dengan
terbitnya buku the Feminine Mystique yang
ditulis oleh Betty Friedan pada 1963. Buku ini
berdampak luas, setelah Betty Friedan
membentuk organisasi wanita National
Organization for Woman (NOW) pada 1966
sehingga mendorong dikeluarkannya Equal Pay
Right sehingga kaum perempuan dapat
menikmati kondisi kerja yang lebih baik,
mendapat gaji yang setara dengan laki-laki; dan
dikeluarkannya Equal Right Act sehingga
perempuan mempunyai hak pilih secara penuh
dalam segala bidang.
• Gerakan feminisme mendapat momentum
sejarah pada 1960-an, dengan
menunjukkan bahwa sistem sosial
masyarakat modern yang memiliki struktur
yang pincang akibat budaya patriaki yang
sangat kental. Marginalisasi peran
perempuan dalam berbagai aspek
kehidupan, khususnya dalam bidang
ekonomi politik merupakan bukti konkret
yang dijadikan dasar kaum feminisme
• Pada 1975 diselenggarakan Konferensi
Perempuan Sedunia pertama di Mexico City.
Sejak itu, arus pengutamaan gender atau
gender mainstreaming melanda dunia.
• Pada 1990-an feminisme memasuki institusi
sains yang merupakan struktur penting dalam
masyarakat modern. Termarginalisasinya peran
perempuan dalam institusi sains dianggap
sebagai dampak dari karakteristik partiarkat
yang melekat pada institusi sains. Dalam
konteks ini feminisme berusaha membongkar
ideologi yang sangat partiarkat; sains dipandang
feminisme sebagai representasi laki-laki.
• Berdasarkan perjuangan feminisme dalam
bidang sains, para tokoh feminis seperti Hilary
Rose, Sandra Harding, dan Donna Haraway
menawarkan suatu kemungkinan terbentuknya
ganre sains yang berlandaskan pada nilai-nilai
perempuan yang antieksplorasi dan bersifat
egaliter. Gagasan ini mereka sebut sebagai
sains feminis (feminist science)
• Feminisme liberal, ialah pandangan untuk
menempatkan perempuan yang memiliki
kebebasan dan kesamaan yang berakar pada
rasionalisasi dan pemisahan antara dunia privat
dan publik
C. Teori Kritik Sastra Feminis
• Kritik sastra feminis merupakan salah satu
disiplin ilmu kritik sastra yang lahir sebagai
respons atas berkembangnya feminisme di
berbagai penjuru dunia.
• Kritik sastra feminisme merupakan aliran baru
dalam sosiologi sastra, yang lahir bersamaan
dengan kesadaran perempuan akan haknya.
• Tujuan inti frminisme yaitu meningkatkan
kedudukan dan derajat perempuan agar sama
atau sejajar dengan kedudukan serta derajat
laki-laki
• Kritik sastra feminisme berawal dari hasrat para
feminis untuk mengkaji karya penulis-penulis
wanita di masa silam dan untuk menunjukkan citra
wanita dalam karya penulis-penulis pria yang
menampilkan wanita sebagai makhluk yang
dengan berbagai cara ditekan, disalahtafsirkan,
serta disepelekan oleh tradisi patriarkat yang
dominan
• Kedua hasrat tersebut menimbulkan berbagai
ragam cara mengkritik. Misalnya, dalam meneliti
citra wanita dalam karya sastra penulis wanita,
perhatian dipusatkan pada cara-cara
mengungkapkan tekanan-tekanan yang diderita
tokoh wanita.
• Sebaliknya, kajian wanita dalam tulisan
laki-laki menunjukkan tokoh-tokoh wanita
yang kuat yang jutru memungkinkan
mendukung nilai-nilai feminis. Kedua
hasrat pengkritik sastra feminis memiliki
kesamaan dalam hal ”kanon” sastra.
Keduanya menyangsikan keabsahan
”kanon” sastra lama, bukan saja karena
menyajikan tokoh-tokoh wanita stereotip
dan menunjukkan rasa benci dan curiga
terhadap wanita, tetapi juga karena
diabaikannya tulisan-tulisan mereka.

Anda mungkin juga menyukai