Anda di halaman 1dari 20

UPAYA HUKUM

BIASA
NAMA
- Andi Khairunnisa Sultan (A1011221171)
KELOMPOK
- M Fikri Alamsyah (A1011221040)
- Nindya Shafira Arthagraha (A1011221205)
- Tazkya Anrelya Sabila (A1011221116)
- Angelia Maretina Putri (A1011221272)
- Astrid Charolyn (A1011221125)
- Monika Yuni Sapitri (A1011221240)
- Dinda Sulistiasari (A1011221196)
- Karin Dwiningtyas (A1011221288)
- Eka Putri Devittasari (A1011221114)
- Patria Yudenta (A1011191201)
- Fitriana (A1011221031)
- Ahmad Mukhlisin (A1011221086)
pengertian upaya hukum biasa

Jenis upaya hukum biasa

Perbandingan Upaya Hukum Biasa dan


Alternatif

Tantangan dan Reformasi


Upaya hukum biasa merujuk pada
serangkaian langkah atau prosedur
PENGERTIAN hukum yang dapat diambil oleh pihak
HUKUM BIASA yang merasa dirugikan atau tidak puas
dengan suatu keputusan pengadilan atau
lembaga hukum tertentu. Ini adalah cara
formal untuk menyelesaikan sengketa
hukum di bawah sistem hukum tertentu.
JENIS UPAYA HUKUM BIASA

GUGATAN
SIPIL KASASI

BANDING
gugatan sipil
Gugatan sipil adalah suatu proses hukum di mana seorang
individu, perusahaan, atau entitas hukum mengajukan tuntutan
atau klaim di pengadilan terhadap pihak lain. Gugatan sipil
umumnya melibatkan sengketa perdata antara dua belah pihak
yang dapat berkaitan dengan hak, kewajiban, atau klaim atas
kerugian atau kerusakan yang diakibatkan oleh tindakan atau
kelalaian pihak tergugat. Gugatan sipil dapat melibatkan
berbagai jenis klaim, termasuk pelanggaran kontrak, tanggung
jawab sipil, atau pelanggaran hak asasi manusia. Tujuan utama
dari gugatan sipil adalah memberikan penyelesaian hukum untuk
sengketa perdata antara pihak-pihak yang terlibat.
BANDING
Proses banding merupakan bagian dari sistem hukum
yang memberikan pihak yang merasa tidak puas dengan
keputusan pengadilan tingkat pertama kesempatan
untuk mengajukan ulasan terhadap keputusan tersebut
ke pengadilan tingkat lebih tinggi. Proses banding juga
bertujuan untuk memastikan bahwa keputusan
pengadilan dijalankan dengan benar dan adil. Ini
memberikan peluang kepada pihak yang merasa
dirugikan untuk mengoreksi kesalahan atau
ketidakadilan yang mungkin terjadi selama proses
pengadilan tingkat pertama.
KASASI
Proses kasasi adalah langkah hukum selanjutnya
setelah proses banding. Kasasi memberikan pihak yang
tidak puas dengan keputusan pengadilan tingkat
banding kesempatan untuk mengajukan ulasan ke
pengadilan tertinggi dalam suatu yurisdiksi. Proses
kasasi merupakan tahap akhir dalam sistem peradilan
dan biasanya hanya terjadi dalam situasi di mana
masalah hukum yang signifikan perlu dipecahkan atau
ketika terdapat potensi untuk membuat preseden
hukum. Putusan kasasi dapat memiliki dampak yang luas
pada hukum dan masyarakat, dan karena itu, proses ini
dilakukan dengan cermat dan memerlukan persetujuan
khusus.
PERBANDINGAN HUKUM
BIASA DAN ALTERNATIVE

1. Kelebihan dan Kelemahan Upaya


Hukum Biasa

2. Kelebihan dan Kelemahan


Alternatif Penyelesaian Sengketa
1. Keadilan Formal: Sistem hukum biasa menyediakan
proses formal yang dijalankan oleh hakim dan juri yang
terlatih, memberikan kepastian hukum dan keadilan
formal.
2. Ketentuan Hukum yang Jelas: Penyelesaian sengketa
melalui upaya hukum biasa didasarkan pada ketentuan
hukum yang telah ditetapkan, sehingga memberikan
panduan yang jelas untuk menilai hak dan kewajiban
pihak-pihak yang bersengketa.
3. Preseden Hukum: Keputusan pengadilan dalam upaya
hukum biasa dapat menciptakan preseden hukum yang
KELEBIHAN dapat dijadikan dasar untuk kasus serupa di masa
mendatang.
UPAYA 4.Pengujian Fakta dan Bukti: Proses peradilan
memberikan platform untuk menguji fakta dan bukti
HUKUM secara rinci, memungkinkan pihak-pihak untuk
menyajikan kasus mereka dan membuktikan klaim atau
BIASA pembelaan.
5. Perlindungan Hak Asasi Manusia: Pengadilan biasa
dapat memberikan perlindungan terhadap pelanggaran
hak asasi manusia dan memberikan jalan bagi individu
untuk mencari keadilan.
1. Biaya Tinggi: Proses litigasi di pengadilan dapat
melibatkan biaya yang tinggi, termasuk biaya
pengacara, biaya pengadilan, dan biaya lainnya.
2. Waktu Lama: Proses hukum biasa sering kali
memakan waktu lama, menyebabkan penundaan yang
dapat memperpanjang sengketa dan meningkatkan
ketidakpastian.
3. Kompleksitas Hukum: Sistem hukum sering kali
kompleks dan sulit dipahami oleh individu yang tidak
memiliki latar belakang hukum, sehingga dapat
menyulitkan akses keadilan.

KELEMAHAN 4. Pengaruh Citra dan Reputasi: Sengketa yang


diproses melalui pengadilan umumnya menjadi bagian

UPAYA dari catatan publik, dapat mempengaruhi citra dan


reputasi pihak-pihak yang terlibat.

HUKUM 5. Beban Emosional: Proses litigasi dapat menyebabkan


beban emosional yang besar bagi individu dan

BIASA perusahaan, terutama karena sengketa bisa menjadi


panjang dan intens.
6. Alternatif yang Terbatas: Proses hukum biasa tidak
selalu memberikan ruang untuk mencari solusi kreatif
atau non-tradisional, seperti yang dapat dicapai melalui
metode alternatif penyelesaian sengketa.
1. Efisiensi Waktu:
Kelebihan: Proses APS seringkali lebih cepat daripada litigasi di pengadilan,
memungkinkan pihak untuk mencapai penyelesaian sengketa dengan lebih
efisien.
2. Biaya yang Lebih Rendah:
Kelebihan: Alternatif penyelesaian sengketa biasanya lebih terjangkau
daripada litigasi di pengadilan, karena mengurangi biaya pengacara, biaya
pengadilan, dan biaya lainnya.
3. Kerahasiaan:
Kelebihan: Proses APS dapat memastikan kerahasiaan lebih besar, karena
seringkali dilakukan di luar pengadilan dan catatan persidangan bersifat
lebih pribadi.
KELEBIHAN
4. Kontrol Pihak yang Bersengketa:
ALTERNATIF Pihak yang bersengketa memiliki lebih banyak kontrol atas proses
PENYELESAIAN penyelesaian dan kesepakatan yang dicapai, daripada bergantung pada
SENGKETA keputusan hakim atau juri.
5. Solusi Kreatif:
Kelebihan: APS memungkinkan pihak untuk menemukan solusi kreatif dan
fleksibel yang mungkin tidak tersedia melalui litigasi formal di pengadilan.
6. Pemeliharaan Hubungan:
Kelebihan: Proses APS dapat membantu memelihara hubungan bisnis atau
personal antara pihak yang bersengketa, karena lebih fokus pada
penyelesaian daripada pertarungan hukum.
1.Ketidakpastian Hukum:
Kelemahan: Kesepakatan yang dicapai melalui APS mungkin tidak selalu
didasarkan pada hukum yang jelas dan dapat menciptakan ketidakpastian
hukum.
2. Kekurangan Penegakan Hukum:
Kelemahan: Beberapa bentuk APS, seperti mediasi, bersifat sukarela, dan
tidak selalu menjamin penegakan keputusan jika salah satu pihak melanggar
kesepakatan.
3. Keterbatasan Pilihan:
Kelemahan: Tidak semua sengketa cocok untuk APS, dan beberapa kasus
yang kompleks atau kontroversial mungkin memerlukan keputusan
pengadilan.
KELEMAHAN
4.Ketidaksetaraan Kekuatan:
ALTERNATIF Kelemahan: Dalam beberapa kasus, pihak yang lebih kuat atau yang memiliki
PENYELESAIAN sumber daya lebih besar dapat mendominasi proses APS, merugikan pihak
SENGKETA yang lebih lemah.
5. Ketidakpastian Preseden:
Kelemahan: Kesepakatan yang dicapai melalui APS tidak menciptakan
preseden hukum seperti keputusan pengadilan, sehingga dapat sulit untuk
menentukan norma atau aturan yang berlaku ke depannya.
6. Tidak Dapat Mengatasi Sengketa Publik:
Kelemahan: APS mungkin tidak cocok untuk sengketa yang memiliki dampak
luas pada masyarakat dan memerlukan keputusan yang transparan.
TANTANGA DAN REFORMASI

1. Tantangan Dalam Upaya Hukum


Biasa

2. Reformasi Yang Diperlukan


TANTANGAN DALAM UPAYA HUKUM BIASA

Sistem upaya hukum biasa tidak lepas dari


beberapa tantangan yang dapat memengaruhi
efisiensi dan keadilan dalam penyelesaian
sengketa. Berikut adalah beberapa tantangan
dalam sistem upaya hukum biasa

1. Biaya Tinggi:
Litigasi di pengadilan dapat melibatkan biaya yang tinggi, termasuk biaya pengacara, biaya pengadilan, dan
biaya lainnya. Hal ini dapat menjadi hambatan bagi pihak yang tidak mampu secara finansial untuk mencari
keadilan.
2. Waktu yang Lama:
Proses hukum biasa sering memakan waktu lama. Penjadwalan persidangan, persiapan, dan serangkaian
langkah hukum lainnya dapat mengakibatkan penundaan yang signifikan, menambah beban waktu dan
ketidakpastian bagi pihak yang bersengketa.
3. Keterbatasan Akses:
Beberapa individu atau kelompok mungkin mengalami keterbatasan akses ke sistem hukum biasa, terutama
jika mereka tidak memiliki pengetahuan hukum atau sumber daya keuangan yang memadai.
4. Kompleksitas Hukum:
Sistem hukum seringkali kompleks dan sulit dipahami oleh individu yang tidak memiliki latar belakang
hukum. Ini dapat membuat proses litigasi menjadi sulit dan mengecilkan peluang pihak untuk memahami hak
dan kewajiban mereka.modern.
TANTANGAN DALAM HUKUM BIASA
5. Bea Peradilan yang Tinggi:
Bea peradilan, termasuk biaya pengajuan gugatan dan biaya-biaya lainnya, dapat menjadi kendala ekonomi
yang signifikan bagi pihak yang ingin menggunakan sistem upaya hukum biasa.

6. Beban Emosional:
Proses hukum bisa memicu beban emosional yang besar bagi pihak yang bersengketa. Pertempuran hukum
yang intens dapat menciptakan stres dan ketegangan yang mempengaruhi kesejahteraan emosional pihak-
pihak yang terlibat.

7. Overburdened Courts:
Beberapa sistem hukum mungkin mengalami beban kerja berlebihan, dengan pengadilan yang kelebihan
tugas dan kekurangan sumber daya. Hal ini dapat mengakibatkan penundaan dan penanganan kasus yang
tidak efisien.

8. Keterbatasan Penyelesaian Kreatif:


Sistem hukum biasa mungkin kurang memfasilitasi penyelesaian kreatif dan fleksibel, terutama jika
pihak-pihak yang bersengketa lebih terikat pada aturan dan formalitas hukum.

9. Ketidakpastian Hasil:
Meskipun keputusan pengadilan dapat menjadi final, ada potensi untuk ketidakpastian hasil, terutama
jika kasus tersebut akhirnya diajukan banding atau kasasi.
10. Keterbatasan Kepastian Hukum:
Dalam beberapa kasus, kepastian hukum mungkin sulit dijamin, terutama jika ada interpretasi yang
berbeda terkait dengan hukum yang berlaku.
REFORMASI YANG DIPERLUKAN

Reformasi yang diperlukan dalam sistem hukum


dapat mencakup berbagai aspek untuk
meningkatkan keadilan, efisiensi, dan
aksesibilitas. Beberapa contoh reformasi yang
mungkin diperlukan termasuk:

1.Peningkatan Aksesibilitas:
Menyediakan bantuan hukum dan sumber daya untuk memastikan aksesibilitas hukum bagi semua lapisan
masyarakat, termasuk mereka yang kurang mampu secara finansial

2. Reformasi Biaya Pengadilan:


Melakukan peninjauan ulang struktur biaya pengadilan untuk memastikan bahwa biaya tidak menjadi
hambatan yang tidak terjangkau bagi pihak yang mencari keadilan.

3. Penggunaan Teknologi:
Mengadopsi teknologi untuk meningkatkan efisiensi, seperti penggunaan pengadilan daring, sistem
manajemen kasus terotomatisasi, dan pendaftaran elektronik.

4. Peningkatan Manajemen Pengadilan:


Meningkatkan manajemen pengadilan dengan mengalokasikan sumber daya secara efisien, meningkatkan
koordinasi antarpetugas, dan memperkenalkan praktik-praktik manajemen modern.
REFORMASI YANG DIPERLUKAN

5. Fasilitasi Penyelesaian Alternatif:


Mendorong penggunaan metode penyelesaian sengketa alternatif, seperti mediasi dan arbitrase, sebagai
alternatif yang lebih cepat dan lebih terjangkau.
6. Pendidikan Hukum dan Informasi Publik:
Meningkatkan pendidikan hukum di kalangan masyarakat dan menyediakan informasi yang mudah
dimengerti mengenai hak dan kewajiban hukum.
7.Pemberdayaan Hakim:
Memberikan pelatihan yang memadai bagi hakim untuk meningkatkan kualitas keputusan hukum dan
menjaga independensi mereka.
8. Keadilan Restoratif:
Mempertimbangkan pendekatan keadilan restoratif untuk sengketa tertentu, yang lebih berfokus pada
pemulihan dan rekonsiliasi daripada hukuman tradisional.
9. Evaluasi Rutin:
Melakukan evaluasi rutin terhadap sistem hukum untuk mengidentifikasi kelemahan dan memastikan
bahwa reformasi yang diperlukan dapat diterapkan dengan cepat.
10. Keterlibatan Masyarakat:
Melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan reformasi hukum untuk memastikan bahwa sistem
hukum mencerminkan nilai-nilai dan kebutuhan masyarakat.
11.Ketidaksetaraan dalam Hukum:
Memastikan bahwa sistem hukum tidak hanya adil secara formal tetapi juga mampu mengatasi
ketidaksetaraan struktural dan institusional yang mungkin ada.
12Transparansi dan Akuntabilitas:
Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam proses peradilan dan keputusan hukum untuk
memastikan integritas sistem.
KESIMPULAN

upaya hukum biasa tetap menjadi pilar utama dalam penegakan hukum
dan penyelesaian sengketa. Namun, perlu diakui bahwa sistem ini tidak
tanpa tantangan, dan perbaikan terus-menerus diperlukan agar dapat
mencapai keadilan yang lebih luas dan lebih inklusif. Upaya untuk
meningkatkan aksesibilitas, mengurangi biaya, dan menggabungkan
elemen-elemen alternatif penyelesaian sengketa dapat membantu
mengatasi beberapa tantangan yang dihadapi oleh upaya hukum biasa.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai