Anda di halaman 1dari 20

CHAPTER FOUR :

CONSTRUCTIVE
CONTROVERSY

The Value of Intellectual Opposition


•David W. Johnson
•Roger T. Johnson
•Dean Tjosvold

Dibuat dan dipresentasikan oleh :


Arie Prasetio
Advocacy is the best way to find a solution in any situation by presenting both pros and cons from
various perspectives and using facts directly.”
—Harold S. Geneen, Former CEO, ITT

Kontroversi konstruktif terjadi ketika


muncul ide-ide yang berbeda dalam
waktu yang bersamaan.
Aristoteles melibatkan kontroversi
konstruktif untuk mensintesis solusi baru,
terkait dengan kontroversi adalah konflik
kognitif.
Kontroversi konstruktif terstruktur
dikontraskan dengan pencarian
kesepakatan, perdebatan, dan
pembelajaran individualistis.
Pencarian persetujuan terjadi ketika
adanya proses diskusi untuk menghindari
perselisihan kesepakatan, dan penilaian
realistis terhadap ide-ide alternatif dan
tindakan.
CONSTRUCTIVE
CONTROVERSY THEORY

Teori ini berpendapat bahwa situasi menentukan


proses interaksi dan hasil. Kontroversi disusun dalam
pengambilan keputusan melalui proses interaksi antar
anggota.

Diskusi bertujuan untuk memahami masalah yang


kompleks, dilakukan dengan cara :

menyusun informasi & keputusan awal, menyajikan


dan mengadvokasi keputusan, ditantang oleh
pandangan yang berlawanan, konflik konseptual, https://fourweekmba.com/constructive-controversy/
keingintahuan terfokus pada informasi, perspektif,
rekonseptualisasi, sintesis, dan trintegrasi
Proses dasar kontroversi konstruktif
didasarkan pada metode pro dan
kontra dari suatu isu yang disajikan
dari berbagai perspektif, sehingga
masing-masing pihak mendalami
suatu isu agar berpotensi mencapai
solusiyang bersifat konsensus.

https://www.researchgate.net/figure/The-process-of-constructive-controversy-to-be-used-in-the-workshop_fig4_345338849
Ketika dihadapkan pada suatu
masalah orang membentuk
kesimpulan awal dan dasar pemikiran
yang mendukung.
Mereka menjadi tidak yakin akan
pendapat awal ketika dihadapkan
pada perbedaan pendapat dan alasan
orang lain.
Ketidakpastian ini memotivasi para
pihak untuk mencari lebih banyak
informasi dan bentuk penalaran yang
lebih valid.
Dalam kontroversi yang konstruktif,
pencarian ini merupakan upaya
kooperatif, berupaya mengakomodir
perspektif.
Diharapkan muncul solusi kreatif dan
perasaan positif di antara para pihak.
Asumsi teori kontroversi konstruktif
1. Ketika dihadapkan pada masalah yang harus dipecahkan atau
keputusan yang harus dibuat, anggota kelompok mayoritas
memperoleh posisi dominan dari analisis mereka terhadap situasi
berdasarkan pengetahuan, perspektif, harapan dan pengalaman
masa lalu mereka.
2. Posisi dominan didukung oleh anggota yang paling berkuasa
dalam kelompok, karena diharapkan seluruh anggota kelompok
dapat segera menyetujui.
3. Anggota minoritas dihadapkan pada perspektif yang
direkomendasikan mayoritas. Terbentuk kekhawatiran bahwa
anggota yang tidak setuju akan dianggap negatif. Pihak yang
dominan cenderung memaksakan cara pandangnya terhadap
suatu permasalahan, sehingga semua anggota memandang suatu
permasalahan dari kerangka acuan yang dominan.
4. Ketika ada anggota tidak setuju dengan pilihan
mayoritas, dia mempunyai pilihan: memaksa setuju
dengan pendapat mayoritas atau menyuarakan
perbedaan pendapat dengan resiko menghadapi
ejekan, penolakan, pengucilan, dan tidak disukai. Hal
ini bisa menciptakan konflik.
Pihak minoritas menyadari bahwa jika mereka tetap
mempertahankan perbedaan pendapatnya, mereka
akan dipandang negatif dan tidak disukai serta
dikucilkan baik oleh rekan mereka maupun atasan,
konflik ini dapat mengakibatkan perpecahan
kelompok.
Oleh karena itu banyak orang yang berbeda
pendapat merasa untuk tetap diam dan
menyembunyikan pendapat mereka yang
sebenarnya.
5. Anggota secara terbuka menyetujui
perspektif dominan tanpa melakukan
analisis kritis. Memandang permasalahan
hanya dari sudut pandang dominan,
sehingga menghilangkan kemungkinan
pertimbangan sudut pandang yang
berbeda.
Pihak minoritas mengikuti mayoritas karena
mereka beranggapan bahwa kebenaran
terletak pada angka (baca: mayoritas) atau
mereka takut bahwa ketidaksepakatan
secara terbuka akan mengakibatkan
penolakan dan hal negative lainnya.
6. Semua anggota sepakat tentang tindakan
yang akan diambil kelompok. sementara
beberapa anggota secara pribadi mungkin
percaya bahwa tindakan lain akan lebih
efektif.
KONTROVERSI KONSTRUKTIF
DAN DEMOKRASI
• Thomas Jefferson percaya bahwa diskusi yang bebas dan terbuka harus
menjadi dasar dalam bermasyarakat.
• Keyakinan tersebut mendorong lahirnya premis bahwa kebenaran akan
dihasilkan dari diskusi yang bebas dan terbuka di mana sudut pandang
yang berlawanan didukung dan diperdebatkan. Setiap warga negara
diberi kesempatan untuk mengadvokasi ide-idenya dan mendengarkan
dengan penuh hormat sudut pandang yang berlawanan.
• Dalam demokrasi, setiap orang perlu menginternalisasikan norma-
norma kontroversi yang konstruktif.
Diskusi : Rezim Orde Baru
“… Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!”
(Wiji Thukul : Peringatan, 1986)

• Semua elemen rakyat yang mencoba


mengkritik dituduh subversif. Diculik,
dipukul, ditahan tanpa proses peradilan yang
fair, hingga penghilangan nyawa seseorang
• Banyak peristiwa pelanggaran hak azasi
manusia dilakukan oleh negara kala itu. Aksi
demonstrasi mahasiswa, aksi buruh hingga
perampasan lahan yang menghilangkan
banyak nyawa
Kasus
Marsinah

https://web.suaramuhammadiyah.id/2020/05/01/marsinah-pejuang-hak-buruh-lulusan-sekolah-muhammadiyah/
Kasus
wartawan
Udin
Kasus
Munir
Orde Baru dan Islam
Neo Orde Baru?

Anda mungkin juga menyukai