Anda di halaman 1dari 18

Tinjauan Fatwa DSN MUI

116/2017 terhadap Praktik


E-Money
Dr. Zulfatun Ni’mah, M. Hum
Pengertian E-Money (PBI 20/2018)

Uang Elektronik adalah instrumen pembayaran yang memenuhi


unsur sebagai berikut:
a. diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu
kepada penerbit;
b. nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media server
atau chip; dan
c. nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan
merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang yang mengatur mengenai perbankan.
E money dalam bentuk chip
E money dalam bentuk server
Pihak-pihak dalam E Money

Prinsipal : Bank/lembaga yang menerbitkan


e-money (Gojek)
Acquirer : Lembaga yang bekerjasama dengan
bank (Tokopedia)
Pengguna : Pembeli di Tokopedia yang
punya akun gopay (Anita)
Merchant : Pemilik toko online di
Tokopedia (Sariayu Official Store)
Fatwa DSN MUI 116/2017: Akad antara
Penerbit dengan Pemegang E-Money

Akad Wadi’ah dan akad Qard

Wadiah: akad penitipan uang dari pemegang


uang elektronik kepada penerbit dengan
ketentuan pemegang uang elektronik dapat
mengambil/menarik/menggunakan kapan
saja sesuai kesepakatan.
Skema Wadiah (Titipan)

• Pengguna menitipkan uang kepada Gopay dengan cara mentransfer


dari rekening bank ke rekening Gopay
• Sewaktu-waktu ingin mengambil titipan, konsumen bisa pakai
uangnya di Gopay untuk membayar jasa ojek ke gojek, membayar
pembelian barang di Tokopedia, membayar makan di warung
tertentu
• Uang konsumen di Gopay bukan tabungan, maka tidak bisa
dicairkan dalam bentuk tunai, hanya bisa dipakai belanja ke
toko/merchant yang bekerjasama dengan Gopay
Akad Wadiah (Titipan)

Pihak yang menitipkan : Pengguna


Pihak yang dititipi : Penerbit e-money
Jumlah titipan : sesuai uang yang ditransfer ke penerbit
Hak penerbit : Boleh memungut biaya pemeliharaan dan
sewa kartu
Kewajiban penerbit : Menjaga keamanan uang titipan
Hak pengguna : Mengambil titipan sewaktu-waktu untuk
berbelanja/bayar jasa tertentu ke pihak ketiga
Kewajiban pengguna : Membayar biaya pemeliharaan atau biaya
penerbitan kartu
Qard (Utang piutang)

Akad Qard merupakan akad pinjaman


dari pemegang uang elektronik kepada
penerbit dengan ketentuan bahwa
penerbit wajib mengembalikan uang
yang diterimanya kepada pemegang
kapan saja sesuai dengan kesepakatan.
Akad Qardh/Utang Piutang

Pihak yang berhutang : Penerbit e-money (Gopay, Shopeepay,


dll)
Pihak yang menghutangi : Pengguna
Jumlah utang : Sesuai uang yang ditransfer
Hak pengguna : Mendapat pembayaran utang sewaktu-
waktu dengan cara melakukan pembayaran belanja dengan e-money
Hak penerbit : Menggunakan uang yang dipinjam
Larangan : Memperjanjikan tambahan
pengembalian dalam akad utang piutang
Titik Krusial Praktik E-Money

Perdebatan tentang status hukum e-money


terjadi dalam hal praktik pemberian manfaat,
berupa:
1. Diskon
2. Promo
3. Cashback
4. Free ongkos kirim
Kontroversi Hukum: Haram

Pemberian manfaat dari penerbit kepada pengguna haram hukumnya


karena:
1. Hadis: Segala hutang piutang yang memberlakukan manfaat
hukumnya haram.
‫• ُك ُّل َقْر ٍض َج َّر َم ْنَفَع ًة َفُهَو َحَر اٌم‬
“Setiap utang piutang yang di dalamnya ada keuntungan, maka itu dihukumi
haram.”
2. Penerbit adalah pihak yang berhutang, tidak boleh memperjanjikan
manfaat apapun kepada pengguna selaku pemberi utang
Kontroversi Hukum : Boleh

Pemberian manfaat hukumnya boleh karena:


1. Manfaat tersebut lahir dari akad jual beli, bukan akad utang
piutang.
2. Pengguna tidak akan mendapat manfaat berupa diskon,
promo, cashback dan free ongkir jika tidak berbelanja
3. Pemberian manfaat dapat dikategorikan sebagai hadiah yang
menggunakan dasar akad ju’alah
4. Ju’alah adalah akad untuk memberikan hadiah/reward tertentu
atas pencapaian hasil tertentu
Contoh reward (Ju’alah)

1. Penerbit : Tiap berbelanja dapat point


2. Merchant : beli satu gratis satu, beli satu diskon 20%, beli dua
diskon 50%
3. Acquirer : Free ongkos kirim (Tokopedia memberikan free-ong)
kepada pembeli yang belanjan 50.000 ke atas, baik pakai e-money
atau tidak
Bagaimana pendapat MUI?

Di antara akad yang dapat digunakan penerbit dengan para pihak


dalam penyelenggaraan uang elektronik (Prinsipal, acquirer,
Pedagang/ merchan, penyelenggara kliring, dan penyelenggara
penyelesai akhir) adalah akad ijorah, akad ju'alah, dan akad
wakalah bi al-ujrah
Fatwa DSN/MUI 116/2017

Penyelenggaraan dan penggunaan uang elektronik wajib terhindar dari:


1. Transaksi yang ribawi, gharar, maysir, tadlis, risyvah, dan israf:,
dan
2. Transaksi atas objek yang haram atau maksiat.

Riba adalah tambahan yang diberikan dalam pertukaran barangbarang


ribawi (al-amwal al-ribawiyah) dan tambahan yang diberikan atas
pokok utang dengan imbalan penangguhan pembayaran secara mutlak.
Contoh: Syarat dan Ketentuan Link Aja
Syariah

• 4. Ketentuan mengenai bonus / program promo / pengenaan biaya yang timbul dan
menjadi kewajiban Nasabah mengacu pada produk/layanan yang berlaku di
LinkAja Syariah
• 5.Segala promosi sudah disesuaikan dengan prinsip syariah yaitu dengan
mendasarkan pada akad hibah/hadiah. Bentuk hadiahnya adalah berupa potongan
harga berkah, hadiah berkah; dan Extra Saldo Berkah. Sumber dana hadiah berasal
dari anggaran promosi linkaja syariah dan/atau dari merchant.
• 6. Pengguna Uang Elektronik LinkAja Syariah bertanggung jawab menjaga
keamanan dan kerahasiaan akun serta mempergunakan Uang Elektronik LinkAja
Syariah hanya untuk transaksi yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
Syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
https://islam.nu.or.id/bahtsul-masail/cashback-pada-aplikasi-domp
et-digital-apakah-masuk-riba-5BdHE

https://www.linkaja.id/artikel/syarat-dan-ketentuan-layanan-syaria
h

Anda mungkin juga menyukai