Anda di halaman 1dari 101

MATERI INTI 3 - POKOK BAHASAN 1

TATALAKSANA KORBAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN


ANAK, TERMASUK TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

Pelatihan Pelayanan Kesehatan Bagi Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak (KtP/A)
dan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO)
2023
TUJUAN PEMBELAJARAN

UMUM
• Setelah mengikuti materi, peserta mampu melakukan tata laksana korban KtP/A terrmasuk TPPO

KHUSUS
• Setelah selesai mengikuti pelatihan ini, peserta mampu:
1. Melakukan tatalaksana penanganan medis korban KtP/A
2. Membuat Visum et Repertum (VeR) sesuai dengan aspek medikolegal dalam penanganan kasus KtP/A
dan Rape kit, sesuai dengan kompetensi dan kewenangan
3. Melakukan tata laksana psikososial korban KtP/A
POKOK BAHASAN

• Pokok Bahasan 1
• Tatalaksana penanganan medis korban KtP/A, termasuk TPPO

• Pokok Bahasan 2
• Visum et Repertum (VeR) sesuai dengan aspek medikolegal dalam penanganan kasus KtP/A termasuk
TPPO dan Rape kit

• Pokok Bahasan 3
• Tata laksana Psikososial Korban KtP/A termasuk TPPO
POKOK BAHASAN 1:
TATALAKSANA PENANGANAN MEDIS KORBAN KTP/A,
TERMASUK TPPO
TATA LAKSANA PENANGANAN MEDIS KORBAN KTP/A,
TERMASUK TPPO
PRINSIP UMUM

POKOK BAHASAN 1:
TATALAKSANA PENANGANAN MEDIS KORBAN KTP/A, TERMASUK TPPO
PRINSIP UMUM LAYANAN KORBAN
LANGKAH-LANGKAH PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI KORBAN ANAK
RADAR
Recognize KENALI kemungkinan kekerasan

TANYA secara langsung kemungkinan adanya


Ask & Listen
kekerasan dan DENGARKAN dengan empati

DISKUSIKAN berbagai PILIHAN yang bisa


Discuss options diambil oleh korban, termasuk soal
pelaporan

NILAI kemungkinan adanya BAHAYA dengan


Asses Danger
diketahuinya kasus kekerasan tersebut

Refer to other group that RUJUK ke lembaga yang bisa membantu


could provide assistance lebih jauh
FIRST LINE SUPPORT

Dengarkan, biarkan penyintas/korban bercerita dengan kata-katanya


Listen sendiri mengenai apa yang terjadi dengan dirinya

Tanyakan Lakukan assessment dan berikan respon pada kebutuhan


Inquire segera dan pahami kekhawatirannya – emosional, fisik, sosial, dan praktis

Tunjukkan bahwa anda paham dan percaya pada penyintas / korban.


Validate Yakinkan penyintas/korban bahwa ia tidak dipersalahkan dan telah melakukan tindakan yang
tepat untuk meminta pertolongan

Enhance Rencanakan bersama tindakan keselamatan untuk melindungi


penyintas/korban dari kemungkinan terulangnya lagi kekerasan
Safety
Berikan dukungan kepada penyintas / korban melalui pemberian
Support informasi, layanan dan rujukan
ANAMNESIS

POKOK BAHASAN 1:
TATALAKSANA PENANGANAN MEDIS KORBAN KTP/A, TERMASUK TPPO
ANAMNESIS
HAL PENTING YANG DIPERHATIKAN DALAM ANAMNESIS

BOLEH TIDAK BOLEH


Dalam penanganan kasus KtP/A dan TPPO, Petugas
Berikut ini adalah hal penting yang harus dihindarkan oleh
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: setiap petugas yang melayani korban:
1Melindungi korban dari pelaku dan upaya bunuh diri (lihat 1 Sedapat mungkin tidak melakukan kontak fisik dengan korban
buku Pedoman Pencegahan Tindakan Bunuh Diri kekerasan seksual.
(Pegangan bagi petugas kesehatan), Direktorat Kesehatan 2 Menjanjikan sesuatu kepada korban, keluarganya, saksi maupun
sumber informasi lain; ketika memberikan sedikit harapan kepada
Jiwa Masyarakat, Departemen Kesehatan RI, Tahun 2005). korban hanya tawarkan apa yang mampu diberikan.
2 Melaporkan/memberikan informasi kejadian dugaan 3 Menggunakan bahan/hasil informasi atau kasus tanpa seizin
korban; termasuk ttg kontak dengan media.
kekerasan kepada pihak yang berwenang dengan
4Memanfaatkan posisi sebagai petugas/pengelola unit pelayanan
persetujuan korban (kecuali yang mengancam untuk mengambil keuntungan/imbalan dari korban atau keluarganya
keselamatan hidup korban dan kasus dugaaan KtA dalam bentuk apapun;
sesuai Permenkes No.68 th 2013). 5Melakukan kekerasan terhadap korban dalam bentuk apapun; dan
3 Menyediakan penanganan medis komprehensif. 6Membangun hubungan non-profesional dengan korban selama masa
pemberian pelayanan.
4 Merujuk ke jejaring untuk pendampingan paripurna dan 7Mengungkapkan alamat pribadi kepada korban atau berupaya untuk
penanganan aspek non-medis. menampung di rumah sendiri
8Mencoba untuk menyelamatkan korban (sendiri) jika tenaga
kesehatan belum terkait dengan jejaring perlindungan yang sudah
ada bagi korban KTP/A dan TPPO di daerahnya serta tidak
mempunyai, informasi yang cukup tentang jejaring rujukan yang ada
dan pelayanan yang tersedia.
DISAMPING ITU PETUGAS JUGA HARUS MEMPERHATIKAN:
LANGKAH-LANGKAH MELAKUKAN ANAMNESIS
LANGKAH-LANGKAH MELAKUKAN ANAMNESIS

• Keadaan kesehatan sebelum trauma


• Adakah riwayat trauma seperti ini sebelumnya
• Adakah riwayat penyakit dan perilaku seperti
ini sebelumnya
• Pada anak, diperhatikan apakah ada
perubahan perilaku anak setelah mengalami
trauma seperti ngompol, mimpi buruk, susah
tidur, menjadi manja, suka menyendiri,
murung atau agresif.
• Pernah/tidak mengalami hal seperti ini
• “terlapor adalah orang yang sama/tidak sama
• Keadaan korban lebih berat/ringan/sama
dengan keadaan sekarang
• Pernah/tidak pernah mengalami tekanan
psikologi oleh pelaku kekerasan
• Ada/tidak ada keluarga korban yang ikut
dianiaya
• Ada/tidak ada keluarga korban yang lain ikut
menganiaya
LANGKAH-LANGKAH MELAKUKAN ANAMNESIS
• Waktu dan lokasi kejadian, ada tidaknya
kekerasan sebelum kejadian, segala bentuk
kegiatan seksual yang terjadi, termasuk
bagian-bagian tubuh yang mengalami
kekerasan, ada tidaknya penetrasi, serta
dengan apa penetrasi dilakukan.
• Apa yang dilakukan pasien setelah kejadian
kekerasan, apakah pasien mengganti
pakaian, buang air kecil, membersihkan
bagian kelamin/dubur, mandi, atau gosok gigi.
Pada anak ditanyakan adakah rasa nyeri,
perdarahan dan atau keluarnya sekret dari
kemaluan/dubur. Ditanyakan adanya
gangguan rasa nyeri dan gangguan
pengendalian BAB/BAK
• Pada pasien kekerasan terhadap perempuan
(termasuk remaja) ditanyakan kemungkinan
adanya hubungan seksual dua minggu
sebelumnya.
• Riwayat penggunaan kontrasepsi pada kasus
KtP
INFORMED CONSENT/ PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS

• Adalah pernyataan persetujuan (consent) atau


izin dari pasien yang diberikan dengan bebas,
rasional, tanpa paksaan (voluntary) tentang
tindakan kedokteran yang akan dilakukan
terhadapnya sesudah mendapatkan informasi
yang cukup tentang tindakan kedokteran yang
dimaksud.
• Yaitu persetujuan yang diberikan oleh pasien
atau keluarga terdekat setelah mendapat
penjelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi yang akan
dilakukan terhadap pasien.
• Puskesmas/RS dapat menggunakan form
informed consent yang sudah ada. Contoh form
informed consent.
REKAM MEDIS

• Merupakan berkas berisi catatan dan dokumen penting tentang :

• Pada waktu anamnesis isilah rekam medis sesuai dengan hasil anamnesis
• Berikut adalah form Rekam medis kekerasan terhadap perempuan dan anak.
FORM REKAM MEDIS.doc
PEMERIKSAAN FISIK

POKOK BAHASAN 1:
TATALAKSANA PENANGANAN MEDIS KORBAN KTP/A, TERMASUK TPPO
2
2 PEMERIKSAAN FISIK

Hal yang perlu diperhatikan:


1. Lakukan pemeriksaan fisik yang menyeluruh dengan ramah dan sopan.
2. Sebelum pemeriksaan fisik, cek apakah sudah dilakukan informed-consent
3. Dipastikan ada yang mendampingi dokter saat melakukan pemeriksaan
4. Pastikan peralatan dan bahan sudah disiapkan sebelum pemeriksaan
5. Selalu beritahu apa yang akan dilakukan dan minta persetujuan kepada pasien sebelum
dilakukan pemeriksaan.
6. Lakukan pemeriksaan keadaan umum, tingkat kesadaran dan tanda-tanda vital.
7. Selain pemeriksaan fisik umum sebagaimana biasa, lakukan pencatatan khusus pada
rekam medis untuk kekerasan fisik dan seksual.
8. Perhatikan apakah ada luka lama dan baru yang sesuai urutan kejadian peristiwa
kekerasan yang dialami. Catat jenis, lokasi, bentuk, ukuran, dasar dan tepi luka.
DESKRIPSI LUKA SECARA UMUM

Luka adalah bukti penting dari suatu peristiwa kejahatan krn dari luka ini kita dapat mengetahui
banyak hal mengenai peristiwa kejahatan yang terjadi pada korban, seperti :

Prinsip: mendeskripsikan luka harus sesuai dengan apa yang dilihat dan ditemukan pada luka, dimana
penulisannya didahului oleh lokasi luka sesuai dengan daerah anatomis.
JENIS LUKA
LUKA MEMAR
a. Dalam pencatatatan deskripsi luka memar berikut urutannya:
b. Lokasi dan koordinat
c. Bentuk : bulat /bentuk tertentu/tidak beraturan
d. Batas : tegas /tdk tegas
e. Warna
f. Bengkak / tdk bengkak
g. Nyeri tekan / Tidak ( korban hidup)
h. Ukuran

PERUBAHAN WARNA PADA


MEMAR :
Contoh deskripsi memar:
1.Kemerahan I hari Pada kelopak mata kanan atas dan bawah
2.Merah kebiruan ( ungu ) 2-3 hari terdapat luka memar berbentuk lonjong dengan
3.Biru – kehitaman 4-5 hari batas tegas berwarna merah kebiruan,
4.Kehijuan 1 minggu membengkak, nyeri tekan atau tidak, ukurang
5.Kuning 1 – 2 minggu panjang x lebar
6.Normal 2 minggu
JENIS LUKA

LUKA LECET GESER/GORES/TEKAN/SERUT

Dalam pencatatatan deskripsi luka lecet geser / gores/tekan/serut berikut urutannya:


a.Lokasi dan koordinat
b.Jumlahnya (kurang dari 5 /lebih dari lima )
c.Bentuk – garis sejajar / tidak beraturan / berbentuk huruf dll
d.Arahnya mendatar/vertikal/serong
e.Warna
f.Ukuran (panjang x Lebar)

Catatan:
Jumlah bila lebih dari lima garis disatukan pada satu daerah (panjang x lebar), dengan ukuran masing garis lecet terpanjang
dan terpendek saja
Jumlah kurang dari 5, disebutkan jumlahnya dan masing –masing diukur panjang dan lebarnya.

Contoh deskripsi luka lecet:


Terdapat beberapa buah luka lecet geser, pada daerah seluas (panjang x lebar), berbentuk garis garis berjalan
sejajar/ tidak sejajar dengan arah mendatar/vertikal /serong dari kanan/kiri bawah/atas ke kiri/ kanan
atas/bawah, berwarna kemerahan/ kehitaman, ukuran terpanjang, ukuran terpendek
JENIS LUKA

LUKA TERBUKA BENDA TAJAM ATAU TUMPUL

Dalam pencatatatan deskripsi luka terbuka karena kekerasan tajam atau tumpul berikut urutannya:
a.Lokasi dan koordinat
b.Tepi : rata / tidak rata
c.Sudut : tajam – tajam / tumpul tajam / tumpul tumpul
d.Dasar : Tulang, otot, jaringan lemak
e.Jembatan jaringan ada / tidak
f.Bila dirapatkan berbentuk (garis /tidak beraturan)
g.Ukuran

Ciri khas pada luka akibat kekerasan benda tajam adalah tidak terdapat jembatan jaringan.
Contoh deskripsi luka terbuka kekerasan tumpul

Pada pelipis kiri, terdapat luka terbuka tepi tidak rata, sudutnya (tumpul tajam), bagian bawah tumpul, bagian atas tidak
beraturan, dasar nya ada jembatan jaringan, bila dirapatkan berbentuk garis dengan arah mendatar/vertikal/serong
dari kanan /kiri bawah/atas ke kiri/kanan atas/bawah, ukuran (panjang).
JENIS LUKA

Contoh deskripsi luka terbuka kekerasan tajam

Terdapat luka terbuka tepi rata, kedua sudut tajam/ tumpul,


dasarnya jaringan otot yang terpotong rata, bila dirapatkan
berbentuk garis dengan arah mendatar/vertikal/serong dari
kanan/kiri bawah/atas ke kiri/kanan atas/bawah. Dengan
ukuran (panjang), sudut bagian atas tumpul, sudut bagian
atas tajam.
PEMERIKSAAN LUKA

1. Lokasi
Ditentukan Regio Dan Koordinat,
Yaitu Jrk Dari Grs Tengah & Salah
Titik Anatomis
PEMERIKSAAN PERLUKAAN JENAZAH
ORDINAT & ABSIS :

JARAK DARI GPD / GPB


JARAK DARI TITIK ANATOMIS
. .

.
LUKA LUKA PADA ANGGOTA GERAK

UTK ANGGOTA GERAK ATAS


& BAWAH TDK MENGGUNAKAN
GPD/GPB - TAPI MENGGUNAKAN
SISI-2 DARI ANGGOTA GERAK
YAITU :
* SISI DEPAN &SISI BELAKANG
* SISI DALAM & SISI LUAR

TITIK ANATOMISNYA :
1. LENGAN : LIPAT SIKU, SIKU,
PERGELANGAN TANGAN
2.TUNGKAI : LIPAT PAHA,
LUTUT, LIPAT LUTUT, MATA KAKI
LUAR DAN DALAM
• Beberapa luka menunjukkan ciri khas akibat kekerasan yang bukan akibat kecelakaan,
seperti:
⮚ Tramline hematome,
⮚ Luka dengan bentuk dan pola tertentu yang khas,
⮚ Luka bakar akibat sundutan rokok, dan
⮚ Memar berbentuk telapak tangan, adalah sebagian contohnya.
• Luka-luka juga terkadang memperlihatkan luka yang tidak sama usianya, misalnya
terdapat memar yang merah ungu dan memar lainnya berwarna hijau kekuningan.

• Keadaan ini menunjukkan adanya kekerasan yang berulang yang sangat mungkin bukan
akibat kecelakaan. Hal sama juga bisa ditemukan dalam bentuk luka lecet, luka terbuka
dan bahkan patah tulang, yang terlihat dari perbedaan masa penyembuhannya.
3
4

• Harus juga diperhatikan daerah mata (termasuk retina), daun telinga, rongga mulut dan
alat kelamin untuk mendeteksi adanya tanda-tanda perlukaan terselubung (occult
trauma).
• Raba semua tulang terutama tulang-tulang panjang adakah nyeri tulang saat palpasi
dilakukan, serta lakukan uji sendi dengan melakukan gerakan rentang sendi, adakah
keterbatasan gerakan sendi. Pada kasus-kasus berat, pemotretan berwarna dapat
membantu.
• Hal penting lainnya adalah bahwa bukti adanya kekerasan tersebut harus relevan
dengan keterangan yang diberikan oleh saksi korban. Suatu luka memar atau lecet kecil
di daerah pipi, leher, pergelangan tangan atau paha mungkin tidak khas dan tidak
bermakna dari segi kedokteran, namun bermakna bagi hukum apabila relevan dengan
riwayat terjadinya peristiwa, seperti ditampar, dicekik, dipegangi dengan keras atau
dipaksa diregangkan pahanya (pada kasus kejahatan seksual). Adanya sindroma mental
tertentu dapat mendukung relevansi temuan bukti fisik tersebut dari sisi psikologis.
• Derajat luka juga penting ditentukan untuk menentukan proses hukum, derajat
luka terdiri dari:
⮚ Derajat satu (ringan), adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit dan
halangan pekerjaan
⮚ Derajat dua (sedang), adalah luka yang menimbulkan penyakit dan halangan
pekerjaan sementara waktu.
⮚ Derajat tiga (berat), adalah luka yang mendatangkan bahaya maut; tidak dapat
bekerja seterusnya; kehilangan salah satu panca indra; cacat berat; kelumpuhan;
daya pikir hilang lebih dari 4 minggu; gugur/mati kandungan.
POLA LUKA PADA BUNUH DIRI
SUATU KASUS PATUT DIDUGA SEBAGAI KTP/A BILA DITEMUKAN ADANYA:
3
8 PERHATIAN KHUSUS PADA KORBAN ANAK

• Seperti pada pemeriksaan korban dewasa, harus ada pendamping yang dipercaya anak berada di ruang
pemeriksaan dan didapatkan informed-consent dari orang tua atau walinya.
• Jelaskan apa yang akan terjadi selama pemeriksaan dengan menggunakan istilah atau bahasa yang dimengerti
anak-anak.
• Dengan persiapan yang cukup, kebanyakan anak dapat tenang dan mengikuti pemeriksaan. Jika anak tidak dapat
tenang karena nyeri, dapat diberikan parasetamol atau obat nyeri sederhana lainnya.
• Jangan memaksa dengan menakuti anak untuk menyelesaikan pemeriksaan. jika dilakukan akan menambah
ketakutan dan kecemasan anak dan memperburuk dampak psikologis kekerasan.
• Sangat berguna menggunakan boneka tangan untuk mendemonstrasikan prosedur dan posisi. Tunjukan pada
anak perlengkapan pemeriksaan seperti sarung tangan, swab dll.
• Anak kecil dapat diperiksa di pangkuan ibunya, sedangkan yang lebih tua dapat diberikan pilihan duduk di kursi, di
pangkuan ibu atau berbaring di tempat tidur.
• Periksa dan catatlah keadaan gizi (tinggi badan, berat badan dan usianya), higiene dan tumbuh kembang si anak.
Pemeriksaan status tumbuh kembang dan status gizi anak sangat relevan dalam upaya menegakkan ada atau
tidaknya penelantaran.
• Periksa dan catatlah keadaan umum si anak, seperti kesadaran, kooperatif atau non kooperatif, kejang, apnue dan
syok.
PEMERIKSAAN SEKSUAL

POKOK BAHASAN 1:
TATALAKSANA PENANGANAN MEDIS KORBAN KTP/A, TERMASUK TPPO
PENGERTIAN
PEMERIKSAAN FORENSIK KASUS KEJAHATAN SEKSUAL
DITUJUKAN UNTUK MENENTUKAN:

Mengumpulkan Sisa- Sisa Persetubuhan (Trace Evidence)


TAHAPAN PEMERIKSAAN YANG DILAKUKAN MELIPUTI:
NO Pemeriksaan Keterangan
1 Pemeriksaan umum • Perhatikan penampilan korban
(pada kasus kekerasan seksual • Lakukan pemeriksaan terhadap keadaan umum,
lakukan pencatatan khusus) kesadaran, dan tanda vital tubuh lainnya.
• Perhatikan luka-luka yang sesuai dengan
jalannya peristiwa kekerasan seksual yang
dialami
• Catat dalam rekam medis

2 Dalam hal peristiwa kekerasan • Dapat menggunakan alat bantu rape kit
seksual belum lama terjadi dan
pakaian yang dikenakan korban
masih pakaian yang sama sewaktu
peristiwa terjadi, maka:
NO Pemeriksaan Keterangan
2 Dalam hal peristiwa kekerasan • Bila di tubuh korban banyak menempel barang bukti (seperti rumput, tanah,
seksual belum lama terjadi dll), korban dipersilahkan berdiri diatas selembar kertas putih yang cukup besar
dan pakaian yang dikenakan (koran/kertas flipchart) kemudian baju dan rambut digeraikan sehingga barang-
korban masih pakaian yang barang bukti yang menempel pada tubuh pasien jatuh keatas kertas
sama sewaktu peristiwa
terjadi, maka:

• Dalam hal pada pakaian korban dicurigai adanya bercak mani berupa bercak
teraba kaku, maka pakaian tersebut diminta dan dimasukkan ke dalam amplop,
sedangkan korban diberi pakaian pengganti.
• kertas dilipat membungkus barang bukti tersebut, kemudian masukkan ke dalam
amplop yang sudah ada identitas pasien lalu disegel dan dibubuhkan tanda
tangan si pengumpul (dokter).
NO Pemeriksaan Keterangan
3 Lakukan pemeriksaan
pertumbuhan gigi geligi dan
seks sekunder (pertumbuhan
payudara dan rambut pubis)
untuk konfirmasi usia korban
atau kepantasan dikawin • Periksa gigi geligi (gigi ke 7 & 8)
sebagaimana diminta oleh • Lakukan swab pada laring dan tonsil, dan buat sediaan hapus:
undang-undang. (a) pemeriksaan mikrobiologi (curiga IMS)
(b) pemeriksaan sperma dan cairan mani.
4 Bila diduga ada persetubuhan
oral, periksa adanya lecet,
bintik perdarahan atau memar
pada palatum, kemudian
• Kapas lidi dikeringkan dan dimasukkan kedalam amplop. Kedua
sediaan hapus dan amplop berisi kapas lidi yang sudah kering,
dimasukkan ke dalam amplop besar, disegel dan bubuhkan label
identitas serta ditanda-tangan oleh pengumpul/pemeriksa
Pada persetubuhan oral, periksa lecet, bintik perdarahan / memar pada palatum,

45
NO Pemeriksaan Keterangan
5 Kuku jari tangan dipotong dan dimasukkan ke
dalam amplop terpisah kanan dan kiri, Bila ada terdapat tanda needle marks,
amplop disegel dan bubuhkan label identitas. ini merupakan indikasi untuk
pemeriksaan darah dan urin
Darah diambil dari vena cubiti
sebanyak 5 ml, sedangkan urin diambil
setidaknya sejumlah 10 ml.
Periksa, adakah tanda-tanda bekas
6 kehilangan kesadaran atau diberikan obat Pada saat pemeriksaan dilakukan cermati apakah terdapat tanda-
bius/tidur, apakah ada ”needle marks”. tanda persetubuhan:
Tanda-tanda penetrasi : robekan selaput dara, perlukaan pada mulut
vagina
Pemeriksaan ginekologi dilakukan dalam Tanda-tanda ejakulasi: adanya sel sperma, ada cairan sperma
7 posisi litotomi, periksa luka-luka sekitar vulva, Tanda-tanda akibat persetubuhan : kehamilan, Infeksi menular
perineum dan paha seksual (IMS)
Persetubuhan positif apabila terdapat robekan selaput dara disertai
salah satu dari sperma atau kehamilan atau IMS, bila tidak ada
maka robekan disebutkan akibat kekerasan tumpul

46
NO Pemeriksaan Keterangan
8 Perhatikan adanya kerak (bercak o Kerak yang kering dikerok dan dimasukkan kedalam
kering) atau bercak basah amplop, disegel dan dibubuhkan label identitas.
o Bila terdapat bercak basah, diusap dengan kapas lidi
kemudian dikeringkan dan dimasukkan kedalam
amplop, disegel dan bubuhi label identitas.

Jika ada bercak, kerok dengan


skalpel (kering, bila basah gunakan
kapas lidi) dan masukkan dalam
amplop

47
NO Pemeriksaan Keterangan
9 Rambut pubis disisir o Rambut lepas yang ditemukan (mungkin milik tersangka
pelaku) dimasukkan ke dalam amplop.

o Cabut minimal 3 sampai 10 helai rambut pubis korban dan


masukkan ke dalam amplop lain.
o Jika didapat rambut yang menggumpal, gunting dan masukkan
dalam amplop terpisah.
o Seluruh amplop disegel dan dibubuhi label identitas

48
No Pemeriksaan Keterangan

10 Periksa adanya luka di daerah a. Microlesi yang tidak tampak dengan kasat mata dapat dilihat
sekitar paha, vulva dan perineum; dengan menyemprotkan cairan toluidin blue dan bilas dengan
catat jenisnya, lokasi, bentuk, dasar, aquadest, erosi atau laserasi akan tampak berwarna biru.
tepi dan sekitar luka.

49
NO Pemeriksaan Keterangan
Pemeriksaan selaput dara Tentukan:
•Ada atau tidaknya robekan
•Robekan baru atau lama
BAG. PERUT •Lokasi robekan tersebut tentukan pada arah jam berapa
•Teliti apakah sampai ke dasar atau tidak.
12 •Besarnya orifisium
•Swab daerah komisura posterior, buat sediaan hapus dan
keringkan dalam suhu kamar

c. Dalam hal tidak terdapat robekan, padahal diperoleh informasi


terjadinya penetrasi:
Pada perempuan dewasa, lakukan pemeriksaan besarnya
9 3 lingkaran lubang dengan mencoba memasukkan satu jari
kelingking. Bila jari kelingking dapat masuk tanpa hambatan dan
nyeri, lakukan uji dengan satu jari telunjuk, dan selanjutnya
dengan dua jari (telunjuk dan tengah).
Pada anak-anak lakukan traksi lateral kiri dan kanan dengan dua
jari dan ukur diameter introitus vagina. Pada balita diameter
introitus vagina tidak lebih dari 5 mm. Dengan bertabahnya usia
akan bertambah 1 mm/tahun. Jika diameter sampai 10 mm,
6 dicurigai telah terjadi penetrasi.
Diagram showing an old, healing
injury to the hymen. Reproduced
with permission of J Lauridson,
2004
1 day post-trauma
57
58
59
60
Robekan parsial
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
DOKUMENTASI

KAMER 5
A

1
2

3. 4.
KA KI
NO Pemeriksaan Keterangan
Lakukan swab pada komisura Swab dilakukan dengan cara:
11 posterior dan forniks posterior. •Pasang spekulum bila korban telah menikah atau melakukan
Kemudian buat sediaan hapus 2 kegiatan seksual rutin, gunakan ukuran yang sesuai. Pada korban
(dua) buah yang baru pertama kali disetubuhi lakukan pengambilan sampel
tanpa spekulum.
•Gunakan pipet plastik, ambil cairan dalam vagina, teteskan ke atas
kaca objek, kemudian tutup dengan kaca penutup dan segera
diperiksa di bawah mikroskop adanya spermatozoa. Apabila dalam
vagina tidak ditemukan cairan, bilaslah terlebih dahulu dengan 2 ml
larutan garam fisiologis.
•Masukkan lidi kapas bersih ke dalam vagina, basahkan kapas
dengan cairan vagina dengan cara memutarnya beberapa kali, dan
biarkan difomiks posterior selama satu menit.
•Pada anak-anak atau yang belum menikah, kapas lidi ukuran kecil
diletakkan di komisura posterior, didorong ke dalam vagina
menelusuri dinding belakang vagina dengan hati-hati sampai
terbentur forniks digerakkan kekiri dan kekanan, ditarik keluar
menelusuri dinding belakang vagina secara hati-hati.
•Buat dua buah sediaan hapus dengan cara menggelindingkan
kapas diatas gelas obyek. Keringkan diudara dalam suhu kamar.
Kapas lidi juga dikeringkan.
•Setelah sediaan hapus kering, masukkan kedalam amplop terpisah,
satu untuk pemeriksaan mikrobiologi (pemeriksaan adanya GO) dan
yang lain untuk pemeriksaan laboratorium forensik lainnya.
79
NO Pemeriksaan Keterangan
12 Dalam hal adanya riwayat Pemeriksaan anus dapat dilakukan pada knee-chest
persetubuhan anus, pemeriksaan position.
colok dubur dan proktoskopi perlu • Lakukan swab pada rugae-rugae.
dipertimbangkan untuk melihat • Buat dua sediaan hapus dan kapas lidi
adanya luka baru dan gambaran dikeringkan seperti pada swab laring dan tonsil
rugae. pada butir 4.

Semua anak-anak, laki-laki dan perempuan, harus dilakukan


pemeriksaan anus dalam posisi supine atau lateral. Hindari
knee-chest position bila pelaku biasa menggunakan posisi ini.
Dilakukan swab pada lumen dan rugae2. Jangan
menggunakan anuskop pada anak di bawah 6 tahun, agar
tidak menambah trauma baru pada anak. Anuskop hanya
digunakan sesuai indikasi (dicurigai ada keluhan, infeksi, 80
perdarahan dalam).
TERHADAP KORBAN YANG DATANG LEBIH DARI 72 JAM SETELAH KEJADIAN, DILAKUKAN :

PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN DAERAH GENITAL

Jarang ditemukan bukti-bukti fisik pada lebih 1. Jika kekerasan terjadi lebih dari 72 jam tapi
dari satu minggu setelah kejadian. Pada kurang dari 1 minggu, catat apapun luka
semua kasus : yang menyembuh dan atau luka baru.
1.Catat ukuran dan warna dari memar dan
2. Jika kekerasan terjadi lebih dari satu minggu
lecet,
dan tidak ada memar atau lecet dan tidak
2.Catat bukti-bukti komplikasi kekerasan
ada keluhan (misal keluar cairan dari vagina
yang mungkin terjadi (tuli, patah tulang,
abses dll), atau anus atau luka), kecil indikasi untuk
melakukan pemeriksaan pelvik.
3.Cek tanda-tanda kehamilan,
4.Catat kondisi mental korban (normal, 3. Swab forniks posterior tetap dilakukan untuk
depresi, bunuh diri dll) mendeteksi adanya IMS.
PERHATIAN KHUSUS UNTUK KORBAN LAKI-LAKI

• Untuk pemeriksaan genital:


KASUS SODOMI

Pemeriksaan fisik anus :

•Kelainan perlukaan disekitar anus.


•Bentuk lubang anus.
•Lipatan kulit disekitar lubang anus
•Kelainan ( lecet /jaringan parut )
•Sphinter anis (kuat / melemah )

Ambil swab : sekitar anus dan bagian dalam anus.


Ambil sampel darah utk pemeriksaan penyakit menular seksual (PMS)
6 PADA KASUS SODOMI :
LOKASI JUGA SESUAI ARAH JARUM
JAM - PERBEDAANNYA JAM 12
DIBAWAH ( BG PERUT ) .
KELAINAN BIASANYA : LECT, NENAR
3 ,LUKA TER BUKA .
9

1
2

SISI PERUT
KORBAN
NUNGGING

ANUS CORONG
SERING DI
SODOMI
BARANG BUKTI LAIN
Protap pemeriksaan kekerasan seksual pada perempuan dan anak

1.Siapkan peralatan medik, formulir serta kamera digital .


2.Buat inform consent, bila korban anak-anak pada ibunya, bila dewasa langsung pada korban.
3.Lakukan anamnesa untuk mendapat riwayat kejadian lakukan dengan empati, tidak menyalahkan
dan jaga kerahasian.
4.Pemeriksaan keadaan umum (kesadaran, emosi kooperatif/tidak, tensi, nadi, suhu ).
5.Pemeriksaan fisik umum untuk menemukan tanda–tanda kekerasan.
6.Pemeriksaan fisik khusus pada alat kelamin untuk mengetahui adanya tanda persetubuhan
berupa robekan selaput dara (pada jam berapa lokasi robekan , robekan baru / lama, sampai dasar
/tidak).
7.Buat dokumentasi berupa foto perlukaan dan alat kelamin dari beberapa posisi agar robekan
selaput dara terlihat jelas.
8.Ambil sampel barang bukti berupa swab / bilas vagina utk mencari sperma dan semen, urin
untuk tes kehamilan dan narkoba.
9.Ambil kotoran2 dan cairan yg ada pd tubuh korban, seperti sperma basah/kering, ludah basah
/kering, darah basah /kering dan kerokan kuku.
10.Bila masih ada ambil: celana dalam, baju atau rok yang dipakai saat kejadian.
PEMERIKSAAN PENUNJANG/
LABORATORIUM

POKOK BAHASAN 1:
TATALAKSANA PENANGANAN MEDIS KORBAN KTP/A, TERMASUK TPPO
8
9 PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Dilakukan sesuai kebutuhan dan ketersediaan sarana.


a. Pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan darah lainnya
b. Pemeriksaan urin dan fases
c. Rontgen dan USG
d. Pada kasus kekerasan seksual perlu dilakukan tambahan pemeriksaan penunjang antara lain:
1. Penapisan (skrining) penyakit kelamin
• Tes Rapid Plasma Reagen (RPR) untuk sifilis atau jenis tes cepat lainnya,
• Pewarnaan Gram dan kultur untuk Gonorea, Kultur atau Enzym-linked Immunosorbent
Assay (ELISA) untuk Chlamydia atau jenis tes cepat lainnya,
• Sediaan basah untuk Trichomoniasis,
• Tes HIV (hanya berdasar bukti dan setelah konseling).
2. Tes kehamilan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kehamilan apabila terdapat indikasi.
3. Pengambilan barang bukti dan sampel yang wajib diambil
PENGAMBILAN BARANG BUKTI DAN SAMPEL YANG WAJIB
DIAMBIL PADA KASUS KEKERASAN SEKSUAL

• Barang bukti utama :


1. Swab/bilas vagina untuk pemeriksaan spermatozoa, sel Infeksi Menular Seksual, DNA
2. Urin untuk pemeriksaan kehamilan, Narkotika dan obat-obatan
3. Swab Mukosa mulut untuk pemeriksaan DNA
• Barang bukti penunjang:
1. Darah untuk pemeriksaan Toksikologi dan Keayahan (apabila telah terjadi kehamilan)
2. Foto dan swab bekas gigitan, untuk pencocokan cetak gigi pelaku dengan gambaran/pola bekas gigitan
3. Ambil jaringan dibawah kuku apabila ada riwayat korban melawan dengan mencakar untuk pemeriksaan
DNA
4. Sisiran rambut kemaluan bila korban sudah dewasa untuk pemeriksaan DNA
5. Pakaian yang dipakai waktu kejadian (Celana dalam, BH, baju, rok/celana) untuk menemukan sisa – sisa
kejadian (trace evidence) baik berupa sperma, cairan sperma maupun sisa dari pelaku, rambut pelaku,
tanah, rumput dan lain-lain
PENANGANAN LANJUT SAMPEL BARANG BUKTI

• Setiap swab/sedian lain yang ada harus dikeringkan dalam suhu kamar, tidak boleh di jemur atau
dikeringan dengan hair dryer.
• Setiap bahan sampel harus dimasukan kedalam tabung baik dengan atau tanpa pengawet, yang
telah diberi label pada bagian luar tabung bertuliskan nama organ yang diambil, nama korban dan
nomor SPV.
• Setiap tabung sampel yang dikirim harus disegel dengan segel dari Instalasi forensik.
• Bersamaan dengan pengiriman sampel harus disertai dengan surat permohonan pemeriksaan
laboratorium yang ditandatangani oleh dokter spesialis forensik yang meminta pemeriksaan dan
disertai pula tanda terima sampel oleh petugas laboratorium yang menerima sampel.
• Jika perlu, hasil pemeriksaan laboratorium dapat di perbanyak dan dilampirkan dalam VeR.
PENATALAKSANAAN MEDIS

POKOK BAHASAN 1:
TATALAKSANA PENANGANAN MEDIS KORBAN KTP/A, TERMASUK TPPO
LANGKAH-LANGKAH PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Tangani kegawatdaruratan yang mengancam nyawa terlebih dahulu


2. Pastikan keamanan korban
3. Tangani luka sesuai prosedur
4. Bila dicurigai terdapat patah tulang, lakukan rontgen dan penanganan yang sesuai atau rujuk
5. Bila dicurigai terdapat perdarahan dalam, lakukan USG atau rujuk
6. Bersihkan robekan, irisan dan abrasi, hilangkan kotoran, feses dan jaringan mati atau rusak.
Putuskan apakah luka perlu dijahit. Jika ada luka kotor jangan dijahit, pertimbangkan pemberian
antibiotic dan pereda nyeri
7. Jika ada kulit atau mukosa yang robek, profilaksis tetanus harus diberikan meskipun korban
sudah divaksinasi lengkap. Jika vaksin dan immunoglobulin diberikan pada saat bersamaan,
penting untuk menggunakan suntikan berbeda clan titik suntik berbeda
8. Dengarkan dan dukung korban sesuai manual konseling
LANGKAH-LANGKAH PENATALAKSANAAN MEDIS

9. Pada anak korban KtA, informasikan dengan hati-hati hasil pemeriksaan dan kemungkinan dampak
yang terjadi pada anak dan keluarga serta rencana tindak lanjutnya.
10. Pada kasus kekerasan seksual :
• Segera dirujuk ke Rumah Sakit/dokter kebidanan untuk pemeriksaan lebih lanjut (jika tidak terbiasa
menangani kasus kekerasan seksual);
• Periksa dan cegah kehamilan;
• Periksa, cegah dan obati infeksi menular seksual atau rujuk ke RS;
• Berikan konseling untuk pemeriksaan HIV AIDS dalam 6-8 minggu atau rujuk bila perlu
11. Tanyakan makna temuan bagi korban dan keluarganya serta langkah mereka berkaitan dengan
temuan tersebut, lalu terangkan temuan pemeriksaan dan kosekuensinya dengan hati-hati
12. Jika ditemukan masalah gangguan mental, lakukan konseling atau rujuk jika memerlukan intervensi
psikiatrik
13. Periksa dengan teliti dan lakukan pencatatan serta berikan surat-surat yang diperlukan
14. Setiap korban berhak mendapatkan pelayanan rehabilitasi medis maupun rehabilitasi psikososial.
PEMBERIAN TERAPI PADA KORBAN KEKERASAN SEKSUAL

Terapi dibedakan jika korban datang dalam waktu 72 jam dan lebih dari 72 jam
Korban datang dalam waktu 72 jam setelah kejadian
⮚ Pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS):
• Korban perkosaan harus diberi antibiotik untuk infeksi Klamidia, GO dan Sifilis. Jika diketahui IMS
lain sering dijumpai (seperti Trikomoniasis atau Chancroid), beri terapi preventif untuk infeksi ini
juga
• Berikan regimen terpendek yang ada di protokol lokal yang mudah diberikan
• Hati-hati pada wanita yang hamil tidak boleh minum obat antibiotik tertentu dan sesuaikan terapi
• Regimen pencegahan IMS dapat dimulai bersamaan dengan kontrasepsi darurat dan Post-
Exposure Prophylaxis (PEP) untuk HIV, meskipun dosis harus di bagi (dan diminum bersama
makanan) untuk mengurangi efek samping seperti mual
PENCEGAHAN INFEKSI HIV

• Lakukan tes HIV (Rapid test) dan PEP harus diberikan kepada korban berdasarkan penilaian
risiko dari anamnesis kejadian perkosaan yang dilakukan dokter dan prevalensi HIV di wilayah
tersebut. Risiko HIV meningkat pada kasus-kasus berikut :jika lebih dari satu pelaku, jika korban
memiliki kulit luka atau rusak, jika terjadi sodomi, jika pelaku diketahui HIV positif atau pengguna
jarum suntik. Jika status HIV tidak diketahui, asumsikan mereka HIV positif, terutama di negara
dengan prevalensi HIV tinggi.
• PEP biasanya terdiri dari 2 atau 3 obat antiretroviral (ARV), diminum 2 kali sehari selama 28 hari.
Obat terdiri dari zidovudine (ZDV atau AZT) dan lamivudine (3TC). Tersedia kombinasi obat ini
dalam 1 tablet bernama Combivir.
• Jika tidak memungkinkan korban menerima PEP di tempat anda, rujuk secepat mungkin (dalam
waktu 72 jam setelah kejadian) ke tempat yang menyediakan PEP
• Jika korban datang setelah 72 jam PEP tidak diberikan dan korban dirujuk ke fasyankes yang
memiliki layanan konseling tes sukarela (KTS) yang ada di wilayah anda
PENCEGAHAN KEHAMILAN

• Kontrasepsi darurat hanya diberikan pada korban yang telah haid yang datang untuk
melakukan pemeriksaan kurang dari 72 jam setelah kejadian. Kontrasepsi darurat masih
dapat diberikan sampai 5 hari setelah kejadian.
1. Pil levonogestrel 0,75 mg, paket berisi 2 tablet; atau
2. Pil kombinasi etinil estradiol 0,03 mg + levonogestrel 0,15 mg (pil program KB
yang ada di Indonesia), diminum dengan dosis 4 pil saat datang dilanjutkan 4 pil
12 jam kemudian
PENCEGAHAN & PENGOBATAN IMS

NAMA JENIS OBAT REGIMEN


Gonorhea Ciprofloxcacin 500 mg oral, dosis tunggal (kontraindikasi untuk
perempuan hamil) atau
Cefixime 400 mg oral, dosis tunggal, atau
Ceftriaxone 125 mg IM, dosis tunggal

Infeksi Klamidia Azithromycin 1 g oral, dosis tunggal (KI Kehamilan) atau


Doxycycline 100 mg oral, dua kali sehari untuk 7 hari (KI
Kehamilan)
Erythromycin 500 mg, 4 kali sehari untuk 7 hari
Amoxicillin 500 mg oral, 3 kali sehari untuk 7 hari
Sifilis Benzathine 2,4 juta IU, IM sekali dibagi 2 suntikan benzyl
Azythromycin penicillin berbeda tempat atau 1 g oral, dosis
tunggal
Sifilis, pasien alergi Doxycycline 100 mg oral, dua kali sehari untuk 14 hari
penicillin (kontraindikasi kehamilan)
Sifilis, hamil alergi penicillin Erythromicin 500 mg oral, 4 kali sehari untuk 14 hari

Trichomoniasis Metronidazole 2 g oral, dosis tunggal atau 2 dosis terbagi (KI


Kehamilan trimester awal)
KONTRASEPSI DARURAT

Cara Merk Dagang Dosis Waktu Pemberian


Mekanik Copper T Satu kali Dalam waktu < 7 hari pasca senggama
AKDR-Cu Multiload
Nova T
Medik Pil Kombinasi Microginon 50 2 x 2 tablet Dalam waktu 3 hari pasca senggama dosis kedua 12
Ovral jam kemudian
Neogynon
Norgiol
Eugynon
Mycrogynon 30 2 x 24 Jam Dalam waktu 3 hari pasca senggama dosis kedua 12
Mikrodiol jam kemudian
Nordette
Progestin Postinor 2 x 1 tablet Dalam waktu 3 hari pasca senggama dosis kedua 12
jam kemudian
Estrogen Lynoral 2,5 mg/dosis Dalam waktu 3 hari pasca senggama, 2x1 tablet
Premarin 10 mg/dosis selama 5 hari
Progynova 10 mg/ dosis
Mifepristone RU-436 1 X 600 mg Dalam waktu 3 hari pasca senggama
Danazol Donocrine 2 x 4 tablet Dalam waktu 3 hari pasca senggama, dosis kedua 12
Azol jam senggama

Efektif bila diberikan dalam waktu 3 hari (72 jam) pasca senggama
• Bermain Peran
PENUGASAN
• Latihan Kasus
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai