Anda di halaman 1dari 23

CURCUMI

N
Dosen pengampu : apt. Kadar Ismah, M.Farm
ANGGOTA KELOMPOK
1 2
Ajeng ainun Bagus narendro
202205001
5 202205003

Hana putri
3 202205023 4
Fikri ahsan Fitria nur
202205018 202205020
KUNYIT
Curcuma Longa
 Kunyit (curcuma longa) mempunyai khasiat untuk penyakit termasuk
diabetes, antikoagulan, antioksidan.
 Curcumin, senyawa kurkuminoid yang merupakan pigmen warna
kuning pada rimpang temulawak dan kunyit. Senyawa ini termasuk
golongan fenolik, kelarutan sangat rendah dalam air dan eter namun
larut dalam pelarut organic seperti etanol dan asam asetat glasial.
 Curcumin dapat dianggap sebagai senyawa yang aman, karena
dosis oral setinggi 8g / hari diberikan kepada manusia tidak
menimbulkan efek samping yang jelas.
ATURAN LIMA LIPINSKI DARI CURCUMIN

Massa Molekul 368.000000 g/mol

Hydrogen bond donor


2
(donor ikatan hidrogen)

Hydrogen bond acceptor


6
(akseptor ikatan hidrogen)

LogP 3.105309

Molar reactivity
92.754585
(reaktivitas molar)
Sifat Fisik Dan Kimia Curcumin
Rumus C23H20O6

Penyimpanan Kulkas

Solubulitas Cukup larut dalam pelarut organik, dimetoksi sulfoksida,


etanol, metanol, kloroform, aseton
Bentuk Serbuk

Warna Kuning terang atau kuning kemerahan

Kelarutan air Tidak larut dalam air dan eter, larut dalam alkohol

Titik lebur 183˚C

Berat Molekul 368,37


STRUKTUR CURCUMIN

2D 3D
Aktivasi Senyawa Curcumin
Terhadap BBB
Senyawa curcumin tidak memiliki permeabilitas
BBB yang baik karena tidak mempengaruhi
swar darah otak jadi tidak menembus ke
selaput otak.
Untuk meningkatkan penetrasi BBB, beberapa
pendekatan pengiriman telah dikembangkan,
termasuk penggunaan liposom. Penggunaan
liposomal curcumin mungkin merupakan
strategi yang menjanjikan untuk meningkatkan
aktivitas curcumin terhadap BBB.
Radar Bioavailabilitas Curcumin

Dalam sistem BCS, kurkumin termasuk dalam senyawa


kelas IV karena memiliki kelarutan dan permeabilitas
yang rendah. Bioavailabilitas kurkumin rendah pada
pemberian secara oral karena absorpsinya rendah,
metabolisme ekstensif di usus dan hati, serta ekskresinya
cepat. Pada pemberian peroral, sebagian besar kurkumin
akan diekskresikan melalui feses dan hanya sebagian kecil
yang diserap di usus, lalu diikuti dengan metabolisme
yang cepat di plasma dan hati. Bioavailabilitas kurkumin
hanya mencapai 1% dan senyawa ini juga mengalami first
pass metabolisme di usus.
Lipofilisitas
Curcumin

Sifat lipofilik curcumin menunjukkan bahwa


curcumin, sebuah polifenol kuning yang
diekstrak dari akar kunyit, memiliki kelarutan
rendah dalam air. Oleh karena itu, molekul
curcumin harus dienkapsulasi ke dalam
liposom untuk meningkatkan
biodisponibilitas dan potensi.
Kelarutan Dalam Air
Kurkumin sukar larut dalam air, dengan
kelarutan kurkumin dalam air hanya sebesar
3,12 mg/L pada suhu 25°C. Kurkumin lebih
mudah larut dalam alkohol dan asam asetat
glasial, sangat mudah larut pada etanol dan
asam asetat. Karena kandungan etanol dalam
etanol 96% > etanol 80% > etanol 70%, maka
kurkumin akan mudah larut dalam etanol 96%,
sehingga kandungan kurkumin yang ada dalam
ekstrak etanol 96% lebih besar dari kandungan
kurkumin dalam ekstrak etanol 80% dan ekstrak
etanol 70%.
Kemiripan Dengan Obat
Senyawa kurkumin yang terdapat pada kunyit
dilaporkan memiliki aktivitas biologis seperti sifat
antioksidan dan anti inflamasi. Selain itu, kurkumin
diketahui memiliki aktivitas antibakteri, sehingga
mirip dengan obat tertentu yang digunakan untuk
melawan infeksi bakteri. Struktur molekul kurkumin,
dengan jembatan metilen dan rumus molekul
C21H20O6, serupa dengan obat-obatan tertentu
yang digunakan dalam pengobatan berbagai
kondisi. Oleh karena itu, senyawa kurkumin
menunjukkan kemiripan dengan obat-obatan
tertentu dalam hal aktivitas biologis dan struktur
molekulnya.
Farmakokinetik Curcumin
Absorbsi
Farmakokinetik meliputi, absorbsi, distribusi,
metabolisme, dan ekskresi (ADME). Berdasarkan
analisis in silico, sifat farmakokinetik kurkumin
menunjukkan daya serap yang baik dengan
persentase penyerapan usus sebesar 82,19%.
Volume distribusi (VDss) kurkumin sebesar -0,215
menunjukkan bahwa kurkumin dapat didistribusikan
secara merata dalam plasma darah.
Distribusi
Volume distribusi (VDss) kurkumin sebesar -0,215
menunjukkan bahwa kurkumin dapat didistribusikan secara
merata dalam plasma darah.
Distribusi kurkumin tertuju pada keberadaan dan
konsentrasi kurkumin, suatu senyawa bioaktif, di berbagai
sumber alami seperti rimpang.
Curcuma di Jawa telah dianalisis menggunakan peta
tematik status lahan dan penggunaan lahan. Penelitian ini
berkontribusi pada pemahaman yang lebih baik tentang
keberadaan dan karakteristik kurkumin dalam sumber alami.
Metabolisme
Metabolisme senyawa kurkumin melibatkan beberapa tahap,
termasuk konjugasi dengan glukuronida, sulfat, dan reduksi.
Kurkumin dapat mengalami metabolisme di hati, di mana
konjugasi dengan glukuronida dan sulfat terjadi untuk
membentuk metabolit yang lebih mudah diekskresikan.
Selain itu, kurkumin juga dapat mengalami reduksi menjadi
tetrahydrokurkumin oleh enzim NADPH-dependent ketone
reductase.
Ekskresi

Parameter farmakokinetik kurkumin, seperti area di bawah


kurva konsentrasi plasma (AUC), waktu tinggal rata-rata
(MRT), waktu paruh eliminasi darah (T1/2), dan Cmax, telah
terbukti meningkat secara signifikan setelah pemberian
kurkumin. kurkumin nanocarried dibandingkan dengan
kurkumin bebas. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
sistem nanopartikel telah meningkatkan efikasi dan
farmakokinetik kurkumin, sehingga menghasilkan durasi kerja
yang lebih lama dan peningkatan bioavailabilitas.
Kimia Obat

Senyawa kurkumin yang terdapat pada kunyit


dilaporkan memiliki aktivitas biologis seperti sifat
antioksidan dan antiinflamasi. Selain itu, kurkumin
diketahui memiliki aktivitas antibakteri, sehingga
mirip dengan obat tertentu yang digunakan untuk
melawan infeksi bakteri. Selain itu, struktur molekul
kurkumin, dengan jembatan metilen dan rumus
molekul C21H20O6, serupa dengan obat-obatan
tertentu yang digunakan dalam pengobatan
berbagai kondisi. Oleh karena itu, senyawa kurkumin
menunjukkan kemiripan dengan obat-obatan
tertentu dalam hal aktivitas biologis dan struktur
molekulnya.
Penyakit yang bisa diatasi dengan
curcumin
Kurkumin telah dilaporkan menunjukkan efek terapeutik potensial
pada berbagai penyakit, termasuk kanker, penyakit
neurodegeneratif, penyakit kardiovaskular, diabetes, radang
sendi, dan gangguan inflamasi. Efek biofungsionalnya telah
dipelajari secara ekstensif, dan menunjukkan hasil yang
menjanjikan dalam pencegahan dan pengobatan beberapa jenis
tumor, termasuk kanker perut, kanker rahim, kulit, paru-paru,
kolorektal, dan payudara.
Selain itu, kurkumin telah diteliti karena sifat neuroprotektif,
antioksidan, dan anti-inflamasinya, menjadikannya kandidat
potensial untuk pengobatan penyakit neurodegeneratif dan
gangguan inflamasi.
Contoh obat anti inflamasi

 Ibuprofen : ibuprofen adalah obat yang tergolong dalam kelompok obat


anti-inflamasi nonsteroid dan digunakan untuk mengurangi rasa sakit
akibat artritis. Obat ini dijual dengan merk dagang Advil, Motrin, Nuprin,
dan Brufen. Ibuprofen memiliki indikasi sebagai analgesik dan antipiretik
 Kortikosteroid : Kortikosteroid adalah kelompok obat yang mengandung
hormon steroid sintesis. Obat ini dapat menghambat produksi zat yang
menimbulkan peradangan dalam tubuh, serta bisa bekerja sebagai
imunosupresan dalam menurunkan aktivit as dan kerja sistem imun.
 Aspirin :Aspirin atau asam asetilsalisilat adalah obat turunan dari
salisilat yang sering digunakan sebagai analgesik, antipiretik, dan anti-
inflamasi. Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan
dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan
jantung.
Toksisitas
Kurkumin tidak menyebabkan efek toksik walaupun diberikan pada dosis
tinggi. Penelitian Aly dan Gumgumjee membuktikan curcuma longa tidak
memperlihatkan toksisitas hingga konsentrasi 400 µg/ml terhadap
organisme uji Artemia salina. Nilai toksisitas konsentrasi bertingkat
curcuma longa berkisar 8-27%. Hal tersebut kemungkinan terkait bentuk
enkapsulasi nanopartikel kurkumin yang mempengaruhi pelepasan
kurkumin secara lambat dan berkelanjutan sehingga membatasi
toksisitasnya karena dosis maksimum tidak berkontak langsung pada
satu waktu yang sama.
Toksisitas di hewan dan manusia yang terstandarisasi terkait dengan
aplikasinya sebagai alternatif antibiotik atau zat antibakteri pada
makanan, terutama makanan yang berasal dari hewan ternak.
Lanjutan….

Toksisitas curcumin : titik akhir toksisitas kurkumin dapat bervariasi


tergantung pada metode uji toksisitas yang digunakan dan spesies
organisme yang menjadi subjek uji. Contohnya, dalam salah satu
sumber yang disediakan, kurkumin diuji menggunakan metode Brine
Shrimp Lethality Test (BLST) menggunakan hewan uji larva Artemia
salina Leach. Selain itu, lembar data keselamatan bahan dari Merck
Millipore menyebutkan bahwa informasi mengenai toksisitas kurkumin
terhadap organisme tertentu mungkin tidak tersedia. Untuk informasi
yang lebih detail mengenai titik akhir toksisitas curcumin.
Daftar pustaka
Bobsaid, Jihan, Farhan Rizqi Windianto, Chaerini Rizkyah, Nurul Shaffiqa, Ilmu Kefarmasian, Fakultas Farmasi, Universitas
Airlangga, and Jawa Timur. “Improving the Bioavailability of Curcumin in Curcuma Heyneana by Preparing Solid
Dispersion” 10, no. 1 (2023): 23–27. https://doi.org/10.20473/bikfar.v10i1.44546.

Cahyaningsih, Erna, Putu Era Sandhi Kusuma Yuda, and Indah Muthia Susanthi. “UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL
DAUN SALAM INDIA (Murraya Koenigii L) TERHADAP TIKUS (Rattus Norvegicus) JANTAN YANG DIINDUKSI KARAGENAN
1%.” Jurnal Ilmiah Medicamento 4, no. 1 (2018): 25–31. https://doi.org/10.36733/medicamento.v4i1.875.

Malahayati, Nura, Tri Wardhani Widowati, and Anita Febrianti. “Karakterisasi Ekstrak Kurkumin Dari Kunyit Putih (Kaemferia
Rotunda L.) Dan Kunyit Kuning (Curcuma Domestica Val.).” AgriTECH 41, no. 2 (2021): 134.
https://doi.org/10.22146/agritech.41345.

“Pemanfaatan Kandungan Metabolit Sekunder Pada Tanaman Kunyit Dalam Mendukung Peningkatan Pendapatan Masyarakat
Utilization of Secondary Metabolite in the Turmeric Plant to Increase Community Income” 17, no. 1 (2018): 544–49.

Sekarini, Anak Agung Ayu Dewi, Ita Krissanti, and Mas Rizky A. A. Syamsunarno. “Efektivitas Antibakteri Senyawa Kurkumin
Terhadap Foodborne Bacteria: Tinjauan Curcuma Longa Untuk Mengatasi Resistensi Antibiotik.” Journal Sains &
Kesehatan 2, no. 4 (2020): 538–47. https://jsk.farmasi.unmul.ac.id/index.php/jsk/article/view/219.
Daftar pustaka
Silvestre, Fernanda, Carolina Santos, Vitória Silva, Alicia Ombredane, Willie Pinheiro, Laise Andrade, Mônica
Garcia, et al. “Pharmacokinetics of Curcumin Delivered by Nanoparticles and the Relationship with
Antitumor Efficacy: A Systematic Review.” Pharmaceuticals 16, no. 7 (2023).
https://doi.org/10.3390/ph16070943.
Susanti, Melda, Yum Eryanti, and Yuharmen. “Sintesis Dan Uji Toksisitas Senyawa Analog Kurkumin Dari
Siklopentanon Dan Klorobenzaldehid.” Jurnal Unri, 2022, 1–6.
Wilapangga, Anjas. “Analisis Potensi Farmakokinetik Dan Toksisitas Pada Curcumin (Curcuma Xanthorrhiza)
Sebagai Brightening Terhadap Reseptor Protein Tirosinase Secara in Silico.” Indonesian Journal of
Pharmaceutical Education 3, no. 2 (2023): 203–11. https://doi.org/10.37311/ijpe.v3i2.18878.
Winardi, Devani Olivia, Syahla Afaaf Alliyah, Shafa Nurul Fadilah, Jessyca Sirait, Hafidh Beta Arif Putra,
Nurhanifah Puspitadewi, Neli Neli, Muchtaridi Muchtaridi, and Ade Zuhrotun. “Studi In Silico Dan In Vitro
Senyawa Aktif Pada Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica) Sebagai Antiinflamasi Pada Cyclooxygenase-2
(COX-2).” Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology 1, no. 1 (2023).
https://doi.org/10.24198/ijpst.v0i0.47171.
TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai