Anda di halaman 1dari 91

EFEK EKSTRAK DAUN TORBANGUN (Coleus amboinicus

Lour) TERHADAP STRES OKSIDATIF TIKUS DIABETES

TRINI SURYOWATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul Efek Ekstrak
Daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) terhadap Stres Oksidatif Tikus
Diabetes adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2015

Trini Suryowati
I162110051
RINGKASAN
TRINI SURYOWATI. Efek Ekstrak Daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour)
Terhadap Stres Oksidatif Tikus Diabetes, Dibimbing oleh RIMBAWAN,
MUHAMMAD RIZAL MARTUA DAMANIK, MARIA BINTANG dan
EKOWATI HANDHARYANI
Diabetes melitus adalah suatu keadaan dengan kelainan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yang ditandai dengan meningkatnya kadar
glukosa darah. Salah satu penyebabnya adalah sering terpapar radikal bebas dan
menyebabkan stres oksidatif. Keadaan ini disebabkan karena ketidakseimbangan
antara produksi radikal bebas atau Reactive oxygen species (ROS) dengan
antioksidan, dan kadar radikal bebas lebih tinggi dibandingkan antioksidan. Stres
oksidatif dapat dikurangi dengan pemberian antioksidan. Ekstrak etanol daun
torbangun (Coleus amboinicus Lour) adalah salah satu sumber antioksidan.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis kandungan komponen
kimia dan zat gizi dalam daun torbangun; (2) mengevaluasi aktivitas antioksidan
dalam daun torbangun; (3) mengevaluasi daya hambat enzim α-glukosidase; (4)
mengevaluasi pengaruh konsumsi ekstrak daun torbangun pada kadar glukosa dan
profil lemak darah tikus diabetes; (5) mengevaluasi pengaruh konsumsi ekstrak
daun torbangun pada radikal bebas, antioksidan enzimatis dan enzim glukokinase
tikus diabetes; (6) mengevaluasi pengaruh konsumsi ekstrak daun torbangun pada
sel β-pankreas tikus diabetes
Penelitian ini dirancang dalam 3 tahap yaitu (1) uji komponen kimia,
antioksidan dan zat gizi dalam daun torbangun; (2) uji daya hambat enzim α-
glukosidase dan aktivitas antioksidan dalam daun torbangun; (3) uji aktivitas
ekstrak daun torbangun pada stres oksidatif tikus diabetes meliputi: (3.1) uji
pengaruh konsumsi ekstrak daun torbangun pada kadar glukosa dan profil lemak
darah tikus diabetes; (3.2) uji pengaruh konsumsi ekstrak daun torbangun pada
antioksidan enzimatis, profil lipid dan enzim glukokinase tikus diabetes; (3.3) uji
pengaruh konsumsi ekstrak daun torbangun pada sel β-pankreas tikus diabetes
Hasil penelitian uji kualitatif menunjukkan bahwa daun torbangun
mempunyai 40 komponen kimia, dalam batang bagian atas mengandung 15
komponen kimia dan dalam akar mengandung 40 komponen kimia. Kandungan
antioksidan quersetin sebesar 0.02 mg/g dalam simplisia daun torbangun. Pada
pengujian antioksidan dalam ekstrak etanol daun dengan menggunakan metode
DPPH memiliki nilai IC50 247.942 ppm dengan standar vit C 1 ppm dan
mempunyai daya hambat enzim α-glukosidase pada nilai IC50 >100 ppm dengan
standar glukobay 0.264 ppm. Konsumsi ekstrak daun torbangun dosis 620 mg/kg
BB selama 14 hari dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus percobaan
diabetes tipe 2 secara signifikan (p<0.05) sebesar 49.097% dan menurunkan profil
lemak darah, peningkatan kadar enzim katalase secara signifikan (p<0.05), dan
terjadi kecenderungan peningkatan antioksidan enzimatis SOD serta GPx.
Sedangkan konsumsi ekstrak daun torbangun dosis 930 mg/kgBB terjadi
penurunan kadar MDA dalam jaringan hati dan peningkatan kadar enzim
glukokinase dalam sel darah tikus diabetes. Pengaruh pemberian konsumsi ekstrak
daun torbangun dosis 620 mg/kg BB selama 14 hari perlakuan dapat memperbaiki
lesio sel endokrin khususnya sel β-pankreas tikus diabetes akibat induksi STZ,
sehingga sekresi insulin dapat ditingkatkan.
Kata kunci : Diabetes, stres oksidatif, torbangun (Coleus amboinicus Lour)
SUMMARY
TRINI SURYOWATI. Efficacy of Torbangun (Coleus amboinicus Lour) on
Oxidative Stress Diabetic Rats. Guided by RIMBAWAN, MUHAMMAD RIZAL
MARTUA DAMANIK, MARIA BINTANG and EKOWATI HANDHARYAN.
Diabetes mellitus is a disturbances of carbohydrate, lipid and protein
metabolism which is characterized by increasing blood glucose level. One of
illness causes is free radical and increase oxidative stres. This condition caused by
the imbalance between the production of free radicals or ROS and the
antioxidants; the level of free radicals is higher than the antioxidants. It can be
reduced by antioxidants found is torbangun (Coleus amboinicus Lour) leaves
ethanol extract.
Therefore, due to this concern, the aim of this research were: (1) study the
chemical component and nutrition component of torbangun leaves; (2) study the
antioxidant component in torbangun leaves; (3) analysis the alpha glucosidase
inhibitory activity in torbangun leaves; (4) analysis the effect of consumption of
torbangun leaves ethanol extract on blood glucose level and lipid profile of
diabetic rats; (5) analysis the effect of consumption of torbangun leaves ethanol
extract on antioxidant enzymes and glucokinase in diabetic rats; (6) analysis the
effect of consumption of torbangun leaves ethanol extract on pancreatic β-cells
diabetic rats.
The study was designed in three stages: (1) qualitative test of chemical,
antioxidant and nutrition component of torbangun leaves; (2) analysis of α-
glucosidase inhibitory and antioxidant activity in torbangun leaves; (3) analysis of
torbangun leaves ethanol extract activity on oxidative stress diabetic rats, consist
of: (3.1) evaluation the effect of consumption of torbangun leaves ethanol extract
on blood glucose and lipid profile of diabetic rats; (3.2) evaluation the effect of
consumption of torbangun leaves ethanol extract on antioxidant enzymes, lipid
profile and glucokinase enzyme in diabetic rats; (3.3) evaluation the effect of
consumption of torbangun leaves ethanol extract on pancreatic β-cells diabetic
rats.
The result of the study indicated that qualitative analysis of torbangun
leaves showed forty chemicl components, the stems showed fiveteen components
and the roots showed forty components. Quercetin antioxidant level 0.02 mg/g in
torbangun leaves simplicia. The DPPH resulted that of torbangun leaves ethanol
extract obtained by IC50 247.942 ppm when compared with ascorbic acid standart
was 1 ppm. IC50 values inhibition of α-glucosidase extract was >100 ppm when
compared with standard drug Glukobay 0.264 ppm. The results showed that
consumption of torbangun leaves ethanol extract doses 620 mg/kg body weight
for 14 days exhibited lowering blood glucose levels 49.097% in type 2 diabetic
model rats significantly (p<0.05) and decreased of lipid profile, increased the
Catalase enzymes significantly (p<0.05), and SOD, GPX activities. In torbangun
leaves ethanol extract doses 930 mg/kg body weight exhibited decrease level of
MDA in liver tissue and increase of glucokinase enzymes in blood diabetic rats.
The consumption of torbangun leaves ethanol extract doses 620 mg/kg BB
showed the maintenance of architecture of pancreatic β-cells rats.

Keywords : Diabetes, oxidative stress, torbangun (Coleus amboinicus Lour).


©Hak Cipta milik IPB, tahun 2015
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
EFEK EKSTRAK DAUN TORBANGUN (Coleus amboinicus
Lour) TERHADAP STRES OKSIDATIF TIKUS DIABETES

TRINI SURYOWATI

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Ilmu Gizi Manusia

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Penguji pada Ujian Tertutup:
1. Dr. drh. Adi Winarto
2. Dr. Katrin Rosita, SP, MSi.

Penguji pada Sidang Promosi:


1. Dr. dr. Aris Wibudi, SpPD, KEMD.
2. Dr. drh. Adi Winarto
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang karena atas kasih dan karunia-Nya sehingga disertasi ini berhasil
diselesaikan. Judul yang dipilih adalah “Efek Ekstrak Daun Torbangun (Coleus
amboinicus Lour) terhadap Stres Oksidatif Tikus Diabetes”.
Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada Dr Rimbawan selaku Ketua Komisi Pembimbing, beserta Anggota
Pembimbing yaitu Prof Dr drh Muhammad Rizal Martua Damanik, MRepSc,
Prof Dr drh Maria Bintang, MS, dan Prof Dr drh Ekowati Handharyani, Msi yang
telah memberikan bantuan, arahan, bimbingan dan motivasi selama penelitian dan
penulisan disertasi ini. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Prof Dr drh
Dondin Sajuthi, MST dan Dr. Ir Lilik Kustiyah, MS sebagai pembahas pada
kolokium, Dr Ir I Made Artika, M.App.Sc dan Prof Dr Ir Faisal Anwar sebagai
penguji pada Ujian Kualifikasi (Lisan), Dr drh Adi Winarto dan Dr Katrin
Roosita, SP MSi sebagai penguji luar komisi pada ujian tertutup.
Ucapan terimakasih dan penghargaan yang tinggi penulis sampaikan
kepada Dr Ir Arif Satria, MS sebagai Dekan Fakultas Ekologi Manusia dan Dr
Rimbawan selaku Kepala Departemen Gizi Masyarakat serta Prof Dr Ir Ali
Khomsan, MS selaku Ketua Program Studi Ilmu Gizi Manusia FEMA IPB. Pada
kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus
disertai penghargaan kepada Guru Besar dan Bapak/Ibu Dosen Departemen Gizi
Masyarakat FEMA IPB yang telah memberikan wawasan keilmuan selama
penulis menuntut ilmu di IPB, serta kepada pengelola dan staf yang sudah banyak
membantu dan memberikan layanan yang baik selama penulis menjadi
mahasiswa.
Ucapan terimakasih dan penghargaan yang tinggi penulis sampaikan kepada
bapak Dr drh Adi Winarto beserta putra terkasih yang telah meluangkan waktu
untuk berdikusi dan membantu selama penulis melakukan penelitian di Rumah
Sakit Hewan IPB. Demikian juga kepada dr Tjandragita Sidharta yang telah
memberi dorongan dan semangat selama penulis menempuh pendidikan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dr.
Maruarar Siahaan, SH MH sebagai Rektor UKI Jakarta dan dr Marwito Wiyanto,
MS sebagai Dekan FK UKI, Prof Dr Dra Rondang Soegianto, MSc selaku Kepala
Departemen Biokimia FK UKI yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menempuh studi di sekolah Pasca Sarjana IPB. Demikian juga
kepada dr Angkasa Sebayang, MS selaku mantan dekan FK UKI (periode 2004-
2013), Ibu Minarni beru Perangin Angin, Bapak Edwin Winston Jacobs, dr
Wawat Hartiaswati, MS PHK, dr Sarsanto Wibisono Sarwono, SpOG, Prof Dr
drh Reviany Widjayakusuma, MSc, dr Sri Udaneni Wahyudi, MS SpMK, Dr dr
Leane Suniar, MS SpGK, dr Elizabet Widjaya, drg Merry Sibarani, SpKG yang
telah membantu mempersiapkan daun torbangun untuk penelitian. Terimakasih
juga kepada rekan-rekan dosen di FK UKI atas dukungan dan doa yang telah
diberikan.
Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit Hewan
IPB beserta staf atas ijin dan pelayanan yang baik selama penulis melakukan
penelitian, dan Laboratorium Pusat Studi Satwa Primata IPB, Laboratorium
Biokimia FK UI, Laboratorium Biofarmaka serta Laboratorium Pengujian Hasil
Hutan Pusat Litbang Hasil Hutan Bogor. Terimakasih dan penghargaan yang
tinggi juga disampaikan kepada Ibu Kiki, Bapak Soleh, Ibu Ina, Ibu Wiwi, Ibu
Wiwin atas segala bantuannya selama penulis melakukan penelitian dan analisa di
laboratorium. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Dr Tiurma Sinaga atas
motivasi yang selalu disampaikan. Pada kesempatan ini penulis juga
mengucapkan terimakasih atas kebaikan, ketulusan, dukungan dari teman-teman
seperjuangan di pendidikan S3 IPB, pada kakak kelas Ibu Wiwik, Ibu Dewi,
Bapak Ali Rosidi, Bapak Nurahman, Bapak Widodo, Bapak Mansur, Bpak
Muksin, Ibu Tetty, Ibu Nia, Ibu Betty dan teman-teman GMA 2011 Ibu Nurul,
Ibu Dara, Ibu Sri Yuni serta sahabat-sahabat Pasca GMA lainnya yang telah
memberikan semangat dan kekuatan baru dalam menyelesaikan pendidikan S3 di
IPB. Semoga persahabatan yang indah tetap terjalin meskipun kita sudah kembali
ke institusi masing-masing.
Ungkapan terimakasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada orang tua
terkasih Bapak Slamet Anantoputro, SH dan ibu, atas doa, kasih sayang dan bekal
ilmu yang diberikan sehingga ananda dapat menyelesaikan pendidikan.
Terimakasih kepada adik-adik dan seluruh keponakan atas dukungan dan doanya.
Terimakasih juga kepada keluarga besar mertua (Alm.) Abdoelrachman dan
(Almh.) Oemi Martin beserta seluruh kakak dan keponakan.
Ucapan terimakasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada suami
tercinta Ir Sapto Tranggono, MBA dan anak-anakku Ir Bharian Tranggono dan
Ghanaru Tranggono atas doa, kasih sayang, kesabaran, dukungan dan perhatian
yang tulus selama penulis menempuh pendidikan S3 di IPB.
Penulis menyadari bahwa disertasi ini masih belum sempurna, namun
demikian saran dan masukan dari berbagai pihak untuk penyempurnaa hasil
penelitian ini sangat diharapkan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2015

Trini Suryowati
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi

1. PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah dan Kebaruan (Novelty) Penelitian 2
Tujuan 2
Manfaat 3
Hipotesis 3
Ruang Lingkup Penelitian 3

2. TINJAUAN PUSTAKA 5
Diabetes Melitus 5
Stres Oksidatif 6
Antioksidan 7
Insulin 9
Pengobatan Diabetes Melitus 11
Hewan Model Diabetes Melitus 11
Torbangun (Coleus amboinicus Lour) 12

3. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 15


Waktu dan Tempat 15
Bahan dan Alat 15
Pelaksanaa Penelitian 15
Rancangan Percobaan dan Analisis Data 20
Ethical Clearance 20

4. IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAN AKTIVITAS


ANTIOKSIDAN DALAM TANAMAN TORBANGUN
(Coleus amboinicus Lour) 21
Pendahuluan 22
Metode 23
Hasil dan Pembahasan 24
Simpulan 31

5. EFEK EKSTRAK DAUN TORBANGUN (Coleus


amboinicus Lour) SEBAGAI ANTIOKSIDAN PADA
HATI TIKUS DIABETES 32
Pendahuluan 33
Metode 34
Hasil dan Pembahasan 36
Simpulan 40
6. AKTIVITAS ANTIHIPERLIPIDEMIK EKSTRAK DAUN
TORBANGUN (Coleus amboinicus Lour) PADA TIKUS
DIABETES INDUKSI STREPTOZOTOCIN 41
Pendahuluan 41
Metode 42
Hasil dan Pembahasan 42
Simpulan 45

7. PEMBAHASAN UMUM 46
Keterbatasan Penelitian 49
Implikasi penelitian 49

8. SIMPULAN DAN SARAN 50


Simpulan 50
Saran 50

DAFTAR PUSTAKA 52
LAMPIRAN 61
RIWAYAT HIDUP 73
DAFTAR TABEL

Halaman
1. Hasil analisis fitokimia Plectranthus amboinicus Lour 13
2. Komposisi asam amino amino dalam Plectranthus amboinicus
Lour dan rekomendasi WHO. 13
3. Komposisi vitamin dalam daun, batang, akar dalam Plectranthus
amboinicus Lour dan rekomendasi WHO untuk dewasa 14
4. Karakteristik simplisia daun torbangun 24
5. Antioksidan dalam ekstrak daun torbangun 25
6. Identifikasi senyawa kimia daun torbangun 26
7. Identifikasi senyawa kimia dahan torbangun 28
8. Identifikasi senyawa kimia akar torbangun 29
9. Perubahan kadar glukosa darah pada tikus normal dan diabetes
galur Spargue Dawley 36
10. Efek ekstrak daun torbangun pada perubahan antioksidan
enzimatis dalam hati tikus normal dan diabetes galur Sprague
Dawley 37
11. Efek ekstrak daun torbangun pada enzim glukokinase dan kadar
malondialdehida tikus normal dan diabetes galur Sprague Dawley 38
12. Efek ekstrak etanol daun torbangun pada berat badan tikus galur
Sprague Dawley 43
13. Efek ekstrak etanol daun torbangun pada profil lemak dalam
darah tikus diabetes. 44

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka pemikiran 4
2. Peran polifenols pada diabetes 8
3. Peran komponen flavonol pada diabetes 9
4. Kontrol ionik pada sekresi insulin 10
5. Daun torbangun 12
6. Bagan alir tahap penelitian 16
7. Pelaksanaan penelitian pada hewan coba 18
8. Kromatogram senyawa kimia daun torbangun 26
9. Kromatogram senyawa kimia dalam dahan torbangun 28
10. Kromatogram senyawa kimia dalam akar tanaman torbangun 29
11. Gambaran histopatologi pankreas tikus galur Sprague Dawley
Kelompok D dan N 39
12. Gambaran histopatologi pankreas tikus galur Sprague Dawley
Kelompok D-T1 dan D-T2 39
13. Gambaran histopatologi pankreas tikus galur Sprague Dawley
Kelompok D-Mt dan D-K 40
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Uji kontras parameter pada tikus galur Sprague Dawley 62
2. Dokumentasi penelitian 65
3. Bukti-bukti Publikasi sebagian dari disertasi 69
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

ADP : Adenosine Diphosphate


ARE : Antioxidant Response Element
DNA : Deoxyribo Nucleic Acid
DPPH : 1,1-Diphenyl-2-picrylhydrazyl
GAE : Galic Acid Equivalent
GPx : Glutathione Peroxidase
IC50 : Inhibition Concentration 50%
MDA : Malondialdehyde
Nrf2 : Nuclear factor-erythroid 2-related factor 2.
PI3K : Phosphatidylinositol-3-kinase
PKC : Protein Kinase C
RNS : Reactive Nitrogen Species
ROS : Reactive Oxygen Species
BB : Berat Badan
GD : Glukosa Darah
SOD : Super Oksida Dismutase
Cat : Catalase
MDA : Malondialdehida
HDL : High Density Lipoprotein
TG : Trigliserida
GLK : Glukokinase
Q : Quersetin
N : Normal
D : Diabetes
T : Torbangun
Mt : Metformin
1

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang
Berdasarkan laporan penelitian epidemiologi terdapat kecenderungan
peningkatan angka prevalensi Diabetes Melitus (DM) tipe 2 di seluruh dunia, dan
Indonesia menempati urutan keempat terbesar (WHO 2003). Estimasi dari
International Diabetes Federation (IDF) terdapat 382 juta jiwa penyandang DM
di dunia pada tahun 2013 dan 175 juta diantaranya belum terdiagnosis, sehingga
terancam mengalami komplikasi. Diperkirakan akan terjadi peningkatan menjadi
592 juta jiwa pada tahun 2035 (IDF 2014).
Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 melaporkan bahwa penyandang DM
di Indonesia pada tahun 2000 sekitar 8.4 juta jiwa, dan diperkirakan pada tahun
2030 akan meningkat menjadi 21.3 juta jiwa. Sedangkan pada laporan Riskesdas
2013 terjadi peningkatan prevalensi penyandang DM dari 1.1 persen pada tahun
2007 menjadi 2.1 persen pada tahun 2013.
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu gangguan metabolisme dalam
tubuh yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam darah karena ada
kelainan jalur metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan
kerusakan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Jika hormon insulin
kurang atau tidak tersedia didalam tubuh, maka glukosa yang berada dalam darah
tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga menyebabkan kondisi tingginya kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Kondisi tersebut akan menyebabkan
reaksi autooksidasi glukosa, glikasi protein dan aktivasi jalur metabolisme poliol
yang akan mempercepat pembentukan radikal bebas serta menyebabkan
terbentuknya stres oksidatif (Jameson 2010).
Stres oksidatif merupakan kondisi ketidakseimbangan antara produksi
radikal bebas atau Reactive oxygen species (ROS) dengan antioksidan, dan kadar
radikal bebas lebih tinggi dibandingkan antioksidan (Kurkcu et al. 2010).
Tingginya stres oksidatif yang berlangsung lama akan menimbulkan peroksidasi
lipid membran sel, reaksi auto oksidasi, apoptosis, kerusakan deoxyribo nucleic
acid (DNA) dan menyebabkan timbulnya penyakit degeneratif salah satunya
adalah diabetes (Khotari et al. 2010). Berbagai hasil studi menyebutkan bahwa
komplikasi yang terjadi pada kadar glukosa yang tidak terkontrol adalah gangguan
pembuluh darah, penyakit mata, saraf, ginjal dan jantung (Shivani dan Sunil.
2013).
Mengingat dampak negatif dari penyakit diabetes sangat luas terhadap
masa depan suatu bangsa, maka diperlukan upaya terintegrasi untuk
penanggulangannya. Upaya untuk menanggulangi tingginya penyandang kadar
glukosa dalam darah tinggi adalah dengan menggali potensi kekayaan alam
Indonesia yang memiliki keaneka ragaman hayati untuk menjaga kesehatan dan
dapat berperan sebagai agent antihiperglikemia (Hsieh et al. 2010).
Salah satu daun yang diketahui bermanfaat adalah daun torbangun
(Coleus amboinicus Lour) yang mengandung vitamin C, B1, B12, beta karoten,
niasin, karvakrol, kalsium, asam-asam lemak, asam oksalat dan serat
(Vismanathaswamy et al. 2011; Nadernejad et al. 2012). Aktifitas antioksidan
daun tersebut sudah dilaporkan bermanfaat untuk pengobatan tradisional pada
alergi kulit, diare, demam (Luckoba et al. 2006; Khattak et al. 2013), dan dapat
2

menurunkan nyeri premenstruasi (Devi et al. 2010; Pramadya et al. 2010) serta
meningkatkan ASI (Damanik et al. 2001, 2004, 2006; Damanik 2009, Santosa et
al. 2002). Ekstrak daun torbangun dilaporkan berperan sebagai senyawa
antihiperglikemia dengan memperbaiki kelainan metabolisme karbohidrat, lemak
dan meningkatkan konsentrasi kalsium intraseluler pada tikus. Mekanisme yang
terjadi diketahui melalui peningkatan sekresi insulin dan enzim yang berperan
dalam metabolisme glukosa (Viswanathaswamy et al. 2011). Salah satu
antioksidan yang berperan sebagai senyawa antihiperglikemia adalah quersetin,
dengan cara menghambat reaksi glikasi non enzymatis dengan protein
(Lukacinova et al. 2008), dan bereaksi dengan radikal bebas pada tikus yang
diinduksi Streptozotocin (Atef 2011). Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik
untuk mengkaji potensi ektrak daun torbangun (Coleus amboinicus Lour), sebagai
senyawa yang dapat menghambat aktifitas radikal bebas pada tikus diabetes.

Perumusan Masalah dan kebaruan (Novelty) Penelitian


Meningkatnya penyandang DM di beberapa propinsi merupakan masalah
kesehatan di Indonesia. Kadar glukosa dalam darah yang tinggi akan
meningkatkan radikal bebas, dan menimbulkan kondisi stres oksidatif. Dampak
yang ditimbulkan adalah kerusakan jaringan dan penyakit degeneratif salah
satunya adalah diabetes.
Pemberian STZ pada normoglikemia akan menyebabkan kerusakan pada sel
β-pankreas, dan menyebabkan hiperglikemia dan hiperlipidemia serta
meningkatkan stres oksidatif (Kavishankar et al. 2011). Salah satu daun yang
mempunyai potensi menurunkan kadar glukosa darah adalah daun torbangun
(Coleus amboinicus Lour) pada hewan percobaan (Viswanathaswamy et al.
2011). Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu dilakukan analisa
kandungan komponen kimia dan potensi antioksidan dalam daun torbangun serta
eksperimen laboratorium pada hewan percobaan. Masalah yang berkaitan dengan
pemberian ekstrak daun torbangun pada tikus diabetes adalah: Bagaimana
mekanisme penurunan stres oksidatif dan sintesis antioksidan ezimatis serta
perlindungan terhadap sel β-pankreas pada tikus diabetes setelah pemberian
ekstrak daun torbangun?
Penelitian ini mempunyai kebaruan yaitu : (1) menurunkan stres oksidatif
dan meningkatkan sintesis antioksidan enzimatis, (2) ekstrak daun torbangun
mengandung antioksidan quersetin yang berperan dalam antihiperglikemia dan
antihiperlipidemia, (3) mempunyai potensi menghambat penyerapan glukosa di
dinding usus halus sehingga menurunkan kadar glukosa dalam darah, (4)
melindungi sel β-pankreas tikus diabetes yang terinduksi STZ.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji potensi antioksidan dalam
ekstrak daun torbangun (Coleus amboinicus Lour) sebagai senyawa
antihiperglikemik dan dapat menurunkan stres oksidatif pada tikus diabetes.
Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Menganalisis kandungan komponen kimia dan zat gizi dalam daun torbangun.
3

2. Mengevaluasi aktivitas antioksidan dalam daun torbangun.


3. Mengevaluasi daya hambat enzim α-glukosidase dalam daun torbangun
4 Mengevaluasi pengaruh konsumsi ekstrak daun torbangun pada kadar glukosa
dan profil lemak darah tikus diabetes
5. Mengevaluasi pengaruh konsumsi ekstrak daun torbangun pada radikal bebas,
antioksidan enzimatis dan enzim glukokinase tikus diabetes
6. Mengevaluasi pengaruh konsumsi ekstrak daun torbangun pada sel β pankreas
tikus diabetes.

Manfaat

Memberikan wawasan pada masyarakat tentang manfaat daun torbangun


sebagai senyawa antihiperglikemia yang juga berperan dalam menurunkan stres
oksidatif dan resiko Diabetes Melitus.

Hipotesis

Ho : pemberian ekstrak daun torbangun tidak berpengaruh terhadap kadar


glukosa dalam darah dan stres oksidatif serta morfologi pankreas tikus
diabetes
H1: pemberian ekstrak daun torbangun berpengaruh terhadap kadar glukosa
dalam darah dan stres oksidatif serta morfologi pankreas tikus diabetes.

Ruang Lingkup Pemikiran

Diabetes melitus (DM) adalah suatu gejala kelainan dalam tubuh yang
ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) dan adanya
glukosa dalam air urin serta profil lipid dalam darah. Kadar glukosa dalam darah
yang tinggi akan memicu terbentuknya radikal bebas dan menimbulkan stres
oksidatif. Keadaan tersebut karena terjadi ketidakseimbangan antara produksi
radikal bebas dengan antioksidan, dan kadar radikal bebas lebih tinggi
dibandingkan antioksidan. Faktor-faktor yang berperan berasal dari internal
maupun eksternal. Faktor internal seperti genetik, umur, oksidasi fosforilasi,
proses patofisiologi, dan faktor eksternal seperti asupan makanan, patogen, sinar
ultra violet dan bahan kimia. Faktor internal utama yang menimbulkan stres
oksidatif adalah dalam oksidasi fosforilasi untuk membentuk energi (ATP) dalam
sel menghasilkan produk samping adalah radikal bebas.
Tubuh sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menetralisir radikal bebas
dengan cara membentuk antioksidan endogen seperti katalase, GPx dan SOD.
Antioksidan tersebut akan menangkal atau meredam dampak negatif radikal bebas
dalam tubuh dengan cara mendonorkan elektronnya kepada radikal bebas
sehingga aktivitasnya bisa dihambat. Mekanismenya dengan cara mendonorkan
elektronnya baik pada tahap inisiasi, propagasi maupun tahap terminasi.
Hewan percobaan DM dibuat melalui beberapa cara yaitu pankreaktomi,
induksi senyawa kimia (diabetogenik) dengan streptozotosin (STZ), aloksan asam
dehidroaskorbat, asam dialurat, asam ksanturenat, induksi virus (Agung 2006).
Peran STZ pada sel β-pankreas mengakibatkan perubahan kadar insulin dan
kadar glukosa dalam darah. Dua jam setelah injeksi STZ pada tikus dewasa
4

dengan dosis 60 mg/kg BB menyebabkan kerusakan sel β pankreas, dan


menginduksi DM dalam waktu 2-4 hari (Akbarzadeh et al. 2007). Penentuan
diagnosis DM apabila dalam waktu 2-4 hari sesudah induksi STZ, kadar glukosa
darah sewaktu dalam plasma ≥ 200 mg/dL (Hussain 2002).
Tingginya kadar glukosa dalam darah menyebabkan kerusakan sel β-
pankreas, dan terganggunya sekresi insulin serta meningkatnya profil lemak
dalam darah. Keadaan tersebut menyebabkan terbentuknya radikal bebas dan
mengganggu metabolisme, serta meningkatkan stres oksidatif sehingga memicu
komplikasi mikro dan makro vaskuler (Boutabet 2011). Gambar 1 menjelaskan
efek ekstrak daun torbangun pada tikus diabetes sebagai senyawa hipoglikemia,
antioksidan, biostimulator dan antidiabetik.

Normoglikemia Ekstrak torbangun


STZ

Hiperglikemia & hiperlipidemia Efek hipoglikemik &


hipolipidemik

Stres oksidatif Efek antioksidan

Fungsi sel β Sensitifitas Biostimulator


pankreas insulin (regulator)

Diabetes Melitus Efek antidiabetik

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Kondisi stres oksidatif berpengaruh pada menurunnya fungsi sel β-pankreas


dan sensitifitas insulin, sehingga menimbulkan suatu keadaan sindrom kelainan
metabolik DM. Kondisi stres oksidatif memerlukan antioksidan dari luar
(eksogen). Antioksidan dari luar diantaranya daun torbangun sebagai
biostimulator, karena mengandung vitamin dan hasil metabolit sekunder
(flavonoid, terpenoid, saponin, steroid, tannin dan minyak volatile) sebagai
antioksidan. Kandungan serat (fiber) dan asam askorbat memiliki efek
antidiabetik dan β-sitosterol-β-D-glucoside dengan efek hipoglikemik
(Vismanathaswamy et al. 2011). Berkurangnya kadar glukosa darah akan
menurunkan risiko terjadinya stres oksidatif pada sel dan jaringan (Stangeland et
al. 2007). Antioksidan yang terdapat dalam ekstrak daun torbangun, seperti asam
askorbat dapat menghambat terjadinya stres oksidatif dengan menurunkan
produksi enzim ALP (Shenoy et al. 2012). Ekstrak daun torbangun diharapkan
dapat dikembangkan sebagai fitofarmaka, dan dimanfaatkan dalam managemen
kadar glukosa darah dalam menghambat komplikasi lebih lanjut (Gayathri 2011).
5

2. TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes Melitus

Diabetes melitus (DM) adalah suatu kelainan metabolisme yang ditandai


dengan banyak kencing, banyak minum dan banyak makan yang disebabkan oleh
karena tingginya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia). Pada saat kadar
glukosa melebihi kapasitas sel-sel tubulus melakukan reabsorbsi, glukosa akan
mengalir di urin sehingga terjadi glukosuri. Hal ini disebabkan oleh efek diuresis
osmotik dari glukosa dalam tubulus ginjal. Sedangkan gejala polidipsi disebabkan
oleh keadaan dehidrasi akibat dari gejala poliuria. Penurunan pemakaian glukosa
dan protein oleh tubuh menyebabkan berkurangnya berat badan dan timbul gejala
polipagia. Selanjutnya muncul gejala astenia (kurang energi) yang disebabkan
oleh hilangnya protein tubuh, dan badan terasa lemah, anoreksia, kesemutan, mata
kabur, mialgria (Jung et al. 2013).
Keadaan hiperglikemia dengan kadar glukosa diatas 160-180 mg/dL
karena terjadi gangguan sekresi insulin dan kerja insulin. Sehingga menyebabkan
ketidaknormalan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, hormon glukagon,
kortisol dan hormon pertumbuhan (Gayathri et al. 2011). Kriteria kadar glukosa
darah penderita diabetes menurut PERKENI 2006 adalah bahwa kadar glukosa
darah sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L) dan kadar glukosa darah puasa ≥
126 mg/dL (7,0 mmol/L) serta kadar glukosa plasma 2 jam pada Test Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/dL).
Klasifikasi DM menurut World Health Organization (WHO) tahun 2008
dan Departement of Health and Human Service USA (2007) terbagi dalam 3
bagian yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan diabetes gestational. Sedangkan
klasifikasi DM menurut American Diabetes Association (2008) terbagi 4 bagian
diantaranya DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional dan pre diabetes.
Kategori DM tipe 1 atau diabetes juvenile terjadi pada anak-anak remaja
(< 40 tahun) dan orang dewasa yang non obesitas karena tidak terdapat insulin
dalam sirkulasi darah dan glukagon plasma meningkat, serta sel‐sel ß-pankreas
gagal merespons semua stimulus insulinogenik. Kerusakan sel-sel β-pankreas
dimediasi oleh mekanisme autoimun dan berkaitan dengan gen major
histocompatibility complex (MHC). Antigen yang mengganggu kerentanan proses
autoimun adalah virus dan toksin, sehingga perlu insulin eksogen untuk
memperbaiki katabolisme, menurunkan hiperglukagonemia dan peningkatan
kadar glukosa darah (IDF 2014).
Faktor penyebab DM tipe 2 pada orang dewasa (> 40 tahun) karena
insulin tidak mencukupi, obesitas dan defisiensi respons sel ß pankreas terhadap
glukosa. DM gestasional terjadi pada usia kehamilan trimester II atau III setelah
usia kehamilan 3 atau 6 bulan, karena hambatan kerja insulin oleh hormon
plasenta sehingga terjadi resistensi insulin (WHO 2008). Keadaan pra‐diabetes
ditandai dengan naiknya kadar glukosa darah melebihi normal tetapi belum
cukup tinggi untuk dikatakan DM. Pasien dinyatakan sebagai penyandang DM
jika pernah didiagnosis menderita kencing manis oleh dokter atau belum pernah
didiagnosis menderita kencing manis oleh dokter tetapi dalam 1 bulan terakhir
mengalami gejala-gejala (Riskesdas 2013).
6

Kadar glukosa darah yang tinggi menyebabkan rusaknya pembuluh darah,


syaraf dan struktur internal lainnya. Komplikasi yang terjadi dari diabetes melitus
dapat dibedakan menjadi komplikasi akut, komplikasi jangka pendek, dan
komplikasi jangka panjang. Adapun komplikasi akut adalah ketoasidosis
diabetika, koma, hiperglikemia, dan hipoglikemia; sedangkan komplikasi jangka
pendek meliputi disfungsi syaraf dan lensa mata, aterosklerosis, perubahan pada
dinding pembuluh darah; dan komplikasi jangka panjang adalah retinopati,
nefropati, neuropati dan neuropati multipel atau disfungsi otak (Kavishankar et
al. 2011),
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol akan melibatkan penyakit
degeneratif, misalnya pada sistem vaskuler dan syaraf. Gangguan kardiovaskuler
pada penyandang diabetes merupakan penyebab kematian, dan kerusakan
vaskuler di ginjal akan menyebabkan gagal ginjal sedangkan perubahan jaringan
akibat auto oksidasi retina mata menyebabkan kebutaan (Renu AK and Mamta K.
2007).
Keadaan hiperglikemia juga mengganggu jalur metabolisme lemak,
sehingga menyebabkan kadar lemak dalam darah meningkat dan terjadi
aterosklerosis (penimbunan plak lemak pada dinding pembuluh darah). Sirkulasi
darah yang tidak lancar pada pembuluh darah besar (makro) bisa mengganggu
otak, jantung dan di kaki (makroangiopati). Sedangkan gangguan di pembuluh
darah kecil (mikro) bisa melukai mata, ginjal, syaraf dan kulit serta
memperlambat penyembuhan luka (Eteng et al. 2009).

Stres Oksidatif

Kadar glukosa dalam darah tinggi (hiperglikemia) akan menyebabkan


produksi radikal bebas meningkat. Tingginya produksi radikal bebas melebihi
antioksidan enzimatis akan menyebakan stres oksidatif. Timbulnya stres oksidatif
dalam penyandang diabetes, bisa secara endogen maupun eksogen. Beberapa
faktor pemicu stres oksidatif endogen adalah genetik, usia, oksidasi fosforilasi.
Sedangkan pemicu stres oksidatif secara eksogen adalah aktivitas fisik berlebihan,
kondisi patologis, asupan makanan yang tidak seimbang, polusi dan sinar
ultraviolet.
Radikal bebas endogen adalah molekul yang merupakan hasil metabolisme
dalam tubuh, mempunyai agresivitas menyerupai oksidan untuk menarik elektron
di sekitarnya. Setiap radikal bebas adalah oksidan, akan tetapi setiap oksidan
bukan radikal bebas. Oksidan adalah senyawa penerima elektron atau suatu
senyawa yang dapat menarik elektron, sedangkan radikal bebas merupakan
molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan.
Molekul ini sangat reaktif dan akan menyerang molekul stabil di dekatnya secara
berantai sehingga menjadi radikal bebas (Kothari et al. 2010).
Radikal bebas terdiri dari reactive oxygen species (ROS) yang terdiri dari
ion superoksida (O2-), hidrogen peroksida (H2O2), radikal bebas hidroksil (OH-),
dan radikal peroksida (OOH-). Sedangkan reactive nitrogen species (RNS) adalah
nitic oxide (NO), nitrous oxide (N2O), peroxynitrite (NO3-), nitroxyl anion
(HNO) dan peroxynitrous acid (HNO3-) (Marciniak et al. 2009)
Sumber utama ROS dalam sel adalah anion superoksida dan hidrogen
yang terbentuk sebagai produk samping metabolisme seluler seperti oksidasi
7

fosforilasi dalam mitokondria. Satu molekul oksigen direduksi menjadi dua


molekul air, dengan transfer 4 elektron melalui 4 tahap. Hal ini karena dua
elektron yang tidak berpasangan pada molekul oksigen terletak pada orbit yang
berbeda dan menunjukkan angka putaran quantum yang sama. Pada reaksi
pembentukan ikatan kovalen, dua elektron harus terletak pada orbit yang sama
dan menunjukkan putaran yang berlawanan. Oleh karena itu oksigen hanya
mampu menerima elektron tahap demi tahap dan hanya satu elektron tiap
tahapnya. Pemindahan elektron yang tidak sempurna mengakibatkan terbentuknya
ROS (Waris dan Ahsan, 2006).
Elektron pertama mereduksi oksigen untuk membentuk anion superoksida, dan
reduksi berikutnya membentuk hidrogen peroksida serta radikal hidroksil.
Elektron terakhir selanjutnya mereduksi radikal hidroksil menjadi air (O2 →e O2-*
→e H2O2 →e OH*→ e H2O) (Marciniak et al., 2009).
Agresivitas radikal bebas dapat diredam oleh antioksidan enzimatis dalam
tubuh yaitu super oksida dismutase (SOD), katalase (CAT) dan gluthation
peroksidase (GPx). Perubahan superoksida menjadi hidrogen peroksida dilakukan
olel enzim SOD, sedangkan hidrogen peroksida menjadi air oleh enzim GPx atau
CAT. Apabila kadar antioksidan enzimatis dalam tubuh berkurang maka hidrogen
peroksida dapat mengalami reaksi Fenton‟s dengan kehadiran ion besi (Fe2+)
untuk menghasilkan radikal hidroksil yang bersifat lebih merusak : H2O2 + Fe2+
→ Fe3+ + OH-* + OH- (Figueiredo et al. 2008). Radikal bebas akan memicu
reaksi peroksidasi lipid pada membran sel, kerusakan pada DNA dan apoptosis.
Kerusakan pada jaringan dapat dideteksi dari produk yang dihasilkan yaitu
senyawa dialdehida dengan rumus molekul C3H4O2 atau malondialdehida (MDA)
(Marciniak et al. 2009). Pengukuran kadar radikal bebas atau MDA dalam serum
dapat dilakukan dengan Test thiobarbituric acidreactivesubtance yang berdasar
pemeriksaan reaksi spektrofotometrik (Asok 2010).
Aktifitas antioksidan dalam menangkap radikal bebas melalui beberapa
tahap yaitu : meningkatkan antioksidan enzimatis, menghambat enzim prooksidan
dan menjaga serangan radikal bebas. Mekanisme peningkatan antioksidan enzim
diantaranya meningkatkan enzim SOD, Katalase, GPx, GR, GST, γ-GSC,
NADPH, heat shock protein 70 (HSP70). Sedangkan mekanisme dalam
menurunkan aktifitas enzim prooksidan yaitu: menghambat lipooxigenase,
cyclooxigenase, thyrosinase, xantioksidase, acetyltransferase, sulfotransferase,
menurunkan aktifitas iNOS, myeloperoxidase (MPO). Serangan radikal bebas
dapat dikurangi dengan cara meredam radikal hidroksil, radikal superoksida,
menurunkan MDA dan lipoperoksidase (Bahadoran et al. 2011).

Antioksidan

Antioksidan adalah molekul yang dapat menetralkan radikal bebas dengan


cara menerima dan mendonorkan satu elektron, untuk menghilangkan kondisi
“elektron tidak berpasangan”. Molekul radikal bebas menjadi stabil dan molekul
antioksidan tersebut akan menjadi radikal yang kurang reaktif dibanding molekul
radikal bebas semula (Rathore et al. 2011). Kategori antioksidan terdiri dari tiga
macam antara lain : 1). antioksidan enzimatik diantaranya superoksida dismutase
(SOD), glutathione peroksidase (GPx) dan katalase (Cat); 2) antioksidan alami,
berasal dari tanaman atau hewan yaitu antioksidan zat gizi (vitamin C, vitamin E,
8

beta karoten, vitamin B2, Zn, Cu, Se, protein) dan antioksidan non gizi (fenol,
polifenol, tannin); 3) antioksidan sintetis dibuat dari bahan kimia Butylated
hroxyanisole (BHA) yang ditambahkan ke dalam makanan untuk mencegah
kerusakan lemak (Harris et al. 2011). Gambar 2 menunjukkan peran polifenol
dalam tanaman yang berpotensi menjaga kadar glukosa dalam darah dan
menurunkan resistensi insulin pada penyandang diabetes, dengan cara
menghambat absorbsi glukosa, regulasi metabolisme dan meningkatkan sekresi
insulin (Bahadoran et al. 2013).

Peran polifenols pada diabet

Polifenols dalam tanaman

Inhibitor α – Glukoneogenesis Insulin ↑ Inhibitor


glukosidase Glikogenesis ↑ (GLUT4), apoptosis sel β
& α-amilase. Glikolisis↑ sinyal pankreas,
Inhibitor cAMP↑ regulasi
SGLT1 & sekresi
SGLT2 insulin

Absorpsi Regulasi Glukosa di otot Insulin dan


karbohidrat metabolisme dan jaringan Fungsi sel β
di usus↓ karbohidrat ↑ adiposa ↑ pankreas ↑

Kadar glukosa ↑
Resistensi insulin ↓

Gambar 2. Peran polifenols pada diabetes ( Bahadoran et al. 2013)

Batubara (2012) menyebutkan kandungan mineral yang terdapat dalam


daun torbangun diantaranya kalsium, kalium, magnesium, zat besi, selain itu juga
α-tocopherol, β-karoten, minyak atsiri, fenol, thymol, karvakrol, forskolin,
isopropyl okresol, sinerol, flavonoids, glikosida. Daun torbangun mengandung
antioksidan, vitamin C (L-Ascorbit Acid) dan mengandung minyak esensial, yang
tersusun atas carvacrol, isoprophyl-o-cresol, phenol dan sineol (Manjamalai et al.
2012), dan berperan pada produksi ASI pada ibu menyusui (Santosa et al. 2002;
Damanik 2009).
Kandungan polifenol dalam tanaman yang bermanfaat diantaranya
flavonol, flavanol, flavanon, isoflavon, anthocyanidin, flavonon. Salah satu
komponen dalam flavonol yaitu quersetin berpotensi dalam manajemen diabetes
(Chourasiya et al. 2012). Mekanisme flavonoids sebagai senyawa antidiabetes
melalui mekanisme penurunan aktivitas enzim aldose reduktase, perbaikan
9

kelenjar pankreas, peningkatan absorbsi kalsium dan produksi insulin (Sandhar et


al. 2011).
Komponen dalam kelompok flavonol yaitu quersetin dan qaempferol
telah dilaporkan dapat menjaga fungsi sel β pankreas dari kerusakan akibat
induksi STZ, dan diharapkan tidak berdampak lebih lanjut seperti pada penyakit
kelainan metabolik (Jeremy et al. 2003). Gambar 3 menjelaskan komponen
flavonol mempunyai aktivitas menghambat resistensi insulin, dan menurunkan
resiko penyakit kelainan metabolik (Chang et al. 2013).

Kelainan sel β
Pankreas Sel β
pankreas Hiperglikemia/
hiperlipidemia

Genistein Sensitifitas insulin↓

Reseptor
Insulin Insulin↓
GLUT↓

Otot Hati Jaringan Resistensi insulin


Adiposa
Insulin glukosa↓ lipolisis↓
dependent Qaemferol
glukosa Quersetin
Pectolinarin
Penyakit metabolik:
Fatty liver, diabetes, ginjal, hati, syaraf

Gambar 3. Peran komponen flavonol pada diabetes


(Chang et al. 2013)

Insulin

Insulin berasal dari bahasa Latin insula, disebut pulau dan diproduksi di
pulau-pulau Langerhans di ceruk endokri pankreas. Insulin adalah suatu hormon
polipeptida yang mengatur metabolisme karbohidrat, lemak dan protein (Bosco
et al. 2011). Sintesis insulin di pulau Langerhans diawali dalam bentuk
preproinsulin yang mengandung amino-terminal signal sequence sebagai
prekursor hormon untuk melewati membran retikulum endoplasma (RE) selama
proses translasi. Di dalam RE, bagian sinyal sekuensi secara proteolitik dipotong
dari proinsulin, terbentuknya tiga ikatan disulfida pada preproinsulin. Untai C
peptida pada proinsulin diputus oleh protease spesifik menjadi insulin dan
disimpan dalam beta granula dalam sitoplasma. Sintesis insulin dijelaskan pada
Gambar 4.
10

Gambar 4. Sintesis insulin


(Caltailer 2004)

Bentuk proinsulin menuju ke dalam RE ditranspor oleh mekanisme


kebutuhan energi ke badan Golgi, disekresikan dari granul sekretorik pada sel beta
pankreas. Apabila granul Golgi terlihat pucat berarti beta granul belum matang.
Beta granul terdapat dalam badan Golgi dibebaskan ke dalam sitoplasma dan
mineral Zn masuk ke dalam beta granul. Insulin dalam beta granul ditranspor ke
dalam bentuk kristal (beta granul) yang matang (Selvaraj et al. 2012).
Insulin sangat berperan dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein,
ekpresi genetik dan regulasi pertumbuhan. Insulin digunakan dalam sindrom DM
tipe 1 karena kekurangan absolut hormon tersebut dengan cara disuntikkan
dibawah kulit (subkutan). Pada saat produksi insulin rendah atau kebal insulin
pada sindrom DM tipe 2 diperlukan pengaturan insulin, apabila pengobatan lain
kurang efektif untuk mengendalikan kadar glukosa dalam darah (Zochodne
2012).
Hormon insulin berperan pada transportasi nutrisi spesifik dari darah ke
dalam sel atau dengan mengubah aktivitas enzim-enzim yang terlibat dalam jalur
metabolik. Aktivitas sel target hormon insulin yaitu sel hati, sel lemak, dan otot.
Adapun peran insulin pada metabolisme karbohidrat adalah pada transportasi
glukosa ke dalam sel, meningkatkan glikogenesis, menghambat glikogenolisis,
menghambat glukoneogenesis (Bardy et al. 2013),
Mekanisme kerja hormon insulin pada lemak yaitu menurunkan kadar
asam lemak darah dan mendorong pembentukan simpanan trigliserida dalam sel
jaringan adiposa. Insulin mengaktifkan enzim-enzim pada pembentukan asam
lemak dari turunan glukosa, meningkatkan pemasukan asam-asam lemak dari
darah ke dalam sel jaringan adiposa, menghambat lipolisis (Pajouhi et al. 2011).
Mekanisme kerja hormon insulin pada protein yaitu meningkatkan
transportasi aktif asam-asam amino dari darah ke dalam otot dan jaringan lain,
meningkatkan sintesis protein di dalam sel. Insulin berperan pada lipogenesis
melalui peningkatan pemasukan dan penggunaan metabolik glukosa oleh sel
adiposa dan juga mengurangi perombakan dan mobilitas penyimpanan lemak
(antilipolisis) (Nissa 2012).
11

Pengobatan Diabetes Melitus


Pengelolaan DM antara lain perencanaan makan (diet), latihan jasmani,
penyuluhan dan pemantauan mandiri kadar glukosa darah atau urine serta asupan
obat hipoglikemik. Tujuan utama pengelolaan diabetes tersebut mengontrol kadar
glukosa darah agar komplikasi tidak berlangsung cepat. Apabila kadar glukosa
darah masih tinggi dari normal, diberikan obat hipoglikemik oral. Terdapat tiga
faktor penyebab hiperglikemia yaitu sel beta pankreas yang mensekresi insulin,
produksi glukosa oleh hati dan sensitivitas jaringan perifer (otot, usus dan hati)
terhadap insulin. Obat hipoglikemik oral (OHO) mempunyai titik kerja pada salah
satu atau lebih dari ketiga faktor tersebut diatas (He et al. 2015).
Obat hipoglikemik oral (OHO) terbagi menjadi dua kelompok yaitu pada
kelompok pertama yang memperbaiki kerja insulin (metformin, glitazone, dan
akarbose) di hati, usus, otot dan jaringan lemak. Obat metformin bekerja di perifer
otot tidak mempengaruhi pelepasan insulin tetapi meningkatkan respon tubuh
terhadap insulinnya sendiri. Glitazon bekerja menekan produksi glukosa oleh hati,
dan kerja akarbose menunda penyerapan glukosa di dalam usus.
Kelompok kedua (sulfonilurea, repaglinid dan nateglinide) meningkatkan
produksi insulin ke sirkulasi darah. Obat repaglinide meningkatkan sekresi
insulin pada sel beta pankreas dan nateglinide sebagai monoterapi atau kombinasi
dengan metformin, terbukti sangat efektif memperbaiki HbA1c. Obat golongan
sulfonilurea dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan merangsang
keluarnya insulin dari sel β pankreas, dan efektif pada penderita diabetes tipe 2
tetapi tidak efektif pada diabetes tipe 1 (De Jager et al. 2014).

Hewan model Diabetes Melitus


Induksi Steptozotocin
Tikus model DM disiapkan dengan menginjeksikan Streptozotocin (STZ)
dosis tunggal 40 mg/kg BB secara intraperitoneal, dan keberhasilan peningkatan
kadar glukosa apabila >126 mg/dL pada hari ke-7. Sedangkan tikus non diabetes
sebagai kontrol diinjeksi dengan phosphat buffer saline (PBS) dengan pH 7.4.
Streptozotosin (streptozosin, STZ, Zanosar) adalah senyawa hasil sintesis
dari Streptomycetes achromogenes yang berfungsi sebagai antibakteri spektrum
luas, antitumor, bahan karsinogenik dan dapat menghancurkan sel beta pada pulau
Langerhans secara selektif (Cooperstein 1981). Streptozotocin (STZ,2-deoxy-2-
(3-(methyl-3-nitrosoureido)-D-glucopyranose) dipergunakan untuk menginduksi
DM tipe 1 (IDDM) dan DM tipe 2 (NDDM) (Jung et al. 2011).
STZ pada sel β-pankreas menyebabkan perubahan kadar insulin dan kadar
glukosa dalam darah. Dua jam setelah injeksi STZ dosis 60 mg/kg BB pada tikus
dewasa menyebabkan kerusakan sel β pankreas dan menginduksi DM dalam
waktu 2-4 hari (Akbarzadeh et al. 2007). Injeksi dosis STZ 50 mg/kg BB yang
dilarutkan dalam 1 ml aquadest dan pengasaman pH 4-4.5 menggunakan asam
sitrat, secara intra peritoneal pada tikus dapat meningkatkan kadar gula darah
sampai sekitar 270 mg/dL setelah 2 minggu. Mekanisme STZ dalam sel
menghambat siklus Krebs, dan menyebabkan konsumsi oksigen berkurang. Hal
ini menyebabkan terjadi pembatasan produk ATP dalam mitokondria dan
menyebabkan deplesi nukleotida dalam sel beta pankreas. Berkurangnya kadar
12

insulin dan menurunnya transportasi glukosa ke dalam sel, metabolisme glikolisis,


metabolisme glikogenesis menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat
(Cheng et al. 2005).

Torbangun (Coleus amboinicus Lour)


Tanaman ini banyak dijumpai di seluruh wilayah Indonesia dengan nama
yang berbeda-beda, dapat tumbuh secara liar, mudah dikembang-biakkan dengan
stek, berakar di tanah yang gembur dan jarang berbunga (Rahayu et al. 2000). Di
daerah Jawa, daun tersebut biasa disebut Jinten, di daerah Sunda disebut daun
Ajeran, di daerah Batak disebut Bangun-bangun, dan merupakan suatu tumbuhan
jenis rumput-rumputan, mempunyai batang dan tangkai berkayu. Tanaman
torbangun mudah ditanam di kebun dan daerah dataran rendah sampai ketinggian
1000 meter diatas permukaan laut. Tanaman ini tumbuh subur di tempat yang
tidak terkena sinar matahari, dan cukup air, dan dapat tumbuh subur di dalam pot,
Ciri-ciri daun torbangun memiliki batang berkayu lunak, beruas-ruas dan
berbentuk bulat, diameter pangkal ± 15 mm, tengah ± 10 mm dan ujung 5 mm,
terlihat pada Gambar 5. Tanaman torbangun berdaun tunggal, tulang daun
menyirip, helaiannya bundar telur, atau berbentuk jantung, panjang helaian ± 3,5-
6 cm, pinggir berombak, dan tangkainya ± 1,5-3 cm. Daun torbangun berbau
aromatik, agak pedas, asam, rasa getir dan tebal di lidah. Proses pemotongan daun
torbangun 60 hari, menghasilkan produksi hijauan dan kualitas yang baik, dan
kandungan protein, vitamin B, vitamin C dan Zn (Sajimin et al. 2011).

Gambar 5. Daun Torbangun

Saat ini telah dilakukan analisa fitokimia, komposisi asam amino dan
vitamin dalam batang, daun dan akar daun torbangun untuk mengetahui
manfaatnya lebih lanjut. Nama sinonim Coleus amboinicus Lour adalah
Plectranthus amboinicus Lour, family: Lamiaceae (Labiatae) dan genus: Coleus
atau Solenostemon. Tabel 1 menunjukkan hasil analisis fitokimia dalam batang,
daun dan akar Plectranthus amboinicus Lour (El-hawary et al. 2012).
Kadar asam amino essensial (tidak dapat disintesa dalam tubuh) dan non
essensial (dapat disintesa) ditemukan di dalam daun, batang dan akar Plectranthus
13

amboinicus Lour. Tabel 2 menunjukkan komposisi asam amino essensial* dan


non essensial pada daun, batang dan akar Plectranthus amboinicus Lour serta
rekomendasi asam amino dari 1985 FAO/WHO/UNU untuk orang dewasa (El-
hawary et al. 2012)

Tabel 1. Hasil analisis fitokimia Plectranthus amboinicus Lour


Komposisi Daun Batang Akar
Sterols dan triterpenoid ++ + +
Aglycones bebas ++ + +
Flavonoids + + +
Sublimat kristal - - -
Karbohidrat + + +
Catekol tannin + + ++
Pyrogallol tannin - - -
Saponins - - -
Alkaloid - - -
Anthraquinone bebas - - -
Anthraquinone kombinasi - - -
Glikosida - - -
Enzym oksidase - - -
Bahan mudah menguap + + ±
(El-hawary et al. 2012)

Tabel 2. Komposisi asam amino dalam Plectranthus amboinicus Lour dan


rekomendasi WHO
Kadar asam amino (mg/100 g) FAO/WHO/UNU
Komposisi
Daun Batang Akar mg/kg/hari
Aspartic acid 25.02 25.80 19.35 -
Threonine* 4.16 5.33 4.49 7
Serine 5.66 6.76 6.77 -
Glutamic acid 12.71 10.79 13.23 -
Proline 0.09 0.10 0.04 -
Glycine 12.45 12.77 14.02 -
Alanine 8.48 10.73 9.92 -
Valine* 5.82 0.55 7.30 10
Isoleucine* 2.61 2.93 4.17 10
Leucine* 7.15 8.66 7.86 14
Tyrosine 1.04 0.69 0.84 -
Phenyl alanine* 3.81 3.83 3.58 14
Histidine* 2.09 2.35 4.27 8-12
Lysine* 4.45 5.81 3.43 12
Arginine 4.43 2.85 0.71 -
Keterangan :
Asam amino essensial (*)
(El-hawary et al. 2012)
14

Kadar vitamin larut air (vitamin B, vitamin C) dan vitamin larut lemak
(vitamin A, vitamin D, vitamin E) terdapat dalam daun, batang dan akar
Plectranthus amboinicus Lour. Tabel 3 menunjukkan komposisi vitamin yang
terdapat pada daun, batang dan akar Plectranthus amboinicus Lour serta
rekomendasi WHO (El-hawary et al. 2012).

Tabel 3. Komposisi vitamin dalam daun, batang, akar dalam Plectranthus


amboinicus Lour dan rekomendasi WHO untuk dewasa.
Rekomendasi WHO/hari
Vitamins Daun Batang Akar
Laki-laki Perempuan
Vitamin A (ppm) 0.38 0.12 0.02 600 mg 500 mg
Vitamin E (ppm) 2.93 1.26 0.33 0 mg a-TE 7.5 mg a-TE
Vitamin D (ppm) 4.471 0.0313 0.209 5 µg 5 µg
Vitamin C (%) 0.11 0.11 0.12 45 mg 45 mg
Vitamin B complex
(%)
Thiamin B1 0.03 0.01 0.02 1.2 mg 1.1 mg
Pyridoxin B6 0.01 0.008 1.3 mg 1.3 mg
Riboflavin B2 2.47 0.91 0.7 1.3 mg 1.1mg
Nicotinic B3 0.52 0.08 0.1 16 mg NE 14 mg NE
(Niacin)
Cyano cobalamine 0.37 0.14 2.4 µg 2.4 µg
B12
Folic acid 0.002 0.03 400 µgDFE 400 µg DFE
(El-hawary et al. 2012)
15

3. METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari 2014 – Januari 2015.


Pembuatan ekstraksi dan analisis di Lab. Departemen Gizi Masyarakat FEMA
IPB, Lab. Biokimia Fakultas Kedokteran UI, Lab. Terpadu Pusat Studi Satwa
Primata IPB, Lab. Biofarmaka, Lab. Pengujian Hasil Hutan Pusat Litbang Hasil
Hutan Bogor, Lab. Patologi FKH IPB dan Rumah Sakit Hewan IPB.

Bahan dan Alat

Daun torbangun yang digunakan dalam penelitian ini berumur dua


bulan dan diperoleh dari tanaman di daerah Cibeureum Bogor (Sajimin et al.
2011). Hewan coba dalam penelitian ini adalah 30 ekor tikus putih jantan galur
Sprague-Dawley berumur 8 minggu dengan kisaran berat badan 180-200 g yang
diperoleh dari BPOM Jakarta (Jung et al. 2011). Tikus ditempatkan dalam
kandang dengan kondisi sebagai berikut: ventilasi dalam kandang cukup, suhu
udara pada suhu kamar (26o-28oC), dan cahaya terkontrol dengan siklus 12 jam
siang, 12 jam malam dan diberikan pakan standar serta minum secara ad libitum.
Streptozotocin (STZ-Sigma, Jerman): merupakan senyawa hasil sintesis dari
Streptomycetes achromogenes yang berfungsi sebagai antibakteri spektrum luas,
antitumor, bahan karsinogenik dan secara selektif menghancurkan sel-β pada
pulau Langerhans. Metformin: obat antihiperglikemik pada diabetes tipe 2 (Juei-
Tang et al. 2006). Quersetin: antioksidan standar yang dapat meredam radikal
bebas (Raghuramulu et al. 2003)
Anestesi memakai ketamin dan xylazin.
Bahan laboratorium lain: alkohol 96%, magnesium chloride, 4-chlorophenol,
lipase, glycerol-kinase, glycerol-3-phosphate-oxidase, peroxidase, 4-amino-
antipyrine.
Adapun alat-alat yang digunakan meliputi: spuit, kandang tikus, tempat
pakan dan botol minum tikus, penjepit (block holder), sonde lambung,
timbangan, gelas ukur, gelas kimia, alat titrasi, gunting, pinset, sarung tangan,
kertas saring dan peralatannya, peralatan bedah, Accu Check, timbangan,
micropipet, Elisa (Sigma-Aldrich), GCMS, Spektrofotometer.

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini terdiri atas tiga tahap yaitu: (1) uji komponen kimia dan zat
gizi dalam daun torbangun; (2) uji daya hambat enzim α-glukosidase dan aktivitas
antioksidan dalam daun torbangun; (3) uji aktivitas ekstrak daun torbangun pada
stres oksidatif tikus diabetes yang meliputi: (3.1) uji pengaruh konsumsi ekstrak
daun torbangun pada kadar glukosa darah tikus diabetes; (3.2) uji pengaruh
konsumsi ekstrak daun torbangun pada antioksidan enzimatis, profil lipid dan
enzim glukokinase tikus diabetes; (3.3.) uji pengaruh konsumsi ekstrak daun
torbangun pada sel β-pankreas tikus diabetes. Bagan alir tahap penelitian dapat
dilihat pada Gambar 6.
16

Penelitian tahap 1
Karakteristik komponen daun torbangun

Analisis proksimat Analisis GCMS


kadar : air, abu, lemak,
protein, karbohidrat, serat

Penelitian tahap 2
Ekstraksi daun torbangun

Aktivitas α glukosidase Aktivitas antioksidan

Penelitian tahap 3
Aktivitas ekstrak daun torbangun pada
stres oksidatif tikus diabetes

Analisis Analisis sel Analisis serum Analisis


berat badan dan hati: MDA, darah: kolesterol, sel β
kadar glukosa- SOD, GPx, HDL, TG, pankreas
darah Cat. glukokinase

Gambar 6. Bagan alir tahap penelitian

Penelitian tahap 1: Karakteristik komponen daun torbangun


Tujuan penelitian tahap 1 untuk mengetahui karakteristik simplisia,
komponen kimia dan analisis proksimat daun torbangun.

Preparasi Bahan
Daun torbangun dicuci, dikeringkan dengan freeze dryer dan dihaluskan
dengan grinder kemudian diayak dengan ukuran 60 mesh. Daun torbangun yang
telah halus dilakukan maserasi. Bubuk daun torbangun sebanyak 70 gram
dilarutkan dalam 600 ml etil alkohol 96%/3 jam (2 kali). Pelarut diuapkan
dengan rotary evaporator dan dipekatkan dengan pemanas air suhu 60oC
(Viswanathaswamy et al. 2011). Hasil yang didapat adalah ekstrak kental dan
disimpan dalam suhu 4o- 8oC (Uma et al. 2011).

Analisis karakterisasi simplisia


Analisis dengan metode SNI 01-2891-1992 untuk analisis zat gizi yang
terkandung dalam daun torbangun: kadar air, abu, larut air, larut etanol, protein,
karbohidrat, lemak
17

Analisis GCMS
Daun, batang bagian atas dan akar tanaman torbangun dianalisis dengan
kromatografi gas-spektrometri masa/GC-MS (GCMS-QP2010 Shimadzu), dengan
kolom RTX-MS (5% difenil-95% dimetil polisiloksan), panjang 30 meter,
diameter dalam 0,25 mm, dengan kondisi operasional: suhu kolom awal 60 °C,
suhu akhir 280 °C dengan kenaikan 10 °C/menit, suhu injektor 280 °C, suhu
detektor 270 °C, gas pembawa Helium, jenis pengion EI (Electron Impact),
volume sampel yang diinjeksikan 0,1 µL.

Penelitian tahap 2: Ekstraksi daun torbangun


Penelitian tahap 2 bertujuan untuk mengkaji daya hambat aktivitas enzim
α-glukosidase dan aktivitas antioksidan dalam ekstrak daun torbangun.

Aktivitas Enzim α-glukosidase


Pada analisis uji daya hambat aktivitas enzim α-glukosidase memakai
substrat p-nitrofenil α–D-glukopiranosida (p-NPG) dan enzim α-glukosidase.
Nilai absorbansi diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 400
nm, dan memakai tablet glukobay sebagai kontrol positif. Aktivitas enzim α
glukosidase dinyatakan IC50 (Sancheti et al. 2009).

Aktifitas antioksidan.
Pada penetapan aktifitas antioksidan, ekstrak daun torbangun sebanyak
300 mg dilarutkan dalam 3 ml larutan campuran (0.6 M asam sulfat 100 mL, 28
mM natrium fosfat 100 mL dan 4 mM amonium molibdat 100 mL). Standar yang
dipergunakan adalah vitamin C. Nilai absorbansi sampel diukur dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 695 nm, dan aktivitas antioksidan
dinyatakan IC50 (Praveena and Pradeep 2012).

Penelitian tahap 3: Aktivitas ekstrak daun torbangun pada stres oksidatif


tikus diabetes

Persiapan tikus diabetes


Tikus model diabetes disiapkan dengan cara tikus dipuasakan selama
semalam, kemudian diinduki dengan Streptozotocin (STZ) secara intraperitoneal
dengan dosis tunggal sebesar 50 mg/kg BB yang dilarutkan dalam 1 ml aquades
dan diasamkan dengan 0,01 M buffer sitrat dingin (pH : 4.5). Keberhasilan
induksi ditentukan dengan mengukur kadar glukosa darah pada hari ke-2 setelah
pemberian STZ. Apabila kadar glukosa darah tikus > 126 mg/dL termasuk dalam
tikus percobaan. Pada hari pertama tikus di induksi STZ diberi glukosa 5%
selama 1 hari untuk menghindari efek hipoglikemi. Setelah 3 hari pasca induksi
STZ, tikus diabetes dibagi secara acak, dengan pertimbangan yang glukosa
darahnya tinggi dipisahkan tersendiri untuk menjaga terjadi koma asidosis (Jung
et al. 2011).
18

Perlakuan pada hewan coba diabetes


Tikus dikelompokkan menjadi 6 kelompok perlakuan dengan masing-
masing kelompok perlakuan diwakili oleh 5 ekor tikus. Pada kelompok 1
(normal) dan 2 (diabetes) masing-masing menerima aquades steril 5 ml/kg BB.
Kelompok 3 (diabetes) diberi ekstrak daun torbangun dosis T1 : 620 mg/kg BB
dan kelompok 4 (diabetes) diberi ekstrak daun torbangun dosis T2 : 930 mg/kg
BB. Ekstrak daun torbangun menjadi suspensi dengan 0.3 % berat/volume
NaCMC (Viswamathaswamy et al. 2011). Kelompok 5 (diabetes) diberi
Metformin hidroklorida yang dilarutkan dalam aquades dengan dosis : 62.5 mg/kg
BB selama 14 hari (Shareef et al. 2013). Kelompok 6 (diabetes) diberi antioksidan
quersetin yang dilarutkan dalam aquades dosis 15 mg/kg BB. Gambar 7
menunjukkan alir pelaksanaan pada hewan coba (Atef 2011).

Tikus galur Sprague Dawley, 30 ekor

Adaptasi 7 hari

Persiapan tikus diabetes

Pengelompokan

Kel. 1 Kel. 2 Kel 3. Kel 4. Kel 5. Kel 6.


(kontrol (kontrol Tikus Tikus Tikus Tikus
normal), diabetes) DM, DM DM DM
tikus tikus diberi diberi diberi diberi
tidak DM, DM, ekstrak ekstrak Metformin Quersetin
diberi diberi 620 930 hidroklorida 15
aquades aquades mg/kg BB mg/kg BB 62.5 mg/kg BB
steril steril selama selama mg/kg BB selama
selama selama 14 hati 14 hari selama 14 14 hari
14 hari 14 hari hari

Pengukuran berat badan dan kadar gula darah tikus


pada hari ke 0, 1, 4, 7, 10, 14.

Pada hari ke 15 : nekropsi, analisa hati : SOD,Catalase, GPx, MDA;


analisa serum darah: kolesterol, HDL, TG, glukokinase dan sel β-pankreas

Gambar 7. Pelaksanaan penelitian pada hewan coba


19

Pengukuran berat badan dan kadar glukosa darah tikus


Pengukuran berat badan dengan menggunakan timbangan elektrik dan
kadar glukosa darah pada pagi hari sebelum pemberian pakan dengan
menggunakan glukometer (Accu check) dilakukan pada hari ke- 0, 1, 4, 7, 10, 14
pascainduksi STZ. Sampel darah didapat dari ujung ekor tikus dan hasil yang
didapat dirata-ratakan untuk menggambarkan nilai kadar glukosa darah kelompok
dengan satuan mg/dL (Viswanathaswamy et al. 2011).

Pengambilan organ hati dan pankreas


Pada akhir penelitian (hari ke-15 pasca induksi STZ) semua tikus
dianastesi general memakai campuran Ketamin: 90 mg dan Xylazine: 10 mg.
Analisis hati tikus dilakukan untuk mengetahui kadar MDA dan antioksidan
enzimatis katalase, SOD, GPx. Analisa jaringan pankreas untuk mengetahui sel β-
pankreas (Asok et al. 2010).

Analisa enzim Super Oksida Dismustase (SOD)


Pengukuran kadar SOD dilakukan dengan cara: 0.06 ml serum direaksikan
dengan campuran yang terdiri atas 2.70 ml bufer Natriumkarbonat yang
mengandung 0.1 mM EDTA (pH 10), 0.06 ml xantin 10 mM, 0.03 ml bovine
serum albumin (BSA) 0.5%, 0.03 ml NBT 2.5 mM. Kemudian ditambahkan
xantin oksidase (0.04 unit). Absorbansi yang dihasilkan setelah 30 menit diukur
pada panjang gelombang 560 nm. Kadar SOD (%) dihitung dengan menggunakan
persamaan: (B-A/B) x 100%; A adalah absorbansi larutan sampel dan B adalah
absorbansi larutan kontrol (Kotan et al. 2011).

Analisis enzim GPx


Pengukuran kadar enzim GPx dilakukan dengan cara: 200 μl serum
ditambahkan 200 μl buffer phosphat 0,1 M pH 7.0 yang mengandung 0,1 mM
EDTA, 200 μl glutation tereduksi (GSH) 10 mM dan 200 μl enzim glutation
reduktase. Kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37oC, ditambahkan
200 μl NADPH 1,5 mM dan diinkubasi lagi selama tiga menit pada suhu yang
sama, ditambahkan 200 μl H2O2 1.5 mM. Sampel diukur absorbansinya diantara
waktu satu sampai dua menit dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
340 nm (Kotan et al. 2011)

Analisis enzim Catalase


Analisa catalase (CAT) dengan cara: 0.1 ml jaringan homogenate
dicampur dengan 2.6 ml dari 25 mM K2PO4 pada pH 7.0 selama 15 menit,
ditambah 0.1 ml 10 mM H2O2. Penurunan penyerapan dari 0.45 ke 0.4
menunjukkan jumlah aktivitas enzim. Perubahan dalam µmol H2O2/mg protein
pada pH 7.0 dan suhu 25oC. Enzim catalase mengkalisis hidrolisis H2O2 menjadi
H20 dan dibaca pada λ= 254 nm (Asok et al. 2010).

Analisis kadar MDA


Sampel 1,8 gram dipotong kecil-kecil lalu digerus dalam mortar dingin
yang diletakkan di atas blok es. Ditambahkan 1 mL NaCl 0.9%. Pindahkan ke
dalam tabung mikro dan disentrifugasi pada kecepatan 8000 rpm selama 20 menit,
ditambahkan dengan 550 μL aquades, 250 μL HCl 1 N, 100 μL Na-Thio dan 100
20

μL TCA. Pada setiap penambahan reagen, larutan dihomogenkan dengan vortex,


lalu disentrifugasi dengan kecepatan 500 rpm selama 10 menit. Larutan diinkubasi
pada air dengan suhu 100oC selama 30 menit dan dibiarkan pada suhu ruangan.
Sampel diukur absorbansinya pada panjang gelombang 535 nm (Asok et al.
2010).

Analisis Serum Darah Tikus


Parameter biokimia yang dianalisis dalam serum darah tikus adalah
kolesterol, HDL, TG dan glukokinase menggunakan standart kit diagnostik
komersial (Torrico et al. 2006; Daisy dan Rajathi 2009).

Analisis sel β-pankreas


Parameter pengamatan hasil pewarnaan Imunohistokimia pada potongan
jaringan pankreas tikus semua kelompok diamati jaringan pankreas termasuk
kerusakan sel. Pengamatan terhadap potongan jaringan pankreas khususnya pada
sel beta yang diwarnai dengan diamino benzidin dilakukan dengan melihat
gambaran distribusi sel endokrin pankreas pulau Langerhans pada tikus diabetes
induksi streptozotocin (Pessin and Saltiel. 2010).

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).


Data dianalisis dengan : Sidik Ragam ANOVA pada selang kepercayaan 95%
untuk melihat ada tidaknya pengaruh perlakuan, apabila terdapat keragaman
dilanjutkan dengan uji beda Duncan.

Ethical Clearance

Persetujuan ethical clearance diperoleh dari Komosi Etik Rumah Sakit


Hewan Institut Pertanian Bogor nomor : 04-2014 RSH-IPB, yang merupakan ijin
penggunaan hewan coba sebagai model penelitian. Hewan coba yang digunakan
dalam penelitian laboratorium diharapkan diperhatikan kenyamanan fisiknya,
diperlakukan dengan baik, pemberian makanan dan minuman memadai.
Pembiusan untuk menghilangkan rasa sakit memakai campuran Ketamin: 90 mg
dan Xylazine: 10 mg dengan cara diinjeksi intra peritoneal.
21

4. IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAN AKTIVITAS


ANTIOKSIDAN DALAM TANAMAN TORBANGUN
(Coleus amboinicus Lour)

Trini Suryowati1*, Rimbawan2, M Rizal M Damanik2, Maria Bintang3,


Ekowati Handharyani4
1
Departemen Biokimia FK UKI Jakarta 13630, Indonesia.
2
Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB Bogor 16680, Indonesia
3
Departemen Biokimia FMIPA IPB Bogor 16680, Indonesia.
4
Devisi Patologi FKH IPB Bogor 16680, Indonesia

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komponen senyawa kimia


dalam daun, dahan bagian atas dan akar menggunakan analisis Kromatografi Gas-
Spektrometri Massa (GC-MS) serta aktivitas antioksidan daun torbangun (Coleus
amboinicus Lour) yang diekstrak dengan etanol, ditanam di kebun daerah
Cibeureum Bogor, Jawa Barat Indonesia, pada bulan Januari – Maret 2015. Daun
torbangun yang diekstrak etanol dianalisis aktivitas antioksidan menggunakan test
DPPH, dan daya hambat enzim α-glukosidase diukur dengan metode
spektrofotometer. Hasil analisis dalam daun menunjukkan komponen kimia
Carbamic acid, monoammonium salt (CAS) Ammonium carbamate (11.73%),
Hexadecanoic acid (CAS) Palmitic acid (8.35%), I-Limonene (5.92%),
Heptadecene-(8)-carbonic acid-(1) (4.76%), Oxacycloheptadec-8-en-2-one (CAS)
Ambrettolide (4.70%). Hasil analisis dalam dahan menunjukkan komponen kimia
Formamide (CAS) Methanamide (22.8%), 12,13-Dimethyl-2,7-dioxa5,10diaza
tricyclo [4.4.4.0(1,6)] trans -tetradecan-12 (13.22%), Hexadecanoic acid (CAS)
Palmitic acid (11.51%), 2-Propanone,1-hydroxy- (CAS) Acetol (10.14%), 9-
Octadecen-1-ol, (Z)- (CAS) cis-9-Octadecen-1-ol (7.09%). Hasil analisis dalam
akar menunjukkan komponen kimia Methanamine, N-methyl-(CAS)
Dimethylamine (28.45%), Acetic acid (CAS) Ethylic acid (9.78%), 3.2-
Propanone, 1- hydroxy- (CAS) Acetol (6.41%), 1-Propen-2-ol, acetate (CAS)
Isopropenyl acetate (5.16%), 4.73 Phenol, 2-methoxy- (CAS) Guaiacol (4.73%).
Hasil uji antioksidan terhadap daun torbangun dengan metode DPPH didapatkan
IC50 247.942 ppm dibandingkan standar vitamin C 1 ppm. Nilai IC50 dari
penghambatan enzim α-glukosidase dalam ekstrak daun torbangun >100 ppm
dibandingkan dengan standart glukobay 0,264 ppm. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa daun torbangun yang diekstrak dengan etanol mampu
berperan sebagai antioksidan berdasarkan nilai IC50.

Kata kunci : Aktivitas antioksidant, Coleus amboinicus Lour, komponen kimia


22

PENDAHULUAN

Tanaman torbangun (Coleus amboinicus Lour) banyak tumbuh di daerah


Sumatera Utara dan Kaliurang-Yogyakarta, dan telah banyak dikomsumsi ibu-ibu
yang baru melahirkan untuk meningkatkan produksi air susu ibu (Damanik et al.
2001, 2004, 2005, 2006; Damanik 2009; Warsiki et al. 2009). Tanaman ini
banyak dijumpai di seluruh wilayah Indonesia dengan nama yang berbeda-beda,
dapat tumbuh secara liar, mudah dikembang-biakkan dengan stek, berakar di
tanah yang gembur dan jarang berbunga. Di daerah Jawa, daun tersebut biasa
disebut Jinten, di daerah Sunda disebut daun Ajeran, di daerah Batak disebut
Bangun-bangun, dan merupakan suatu tumbuhan jenis rumput-rumputan,
mempunyai batang dan tangkai berkayu. Tanaman torbangun mudah ditanam di
kebun dan daerah dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter diatas permukaan
laut. Tanaman ini tumbuh subur di tempat yang tidak terkena sinar matahari, dan
cukup air, dan dapat tumbuh subur di dalam pot. Ciri-ciri daun torbangun
memiliki batang berkayu lunak, beruas-ruas dan berbentuk bulat, diameter
pangkal ± 15 mm, tengah ± 10 mm dan ujung 5 mm. Tanaman torbangun
berdaun tunggal, tulang daun menyirip, helaiannya bundar telur, atau berbentuk
jantung, panjang helaian ± 3,5-6 cm, pinggir berombak, dan tangkainya ± 1,5-3
cm. Daun torbangun berbau aromatik, agak pedas, asam, rasa getir dan tebal di
lidah. Proses pemotongan daun torbangun 60 hari, menghasilkan produksi hijauan
dan kualitas yang baik, dan kandungan protein, vitamin B, vitamin C dan Zn
(Sajimin et al. 2011).
Daun torbangun (Coleus amboinicus Lour) mengandung minyak atsiri
(0,043% pada daun segar atau 0,2% pada daun kering), berpotensi sebagai
antiseptika dan mempunyai aktivitas tinggi melawan infeksi cacing (Vasquez et
al. 2000). Phytochemical database melaporkan bahwa dalam daun ini
mengandung vitamin C, vitamin B1, vitamin B12, beta karotin, niasin, karvakrol,
kalsium, asam-asam lemak, asam oksalat, dan serat (Duke 2000). Aktivitas
biologik dari senyawa-senyawa tersebut sebagai antioksidan, diuretik, analgesik,
mencegah kanker, antitumor, antivertigo, immunostimulan, antiradang,
antiinfertilitas, hipokolesterolemik, hipotensif, dan lain-lain khasiat yang perlu
diteliti lebih lanjut (Roshan et al. 2010)
Aktifitas farmakologi daun torbangun telah diteliti sebagai prekursor anti
tumor dan aktivitas sitotoksik , anti peradangan (Gurgel 2009), penginduksi daya
tahan tubuh (Santosa & Triana 2005). Daun torbangun telah dipakai untuk
pengobatan tradisional pada alergi kulit, diare, demam dan penyakit hati
(Luckoba et al. 2006). Ekstrak daun torbangun dilaporkan dapat berperan sebagai
senyawa agen antihiperglikemia dengan memperbaiki kelainan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein. meningkatkan konsentrasi kalsium intraseluler
pada tikus. Peningkatan sekresi enzim insulin menyebabkan berlangsungnya
metabolisme dalam tubuh (Viswanathaswamy et al. 2011). Potensi lain dari
ekstrak etanol daun torbangun telah dilaporkan sebagai biostimulator pada
penurunan kadar lemak dalam darah tikus diabetes tipe 2 (Trini et al. 2015).
Banyaknya manfaat daun torbangun pada pengobatan tradisional bagi
masyarakat telah dilakukan analisa fitokimia, komposisi asam amino dan vitamin
dalam batang, daun dan akar Plectranthus amboinicus Lour yang merupakan
nama sinonim dari Coleus amboinicus Lour (Seham et al. 2012). Penelitian ini
23

bertujuan untuk mengetahui komponen senyawa kimia dalam daun, dahan bagian
atas yang lunak mudah dipetik dan akar dengan menggunakan teknik Gas
Chromatography Mass Spectrometric (GC-MS), aktivitas antioksidan daun
torbangun (Coleus amboinicus Lour) dengan metode DPPH dan pengujian daya
hambat enzim α–glukosidase dengan strektrofotometer.

METODE

Bahan dan Alat

Torbangun ditanam di kebun seluas 300 m, dengan jarak tanam 20 cm.


Perbanyakan tanaman dengan cara stek dan panen daun dilaksanakan setelah 8
minggu. Sampel yang digunakan dalam penelitian yaitu daun, batang bagian atas
dan akar torbangun (Coleus amboinicus Lour) dengan kriteria daun yaitu 5-7
tangkai diatas, warna hijau, berumur dua bulan dan diperoleh dari tanaman di
daerah Cibeureum Bogor (Sajimin et al. 2011).
Bahan kimia yang digunakan yaitu akuades, etil alkohol 96%, 0.6 M asam sulfat
100 mL, 28 mM natrium fosfat 100 mL, 4 mM amonium molibdat 100 mL, p-
nitrofenil α–D-glukopiranosida (p-NPG), enzim α-glukosidase.
Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu labu ekstraksi Soxhlet (Pyrex),
corong pemisah (Pyrex), kertas saring kasar, kertas saring Whatman no.1, rotary
evaporator (Janke dan Kunkel RV 06 - ML), kromatografi gas spektrofotometri
massa (GCMS-QP2010 Shimadzu), timbangan analitik (Ohaus P213), dan alat-
alat gelas.

Preparasi bahan
Daun torbangun dicuci, dikeringkan dengan freeze dryer dan dihaluskan
dengan grinder kemudian diayak dengan ukuran 60 mesh. Daun torbangun yang
telah halus dilakukan maserasi. Bubuk daun torbangun sebanyak 70 gram
dilarutkan dalam 600 ml etil alkohol 96% /3 jam (2 kali). Pelarut diuapkan
dengan rotary evaporator dan dipekatkan dengan pemanas air suhu 60oC
(Viswanathaswamy et al. 2011). Hasil yang didapat adalah ekstrak kental dan
disimpan dalam suhu 4o- 8oC (Uma et al. 2011).

Analisis Karakterisasi Simplisia


Analisis dengan metode SNI 01-2891-1992 untuk analisa zat gizi atau
komponen kimia yang terkandung dalam daun torbangun.

Aktifitas Antioksidan
Pada penetapan aktifitas antioksidan, ekstrak daun torbangun sebanyak
300 mg dilarutkan dalam 3 ml larutan campuran (0.6 M asam sulfat 100 mL, 28
mM natrium fosfat 100 mL dan 4 mM amonium molibdat 100 mL). Standar yang
dipergunakan adalah vitamin C. Nilai absorbansi sampel diukur dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 695 nm, dan aktivitas antioksidan
dinyatakan IC50 (Praveena dan Pradeep. 2012).
24

Aktivitas Enzim α-glukosidase


Pada analisis uji daya hambat aktivitas enzim α-glukosidase pada ekstrak
daun memakai substrat p-nitrofenil α–D-glukopiranosida (p-NPG) dan enzim α-
glukosidase. Nilai absorbansi diukur dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 400 nm, dan memakai tablet Glukobay sebagai kontrol positif.
Aktivitas enzim α glukosidase dinyatakan IC50 (Sancheti et al. 2009).

Analisis GCMS
Daun, batang bagian atas dan akar tanaman torbangun (Coleus amboinicus
Lour) dianalisis dengan kromatografi gas-spektrometri masa/GC-MS (GCMS-
QP2010 Shimadzu), dengan kolom RTX-MS (5% difenil-95% dimetil
polisiloksan), panjang 30 meter, diameter dalam 0,25 mm, dengan kondisi
operasional : suhu kolom awal 60°C, suhu akhir 280°C dengan kenaikan
10°C/menit, suhu injektor 280°C, suhu detektor 270°C, gas pembawa Helium,
jenis pengion EI (Electron Impact), volume sampel yang diinjeksikan 0,1 µL.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tanaman torbangun (Coleus amboinicus Lour) mudah ditanam di tanah


yang banyak kadar air. Adapun jumlah daun yang dihasilkan dari kebon seluas
300 m2 pada saat panen sebanyak 2850 gram. Sampel daun kemudian dikeringkan
dan digiling dengan derajat kehalusan 60 mesh, dihasilkan 548.07 gram simplisia.
Tabel 4 menunjukkan hasil analisis karakterisasi simplisia daun torbangun.

Tabel 4. Karakteristik simplisia daun torbangun

Parameter Hasil (%)


Kadar air 7.17
Kadar abu 13.48
Kadar lemak 9.11
Bahan Larut air 18.57
Bahan Larut etanol 12.64
Protein 26.33
Karbohidrat 48.87

Kadar air dalam daun torbangun sebesar 7.7%, menunjukkan bahwa daun
aman disimpan sebelum digunakan untuk ekstraksi. Hal ini karena kadar air di
bawah 10% dapat mencegah terjadinya proses enzimatik dan kerusakan oleh
mikroba seperti bakteri, kapang, dan khamir (Seham et al. 2012). Analisis kadar
abu dalam daun torbangun merupakan parameter kandungan mineral (bahan
anorganik), didapatkan 13.48%. Kandungan bahan anorganik yang terdapat di
dalam suatu bahan diantaranya kalsium, kalium, fosfor, besi, magnesium, yang
biasa digunakan sebagai bahan baku untuk obat herbal (Luckoba et al. 2011).
Uji aktivitas antioksidan dari ekstrak daun torbangun menggunakan
metoda DPPH. Analisis ini dinyatakan dengan IC50 sebagai indikator kemampuan
hambatan sebesar 50% dari sampel uji dengan menggunakan vitamin C sebagai
standar. Vitamin C adalah komponen yang dapat mengurangi dan menetralkan
25

oksigen reaktif, seperti hidrogen peroksida (Seham et al. 2011). DPPH


menghasilkan radikal bebas aktif bila dilarutkan dalam alkohol. Absorbansi
berkurang ketika radikal bebas DPPH dihambat oleh antioksidan melalui donor
hidrogen untuk membentuk DPPH stabil. Reaksi tersebut menyebabkan terjadinya
perubahan warna dari ungu menjadi kuning.
Pada analisis fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak daun torbangun
dengan etanol 96% mengandung senyawa flavonoid 1.612 % yang merupakan
komponen aktif dan mempunyai aktifitas menghambat radikal bebas. Demikian
juga kadar antioksidan quersetin yang terdapat dalam daun torbangun sebesar 0.02
mg/g juga berperan dalam hepatoprotektor tikus diabetes (Uma et al. 2011).
Aktifitas biologis antioksidan salah satunya quersetin dilaporkan dapat menjaga
fungsi pembuluh darah dan telah dianalisis secara invitro dan invivo (Ajay et al.
2007). Pada penelitian ini hasil uji antioksidan terhadap daun torbangun dengan
metode DPPH didapatkan IC50 247.942 ppm dibandingkan standar vitamin C 1
ppm. Ekstrak Plectranthus amboinicus Lour mempunyai kemampuan menangkal
radikal bebas DPPH dengan nilai IC50 207.57 ppm dan vitamin C 31,0 ppm
(Roshan et al. 2010, Bhattacharjee et al. 2011). Tabel 5 menunjukkan hasil
analisis aktifitas antioksidan serta uji daya hambat enzim α-glukosidase dalam
daun torbangun.

Tabel 5. Hasil analisis ekstrak daun torbangun

Sampel Parameter Hasil


Ekstrak Rendemen (b/b) 5.73 %
etanol 96% Fenol 4.05 mg GAE /100 g
simplisia Flavonoid (b/b) 1.612 %
Quersetin 0.02 mg/g
Aktivitas antioksidan
DPPH-IC50 247.942 ppm
Standar vitamin C 1 ppm
Hambatan enzim
α-glukosidase-IC50 >100 ppm
Standar Glukobay 0.264 ppm

Pada uji daya hambat enzim α-glukosidase dalam daun torbangun,


diperlukan ekstrak daun torbangun>100 ppm untuk dapat menghambat
penyerapan glukosa seperti aktifitas standar Glukobay 0.264 ppm. Enzim α-
glukosidase berasal dari Saccharomyces cerevisiae yang berisi enzim α-1,4-
glukosidase (maltase) dan oligo-1,6-glukosidase (isomaltase) yang dapat
menghidrolisis karbohidrat atau glikogen.
Mekanisme inhibisi dari flavonoid terhadap enzim α-glukosidase adalah
melalui ikatan hidroksilasi dan substitusi cincin β pada struktur flavonoid. Prinsip
penghambatan ini menghasilkan penundaan hidrolisis karbohidrat dan absorbsi
glukosa (Thu et al. 2013).
Identifikasi daun torbangun dilakukan menggunakan kromatografi gas-
spektroskopi massa (GC-MS). Metode ini bisa digunakan untuk mengidentifikasi
suatu senyawa, baik satu komponen maupun campuran. Penggunaan spektrometri
massa dalam menentukan fragmentasi dan molekul serta mengidentifikasi
26

komponen yang terdapat dalam jumlah kecil. Waktu retensi adalah waktu yang
dibutuhkan oleh senyawa untuk bergerak melalui kolom menuju detektor.
Pengukuran waktu retensi berdasarkan waktu ketika sampel diinjeksikan sampai
sampel menunjukkan ketinggian puncak yang maksimum (Roshan 2010)
Kromatogram hasil analisis komposisi kimia daun, dahan dan akar
torbangun (Coleus amboinicus Lour) dengan GCMS disajikan pada Gambar 8, 9,
10, sedangkan komposisi senyawa yang diduga sebagai penyusunnya disajikan
pada Tabel 6, 7 dan 8.

Gambar 8. Kromatogram senyawa kimia daun torbangun (Coleus amboinicus Lour)

Pada analisis daun torbangun (Coleus amboinicus Lour) terdapat 40


komposisi senyawa kimia. Senyawa kimia yang dikenal berjumlah 36 Area,
Konsentrasi (%), waktu retensi (RT) dan puncaknya, terdapat pada Tabel 6.

Tabel 6. Identifikasi senyawa kimia daun torbangun (Coleus amboinicus Lour)

Area Konsentrasi
Puncak Waktu Nama
Retensi %
1 3.257 68128694 11.73 Carbamic acid, monoammonium
salt(CAS) Ammonium carbamate
2 12.185 34368476 5.92 l-Limonene
3 13.696 4607585 0.79 Heptanoic acid (CAS) Heptoic acid
4 13.766 5497507 0.95 Phenol, 3-ethyl- (CAS) m-Ethylphenol
5 14.226 6640283 1.14 2,3-DIHYDRO-BENZOFURAN
6 14.367 6554774 1.13 Nonanoic acid (CAS) Nonoic acid
7 14.793 8563953 1.47 Indolizine (CAS) Indolizin
8 14.983 14129689 2.43 NERIC ACID
9 15.250 4714871 0.81
10 15.619 9954531 1.71 (17.alpha.)-19-Norpregh-4,7-dien-20-yne
11 15.983 4817963 0.83 2H-Inden-2-one, 1,3-dihydro-, oxime
12 16.983 4644759 0.80 1-Dodecanol, 3,7,11-trimethyl- (CAS)
Hexahydrofarnesol
27

Tabel 6. Identifikasi senyawa kimia daun torbangun (lanjutan)


13 17.242 12247958 2.11 Tetradecanoic acid (CAS) Myristic acid
14 17.417 6397081 1.10

15 17.570 22259578 3.83 2-Hexadecen-1-ol,3,7,11,15-tetra-


methyl [R-[R*,R*-(E)]]-(CAS) Phytol
16 17.800 21346823 3.67 2-Hexadecen-1-ol, 3,7,11,15-tetramethyl-
[R-[R*,R*-(E)]]- (CAS) Phytol
17 17.944 778937 1.34 2-Heptadecanone (CAS)2-
HEPTADECANON
18 18.225 5625729 0.97
19 18.302 48480440 8.35 Hexadecanoic acid (CAS) Palmitic acid
20 18.417 11734046 2.02 1,2-Benzenedicarboxylic acid, dibutyl
ester (CAS) Butyl phthalate
21 18.514 27308013 4.70 Oxacycloheptadec-8-en-2-one
(CAS) Ambrettolide
22 18.758 10396556 1.79
23 18.850 5727538 0.99 Octadecanoic acid, 2-propenyl ester
(CAS) DI-(9-OCTADECENOYL)-
GLYCEROL
24 19.358 27657030 4.76 HEPTADECENE-(8)-CARBONIC
ACID-(1)
25 19.456 19532436 3.36 Octadecanoic acid (CAS) Stearic acid
26 19.525 9360048 1.61 Nonacosanol (CAS)
27 19.704 27176621 4.68 13-Oxabicyclo[10.1.0]tridecane (CAS)
Epoxycyclododecane
28 19.862 8781625 1.51
29 19.993 13145282 2.26 12-Nitro-15-hexadecanolide
30 20.119 5893326 1.01 Octadecanoic acid, 2-propenyl ester
(CAS) ALLYLOCTADECANOATE
31 21.207 10770559 1.85 9,12,15-Octadecatrien-1-ol (CAS)
OCTADECA-9,12,15-TRIEN-1-OL
32 21.672 4994454 0.86 1-Eicosene (CAS) Cetyl ethylene
33 22.516 24947273 4.29 10,11-(4',5'-DIMEYHYLBENZO
[3.2]PARACYCLOPHANE
34 22.885 22801745 3.93 1,2-Benzenedicarboxylic acid, bis(2-
ethylhexyl)ester CAS) Bis(2-ethylhexyl)
35 25.033 5634384 0.97 Octadecanoic acid,3-[(1-oxohexadecyl)
oxy]-2-[(1-oxotetradecyl)oxy]propyl ester
36 25.765 24395952 4.20 Octadecanoic acid, 3-[(1-oxohexadecyl)
oxy]-2-[(1-oxotetradecyl)oxy]propylester
37 26.330 4997231 0.86 1,2-Cyclohexanediol, 1-methyl-,trans-
(CAS)trans-1-Methyl-1,cyclohexanediol
38 27.087 5788485 1.00 2,6,10,14,18,22-Tetracosahexaene,2,6,10,
15,19,23- hexamethyl- (CAS) Squalene
39 30.633 6834966 1.18 1-TETRADECANOL, 14-CHLORO
580869216 100.00
28

Kromatogram hasil analisis komposisi kimia dahan bagian atas tanaman


torbangun (Coleus amboinicus Lour) dengan GCMS disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Kromatogram senyawa kimia dahan torbangun (Coleus amboinicus Lour)

Pada analisis dalam dahan bagian atas tanaman torbangun (Coleus


amboinicus Lour) terdapat 15 komposisi senyawa kimia. Adapun 13 senyawa
kimia yang dikenal Area, Konsentrasi (%), waktu retensi (RT) dan puncaknya
terdapat pada Tabel 7.

Tabel 7. Identifikasi senyawa kimia dahan torbangun (Coleus amboinicus Lour)

Area Konsentrasi
Puncak Waktu Nama
Retensi %
1 3.270 58438381 22.48 Formamide (CAS) Methanamide
2 3.412 34380083 13.22 12,13-Dimethyl-2,7-dioxa-
10-Diazatricyclo [4.4.4.0(1,6)]trans-
tetradecan-12
3 3.714 6480572 2.49 acetone-oxime
4 4.335 8987400 3.46 2,3-Butanedione (CAS) Diacetyl
5 4.335 26368794 10.14 2-Propanone, 1-hydroxy- (CAS) Acetol
6 14.787 11789442 4.53 BENZENEPROPANOIC ACID, .
ALPHA.-(HYDROXYIMINO)-
7 16.175 10383130 3.99
8 17.242 8879430 3.42 Tetradecanoic acid (CAS) Myristic acid
9 17.568 5068598 1.95 2-Hexadecen-1-ol, 3,7,11,15-tetra
methyl-[R-[R*,R*-(E)]]-(CAS) Phytol
10 18.298 29929154 11.51 Hexadecanoic acid (CAS) Palmitic acid
11 18.844 5477021 2.11 Octadecanoicacid,2-propenylester
(CAS)ALLYL OCTADECANOATE
12 19.350 18424408 7.09 9-Octadecen--ol,(Z)-(CAS) cis-9-
Octadecen-1-ol
13 19.450 13810815 5.31 Octadecanoic acid(CAS) Stearic acid
14 19.983 7006119 2.69 6-Nitro-cylohexadecane-1,3-dione
15 22.878 14548189 5.60 1,2-Benzenedicarboxylic acid, bis(2-
ethylhexyl)ester(CAS)Bis(2thylhexyl)
259971536 100.00
29

Kromatogram hasil analisis komposisi kimia akar tanaman torbangun


(Coleus amboinicus Lour) dengan GCMS disajikan pada Gambar 10.

Gambar 10. Kromatogram senyawa kimia akar tanaman


torbangun (Coleus amboinicus Lour)

Pada analisis akar tanaman torbangun (Coleus amboinicus Lour) terdapat 40


komposisi senyawa kimia. Adapun senyawa kimia yang dikenal berjumlah 39
Area, Konsentrasi (%), waktu retensi (RT) dan puncaknya, terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8. Identifikasi senyawa kimia akar torbangun (Coleus amboinicus Lour)

Area Konsentrasi
Puncak Waktu Nama
Retensi %
1 2.517 144075478 28.45 Methanamine, N-methyl- (CAS)
Dimethylamine
2 2.958 26111990 5.16 1-Propen-2-ol, acetate (CAS)
Isopropenyl acetate
3 3.125 6236912 1.23 Acetic acid, methyl ester (CAS) Methyl
acetate
4 3.458 2183627 0.43 Butanoic acid (CAS) n-Butyric acid
5 3.551 3995393 0.79 2,3-Butanedione (CAS) Diacetyl
6 4.255 49535920 9.78 Acetic acid (CAS) Ethylic acid
7 4.684 32462225 6.41 2-Propanone,1-hydroxy-(CAS)Acetol
8 7.145 7697989 1.52
9 7.504 5204729 1.03 Butanedial(CAS) Succinaldehyde
10 10.600 2173767 0.43 2(5H)-FURANONE
11 10.770 10952289 2.16 1,2-CYCLOPENTANEDIONE
12 12.411 12745541 2.52 2-Cyclopenten-1-one, 2-hydroxy-3-
methyl- (CAS) Corylon
13 13.107 23968355 4.73 Phenol,2-methoxy-(CAS) Guaiacol
14 13.333 16311477 3.22 Cyclopropyl carbinol
15 13.566 2205647 0.44 3-Ethyl-2-hydroxy-2-cyclopenten-1-one
30

Tabel 8. Identifikasi senyawa kimia akar torbangun (lanjutan)


16 14.172 4566116 0.90 Benzene, (2-bromoethenyl)- (CAS)
beta.-Bromostyrene
17 14.316 7099156 1.40 2-Methoxy-4-methylphenol
18 14.701 4729155 0.93 1H-Imidazole, 1-(1-oxopentyl)-
(CAS)1-Valerylimidazole
19 15.199 5387714 1.06 Phenol, 4-ethyl-2-methoxy- (CAS)
p-Ethylguaiacol
20 15.250 2237655 0.44 3-Methoxy-pyrocatechol
21 15.442 1960875 0.39 1H-Inden-1-one, 2,3-dihydro- (CAS)
1-Indanone
22 15.586 23827684 4.71 Phenol, 4-ethenyl-2-methoxy-
23 15.927 21442883 4.23 Phenol, 2,6-dimethoxy- (CAS)
2,6-Dimethoxyphenol
24 16.766 6370482 1.26 Benzene, 1,2,3-trimethoxy-(CAS)
1,2,3-Trimethoxybenzene
(CAS) Methylayringol
25 16.825 8144557 1.61 Phenol, 2-methoxy-4-(2-propenyl)- (CAS)
Eugenol
26 17.418 4799848 0.95 Ethanone, 1-(2,6-dihydroxy
-4-methoxyphenyl)- (CAS) 2,6-Dihydroxy-
4-methoxyacetophenone
27 17.475 4704546 0.93 1,6-ANHYDRO-BETA-
D-GLUCOPYRANOSE
(LEVOGLUCOSAN
28 17.592 2295210 0.45 2-Propanone, 1-(4-hydroxy-3-
methoxyphenyl)- (CAS)
1-(4-HYDROXY-3-METHOXY
29 17.779 12287607 2.43 4-METHYL-2,5-DI
METHOXYBENZALDEHYDE
30 18.698 1914041 0.38 tetrahydroedulan A
31 18.828 6777860 1.34 Phenol,2,6-dimethoxy-4(2-propenyl)-
(CAS) 4-Allyl-2,6-dimethoxyphenol
32 19.216 2997910 0.59 N-PHENYL-N'-FURALDEHYDE
HYDRAZONE
33 19.401 3118024 0.62 2,4-Hexadienedioic acid, 3,4-diethyl-,
dimethyl ester, (Z,Z)-9CAS)
CIS,CIS-DIETHYLMUCONIC
34 22.060 2152593 0.43 Oxacycloheptadec-8-en-2-one (CAS)
Ambrettolide
35 22.141 9472476 1.87 Oxacycloheptadec-8-en-2-one (CAS)
Ambrettolide
36 23.102 3089243 0.61 9-Octadecenal, (Z)- (CAS) CIS-
OCTADEC-9-ENAL
37 23.712 3458485 0.68 Ferruginol
38 24.425 5226684 1.03 Triacontane (CAS) n-Triacontane
39 26.924 7078104 1.40 Tetratetracontane(CAS) n-Tetratetracontane
40 30.622 5432185 1.07 Tetratetracontane(CAS)n-Tetratetracontane
506432432 100.00
31

Hasil analisis kromatogram dalam daun, dahan bagian atas dan akar
tanaman torbangun (Coleus amboinicus Lour) menunjukkan kadar senyawa kimia
n.Hexadecanoic acid (C16H32O2) yang berbeda, dan mempunyai aktivitas biologis
sebagai antioksidan, hipokolesterolemia, inhibitor hemolysis (pecahnya membran
eritrosit, sehingga hemoglobin bebas plasma). Senyawa kimia Octadecadienoic
acid (C18H32O2, berperan dalam perlindungan sel β-pankreas. Demikian juga
senyawa senyawa Tetradecanoic acid (CAS) Myristic acid (C14H28O2) mempunyai
aktiivitas biologis sebagai antioksidan, preventif pada kanker dan
hipokolesterolemik (Uma et al. 2011).
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya bahwa aktivitas biologis senyawa
yang terdapat dalam daun berperan sebagai antioksidan, dan daun lebih banyak
tersedia, maka sampel pada penelitian ini menggunakan daun.

SIMPULAN

Kromatogram hasil analisis daun, dahan bagian atas dan akar tanaman
torbangun (Coleus amboinicus Lour) mengandung senyawa kimia
n.Hexadecanoic acid (C16H32O2), Octadecadienoic acid (C18H32O2), Tetradecanoic
acid (CAS) Myristic acid (C14H28O2). Pada pengujian antioksidan dalam ekstrak
etanol daun dengan menggunakan metode DPPH memiliki nilai IC50 247.942 ppm
dan mempunyai daya hambat enzim α-glukosidase pada nilai IC50 >100 ppm.
Ekstrak etanol daun torbangun memiliki kemampuan sebagai antioksidan dan
daya hambat enzim α-glukosidase sehingga berpotensi menghambat hidrolisis
pada rantai 1,4 dan 1,6-oligosakarida menjadi glukosa dan dapat berperan sebagai
senyawa antihiperglikemik.
32

5. EFEK EKSTRAK DAUN TORBANGUN (Coleus amboinicus Lour)


SEBAGAI ANTIOKSIDAN PADA HATI TIKUS DIABETES

Trini Suryowati1, Rimbawan2, M Rizal M Damanik2, Maria Bintang3,


Ekowati Handharyani4.
1
Departemen Biokimia FK UKI Jakarta 13630, Indonesia.
2
Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB Bogor 16680, Indonesia
3
Departemen Biokimia FMIPA IPB Bogor 16680, Indonesia.
4
Devisi Patologi FKH IPB Bogor 16680, Indonesia

Abstrak

Sistem antioksidan enzimatis memegang peran penting pada pertahanan


sel dari kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas oksigen selama
proses metabolisme. Enzim-enzim tersebut menjaga jaringan dari aktivitas
senyawa oksigen reaktif yang dapat menyebabkan stres oksidatif pemicu
komplikasi pada keadaan diabetes. Coleus amboinicus Lour dikenal dengan nama
torbangun, telah dipakai untuk meningkatkan produksi ASI oleh suku Batak.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan aktivitas antioksidan dari
ekstrak etanol daun Coleus amboinicus Lour pada stres oksidatif tikus diabetes.
Penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus jantan galur Spargue Dawley yang
dibagi menjadi 6 kelompok yaitu satu kelompok kontrol positif, satu kelompok
kontrol negatif dan empat kelompok tikus diabetes diberi perlakuan. Pemberian
oral ekstrak dengan dicekok. Kelompok kontrol positif dan negatif diberi akuades,
kelompok perlakuan diberi ekstrak etanol daun torbangun dosis 620 mg/kg BB
dan 930 mg/kg BB; metformin hidroklorida dosis 62.5 mg/kg BB; quersetin dosis
15 mg/kg BB tikus diabetes tipe 2 induksi Streptozotocin selama 14 hari. Metode
pengukuran parameter yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan
prosedur dalam kit pemeriksaan glukosa darah (Accu-Chek Active) dan kit untuk
SOD, katalase, GPx dan glukokinase. Evaluasi histopatologi dilakukan terhadap
perubahan sel endokrin pankreas di dalam pulau Langerhans menggunakan
pewarnaan imunohistokimia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
ekstrak etanol daun torbangun (Coleus amboinicus Lour) dosis T1: 620 mg/kg BB
dapat menurunkan kadar glukosa darah dan MDA serta kenaikan kadar
antioksidan enzimatis katalase pada tikus diabetes (p<0.05). Ekstrak etanol daun
torbangun dosis T1 mempunyai potensi dapat melindungi sel endokrin pankreas
yang terjadi pada tikus model diabetes yang diinduksi STZ. Aktivitas antioksidan
quersetin dalam daun ekatrak etanol dapat berperan sebagai antihiperglikemia
pada tikus diabetes tipe 2.

Kata kunci : Antioksidan, Coleus amboinicus Lour, oksidatif stres.


33

PENDAHULUAN

Penelitian epidemiologi telah melaporkan bahwa tingginya konsumsi


sayuran dan buah berbanding terbalik dengan resiko penyakit kronis seperti
penyakit jantung, asma, diabetes, kegemukan dan kanker, karena antioksidan non
enzimatis banyak ditemukan di dalamnya (Barth et al. 2005). Pembentukan
radikal bebas endogen dan eksogen dapat menyebabkan kerusakan sel modifikasi
molekul termasuk DNA, membran lipid, protein. Perlindungan dari antioksidan
enzimatis seperti superoksida dismutase (SOD), katalase dan glutathionn
peroksidase sangat diharapkan agar tidak terjadi kerusakan sel yang berkelanjutan
(Oszmianski et al. 2007). Salah satu antioksidan quersetin yang terdapat dalam
sayuran atau buah dilaporkan berpotensi menangkal radikal bebas. Potensi
tersebut ditunjukkan dengan adanya gugus hidroksil pada cincin B dan C, dan
dapat menangkal radikal hidroksil, peroksil dan anion superoksida (Gerhauser
2008).
Diabetes Melitus (DM) berasal dari bahasa Latin diabetes berarti pancuran
dan melitus berarti madu merupakan suatu kelainan metabolisme dalam tubuh
yang ditandai dengan timbulnya hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia menyebabkan autooksidasi
glukosa, glikasi protein dan aktivasi jalur metabolisme poliol yang mempercepat
pembentukan radikal bebas. Reaksi molekuler yang terjadi di beberapa jaringan
mengakibatkan ketidakseimbangan antara antioksidan protektif (pertahanan
antioksidan) dan peningkatan produksi radikal bebas. Radikal bebas tersebut
menyebabkan stres oksidatif dan ditandai dengan peningkatan kadar malon
dialdehide (MDA) sebagai indikator terjadinya penurunan kadar antioksidan
enzimatis dalam tubuh (Jameson 2010).
Daun torbangun telah dipakai untuk meningkatkan air susu ibu pada suku
Batak (Damanik et al. 2001, 2004, 2006; Damanik 2009, Santosa et al. 2002) dan
pengobatan tradisional pada alergi kulit, diare, demam dan hepar (Luckoba et al.
2006). Ekstrak daun torbangun berperan sebagai senyawa yang dapat
menurunkan kadar glukosa darah dengan memperbaiki kelainan metabolisme
karbohidrat, lemak dan meningkatkan konsentrasi kalsium intraseluler pada tikus.
Mekanisme melalui sekresi insulin dan enzim-enzim yang berperan dalam
metabolisme glukosa (Viswanathaswamy et al. 2011). Namun masih diperlukan
bukti-bukti ilmiah tentang peran dan mekanisme kerja bahan aktifnya dalam
menunjang kesehatan (Santosa dan Triana 2005). Penurunan kadar glkukosa
dalam darah pada tikus DM karena terdapat komponen aktif dari poliphenols
sebagai antioksidan diantaranya alkaloids, terpenoids, glikosida, saponin (Subhas
et al. 2009). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek ekstrak
daun torbangun (Coleus amboinicus Lour) sebagai antioksidan non enzimatis
pada hati tikus diabetes.
34

METODE

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan: daun torbangun didapat dari tanaman di daerah


Cibeureum Bogor, dipetik yang berwarna hijau segar 4-5 helai daun bagian atas
setelah umur 2 bulan. Dicuci 3 kali dengan air dan dibilas dengan aquades,
dikeringkan sebelum dilakukan maserasi.
Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 ekor tikus
jantan dengan galur Sprague Dawley yang berumur 8 minggu dengan kisaran
berat badan 200±10 g diperoleh dari BPOM Jakarta. Kondisi kadang: ventilasi
dalam kandang cukup, suhu udara pada suhu kamar (26o-28oC), dan cahaya
terkontrol dengan siklus 12 jam siang, 12 jam malam dan diberikan pakan standar
serta minum secara ad libitum. Streptozotocin (STZ-Sigma, Jerman), metformin
hidroklorida, quersetin, ketamin, xylazin, larutan buffer neutraformalin (BNF)
alkohol 70, xilol, parafin, aquadest, pewarna hematoksilin-eosin (HE), pewarna
imunohistokimia, phosphat buffer saline (PBS) pH 7.4, aquadest, bahan-bahan
kimia analisis.
Bahan kimia yang digunakan yaitu akuades, etil alkohol 96%, 0.6 M asam
sulfat 100 mL, 28 mM natrium fosfat 100 mL, 4 mM amonium molibdat 100 mL,
p-nitrofenil α–D-glukopiranosida (p-NPG)
Alat-alat yang digunakan: labu ekstraksi Soxhlet (Pyrex), corong pemisah
(Pyrex), kertas saring kasar, kertas saring Whatman no.1, rotary evaporator (Janke
dan Kunkel RV 06 - ML), timbangan analitik (Ohaus P213), dan alat-alat gelas,
spoit, kandang tikus dan peralatannya, peralatan bedah, tissue cassette, inkubator,
tissue processor, mikrotom, object glass, cover glass, digital blood glucose meter
dan mikroskop, timbangan, micropipet, alat-alat analisis, Spektrofotometri.

Persiapan Tikus Diabetes


Tikus model diabetes disiapkan dengan cara tikus puasa selama semalam,
kemudian diinduksi dengan Streptozotocin (STZ) secara intraperitoneal dengan
dosis tunggal sebesar 50 mg/kg BB yang dilarutkan dalam 1 ml aquadest dan
diasamkan dengan 0.01 M buffer sitrat dingin (pH: 4.5). Keberhasilan induksi
ditentukan dengan mengukur glukosa darah pada hari ke-2 setelah pemberian
STZ. Pada hari pertama tikus di induksi STZ diberi glukosa 5% selama 1 hari
untuk menghindari efek hipoglikemi. Pasca induksi STZ setelah 3 hari, tikus
diabetes dibagi secara random, dengan pertimbangan yang mengandung glukosa
dalam darah tinggi dipisahkan tersendiri untuk menjaga terjadi koma adisosis.
Pemberian suspensi ekstrak daun torbangun secara oral, menggunakan sonde
lambung pada tikus dengan dengan dosis 620 mg/kg BB dan 930 mg/kg BB
selama 14 hari (Sachin et al. 2009).

Perlakuan pada Hewan Coba Diabetes


Sejumlah 30 ekor tikus jantan diletakkan masing-masing satu ekor dalam
satu kandang dan dikelompokkan menjadi 6 kelompok perlakuan dengan masing-
masing kelompok perlakuan diwakili oleh 5 ekor tikus. Pada kelompok 1 (normal)
dan 2 (diabetes) masing-masing menerima aquadest steril 5 ml/kg BB. Kelompok
3 (diabetes) diberi ekstrak daun torbangun dosis 620 mg/kg BB (T1) dan
35

kelompok 4 (diabetes) diberi ekstrak daun torbangun dosis 930 mg/kg BB (T2).
Ekstrak daun torbangun menjadi suspensi dengan cara 0.3 % berat/volume
NaCMC pada kelompok 3 dan 4 selama 14 hari setiap pukul 08.00 - 09.00 WIB
(Viswamathaswamy et al. 2011). Kelompok 5 (diabetes) diberi Metformin
hidroklorida dengan dosis: 62.5 mg/kg BB selama 14 hari (Shareef et al. 2013).
Kelompok 6 (diabetes) diberi quersetin dengan dosis 15 mg/kg BB (Atef 2011).

Pengukuran Berat Badan dan Kadar Glukosa Darah


Pengukuran kadar glukosa darah dengan menggunakan glukometer (Accu
Check Active) dilakukan pada hari ke- 0, 1, 4, 7, 10, 14 pasca induksi STZ.
Pengukuran dilakukan pada pagi hari sebelum pemberian pakan. Sampel darah
diperoleh dari ujung ekor tikus dan pengukuran kadar glukosa darah dilakukan
pada semua tikus dari setiap kelompok. Hasil yang didapat dirata-ratakan untuk
menggambarkan nilai kadar glukosa dalam darah setiap kelompok dengan satuan
mg/dL. Penimbangan berat badan tikus pada hari yang sama dengan pengukuran
glukosa darah tikus (Viswanathaswamy et al. 2011).

Pengambilan Organ Hati dan Pankreas


Pada akhir penelitian (hari ke-15 pasca induksi STZ) semua tikus
dianastesi general dengan campuran ketamin: 90 mg dan xylazine: 10 mg.
Nekropsi dilakukan dengan menyayat kulit dan otot abdominal hingga rongga
perut terbuka. Darah tikus dikeluarkan hingga detak jantung terhenti dan
selanjutnya dilakukan pengambilan organ hati dan pankreas difiksasi dengan
buffer neutral formalin (BNF) 10% dilanjutkan dengan pembuatan preparat
histopatologi dan persiapan analisis organ hepar.
Pengamatan jaringan pankreas dilakukan dibawah mikroskop
menggunakan perbesaran 40x dengan dua puluh lapang pandang. Pengamatan
terhadap potongan jaringan pankreas khususnya pada sel beta yang diwarnai
dengan imunohistokimia pada sel beta yang terlihat berwarna coklat.
Organ hepar dibuat homogen (5% berat/volume) dengan larutan buffer K2PO4 (50
mM, pH 7.4), menggunakan alat homogeniser. Kemudian disentrifuse pada 3000
rpm selama 10 menit, didapat supernatan. Selanjutnya supernatan akan dianalisis
kadar katalase (CAT), superoksida dismutase (SOD), gluthation peroksidase
(GPx), malon dialdehida (MDA) dengan analisa asam thiobarbiturat reaktive
substans (TBARS) (Asok et al. 2010).

Rancangan Percobaan dan Analisis Data


Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Analisis statistik menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi 15.
Data hasil pengukuran parameter yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam
(ANOVA) pada selang kepercayaan 95% untuk melihat ada tidaknya pengaruh
perlakuan, apabila terdapat keragaman dilanjutkan dengan uji beda Duncan.
36

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengukuran glukosa darah pada hari ke 2 setelah penyuntikan STZ


menunjukkan peningkatan kadar glukosa darah yang berbeda antar tikus. Tikus
dinyatakan hiperglikemia apabila kadar glukosa dalam darah > 126 mg/dL (Jung
et al. 2011). STZ dipakai sebagai senyawa diabetogenik karena dapat merusak sel
beta pankreas dan menghambat ekskresi insulin ke dalam pembuluh darah.
Mekanisme yang terjadi karena alkilasi DNA pankreas maka terjadi kerusakan
DNA dan terjadi penurunan ATP serta menghambat sekresi insulin (Krishnaveni
dan Challa 2013). Kekurangan insulin akan mengakibatkan glukosa tidak dapat
masuk kedalam sel untuk diubah menjadi ATP, sehingga terjadi peningkatan
glukoneogenesis dan menyebabkan hiperglikemia (Dehghan et al. 2013).
Pengukuran glukosa darah dilakukan pada hari 1, 4, 7, 10, 14 pasca diinjeksi STZ.
Tabel 9, menjelaskan efek ekstrak daun torbangun (Coleus amboinicus Lour) pada
perubahan glukosa darah tikus normal dan diabetes galur Spargue Dawley selama
14 hari perlakuan.

Tabel 9. Perubahan kadar glukosa darah pada tikus normal dan diabetes galur
Spargue Dawley.

Perlakuan Glukosa awal Glukosa akhir


mg/dL mg/dL
N 90.800 ± 5.718c 94.800 ± 3.421c
D 162.380 ± 50.381b 172.800 ± 53.336abc
D-T1 221.600 ± 106.971b 112.800 ± 25.994bc
D-T2 340.600 ± 53.017a 245.600 ± 115.833a
D-Mt 404.400 ± 22.345a 213.200 ± 116.294ab
D-Q 333.200 ± 80.819a 242.600 ± 113.015a
P-value <0.0001** 0.0218*
Keterangan : **) significant pada P<0.01 , *)significant pada P<0.05
N: normal, D: diabetes, T1: ekstrak torbangun dosis 620 mg/kgBB, T2: ekstrak torbangun
dosis 930 mg/kgBB, Mt:metformin, Q:Quersetin
Angka yang diikuti huruf superscript yang sama dalam satu kolom menunjukkan antar
perlakuan tidak beda nyata (p>0.05).

Pada penelitian ini terjadi penurunan kadar glukosa darah pada kelompok
tikus yang mendapat ekstrak daun torbangun dosis: 630 mg/kgBB (T1), dosis: 930
mg/kgBB (T2), obat metformin hidroklorida dosis: 62.5 mg/kgBB dan standart
antioksidan quersetin dosis:15 mg/kgBB. Penurunan ini disebabkan karena salah
satu gugus aktif yaitu senyawa quersetin berperan sebagai antioksidan dan dapat
menangkap radikal bebas sehingga menjadi tidak aktif. Menurunnya kadar radikal
bebas menyebabkan reseptor insulin dapat bekerja dengan baik sehingga glukosa
dapat masuk kedalam sel dan terjadi metabolisme glikolisis, glikogenesis serta
menurunnya glukoneogenesis.
Analisis antioksidan enzimatis dilakukan pada hati tikus normal dan
diabetes yaitu super oksida dismutase (SOD), catalase (CAT) dan glutathion
pereduksi (GPx). Terdapat penurunan kadar antioksidan enzim tersebut pada tikus
diabetes, setelah 14 hari perlakuan. Pada tikus diabetes terjadi stres oksidasi dan
ditunjukkan dengan peningkatan produksi H2O2 dan perubahan kadar antioksidan
37

enzimatis. Pada penelitian ini tikus diabetes yang diberi ekstrak daun torbangun
terjadi peningkatan kadar antioksidan enzimatis dan penurunan glukosa darah, hal
ini menunjukkan mekanisme kontrol kadar glukosa darah. Enzim SOD
mengkatalisis reaksi dismutasi radikal superoksida, dan catalase adalah suatu
haemoprotein yang mengkatalisis reaksi reduki H2O2 menjadi H2O serta menjaga
jaringan dari radikal hidroksil. Enzim gluthation pereduksi (GPx) yang
mengandung Se berperan pada reaksi oksidasi dan reduksi perubahan H2O2
menjadi H2O. Efek ekstrak daun torbangun meningkatkan aktivitas antioksidan
enzimatis dalam hati tikus normal dan diabetes terdapat pada Tabel 10.

Tabel 10. Efek ekstrak daun torbangun (Coleus amboinicus Lour) pada perubahan
antioksidan enzimatis dalam hati tikus normal dan diabetes galur
Sprague Dawley.

Tikus SOD Catalase GPx


N 0.184 ± 0.066a 0.058 ± 0.009c 69.14 ± 3.04a
D 0.357 ± 0.115a 0.073 ± 0.007ab 86.64 ± 27.58a
D-T1 0.253 ± 0.173a 0.065 ± 0.010bc 71.90 ± 28.87a
D-T2 0.229 ± 0.105a 0.063 ± 0.002bc 65.74 ± 20.06a
D-Mt 0.233 ± 0.061a 0.071 ± 0.009ab 77.64 ± 13.57a
D-Q 0.207 ± 0.021a 0.079 ± 0.011a 62.33 ± 7.66a
P-value 0.1665 0.0093** 0.4113
Keterangan : **) significant pada P<0.01 , *)significant pada P<0,05
N: normal, D: diabetes, T1: ekstrak torbangun dosis 620 mg/kgBB, T2: ekstrak torbangun
dosis 930 mg/kgBB, Mt:metformin, Q:Quersetin
Angka yang diikuti huruf superscript yang sama dalam satu kolom menunjukkan
antar perlakuan tidak beda nyata (p>0.05).

Pada tikus diabetes terjadi stres oksidatif karena tingginya radikal bebas
melebihi antioksidan enzimatis, dan ditunjukkan dengan peningkatan kadar
malondialdehida (MDA). Kelompok tikus diabetes memiliki kadar MDA yang
tinggi dibandingkan dengan kelompok tikus normal, karena terjadi peroksida lipid
dan menyebabkan terjadinya stres oksidatif. Sedangkan pada tikus diabetes yang
diberi ekstrak daun torbangun terjadi penurunan kadar MDA, hal ini dapat
dilaporkan bahwa dalam ekstrak daun tersebut mengandung antioksidan yang
salah satunya adalah quersetin dan berperan sebagai peredam radikal bebas (Atef
2011). Potensi ekstrak etanol daun torbangun dalam menurunkan kadar glukosa
darah dan kadar MDA dalam hati tikus diabetes, menjelaskan bahwa terjadi
penurunan kadar radikal bebas, dan peningkatan antioksidan enzimatis dalam
tubuh tikus diabetes galur Sprague Dawley yang diinduksi Streptozotocin (Trini et
al. 20151). Flavonoid yang terdapat dalam daun torbangun merupakan antioksidan
eksogen yang dapat mencegah stres oksidatif. Kerja flavonoid sebagai antioksidan
dapat secara langsung maupun tidak langsung. Mekanisme kerja secara langsung
adalah dengan mendonorkan ion hidrogen sehingga menetralisir efek toksik dari
radikal bebas. Sedangkan sebagai antioksidan tidak langsung dengan
meningkatkan ekspresi gen antioksidan endogen. Parameter yang berperan pada
peningkatan metabolisme glikolisis dalam sel adalah kadar enzim glukokinase
yang merupakan isozime heksokinase dan mengkatalisis reaksi phosphorilasi
glukosa menjadi glukosa-6-phosphat. Aktivitas enzim glukokinase pada daya
38

serap glukosa pada sel hati dan sekresi hormon insulin pada sel β-pankreas
berperan menjaga kadar glukosa dalam darah, dan bermanfaat sebagai terapi
antihiperglikemia serta antihiperlipidemia (Min et al.2014). Tabel 11
menunjukkan efek ekstrak daun torbangun pada enzim glukokinase dalam sel
darah dan kadar malondialdehid dalam hati tikus normal dan diabetes.

Tabel 11. Efek ekstrak daun torbangun pada enzim glukokinase dan kadar
malondialdehida tikus normal dan diabetes galur Sprague Dawley

Tikus MDA Glukokinase


N 0.355 ± 0.163a 1.377 ± 0.679a
D 0.430 ± 0.073a 1.081 ± 0.166a
D-T1 0.396 ± 0.168a 1.152 ± 0.245a
D-T2 0.346 ± 0.135a 1.907 ± 1.254a
D-Mt 0.257 ± 0.078a 2.714 ± 3.712a
D-Q 0.226 ± 0.116a 1.067 ± 0.058a
P-value 0.1293 0.5613
Keterangan : **) signifikan pada P<0.01 , *)signifikan pada P<0,05
N: normal, D: diabetes, T1: ekstrak torbangun dosis 620 mg/kgBB, T2: ekstrak torbangun
dosis 930 mg/kgBB, Mt:metformin, Q:Quersetin
Angka yang diikuti huruf superscript yang sama dalam satu kolom menunjukkan antar
perlakuan tidak beda nyata (p>0.05).

MDA merupakan senyawa dialdehida dengan rumus molekul C3H4O2,


yang dihasilkan dari proses oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas.
Kadar MDA dapat digunakan sebagai biomarker kerusakan membran sel.
Membran sel terutama tersusun atas asam lemak tidak jenuh ganda. Asam lemak
tidak jenuh ganda tersebut lebih rentan terhadap radikal bebas dibandingkan
dengan asam lemak jenuh. Oksidasi asam lemak tidak jenuh ganda akan
menghasilkan sekitar 82% MDA sehingga MDA digunakan secara luas sebagai
biomarker kerusakan membran sel (Marciniak et al. 2009).
Pengamatan histopatologi kelenjar pankreas dilakukan dengan mengamati
bentuk morfologi struktur jaringan pankreas tikus yang diwarnai dengan
pewarnaan imunohistokimia. Pada kelompok tikus normal (N) terlihat keteraturan
susunan sel endokrin yang menyebar di pulau Langerhans dengan bentuk sel yang
seragam, dan ukuran sitoplasma terlihat proporsional terhadap besar inti serta
tidak mengalami perubahan. Gambar 9 menunjukkan pengamatan pada kelompok
tikus diabetes (D) adanya lesio pada jaringan pankreas berupa degenerasi sel
endokrin yang menuju nekrosa sel, degenerasi protein dan lemak.
39

40μm
N 40μm D

Gambar 11. Gambaran histopatologi pankreas tikus galur Sprague Dawley.


Kelompok D dan N (Pewarnaan Imunohistokimia)
Keterangan: N = kelompok tikus normal, sel β-pankreas mengandung insulin dalam
jumlah banyak ( ), D= kelompok tikus diabetes,
jumlah insulin dalam sel β-pankreas berkurang/menipis ( ).

40 μm 40 μm
D-T1 D-T2

Gambar 12. Gambaran histopatologi pankreas tikus galur Sprague Dawley


Kelompok D-T1 dan D-T2 (Pewarnaan Imunokimia)
Keterangan: D-T1= kelompok tikus diinduksi STZ dan diberi
ekstrak daun torbangun dosis 620 mg/kgBB, beberapa sel-sel
β-pankreas mengandung insulin dalam jumlah banyak ( ),
D-T2= kelompok tikus diinduksi STZ dan diberi ekstrak daun
torbangun dosis 930 mg/kgBB menunjukkan distribusi sel β-
pankreas mengalami perubahan bentuk dan kandungan insulin
sedikit ( )
40

40 μm
D-Mt D-Q 40μm
Gambar 13 . Gambaran histopatologi pankreas tikus galur Sprague Dawley
Kelompok D-Mt dan D-Q (Pewarnaan Imunohistokimia)
Keterangan: D-Mt = kelompok tikus diinduksi STZ dan diberi obat Metformin
dosis 62,5 mg/kg BB, beberapa sel β-pankreas mengandung
insulin cukup banyak ( ), D-Q= kelompok tikus diinduksi STZ
dan diberi standar antioksidan quersetin 15 mg/kg BB,
menunjukkan distribusi sel β-pankreas yang mengandung insulin
dalam jumlah bervariasi ( ).

Pengamatan pada kelompok diabetes (D) yang diinduksi dengan STZ


terdapat perubahan yaitu adanya kerusakan sel endokrin. Perubahan tersebut
terlihat pada inti yang berubah bentuk menjadi polimorf (tidak seragam), inti sel
endokrin menjadi lebih kecil (piknosis) bahkan mulai menghilang hanya terlihat
sitoplasma yang kosong berisi deposit glikogen dan membesar tanpa inti serta
bentuk sitoplasma yang mengalami hiperkromatik. Hal ini menjelaskan bahwa
pemberian STZ secara intraperitoneal dapat merusak sel endokrin pankreas
khususnya sel beta sehingga sekresi insulin ke dalam pembuluh darah menurun.
Pada jaringan Gambar 6 menunjukkan pengamatan dengan teknik
pewarnaan imunohistokimia pada kelompok D-T1 dapat menunjukkan adanya
perubahan pada sel β-pankreas. Perubahan-perubahan yang terjadi karena sel
endokrin yang mulai melakukan regenerasi menuju bentuk normal, walaupun
masih ditemukan beberapa sel endokrin yang mengalami degenerasi tetapi
jumlahnya tidak lebih banyak dari D-T2. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian
ekstrak etanol daun torbangun dosis T1 : 620 mg/kg BB mampu melindungi sel
endokrin akibat induksi STZ sehingga sekresi insulin dapat ditingkatkan
walaupun insulin tidak sebanyak seperti pada kelompok normal (N). Ekstrak
daun torbangun merupakan sumber antioksidan quersetin yang berperan dalam
pengaturan kadar glukosaa darah antara lain dengan meningkatkan sekresi insulin
oleh pulau Langerhans pankreas (Bardy et al. 2013).

SIMPULAN
Ekstrak daun torbangun (Coleus amboinicus Lour) mengandung
antioksidan quersetin dan mempunyai potensi menurunkan kadar glukosa darah,
radikal bebas dan peningkatkan enzim glukokinase serta melindungi sel β-
pankreas yang diinduksi STZ.
41

5. AKTIVITAS ANTIHIPERLIPIDEMIK EKSTRAK DAUN


TORBANGUN (Coleus amboinicus Lour) PADA TIKUS DIABETES
INDUKSI STREPTOZOTOCIN

Trini Suryowati1, Rimbawan2, M Rizal M Damanik2, Maria Bintang3,


Ekowati Handharyani4
1
Departemen Biokimia FK UKI Jakarta 13630, Indonesia.
2
Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB Bogor 16680, Indonesia
3
Departemen Biokimia FMIPA IPB Bogor 16680, Indonesia.
4
Devisi Patologi FKH IPB Bogor 16680, Indonesia

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antihiperlipidemik


ekstrak etanol daun torbangun (Coleus amboinicus lour) pada tikus diabetes yang
diinduksi streptozotocin. Kondisi diabetes pada tikus jantan putih galur Sprague
Dawley diperoleh dari injeksi STZ dosis 50 mg/kgBB secara intraperitoneal.
Penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus yang dibagi menjadi 6 kelompok yaitu
satu kelompok kontrol positif, satu kelompok kontrol negatif dan empat
kelompok tikus diabetes diberi perlakuan. Pemberian oral ekstrak dengan
dicekok. Kelompok kontrol positif dan negatif diberi akuades, kelompok
perlakuan diberi ekstrak etanol daun torbangun dosis 620 mg/kg BB (T1) dan 930
mg/kg BB (T2); metformin hidroklorida dosis 62.5 mg/kg BB; antioksidan
quersetin dosis 15 mg/kg BB tikus diabetes tipe 2 selama 14 hari. Metode
pengukuran parameter yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan
prosedur dalam kit pemeriksaan glukosa darah (Accu-Chek Active), dan kit untuk
kolesterol, trigliserida, HDL. Data dianalisis dengan Analisis Varians (ANOVA)
pada selang kepercayaan 95%. Pemberian ekstrak daun torbangun dosis T1
menunjukkan penurunan kadar glukosa secara signifikan, dan penurunan kadar
trigliserida, kolesterol serta peningkatan kadar HDL pada serum darah tikus
diabetes. Efek ekstrak etanol daun torbangun dosis T1 dan T2 menunjukkan
aktivitas antihiperglikemik dan antihiperlipidemik pada tikus diabetes induksi
STZ.

Kata kunci : antihyperlipidemic, Coleus amboinicus Lour, sterptozotocin,

PENDAHULUAN

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis dan kelainan metabolisme


endokrin yang ditandai dengan konsentrasi kadar glukosa dalam darah tinggi,
akibat karena kurangnya sekresi dan aktivitas hormon insulin atau keduanya. Hal
ini menyebabkan masalah kesehatan di seluruh negara, dan diperkirakan sebesar
4-5% terjadi di dunia (Farsei et al. 2011). WHO memperkirakan penduduk dunia
menyandang diabetes dengan resiko tertinggi di kawasan benua Asia bagian
Tenggara. Jumlah kasus diabetes sekitar 171 juta akan mengalami kenaikan
sebesar 366 juta pada tahun 2030 (IDF 2014). Klasifikasi DM dibagi dalam dua
tipe yaitu insulin dependent diabetes mellitus (IDDM, tipe 1) and non insulin
42

dependent diabetes mellitus (NIDM, tipe 2). DM tipe 1 adalah penyakit autoimun
dengan karakteristik reaksi peradangan lokal dan sekitar jaringan yang diikuti
dengan kerusakan pada sekresi hormon insulin pada sel-β pankreas. Sedangkan
DM tipe 2 dengan karakteristik munculnya resistensi insulin dan kelainan sekresi
insulin (Srinivasan et al. 2005). Kenaikan produksi superoksida dan penurunan
aktivitas enzim antioksidan dan sistem pertahanan pada hiperglikemia
berhubungan dengan komplikasi pada dislipidemia, gangguan pembuluh darah
mikro dan makro. Pengobatan pada DM meliputi oral hipoglikemik dan insulin.
Akan tetapi tidak terlepas dari efek samping yang merugikan (Atef 2011).
Tanaman obat sudah dipakai untuk membantu pengobatan pada penyakit
metabolisme seperti diabetes. Banyaknya komponen flavonoid sudah dipakai
sebagai senyawa untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah (Cazarolli et al.
2008). Banyak penelitian untuk mengetahui efek konsumsi daun yang dapat
berperan preventif pada hiperglikemia (Pallab dan Amarta. 2012). Torbangun
(Coleus amboinicus Lour) adalah daun yang beraoma aromatik dan banyak
terdapat di Indonesia. Telah dilaporkan bahwa pada ekstrak etanol mempunyai
aktivitas sebagai antioksidan (Kumar et al. 2006). Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengevaluasi aktivitas antihiperlipidemik dari ekstrak etanol daun
torbangun (Coleus amboinicus Lour) pada tikus diabetes yang diinduksi
streptozotocin.

METODE

Metode penelitian, bahan, alat, prosedur pembuatan dan prosedur analisis


mengacu pada penelitian sebelumnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penurunan berat badan pada penyandang diabetes merupakan masalah


serius karena terjadi kelainan pada jaringan adiposa dan otot. Pada kondisi
tersebut terjadi penurunan energi dan tingginya metabolisme glikogenesis serta
meningkatnya kadar glukosa dalam urin. Tabel 12 menjelaskan berat badan pada
tikus percobaan dan kontrol setelah 14 hari perlakuan. Pada penelitian ini terjadi
penurunan berat badan pada pemberian ekstrak daun torbangun dosis T2 dan pada
pemberian obat metformin hidroklorida. Penurunan berat badan mengindikasikan
kondisi diabetes, karena terjadi perubahan lemak untuk menghasilkan energi.
Pemberian ekstrak etanol daun torbangun (Coleus amboinicus Lour) dosis T1
pada tikus diabetes terjadi peningkatan berat badan secara signifikan (P<0.01), hal
ini menunjukkan terjadi kontrol kadar glukosa dalam darah (Ene et al. 2007).
43

Tabel 12. Efek ekstrak etanol daun torbangun pada berat badan tikus galur
Sprague Dawley

Perlakuan Berat badan Berat badan


Awal (gr) Akhir (gr)
N 164.720 ± 13.262a 195.480 ± 18.097a
D 174.940 ± 11.968a 201.680 ± 17.235a
D-T1 171.720 ± 16.692a 188.340 ± 17.832ab
D-T2 170.980 ± 12.791a 161.420 ± 17.029bc
D-Mt 170.420 ± 24.549a 156.980 ± 39.301c
D-Q 167.720 ± 18.115a 162.860 ± 21.266bc
P-value 0.9474 0.015*
Keterangan : **) signifikan pada P<0.01 , *)signifikan pada P<0,05
Angka yang diikuti huruf superscript yang sama dalam satu kolom
menunjukkan antar perlakuan tidak beda nyata (p>0,05).

Pada pengamatan tikus diabetes induksi STZ menunjukkan peningkatan


kadar glukosa dalam darah secara signifikan (P<0.05) dan kadar kolesterol total,
trigliserida serta penurunan kadar HDL jika dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Pada keadaan hiperglikemia selalu diiringi dengan peningkatan kadar
lemak dalam darah tinggi atau hiperlipidemia, yang merupakan faktor resiko
untuk penyakit degeneratif.
Pada kondisi normal, hormon insulin akan mengatur aktivitas enzim
lipoprotein lipase dengan menghidrolisis trigliserida. Akan tetapi pada kondisi
hiperglikemia, enzim lipoprotein lipase menjadi tidak aktif karena berkurangnya
hormon insulin sehingga menimbulkan hipertrigliseremia dan hiperkolesterolemia
serta kelainan metabolisme (Pushparaj et al. 2007). Penurunan kadar HDL pada
tikus hiperglikemia disebabkan karena stimulasi sintesis trigliserida di hepar dan
menghasilkan asam lemak bebas (Moller dan Nair. 2008).
Tingginya kadar lemak dalam darah pada diabetes karena terdapat
transport lemak dari jaringan adiposa untuk penghasil energi, untuk mengimbangi
menurunnya metabolisme glukosa. Pemberian konsumsi ekstrak etanol torbangun
dan metformin hidroklorida pada kondisi diabetes, menyebabkan penurunan kadar
lemak dalam serum darah. Tabel 13 menjelaskan pemberian ekstrak etanol daun
torbangun dosis T1 menunjukkan penurunan kadar kolesterol, trigliserida dan
peningkatan kadar HDL dalam serum darah tikus diabetes dibandingkan dengan
kelompok kontrol.
44

Tabel 13. Efek ekstrak etanol daun torbangun (Coleus amboinicus Lour)
pada profil lemak dalam darah tikus diabetes.
Group Kolesterol Trigliserida HDL
(mg/dL) (mg/dL) (mg/dL)
N 51.2 ± 16.485b 84.4 ± 8.849a 50.4 ± 7.392a
D 98.4 ± 22.966a 115.2 ± 59.439a 22.2 ± 13.014b
b
D-T1 66.4 ± 17.534 78 ± 16.309a 38.2 ± 12.812ab
D-T2 77.4 ± 8.163ab 99.4 ± 24.532a 41.4 ± 13.276ab
ab a
D-Mt 76.4 ± 19.085 93.6 ± 19.926 40.4 ± 11.128ab
D-Q 74.6 ± 17.828ab 81.8 ± 21.738a 43.6 ± 14.277a
P-value 0.0275* 0.5231 0.0696
Keterangan : **) signifikan pada P<0.01 , *)signifikan pada P<0,05.
Angka yang diikuti huruf superscript yang sama dalam satu kolom
menunjukkan antar perlakuan tidak beda nyata (p>0,05).

Streptozotocin (STZ) adalah suatu senyawa yang dapat merusak sel β-


pankreas secara spesifik dan menyebabkan kondisi diabetes pada hewan
percobaan. Metformin hydrochloride adalah obat antidiabetes yang biasa
digunakan pada diabetes sedang yang diinduksi STZ dan dibandingkan dengan
ekstrak daun antihipoglikemik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pemberian ekstrak daun torbangun (Coleus amboinicus Lour) dosis T1 lebih
efektif daripada dosis T2 dan metformin hydrochloride serta quersetin dalam
meningkatkan berat badan dan mengontrol kadar glukosa dalam darah tikus
diabetes. Peningkatan berat badan yang terjadi pada kelompok perlakuan
menunjukkan bahwa ekstrak daun torbangun mempunyai manfaat menjaga
penurunan berat pada tikus diabetes. Telah dilaporkan bahwa terdapat aktivitas
biologi dari senyawam kimia yang terdapat dalam ekstrak etanol daun torbangun
(Ene et al. 2007).
Pemberian ekstrak etanol daun torbangun dalam menurunkan kadar
glukosa darah melalui beberapa cara yaitu: (1) Stimulasi sekresi insulin
menyerupai mekanisme obat metformin hidroklorida (Pari dan Latha. 2005), (2)
Regenerasi progresif setelah diinjeksi STZ, (3) Potensi pengambilan glukosa dari
beberapa jaringan. Berkurangnya kadar glukosa tersebut karena terjadi
metabolisme glikolisis, glikogenesis dan lipogenesis di dalam sel (Sarkhail et al.
2007). Dampak perbaikan reseptor insulin menyebabkan peningkatan berat
badan tikus diabetes, dan berhubungan dengan berat jaringan pankreas dan liver
sesudah pemberian ekstrak etanol daun torbangun (Kamalakkannan and Mainzen.
2005).
Keadaan hiperglikemia selalu diiringi perubahan profil lipid atau
dislipidemia yang merupakan salah satu parameter yang dianalisis pada penelitian
ini. Pada analisis darah kelompok tikus diabetes terlihat peningkatan kadar
kolesterol, trigliserida dan penurunan kadar HDL (Musabayane et al. 2005).
Peningkatan profil lipid karena terjadi perubahan yang besar pada jaringan
adiposa yang menghasilkan asam lemak. Peran hormon insulin adalah
menghambat aktivitas HMG-CoA reduktase (3-hydroxy-3-methyl-glutaryl
coenzyme A reductase) pada biosintesis kolesterol. Berkurangnya kadar hormon
45

insulin maka enzim HMG-CoA reduktase tidak menghambat produksi kolesterol,


sehingga menyebabkan kondisi hiperlipidemia (Betterridge 2002).
Pemberian ektrak etanol daun torbangun dosis 620 mg/kgBB (T1)
menunjukkan perubahan profil lipid walaupun tidak secara menyeluruh. Pada
pengamatan menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar kolesterol secara
signifikan dan kecenderungan penurunan kadar trigliserida, serta peningkatan
kadar HDL. Hal ini dapat menjelaskan bahwa ektrak etanol daun torbangun
mempunyai potensi antihiperlipidemik (Yadav et al. 2005). Efek
antihiperlipidemik tersebut diperkirakan melalui penurunan absorpsi kolesterol di
usus halus atau pada penurunan biosintesis kolesterol karena inhibitor aktivitas
enzim HMG-CoA reduktase (Sharma et al. 2003).
Peningkatan kadar HDL pada kelompok tikus diabetes yang diberi ekstrak
daun torbangun dosis T2, menunjukkan bahwa terdapat aktivasi antioksidan
enzimatis yang menstimulasi antioksidan quersetin dalam meningkatkan kadar
HDL (Mira et al. 2014). Peningkatan kadar HDL karena konsumsi polipenol
berkorelasi positif dengan penekanan LDL (Baba et al. 2007)

SIMPULAN

Pemberian ekstrak etanol daun torbangun pada tikus diabetes yang


diinduksi STZ selama 2 minggu menunjukkan perubahan biotransformasi pada
metabolisme karbohidrat dan lemak, serta mempunyai potensi sebagai senyawa
antihiperlipidemik sehingga terjadi perubahan pada profil lipid dalam darah tikus
diabetes.
46

PEMBAHASAN UMUM
Hasil identifikasi senyawa kimia tanaman torbangun (Coleus amboinicus
Lour) dengan teknik GCMS, didapatkan senyawa Hexadecanoic acid (CAS)
Palmitic acid di dalam daun, dahan dan akar. Menurut Uma et al. (2011) senyawa
tersebut mempunyai aktivitas biologis sebagai antioksidan, hipokolesterolemia,
inhibitor hemolisis. Senyawa Octadecadienoic acid (C18H32O2), yang terdapat di
dalam daun dan akar mempunyai aktivitas dalam perlindungan sel β-pankreas.
Demikian juga senyawa Tetradecanoic acid (CAS) Myristic acid (C14H28O2)
dalam daun dan dahan dilaporkan mempunyai aktivitas biologis sebagai
antioksidan, preventif pada kanker dan hipokolesterolemik. Berdasarkan hal
tersebut maka sampel dalam penelitian ini menggunakan daun torbangun yang
relatif lebih banyak daripada dahan dan akar.
Berdasarkan hasil analisis proksimat terlihat bahwa daun torbangun
mengandung karbohidrat sebesar 48.87%, dan diperkirakan mengandung lignin
dan pektin. Komponen terbesar kedua adalah protein dan lemak. Kadar protein
pada daun torbangun (26.33%) lebih besar jika dibandingkan dengan daun sirih
merah (22.63%) dan lebih tinggi dari salam (7.61%), demikian juga kadar lemak
dalam torbangun (9.11%) lebih tinggi dari daun sirih merah (3.96%) dan daun
salam (8.36%) yang sudah dilaporkan berperan dalam antidiabetik (Mega et al.
2012).
Kadar air dalam daun torbangun sebesar 7.7% dan kadar dibawah 10%
menunjukkan bahwa daun aman dari mikroba dalam penyimpanan sebelum
dipakai penelitian lebih lanjut (Seham et al. 2012). Kadar bahan simplisia daun
torbangun larut air 18% dan larut etanol 12.64%, sesuai dengan kriteria simplisia
yang baik (Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Departemen
Kesehatan 2000). Analisis kadar abu dalam daun torbangun didapatkan 13.48%
menunjukkan bahwa mengandung mineral kalsium, kalium, fosfor, besi,
magnesium, yang biasa digunakan sebagai bahan baku untuk obat herbal
(Luckoba et al. 2011).
Analisis fitokimia pada daun torbangun didapatkan senyawa-senyawa
fenol, flavonoid dan quersetin merupakan hasil metabolit sekunder yang dapat
berperan sebagai senyawa antihiperglikemia dan antihiperlipidemia. Senyawa-
senyawa tersebut mempunyai aktivitas penangkal radikal bebas, sudah dilaporkan
dapat menjaga fungsi pembuluh darah dan telah dianalisis secara invitro dan
invivo (Ajay et al. 2007). Senyawa quersetin mempunyai potensi menangkal
radikal bebas, biosintesis sorbitol sehingga menjaga permeabilitas pembuluh
darah mikro, resistensi insulin dan sel β-pankreas pada tikus diabetes (Atef
2011).
Ekstrak etanol daun torbangun pada penelitian ini mempunyai aktivitas
antioksidan DPPH-IC50 sebesar 247.942 ppm jika dibandingkan dengan standar
vitamin C 1 ppm (Roshan et al. 2010), dan penelitian sebelumnya di India
mendapatkan aktivitas sebesar 207,57 ppm (Hullatti et al. 2011). Pada uji daya
hambat enzim α-glukosidase dalam daun torbangun, diperlukan ekstrak daun
torbangun>100 ppm untuk dapat menghambat penyerapan glukosa seperti
aktifitas standar Glukobay 0.264 ppm. Mekanisme inhibisi dari flavonoid
terhadap enzim α-glukosidase adalah melalui ikatan hidroksilasi dan substitusi
cincin β pada struktur flavonoid. Prinsip penghambatan ini menghasilkan
47

penundaan hidrolisis karbohidrat dan absorbsi glukosa serta menghambat


metabolisme sukrosa menjadi glukosa (Thu et al. 2013).
Potensi antioksidan dalam ekstrak daun torbangun menghambat kerja
enzim α-glukosidase menyebabkan penurunan hidrolisis oligosakarida menjadi
monosakarida (glukosa) dan dapat dipertimbangkan untuk managemen kadar
glukosa darah pada penyandang diabetes. Mekanisme dalam menghambat enzim
α-glukosidase ini tidak menyebabkan hipoglikemia dan tidak berpengaruh pada
kadar insulin.
Pengukuran kadar glukosa darah tikus pada hari kedua setelah
penyuntikan STZ dosis 50 mg/kgBB secara intraperitoneal menunjukkan kadar
sebesar 215-415 mg/dL, dan dinyatakan hiperglikemia (Jung et al. 2011). Tikus
kelompok diabetes menunjukkan kondisi badan agak gemetar, banyak keluar urin
dan bulu berdiri dan tidak aktif seperti tikus kelompok normal.
Pada keadaan hiperglikemia dan hiperlipidemia akan menyebabkan
gangguan pada kelenjar pankreas, dan mempengaruhi fungsi sel β-pankreas serta
menyebabkan sensitivitas hormon insulin berkurang. Kondisi ini juga
menyebabkan berkurangnya kemampuan reseptor insulin, transport glukosa ke
dalam sel dan resistensi insulin.
Antioksidan quersetin yang terdapat dalam ekstrak daun torbangun dapat
meredam radikal bebas, sehingga reseptor insulin dapat bekerja dan terjadi
peningkatan transport glukosa serta metabolisme karbohidrat. Dampak perbaikan
resistensi insulin, menyebabkan peningkatan insulin dependent glukosa di otot,
penurunan glukosa darah di hati dan berkurangnya lipolisis di jaringan lemak di
bawah kulit (Chang et al. 2013)
Pada penelitian ini pemberian ekstrak daun torbangun dosis 620 mg/kgBB
menunjukkan penurunan kadar glukosa darah tikus diabetes lebih efektif, daripada
dosis 930 mg/kgBB. Penurunan ini disebabkan karena gugus aktif dalam senyawa
kuersetin berperan sebagai antioksidan dan dapat menangkap radikal bebas
sehingga menjadi tidak aktif. Menurunnya kadar radikal bebas menyebabkan
reseptor insulin dapat bekerja dengan baik sehingga glukosa dapat masuk kedalam
sel dan terjadi metabolisme glikolisis, glikogenesis serta menurunnya
glukoneogenesis.
Kebutuhan energi penyandang diabetes berasal dari pemecahan lemak dan
protein, karena glukosa keluar melalui urin. Apabila kadar glukosa tidak dikontrol
dan berlangsung lama akan menyebabkan penurunan berat badan, dan
merupakan masalah serius karena terjadi kelainan pada jaringan adiposa dan otot.
Pada penelitian ini terjadi penurunan berat badan pada pemberian ekstrak daun
torbangun dosis 930 mg/kgBB. Penurunan berat badan mengindikasikan kondisi
diabetes, karena terjadi perubahan lemak untuk menghasilkan energi. Pemberian
ekstrak etanol daun torbangun (Coleus amboinicus Lour) dosis 620 mg/kgBB
pada tikus diabetes terjadi peningkatan berat badan secara signifikan (P<0.01), hal
ini menunjukkan terjadi kontrol kadar glukosa dalam darah. Meningkatnya
metabolisme glikolisis, glikogenesis dan tidak ada pemecahan lemak serta protein
untuk menghasilkan energi, membuat berat badan tikus meningkat (Ene et al.
2007).
Pada tikus diabetes terjadi penurunan kadar antioksidan enzimatis setelah 14
hari perlakuan. Hal ini karena pada tikus diabetes terjadi oksidasi stres dan
ditunjukkan dengan peningkatan produksi H2O2 serta perubahan kadar antioksidan
48

enzimatis. Pemberian ekstrak daun torbangun pada tikus diabetes terjadi


peningkatan kadar antioksidan enzimatis dan penurunan glukosa darah, hal ini
menunjukkan mekanisme kontrol kadar glukosa darah. Enzim SOD mengkatalisis
reaksi dismutasi radikal superoksida, dan enzim catalase adalah suatu
haemoprotein yang mengkatalisis reaksi reduki H2O2 menjadi H2O serta menjaga
jaringan dari radikal hidroksil. Enzim gluthation pereduksi (GPx) yang
mengandung Se berperan pada reaksi oksidasi dan reduksi perubahan H2O2
menjadi H2O (Atef 2011).
Pada penelitian ini terdapat peningkatan kadar HDL pada kelompok tikus
diabetes yang diberi ekstrak daun torbangun dosis T2, menunjukkan bahwa
terdapat aktivasi antioksidan enzimatis yang menstimulasi aktivitas antioksidan
quersetin dalam meningkatkan kadar HDL (Mira et al. 2014).
Stres oksidatif pada tikus diabetes terbentuk karena tingginya radikal bebas
melebihi antioksidan enzimatis, dan ditunjukkan dengan peningkatan kadar
malondialdehida (MDA). Tikus diabetes yang diberi ekstrak daun torbangun
terjadi penurunan kadar MDA, hal ini dapat dilaporkan bahwa dalam ekstrak daun
tersebut mengandung antioksidan yang salah satunya adalah quersetin dan
berperan sebagai peredam radikal bebas (Atef 2011). Potensi ekstrak etanol daun
torbangun dalam menurunkan kadar glukosa darah dan kadar MDA dalam hati
tikus diabetes, menjelaskan bahwa terjadi penurunan kadar radikal bebas, dan
peningkatan antioksidan enzimatis dalam tubuh tikus diabetes galur Sprague
Dawley yang diinduksi Streptozotocin (Trini et al. 20151).
Pada penelitian ini dilaporkan bahwa secara invitro daun torbangun
mempunyai potensi sebagai antioksidan yang dapat meredam radikal bebas dan
penghambatan laju enzim α-glukosidase, sehingga menghambat penyerapan
glukosa di usus halus dan menurunkan kadar glukosa dalam darah. Sedangkan
penelitian secara invivo didapatkan kecenderungan penurunan kadar MDA yang
kurang signifikan, hal ini diperkirakan ada masalah pada proses pencernaan di
lambung sehingga absorpsi ke dalam sel kurang maksimal.
Meningkatnya kerja hormon insulin dapat dilaporkan dengan meningkatnya
kadar enzim glukokinase dalam sel yang mengkatalisis reaksi phosphorilasi
glukosa menjadi glukosa-6-phosphat. Meningkatnya metabolisme glikolisis,
glikogenesis dan penurunan glukoneogenesis menyebabkan menurunnya kadar
glukosa dalam darah. (Min et al. 2014). Dampak peningkatan metabolisme terkait
dengan berat badan pada kelompok tikus diabetes yang diberi ekstrak daun
torbangun, menunjukkan bahwa ekstrak daun torbangun mempunyai manfaat
menjaga penurunan berat pada tikus diabetes. Telah dilaporkan bahwa terdapat
aktivitas biologi dari senyawam kimia yang terdapat dalam ekstrak etanol daun
torbangun (Ene et al. 2007).
Tikus diabetes (D) yang diinduksi dengan STZ akan mengalami degenerasi
sel endokrin. Perubahan tersebut terlihat pada inti yang berubah bentuk menjadi
polimorf (tidak seragam), inti sel endokrin menjadi lebih kecil (piknosis). Hal ini
menjelaskan bahwa pemberian STZ secara intraperitoneal secara spesifik dengan
adanya reaksi alkilasi dapat merusak sel endokrin pankreas khususnya sel beta
sehingga sekresi insulin ke dalam pembuluh darah menurun. Pemberian ekstrak
etanol daun torbangun dosis 620 mg/kg BB menunjukkan perlindungan terhadap
sel β-pankreas. Mekanisme yang terjadi adalah bahwa pemberian ekstrak etanol
49

daun torbangun berperan dalam biostimulator sensitifitas insulin dan mengatur


kadar glukosa darah (Bardy et al. 2013).

Keterbatasan penelitian
Pada penelitian secara invitro telah berhasil membuktikan bahwa ekstrak
daun torbangun (Coleus amboinicus Lour) mempunyai kemampuan sebagai
antioksidan dan penghambatan kerja enzim α-glukosidase yang menghambat
hidrolisis 1,4 dan 1,6-oligosakarida menjadi glukosa, sehingga menurunkan
absorpsi glukosa di usus halus dan kadar glukosa darah tidak meningkat. Namun
secara invivo, dosis yang tepat belum dapat diketahui secara pasti.
Penelitian ini telah berhasil membuktikan bahwa ekstrak daun torbangun
mengandung antioksidan quersetin, mampu menurunkan stres oksidatif pada tikus
galur Sprague Dawley jantan umur 8 minggu, tetapi belum dapat melihat
pengaruh yang sama pada tikus dengan jenis kelamin dan umur yang berbeda.

Implikasi hasil penelitian


Diabetes merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat global dan
menurut International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2012, jumlah
penderitanya semakin bertambah. Menurut perkiraan IDF tahun 2012, lebih dari
371 juta orang di seluruh dunia mengalami DM, dan sebanyak 4.8 juta orang
meninggal akibat penyakit metabolik ini. Berdasarkan Riskesdas 2013, proporsi
DM di Indonesia sebesar 6,9% dengan proporsi DM pada perempuan cenderung
lebih tinggi sebesar 7.7% dan laki-laki 5.6%.
Merujuk penelitian terdahulu bahwa daun ini mempunyai potensi dapat
meningkatkan Air Susu Ibu (Damanik et al 2001; Santosa et al 2002) dan
aktivitas fagositosis netrofil tikus (Santosa dan Triana 2002). Temuan baru pada
penelitian ini adalah bahwa ekstrak daun torbangun (Coleus amboinicus Lour)
mempunyai potensi sebagai biostimulator dalam menurunkan kadar glukosa darah
dan profil lemak darah serta stres oksidatif tikus diabetes yang diinduksi
streptozotocin. Mekanisme yang terjadi adalah bahwa antioksidan meredam
radikal bebas, meningkatkan metabolisme dan sintesis antioksidan enzimatis
yaitu enzim Catalase, SOD maupun GPx serta melindungi sel β-pankreas dari
kerusakan karena induksi streptozotocin.
Implikasi terhadap penelitian lebih lanjut yaitu pengembangan produk
fitofarmaka setelah melalui uji klinis pada manusia, berbasis antioksidan quersetin
yang bermanfaat pada managemen kadar glukosa darah pada penyandang
diabetes. Demikian juga pada ibu hamil dengan berat badan berlebihan dengan
kadar glukosa darah serta lemak darah tinggi.
50

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Hasil kromatogram tanaman torbangun (Coleus amboinicus Lour) pada


umur 8 minggu menunjukkan 40 senyawa kimia pada daun, 15 senyawa
pada dahan dan 40 senyawa pada akar. Senyawa kimia n.Hexadecanoic
acid (C16H32O2), Octadecadienoic acid (C18H32O2), Tetradecanoic acid
(CAS) Myristic acid (C14H28O2), berperan pada antihiperkolesterolemia
dan perlindungan terhadap sel β-pankreas.
2. Rendemen ekstrak etanol daun torbangun sebesar 5.73% dengan kadar air
sekitar 7.17%, kadar abu 13.48%, total flavonoid sebesar 1.612 mgQE/g,
antioksidan quersetin 0.02 mg/g. Ekstrak daun torbangun mempunyai
aktifitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 247.942 ppm jika
dibandingkan dengan standar vitamin C 1 ppm
3. Ekstrak daun torbangun mempunyai potensi menghambat penyerapan
glukosa di usus halus, dengan uji daya hambat enzim α-glukosidase
didapatkan sebesar >100 ppm dibandingkan dengan aktifitas standar
Glukobay 0.264 ppm. Dengan demikian ekstrak daun torbangun berperan
pada penurunan kadar glukosa darah.
4. Pemberian ekstrak daun torbangun dosis 620 mg/kgBB berperan sebagai
antioksidan yang dapat meredam radikal bebas sehingga dapat
menurunkan kadar glukosa darah, serta meningkatkan berat badan tikus
diabetes. Penurunan kadar glukosa terjadi karena glukosa dapat masuk ke
dalam sel dan mengalami metabolisme untuk menghasilkan energi,
sehingga tidak terjadi pemecahan lemak serta protein maka berat badan
tikus diabetes mengalami peningkatan.
5. Kadar malondialdehida (MDA) pada tikus diabetes mengalami
peningkatan, karena terjadi peroksidasi lipid. Setelah pemberian ekstrak
daun torbangun dosis 930 mg/kg BB menunjukkan kecenderungan
penurunan kadar MDA. Hal ini karena terjadi mekanisme peredaman
radikal bebas oleh antioksidan enzimatis dan non enzimatis, yang
ditunjukkan dengan peningkatan kadar antioksidan enzimatis diantaranya
SOD, catalase dan GPx.
Pemberian ekstrak etanol daun torbangun dosis 930 mg/kgBB dapat
meningkatkan kadar enzim glukokinase, yang menunjukkan terjadi
peningkatan metabolisme glikolisis karena insulin sudah berfungsi
mengatur masuknya glukosa ke dalam sel.
6. Pemberian ekstrak etanol daun torbangun dosis 620 mg/kg BB dapat
melindungi sel β-pankreas tikus diabetes yang di induksi STZ.

Saran

1. Pada penelitian invitro ekstrak daun torbangun mempunyai potensi


menghambat kerja enzim α-glukosidase dengan cara menghambat
hidrolisis pada rantai 1,4 dan 1,6-oligosakarida menjadi glukosa, sehingga
menurunkan absorpsi glukosa di dinding usus halus. Hal tersebut
51

menyebabkan kadar glukosa tidak mengalami kenaikan. Sedangkan pada


penelitian secara invivo, efek pemberian ekstrak daun torbangun pada tikus
diabetes menunjukkan kecenderungan penurunan stres oksidatif walaupun
tidak signifikan. Oleh karena itu perlu penelitian tentang pemberian
ekstrak daun torbangun dalam bentuk kapsul.
2. Perlu penelitian modifikasi ekstrak etanol daun torbangun menjadi
minuman atau makanan ringan, agar dapat dipakai sebagai nutraceutical
yang berfungsi mengontrol pengendalian stres oksidatif di dalam tubuh.
3. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan isolasi komponen aktif dalam
daun torbangun dan dilakukan uji klinis agar bermanfaat sebagai senyawa
antidiabetes.
4. Perlu penelitian lebih lanjut pemberian obat oral diabetes yang
dikombinasikan dengan ekstrak daun torbangun, untuk mengurangi efek
samping obat sintetis
52

DAFTAR PUSTAKA

Acharya L, Mukherjee AK, Panda PC, Das P. 2005. Molecular characterization of


five medicinally important species of Typhonium (Araceae) through Random
Amplified Polymorphic DNA (RAPD). Zeitschrift für Naturforschung C 60
600-604.
Agung EN. 2006. Review. Hewan Percobaan Diabetes Mellitus : Patologi Dan
Mekanisme Aksi Diabetogenik Animal Models Of Diabetes Mellitus :
Pathology And Mechanism Of Some Diabetogenics. Biodiversitas ISSN: 1412-
033X Volume 7, Nomor 4 Oktober 2006 Halaman: 378-382
Akbarzadeh A, Norouzian D, Mehrabi MR, Jamshidi S, Farhangi A et al. 2007.
Induction of Diabetes by Streptozotocin in Rats. Indian Journal of Chemical
Biochemistry 22 (2):60-64.
Aleisa AM, Al-Rejaie SS, Bakheet SA, Al-Bekairi AM, Al-Shabanah OA,
Abdulhakeem Al-Majed, Al-Yahya Abdulaziz and Qureshi S, Protective Effect
of metformin on Cardiac and Hepatic Toxicity Induced by Adriamycin in
Swiss Albino Mice. Asian Journal of Biochemistry,3(2), 2008, 99-108.
Asok KK , Umamaheswari M, Somanathan SS, Sivashanmugam AT,
Subhdradevi V, Sambathkumar R. 2010. Antidiabetic, hypolipidemic and
antioxidant Propertiesof asystasia gangetica in Sterptozotocin- nicotinamide-
induced type 2 diabetes mellitus (NIDDM) in rats. Journal of Pharmacy
Research, 3(10),2516-2520.
Atef EAE. Quercetin protective action on oxidative stress,sorbitol, insulin
resistance and β - cells function in experimental diabetic rats. International
Journal of Pharmaceutical Studies and Research, EISSN, 2011, 2229- 4619.
Aybar JM, AN Sanchez R, A Grau, SS Sanchez. 2001. Hypoglycemic effect of
water extract of water extrac of Smallantus sonchifolius (yacon) leaves in
normal and diabetic rats. Journal of Ethnopharmacology.74:125-132.
Baba, Naomi Osakabe, Yoji Kato, Midori Natsume, Akiko Yasuda, Toshimi
Kido, Kumiko Fukuda, Yuko Muto and Kazuo Kondo. 2007. Continuous
intake of polyphenolic compounds containing cocoa powder reduces LDL
oxidative susceptibility and has beneficial effects on plasma HDL-cholesterol
concentrations in humans. Am J Clin Nutr;85:709–17. Printed in USA. © 2007
American Society for Nutrition
Bahadoran Z, Mirmiran P, Hosseinpanah F, Hedayati M, Hosseinpour-Niazi S,
Azizi F: Broccoli sprouts reduce oxidative stress in type 2 diabetes:
arandomized double-blind clinical trial. Eur J Clin Nutr 2011, 65:972–977.
Bahadoran Z, Parvin Mirmiran and Fereidoun Azizi. 2013. Dietary polyphenols as
potential nutraceuticals in management of diabetes: a review. Journal of
Diabetes & Metabolic Disorders, 12:43 doi:10.1186/2251-6581-12-43
Bardy, G1 Virsolvy, A2 Quignard, J F3 Ravier, M A4 Bertrand, G4 Dalle, S4
Cros, G5 Magous, R5 Richard, S2 Oiry, C5. 2013. Quercetin induces insulin
secretion by direct activation of L-type calcium channels in pancreatic beta
cells. British Journal of Pharmacology. Vol. 169 Issue 5, p1102-1113
Barth SW, Faehndrich C, Bub A, Dietrich H, Watzl B, Will F, Briviba K,
Rechkemmer G. 2005. Cloudy apple juice decreases DNA damage,
hyperproliferation and aberrant crypt foci developmentin the distal colon of
DMH-initiated rats. Carcinogenesis 26:1414–1421
53

Batubara I, Kotsuka S, K Yamauchi, Kuspradini H, Mitsunaga T dan Darusman


LK. 2012. Produksi TNF-α aktivitas penghambatan, fenolik, flavonoid, tanin
dan isi tanaman obat Indonesia yang dipilih. Research Journal of Medicinal
Plant, 6: 406-415
Betterridge J, Lipid disorders in diabetes mellitus, In Textbook of Diabetes,
Edited by Pickup J, Williams G. London, Blackwell Science; 2002, 551- 553.
Bhattacharjee Prasenjit, Hullatti KK, Vijay Kumar ML. 2011. Anthelmintic and
antioxidant activity of alcoholic extracts of different oarts of Coleus
amboinicus Lour. International Journal of Research in Ayurveda &
Pharmacy, 2(1):181-185.
Bosco et al. “Possible Implications of Insulin Resistance and Glucose Metabolism
in Alzheimer‟s Disease Pathogenesis.” Journal of Cellular and Molecular
Medicine 15, no. 9 (September 2011): 1807–1821
Boutabet, K., Kebsa, W., Alyane, M., Lahouel, M., 2011. Polyphenolic fraction of
Algerian propolis protects rat kidney against acute oxidative stress induced by
doxorubicin. Indian J. Nephrol. 21, 101–106
Caltailler JP. 2004. Insulin- from secretion to action. The Beta Cell Biology
Consortium. www.betacell.org/content/articles/print.php?aid=1[20 Januari
2006].
Cazarolli LH, Zanatta L, Alberton EH, Res BF, Maria S, Folaor P, Damazio RG,
Pizzolat MG, Mena: Flavonoids, Cellular and molecular mechanism of
acrtion in glucose homeostasis. Mini Review in Medicinal Chemistry.
Bentham Science Publishers, 18(10), 2008, 1032-1038.
Chang CLT, Lin Y, Arlene PB, Chen YC, Chiu SC, Yang WC. 2013. Herbal
Therapies for Type 2 Diabetes Mellitus: Chemistry, Biology, and Potential
Application of Selected Plants and Compounds. Hindawi Publishing
Corporation Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine
Volume 2013, Article ID 378657, 33 pages
Cheng D. 2005. Prevalence, Predisposition and Prevention of Type II Diabetes.
Nutrition & Metabolism. BioMed Centra; 2:29.
Chourasiya A, Upadhayay A, Shukla RN. 2012. Isolation of quercetin from the
leaves of Azadirachta-indica and anti-diabetic study of the crude extracts.
Journal of Pharmaceutical and Biomedical Science; 25 (25); 179-181.
Daisy P dan Rajathi M. 2009. Hypoglycemic Effects of Clitoria ternatea Linn.
(Fabaceae) in Alloxan-induced Diabetes in Rats. Tropical Journal of
Pharmaceutical Research, October 2009; 8 (5): 393-398.
Damanik R, N Damanik, Z Daulay, S Saragih, R Premier, N Wattanapenpaiboon
& ML Wahlqvist. 2001. Consumption of Bangun-Bangun Leaves (Coleus
amboinicus Lour) to Increase Breast Milk Production among Bataknese
Women in North Sumatera Island, Indonesia. Asia Pac J Clin Nutr
2001;10(4);S67.
Damanik R, Wahlqvist ML, N Wattanapenpaiboon. 2004. The use of putative
lactagogue plant on breast milk production in Simalunhun, North Sumatera,
Indonesia, Asia Pac J. Clin Nutr. No. 16 (4); S87.
Damanik R . 2005. Effect of consumption torbangun soap (Coleus amboinicus
Lour) on micronutrient intake of bataknese lactating woman. Media Gizi 7
keluarga. 29(1):68-73.
54

Damanik R, Wahlqvist ML, N Wattanapenpaiboon. 2006. Lactagugue effects of


Torbangun, a Bataknese Traditional Cuisine. Adia Pac. J Clin Nutr
2006;15(2):267-274.

Damanik R. 2009. Torbangun (Coleus amboinicus Lour): a Bataknese traditional


cuisine perceived as lactagogue by Bataknese lactating women in
Simalungun, North Sumatera, Indonesia. Journal of Human Lactation 25(1):
64-72.
De Jager J, Kooy A, Schalkwijk C, van der Kolk J, Lehert P, Bets D. 2014. Long
term effects of metformin on endothelial function in type 2 diabetes: a
randomized controlled trial. J Intern Med. ;275:59–70. doi:10.1111/
joim.12128.
Dehghan G, Tahmasebpou Nr, Hosseinpour MAF, Sheikhzadeh F, S. M. Banan
SMK. 2013. Hypoglycemic, antioxidant and hepato- and nephroprotective
effects of Teucrium orientale in streptozotocin diabetic rats.
http://pharmacologyonline.silae.it ISSN: 1827-8620.
Devi M, Syarief H, Damanik R, Sulaeman A, Setiawan B, Dewi R. 2010.
Suplementasi daun torbangun (Coleus amboinicus Lour) untuk menurunkan
keluhan sindrom premenstruasi pada remaja putri. Puslitbang Gizi dan
Makanan (PGM), 33(2): 180-194.
Duke, 2000, Dr. Duke‟s Constituens and Ethnobotanical Databases.
Phytochemical database, USDA - ARS – NGRL. http://www.arsgrin.gov/cgi-
bin/duke/farmacy-scroll3.pl. Accessed April 2003.
El-hawary SS, El-sofany RH, Abdel-Monem AR, Ashour RS. 2012.
Phytochemical Screening, DNA Fingerprinting, and Nutritional Value of
Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng. Department od Pharmacognosy,
Faculty of pharmacy, Cairo University, Cairo 11562, Egypt.
Ene AC, Nwankwo EA, Samdi LM. Alloxan-induced diabetes in rats and the
effects of black caraway (Carum carvi L.) oil on their body weight. Res J
Med Med Sci, 2, 2007, 48-52.
Eteng MU, Bassey BJ, Atangwho IJ, Egbung GE, Eyong EU, Ebong PE, Abolaj
AO. 2008. Biochemical Indices of Macrovascular Complication of Diabetic
Rat Model: Compared Effects of Vernonia amygdalina, Catharantus roseus
and Chlorpropamide. Sian Journal of Biochemistry 3(4):228-234.
Executive summary IDF Diabetes Atlas 6th Edition: International Diabetes
Federation. www.idf.org/sites/default/files/EN_6E_Atlas_Exec_Sum_1.pdf
accessed 2014.
Farsaei SH, Sabzghabaee AM, Zargarzadeh AH, Amini M., Effect of pharmacist
led patient education on glycemic control of type 2 diabetics: a randomized
controlled trial, Journal of Research in Medical Sciences, 16(1), 2011
Figueiredo, P. A., Mota, M.P., Appell, H.J., dan Duarte, J. A. 2008. The Role of
Mitochondria in Aging of Skeletal Muscle. Biogerontology. 9: 67–84
GayathriV, Lekshmi P, Padmamabhan RN. 2011. Anti-diabetes and
hypoglycaemic properties of Hemigraphis colorata in rats. International
Journal of Pharmacaceutical Science, Vol 4, Issue 2, 224-328.
Gerhauser C . 2008. Cancer chemopreventive potential of apples, apple juice, and
apple components. Planta Med 74:1608–1624
55

Gurgel APAD, da Silva JG, Grangeiroa ARS, Oliveira DC, Limaa CMP, da
Silvaa ACP, Oliveira RAG and Souzac IA. 2009. In vivo study of the anti
inflammatory antitumor activities of leaves from Plectranthus amboinicus
(Lour) Spreng (Lamiaceae). Journal of Ethnopharmacol, 125(2): 361-363.
doi:10.1016/j. jep. 2009.07.006. Epub 2009 Jul 14.
Global Diabetes Plant at a Glance IDF – Global Diabetes Plant 2011-2021.
Harris CS, Beaulieu LP, Fraser MH, Mcintyre KL, Owen PL, Martineau LC, et al.
Inhibition of advanced glycation end product formation by medicinal plant
extracts correlates with phenolic metabolites and antioxidant activity.
Planta Med. 2011;77:196–204
He ZX, Zhou ZW, Yang Y, Yang T, Pan SY, Qiu JX. 2015. Overview of
clinically approved oral antidiabetic agents for the treatment of type 2
diabetes mellitus. Clin Exp Pharmacol Physiol. 2015;42:125–38.
doi:10.1111/1440-1681.12332.
Hussain HEMA. 2002. Hypoglycemic, hypolipidemic and antioxidant properties
of combination of curcumin from Curcuma longa,Linn and partially
purified productfrom Abroma augusta, Linn in streptozotocin induced
diabetes. Indian Journal of Clinical Biochemistry 17 : 33 – 43.
Hsieh PC, Huang GJ, Ho YL, Lin YH, Huang SS. 2010. Activities of
antioxidants, α-glukosidase inhibitors and aldose reductase inhibitors of
the aqueous extracts of four Flemingia species in Taiwan. Botanical Studies
51: 293-302.
Jameson JL. 2010. Harrison‟s Endocrinology. 2nd edition. The McGraw
Companies,Inc. Section III:267-313.
Jeremi PES, Gunter GC, Kuhnle, Robert JW. and Catherine RE. 2003.
Intracellular metabolism and bioactivity of quercetin and its in vivo
metabolites. Biochemistry Journal.372, 173–181.
Ji Young Jung, Yeni Lim, Min Sun Moon, Ji Yeon Kim and Oran Kwon. 2013.
Onion peel extracts ameliorate hyperglycemia and insulin resistance in high
fat diet/streptozotocin-induced diabetic rats. Nutrition & Metabolism 8:18.
Juei-Tang Cheng, Ching-Chiu Huang, I-Min Liu, Thing-Fong Tzeng, Chih Jen
Chang. 2006. Novel Mechanism for Plasma Glucose–Lowering Action of
Metformin in Streptozotocin-Induced Diabetic Rats. DIABETES, vol. 55 :
819-824.
Jung JY, Lim Y, Moon MS, Kim JY and Kwon O. 2011. Onion peel extracts
ameliorate hyperglycemia and insulin resistance in high fat diet/
streptozotocin-induced diabetic rats. Nutrition & Metabolism, 8:18.
Kahleova H, Matoulek M, Malinska H, Oliyarnik O, Kazdova L, Neskudla T,
Skoch A. 2010. Vegetarian diet improves insulin resistance and oxidative
stress markers more than conventional diet in subjects with Type 2 diabetes.
Diabetic Medicine ª 2011 Diabetes UK: 549- 558.
Kamalakkannan N, Mainzen SPP, The effect of Aegle marmelos fruit extract in
streptozotocin diabetes–a histopathological study. Journal of Herbal
Pharmcother, 5, 2005, 87–96.
Kavishankar GB, Lakshmidevi N, Mahadeva MS, Prakash HS, NiranjanaSR.
2011. Neuropharmacological Effects of Aqueous Leaf. African Journal of
Biomedical Research, Vol. 9; 101 – 107.
56

Khattak M.M.A.K, Taher M, Abdulrahman S, Bakar IA, Damanik R, Yahaya A.


2013. Anti bacterial and anti-fungal activity of coleus leaves consumed
abreast milk stimulant. Nutrition & Food Science. 43(6): 582 – 590.
Kotan VO, Sarandol E, Kirhan E, Ozkaya G, Kirli S: Effects of long-term
antidepressant treatment on oxidative status in major depressive disorder: a
24-week follow-up study. Prog. Neuropsychopharmacol Biol Psychiatry,
2011, 35, 1284–1290.
Kothari, S., Thompson, A., Agarwal, A., dan Plessis, S. S. du., 2010. Free
Radical: Their Beneficial and Detrimental Effects on Sperm Function. Indian
Journal of Experimental Biology. 48: 425 –35
Krishnaveni K and Challa SR. 2013. Anti diabetic activity of Dolichos lablab
(seeds) in Streptozotocin-Nicotinamide induced diabetic rat Hygeia.
J.D.Med.vol.5 (1).
Kumar GS, Nayaka H, Dharmesh SM and Salimath PV. Free and bound phenolic
antioxidants in amla (Emblica officinalis) and turmeric (Curcuma longa).
Journal of Food Composition, 19, 2006, 446-452.
Kürkçü, R., Tekin, A., Özda, S., dan Akçakoyun, F., 2010. The Effects of Regular
Exercıse on Oxıdatıve and Antıoxıdatıve Parameters ın Young Wrestlers.
African Journal of Pharmacy and Pharmacology. 4(5): 244-51.
Luckoba CW, Simmonds MSJ, Paton AJ. 2006. Plectranthus : A riview of
ethnobotanical uses. Journal of Ethopharmacol;103:1-24
Lukacinova A, Mojzis J, Benacka R, Keller J, Maguth T, Kurila P, Vasko L,
RaczO, Nistiar F. 2008. Preventive Effects of Flavonoids on Alloxan-Induced
Diabetes Mellitus in Rats. Journal Acta Veterinaria Brno,77: 175-182.
ManjamalaiA, Alexander T, Grace VMB. 2012. Bioactive evaluation of the
essensial oil of Plectranthus amboinicus Lour by GC-MS analysis and its
role as drug for microbial infections and inflammation. International
Journal of Pharmaceutical Science.Vol 4, Issue 3, 205-211.
Marciniak, A., Brzeszczyńska, J., Gwoździński, K., dan Jegier, A., 2009.
Antioxidant Capacity and Physical Exercise. Biology of Sport. 26 (3):197
213.
Mega Safithri1, Farah Fahma2, dan Paramitha Wirdani Ningsih Marlina1. 2012.
Analisis proksimat dan toksisitas akut ekstrak daun sirih merah yang
berpotensi sebagai antidiabetes. Jurnal Gizi dan Pangan, 7(1): 43-48
Min Lu, Pingping Li, Gautam Bandyopadhyay, William Lagakos1, Walter E.
DeWolf Jr., Taylor Alford, Mark Joseph Chicarelli, Lance Williams,
Deborah A. Anderson2, Brian R. Baer, Maralee McVean, Marion Conn,
Murielle M. Ve´ niant, Peter Coward. 2014. Characterization of a Novel
Glucokinase Activator in Rat and Mouse Models. PloS ONE 9(2): e88431.
doi:10.1371/journal.pone.0088431
Mira Rosenblat, Nina Volkova, Soliman Khatib, Saeed Mahmood, Jacob Vaya,
and Michael Aviram. 2014. Reduced glutathione (GSH) increases quercetin
stimulatory effects on HDL- or apoA1- mediated cholesterol efflux from
J774A.1 macrophages. The Lipid Research Laboratory, Rambam Health
Care Campus, the Rappaport Faculty of Medicine and Research Institute,
Technion- Israel Institute of Technology, Haifa, Israel and Department of
Oxidative Stress and Human Diseases, MIGAL - GalileeResearch Institute,
57

Tel-Hai College, Upper Galilee 12210, Israel. DOI: 10.3109/10715762.


2014.963574Source: PubMed
Moller N and Nair KS. Diabetes and protein metabolism, Diabetes,57, 2008, 3-4.
Musabayane CT, Mahlalela N, Shode FO, Ojewole JA, Effects of Syzygium
cordatum (Hochst) (Myrtaceae) leaf extract on plasma glucose and hepatic
glycogen in streptozotocin-induced diabetic rats, Journal of Ethnopharmacol
2005, 97:485–490.
Nadernejad N, Ahmadimoghadam A, Hosseinifard J, Pourseyedi S. 2012.
Phenylalanin ammonialyase activity, total phenolic and flavonoid content in
flowers, leaves, hulls and kernels of three pistachio (Pistacia vera L.)
cultivars. American-Eurasian J Agric Environ Sci. 12(6): 807–814
Nissa M. Review of current and emerging therapies in type 2 diabetes mellitus.
Am J Manag Care. 2012;18:S17–26.
Ojewole JA: Hypoglycemic effect of Sclerocarya birrea [(A. Rich.) Hochst.]
[Anacardiaceae] stem-bark aqueous extract in rats,Phytomedicine10, 2003,
675–681.
Oszmianski J, Wolniak M, Wojdyło A, Wawer I .2007.Comparative study of
polyphenolic content and antiradical activity of cloudy and clear apple
juices. J Sci Food Agric 87:573–579..
Pajouhi M, Mohajeri-Tehrani MR, Fakhrzadeh H, Tabatabaei-Malazy O, AminiP.
Lipid disorders. In: Arzaghi M, Tabatabaei-Malazy O, editors. Lipid
disorders in Persian language. Iran: Vista; 2011. p. 1–217.
Pallab Das Gupta and Amartya, Diabetes Mellitus and its Herbal Treatment,
International Journal of Research in ISSN,3(2), 2012, 2229-3701.
Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Departemen Kesehatan, 2000.
Keputusan Menteri Kesehatan R.I No: 55/MENKES/SK/I/2000.
Pari L, Latha M, Antidiabetic effect of Scoparia dulcis: effect on lipid
peroxidation in streptozotocin diabetes, Gen Physiol Biophys, 24, 2005, 13
26.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). 2006. Manual
prosedur Tatalaksana Hipoglikemia & Hiperglikemia. Konsensus
Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia.
Jakarta.
Pessin JE, Saltiel AR. Signaling Pathways in Insulin Action: Molecular Targets of
Insulin Resistance. The Journal of Clinical Investigation; 2010; Volume 106,
2.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2014
Pushparaj PN, Low HK, Manikandan J, Tan BK, Tan CH, Antidiabetic effects of
Cichorium intybus in streptozotocin-induced diabetic rats. J.
Ethnopharmacol, 111, 2007, 430-434.
Pramadya A, Setiawan B, and Damanik R. 2010. Supplement drink formulation
from Torbangun leaves (Coleus amboinicus Lour) for premenstrual
syndrome woman). Indonesia Journal of Nutrition & Food. 5(2): 95 – 102.
Praveena B and Pradeep SN. 2012. Antioxidant and Antibacterial Activities in
the Leaf Extracts of Indian Borage (Plectranthus amboinicus). Food and
Nutrition Sciences, 3, 146-152.
58

Prem Kn, Annamalai A and Thakur RS, Quercetin Attenuates Altered Colonic
Contractility and Intestinal Transit in HFD Fed/STZ Treated Type-2
Diabetic Rats, Pharmacologyonline 1, 2009, 1012-1020
Raghuramulu N, Madhavan Nair K, Kalyanasundaram K. 2003. A manual of
laboratory techniques. 2nd ed. Hyderabad: National Institute of Nutrition.
Rahayu M dan Siagian MH. 2000. Makna Tumbuhan Dalam Ritual Sistem
Pertanian Tradisional: Studi Kasus Penanaman Padi di Desa Pasir Eurih,
Ciomas – Bogor. Prosiding Seminar Nasional Etnobotani III. Denpasar
Bali. Hal: 381 – 385.
Rathore, G.S., M. Suthar, A. Pareek, and R.N. Gupta. 2011. Nutritional
antioxidants: A battle for better health. J. Nat. Pharm. 2: 2-14.
Renu AK and Mamta K. 2007. Effects of curcumin on retinal oxidative stress and
inflammation in diabetes. Nutrition & Metabolism, 4:8 doi:10.1186/1743
7075-4-8
[Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2007. Laporan Nasional. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Departemen Republik Indonesia. Jakarta.
[Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2013. Laporan Nasional. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Departemen Republik Indonesia. Jakarta.
Roshan DP, Naveen KM, Manjul PS, Anita S, Naheed WS, Gulzar A, Sudarshan
KS. 2010. Antioxidant Potential of Leaves of Plectranthus amboinicus
(Lour) Spreng. Scholars Research Library Der Pharmacia Lettre.
2(4):240-245
Sachin A, Shreesh KO, Divya V. 2009. Characterisation of Streptozotocin
Induced Diabetes Mellitus in Swiss Albino Mice. Global Journal of
Pharmacology, 3 (2): 81-84, 2009.
Sajimin ND, Purwantari E, Sutedi, Oyo. 2011. Effect of cutting interval
toproductivity and quality of bangun-bangun (Coleus amboinicus L) as
aforagepromising commodity. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner
16(4):288-293.
Sancheti S, Sancheti S, Seo S. 2009. Chaenomeles sinensis: a potent α-and β
glucosidase inhibitor. American Journal Pharmacology and Toxicology
4(1): 8-11.
Santosa CM, Widjajakusuma R, Rimbawan, Bukit P. 2002 . The Effect of
„Bangun-bangun‟ Leaves (Coleus amboinicus, L) Consumption by
Lactating Mothers on Milk Secretion and Breast-fed Infant Growth,
Abstract, J of The ASEAN Federation of Endocrine Societies (JAFES) 20:
150S.
Santosa CM dan Triana H. 2005. Kandungan senyawa kimia dan efek ekstrak air
Daun Bangun-bangun (Coleus amboinicus, L.) pada aktivitas fagositosis
netrofil tikus putih (Rattus norvegicus). Majalah Farmasi Indonesia, 16
(3), 141 – 148.
Sarkhail P, Rahmanipour S, Fadyevatan S, Mohammadirad A, Dehghan G, Amin
G, Shafiee A, Abdollahi M, Antidiabetic effect of Phlomis anisodonta,Effects
on hepatic cells lipid peroxidation and antioxidant enzymes in experimental
diabetes, Pharm Res, 56, 2007, 261–266.
Seham SE, Rabie HE, Azza R, Rehab SA and Amany AS. 2012.
Polyphenolicscontent and biological activity of Plectranthus amboinicus
59

(Lour.) spreng growing in Egypt (Lamiaceae). Phcog J., Vol 4 , Issue 32.
DOI:10.5530/ pj.2012.32.9
Selvaraj S, Vidya R C, Prakash R N,Fahmi SM. 2012. Fractions of Tinospora
cordifolia Stem Extract Demonstrate Insulin Secreting Activity In Diabetes
Induced Wistar Rats. Journal of Pharmacy Research 2012,5(3),1424-1427
Sandhar HK, Kumar B, Prasher S,Tiwari P,Salhan M, Sharma P. 2011. A Review
of Phytochemistry and Pharmacology of Flavonoids. Internationale
Pharmaceutica Sciencia. Jan-March 2011 Vol. 1Issue 1
Shanbhag T, Shenoy S, Rao MC, Woundhealin profileofTinospora cordifolia,
Indian drugs, 42, 2005, 217-222.
Shareef SM, Sridhar I, Mishra SS, Venkata Rao Y, Evaluation of hypoglycemic
effect of Lagerstroemia speciosa(Banaba) leafextract Alloxan Induced
Diabetes Melitus Rabbits, International JournalofMedical Research & Health
Sciences, www.ijmrhs.com. Volume2, 2013, Issue 2 April –June Coden.
Sharma SB, Nasir A, Prabhu KM, Murthy PS, Dev G, Hypoglycaemic and
hypolipidemic effect of ethanolic extract of seeds of Eugenia jambolana in
alloxan-induced diabetic rabbits, Journal of Ethnopharmacol, 85, 2003, 201
206.
ShenoyS, Kumar H, Thashma, Nayak V, Prabhu K, Pai P. 2012.
Hepatoprotective activity of Plectranthus amboinicus against
Paracetamolinduced hepatotoxicity in rats. International Journal of
Pharmacology and Sciences. Vol 1. Issue 2. 32-38.
Shiney Br, Ganesh P, Kumar RS. 2012. Phytochemical Screening of Coleus
aromaticus and Leucas aspera and Their Antibacterial Activity against Enteric
Pathogens. International Journal of Pharmaceutical & Biological
Archives 2012; 3(1):162-166
Shivani S, Sunil S. 2013. Antidiabetic Effect of Helianthus Annuus L., Seeds
Ethanolic Extract in Streptozotocin-Nicotinamide Induced Type 2 Diabetes
Mellitus. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences.
Vol 5, Issue 2. 382-387
Srinivasan K, Viswanad B, Lydia A, Kaul CL, Ramarao P. 2005. Combination
of high-fat diet-fed and low-dose streptozotocin-treated rat: A model for
type 2 diabetes and pharmacological screening, Pharmacological
Research, 52, 313–320.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1992. SNI 01-2891-1992, Cara Uji Makanan
dan Minuman. Dewan Standardisasi Nasional, Jakarta.
Stangeland T., Remberg S.F., Lye K.A. Total antioxidant activity in 35
Ugandan fruits and vegetables. Food Chem. 2009; 113: 85
Subhas CM, Shivakumar H, Itgappa M, Nagarajappa K. 2009. Antidiabetic
andantioxidant potential of Coleus Aromatiicus leaf Extracs in Alloxan
induceddiabetic rats. Pharmacologyonline 3: 1054-1061
Suda, P., Zinjarde, S.S., Bhargava, S.Y., & Kumar, A.R. (2011). Potent
amylaseinhibitory activity of Indian ayurvedic medical plant. BMC
Complementary and Alternative Medicine 11:5,2.
Thu PMA, Jin W, Jingyi T, Yan ZL dan Ken N. 2013. Evaluation of α glucosidase
inhibition potential of some flavonoids from Epimedium brevicornum.
Journal of LWT Food Science and Technology 53: 492. DOI:
10.1016/j.lwt.2013.04.002
60

Torrico F, Cepeda M, Guerrero G, Melendez F, Blanco Z, Canelon DJ, Diaz B,


Compagnone RS, Suarez AI. Hypoglycemic effect of Croton cuneatus in
streptozotocin-induced diabetic rats. Brazilian J. Pharmacogn. 2007, 17: 166
169.
Trini Suryowati, Rimbawan, Rizal Damanik, Maria Bintang, Ekowati
Handharyani. 2015. Efek Ekstrak Daun Torbangun (Coleus amboinicus
Lour) Sebagai Antioksidan Pada Hati Tikus Diabetes. Prosiding Seminar
Ilmiah Perhimpunan Biokimia & Biologi Molekuler Indonesia (PBBMI), 63
68.
Uma M, Jothinayaki S, Kumaravel S, Kalaiselvi P. 2011. Determination of
Bioactive Components of Plectranthus amboinicus Lour by GC–MS
Analysis. New York Science Journal, 2011;4(8).
Vasquez, E.,A., Kraus, W., Solsoloy, A.,D., dan Rejesus, B.,M., 2000, The Use of
Spices and Medicinal: Antifungal, Antibacterial, Anthelmintic, and
Molluscicidal Constituents of Philippine Plants 2230 – 2238. http://www.
faoorg/docrep/ x2230e/ x2230e8.htm. Accessed 2000 December 5.
Viswanathaswamy AHM, Koti BC, Gore A, Thippeswamy AHM and Kulkarni
RV, Antihyperglycemic and Antihyperlipidemi Activity of Plactranthus
Amboinicus on Normal and Alloxan Indiced Diabetic Rats. Indian Journal
of Pharmaceutical Sciences, 73(2), 2011, : 139–145.
Waris, G. dan Ahsan, H. 2006. Reactive Oxygen Species: Role in The
Development of Cancer and Various Chronic Condition. Journal of
Carcinogenesis. 5 (14): 1-8.
Warsiki E, Damayanthi E, & Damanik R. 2009. Ka- rakterisasi mutu sop daun
torbangun dalam kemasan kaleng dan perhitungan total migrasinya. Jurnal
Teknologi Pertanian, 3, 28 – 33
Winarsi H, Purwanto A dan Dwiyanti H. 2010. Aktivitas Glutation Peroksidase
(GSH-PX) wanita penderita diabetes melitus tipe-2 yang mendapat
suplementasi susu kaya protein kecambah kedelai plus Zn. Proseding
Seminar Nasional Hari Lingkungan Hidup se Dunia 2010. Purwokerto,
12 Juni 2010.
WHO. 2003. Step : A frame work for survailance, the WHO STEP (Use Approach
to Surveilance of Noncommunicable Disease) Geneva dalam
http://.who.int/penyakitdegeneratif/resources/atlas/en/
WHO. 2008. Diabetes Action Now Booklet. http:
//www.who.int/diabetes/BOOKLET_HTML/en/index4.html. 13 Mei 2008
Yadav JP, Sushila S, Kalia AN, Dangi AS, Hypoglycemic and hypolipidemic
activity of ethanolic extract of Salvadora oleoides in normal and alloxan
induced diabetic rats, Indian Journal of Pharmacol, 40, 2008, 23–27
Yamamoto, K, Miyake, H, Kusunoki, M, and Osaki, S. 2008. Crystalization and
preliminary X-ray analysis of isomaltase from Saccharomyces cerevisiae.
Acta Crystallographica Section F: Structutal Biology and Cryztallization
Communications. 64: 1024-1026.
Zochodne DW (2012) Reversing neuropathic deficits. J Peripher Nerv Syst 17
Suppl 2: 4–9.
61

LAMPIRAN
62

Lampiran 1. Uji kontras parameter pada tikus galur Sprague Dawley


Contrast Mean F
Respon Pr > F Keterangan
Kontras SS Square Value
Q VS N 2900,209 2900,209 5,390 0,029 Signifikan
Q VS N & T1 & T2 2391,491 2391,491 4,440 0,046 Signifikan
Q VS
BB-akhir N&D&T1&T2&M 1608,516 1608,516 2,990 0,097 Tidak
&Q Signifikan
Tidak
Q&N VS T1&T2 72,962 72,962 0,140 0,716
Signifikan
T1 VS T2 3767,481 3767,481 7,000 0,014 Signifikan

Tidak
Q VS N 97,969 97,969 0,350 0,561
Signifikan
Tidak
Q VS N & T1 & T2 12,881 12,881 0,050 0,833
Signifikan
Q VS
BB-awal N&D&T1&T2&M 4,824 4,824 0,020 0,897 Tidak
&Q Signifikan
Tidak
Q&N VS T1&T2 60,552 60,552 0,210 0,647
Signifikan
Tidak
T1 VS T2 130,321 130,321 0,460 0,503
Signifikan

Q VS N 4064,256 4064,256 6,930 0,015 Signifikan


Q VS N & T1 & T2 2755,393 2755,393 4,700 0,040 Signifikan
Q VS
N&D&T1&T2&M 1789,517 1789,517 3,050 0,093 Tidak
BB-selisih &Q Signifikan
Tidak
Q&N VS T1&T2 0,578 0,578 0,000 0,975
Signifikan
Tidak
T1 VS T2 2496,400 2496,400 4,260 0,050
Signifikan

Tidak
Q VS N 0,000 0,000 0,620 0,439
Signifikan
Tidak
Q VS N & T1 & T2 0,000 0,000 2,890 0,102
Signifikan
Q VS
CAT N&D&T1&T2&M 0,000 0,000 2,550 0,123 Tidak
&Q Signifikan
16,45
Q&N VS T1&T2 0,001 0,001 0,001
0 Signifikan
Tidak
T1 VS T2 0,000 0,000 1,260 0,272
Signifikan

Tidak
Q VS N 13249,600 13249,600 1,840 0,188
Signifikan
Tidak
GD-akhir Q VS N & T1 & T2 21394,817 21394,817 2,970 0,098
Signifikan
Q VS Tidak
25584,540 25584,540 3,550 0,072
N&D&T1&T2&M Signifikan
63

&Q
Q&N VS T1&T2 8201,250 8201,250 1,140 0,297 Tidak

Signifikan
T1 VS T2 54612,100 54612,100 7,580 0,011 Signifikan

19,97
Q VS N 79405,921 79405,921 0,000
0 Signifikan
19,87
Q VS N & T1 & T2 78996,074 78996,074 0,000
0 Signifikan
Q VS
10,09
GD-awal N&D&T1&T2&M 40117,997 40117,997 0,004
0
&Q Signifikan
Tidak
Q&N VS T1&T2 7797,301 7797,301 1,960 0,174
Signifikan
146894,40 146894,40 36,95 <.000 Tidak
T1 VS T2
0 0 0 1 Signifikan

Tidak
Q VS N 27783,441 27783,441 2,580 0,121
Signifikan
Tidak
Q VS N & T1 & T2 18169,080 18169,080 1,690 0,206
Signifikan
Q VS
GD-selisih N&D&T1&T2&M 1627,565 1627,565 0,150 0,701 Tidak
&Q Signifikan
Tidak
Q&N VS T1&T2 5,101 5,101 0,000 0,983
Signifikan
Tidak
T1 VS T2 22372,900 22372,900 2,080 0,162
Signifikan

Tidak
Q VS N 1,706 1,706 0,640 0,430
Signifikan
Tidak
Q VS N & T1 & T2 2,008 2,008 0,760 0,393
Signifikan
Q VS
GLK N&D&T1&T2&M 0,765 0,765 0,290 0,596 Tidak
&Q Signifikan
Tidak
Q&N VS T1&T2 0,369 0,369 0,140 0,712
Signifikan
Tidak
T1 VS T2 0,240 0,240 0,090 0,766
Signifikan

Tidak
Q VS N 28,881 28,881 0,080 0,784
Signifikan
Tidak
Q VS N & T1 & T2 181,630 181,630 0,480 0,493
Signifikan
Q VS
GPx N&D&T1&T2&M 252,540 252,540 0,670 0,420 Tidak
&Q Signifikan
Tidak
Q&N VS T1&T2 247,833 247,833 0,660 0,424
Signifikan
Tidak
T1 VS T2 1478,267 1478,267 3,940 0,059
Signifikan
HDL Q VS N 921,600 921,600 4,960 0,036 Signifikan
64

Tidak
Q VS N & T1 & T2 26,667 26,667 0,140 0,708
Signifikan
Q VS
N&D&T1&T2&M 24,807 24,807 0,130 0,718 Tidak
&Q Signifikan
Q&N VS T1&T2 1155,200 1155,200 6,220 0,020 Signifikan
Tidak
T1 VS T2 115,600 115,600 0,620 0,438
Signifikan

Tidak
Q VS N 1102,500 1102,500 2,850 0,104
Signifikan
Tidak
Q VS N & T1 & T2 26,667 26,667 0,070 0,795
Signifikan
Kolesterol- Q VS
Total N&D&T1&T2&M 66,667 66,667 0,170 0,682 Tidak
&Q Signifikan
Q&N VS T1&T2 3125,000 3125,000 8,080 0,009 Signifikan
Tidak
T1 VS T2 1368,900 1368,900 3,540 0,072
Signifikan

Tidak
Q VS N 0,018 0,018 1,090 0,306
Signifikan
Tidak
Q VS N & T1 & T2 0,000 0,000 0,020 0,897
Signifikan
Q VS
MDA N&D&T1&T2&M 0,001 0,001 0,040 0,840 Tidak
&Q Signifikan
Tidak
Q&N VS T1&T2 0,047 0,047 2,900 0,101
Signifikan
Tidak
T1 VS T2 0,041 0,041 2,540 0,124
Signifikan

Tidak
Q VS N 0,005 0,005 0,490 0,491
Signifikan
Tidak
Q VS N & T1 & T2 0,002 0,002 0,150 0,706
Signifikan
Q VS
SOD N&D&T1&T2&M 0,001 0,001 0,130 0,727 Tidak
&Q Signifikan
Tidak
Q&N VS T1&T2 0,029 0,029 2,720 0,112
Signifikan
T1 VS T2 0,056 0,056 5,330 0,030 Signifikan

Tidak
Q VS N 624,100 624,100 0,560 0,461
Signifikan
Tidak
Q VS N & T1 & T2 117,600 117,600 0,110 0,748
Signifikan
Q VS
Trigliserida N&D&T1&T2&M 322,667 322,667 0,290 0,595 Tidak
&Q Signifikan
Tidak
Q&N VS T1&T2 2928,200 2928,200 2,640 0,118
Signifikan
Tidak
T1 VS T2 16,900 16,900 0,020 0,903
Signifikan
65

Lampiran 2. Dokumentasi penelitian

Tanaman torbangun (Coleus amboinicus Lour)


66

Persiapan ekstraksi dan analisis di laboratorium


67

Perlakuan pada hewan coba


68
69

Lampiran 3. Bukti-bukti Publikasi sebagian dari disertasi


70
71
72
73

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Klaten Jawa Tengah pada


tanggal 11 Februari 1961. Penulis merupakan anak
pertama dari delapan bersaudara dari pasangan Slamet
Ananto, SH dan Sutinah. Penulis menikah dengan Ir.
Sapto Tranggono, MBA dan dikaruniai dua putra,
yaitu Bharian Tranggono, ST dan Ghanaru
Tranggono.
Penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Atas
pada tahun 1979 dari SMAN1 Klaten Jawa Tengah,
dan pada tahun 1985 menyelesaikan program S1
Jurusan Kimia Fakultas Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta. Pada tahun 1991-1994
penulis melanjutkan program studi S2 pada Program Studi Biokimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor. Sejak tahun 2011 penulis melanjutkan ke program S3 pada Program Studi
Ilmu Gizi Manusia Fakultas Ekologi Manusia Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Departemen Biokimia Kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia, sejak tahun 1986 sampai
sekarang.
Selama mengikuti pendidikan S3 di IPB, penulis membuat karya ilmiah
berjudul Efek Ekstrak Daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) sebagai
Antioksidan pada Hati Tikus Diabetes telah disajikan pada Seminar Ilmiah
Perhimpunan Biokimia & Biologi Molekuler Indonesia (PBBMI) pada tanggal 7
Maret 2015. Artikel dengan judul Antihyperlipidemic Activity of Torbangun
Extract (Coleus Amboinicus Lour) on Diabetic Rats Induced by Streptozotocin
diterbitkan pada IOSR Journal of Pharmacy (IOSRPHR), A Journal of
International Organization of Scientific Research (IOSR), 5 May 2015 dan di
index pada American National Engineering Database (ANED) dengan nomer
ANED-DDL (Digital data link) 05.3013/055050054. Artikel dengan judul
Antihyperglicemic Activity of Coleus amboinicus Lour in Streptozotocin Induced
Type 2 Diabetes Mellitus in Rats telah disajikan pada International Symposium on
Food and Nutrition (ISFAN), on 3rd--‐5th June 2015. Artikel dengan judul
Identifikasi Komponen Kimia dan Aktivitas Antioksidan dalam tanaman
torbangun (Coleus amboinicus Lour) sudah diajukan dan akan terbit pada jurnal
nasional terakreditasi Jurnal Gizi dan Pangan Institut Pertanian Bogor, Volume
10, No. 3, November 2015.

Anda mungkin juga menyukai