PENDAHULUAN
Sediaan ekstrak herba sambiloto dan ekstrak daun mimba dalam bentuk
kapsul sudah beredar dipasaran sehingga dapat dikembangkan menjadi tablet
dalam penelitian ini. Metode pembuatan tablet ekstrak yang digunakan adalah
metode granulasi basah karena ekstrak kental bersifat higroskopis (Agoes, 2012).
Komponen dalam proses formulasi antara lain bahan pengikat, bahan pengisi,
bahan pelicin, dan bahan disintegran (Ansel, 1989). Bahan pengisi yang
digunakan adalah Microcrystalline Cellulose (MCC) yang banyak dipakai dalam
formulasi tablet karena sifat alir yang bagus, kompresibilitas, dan kompaktibilitas.
MCC berfungsi juga sebagai pengikat sehingga tidak diperlukan lagi bahan
pengikat. MCC yang digunakan mempunyai pH 102 dengan ukuran partikel yang
lebih besar (Rowe dkk., 2006). Bahan penghancur yang digunakan adalah Sodium
Starch Glycolate (SSG) yang dapat mengembang sebesar 200-300 kali di dalam
air (Peck dkk., 1989). Kedua komponen ini akan divariasikan untuk mendapatkan
variasi yang optimum dan diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan tablet
ekstrak dalam hal sifat fisik tablet terutama waktu hancurnya. Menurut Dewi dan
Rahmawati (2012), kombinasi MCC pH 102 dan SSG dapat meningkatkan
kecepatan waktu disolusi andrografolid dalam tablet ekstrak herba sambiloto.
Tablet akan mengalami proses disintegrasi sebelum melalui proses disolusi,
sehingga disolusi obat dipengaruhi oleh disintegrasinya.
Formulasi memerlukan optimasi komponennya sehingga menghasilkan
respon yang optimal (Peck dkk., 1989). Optimasi menggunakan desain
eksperimental dilakukan dengan menghubungkan satu faktor dengan faktor yang
lain secara sekaligus, cepat, dan sistematik (Hwang dan Kowalski, 2005). Pada
penelitian ini dipilih metode Simplex Lattice Design (SLD). Analisis kuantitatif
bertujuan untuk mengetahui kadar kandungan senyawa aktif dalam ekstrak.
Analisis kuantitatif pada tablet ekstrak menggunakan metode Kromatografi Lapis
Tipis (KLT). KLT dapat memisahkan dan mengidentifikasi senyawa alam karena
mudah digunakan, cepat, efektif, dan biaya yang tidak mahal (Wagner dan Bladt,
1996). Kandungan senyawa aktif dalam ekstrak dapat dipengaruhi oleh eksipien
yang tidak kompatibel. Senyawa aktif dalam ekstrak herba sambiloto adalah
andrografolid sedangkan ekstrak daun mimba adalah kuersetin.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh perbedaan komposisi MCC dan SSG dalam tablet ekstrak
herba sambiloto dan ekstrak daun mimba terhadap sifat fisik tablet ?
2. Bagaimana komposisi optimum penggunaan MCC dan SSG dalam tablet
ekstrak herba sambiloto dan ekstrak daun mimba dengan metode SLD ?
3. Apakah perbedaan komposisi MCC dan SSG mempengaruhi kadar relatif
andrografolid dan kuersetin dalam tablet ekstrak herba sambiloto dan daun
mimba ?
C. Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan komposisi
MCC dan SSG dalam tablet ekstrak herba sambiloto dan ekstrak daun mimba
terhadap sifat fisik tablet.
D. Tinjauan Pustaka
1. Uraian tanaman sambiloto
Sistematika
Kerajaan
Divisi
Subdivisi
Kelas
Bangsa
Suku
Marga
Jenis
Keterangan
Plantae
Spermatophyta
Angiospermae
Dicotyledonae
Solanales
Acanthaceae
Andrographis
Andrographis paniculata (Burm.f.)Nees
diisolasi dari ekstrak etanolik akar sambiloto, diketahui berefek lebih besar
daripada andrografolid dalam memperbaiki diabetes nefropati (Lee dkk., 2010).
Andrografolid diketahui dapat melindungi kerusakan sel beta pankreas dengan
cara sebagai antioksidan dan menstimulasi transport glukosa subtipe 4 (GLUT 4)
pada translokasi membran di sel otot (Zhang dkk., 2009). Kerusakan sel beta
pankreas diakibatkan oleh efek radikal bebas dari peroksida sehingga perlu
antioksidan untuk menghambat proses kerusakan tersebut.
c. Sifat fisika kimia andrografolid
a.
Sistematika
Kerajaan
Divisi
Subdivisi
Kelas
Bangsa
Suku
Marga
Jenis
b.
Keterangan
Plantae
Spermatophyta
Angiospermae
Dicotyledonae
Rutales
Melieceae
Azadirachta
Azadirachta indica A.Juss.
Kandungan kimia
Tanaman mimba seperti pada gambar 2 mempunyai komponen yang dapat
dibagi menjadi dua kelas yaitu isoprenoid dan non isoprenoid. Isoprenoid terdiri
jenis flavon dan flavonol. Kuersetin termasuk dalam aglikon, apabila berikatan
dengan glikonnya akan menjadi glikosida rutin. Kuersetin mempunyai 3 cincin
dan 5 hidroksil grup (Sharma dan Gupta, 2010).
10
11
Sifat alir diperlukan agar bahan dapat dialirkan ke dalam die dari mesin
tablet secara konsisten sehingga bobot tablet seragam, bahan aktif tiap tablet
seragam dan efek teraupetiknya identik. Pengukuran granul untuk menentukan
parameter free flowing sudah baik atau belum bisa dengan cara uji kecepatan alir,
uji sudut istirahat/diam, dan uji pengetapan (Wadke dkk., 1989). Waktu alir yang
baik untuk pencetakan tablet dengan cara uji kecepatan alir adalah kurang dari 10
detik untuk 100 g granul (FDA, 2006). Sudut diam yang baik yang menunjukan
granul free flowing adalah 25-45o (Wadke dkk., 1989). Persen pengetapan yang
baik adalah kurang dari 10% (FDA, 2006). Bahan yang sifat alirnya baik maka
kompresibilitasnya juga baik begitu juga sebaliknya. Sifat alir juga akan
membantu proses pemecahan tablet sehingga mempercepat proses disintegrasi
(Agoes, 2012).
Metode pembuatan tablet dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Kempa langsung
Metode kempa langsung dilakukan dengan memberi tekanan langsung
kepada serbuk atau kristal sehingga menjadi tablet tanpa mengubah karakter
fisiknya. Keuntungan metode ini adalah menghemat biaya, bisa dilakukan
otomatisasi, dan tidak memerlukan waktu untuk proses granulasi. Metode ini
dipilih untuk bahan obat yang tidak tahan panas dan kelembaban, mencegah
rekristalisasi zat aktif selama proses pengeringan (Anief, 1993).
Syarat eksipien dalam metode ini adalah fluiditas dan kohesifitas yang baik.
Fluiditas atau sifat alir diperlukan dalam keseragaman dan kecepatan aliran serbuk
ke dalam cetakan. Kohesifitas penting dalam hal kekompakan tablet setelah diberi
12
tekanan. Selain itu syarat lainnya adalah eksipien stabil secara fisika dan kimia,
ukuran partikel relatif sama dengan ukuran partikel zat aktif untuk mencegah
segregasi, tidak mempercepat degradasi bahan aktif, ekonomis, dan tidak
mempengaruhi waktu hancur maupun disolusi obat (Bolhuis dan Chowhan, 1996).
b. Granulasi kering
Metode ini digunakan untuk bahan obat yang mempunyai sifat
kompresibilitas dan sifat alirnya buruk terhadap panas dan kelembaban. Zat
berkhasiat, zat pengisi, zat penghancur, dan pengikat atau pelicin dicampur dan
dibuat dengan cara kempa cetak menjadi tablet yang besar (slugging), setelah itu
dipecah menjadi granul dan diayak, dan tahap terakhir dikempa dan dicetak
menjadi tablet (Anief, 1993). Metode ini lebih singkat dibandingkan dengan
granulasi basah.
c. Granulasi basah
Metode ini digunakan untuk bahan yang kompresibilitasnya buruk dan tidak
tahan tekanan besar tetapi stabil dalam kelembaban atau panas. Zat aktif, zat
pengisi, dan zat penghancur dicampur baik-baik, lalu dibasahi dengan larutan
pengikat jika perlu ditambah dengan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul
dan dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 40o-50oC. Setelah kering
diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan
ditambahkan bahan pelicin dan dicetak menjadi tablet (Anief, 1993).
13
14
c. Kerapuhan
Uji kerapuhan berhubungan dengan uji kekerasan tablet, apabila tablet
mempunyai nilai kekerasan besar maka tablet akan cenderung tidak rapuh. Alat
yang digunakan adalah abrasive tester.
d. Disintegrasi
Uji ini dimaksudkan untuk menentukan batas waktu hancur suatu sediaan
seberapa lama tetapi tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut
sempurna. Sediaan yang dinyatakan hancur apabila sisa sediaan yang tertinggal
pada kassa alat uji merupakan massa lunak kecuali bagian dari penyalut atau
cangkang kapsul yang tidak larut. Tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus
hancur sempurna. Waktu hancur tablet ekstrak masih diperbolehkan apabila
kurang dari 30 menit (Departemen Kesehatan RI, 2015).
profil sifat campuran bahan yang memberikan sifat optimum pada semua
perbandingan. Selain cara ini terdapat cara trial dan error akan tetapi akan
menghabiskan waktu, bahan, biaya, dan belum tentu berhasil. Metode SLD
dirancang dengan desain eksperimental dan dikombinasikan dengan metode
optimasi (Bolton, 1997).
15
(1)
Harga Rf suatu senyawa dapat dibandingkan dengan harga Rf pada literatur jika
pelarut, fase diam, serta fase gerak yang digunakan sama (Sastrohamidjojo, 1991).
16
farmasetik karena sifatnya yang kompresibel sehingga mudah untuk dikempa dan
tidak mudah retak, utamanya sebagai bahan pengikat atau diluent pada formulasi
oral tablet dan kapsul untuk granulasi basah maupun kompres langsung (Rowe
dkk., 2006).
Tabel III. Monografi Microcrystalline Cellulose (MCC)
Monografi
Nama resmi
Sinonim
Rumus Molekul
Keterangan
Cellulose, Microcrystalline
Avicel pH, celex, gel selulosa, celphere, ceolus KG,
selulosa kristal-garis, E460, pharmacel, tabulose,
vivapur, emcocel, ethispheres, fibrocel
(C6H10O5)n
Rumus struktur
Berat molekul
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Inkompatibilitas
36000
Putih, tidak berbau, tidak berasa, bubuk kristal
Tidak larut pada air, pelarut organik, larut pada 5% w/v
NaOH
Wadah yang tertutup dengan baik, tempat yang kering
Oksidator kuat
MCC tidak diabsorbsi dalam tubuh dan mempunyai efek toksik minimum.
Konsumsi secara berlebih dapat mengakibatkan efek laksatif tetapi tidak menjadi
masalah apabila menjadi formula dalam produk farmasetis (Rowe dkk., 2006).
Ukuran partikel rata-rata pada MCC sekitar 50-180 m. Ukuran partikel yang
lebih besar akan membuat sifat alirnya lebih baik karena akan mudah turun pada
17
saat fase pengisian (Rowe dkk., 2006). MCC sebagai pengisi bekerja dengan
mengabsorbsi pelarut pada granul. MCC mempunyai multifungsi sebagai eksipien
dalam formulasi seperti pada tabel IV (Rowe dkk., 2006).
Tabel IV. Fungsi Microcrystalline Cellulose (MCC)
Fungsi
Adsorben
Pengikat/pengisi kapsul
Disintegran tablet
Pengikat/pengisi tablet
b.
Monografi
Nama resmi
Sinonim
Berat molekul
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Inkompatibilitas
Keterangan
Sodium Starch Glycolate
Pati karboksimetil, explosol, explotab, glikolis, primojel,
natrium pati, vivastar, tablo, natrium pati glikolat
5 x 105 1 x 106
Berwarna putih , tidak berbau, tidak berasa, free-flowing
Larut dalam etanol 95 %, tidak larut dalam air
Sangat stabil, disimpan dalam wadah tertutup terlindung
dari kelembaban dan temperatur sedang, dapat tahan 3-5
tahun
Asam askorbat
Rumus Struktur
SSG berfungsi sebagai disintegran atau penghancur pada tablet dan kapsul.
Monografi SSG secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel V (Rowe dkk., 2006).
Secara umum eksipien ini dipakai untuk oral farmasetis dengan proses kempa
18
Monografi
Nama resmi
Sinonim
Rumus Molekul
Keterangan
Polietilen Glikol
Karbowax, lipoksol, lutrol E, PEG, pluriol E,
polioksietilen glikol
HOCH2(CH2OCH2)mCH2OH
Rumus struktur
Gambar 7. Rumus Struktur Polietilen Glikol (PEG)
Berat molekul
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Inkompatibilitas
PEG berfungsi sebagai basis salep, pelarut, basis supositoria, lubrikan dari
tablet dan kapsul. PEG dipakai dalam berbagai bentuk sediaan seperti parenteral,
topikal, oral, dan rektal. Selain itu juga sebagai sediaan terkontrol. Pada sediaan
padat lebih digunakan PEG berbobot molekul besar yang berbentuk padat
sehingga lebih efektif dalam mengikat granul dan membuat granul tidak mudah
rapuh. PEG bisa digunakan sebagai disintegran jika konsentrasinya lebih besar
19
dari 5%. PEG 6000 mempunyai sifat alir yang bagus atau free flowing dan bisa
berfungsi sebagai lubrikan terutama untuk tablet yang akan larut. Lubrikan PEG
tidak sebaik magnesium stearat (Rowe dkk., 2006).
E. Landasan Teori
Ekstrak herba sambiloto dan ekstrak daun mimba diketahui dapat
bermanfaat sebagai penurun kadar glukosa dalam darah. Sambiloto mempunyai
khasiat dalam menurunkan kadar glukosa darah dengan kandungan senyawa
andrografolid (Yu dkk., 2003), sedangkan mimba dengan kandungan kuersetin
(Abdelmoaty dkk., 2010). Kombinasi kedua ekstrak lebih efektif dalam
menurunkan kadar glukosa dibandingkan dengan ekstrak tunggalnya (Nugroho
dkk., 2014).
Permasalahan utama pada tablet yang terbuat dari ekstrak kental adalah
masih terdapat kandungan pelarut ekstrak, sehingga membutuhkan bahan pengisi
dan penghancur tablet. Bahan tersebut akan membuat tablet menjadi free flowing
dan memenuhi kompresibilitas serta kompaktibilitas tekanan (Wadke dkk., 1989).
Microcrystalline Cellulose (MCC) mempunyai sifat alir yang baik dan
kompresibel saat dikempa. MCC berfungsi sebagai bahan pengisi dan pengikat
pada konsentrasi 20-90% dari bobot tablet, sehingga tidak diperlukan lagi bahan
pengikat (Rowe dkk., 2006). Bahan pengisi berfungsi sebagai penyesuaian bobot
tablet (Siregar dan Wikarsa, 2010) sehingga semakin besar konsentrasi bahan
pengisi maka bobot tablet semakin bertambah. Pada granulasi basah, MCC dapat
meningkatkan kekerasan dengan tekanan kempa yang rendah. MCC merupakan
20
pengikat yang baik dan dapat memperbaiki kekuatan mekanik pada beberapa
formulasi akan tetapi dapat menurun fungsinya seiring dengan penambahan air.
Fungsi disintegran pada MCC akan menurun pada proses granulasi basah.
Konsentrasi MCC lebih besar dari 80% akan memperlambat disolusi zat aktif
(Siregar dan Wikarsa, 2010). Penelitian Dewi dan Rahmawati (2012) diketahui
bahwa peningkatan konsentrasi MCC pH 102 dapat memperbaiki sifat alir granul
dan meningkatkan kerapuhan. Pada peningkatan konsentrasi MCC pH 102
diketahui pula terjadi penurunan waktu hancur dan peningkatan kekerasan tablet
ekstrak (Sugiyono, 2013).
Sodium Starch Glycolate (SSG) berfungsi sebagai bahan penghancur dalam
pembuatan tablet secara kempa langsung maupun granulasi basah pada fase
eksternal. SSG merupakan modifikasi dari amilum dengan cara cross linking dan
metilasi karboksil. SSG dapat menyerap air dan mengembang sebesar 200-300
kali (Rowe dkk., 2006). Starch lebih bagus sebagai disintegran dibandingkan
dengan magnesium karbonat (Mshelbwala dkk., 2007). Konsentrasi SSG sebagai
penghancur antara 2-8%, sedangkan konsentrasi optimumnya adalah 4% (Rowe
dkk., 2006). Semakin besar konsentrasi SSG maka lapisan gel yang terbentuk saat
mengembang lebih besar sehingga memperlambat waktu disintegrasi (Rojas dkk.,
2012).
Dalam proses formulasi diperlukan optimasi formula untuk mendapatkan
hasil yang optimal. Metode optimasi pada penelitian ini adalah Simplex Lattice
Design. Metode ini dapat mengurangi waktu, penggunaan biaya, dan mengurangi
21
F. Hipotesis
1. Peningkatan konsentrasi MCC dapat meningkatkan bobot tablet, kerapuhan,
dan kekerasan sedangkan penurunan konsentrasi SSG dapat menurunkan waktu
hancur.
2. Komposisi yang memberikan sifat fisik tablet optimum yaitu SSG dengan
konsentrasi mendekati 4% dan MCC dengan konsentrasi paling rendah dari
rentang SLD.
3. Perbedaan komposisi MCC dan SSG tidak mempengaruhi kadar relatif
andrografolid dan kuersetin dalam tablet.