Anda di halaman 1dari 40

Kegawatdaruratan Psikiatri

Dan
Psikiatri Forensik

DAN HIDAYAT
d43h@yahoo.com
JAKARTA 2019

GDP 1
Pengertian Gawat Darurat 2

GDP
Gawat Darurat: keadaan yang mengancam nyawa atau
kecacatan bila tak mendapat pertolongan secepatnya;
contoh delirium, intoksikasi, status epileptikus, perilaku
suicidum, tindak kekerasan lain

Gawat Tidak Darurat: keadaan gawat tetapi tidak


memerlukan tindakan darurat; contoh dementia berat
Pengertian Gawat Darurat 3

GDP
Darurat Tidak Gawat: keadaan tidak gawat tetapi perlu
pertolongan segera; contoh gejala putus zat, mutilasi
diri, keadaan krisis

Tidak Gawat Tidak Darurat: keadaan kejiwaan yang


tidak gawat dan tidak perlu pertolongan segera; contoh
gangguan jiwa kronis, gangguan jiwa ringan, gangguan
kepribadian
Psikiatri Kedaruratan 4

GDP
 Gangguan mental (perasaan, pikiran dan perilaku) yang
memerlukan terapi atau tindakan segera
 Yang gawat seperti: delirium, status epileptikus,
intoksikasi, tentamen suicidum, gaduh gelisah, kekerasan
 Yang tidak gawat seperti: gangguan putus zat, mutilasi
diri, keadaan krisis
GAWAT TIDAK GAWAT 5

GDP
1. Delirium 1. Gejala Putus Zat
2. Intoksikasi 2. Mutilasi Diri
DARURAT 3. Status Epilepsi 3. Keadaan Krisis
4. Gaduh Gelisah
5. Tentamen Suicidum
6. Kekerasan

1. Gangguan Jiwa Kronis


2. Gangguan Jiwa Ringan
TIDAK 1. Demensia Berat 3. Gangguan Kepribadian
DARURAT
Pasien
6

GDP
Triase

Evaluasi Medik-Psikiatrik

Tindakan / terapi

inap Rujuk pulang

RSU
Triase 7
 Sambut pasien & keluarganya dg ramah dan sopan, jangan
langsung menolak

GDP
 Sambut keluarga utk di anamnesis (identitas, keluhan utama,
perjalanan penyakit)

 Periksa pasien (universal precaution!!): perhatikan


kesadaran ps, tanda2 vital lain (tensi, nadi, suhu,
pernapasan), tanda2 kekerasan, luka2, perdarahan, patah
tulang dsb => atasi sebisanya, kalau memang masalah fisik
=> rujuk ke RSU
Penatalaksanaan (1) 8

1. Triase: perhatikan tanda2 vital yaitu:

GDP
 Kesadaran, pernapasan, tensi, nadi, suhu
 Tentukan kondisi kedaruratannya

2. Lakukan “basic life support” perhatikan ABC (airways,


breathing, circulation) => khusus untuk kasus koma
 Bila tensi turun, berikan infus NaCl 0,9%, setelah keadaan
pasien stabil => rujuk ke RSU
Organicity is priority, psychological is supremacy
Penatalaksanaan (2) 9
Bila kesadaran pasien kompos mentis, perhatikan:

GDP
 Tingkat kegelisahan, keberbahayaan thd dirinya dan
lingkungannya, kekerasan, risiko bunuh diri
 Lakukan proteksi diri :
 Jangan hadapi pasien seorang diri
 Ketahui sebanyak mungkin ttg ps sblm menemuinya
 Jangan lakukan konfrontasi dg pasien
 Hadapi pasien dg tenang, bersahabat dan waspada
 Perhatikan keamanan lingkungan fisik/ruangan, spt akses
pintu darurat, benda2 berbahaya
 Bila perlu lakukan fiksasi dengan suntikan
Penatalaksanaan (3) 10
Cegah kekerasan thd orang lain

GDP
 Beritahu pasien bhw kekerasan tak bisa diterima, bila
perlu akan dilakukan pengekangan
 Dekati pasien dg tenang tanpa menimbulkan ancaman,
bersikap tegas, tawarkan bantuan
 Berikan terapi suntikan (Serenace 5 mg im, dan valium
10 mg im), bisa diberikan setiap 30 menit
 Bila dilakukan fiksasi fisik, harus sering dikontrol,
setiap 10 menit, periksa tanda2 vital, anggota badan
yang difiksasi
 Bila sudah tenang, bisa dipindahkan ke ruang yang lebih
tenang (keluar dari IGD)
Kiat umum dlm evaluasi ps 11

GDP
1. Proteksi (melindungi diri)
2. Mencegah cedera
 Cegah cedera diri dan bunuh diri. Gunakan segala cara
untuk mencegah ps mencederai dirinya saat evaluasi
 Cegah tindak kekerasan thd orang lain
3. Singkirkan kemungkinan GMO
4. Singkirkan kemungkinan timbulnya psikosis
Kedaruratan Psikiatrik
12
• Membutuhkan tindakan segera

GDP
• Mencegah kematian atau cedera serius thd pasien atau
orang lain
• Timbul dlm hitungan detik/menit
• Sistem hukum memberi kebebasan dan keuntungan kpd
dokter dari keraguan dlm mengambil tindakan intervensi
• Hukum juga memberi perlindungan kpd pasien dari
malpraktik yg dilakukan oleh petugas kesehatan
Unsur2 Malpraktik
13
• Alpa dalam memenuhi kewajiban yg dpt merugikan

GDP
pasien
• Jadi ada unsur2:
1. Petugas yg berkewajiban utk melayani
2. Pelanggaran dari kewajiban itu
3. Merugikan pasien
4. Kerugian itu adalah akibat langsung dari kealpaan thd
tugasnya
4 D of Negligence (kelalaian) 14

GDP
1. Duty (kewajiban)
2. Dereliction of that duty (Penyimpangan dari kewajiban)
3. Direct causation (Penyebab langsung)
4. Damage (Kerugian)
15

Psikiatri forensik-dh
Psikiatri Forensik
Praktik psikiatrik dipengaruhi oleh 4 faktor utama: 16

Psikiatri forensik-dh
(1) Profesional, etik dan legal
(2) Hak pasien
(3) Ketetapan pengadilan, badan legislatif, agen peraturan pemerintah
dan badan perizinan
(4) Kode etik dan pedoman praktik (standar pelayanan profesi/medik)
Semua faktor ini berada dalam wilayah psikiatri forensik. Kata
forensik berarti berkaitan dangan hukum.
Psikiatri forensik 17

Psikiatri forensik-dh
Satu subspesilisasi psikiatri dimana pengetahuan dan
ketrampilan pakar psikiatri digunakan dalam masalah
hukum yang berkaitan dengan hukum perdata, hukum
pidana, perbaikan atau masalah legislatif

 Simon, R.I., Gold, L.H., Textbook of Forensic Psychiatry, 1st edition, The American Psychiatric Publishing,
Washington, DC; London, England 2004
Perkara perdata 18

Psikiatri forensik-dh
Kontrak perjanjian
Pembuatan surat wasiat
Kesaksian di pengadilan
Kemampuan melakukan segala macam
urusan (kompetensi umum)
Ketidakmampuan secara psikiatrik
19

Pasal 433 KUH Perdata

Psikiatri forensik-dh
Setiap orang dewasa yang selalu berada
dalam keadaan dungu, sakit otak atau mata
gelap harus ditaruh di bawah pengampuan,
pun jika ia kadang2 cakap mempergunakan
pikirannya.
Dasar Pertimbangan: Actus Reus – Mens Rea 20
 actusreus The wrongful deed that comprises the physical

Psikiatri forensik-dh
components of a crime and that generally must be coupled
with mens rea to establish criminal liability (responsibility)
 mens rea Literally, “guilty mind.” One of two fundamental
aspects of any crime. The other aspect is the act, or actus
reus.

Simon, R.I., Gold, L.H., Textbook of Forensic Psychiatry, 1st edition, The American Psychiatric
Publishing, Washington, DC; London, England 2004
Pasal 44 KUHP 21

Psikiatri forensik-dh
Barangsiapa melakukan perbuatan yang tidak
dapat dipertanggung-jawabkan kepadanya
karena jiwanya cacat dalam pertumbuhan
atau terganggu karena penyakit, tidak
dipidana
“Hukum memaafkan” 22
 Karena cacat atau sakit mentalnya, tidak dapat memahami

Psikiatri forensik-dh
sifat tindakannya, atau tidak memahami bahwa tindakannya
salah (M'Naghten rule)
 Tindakannya adalah hasil dari penyakit atau cacat
mentalnya (Durham rule)
 Karena cacat atau sakit mentalnya, tidak memiliki kapasitas
untuk menilai “kesalahan” perbuatannya atau tidak mampu
memenuhi persyaratan hukum (ALI (American Law
Institute) test /Model Penal Code test)
Masalah 23

Psikiatri forensik-dh
Keadaan mental yang dinilai adalah keadaan saat
perbuatan “pidana” tersebut dilakukan, yang
kadangkala sudah lama berselang
Apakah keadaan tersebut terjadi sebelum/ sewaktu
dilakukannya tindak pidana, ataukah justru akibat dari
peristiwa pidana tersebut?
Masalah hukum 24

Psikiatri forensik-dh
 Psikiaterdapat disalahgunakan (misused) oleh
penasihat hukum terdakwa /tersangka untuk
memberikan keterangan yang meringankan atau
bahkan membebaskan terdakwa (not guilty by
reason of insanity), atau untuk melarikan diri dari
hukum (incompetence to stand trial), atau
melarikan diri dari eksekusi (unfit to be detained)
Child abuse
 Menelantarkan anak 25
 Penyiksaan terhadap anak

Psikiatri forensik-dh
 Kekerasan seksual thd anak
 Ayla (anak yang dilacurkan)
 Eksploitasi anak

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)


 Terhadap isteri/suami
 Pemaksaan seksual
 Ancaman penelantaran
 Fisik
 Mental: Intimidasi
Vandalisme 26
 Perilaku menyimpang pada seseorang yg suka merusak
lingkungan dan bertentangan dg norma- norma masyarakat yg

Psikiatri forensik-dh
berlaku
 Penyimpangan bisa berupa lingkungan fisik dan seksual

Hukuman mati
 Sebelum hukuman dijatuhkan tersangka mempunyai hak tentang
status psikiatrisnya.
 Masih dalam perdebatan!! HAM? UUD 45?

Penentuan jenis kelamin


 Terutama berkaitan dengan hak warisan
Peran psikiatri dalam hukum 27
 Membantu lembaga peradilan dalam menentukan kondisi
kesehatan mental seseorang

Psikiatri forensik-dh
 Membuat visum et repertum psikiatrikum
 Membuat surat keterangan kesehatan jiwa
 Sebagai saksi ahli dalam peradilan
 Memberikan informasi pada masyarakat luas tentang
pentingnya pemeriksaan psikiatrik
 Membantu perlindungan pengobatan dan perawatan penderita
gangguan jiwa
Visum et Repertum Psychiatricum (VeRP) 28

Surat keterangan seorang dokter ahli ilmu


kedokteran jiwa sebagai hasil observasi dan
pemeriksaan psikiatrik, dan penilaian yang
mendalam terhadap seseorang tersangka atau
terdakwa atau seorang yang bersengketa dalam
suatu perkara atau peristiwa hukum yang dibuat

Psikiatri forensik-dh
atas permintaan resmi guna kepentingan
peradilan dan dibuat berdasarkan sumpah dokter
 VeRP biasa dimintakan utk kasus pidana 29
 Kasus pidana bila pelaku tindak pidana diperkirakan

Psikiatri forensik-dh
menderita suatu gangguan jiwa pada saat ia melakukan
tindak pidananya, atau pada saat akan disidangkan di
pengadilan.
 Lingkup sasaran: VeRP diperuntukkan bagi tersangka atau
terdakwa pelaku tindak pidana atau korban tindak pidana
 Tempat observasi dan pemeriksaan psikiatrik dilakukan
di Instansi pelayanan kesehatan jiwa yaitu RSJ Pemerintah
dan RSU Pemerintah/ TNI/POLRI bagian Kedokteran Jiwa
Pelaku/korban tindak pidana 30
|

Psikiatri forensik-dh
BAP Polisi
|
Diduga menderita G Jiwa
|
Surat permohonan VeRP
|
Institusi pelayanan kesehatan
Institusi Pelayanan Kesehatan 31
|

Psikiatri forensik-dh
Observasi selama 2 minggu
|
Psikiater (Dr SpKJ)
|
Dibantu tim pemeriksa (psikolog dll)
|
Pemeriksaan tambahan
|
Penyusunan VeRP
Kesimpulan VeRP 32

Psikiatri forensik-dh
1. Menderita G Jiwa saat peristiwa pidana?
2. Memiliki kompetensi menjalani sidang pengadilan
3. Unsur2 kemampuan bertanggung jawab
a. Mampu memahami nilai & risiko tindakan?
b. Mampu memaksudkan suatu tujuan sadar?
c. Mampu mengarahkan kemauan/tujuan tindakannya?
Gradasi Perilaku 33
1. Bidang kesehatan:
 berbahaya => tak berbahaya

Psikiatri forensik-dh
 disadari => tak disadari
 dipahami => tak dipahami
 direncanakan => tak direncanakan
2. Bidang hukum :
 bertanggung jawab penuh
 bertanggung jawab sebagian
 yang tak dapat dibebankan
Catatan: Penilaian pertanggungan jawab dari terperiksa
adalah wewenang hakim pengadilan
(Pedoman pembuatan VeRP)
Secara umum setiap pemidanaan a.l. juga 34
mempertimbangkan dan memperhatikan gagasan
pemasyarakatan yaitu:

Psikiatri forensik-dh
Hukuman (Pidana) bagi seseorang diharapkan
memiliki daya guna sbb:
1. Pengubah perilaku (efficient punishability)
2. Upaya menakut-nakuti utk mencegah perbuatan
kriminal (deterrent efficiency)

(Pedoman pembuatan VeRP)


Konsep operasional tentang G Jiwa (dengan 35
memperhatikan keterbatasan kemampuan atau
ketidakmampuan (disability)):

Psikiatri forensik-dh
1. Ketidakmampuan memaksudkan suatu tujuan yang sadar
(intentional disability)
2. Ketidakmampuan mengarahkan/ mengendalikan
kemauan/tujuan tindakan (volitional disability)
3. Ketidakmampuan memahami nilai dan risiko
tindakannya

(Pedoman pembuatan VeRP)


Gangguan Jiwa 36

Psikiatri forensik-dh
Gejala kejiwaan
+
Penderitaan / distres
+/
Gangguan fungsi/disabilitas/hendaya
(Pekerjaan, sosial, se-hari2)
Tujuan dan kedudukan VeRP 37

Tujuan

Psikiatri forensik-dh
Menentukan ada/tidaknya gangguan jiwa
Ada/tidaknya hubungan gangguan jiwa
dengan perilaku yang melibatkan peristiwa
hukum
Menentukan kemampuan tanggung jawab
terperiksa atau tersangka
ETIKA PSIKIATRI 38

PRINSIP ETIKA

Psikiatri forensik-dh
Hubungan dokter/psikiater-pasien
Pengambilan keputusan pada stadium terminal
Hubungan dokter - dokter
Hubungan dokter - masyarakat
Penelitian dalam bidang psikiatri
Hak mendapat pemeriksaan psikiatri 39
Hak pasien
 Memilih dokter dan rumah sakit

Psikiatri forensik-dh
 Memperoleh informasi medis tentang dirinya
 Memberikan persetujuan pengobatan
 Rahasia medis
 Menerima ganti rugi

Kewajiban pasien
 Memberikan informasi yg sebenarnya
 Mematuhi nasihat dokter
 Menjaga privacy kedokteran
 Memberikan honor yang pantas
Kepustakaan 40

Psikiatri forensik-dh
1. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry, 10th edition,
Lippincott Williams & Wilkins 2007
2. Simon, R.I., Gold, L.H., Textbook of Forensic Psychiatry,
1st edition, The American Psychiatric Publishing,
Washington, DC; London, England 2004
3. Wikipedia, the free encyclopedia
4. Depkes RI, Pedoman VeRP (konsep), 2009

Anda mungkin juga menyukai