GLOBALISASI SEBAGAI ASPEK PENGUBAH HUKUM

1. PERISTILAHAN
2. KONFIGURASI PERGAULAN
3. ASPEK GLOBALISASI DALAM PERUBAHAN HUKUM
4. PEMBINAAN HUKUM NASIONAL DI ERA GLOBALISASI
1. PERISTILAHAN ( TH 1985 DIPERKENALKAN OLEH THEODORE LEVITTE)
- GLOBALISASI/MODERNISASI/POST MODERNISASI/POST KOLONIALISME/POST
IMPERIALISME, ADALAH SUATU PERUBAHAN ZAMAN TERJADI PADA SEGALA
APSEK KEHIDUPAN MANUSIA, YAKNI ASPEK KEAGAMAAN/SOSIAL BUDAYA,
EKONOMI DAN KEUANGAN, POLITIK DAN KEAMANAN, PENDIDIKAN DSBNYA.
- FENOMENA GLOBALISASI  MESKIPUN RELATIF BARU TETAPI
FENOMENANYA SUDAH LAMA SEJAK DITEMUKAN BERBAGAI TEKNONOGI,
TRANSPORTASI, PERKEMBANGAN MODAL, PEMIKIRAN DAN BERBAGAI
PENEMUAN BARU LAINNYA.
- MENURUT ILMU PENGETAHUAN  GLOBALISASI ADALAH PERUNTUHAN
JARAK BATAS-BATAS DAN JARAK ANTARA BANGSA-BANGSA, ANTARA NEGARA
DAN NEGARA, ANTARA BUDAYA YANG SATU DENGAN BUDAYA YANG LAIN
- KECEDERUNGAN DALAM BIDANG HUKUM  HUKUM HARUS MEMBERI
LEGALITAS TERHADAP SEGALA PERUBAHAN YANG TERJADI AGAR
LALULINTAS PERGAULAN MANUSIA MENGHADAPI ARUS GLOBAL INI
TIDAK TERGANGGU
- REFORMASI HUKUM  AKIBAT ARUS GLOBALISASI (DI INDONESIA,
HAL PENTING PELAKSANAAN REFORMASI NASIONAL BAIK PADA
TINGKAT NASIONAL MAUPUN REGIONAL MENCAKUP DALAM CARA
BERPIKIR, TINGKAH LAKU, POLA HIDUP YANG SESUAI DENGAN
TUNTUTAN ZAMAN
- AGENDA REFORMASI HUKUM  MENCAKUP REFORMASI
KELEMBAGAAN (INSTITUTIONAL REFORM), REFORMASI PERUNDANG-
UNDANGAN (INSTRUMENTAL REFORM) DAN REFORMASI BUDAYA
HUKUM (CULTURE REFORM)
2. KONFIGURASI PERGAULAN GLOBALISASI
SEMULA ARUS GLOBALISASI INI TIDAK BEGITU DIHIRAUKAN OLEH BERBAGAI
PIHAK DALAM SUATU NEGARA, NAMUN DEMIKIAN PROSES LAJUNYA SANGAT
CEPAT, MEMAKSA PARA AHLI IKUT MEMIKIRKAN DAMPAK NEGATIFNYA.
MENURUT VICTOR FARKL, AKIBAT NEGATIVE INI FRUSTASI EKSISTERSIAL
(EXISTETYIAL FRUSTRATION) CIRI-CIRINYA YAITU HASRAT YANG BERLEBIHAN
UNTUK BERKUASA (THE WILL TO POWER), BERSENANG-SENAG MENCARI
KENIKMATAN (THE WILL TO PLEASURE), PRILAKU BERLEBIHAN UNTUK
MENGUMPULKAN UANG (THE WILL TO MONEY) UNTUK BEKERJA (THE WILL TO
WORK) DAN KENIKMATAN SEKSUA;L (THE WILL TO SEX) – ADA JUGA PERASAAN
SERBA TIDAK BERARTI HIDUPNYA DAN JUGA TIMBUL NEUROSIS NOOGENIK,
YAITU PERASAAN HIDUP TANPA ARTI, BOSAN, APATIS, DAN TIDAK ADA TUJUAN
MNYIKAPI HAL TERSEBUT, MENURUT SYAHRIR HARAHAP
MEREKOMENDASIKAN, DILAKUKAN KAJIAN MENGINGAT:
- TERJADINYA PERGESERAN DARI KONFLIK IDEOLOGI DAN POLITIK KE
ARAH PERSAINGAN PERDAGANGAN, INVESTASI DAN INFORMASI, DARI
KESEIMBANGAN KEKUATAN (BALANCE OF POWER) KEARAH KESEIMANGAN
KEPENTINGAN (BALANCE OF INTEREST)
- HUBUNGAN ANTAR NEGARA DAN BANGSA SECARA STRUKTUR BERUBAH
DARI(DEPENDENCY) KE ARAH SALING TERGANTUNG (INTERDEPENDENCY)
HUBUNGAN YANG BERSIFAT PRIMORDIAL BERUBAH NENJADI SANGAT
BERGANTUNG KEPADA POSISI TAWAR MENAWAR (BARGAINING POSISITION)
- BATAS-BATAS GEOGRAFIS HAMPIR KEHILANGAN ARTI OPERASIONALNYA
KEKUATAN SUATU NEGARA DAN KOMUNITAS DALAM INTERAKSINYA DENGAN
NEGARA DITENTUKAN OLEH KEMAMPUANNYA, MEMANFAATKAN KEUNGGULAN
KOMPARATIF (COMPARATIF ADVANTAGE) DAN KEUNGGULAN KOMPETITIF
(CONMPATITIVE ADVANTAGE)
- AGENDA REFORMASI HUKUM  MENCAKUP REFORMASI KELEMBAGAAN
(INSTITUTIONAL REFORM), REFORMASI PERUNDANG-UNDANGAN (INSTRUMENTAL
REFORM) DAN REFORMASI BUDAYA HUKUM (CULTURE REFORM)

- TERJADINYA PERGESERAN DARI KONFLIK IDEOLOGI DAN POLITIK KE ARAH

PERSAINGAN PERDAGANGAN, INVESTASI DAN INFORMASI, DARI KESEIMBANGAN
KEKUATAN (BALANCE OF POWER) KEARAH KESEIMANGAN KEPENTINGAN (BALANCE
OF INTEREST)
3. ASPEK GLOBALISASI DALAM PERUBAHAN HUKUM
DI NEGARA-NEGARA BERKEMBANG TERMASUK INDONESIA, SUATU
KEHARUSAN ADANYA PERUBAHAN HUKUM, KARENA KEBUTUHAN
MASYARAKAT BERUBAH SECARA KUANTITATIF DAN KUALITATIF,
BEBERAPA ALASAN SBB:
- ADANYA PERUBAHAN TATA NILAI DLM KEHIDUPAN MASY. PROBLEM
INI DIATUR DENGAN LAW MAKING
- KEHARUSAN MELAKSANAKAN PENEGAKAN HUKUM – LAW
ENFORCEMENT
- DALAM PERSPEKTIF ILMU SOSIAL, MASY MERUPAKAN ELEMEN
DINAMIS YANG MENGHENDAKI PERUBAHAN-PERUBAHAN
- IMPLIKASI YANG DOMINAN PADA ASPEK HUKUM, MENGINGAT YANG
DIKEMUKAKAN OLEH CICERO, “UBI SOCIETAS IBI IUS”
- SESUATU YANG DEBATABLE BHW HUKUM SEHARUSNYA MENGIKUTI
KEJADIAN-KEJADINA YG TERJADI, TETAPI HUKUM HARUS
DIJADIKAN FAKTOR PENENTU DALAM MENCIPTAKAN NORMA-
NORMA BARU
- ADA GEJALA LAIN YANG SIFATNYA SEBALIKNYA, TERTINGGALNYA
PERKEMBANGAN MASYARAKAT TIDAK TERJADI DALAM HUKUM
ATAU PERUBAHAN YANG INGIN DICAPAI TIDAK DIIKUTI OLEH
MASYARAKAT
4. PEMBINAAN HUKUM NASIONAL DI ERA GLOBALISASI

PJP II DALAM RANGKA MEMANTAPKAN SISTEM HUKUM NASIONAL

BERSUMBER PADA PANCASILA DAN UUD 1945 PEMBANGUNAN HUKUM
DIARAHKAN UNTUK MENGHASILKAN HUKUM NASIONAL. UNTUK
MEWUJUDKAN HAL TERSEBUT DIBUTUHKAN ANTARA LAIN:

- MASIH DIGUNAKANNYA PRODUK HUKUM KOLONIAL

- APARATUR HUKUM DIHADAPI KENDALA BERUPA KUALITAS DAN
KEMAMPUAN APARATUR HUKUM YANG MASIH BELUM MEMADAI SARANA
DAN PRASARANA HUKUM YANG MASIH TRRBATAS
- SANGAT SULIT MEMPEROLEH DATA DAN INFORMASI SECARA CEPAT
MUDAH DAN AKURAT
ARAH KEBIJAKAN HUKUM BERDASARKAN UU NO 25 TAHUN 2000 TENTANG
PROGRAM PEMBANGUNAN NASIONAL DIBUTUHKAN ANTARA LAIN:
- MENGEMBANGKAN BUDAYA HUKUM DI SEMUA LAPISAN MAYARAKAT
UNTUK TERCIPTANYA KESADARAN DAN KEPATUHAN HUKUM
- MENATA SISTEM HUKUM NASIONAL YANG MENYELURUH DAN TERPADU
DENGAN MENGAKUI DAN MENGHORMATI HUKUM AGAMA, DAN HUKUM
ADAT AGAR TIDAK DISKRIMINATIF
- PENEGAKAN HUKUM SECARA KONSISTEN UNTUK LEBIH MENJAMIN,
KEPASTIAN, KEADILAN, KEBENARAN, SUPREMASI HUKUM SERTA
MENGHARGAI HAM
- MELANJUTKAN RATIFIKASI KONVENSI INTERNASIONAL
- MEWUJUDKAN LEMBAGA PERADILAN YANG MANDIRI DAN BEBAS DARI
PENGARUH PENGUASA