Anda di halaman 1dari 19

KECURANGAN PENGADAAN

BARANG DAN JASA


Kelompok 9
1. XXX
Pendahuluan
Fraud yang terjadi di sektor publik berupa korupsi (corruption), penyalahgunaan aset (asset
misappropriation), maupun pernyataan palsu atau salah pernyataan (fraudulent statements). Fraud
tersebut dapat dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi (seperti disebutkan dalam Undang-Undang
No. 31 tahun 1999 junto Undang-Undang No. 20 tahun 2001 yang menyatakan bahwa perbuatan
curang dan perbuatan yang merugikan keuangan negara merupakan jenis-jenis tindak pidana korupsi).
Suharti dkk, (2015) menyatakan sumber korupsi terbesar dalam sektor keuangan publik adalah
pengadaan barang/jasa. Hal ini didukung oleh data yang dirilis Indonesia Procurement Watch (IPW)
yang menunjukkan bahwa 70% kasus korupsi di Indonesia berbentuk penyimpangan pengadaan
barang/ jasa Pengadaan barang/jasa menjadi faktor yang sangat rentan terhadap korupsi.
Data KPK memperlihatkan bahwa pengadaan barang/jasa menempati urutan kedua terbesar
setelah perkara penyuapan dari seluruh perkara yang ditangani oleh KPK sepanjang tahun 2011 – 2015
Pengadaan Barang/Jasa
Pengadaan barang/jasa pemerintah dilaksanakan mengacu kepada
Perpres No. 54/2010 beserta perubahannya. Perpres tersebut menyatakan
bahwa ruang lingkup peraturan presiden ini meliputi: pengadaan barang/jasa
di lingkungan K/L/D/I yang pembiayaannya baik sebagian atau seluruhnya
bersumber dari APBN/APBD. Pengadaan barang/jasa untuk investasi di
lingkungan Bank Indonesia, badan hukum milik negara, dan badan usaha
milik negara/badan usaha milik daerah yang pembiayaannya sebagian atau
seluruhnya dibebankan pada APBN/APBD. Pengadaan barang/jasa
dilakukan dengan prinsip efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing,
adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel.
Definisi Pengadaan Barang/Jasa
Schiavo-Campo dan Sundaram (2000) dalam Sartono (2006)
mendefinisikan pengadaan barang/jasa pemerintah (government
procurement)sebagai :
“Perolehan barang, jasa dan prasarana umum dalam waktu tertentu
yang menghasilkan nilai terbaik bagi pemerintah maupun bagi
masyarakat”
Tujuan Sistem Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
Menurut Keppres No. 80 Tahun 2003, Indonesia mengemukakan bahwa terdapat
beberapa tujuan dalam sistem pengadaan barang/jasa pemerintah, yaitu :
1. Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri, rancang bangun dan perekayasaan
nasional yang sasarannya adalah memperluas lapangan kerja dan mengembangkan industry
dalam negeri dalam rangka meningkatkan daya saing barang/jasa produksi dalam negeri
pada perdagangan internasional.
2. Meningkatkan peran serta usaha kecil termasuk koperasi kecil dan kelompok masyarakat
dalam pengadaan barang/jasa.
3. Meningkatkan penerimaan negara melalui sektor perpajakan.
4. Menumbuhkembangkan peran serta usaha nasional.
Prinsip Umum Pengadaan Barang / Jasa
Pemerintah
Prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa sebagaimana diatur dalam Keppres No. 80 Tahun 2003
1. Efisien,
2. Efektif,
3. Terbuka dan Bersaing,
4. Transparan,
5. Adil dan tidak diskriminatif, dan
6. Akuntabel
Landasan Hukum Pengadaan Barang / Jasa
Pemerintah
Ketentuan pokok pengadaan barang/jasa pemerintah yang saat ini berlaku adalah:
1. Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah dengan beberapa perubahan ketentuan sebagaimana diatur dalam
Keppres No. 61 Tahun 2004, Perpres No.32 Tahun 2005, Perpres No. 70 tahun
2005, Perpres No. 8 Tahun 2006, Perpres No. 79 Tahun 2006, Perpres No. 85
Tahun 2006, Perpres No. 95 Tahun 2007,
2. Perpres No. 54 Tahun 2010 yang merupakan perubahan pertama, perubahan kedua,
perubahan ketiga, perubahan keempat, perubahan kelima, perubahan keenam,
perubahan ketujuh dan perubahan kedelapan atas Keppres No. 80 Tahun 2003.
Fraud Pengadaan Barang/Jasa
Yang dimaksud dengan Fraud dalam konteks ini adalah serangkaian
ketidakberesan (irregularities) mengenai: perbuatan-perbuatan melawan
hukum (illegal act), yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu
(misalnya menipu memberikan gambaran yang keliru (mislead) terhadap
pihak lain), yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam ataupun dari luar
organisasi, untuk mendapatkan keuntungan baik pribadi maupun kelompok
dan secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain
Fraud yang terjadi dalam kegiatan
pengadaan barang/jasa pemerintah
1. Ketidaksesuaian antara barang/jasa yang diperjanjikan dalam kontrak dengan kebutuhan instansi
dan/atau masyarakat, baik dilihat dari jenis, kualitas maupun kuantitas barang/jasa.
2. Ketidaksesuaian antara spesifikasi teknis barang/jasa yang telah diselesaikan oleh penyedia
barang/jasa dengan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan dalam perjanjian/kontrak.
3. Ketidaksesuaian antara volume (kuantitas) barang/jasa yang telah diselesaikan oleh penyedia barang
dengan jumlah yang seharusnya sesuai perjanjian/kontrak.
4. Ketidakwajaran harga barang/jasa yang disepakati dalam kontrak/perjanjian. Misalnya pengadaan
peralatan komputer yang jauh di atas harga peralatan sejenis di pasaran karena mengandung unsur
penggelembungan harga (markup)
5. Keterlambatan penyelesaian pekerjaan oleh rekanan dari jadwal waktu yang telah ditetapkan dalam
perjanjian/kontrak.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya fraud
dalam pengadaan barang/jasa pemerintah
1. Kualitas Panitia Pengadaan Barang/Jasa,
2. Kualitas Penyedia Barang/Jasa,
3. Penghasilan Panitia Pengadaan Barang/Jasa,
4. Sistem dan Prosedur Pengadaan Barang/Jasa,
5. Etika Pengadaan Barang/Jasa,
6. Lingkungan Pengadaan Barang/Jasa.
Karakteristik suatu sistem dan prosedur
pengadaan barang/jasa pemerintah yang baik
1. Memiliki landasan hukum yang jelas dan transparan,
2. Dapat dimengerti (understanable) oleh pihak-pihak yang berkepentingan,
3. Dapat diterapkan (applicable),
4. Mendorong terciptanya kompetisi secara fair,
5. Menyediakan mekanisme feedback dan complaint apabila terjadi ketidaktaatan
pada ketentuan yang telah digariskan, dan
6. Sistem dan prosedur pengadaan juga harus memiliki mekanisme feedback
sehingga memungkinkan upaya perbaikan dan penyempurnaan yang diperlukan.
Tahapan untuk Modus operandi yang sering Langkah-langkah tektis dalam proses Audit yang
membantu memetakan dilakukan harus dilakukan terhadap jenis dan resiko
jenis dan risiko kecurangan pengadaan barang atau jasa
kecurangan dalam
pengadaan barang/jasa
Perencanaan pengadaan 1. Perencanaan tidak sesuai dengan 1. mintakan daftar orang-orang yang terlibat dalam
kebutuhan riil perencanaan, teliti bila perlu konfi rmasi terhadap
2. Perencanaan disesuaikan dengan perilaku orang-orang tersebut
keinginan pihak-pihak tertentu 2. cermati daftar kebutuhan riil barang/jasa yang
menjadi prioritas untuk diadakan
3. cermati daftar kebutuhan riil barang/jasa yang
menjadi prioritas untuk diadakan

Pembentukan Panitia 1. Pemilihan orang-orang yang telah 1. Periksa dan mintakan kepada panitia, apakah
Pengadaan atau memberi kesanggupan untuk panitia yang dibentuk memiliki sertifikat keahlian
Penunjukan Pejabat memberikan uang suap dan uang dalam pengadaan barang/jasa. Untuk menguji
Pengadaan terima kasih pemahaman, lakukan diskusi singkat mengenai
2. Pemilihan orang-orang yang ketentuan penga daan barang dan jasa
mempunyai hubungan khusus 2. Lakukan penelitian apakah ada hubungan
dengan calon penyedia barang/jasa istimewa antara panitia dengan PA/KPA atau
antara panitia dengan kepala kantor.
Tahapan untuk membantu Modus operandi yang sering dilakukan Langkah-langkah tektis dalam proses audit yang harus
memetakan jenis dan dilakukan terhadap jenis dan resiko kecurangan
risiko kecurangan dalam pengadaan barang atau jasa
pengadaan barang/jasa

Penetapan sistem pengadaan 1. Penetapan sistem pemilihan penyedia 1. Lakukan pengujian terhadap sistem pengadaan yang
barang/jasa cenderung kepada penggunaan ditetapkan apakah telah sesuai dengan kriteria dan
system penunjukan langsung ketentuan pe ngadaan barang/jasa
2. Kecenderungan pemilihan sistem kontrak 2. Pastikan bahwa pemilihan metode pemilihan penyedia
jenis lumpsum untuk memudahkan 3. Lakukan pengujian terhadap sistem pengadaan yang
melakukan praktik mark-up anggaran ditetapkan apakah telah sesuai dengan kriteria dan
ataupun HPS. ketentuan pe ngadaan barang/jasa

Penyusunan jadwal 1. Alokasi waktu seperti pengumuman 1. Mintakan dokumen pelelangan yang telah ditetapkan
pelaksanaan pengadaan pelelangan dan pemasukan dokumen 2. Lakukan pengujian terhadap jadwal yang ditetapkan
penawaran sa ngat tidak realistis dalam dokumen pelelangan, apakah jadwal kegiatan
2. Penetapan jadwal proses lelang yang secara secara keseluruhan dialokasikan pada waktu dan
disengaja mendekati akhir tahun anggaran, kondisi masyarakat luas dapat mengakses dan
sehingga memungkinkan dilakukan mengikuti proses pelelangan tersebut
penunjukan langsung
Tahapan untuk Modus operandi yang sering dilakukan Langkah-langkah tektis dalam proses audit yang
membantu harus dilakukan terhadap jenis dan resiko
memetakan jenis kecurangan pengadaan barang atau jasa
dan risiko
kecurangan
dalam pengadaan
barang/jasa
Penyusunan harga 1. HPS disusun sendiri oleh calon penyedia 1. Lakukan konfirmasi khususnya kepada penyedia
perkiraan sendiri barang/jasa sehingga barang/jasa dan harga barang/jasa yang tidak lulus prakualifkasi
(HPS) disesuaikan dengan keinginan penyedia 2. Lakukan konfirmasi khususnya kepada penyedia
barang/jasa barang/jasa yang tidak lulus pra kualifikasil
2. Adanya rekayasa (markup) koefisien dan
jenis komponen yang di perlukan untuk
membentuk harga satuan subjenis pekerjaan
Tahap kualifikasi 1. Proses kualifikasi dengan meminta seluruh 1. Dapatkan dan lakukan review terhadap berita
penyedia salinan atau asli dokumen pendukung acara hasil evaluasi kualifikasi
barang/jasa dan 2. Evaluasi persyaratan kualifikasi tidak sesuai 2. Periksa dan bandingkan data (form) perusahaan
pengambilan dengan kriteria yang ditetapkan sehingga yang lulus prakualifikasi dengan kriteria yang
Dokumen rekanan-rekanan yang tidak memenuhi telah ditetapkan
pemilihan dinyatakan memenuhi syarat kualifikasi 3. Lakukan konfirmasi khususnya kepada penyedia
penyedia barang/jasa yang tidak lulus prakualifikasi
barang/jasa
Tahapan untuk Modus operandi yang sering dilakukan Langkah-langkah tektis dalam proses audit yang
membantu harus dilakukan terhadap jenis dan resiko
memetakan jenis dan kecurangan pengadaan barang atau jasa
risiko kecurangan
dalam pengadaan
barang/jasa

Penandatangaan dan 1. HPS disusun sendiri oleh calon 1. Dapatkan kontrak pengadaan barang/jasa yang
pelaksanaan kontrak penyedia barang/jasa sehingga telah ditandatangani dan periksa ketentuan yang
barang/jasa dan harga disesuaikan termuat dalam pasal-pasalnya dan bandingkan
dengan keinginan penyedia barang/jasa dengan ketentuan yang berlaku
2. Adanya rekayasa (markup) koefisien 2. Dapatkan jaminan pelaksanaan
dan jenis komponen yang di perlukan 3. Lakukan wawancara dengan pejabat yang
untuk membentuk harga satuan berwenang menandatangani kontrak untuk
subjenis pekerjaan mendapatkan informasi dan data lebih lanjut.
Contoh umum kecurangan dalam pengadaan
barang dan jasa

 Penyuapan
Penyuapan terjadi ketika pihak yang terlibat dalam proses pengadaan menerima atau memberikan uang, hadiah, atau imbalan lainnya
dengan tujuan mempengaruhi keputusan pengadaan. Penyuapan dapat merugikan proses seleksi yang adil dan transparani
 Kolusi
Kolusi terjadi ketika beberapa pihak yang terlibat dalam proses pengadaan bersekongkol untuk mengatur hasil tender atau penawaran,
dengan tujuan mempengaruhi harga atau keputusan pemenang. Kolusi dapat mengakibatkan kerugian keuangan yang signifikan bagi entitas
yang melakukan pengadaan.
Kolasi dalam pengadaan barang dan jasa dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) jenis yaitu:
1. Kolasi vertical
2. Kolasi horizontal
3. Kolasi kombinasi vertical dan horizontal
Contoh umum kecurangan dalam pengadaan
barang dan jasa

 Konflik kepentingan
Konflik kepentingan terjadi ketika pihak yang terlibat dalam proses pengadaan memiliki kepentingan pribadi atau
finansial yang bertentangan dengan kepentingan entitas yang melakukan pengadaan. Hal ini dapat mempengaruhi
objektivitas dan keadilan dalam pengambilan keputusan.
 Pemalsuan dokumen
Pemalsuan dokumen terjadi ketika pihak yang terlibat dalam pengadaan memalsukan informasi atau dokumen yang
diperlukan, seperti sertifikat, surat referensi, atau bukti kepatuhan. Pemalsuan dokumen dapat digunakan untuk
memenuhi syarat pengadaan yang sebenarnya tidak dipenuhi.
 Penyalahgunaan wewenang
Penyalahgunaan wewenang terjadi ketika pihak yang memiliki tanggung jawab dalam proses pengadaan
menggunakan kekuasaan atau wewenang mereka untuk keuntungan pribadi atau untuk merugikan pihak lain. Hal ini
dapat mencakup pengabaian prosedur yang telah ditetapkan atau manipulasi hasil evaluasi.
Contoh konteks di mana kecurangan
dalam pengadaan barang dan jasa
Sektor Publik
Perusahaan Swasta
Proyek Konstruksi
Organisasi Non-Pemerintah (NGO)
Kasus Proyek Jalan di Lampung

Anda mungkin juga menyukai