Traksi Dalam Orthopaedi
Traksi Dalam Orthopaedi
PENDAHULUAN
Pada dasarnya terapi fraktur terdiri atas manipulasi untuk memperbaiki posisi
fragmen, diikuti dengan pembebatan untuk mempertahankanya bersama-
sama sebelum fragmen-fragmen itu menyatu. Sementara itu, gerakan sendi
dan fungsi harus dipertahankan. Penyembuhan fraktur dapat dibantu oleh
pembebanan fisiologis pada tulang, sehingga dianjurkan untuk melakukan
aktivitas otot dan penahanan beban secara lebih awal. Tujuan ini tercakup
dalam tiga hal yaitu: reduksi, mempertahankan, dan melakukan latihan.
Metode yang tersedia untuk mempertahankan reduksi adalah: (1) traksi terus-
menerus; (2) pembebatan dengan gips: (3) pemakaian penahan fungsional,
(4) fiksasi internal; dan (5) fiksasi eksternal.1
TUJUAN 3,4,5
Tujuan dari pada penggunaan traksi antara lain :
1. Dapat mempertahankan panjang suatu ekstremitas, mempertahankan
kesegarisan (alignment) maupun keseimbangan (stability) pada suatu
patah tulang.
2. Dengan pemasangan traksi gerakan pada sendi dimungkinkan dan
sekaligus tetap mempertahankan kesegarisan fragmen-fragmen patah
tulang.
3. Dengan traksi, kejang otot-otot yang disebabkan penyakit pada tulang
atau sendi dapat diatasi.
4. Dengan traksi suatu tungkai yang mengalami pembengkakan dapat
ditinggikan sehingga mengurangi pembengkakan.
PERSIAPAN
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah "pencitraan"
menggunakan sinar Rontgen (X-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3
dimensi keadaan dan kedudukan tulang sulit, oleh karena itu minimal
diperlukan 2 proyeksi yaitu AP dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan
proyeksi tambahan khusus atas indikasi untuk memperlihatkan patologi yang
dicari, karena adanya superposisi. Ditambah tomografi yang telah berkembang
lebih maju dengan adanya C.T (Computerised Tomografi) yang dapat
membuat selain "potongan" longitudinal juga potongan transversal / axial.3,4
Lama traksi, baik traksi kulit maupun traksi skeletal bergantung pada tujuan
traksi. Traksi sementara untuk imobilisasi biasanya hanya beberapa hari,
sedangkan traksi untuk reposisi beserta imobilisasi lamanya sesuai dengan
lama terjadinya kalus. Setelah terjadi kalus ekstremitas diimobilisasi dengan
gips.6
JENIS-JENIS TRAKSI
1. TRAKSI KULIT
Traksi kulit biasanya menggunakan plester yang direkatkan sepanjang
ekstremitas yang kemudian dibalut, ujung plester dihubungkan dengan tali
untuk ditarik. Penarikan biasanya dilaksanakan dengan katrol dan beban.
Beban tarikan pada traksi kulit tidak boleh melebihi enam kilogram karena
bila lebih, kulit dapat mengalami nekrosis akibat tarikan karena iskemia
kulit. Pada kulit yang tipis, beban bahkan lebih kecil lagi. Traksi kulit banyak
dilakukan pada anak karena traksi skelet pada anak dipasang dan dapat
merusak cakram epifisis. Yang paling sering adalah traksi pada patah
tulang femur, berupa traksi Bryant. Pada patah tulang humerus
suprakondiler dapat dipasang traksi Dunlop`s dengan fleksi di siku atau
traksi Saleh dengan ekstensi pada siku. Traksi kulit pada orang dewasa,
biasanya bukan dimaksudkan untuk reposisi, melainkan untuk imobilisasi
sementara sebelum operasi.2,6
Pada anak-anak, traksi kulit tanpa bebat yang biasanya diperlukan; bayi
dengan berat kurang dari 12 kg paling mudah ditangani dengan
menggantungkan tungkai bawah pada kerekan di atas (traksi tiang
gantungan), tetapi tidak boleh digunakan beban yang lebih dari 2 kg dan
kaki harus sering diperiksa untuk mencari ada tidaknya masalah peredaran
darah. Anak-anak yang lebih tua lebih cocok dengan traksi Russell.
Penyatuan fraktur terjadi dalam 2-4 minggu (tergantung pada umur anak),
dan pada stadium itu dipasang spika panggul sedang anak tetap
diperbolehkan bangun. Konsolidasi biasanya selesai setelah 4-8
minggu.1,7,8
Untuk anak di atas tiga tahun dilakukan traksi kulit menurut Hamilton
Russell. Traksi dikenakan pada tungkai yang patah dengan panggul dalam
posisi fleksi 40° dan lutut dalam fleksi 40°. Dapat juga dilakukan traksi
menurut Buck, yaitu traksi dengan tungkai bawah dalam keadaan ekstensi.
Apabila melakukan traksi kulit pada tungkai pasien, terutama pada
orang yang kurus, orang tua, maka harus hati-hati agar, plester tidak
menekan saraf peroneus komunis, saat mengelilingi kolum fibula.
Keadaan ini dapat menimbulkan paralisis dan drop foot.
Plester tidak boleh melebihi bagian atas garis fraktur pada fragmen
proksimal, atau tidak memberikan manfaat.
Pemakaian plester tidak boleh mengganggu sirkulasi.2
2. TRAKSI SKELETAL
Traksi skeletal merupakan traksi dengan tarikan langsung pada tulang
dengan tujuan untuk reposisi pada patah tulang, dislokasi, refrakturasi, dan
memudahkan tindakan operasi yang direncanakan kemudian, serta untuk
imobilisasi yang lama.3,7
Traksi skeletal dengan Pin dan kawat halus atau berulir sekrup
(threaded)
2. Traksi Hamilton-Russell
Dapat digunakan untuk patah tulang panggul atau femur, terutama
untuk anak-anak dengan berat badan dari + 20 kg sampai 30 kg.
Patokan lain adalah usia.
Dapat digunakan dengan pemasangan traksi kulit atau dalam
keadaan tertentu (terpaksa) dengan pin lewat tibia distal.
Gunakan juga sling di bawah paha pada distal bagian posterior
untuk mencegah penekanan terhadap fossa popliteal.
Tali diikatkan pada sling dan pertama melewati suatu kerekan
(katrol) di atas kepala kemudian baru ke suatu kerekan (katrol) pada
kaki tempat tidur baru ke suatu katrol pada papan telapak kaki yang
melekat pada batang pemisah dan melalui kerekan keempat pada
beban.
Traksi berubah beban tarikannya dengan memindahkan katrol, kaki
ke arah kaki tempat tidur.
Traksi berlawanan didapat dengan meninggikan kaki penderita.3
7. Traksi Perkins
Traksi Perkins berbeda dengan traksi ekstensi, pada traksi ekstensi tungkai
pasien dipertahankan lurus dan tidak dapat berdiri serta melakukan latihan.
Pada traksi Perkins fisioterapi dan perawatan mudah dilakukan dan setelah
beberapa hari akan dapat mengangkat dirinya dari kursi sorong.
Kebanyakan pasien dilakukan traksi selama 6-8 minggu, diikuti dengan 2
minggu melakukan latihan pada tungkai di ujung tempat tidur, kemudian 2
minggu lagi menahan beban berat parsial. Dapat dipulangkan setelah 8-10
minggu dengan pergerakan lutut sekurang-kurangnya 90° dan tanpa
memperhatikan adanya pemendekan pada tungkai yang cedera 1 atau 2
cm.
INDIKASI
Traksi Perkins dapat digunakan untuk beberapa fraktur pada pelvis dan
kebanyakan fraktur femur.
Fraktur inkomplit tanpa pergeseran pada kolum femoris.
Semua fraktur intertrokanterika.
Fraktur subtrokanterika yang kontraksi iliopsoasnya tidak perlu
memfleksikan fragmen atas yang dapat menggerakkan garisnya keluar
dari korpus.
Semua fraktur korpus femoris pada pasien berusia 18 tahun termasuk
fraktur terbuka yang tumpang tindih, ganda, spiral, kominutiva, dan
(raktur dengan cedera jaringan lunak yang berat. Traksi Perkins sangat
sesuai untuk fraktur kominutiva.
Fraktur suprakondilus yang fragmen bawahnya tidak terlalu mengalami
fleksi akibat kontraksi gastroknemius.
Semua fraktur kondilus kecuali terdapat rotasi kondilus secara
komplit.2,7
Jika fraktur berupa kominutiva, maka keadaan tumpang tindih yang
minimal malah lebih baik. 2
8. TRAKSI TIANG
GANTUNGAN2 INDIKASI
Fraktur korpus femoris segera setelah lahir hingga anak dengan
berat 15 kg pada usia 1-3 tahun.
Prolaps rektum.
PERLU DIPERHATIKAN
(1) Jangan menggunakan strapping sirkular mengelilingi tungkai karena
kemungkinan dapat mengganggu sirkulasi.
(2) Amati strapping untuk memastikan bahwa tidak ada yang terlepas.
(3) Periksa sirkulasi jari kakinya pada kedua sisi, terutama pada 3 hari
pertama. Raba pulsasi dorsalis pedis.
(4) Jangan menutupi tungkai dengan sprei, karena dapat membuat
sirkulasi lebih sulit dimonitor.
(5) Jangan menggunakan traksi pada 1 tungkai saja, karena dapat
membuat keadaan tungkai terlalu mobil.
tanda dini yang lain. Uji pergerakan jari kaki dan periksa sensasi pada
kakinya. Pertahankan traksi selama 3 minggu. Sebelum minggu kedua
sfrap-ping akan menunjukkan tanda-tanda strain, dan sebelum minggu ke-
3 akan melelahkan, sehingga ia menginginkan traksi dilepas dan pulang ke
rumah. Menahan beban berat secara lembut dapat dimulai pada minggu
ke-6.
Fraktur femur pada anak besar biasanya berjalan spiral. Traksi ekstensi
dapat mengoreksi angulasi, rotasi dan pergeseran lateral. Biasanya juga
dapat mengoreksi tumpang tindih, tetapi jika keadaan ini menetap, maka
hal ini tidak penting, karena pertumbuhan selanjutnya segera dapat
mengoreksi pemendekan.
INDIKASI
Orang dewasa yang tidak dapat berdiri dan melakukan latihan pada
lututnya, misalnya dislokasi panggul, atau cedera interna. Bentuk traksi ini
merupakan kontraindikasi terhadap orang yang sangat muda dimana
epifise tibia atas belum menyatu, karena pen dapat merusaknya.
TRAKSI KHUSUS
TRAKSI SERVIKAL2,3,8
Arida dapat menggunakan traksi dengan (1) Tang Gardner Wells, (2)
Traksi Hoen, (3) halo, atau (4) tali gantungan.
Traksi skeletal
Ini merupakan perawatan terbaik unluk fraktur kolumna servikalis tidak
stabil. Beberapa ahli bedah menyukai traksi Hoen, dimana kawat
dimasukkan mclalui lubang pemboran, sedangkan yang lain lebih
menyukai tang Gardner Welts atau halo. Kesulitan dengan halo adalah
sulit menyatukan dan mungkin terlcpas, Ini memungkinkan pasien
dapat menggerakkan kepala secara bebas. Traksi merupakan cara
Gunakan traksi pada garis lurus, hindari fleksi, ekstensi atau, rotasi dan
mulai dengan beban 7 kg. Hati-hati menambahkan 2 kg untuk masing-
masing 15 menit, periksa secara terus-menerus perubahan neurologis.
Pada minggu ke-2 sampai 3 anda dapat mengurangi beban traksi 3
sampai 5 kg. Lakukan pemeriksan sinar-X lateral setiap minggu untuk
bulan pertama, atau setelah anda merubah beban berat.
Pada mingu ke-6 gantikan traksi dengan pelindung leher atau collar
(15.6). Biarkan keadaan ini selama 6 minggu lagi. Jika imobilisasi dapat
menstabilkan kolumna vertebra, maka biasanya diperlukan waktu 3
bulan. Pada bulan ke-3 buka pelindung leher atau collar. Lakukan
pemeriksaan sinar-X posisi AP dan lateral. Jika keadaan ini masih
menunjukkan reduksi, lakukan pemeriksaan dengan pandangan fleksi
dan ekstensi.
Head Halter Traction, Tidak untuk patah tulang servikal atau dislokasi,
melainkan lebih sering untuk kelainan syaraf / servikal radiculopathy
dan kelainan kronik lainnya.
4. Patahnya pin/kawat
Gunakan busur yang baik
Kegunaan diliputi pin dalam gips (kesatuan Charnley).
5. Kompartemen Sindrom.
Traksi kulit
Terdapat dua komplikasi penting yang harus diwaspadai. Pada anak-
anak, terutama, plester traksi dan pembalut melingkar dapat
menghambat sirkulasi; karena alasan ini traksi tiang gantungan, di
mana kaki bayi digantungkan pada balok di atas, tidak boleh digunakan
untuk anak-anak yang beratnya lebih dari 12 kg. Pada orang yang lebih
tua, traksi kaki dapat menyebabkan predisposisi untuk cedera saraf
pero-neeus dan mengakibatkan kaki jatuh; tungkai harus dicek berkali-
kali untuk memastikan bahwa tungkai tidak berputar ke rotasi luar
selama traksi.
KESIMPULAN
Lama traksi, baik traksi kulit maupun traksi skeletal bergantung pada
tujuan traksi. Traksi sementara untuk imobilisasi biasanya hanya
beberapa hari, sedangkan traksi untuk reposisi beserta imobilisasi
lamanya sesuai dengan lama terjadinya kalus.
Tempat-tempat khusus untuk fiksasi pen antara lain : femur atas, femur
bawah , tibia atas , tibia bawah, kalkaneus, olekranon, dan metacarpal.
DAFTAR RUJUKAN
1. Apley AG. Solomon L. Buku Ajar Orthopaedi dan Fraktur Sistem Apley.
Edisi 7. Alih Bahasa : Nugroho E. Widya Medika. Jakarta. 1995 ; 248 –
250, 376 – 378.
11. Schrock TR. Ilmu Bedah. Edisi 7. Alih Bahasa : Dharma A, Lukmanto P,
Gunawan. EGC. Jakarta. 1993 ; 438 - 440, 456 – 458.
DAFTAR ISI
Halaman judul
Kata pengantar………………………………………………………………………..i
Daftar isi……………………………………………………………………………….ii
PENDAHULUAN.................................................................................................1
TUJUAN 3............................................................................................................2
PERSIAPAN........................................................................................................2
JENIS-JENIS TRAKSI.........................................................................................3
1. TRAKSI KULIT............................................................................................3
2. TRAKSI SKELETAL....................................................................................6
TRAKSI KHUSUS.............................................................................................18
TRAKSI SERVIKAL.......................................................................................18
KESIMPULAN...................................................................................................22
DAFTAR RUJUKAN..........................................................................................24
ii
KKKKSS BBaagigiaann IILLMMUU BBEEDDAAHH 26 JUMIATIJUMIATI
&& BEDD
BY E
BY
RRSSUU DDrr.. PPiirrngangadidi MM ee dd aa nn
Traksi Dalam Orthopaedi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Atas Rahmat dan
menyelesaikan paper ini dengan sebaik-baiknya dan rasa terima kasih yang
selama mengikuti KKS di Bagian Ilmu Bedah RSU. Dr. Pirngadi Medan.
Penulis menyadari paper ini jauh dari kesempurnaan baik dari isi
Penulis