Anda di halaman 1dari 3

INTRODUKSI ORTOPEDI

Sejarah bedah ortopedi di Indonesia dirintis oleh Prof. Dr. Raden Soeharso, FICS,
dengan dimulainya pendirian pusat rehabilitasi (Rehabilitation Centrum=RC) bagi
penderita cacat oleh pemerintah (tahun 1951) di Surakarta. Pada tahun 1954, departemen
kesehatan melengkapi RC dengan lembaga bedah ortopedi. Pendidikan bedah ortopedi
kemudian berlanjut menjadi suatu pendidikan yang formal dibantu oleh “CARE
MEDICO” di Jakarta pada tahun 1968.
Dari seluruh Fakultas kedokteran yang ada diindonesia saat ini , hanya terdapat
empat pusat pendidikan bedah ortopedi, yakni Universitas Indonesia di Jakarta,
Universitas Airlangga di Surabaya, Universitas Pajajaran di Bandung dan Universitas
Hasanuddin di Makasar, dan baru Universitas Pajajaran yang telah berdiri sendiri dari
bagian Ortopedi. Oleh karena itu dapat dikatakan, bedah ortopedi di Indonesia belum
mandiri dalam arti kata masih merupakan sub-bagian/sub-divisi dari ilmu bedah.
Ditinjau dari segi rasio, maka ahli bedah Ortopedi dengan penduduk di Indonesia
masih tidak berimbang dimana jumlah ahli bedah Ortopedi Indonesia sebanyak 220
orang, melayani 220 juta orang sehingga ahli bedah ortopedi melayani satu juta
pendududk. Dinegara-negara lainnya , rasio ini berkisar antara lima belas ribu sampai
seratus ribu penduduk untuk satu ahli bedah ortopedi, apa lagi bila dibandingkan dengan
Negara-negara Eropa , Amerika dan Jepang. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
perkembangan bedah ortopedi di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan
negara-negara lainnya di dunia.
Oleh karena terbatasnya ahli bedah ortopedi, yang hanya berada di pusat-pusat
pendidikan dan didaerah-daerah tertentu maka pelayanan bedah ortopedi masih harus
ditangani oleh ahli bedah umum. Biaya untuk tindakan operasi yang sangat mahal dan
fasilitas rumah sakit yang kurang memadai , turut mempersulit dalam melakukan
tindakan yang adekuat. Penderita-penderita trauma yang pada umumnya disebabkan oleh
kecelakaan lalulintas merupakan persoalan utama dan pada umumnya diperlukan
tindakan operasi yang segera, tetapi biasanya penderita menolak tindakan operasi.
Sebagian besar penderita fraktur datang terlambat karena mereka lebih mempercayai
dukun patah tulang, dimana lebih dari 50% penderita berobat kedukun patah tanpa
memandang derajat sosial dan tingkat pendidikan dan umumnya datang ke ahli bedah
ortopedi setelah timbul penyulit. Hal ini disebabkan kasus-kasus trauma datang dalam
keadaan ‘neglected’ dalam posisi jelek, baik oleh karena nonunion, malunion,
kependekan atau dislokasi lama sehingga memerlukan perawatan yang lebih lama. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, fungsi dan peranan Ahli bedah Ortopedi perlu
dimasyrakatkan untuk mencegah/menghindari hal-hal yang sebenarnya tidak perlu
terjadi.
Pada saat ini bedah Ortopedi modern bertanggung jawab untuk
menangani/mengelola diagnosis dan penatalaksanaan penyakit/kelainan ortopedi serta
trauma muskuloskletal. Ruang lingkup bedah ortopedi tidak saja terbatas pada tulang dan
sendi, tetapi juga pada struktur-struktur yang melekat pada tulang dan sendi, termasuk
didalamnya otot, tendo, ligamentum, bursa, sinovia, saraf dan kadang-kadang pembuluh
darah. Dalam hal ini tidak termasuk trauma pada kepala yang merupakan wewenang Ahli
Bedah Saraf, dan trauma pada mandibula/maksila yang merupakan bagian dari Ahli
Bedah Plastik & Rekontruksi serta Ahli Bedah Gigi & Mulut.
Ruang Lingkup Bedah Ortopedi Meliputi :
1. Kelainan bawaan dan perkembangan
2. Infeksi dan inflamasi
3. Penyakit reumatik, artropati dan artitis metabolik
4. Kelainan metabolik dan endokrin pada tulang
5. Kelainan degeneratif tulang dan sendi
6. Kelainan neuromuscular
7. Kelainan epifisis dan lempeng epifisis
8. Tumor dan sejenisnya
9. Trauma
10. Rehabilitasi

Istilah ortopedi yang pertama kali dipergunakan oleh Nikolas Andry pada tahun 1971.
Sebagai seorang Profesor dalam ilmu kedokteran di Paris , beliau menulis buku yang
terjemahannya dalam bahasa inggris “ Orthopaedia : is the art of correcting and
Preventing Deformities in Children”. Kata ortopedi berasal dari kata Yunani yang berasal
dari gabungan kata “orthos” (lurus/bebas dari deformitas) dan “paes” (anak). Jadi dalam
arti sempit pada waktu itu , ortopedi adalah seni untuk mencegah dan memperbaiki
kelainan bentuk pada anak-anak dan menganggap bahwa kelainan bentuk pada orang
dewasa umumnya berasal dari kelainan pada waktu anak-anak. Pandangan dan pengertian
ini bertahan selama dua abad.
Pelopor lainnya dalam Bedah Ortopedi adalah Sir Astley Cooper (1768-1848)
yang menulis buku tentang “Treatise on Dislokations and Fracture of the Joints”. Di
Inggreis ada dua orang yang dianggap sebagai pelopor dalam bidang bedah ortopedi yaitu
Hugn Owen Thomas (1834-1891) dan Robert Jones (1857-1933).
Dari waktu kewaktu bedah ortopedi berkembang sesuai dengan kemajuan zaman.
Defenisi yang dikemukan oleh Americans Board Of Orthopaedic Surgery tahun 1953,
menyebutkan : Orthopaedic of the Skeletal System, its articulation and assorted
structures. Dalam defenisi ini ilmu bedah Ortopedi masih dianggap sebagai suatu cabang
ilmu Bedah..
Pada tahun 1960 oleh organisasi yang sama, Ortopedi didefenisikan sebagai satu
keahlian atau cabang ilmu kedokteran dan tidak lagi sebagai cabang dari ilmu Bedah.
Definisi yang diajukan oleh American Boards Of Ortopaedic Surgery adalah :
Ortopaedic is a medical speciality that includes the investigation, Preservation,
restoration and development of the form and fuction of the extremites, spine and assorted
structure by medical, surgical and physical method.
Keputusan ini dirasakan penting karena bedah ortopedi mengelola trauma dan
kecelakaan , yang pada saat ini dimana industrialisasi dan tranpormasi berkembang
dengan cepat, sehingga dibutuhkan satu disiplin tersendiri untuk mengelola kasus-kasus
kecelakaan yang menempati lebih dari 50% tempat tidur di berbagai rumah sakit.
Pada saat ini bedah ortopedi tidak saja membatasi diri pada kelainan anak, tetapi
juga mengelola juga kalainan mulai dari neonatus , anak, kalainan dari akibat trauma dan
di beberpa negara mencakup ‘sport medicine’ yang merupakan suatu spesialisasi khusus
dari ilmu bedah ortopedi yang meliputi pencegahan dan penanganan cedera akibat
olahraga. Juga kelainan ortopedi lainnya yaitu kelainan degeneratif pada sendi akibat
makin tingginya harapan hidup serta kelainan pada orang tua yang tulangnya semakin
keropos dan cenderung mudah mengalami fraktur.
Ahli bedah ortopedi mempuyai kaitan yang erat dalam bekerja sama dengan ahli
Rheumatologi, Ahli Bedah Plastik dan Rekontruksi, Ahli Saraf, Ahli bedah Umum dan
Ahli Bedah Thorak dalam aktivitasnya pekerjaan sehari-hari. Ahli bedah Ortopedi juga
penting artinya dalam pemberian pelayanan pada masyarakat di luar Rumah Sakit ,
seperti pusat-pusat rehabilitasi penderita cacat baik pada orang dewasa maupun anak-
anak, sehingga Ahli bedah Ortopedi juga dituntut untuk mengetahui rehabilitasi penderita
terutama penderita-penderita dengan kecacatan fisik.

Anda mungkin juga menyukai