2008 - 2009
Sejarah adalah cerminan masa lalu sebuah bangsa yang menjadi spirit dalam membangun
kegemilangan masa kini dan juga masa depan. Bangsa yang tidak memiliki masa lalu, akan
sulit untuk menentukan masa depannya, atau terpaksa mengkait-kaitkan dengan sejarah masa
lalu bangsa lain. Bangsa besar seperti Amerika yang tidak memiliki sejarah masa lalu, terpaksa
mengaitkan sejarah kegemilangan bangsanya dengan dunia Eropa bahkan dengan imperium
Romawi, demi untuk mengabsahkan keberadaan dan jati diri bangsanya. Sebuah bangsa yang
tidak mengetahui sejarah masa lalunya sama dengan seseorang yang tidak mengetahui asal
usul nenek moyangnya. Bangsa Aceh memiliki sejarah agung, terutama setelah agama Islam
menyinarinya dengan hidayah dan petunjuk Allah menuju kegemilangan peradaban. Pada satu
episode sejarah Islam di Asia Tenggara, bangsa Aceh telah menjadi pelopor kebangkitan sebuah
peradaban baru yang berdasarkan kepada ajaran Islam. Aceh pernah menjadi bintang Islam di
Timur yang melahirkan peradaban Islam-Melayu, gabungan dari kearifan peradaban lokal
dengan keagungan peradaban Islam yang telah berkembang di Arab, Afrika, Asia Tengah,
Persia, India bahkan Cina dan Jepang. Karena letak geografis Aceh di ujung utara pulau
Sumatra yang sangat strategis sebagai wilayah transit para pedagang internasional dengan
peradaban yang mereka kembangkan. Kerajaan-kerajaan Islam yang berdiri di Jeumpa, Perlak,
Lamuri, Pidie, Pasai, Aceh Darussalam dan lainnya telah menjadi pelopor Islamisasi di Asia
Tenggara. Kerajaan Islam Pasai yang bangkit bersamaan dengan kehancuran pusat-pusat
peradaban Islam di dunia Arab dan Afrika pada pertengahan abad 13 M (1258 M), telah
menjadi pusat pengkajian Islam tingkat tinggi di Asia Tenggara dan mempelopori gerakan
Islamisasi yang menghubungkan dunia Islam Arab, India dengan dunia Islam Cina. Kerajaan
Pasai di bawah pemerintahan para Sultan yang alim seperti Sultan Malik al-Saleh, Sultan Malik
al-Zahir, Sultan Malik al-Zahir II telah berkembang menjadi Kerajaan Islam yang makmur dan
menjadi tempat berkumpul para Ulama, Maulana, Auliya dan Cendekiawan Muslim dari
seluruh penjuru dunia. Pada masa inilah intensitas Islamisasi ke tanah Jawa mengalami
puncaknya, terutama setelah bangkitnya para pendakwah yang kemudian dikenal dengan Wali
Sembilan (Wali Songo). Gerakan Wali Songo yang dipelopori keluarga besar Maulana Sayyid
Hussein Jamadil Kubra (Maulana Hussein al-Akbar) yang didukung oleh para Sultan dan
kerabat istana Pasai telah berhasil mendirikan beberapa Kerajaan Islam sebagai perwakilan
Kerajaan Pasai dari Indo-Cina, Thailand, Malaya, Borneo, Celabes, Sulu, Mindanao sampai
Maluku. Prestasi terbesar Kerajaan Pasai dan gerakan Wali Songo adalah keberhasilannya
dalam meruntuhkan Kerajaan Jawa-Hindu Majapahit sebagai pelindung utama Hindu dan
penghalang Islamisasi di Nusantara dengan mendirikan Kerajaan Islam Demak sebagai pusat
baru pemerintahan di tanah Jawa yang berdasarkan ajaran Islam. Para Penggerak Wali Songo
yang telah menjadi petinggi dan penasihat spiritual Demak selanjutnya Cirebon dan Banten
terbukti tetap memelihara hubungan dengan Kerajaan Islam Pasai. Ketika Kerajaan Pasai dalam
ancaman penjajah Portugis, gabungan armada Islam di bawah komando Demak-Cirebon-
Banten mengadakan ekspedisi Jihad I & II ke Malaka dipimpin Sultan II Demak bernama Pati
Unus yang syahid di Malaka dan selanjutnya dipimpin Maulana Fadhilah Khan Al-Pasee
(Fatahillah Tubagus Pasai), putra Ulama besar Pasai Makhdum Patakan Ibrahim. Akhirnya
Portugis dapat dikalahkan Sang Pangeran Pasai di Sunda Kelapa (Jakarta).
Pembatasan Kajian
Kajian ini tidak meliputi sejarah Islamisasi di seluruh Asia Tenggara yang diperkirakan
rentang waktunya sejak pertengahan abad ke VII M, atau di masa Khalifah Islamiyah sampai
dengan abad ke XIII M. Namun kajian yang dilakukan hanya dibataskan di sekitar sejarah
Kerajaan Islam Pasai yang didirikan oleh Sultan Malik al-Saleh (w.1297) dan peristiwa yang
terjadi setelahnya, terutama pada masa pemerintahan Sultan Malik al-Zahir II yang ditengarai
sebagai patron utama gerakan Islamisasi tanah Jawa yang kemudian hari di kenal dengan Wali
Songo. Namun untuk memperkuat argumen, kajian juga dilakukan terhadap beberapa
peristiwa yang berkaitan, seperti teori Islamisasi awal di Asia Tenggara, teori perkembangan
Kerajaan-kerajaan Islam di Thaialand, Malaya, Pilipina Selatan, dan tentunya di Sumatra dan
Tanah Jawa. Lebih khusus kajian ini dibataskan pada sejarah dan peranan para penggerak Wali
Sembilan, seperti Sayyid Hussein Jamadil Kubra, Maulana Malik Ibrahim, Maulana
Rahmatillah (Sunan Ampel) dan beberapa anggota Wali Songo yang memiliki hubungan
dengan Kerajaan Islam Pasai dan pendirian Kerajaan Islam Demak yang telah menaklukkan
Kerajaan Jawa-Hindu Majapahit. Di samping itu dikemukakan pula sejarah hidup beberapa
tokoh penting dalam sejarah penaklukan Majapahit ini seperti Putri Jempa Dharawati, Raden
Patah anak Brawijaya V dan Syarif Hidayatullah serta hubungannya dengan proses Islamisasi
di tanah Pasundan yang telah melahirkan Kerajaan Islam Cirebon dan Banten.
Akan tetapi, karena sering terjadi gangguan keamanan pada jalur perdagangan
darat di Asia Tengah, maka sejak tahun 500 Masehi perdagangan Timur-Barat melalui
laut (Selat Malaka) menjadi semakin ramai. Lewat jalan ini kapal-kapal Arab, Persia
dan India telah mondar mandir dari Barat ke Timur dan terus ke Negeri Cina dengan
menggunakan angin musim, untuk pelayaran pulang pergi. Juga kapal-kapal Sumatra
telah mengambil bagian dalam perdagangan tersebut. Pada zaman Sriwijaya, peda-
gang-pedagangnya telah mengunjungi pelabuhan-pelabuhan Cina dan pantai timur Af-
rika. Ramainya lalu lintas pelayaran di Selat Malaka, maka telah menumbuhkan kota-
kota pelabuhan yang terletak di bagian ujung utara Pulau Sumatra. Perkembangan per-
dagangan yang semakin banyak di antara Arab, Cina dan Eropa melalui jalur laut telah
menjadikan kota pelabuhan semakin ramai, termasuk di wilayah Aceh yang diketahui
telah memiliki beberapa kota pelabuhan yang umumnya terdapat di beberapa delta
sungai. Kota-kota pelabuhan ini dijadikan sebagai kota transit atau kota perdagangan.
Sebuah penelitian ilmiah yang ditulis Prof. Robert Dick-Read berjudul The
Phantom Voyagers: Evidence of Indonesian Settlement in Africa in Ancient Time yang
*****************
Teori Islamisasi Alam Melayu Khususnya Di Wilayah Aceh: Jeumpa, Perlak & Pasai
Sehubungan dengan proses Islamisasi, khususnya di wilayah Aceh sekarang,
ada beberapa teori yang hingga kini masih sering didiskusikan, baik oleh sarjana-
sarjana Barat maupun kalangan intelektual Islam sendiri. Salah satunya adalah teori
masuknya Islam ke Aceh dari Gujarat, disebut juga sebagai Teori Gujarat. Teori ini
**********************
Putri Jeumpa Mayang Seludang: Maha Ratu Islam Pertama Asia Tenggara
Menurut penelitian terkini para ahli sejarah, diketahui bahwa sebelum
datangnya Islam pada awal abad ke 7 M, Dunia Arab dengan Dunia Melayu-Sumatra
sudah menjalin hubungan dagang yang erat sejak 2000 tahun SM atau 4000 tahun lalu.
Hal ini sebagai dampak hubungan dagang Arab-Cina melalui jalur laut yang telah
menumbuhkan perkampungan-perkampungan Arab, Parsia, Hindia dan lainnya di
Kerajaan Jeumpa Aceh, berdasarkan Ikhtisar Radja Jeumpa yang di tulis Ibrahim
Abduh, yang disadurnya dari hikayat Radja Jeumpa adalah sebuah Kerajaan yang
benar keberadaannya pada sekitar abad ke 7 Masehi yang berada di sekitar daerah
perbukitan mulai dari pinggir sungai Peudada di sebelah barat sampai Pante Krueng
Peusangan di sebelah timur. Istana Raja Jeumpa terletak di desa Blang Seupeueng yang
dipagari di sebelah utara, sekarang disebut Cot Cibrek Pintoe Ubeuet. Masa itu Desa
Blang Seupeueng merupakan permukiman yang padat penduduknya dan juga
merupakan kota bandar pelabuhan besar, yang terletak di Kuala Jeumpa. Dari Kuala
Jeumpa sampai Blang Seupeueng ada sebuah alur yang besar, biasanya dilalui oleh
kapal-kapal dan perahu-perahu kecil. Alur dari Kuala Jeumpa tersebut membelah Desa
Cot Bada langsung ke Cot Cut Abeuk Usong atau ke ”Pintou Rayeuk” (pintu besar).
Menurut legenda yang berkembang di sekitar Jeumpa, sebelum kedatangan
Islam di daerah ini sudah berdiri salah satu Kerajaan Hindu Purba Aceh yang dipimpin
turun temurun oleh seorang Meurah dan negeri ini sudah dikenal di seluruh penjuru
dan mempunyai hubungan perdagangan dengan Cina, India, Arab dan lainnya.
Sekitar awal abad ke 8 Masehi datanglah seorang pemuda tampan yang dikenal dengan
Shahrianshah Salman al-Farisi atau Sasaniah Salman Al-Farisi sebagaimana disebut
dalam Silsilah keturunan Sultan-Sultan Melayu, yang dikeluarkan oleh Kerajaan Brunei
Darussalam dan Kesultanan Sulu-Mindanao dan juga disebutkan dalam Silsilah Raja-
***************************
Maulana Ainul Yaqin bin Maulana Ishaq (Sunan Giri)
Perkawinan Sayyid Ibrahim bin Sayyid Hussein Jamadil Kubra dengan Putri
Jeumpa di Pasai bernama Candra Wulan telah melahirkan dua orang putera yang
menjadi Ulama besar di Kerajaan Islam Pasai, yaitu Maulana Sayyid Rahmatillah yang
di tanah Jawa terkenal dengan Raden Sayyid Rahmat atau Sunan Ampel yang menjadi
pemimpin utama Wali Songo di tanah Jawa. Yang satunya bernama Maulana Sayyid
Ishaq yang menjadi Ulama dan penasihat utama Sultan Pasai di zaman Sultan Zainal
Abidin dan Sultan Salahuddin. Beliau adalah juga sekaligus ayahanda dari Raden Paku