Anda di halaman 1dari 27

SKENARIO 3

Rahangku

Temi datang ke praktek drg.Poro karena rahangnya tidak bisa ditutup. Dari anamnesa diketahui keadaan ini terjadi pada saat Temi menguap dan hal ini juga sudah pernah dialaminya 6 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan klinis ditemukan dislokasi TMJ kanan dan kiri Temi. Drg.Poro segera melakukan reposisi mandibula. Sambil menahan rasa sakit Temi bertanya kepada drg.Poro apa penyebab timbulnya keadaan ini.

Bagaimana anda membantu drg.Poro menjelaskan keadaan Temi ?

1. Terminologi a. Dislokasi TMJ : Keluarnya caput sendi dari kapsul sendi Bersifat unilateral dan bilateral Pergeseran abnormal

b. TMD : Suatu syndrom dimana penderita merasakan nyeri pada sendi rahang yang dapat menimbulkan sakit kepala Kelainan TMJ karena malfungsi dan otot dan bersifat regeneratif

c. Reposisi Mandibula Mengembalikan caput sendi ke ruang sendi atau posisi yang benar

2. Identifikasi masalah a. Apa saja jenis gangguan TMJ ? b. Apa penyebab dislokasi TMJ ? c. Apa tanda dan gejala TMD ? d. Bagaimana penanganan TMD ? e. Bagaimana cara melakukan reposisi mandibula ? f. Apa saja pemeriksaan TMJ untuk penegakan diagnosa kasus ?

3. Analisa Masalah a. Jenis gangguan TMJ Struktural : gangguan pertumbuhan, infeksi, neoplasma Fungsional : Penggunaan sendi, buka mulut terlalu lebar

Berhubungan dengan otot Berhubungan dengan sendi

b. Penyebab dislokasi TMJ Gangguan ligamen TMJ dan lateral Kontraksi dan spasme otot sehingga condylus terkunci Trauma eksterna Trauma oklusi Kebiasaan buruk

Faktor resiko : Fosaa mandibularis dangkal Stress fisik Inflamasi Gangguan struktur sendi

c. Tanda dan gejala TMD 1. Nyeri menjalar ke bahu 2. Tinitus 3. Clicking , krepitasi 4. Nyeri otot 5. Vertigo 6. Gerakan ke samping ketika buka rahang 7. Berkurangnya kemampuan membuka rahang 8. Mandibula lebih ke depan

d. Penanganan TMD 1. Konservatif Terapi fisik : dikompres pada bagian yang sakit, memotong makanan kecil, hindari mengunyah permen karet Akut : dengan reposisi Pasien menyandar ke dinding Balut ibu jari/jempol Pake sarung tangan Jari pada rahang bawah di dekat mandibula ditekan ke arah bawah secara bilateral pada regio M Splint Alat ortho Obat AINS Bedah dengan rekonstruksi sendi Non bedah dengan mengkomunikasikan kepada pasien tentang kebiasaan yang baik untuk rahang

Self care Perubahan kebiasaan buruk Pengasahan selektif pada permukaan gigi Pemijatan

e. Reposisi mandibula Pasien menyandar ke dinding Balut ibu jari/jempol Pake sarung tangan Jari pada rahang bawah di dekat mandibula ditekan ke arah bawah secara bilateral pada regio M

f.

Pemeriksaan TMJ untuk penegakan diagnosis 1. Palpasi pada TMJ 2. Auskultasi 3. Pemeriksaan subjektif : ada atau tidaknya rasa sakit , dulu pernah sakit atau tidak, bisa buka tutup mulut atau tidak 4. Pemeriksaan klinis : ada fraktur atau tidak, ada pembengkakan atau tidak, ada perubahan posisi mandibula atau tidak 5. Pemeriksaan penunjang : dengan rontgen foto, tomografi, ct scan

4. Skema

Drg.Poro Temi ( rahang tidak bisa dibuka

Anamnesa

Pemeriksaan klinis

Terjadi saat menguap dan


pernah terjadi 6 bulan yang lalu

TMJ dislokasi kanan


dan kiri

Dislokasi TMJ

diagnosa

Jenis TMD

Tanda dan gejala etiologi


5. Learning Objective 1. Jenis TMD a. Etiologi b. Tanda dan gejala c. Penalataklasanaan 2. Pemeriksaan dan penegakan diagnosa

penatalaksanaan

Reposisi mandibula

Identifikasi LO 1. Jenis-jenis TMD Kelainan sendi temporomandibula Kelainan STM dapat dikelompokkan dalam 2 bagian yaitu : gangguan fnsi akibat adanya kelainan struktural dan dangguan fungsi akibat adanya penyimpangan dalam aktifitas salah satu komponen fungsi sistem mastikasi (disfungsi). Kelainan STM akibat kelainan struktural jarang dijumpai dan terbanyak dijumpai adalah disfungsi. STM yang diberikan beban berlebihan akan menyebabkan kerusakan pada strukturnya ataun mengganggu hubungan fungsional yang normal antara kondilus, diskus dan eminensia yang akan menimbulkan rasa sakit, kelainan fungsi tubuh, atau kedua-keduanya. Idealnya, semua pergerakan STM harus dipenuhi tanpa rasa sakit dan bunyi pada sendi. kelainan struktural Kelainan struktural adalah kelainan yang disebabkan oleh perubahan struktur persendiana akibat gangguan pertumbuhan, trauma eksternal, penyakit infeksi atau neoplasma dan umumnya jarang dijumpai. Gangguan pertumbuhan konginetal berkaitan dengan hal-hal yang terjadi sebelum kelahiran yang menyebabkan kelainan perkembangan yang muncul setelah kelahiran. Umumnya gangguan tersebut terjadi pada kondilus yang menyebabkan kelainan selain pada bentuk wajah yang menimbulkan masalah estetika juga masalah fungsional Cacat juga dapat terjadi pada permukaan artikular, yang maana cacat ini dapat menyebabkan masalah pada saat sendi berputar yang dapat pula melibatkan permukaan diskus. Cacat dapat disebabkan karena trauma pada rahang bawah, peradangan, dan kelainan struktural. Perubahan di dalam artikular juga dapat terjadi kerena variasi dari tekanan emosional. Oleh karena itu, ketika tekanan emosional meningkat, maka tekanan pada artikular berlebihan, menyebabkan terjadinya perubahan pergerakan. Tekanan yang berlebihan pada sendi dapat mengakibatkan penipisan pada diskus. Tekanan berlebihan yang terus menrus pada akhirnya menyebabkan perforasi dan keausan sampai terjadi fraktur pada diskus yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada permukaan artikular Kelainan trauma akibat perubahan pada STM dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan, kondilus ataupun keduanya. Konsekuensi yang mungkin terjadi adlah dislokasi, hemartrosisi dan fraktur kondilus. Pasien yang mengalami dislokasi tidak dapat menutup mulut dan terjadi open bite anterior, serta dapat tekanan pada satu atau dua saluran pendengaran. Kelainan struktural akibat trauma STM juga dapat menyebabkan edema atau hemorage di dalam sendi. Jika trauma belum menyebabkan fraktur mandibula, pada umumnya pasien mengalami pembengkakan pada daerah STM , sakit bila digerakaan dan pergerakan sendi berkurang. Kondisi ini kadang kadang dikenal sebagai radang sendi traumatis. Kelainan struktural yang dipengaruhi penyakit infeksi akan melibatkan sistem muskuluskeletal yang banyak terdapat pada STM, penyakit-penyakit tersebut antara lain yaitu osteoarthritis dan reumatoid arthritis adalah suatu penyakit peradangan sistemik yang melibatkan sekililing STM Gangguan Fungsional Gangguan fungsional adalah masalah-masalah STM yang timbul akibat fungsi yang menyimpang kerena adanya kelainan pada posisi dan fungsi gigi-geligi, atau otot-otot kunyah.

Suatu keadaan fisiologis atau yang biasa disebut orthofunction yakni batas toleransi tiap individu saat melakukan pergeseran mandibula saat melakukan pergeseran mmandibula tanpa menimbulakan keluhan otot ditandai dengan adanya keserasian antara morfologi oklusi dan fungsi neuromuskular. Istilah keadaan ini dikenal dengan zona toleransi fisiologik. Apabila ada rangsangan yang menyimpang dari biasanya akibat oklusi gigi yang menimbulkan kontak prematur, respon yang timbul berfariasi akibat biologis yang umumnya merupakan respon adaptif atau periode adaptasi. Disini terjadi perubahan-perubahan adaptif pada jaringan yang terlibat sebagai upaya menerima rangsangan yang menyimpang tersebut contoh dari perubahan adaptif adalah ausnya permukaan oklusal gigi, timbulnya perubahan membran periodontal, resorbsi alveolar setempat. Periode oklusi ini akan jalan terus menerus sampai batas toleransi fisiologis otoy-otot atau jaringan sekitar telah terlampaui. Berapa lama adatasi ini akan berlangsung berbeda antara individu yang satu dengan yang lain, dan dipengaruhi oleh keadaan patologi. Setelah batas psikologis ini terlampaui respon jaringan mengalami perubahann yang bersifat lebih patologis. Keluhan dirasakan pada otot-otot pergerakan mandibula, atau dapat pula pada sendi temporo mandibula. Jenis-jenis : a. Artrosis Artrosi merupakan penyakit kelainan sendi TMJ yang disebabkan oleh kelainan fungsi sehingga menimbulkan gejala-gejala klinis yang kompleks seperti artralgia, mialgia, dan clicking. Etiologi Trauma, yang dapat berupa pukulan pada tulang rahang, perawatan gigi yang lama, menguap terlalu lebar, dan membuka mulut yang terlalu lama pada pencabutan gigi yang sukar Malunion dari fraktur kondilus. Fraktur kondilus yang dirawat secara konvervatif kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan membuka dan menutup mulut Traumatik oklusi, seperti yang disebabkan oleh gigi crowded, gigi karies, dan tambalan yang overhang Overclosure, dimensi vertikal yang terlalu kecil disebabkan kehilangan gigi posterior, atau pada pembuatan protesa yang terlalu rendah dimensi vertikalnya dan menyebabkan terjadinya pergeseran ke posterior dari kondilus Faktor psikogenik dan kebiasaan neuromuskuler seperti bruxism, beberapa penderita suka mengatupkan atau mengigit kuat-kuat bila merasa geram, tanpa sadar berbuat begitu bila sedang asik mengerjakan sesuatu.

Gejala klinis yang dapat timbul yaitu kepekaan tinitus, rasa sakit di telinga, rasa terbakar di lidah, kerongkongan, dan hidung. Artralgia yaitu rasa sakit pada regio artikulasi yang dapat timbul atau bertambah pada penekanan di daerah artikulasi sambil membuka dan menutup mulut. Gejala yang lain yaitu disfungsi mandibula. Pasien tidak dapat membuka mulut maksimal, hanya dapat membuka lebih kurang 2-3 cm, ini disebabkan karena kekakuan membuka mulut, untuk menghindari rasa sakit pada TMJ. Pada pasien terjadi mialgia yaitu

kekakuan pada otot pengunyahan, trismus atau spasme otot, dan clicking yaitu suara gemertak pada TMJ pada waktu membuka dan menutup mulut. b. Rhematoid Artritis Ini merupakan penyakit TMJ yang lebih sering dari disfungsi mandibular. Rhematoid artritis biasanya timbul pada, masa kanak-kanak yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Pada orang dewasaa penyakit ini biasany dijumpai bersifat kronik. Pada keadaan progresif tejadi bengkak, sakit dan keterbatasan luas pergerakan sendi. Penyakit ini umumnya berasal dari sendi bagian tubuh yang lain. Etiologi belum diketahui, faktor predisposisinya yaitu trauma, penyakit yang melemahkan tubuh, dan penyakit sistemik yang mengakibatkan sistem imun menurun. Gejala klinis: Rasa sakit yang sangat pada daerah TMJ Bengkak pada regio periaurikuler Pada gerakan artikulasi, rasa sakit lebih hebat sehingga penderita takut membuka dan menutup mulut Pada stadium kronis, terjadi keterbatasan untuk membuka mulut Palpasi di regio artikuler dijumpai rasa sakit dan krepitasi, rasa sakit dapat hilang dan timbul pada eksaserbasi akut

Gambaran rontgen foto, pada stadium awal gambarannya normal, pada stadium lanjut teradapat radiolusen pada tulang yang dapat meluas sampai perifer. Pada keadaan konis, kondilus tampak lebih besar karena rongga artikulasi hilang atau berkurang. Secara patofisiologis, perubahan paling awal dari artritis rhematoid adalah perubahan mengenai jaringan lunak dimana sel-sel panus menghasilkan enzim-enzim yang dapat meresorpsi prosesus kondilaris dan os. Temporale dari bagian perifer hingga ke bagian tengah tulang. Manifestasinya dapat berupa berkurangnya ketinggian ramus sehingga berkembang gigitan terbuka anterior. Penyakit ini dapat terus berkembang hingga terjadi ankilosis fibrous atau ankilosis osseus. Perawatan rhematoid artritis disesuaikan dengan tanda dan gejala. Perawatannya sama seperti perawan pada artrosis. c. Dislokasi pada TMJ Dislokasi TMJ dapat terjadi bila kapsul dan ligamen TMJ cukup longgarsehingga kondilus dapat bergerak ke anteror dari eminensia artikularis sewaktu gerakan membuka dan meluncur, pada saat itu terjadi kontraksi dan spasme otot terkunci pada keadaan demikian sehingga pasien tidak dapat menutup mulut. Klasifikasi dan Etiologi

Terdapat berbagai jenis dislokasi yang dapat terjadi melalui mekanisme traumatik atau nontraumatik. Jenis dislokasi dibedakan berdasarkan letak condylus relatif terhadap fossa articularis tulang temporal: Dislokasi anterior

Pada dislokasi tipe ini terjadi perubahan posisi condylus menjadi anterior terhadap fossa articularis tulang temporal. Dislokasi anterior biasanya terjadi akibat interupsi pada sekuens normal kontraksi otot saat mulut tertutup setelah membuka dengan ekstrim. Muskulus masseter dan temporalis mengangkat mandibula sebelum muskulus pterygoid lateral berelaksasi, mengakibatkan condylus mandibularis tertarik ke anterior ke tonjolan tulang dan keluar dari fossa temporalis. Spasme muskulus masseter, temporalis, dan pterygoid menyebabkan trismus dan menahan condylus tidak dapat kembali ke fossa temporalis. Dislokasi jenis ini dapat unilateral atau bilateral. Dislokasi tersebut dibedakan menjadi akut, kronik rekuren, atau kronik. Dislokasi akut terjadi akibat trauma atau reaksi distonik, namun biasanya disebabkan oleh pembukaan mulut yang berlebihan seperti menguap, anestesi umum, ekstraksi gigi, muntah, atau kejang. Dislokasi anterior juga dapat terjadi setelah prosedur endoskopik. Dislokasi kronik akut disebabkan oleh mekanisme yang sama pada pasien dengan faktor risiko seperti fossa mandibularis yang dangkal (kongenital), kehilangan kapsul sendi akibat riwayat disloasi sebelumnya, atau sindrom hipermobilitas. Dislokasi kronik terjadi akibat dislokasi TMJ yang tidak ditangani sehingga condylus tetap berada dalam posisinya yang salah dalam waktu lama. Biasanya dibutuhkan reduksi terbuka. Dislokasi posterior biasanya terjadi akibat trauma fisik langsung pada dagu. Condylus mandibularis tertekan ke posterior ke arah mastoid. Jejas pada meatus acusticus externum akibat condylus dapat terjadi pada dislokasi tipe ini. Dislokasi superior terjadi akibat trauma fisik langsung pada mulut yang sedang berada dalam posisi terbuka. Sudut mandibula pada posisi ini menjadi predisposisi pergeseran condylus ke arah superior dan dapat mengakibatkan kelumpuhan nervus fasialis, kontusio serebri, atau gangguan pendengaran. Dislokasi lateral biasanya terkait dengan fraktur mandibula. Condylus bergeser ke arah lateral dan superior serta sering dapat dipalpasi pada permukaan temporal kepala.

Faktor Risiko Terdapat beberapa faktor risiko dislokasi TMJ, antara lain:

Fossa mandibularis yang dangkal Condylus yang kurang berkembang sempurna Ligamen TMJ yang longgar Penyakit jaringan ikat, misalnya sindrom Marfan, sindrom Ehlers-Danlos

Epidemiologi Dislokasi mandibular merupakan keluhan yang jarang pada bagian gawat darurat. Sebuah penelitian melaporkan dislokasi TMJ terjadi sebanyak 37 kasus pada periode 7 tahun, pada sebuah rumah sakit dengan 100.000 kasus emergensi per tahun. Dislokasi mandibula anterior merupakan yang paling sering terjadi dan biasanya akibat penyebab nontraumatik. Pada sebuah penelitian terhadap 96 kasus dislokasi TMJ, didapatkan bahwa dislokasi akut merupakan yang paling sering terjadi (47,9%), diikuti oleh dislokasi kronik (30,2%), dan dislokasi kronik rekuren (21,9%). Penyebab dislokasi yang tersering ialah menguap terlalu lebar (45,8%), diikuti oleh kecelakaan lalu lintas (13,5%). Jenis dislokasi yang paling sering terjadi adalah dislokasi anterior bilateral (89,6%). Perawatan dislokasi dilakukan dengan reposisi mandibula. Pada reposisi mandibula pasien duduk tegak di lantai dan operator berdiri agar kekuatannya maksimal. Jari jempol operator dibalut handuk. Kemudian jari diletakkan di regio retromolar pad. Dengan kuat rahang ditekan kebawah lalu kebelakang sehingga kondilus kembali ke posisi semula. Reposisi mansibula dapat dibantu dengan anestetikum untuk membantu merelaksasikan otot. d. Ankilosis TMJ Pada ankilosis TMJ pasein tidak dapat menggerakkan rahangnya karena penyatuan bagian-bagian artikularis. Penyatuan artikularis ini disebut true ankilosis. Sedangkan false ankilosis terjadi karena kekakuan otot dan jariang fibrotik yang menutupi daerah diskus artikularis. Etiologi: Trauma ketika lahir sehingga menimbulkan kongenital ankilosis Hemartrosis, terjadi karena fraktur dari basis cranii Supurative artritis, terjadi karena infeksi di telinga dan mastoid Rhematoid artirtis Fraktur kondilus

Gejala klinis: Sakit pada stadium awal

10

Tidak dapat membuka dan menutup mulut Sukar mengunyah atau tidak dapat mengunyah

Perawatan untuk ankilosis dapat berupa perawatan konservatif yaitu dengan membuka mulut secara paksa dengan mouth gag dan latihan otot menggunakan bantalan karet. Perawatan bedah dapat dilakukan dengan jalan kondilektomi dan artroplasi. Kondilektomi dapat dilakukan pada ankilosis fibrotik. Pada true ankilosis dilakuakn kondilektomi selanjutnya dilakuakn artroplasti dimana dibuatkan plat pada caput kondilusnya. e. Tumor pada TMJ Tumor yang terjadi padaTMJ yaitu meliputi: 1. Hipertrofi dan osteoma 2. Chondroma kondilus 3. Hemangioma 4. Chondrosarkoma 5. Multiple myeloma Etiologi Gangguan Temporomandibular Nyeri yang dirasakan pada persendian ini dapat dikarenakan oleh beberapa faktor seperti, penggunaan yang berlebihan pada daerah yang bersangkutan, contohnya adalah pada individu yang mempunyai kebiasaan buruk mengerat gigi (bruxism), sering menguap, mengunyah cenderung pada satu sisi. Hal ini menyebabkan pemberian beban yang terus menerus pada daerah persendian. Faktor lain yang terlibat adalah faktor maloklusi gigi terutama pertumbuhan gigi geraham belakang yang tidak normal dapat menyebabkan desakan yang terus menerus serta adanya kelainan anatomi rahang dapat berakibat menimbulkan rasa nyeri pada TMJ. Penggunaan berlebih pada diskus dan ligament-ligamen yang berhubungan dengan TMJ dapat menyebabkan fleksibilitas pada discus dan ligament tersebut menurun, dan bila tidak ditanggulangi dan terus berlanjut akan menyebabkan inflamasi yang berakhir pada rupture discus dan ligament yang akan menimbulkan sensasi nyeri pada individu. Selain terjadinya inflamasi pada discus, dapat pula terjadi inflamasi dari otot akibat hiperfungsi dari system musculoskeletal yang akan menimbulkan nyeri juga. Sensasi nyeri juga dapat timbul oleh karena adanya iskemi lokal yang disebabkan karena hiperfungsi dari kontraksi otot yang mengakibatkan mikrosirkulasi tidak adekuat. Hal ini akan menyebabkan nutrisi pada jaringan akan berkurang sehingga menyebabkan iskemik pada jaringan tersebut yang akan menimbulkan sensasi nyeri.

11

Persendian pada temperomandibular ini sama seperti persendian di daerah tubuh lainnya, dimana dapat juga terjadi hal-hal seperti osteoarthritis, rheumatoid arthritis dan jenis-jenis inflamasi lainnya didaerah persendian ini yang akan menimbulkan sensasi nyeri juga. Osteoartritis adalah kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat inflamasi yang diakibatkan gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi. Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun dengan karakteristik sinovitis erosif simetris sebagian besar pasien menunjukkan gejala penyakit kronik hilang timbul dan apabila tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan persendian dan deformitas sendi progresif yang berakhir pada disabilitas. 1. Kondisi oklusi. Dulu oklusi selalu dianggap sebagai penyebab utama terjadinya TMD, namun akhir-akhir ini banyak diperdebatkan 2. Trauma Trauma dapat dibagi menjadi dua : Macrotrauma : Trauma besar yang tiba-tiba dan mengakibatkan perubahan struktural, seperti pukulan pada wajah atau kecelakaan. Microtrauma : Trauma ringan tapi berulang dalam jangka waktu yang lama, seperti bruxism dan clenching. Kedua hal tersebut dapat menyebabkan microtrauma pada jaringan yang terlibat seperti gigi, sendi rahang, atau otot. 3. Stress emosional Keadaan sistemik yang dapat mempengaruhi fungsi pengunyahan adalah peningkatan stres emosional. Pusat emosi dari otak mempengaruhi fungsi otot. Hipotalamus, sistem retikula, dan sistem limbic adalah yang paling bertanggung jawab terhadap tingkat emosional individu. Stres sering memiliki peran yang sangat penting pada TMD. Stres adalah suatu tipe energi. Bila terjadi stres, energi yang timbul akan disalurkan ke seluruh tubuh. Pelepasan secara internal dapat mengakibatkan terjadinya gangguan psikotropik seperti hipertensi, asma, sakit jantung, dan/atau peningkatan tonus otot kepala dan leher. Dapat juga terjadi peningkatan aktivitas otot nonfungsional seperti bruxism atau clenching yang merupakan salah satu etiologi TMD 4. Deep pain input (Aktivitas parafungsional) Aktivitas parafungsional adalah semua aktivitas di luar fungsi normal (seperti mengunyah, bicara, dan menelan), dan tidak mempunyai tujuan fungsional. Contohnya adalah bruxism, dan kebiasaankebiasaan lain seperti menggigit-gigit kuku, pensil, bibir, mengunyah satu sisi, tongue thrust, dan bertopang dagu. Aktivitas yang paling berat dan sering menimbulkan masalah adalah bruxism, termasuk clenching dan grinding. Beberapa literatur membedakan antara bruxism dan clenching. Bruxism adalah mengerat gigi atau grinding terutama pada malam hari, sedangkan clenching adalah mempertemukan gigi atas dan bawah dengan keras yang dapat dilakukan pada siang ataupun malam hari. Gejala Gangguan Sendi Rahang

12

a)

b)

c)

d)

e)

f)

g) h) i)

Kelainan-kelainan sakit sendi rahang umumnya terjadi karena aktivitas yang tidak berimbang dari otot-otot rahang dan/atau spasme otot rahang dan pemakaian berlebihan. Gejala-gejala bertendensi menjadi kronis dan perawatan ditujukan pada eliminasi faktor-faktor yang mempercepatnya. Banyak gejala-gejala mungkin terlihat tidak berhubungan dengan TMJ sendiri. Berikut adalah gejala-gejala yang umum: Sakit Telinga: Kira-kira 50% pasien dengan gangguan sendi rahang merasakan sakit telinga namun tidak ada tanda-tanda infeksi. Sakit telinganya umumnya digambarkan sepertinya berada di muka atau bawah telinga. Seringkali, pasien-pasien dirawat berulangkali untuk penyakit yang dikirakan infeksi telinga, yang seringkali dapat dibedakan dari TMJ oleh suatu yang berhubungan dengan kehilangan pendengaran (hearing loss) atau drainase telinga (yang dapat diharapkan jika memang ada infeksi telinga). Karena sakit telinga terjadi begitu umum, spesialis-spesialis kuping sering diminta bantuannya untuk membuat diagnosis dari gangguan sendi rahang. Kepenuhan Telinga: Kira-kira 30% pasien dengan gangguan sendi rahang menggambarkan telingatelinga yang teredam (muffled), tersumbat (clogged) atau penuh (full). Mereka dapat merasakan kepenuhan telinga dan sakit sewaktu pesawat terbang berangkat (takeoffs) dan mendarat (landings). Gejala-gejala ini umumnya disebabkan oleh kelainan fungsi dari tabung Eustachian (Eustachian tube), struktur yang bertanggung jawab untuk pengaturan tekanan ditelinga tengah. Diperkirakan pasien dengan gangguan sendi rahang mempunyai aktivitas hiper (spasme) dari otot-otot yang bertanggung jawab untuk pengaturan pembukaan dan penutupan tabung eustachian. Dengung Dalam Telinga (Tinnitus): Untuk penyebab-penyebab yang tidak diketahui, 33% pasien dengan gangguan sendi rahang mengalami suara bising (noise) atau dengung (tinnitus). Dari pasienpasien itu, separuhnya akan hilang tinnitusnya setelah perawatan TMJnya yang sukses. Bunyi-Bunyi: Bunyi-bunyi kertakan (grinding), klik ( clicking) dan meletus (popping), secara medis diistilahkan crepitus, adalah umum pada pasien-pasien dengan gangguan sendi rahang. Bunyi-bunyi ini dapat atau tidak disertai dengan sakit yang meningkat. Sakit Kepala: Hampir 80% pasien dengan gangguan sendi rahang mengeluh tentang sakit kepala, dan 40% melaporkan sakit muka. Sakitnya seringkal menjadi lebih ketika membuka dan menutup rahang. Paparan kepada udara dingin atau udara AC dapat meningkatkan kontraksi otot dan sakit muka. Pusing: Dari pasien-pasien dengan gangguan sendi rahang, 40% melaporkan pusing yang samar atau ketidakseimbangan (umumnya bukan suatu spinning type vertigo). Penyebab dari tipe pusing ini belum diketahui Penelanan : Kesulitan menelan atau perasaan tidak nyaman ketika menelan Rahang Terkunci : Rahang terasa terkunci atau kaku, sehingga sulit membuka atau menutup mulut Gigi: Gigi-gigi tidak mengalami perlekatan yang sama karena ada sebagian gigi yang mengalami kontak prematur dan bisa d sebabkan karena maloklusi atau merasa gigitan tidak pas

13

Gambar : Terdapat kasus dimana pasien ini mengalami kelainan TMJ. Pada titik A dan C pasien mengalami kekakuan otot. Pada point B dan D pasien mengalami kelemahan otot dan stretched out. Faktor Risiko Gangguan Temporomandibular Kelainan TMJ paling sering pada wanita dengan usia berkisar 30-50 tahun. Faktor resiko lain:

Jaw clenching Teeth grinding (bruxism) Rheumatoid arthritis Fibromialgia Trauma wajah dan rahang Kelainan congenital pada tulang wajah

2. Pemeriksaan dan penegakkan diagnosa 2.1. Diagnosis TMJ Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang seperti foto roentgen atau MRI

Diagnosis

14

Anamnesis Anamnesis kronologis dan komprehensif dan pemeriksaan fisik pasien, meliputi anamnesis dan pemeriksaan gigi, penting untuk mendiagnosis kondisi kondisi spesifik untuk menentukan pemeriksaan lebih lanjut, jika ada, dan untuk memberikan terapi spesifik. a. Pasien mungkin memiliki riwayat penggunaan komputer berlebihan (dihubungkan dengan terjadinya gangguan TMJ) b. Satu pertiga pasien memiliki riwayat masalah psikiatri c. Pasien mungkin memiliki riwayat trauma fasial, perawatan gigi yang buruk, dan atau stress emosional. d. Pasien dengan gangguan makan kronik menyebabkan prevalensi tinggi gangguan TMJ. e. Banyak pasien dengan gangguan TMJ juga mengalami nyeri leher dan bahu. f. Dokter sebaiknya menanyakan tentang clenching di siang hari atau malam hari. Clenching di siang hari memiliki asosiasi yang kuat dengan dislokasi TMJ dibandingkan dengan bruksisme malam hari. g. Pasien akan mengeluhkan gejala berikut:

Nyeri: nyeri biasanya periaurikuler, dihubungkan dengan mengunyah, dan menyebar ke kepala tetapi tidak seperti sakit kepala. Mungkin unilateral pada sisi dislokasi TMJ, kecuali pada rheumatoid arthritis. Nyeri: biasanya sering dideskripsikan sebagai nyeri yang dalam disertai dengan nyeri tajam yang intermiten seiring dengan gerakan rahang

Klik, pop dan snap: Suara ini biasanya dihubungkan dengan nyeri pada dislokasi TMJ. Klik dengan nyeri pada dislokasi disk anterior disebabkan oleh reduksi mendadak dari pita posterior ke posisi normal. Klik terisolasi sangat umum pada populasi umum dan bukan faktor risiko terjadinya kelainan TMJ.

Episode terkunci dan pembukaan rahang yang terbatas; Keadaan terkunci dapat terbuka atau tertutup, open lock adalah ketidakmampuan untuk menutup mulut dan terlihat saat dislokasi anterior kondilus mandibular di depan tonjolan artikuler. Jika tidak dikurangi segera maka sangat menyakitkan. Closed lock adalah ketidakmampuan untuk membuka mulut karena nyeri atau perubahan lokasi sendi.

Nyeri kepala: Nyeri dislokasi tidak seperti nyeri kepala biasa. Dislokasi TMJ mungkin menjadi pencetus pada pasien untuk mengalami sakit kepala, dan saat berkaitan dengan dislokasi TMJ akan cenderung untuk menjadi berat secara alamiah. Beberapa pasien mungkin memiliki riwayat nyeri kepala yang tidak berrespon terhadap pengobatan. Pencetus dari

15

kelainan TMJ tidak boleh disingkirkan pada pasien tersebut karena diagnosis penting dalam pengobatan nyeri kepala ini. Pemeriksaan Fisik5 a. Observasi Postur kepala saat menghadap ke depan (dapat menunjukkan dislokasi kondilus posterior) Maloklusi rahang, gigi abnormal, dan gigi yang copot Ketegangan otot atau spasme otot leher ipsilateral

b. Pemeriksaan Rentang gerakan sendi. Pemeriksa memeriksa pembukaan dan penutupan rahang serta deviasi lateral bilateral. Rentang normal gerakan untuk pembukaan mulut adalah 5 cm dan gerakan lateral mandibula adalah 1 cm. Pasien sering mengurangi pembukaan mulut. Palpasi: Palpasi terbaik TMJ adalah lateral sebagai lekukan tepat di bawah sudut zigomatikum, 1-2 cm di depan tragus. Aspek posterior sendi dipalpasi melalui kanal auditori eksternal. Sendi sebaiknya dipalpasi baik pada posisi terbuka maupun tertutup dan baik lateral maupun posterior. Saat palpasi, pemeriksa sebaiknya merasakan spasme otot, konsistensi otot atau sendi, dan bunti sendi. Otot yang dipalpasi sebagai bagian dari pemeriksaan TMJ lengkap yaitu masseter, temporalis, pterygoid medial, pterygoid lateral, dan sternokleidomastoid. Pada disfungsi dan nyeri miofasial terisolasi, klik dan kelembutan sendi bisanya tidak ditemukan. Pemeriksaan pembukaan mulut maksimal kemudian diukur interincisal distance Pengukuran pergerkan lateral Gerakan waktu membuka mulut, apakah deviasi yaitu mula-mula pembukaan mulut segaris dengan midline lalu membelok ke kanan atau kiri lalu kembali ke posisi segaris dengan midline. Defleksi jika pembukaan mulut mula-mula segairs dengan midline kemudian membelok ke kanan atau ke kiri hingga pembukaan mulut maksimal Pemeriksaan otot di sekitar TMj Pemeriksaan TMJ dengan palpasi dan auskultasi

a. Pemeriksaan dental meliputi: Mobility gigi Keadaan perodontal Kebiasaan mengunyah

16

Pemeriksaan oklusa Pemeriksaan relasi sentrik Pemeriksaan eksentrik oklusal kontak Pemeriksaan intercuspal position Pemeriksaan karies

1.

Inspeksi

a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l.

Untuk melihat adanya kelainan sendi temporomandibular perlu diperhatikan gigi, sendi rahang dan otot pada wajah serta kepala dan wajah. Apakah pasien menggerakan mulutnya dengan nyaman selama berbicara atau pasien seperti menjaga gerakan dari rahang bawahnya. Terkadang pasien memperlihatkan kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik selama interview seperti bruxism. 2. Palpasi : Masticatory muscle examination: Pemeriksaan dengan cara palpasi sisi kanan dan kiri pada dilakukan pada sendi dan otot pada wajah dan daerah kepala. Temporalis muscle, yang terbagi atas 3 segmen yaitu anterior, media, dan posterior. Zygomatic arch (arkus zigomatikus). Masseter muscle Digastric muscle Sternocleidomastoid muscle Cervical spine Trapezeus muscle, merupakan Muscular trigger point serta menjalarkan nyeri ke dasar tengkorang dan bagian temporal Lateral pterygoid muscle Medial pterygoid muscle Coronoid process Muscular Resistance Testing: Tes ini penting dalam membantu mencari lokasi nyeri dan tes terbagi atas 5, yaitu : Resistive opening (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada ruang inferior m.pterigoideus lateral) Resistive closing (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m. temporalis, m. masseter, dan m. pterigoideus medial) Resistive lateral movement (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m. pterigoideus lateral dan medial yang kontralateral) Resistive protrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m. pterigoideus lateral) Resistive retrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada bagian posterior m. temporalis) 3. Pemeriksaan tulang belakang dan cervical : Dornan dkk memperkirakan bahwa pasien dengan masalah TMJ juga memperlihatkan gejala pada cervikal. Pada kecelakaan kendaraan bermotor kenyataannya menunjukkan kelainan pada cervikal maupun TMJ. Evaluasi pada cervikal dilakukan dengan cara :

17

o o o o o

Menyuruh pasien berdiri pada posisi yang relaks, kemudian dokter menilai apakah terdapat asimetris kedua bahu atau deviasi leher Menyuruh pasien untuk menghadap kesamping untuk melihat postur leher yang terlalu ke depan Menyuruh pasien untuk memutar (rotasi) kepalanya ke setiap sisi, dimana pasien seharusnya mampu untuk memutar kepala sekitar 80 derajat ke setiap sisi. Menyuruh pasien mengangkat kepala ke atas (ekstensi) dan ke bawah (fleksi), normalnya pergerakan ini sekitar 60 derajat Menyuruh pasien menekuk kepala kesamping kiri dan kanan, normalnya pergerakan ini 45 derajat 4. Auskultasi : Joint sounds Bunyi sendi TMJ terdiri dari clicking dan krepitus. Clicking adalah bunyi singkat yang terjadi pada saat membuka atau menutup mulut, bahkan keduanya. Krepitus adalah bersifat difus, yang biasanya berupa suara yang dirasakan menyeluruh pada saat membuka atau menutup mulut bahkan keduanya. Krepitus menandakan perubahan dari kontur tulang seperti pada osteoartrosis. Clicking dapat terjadi pada awal, pertengahan, dan akhir membuka dan menutup mulut. Bunyi click yang terjadi pada akhir membuka mulut menandakan adanya suatu pergeseran yang berat. TMJ clicking sulit didengar karena bunyinya halus, maka dapat didengar dengan menggunakan stetoskop. 5. Range of motion: Pemeriksaan pergerakan Range of Motion dilakukan dengan pembukaan mulut secara maksimal, pergerakan dari TMJ normalnya lembut tanpa bunyi atau nyeri. Mandibular range of motion diukur dengan : a. Maximal interticisal opening (active and passive range of motion) b. Lateral movement c. Protrusio movemen

Beberapa tes yang dilakukan untuk menetapkan bahwa anda mengalami gangguan TMJ adalah : I. Riwayat kesehatan anda. Seperti berapa lama anda merasakan sakit pada rahang, apakah anda pernah mengalami cedera di rahang, atau apakah anda pernah mendapatkan perawatan gigi baru-baru ini. II. Mendengarkan pergerakan rahang anda dan merasakan pergerakannya saat membuka atau menutup mulut. III. Mengamati seberapa besar pergerakan rahang anda. IV. Menguji pengunyahan anda untuk melihat apakah ada sesuatu yang abnormal. V. Memeriksa kondisi tambalan gigi apakah terlalu tinggi, gigi yang miring, gigi yang tanggal sebelum waktunya dan lain-lain yang bisa menimbulkan gangguan pergerakan rahang. VI. Memeriksa tanda-tanda bruxism pada gigi anda VII. Menekan-nekan daerah sekitar rahang anda untuk menemukan lokasi ketidaknyamanan. VIII. Menanyakan apakah anda sedang stress atau mengalami anxietas (kecemasan) Dokter anda juga akan memerintahkan foto rontgen kepala anda untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya terjadi di rahang. Pemeriksaan Penunjang 1. Sinar X Secara umum, sinar x pada daerah gigi dan mulut dapat dibagi menjadi dua golongan:

18

a. Sinar X intraoral Sinar X intraoral merupakan sinar X dental yang paling umum digunakan. Alat ini memberikan detail dan gambaran kavitas, memeriksa kesehatan akar gigi dan tulang di sekitar gigi, memeriksa status perkembangan gigi dan memantau kesehatan umum dari tulang dan rahang. i. Bitewing Pada pemeriksaan ini pasien menggigit suatu paper tab dan menunjukkan bagian mahkota pada gigi atas dan gigi bawah bersama ii. Periapikal Periapikal menunjukkan satu atau dua gigi yang lengkap mulai dari mahkota hingga akar. iii. Palatal (disebut juga oklusal) Sinar x palatal atau oklusal menangkap keseluruhan gigi atas dan bawah pada satu tembakan sementara film diletakkan pada permukaan gigitan dari gigi. b. Sinar X ekstraoral Sinar X ekstraoral menunjukkan gigi, tetapi fokus utamanya adalah rahang dan tengkorak. Alat yang termasuk golongan ini tidak menyediakan detail yang ditemukan pada sinar X intraoral sehingga tidak digunakan untuk mendeteksi kavitas atau mengidentifikasi masalah gigi per gigi. Alat ini digunakan untuk melihat gigi impaksi, memantau tumbuh-kembang rahang dalam hubungannya dengan gigi-geligi dan mengidentifikasi masalah potensial antara gigi dan rahang beserta TMJ. i. Panoramik Sinar x panoramik membutuhkan suatu alat khusus untuk berotasi mengelilingi kepala. Sinar x menangkap keseluruhan rahang dan gigi-geligi dalam satu tembakan. Alat ini digunakan untuk merencanakan terapi bagi implan gigi, memeriksa gigi geraham bungsu, dan mendeteksi masalah rahang. Panoramik tidak bagus dalam mendeteksi kavitas, kecuali kerusakannya sangat parah dan dalam. ii. Tomogram Tomogram menunjukkan lapisan khusus atau potongan dari mulut sementara yang lain dibuat buram. Jenis sinar X ini bermanfaat untuk memeriksa struktur yang sulit dilihat secara jelas, misalnya karena struktur lainnya sangat dengan dengan struktur yang akan dilihat. iii. Proyeksi Sefalometri

19

Menunjukkan keseluruhan sisi kepala. Jenis sinar X ini bermanfaat untuk memeriksa gigi-geligi dengan hubungan terhadap rahang dan profil individu. Ahli ortodonti menggunakan jenis sinar X ini untuk mengembangkan rencana terapi ini. iv. Sialografi Sialografi melibatkan visualisasi kelenjar saliva setelah injeksi pewarnaan. Pewarnaannya disebut agen kontras radioopak yang diinjeksikan menuju kelenjar saliva sehingga organ tersebut dapat dilihat melalui film sinar X. 1. Transcranial radiografi : Menggunakan sinar X, untuk dapat menilai kelainan, yang harus diperhatikan antara lain: a. Condyle pada TMJ dan bagian pinggir kortex harus diperhatikan b. Garis kortex dari fossa glenoid dan sendi harus dilihat. c. Struktur condyle mulus, rata, dan bulat, pinggiran kortex rata. d. Persendian tidak terlihat karena bersifat radiolusen. e. Perubahan patologis yang dapat terlihat pada condyle diantaranya flattening, lipping. 2. Panoramik Radiografi : Menggunakan sinar X, dapat digunakan untuk melihat hampir seluruh regio maxilomandibular dan TMJ. Kelemahan dari pemeriksaan ini antara lain : Terdapatnya bayangan atau struktur lain pada foto X ray. Fenomena distorsi, dimana terjadi penyimpangan bentuk yang sebenarnya yang terjadi akibat goyang saat pengambilan gambar. Gambar yang kurang tajam. Kelainan yang dapat dilihat antara lain fraktur, dislokasi, osteoatritis, neoplasma, kelainan pertumbuhan pada TMJ.

o o o

2. Computed Tomography Disebut juga CT-scan. menunjukkan struktur interior tubuh sebagai gambaran tiga dimensi. Jenis sinar x ini digunakan untuk mengidentifikasi masalah pada tulang wajah, seperti tumor atau fraktur. CT Scan merupakan pemeriksaan yang akurat untuk melihat kelainan tulang pada TMJ.

3. MRI (Magnetic Ressonance Image) MRI baik untuk menunjukkan delineasi dari posisi diskus dan jaringan lunak dari TMJ. Perforasi diskus dan adhesi sendi tidak dapat ditunjukkan oleh MRI

20

3.

Penatalaksanaan Memutuskan terapi yang tepat Sampai saat ini masih belum ada panduan yang disetujui untuk mendiagnosis kelainan temporomandibular, begitu pulat erapi yang terbaik. Kebanyakan ahli setuju, terapi konservatif, non-bedah adalah langkah yang tepat untuk memulai. Pembedahan dan terapi invasive lain, seperti injeksi dapan menyebabkan masalah dan digunakan sebagai langkar terakhir. Kelainan TM biasanya sementara dan tidak memburuk. Pada pasien pasien ini, gejala dapat dikurangi dengan terapi tunggal yang dapat dilakukan di rumah. Kadang gejala menghilang tanpa dilakukan terapi sama sekali atau kambuh kembali. Adapun terapi yang dianjurkan adalah: Makanan lunak Dengan memakan makanan yang tidak perlu banyak dikunya, rahang termasuk sendi temporomandibular dan otot pengunyahah- mendapatkan kesempatan untuk beristirahat dan sembuh. Makanan seperti berikut sebaiknya dihindari:

Makanan besar atau tebal yang perlu membuka mulut dengan lebar Lengket Keras, atau renyah Bila mungkin, makanan dipotong potong menjadi kecil sehingga mudah dikunyah, makan yang terbaik adalah makanan yang lunak dan hanya perlu sedikit dikunyah, misalnya:

Yogurt Soup Ikan Pada beberapa orang, gejala menghilang setelah dua atau tiga minggu diet makanan lunak. Kompres es, latihan dan kompres hangat Dengan mengompres sisi wajah + akan melemaskan otot otot yang menyebabkan spasme, kemudian dilanjutkan dengan latihan peregangan seperti:

Meletakkan ibu jari kiri di bawah gidepan rahang atas Letakkan Jari telunjuk dan tengah kanan di atas gigi depan rahang bawah Secara perlahan, tarik rahang dengan menggunakan tangan. Bila perlu, pasien dapat dianjurkan berkonsultasi kepada terapis fisik. Rutinitas ini kemudian diakhiri dengan menempelkan handuk hangat atau kain basah ke sisi wajah + 5 menit, latihan ioni sebaiknya dilakukan beberapa kali dalam sehari.

21

Obat Obatan Obat yang dapat diberikan antara lain:

Nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAIDs), seperti aspirin atau ibuprofen untuk meredakan nyeri otot dan pembengkakan. Pemberiannya untuk jangka pendek dan berdasarkan basis regular, bukan pada saat diperlukan selama 2-4 minggu dan kemudian dilakukan tapering off

Narkotik diberikan pada pasien dengan nyeri akut berat dan tidak boleh diberikan lebih dari 10-14 hari.

Bila NSAID tidak efektif meredakan nyeri, dapat diberikan dosis rendah antidepresan trisiklik dengan anti muskarinik. Obat obatan ini menghambat transmisi nyeri dan mengurangi bruxisme malam hari. Jenis yang biasa digunakan adalah Amitriptyline and nortriptyline dalam dosis kecil.

Relaxan otot untuk melemaskan otot rahang seperti diazepam, methocarbamol, and cyclobenzaprine diberikan dalam dosis efektif terendah. Splint Splint yang dipakai didesain untuk seluruh gigi dan ditujukan untuk mencegah gigi atas dan bawah menyatu sehingga menyulitkan pasien mengatupkan rahangnya. Kerja splint adalah dengan mengambil tekanan sendi dan otot rahang sehingga memberikan kesempatan untuk beristirahat dan menyembuhkan diri. Pemakaian splint harus sesuai anjuran dokter dan tidak boleh dipakai terlalu lama karena akan mengubah gigitan. Jenis splint yang dapat dipakai adalah anterior repositioning splint dan autorepositional splints .Faktor factor yang mempengaruhi penyembuhan dengan penggunaan splint diperkirakan adalah perubahan hubungan oklusal, redistribusi gaya oklusi pada gigitan dan perubahan hubungan structural dan gaya pada TMJ.

Terapi Terapi Pembedahan Terapi pembedahan pada tata laksana dislokasi temporomandibular merupakan cara terakhir yang dipilih setelah terapi non pembedahan lainnya. Terapi pembedahan bersifat ireversibel dan terkadang menimbulkan rasa sakit bahkan kerusakan rahang. Tujuan utama dari terapi pembedahan adalah: Menghilangkan nyeri dan membatasi progresivitas penyakit degeneratif Memperbaiki range of motion dari rahang Restorasi oklusi fungsional dan anatomi

Terdapat dua tipe pembedahan pada kelainan temporomandibular: 1. Artosentesis

22

Artrosentesis meliputi pencucian sendi dengan cairan yang diinjeksikan ke dalam ruang sendi dengan spuit. Tindakan ini dapat dilakukan dengan anestesi lokal secara intravena. 2. Artroskopi Artroskopi membutuhkan anestesi umum. Ketika pasien sudah dalam kondisi tidak sadar, dokter bedah akan melakukan insisi kecil pada depan telinga. Setelah itu, dimasukkan alat melalui lubang ini sehingga bisa terlihat area sekitar temporomandibular. 3. Pembedahan sendi terbuka Pembedahan ini baru dilakukan jika ada indikasi seperti: a. Degenerasi sendi temporomandibular b. Tumor Sebelum terapi pembedahan dilakukan, terapi dental splint atau terapi non bedah lain dapat dilakukan agar otot lebih relaksasi.

Ekuilibrasi Terapi ekuilibrasi oklusi merupakan salah satu terapi yang sering dilakukan oleh dokter gigi untuk memperbaiki kondisi dislokasi temporomandibular. Ekuilibrasi oklusi dapat meningkatkan stabilitas dan ortopedik. Hal ini kemudian dapat meningkatkan fungsi mastikasi. Pada ekuilibrasi, dilakukan penyesuaian sendi rahang, otot rahang dan giig agar ototnya berada dalam keadaan rileks, sendi rahang stabil, gigi geligi rahang atas dan bawah dapat berkontak. Langkah-langkah ekuilibrasi: 1. Memposisikan sendi rahang dalam posisi stabil(centric relation position). Otot rahang harus diistirahatkan saat melakukan manuver ini. Pada umumnya, dokter gigi menggunakan teknik manipulasi bimanual. 2. Penyesuaian gigi dan melakukan plaster gigi.

Komplikasi Komplikasi pada TMJ merupakan kondisi sekunder, simptom, atau gangguan lain yang disebabkan oleh TMJ sindrom. Komplikasi dari TMJ dapat berupa: sakit kepala sakit pada rahang bunyi clik-clik pada rahang. arthritis

23

facial pain Komplikasi pada TMJ merupakan kondisi sekunder, simptom, atau gangguan lain yang disebabkan oleh TMJ sindrom.

Arthritis TMJ Infectious arthritis, traumatic arthritis, osteoarthritis, RA, dan secondary degenerative arthritis dapat menyebabkan TMJ. Infectious arthritis Infeksi pada TMJ dapat disebabkan dari ekstensi langsung dari infeksi yang berdekatan atau melalui sistem hematogen. Area ini akan inflamasi dan gerakan dari rahang akan terbatas. X-ray dapat negatif pada stage awal tetapi lama-kelamaan dapat menggambarkan gambaran destruksi tulang. Jika dicurigai arthritis supuratif, maka dapat dilakukan aspirasi pada sendi untuk konfirmasi diagnosis dan untuk mengidentifikasi organisme penyebab. Diagnosis harus cepat untuk mencegah kerusakan sendi permanent. Terapi berupa antibiotik, perbaiki status hidrasi, anti nyeri, dan batasi pergerakan sendi. Penicilin parenteral merupakan obat pilihan utama sampai spesifik bakteri ditemukan. Jika infeksi sudah teratasi, jaw-opening exercises dapat membantu mencegah scarring dan keterbatasan gerak. Traumatic arthritis Jarang. acute injury (contoh: intubasi endotrakeal) dapat menyebabkan arthritis pada TMJ. Dapat terjadi nyeri, tenderness,dan keterbatasan gerak. Diagnosis berdasarkan anamnesis. Hasil x-ray negatif, kecuali ketika terjadi intra-articular edema atauhemoragik yang meluas pada ruang sendi. Terapi berupa NSAIDs, diet makan lunak dan restriksi dari pergerakan sendi. Osteoarthritis TMJ dapat terkena, terutama pada usia > 50 tahun. Biasanya pasien mengeluh kaku,grating, dan mild pain.pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan krepitasi. Sendi yang terkena pada umumnya bilateral. X-rays dan CT scan dapat menunjukkan flattening and lipping pada condyle. Terapi berupa simptomatik. Rheumatoid arthritis Dapat mengenai TMJ > 17% pada dewasa dan pada anak dengan RA, tetapi biasanya TMJ merupakan sendi terakhir yang terkena. Nyeri, bengkak, dan keterbatasan gerak merupakan yang paling serig ditemkan. Pada anak, destruksi condyle mengakibatkan gangguan pertumbuhan mandibular dan deformitas wajah. Dapat juga terjadi ankilosis. X-rays biasanya negatif pada

24

stage awal, tetapi lama kelamaan menunjukkan destruksi tulang., yang mengakibatkan anterior open-bite deformity. Terapi sama dengan RA pada sendi lain. Pada keadaan akut, dapat diberikan NSAIDs membatasi gerakan sendi. Night guard atau splint terkadang menbantu. Bedah diperlukan apabila terjadi ankilosis. Secondary degenerative arthritis Arthritis tipe ini mengenai usia 20-40 setelah trauma atau dengan persistent myofascial pain syndrome. Gejala biasanya terbatas saat membuka mulut, unilateral pain, dan krepitus. Diagnosis berdasarkan x-rays, yang biasanya menunjukkan condylar flattening, lipping, spurring, or erosion. Perawatan Ganggguan Sendi Rahang Dukungan utama dari perawatan untuk sakit sendi rahang akut adalah panas dan es, makanan lunak (soft diet) dan obat-obatan anti peradangan ( Suryonegoro H, 2009 ). 1. Jaw Rest (Istirahat Rahang) Sangat menguntungkan jika membiarkan gigi-gigi terpisah sebanyak mungkin. Adalah juga sangat penting mengenali jika kertak gigi (grinding) terjadi dan menggunakan metodemetode untuk mengakhiri aktivitas-aktivitas ini. Pasien dianjurkan untuk menghindari mengunyah permen karet atau makan makanan yang keras, kenyal (chewy) dan garing (crunchy), seperti sayuran mentah, permen-permen atau kacang-kacangan. Makanan-makanan yang memerlukan pembukaan mulut yang lebar, seperti hamburger, tidak dianjurkan ( Suryonegoro H, 2009 ). 2. Terapi Panas dan Dingin Terapi ini membantu mengurangi tegangan dan spasme otot-otot. Bagaimanapun, segera setelah suatu luka pada sendi rahang, perawatan dengan penggunaan dingin adalah yang terbaik. Bungkusan dingin (cold packs) dapat membantu meringankan sakit (Suryonegoro H, 2009 ). 3. Obat-obatan Obat-obatan anti peradangan seperti aspirin, ibuprofen (Advil dan lainnya), naproxen (Aleve dan lainnya), atau steroids dapat membantu mengontrol peradangan. Perelaksasi otot seperti diazepam (Valium), membantu dalam mengurangi spasme-spasme otot ( Suryonegoro H, 2009 ). 4. Terapi Fisik Pembukaan dan penutupan rahang secara pasiv, urut (massage) dan stimulasi listrik membantu mengurangi sakit dan meningkatkan batasan pergerakan dan kekuatan dari rahang ( Suryonegoro H, 2009 ). 5. Managemen stres Kelompok-kelompok penunjang stres, konsultasi psikologi, dan obat-obatan juga dapat membantu mengurangi tegangan otot. Umpanbalikbio (biofeedback) membantu pasien mengenali waktu-waktu dari aktivitas otot yang meningkat dan spasme dan menyediakan metode-metode untuk membantu mengontrol mereka ( Suryonegoro H, 2009 ). 6. Terapi Occlusal

25

7.

8.

9.

a.

b. c.

d. e.

f.

g. h. 10.

Pada umumnya suatu alat acrylic yang dibuat sesuai pesanan dipasang pada gigi-gigi, ditetapkan untuk malam hari namun mungkin diperlukan sepanjang hari. Ia bertindak untuk mengimbangi gigitan dan mengurangi atau mengeliminasi kertakan gigi (grinding) atau bruxism ( Suryonegoro H, 2009 ). Koreksi Kelainan Gigitan Terapi koreksi gigi, seperti orthodontics, mungkin diperlukan untuk mengkoreksi gigitan yang abnormal. Restorasi gigi membantu menciptakan suatu gigitan yang lebih stabil. Penyesuaian dari bridges atau crowns bertindak untuk memastikan kesejajaran yang tepat dari gigi-gigi ( Suryonegoro H, 2009 ). Operasi Operasi diindikasikan pada kasus-kasus dimana terapi medis gagal. Ini dilakukan sebagai jalan terakhir. TMJ arthroscopy, ligament tightening, restrukturisasi rahang (joint restructuring), dan penggantian rahang (joint replacement) dipertimbangkan pada kebanyakan kasus yang berat dari kerusakan rahang atau perburukan rahang (Suryonegoro H, 2009 ). Perawatan Tanpa bedah Beberapa kasus gangguan TMJ akan berakhir dengan perawatan biasa yang bahkan mungkin tidak membutuhkan kehadiran dokter gigi di samping anda. Di antaranya : Mengubah kebiasaan buruk. Dokter gigi anda akan mengingatkan anda untuk lebih memperhatikan kebiasaan-kebiasaan anda sehari-hari. Misalnya kebiasaan menggemertakkan gigi, bruxism, atau menggigit-gigit sesuatu. Kebiasaan ini harus digantikan dengan kebiasaan baik seperti membiarkan otot mulut dalam kondisi rilex dengan gigi atas dan bawah tidak terlalu rapat, lidah menyentuh langit-langit dan berada tepat di belakang gigi atas anda. Mengurangi kelelahan otot rahang. Dokter gigi anda akan meminta anda tidak membuka mulut terlalu lebar dalam berbagai kesempatan. Contohnya jangan tertawa berlebihan. Peregangan dan pijatan. Dokter gigi akan memberikan latihan bagaimana caranya meregangkan atau memijat otot rahang anda. Sebagai tambahan juga mungkin akan diberikan petunjuk bagaimana posisi kepala, leher, dan bahu yang tepat dalam melakukan aktivitas seharihari. Kompres panas atau dingin. Dengan mengompress kedua sisi wajah anda baik dengan kompres panas atau dingin akan membantu relaksasi otot rahang. Obat anti inflamasi. Untuk mengurangi inflamasi (peradangan) dan rasa sakit, dokter gigi anda mungkin akan menyarankan aspirin atau obat anti inflamasi nonsteroid lainnya, misalkan ibuprofen (Advil, Motrin, dll) Biteplate. Jika TMJ anda mengalami kelainan pada posisi mengunyah, sebuah biteplate (pemandu gigitan) akan diberikan. Biteplate dipasang di gigi untuk menyesuaikan rahang atas dengan rahang bawah. Dengan posisi mengunyah yang benar tentunya akan membantu mengurangi tekanan di struktur sendi. Penggunaan night guard. Alat ini berguna untuk mengatasi kebiasaan bruxism di malam hari. Terapi kognitif. Jika TMJ anda mengalami gangguan karena stress atau anxietas, dokter gigi anda akan menyarankan untuk menemui psikiater untuk mengatasinya. Perawatan lanjutan Jika perawatan non bedah tidak berhasil mengurangi gejala gangguan TMJ, dokter gigi anda akan merekomendasikan perawatan berikut :

26

a.

Perawatan gigi. Dokter gigi anda akan memperbaiki gigitan dengan menyeimbangkan permukaan gigi anda. Caranya bisa dengan mengganti gigi yang hilang atau tanggal, memperbaiki tambalan atau membuat mahkota tiruan baru. b. Obat kortikosteroid. Untuk sakit dan peradangan pada sendi, obat kortikosteroid akan diinjeksikan ke dalam sendi. c. Arthrocentesis. Prosedur ini dilakukan dengan jalan menyuntikan cairan ke dalam sendi untuk membuang kotoran atau sisa peradangan yang mengganggu rahang. d. Pembedahan. Jika semua perawatan tidak berhasil juga, dokter gigi akan merujuk anda ke dokter gigi spesialis bedah mulut. Perawatan Artrosis 1. Terapi konservatif Terdapat beberapa perawatan: Fisioterapi, perawatan dengan aplikasi panas dengan infra red Kemoterapi, pemberian obat analgetik, obat penenang untuk mengurangi nervous tension, obat relaksi otot, obat anti inflamasi Latihan membuka dan menutup mulut Rehabilisasi oklusi, seperti memberbaiki tambalan, penyesuaian oklusi dengan orto atau restorasi Olah raga dan istirahat yang cukup untuk mengurangi stress dan merilekskan otot Terapi dengan injeksi Ada 2 teknik injeksi yaitu menyuntik pada artikulasio dan menyuntik intramuskular. Obat yang digunakan dapat berupa hyaluronidase, hidrokortison, sclerosing solution, anestetikum 3. Terapi dengan bedah Bila perawatan sebelumnya tidak atau belum berhasil perlu dipikirkan untuk tindakan operasi. Terapi ini dilakukan apabila terlihat adanya kelainan pada kondilus, midsalnya permukaan yang tidak sesuai dengan ossa atau kelainan pada bagian artukularis Menisektomi, pembedahan pada meniskus yang mengalami luka/sobek dan memberi gangguan yang hebat pada TMJ Kondilektomi, pengambilan sebagian kondilus atau membentuk kondilus kembali sesuai dengan fossa artikularis

2.

27

Anda mungkin juga menyukai