Anda di halaman 1dari 75

BAB 6

KESETIMBANGAN KIMIA
Departemen Kimia
Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor
A Hukum Termodinamika I
B Hukum Termodinamika II
C Hukum Termodinamika III
D Konsep Kesetimbangan
E Tetapan Kesetimbangan (K)
F Pendugaan Arah Reaksi
G Hubungan AG
o
dengan K
H Faktor-faktor yang Memengaruhi Kesetimbangan Kimia
I Kesetimbangan Pengionan

Daftar Isi
Isi slaid ini merupakan gabungan
dari isi diktat Bab 6 dan 7
Pendahuluan
Termodinamika kimia
membahas perubahan energi
yang menyertai suatu proses atau perubahan fisik atau kimia suatu zat,
untuk meramalkan apakah suatu proses dapat berlangsung atau tidak
Hukum Termodinamika I: Hukum kekekalan energi
Energi tidak dapat diciptakan/dimusnahkan, tetapi dapat berubah bentuk atau beralih sistem
dalam bentuk kerja atau kalor.
Hukum Termodinamika II: Arah perubahan
Suatu proses berjalan spontan jika semesta bergerak ke arah ketidakteraturan.
Hukum Termodinamika III:
Keteraturan struktur tertinggi dimiliki oleh kristal sempurna yang murni pada suhu 0 K.
A. Hukum Termodinamika I
E
total
= E
k
+ E
p
= tetap

E
k
= energi kinetik = mv
2
E
p
= energi potensial = mgh

Satuan energi: J = N m = kg m
2
det
-2

E
p
= 10 unit
E
k
= 0 unit

E
p
= 4 unit
E
k
= 6 unit

Energi
potensial

Energi
kinetik

(hukum kekekalan energi)
BACK
A. 1. Kerja dan Kalor
(1) Kerja: energi yang dihasilkan ketika suatu gaya F bekerja pada jarak tertentu s.
Kerja tekanan-volume berhubungan dengan pemuaian/penekanan gas:
w = Fdh = PAdh = PdV

A = luas permukaan wadah

dh = h
akhir
h
awal

(2) Kalor: energi yang dipindahkan sebagai akibat adanya perbedaan suhu.
Asas Black: kalor selalu berpindah dari benda yang panas ke yang dingin
(1) Kapasitas kalor (C): kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu zat 1
o
C.
(a) 1 g zat kapasitas kalor spesifik atau kalor jenis (c)
(b) 1 mol zat kapasitas kalor molar (c
m
)
(2) 1 kalori: kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 g air dari 14,5 ke 15,5
o
C.
Kesetaraan kalor mekanik: 1 kal = 4,184 J atau 1 kkal = 4,184 kJ
A. 1. Kerja dan Kalor
Contoh 6.1:
Berapa kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 735 g air dari 21,0 ke 98,0
o
C?
Jawab:
q = m c At

m = massa zat

c = kalor jenis (untuk air, c = 1 kal g
-1

o
C
-1
= 4,184 J g
-1

o
C
-1
)

At = perubahan suhu = t
akhir
t
awal

q = (735 g) (1 kal g
-1

o
C
-1
) (98,0 21,0)
o
C = 5,7 10
4
kal

Contoh 6.2:
Sebanyak 150,0 g timbel (Pb) pada suhu air mendidih (100
o
C) dicelupkan ke dalam 50,0 g
air bersuhu 22,0
o
C dalam gelas piala yang terisolasi (hanya terjadi pertukaran kalor antara
Pb dan air). Jika suhu akhir campuran 28,8
o
C, hitunglah kalor jenis Pb.
Jawab:
Asas Black: q
air
+ q
Pb
= 0

q
air
= m
air
c
air
At = (50,0 g) (1 kal g
-1

o
C
-1
) (28,8 22,0)
o
C = 340 kal

q
Pb
= - q
air
= m
Pb
c
Pb
At

C 100) g)(28,8 (150,0
kal 340
o
Pb
air
Pb

=
t m
q
c

= 3,2 10
-2
kal g
-1

o
C
-1
Air menyerap kalor yang dilepas oleh Pb.

A. 2. Sistem dan Lingkungan
(1) Sistem: sejumlah materi
atau daerah dalam ruang yang
dijadikan objek studi.
(2) Lingkungan: massa
atau daerah yang berada di
luar sistem.
(3) Batas: bidang nyata/maya
antara sistem dan lingkungan.
(a) batas tetap (fixed boundary)
(b) batas berubah (movable boundary)
Sistem
Perpindahan
Contoh
Massa Kalor Kerja
Terbuka
\ \ \
Gelas piala, tabung reaksi
Tertutup
\ \
Pembakar Bunsen
Terisolasi Kalorimeter bom
Adiabatik
\

\
Termos
Sistem terbuka Sistem tertutup Sistem terisolasi
A. 2. Sistem dan Lingkungan
Proses pemanasan kentang
dalam oven. Apakah sistem,
lingkungan, dan batasnya?
A. 2. Sistem dan Lingkungan
A. 3. Besaran Intensif, Ekstensif, dan Fungsi Keadaan
Jenis besaran Nilainya Contoh
Intensif Tidak bergantung pada jumlah
sistem
, P, T, q, , c, c
m

Ekstensif Bergantung pada jumlah sistem
m, V, AU, AH, AS, AG, C
AU, AH, AS, AG
Fungsi keadaan: sifat sistem yang hanya ditentukan oleh
keadaan (awal dan akhir) sistem dan tidak ditentukan oleh
cara mencapai keadaan tersebut.
A. 3. Besaran Intensif, Ekstensif, dan Fungsi Keadaan
Jenis energi Variabel intensif Variabel ekstensif Kerja
Mekanik
Tekanan (P) Volume (V) P dV
Termal
Suhu (T) Entropi (S) T dS
Kimia Potensial kimia ()
Mol (n) dn
Listrik
Tegangan (E) Muatan (Q) E dQ
Gravitasi
Medan gravitasi (mg) Tinggi (h) mg dh
A. 4. Perubahan Energi Dalam (AU)
AU = q + w

q = kalor (+): sistem menyerap kalor
(): sistem melepas kalor

AU = perubahan energi dalam

w = kerja (+): sistem dikenai kerja
(): sistem melakukan kerja

(Hukum Termodinamika I)
Contoh 6.3:
Pengembangan gas menyebabkan 5000 J energi diserap oleh sistem, sedangkan sistem
melakukan kerja sebesar 6750 J terhadap lingkungan. Berapa AU sistem?
Jawab: AU = q + w = (+ 5000 J) + ( 6750 J) = 1750 J

A. 4. Perubahan Energi Dalam (AU)
Sebagian besar kalor yang dilepaskan selama reaksi menaikkan suhu air di dalam bom,
sisanya akan menaikkan suhu bom, pengaduk, dan bagian lain dari kalorimeter:

q
v
+ q
air
+ q
bom
= 0

q
air
= m
air
c
air
At

q
bom
= C
bom
At

dengan
AU diukur dalam kalorimeter bom, sistem dengan
volume yang tetap:

w = PAV = 0

AU = q
v
= kalor reaksi pada volume tetap

Contoh 6.4:
Sebanyak 0,505 g naftalena (C
10
H
8
) dibakar sempurna di dalam kalorimeter bom yang berisi
1215 g air. Akibat reaksi, suhu air naik dari 25,62 ke 29,06 C. Jika kapasitas kalor bom 826 J
C
-1
, berapakah AU reaksi dinyatakan dalam kkal mol
-1
.
Jawab:
q
air
= m
air
c
air
At = (1215 g)(4,184 J g
-1

o
C
-1
)(29,06 25,62)
o
C = 1,75 10
4
J
q
bom
= C
bom
At = (826 J
o
C
-1
)(29,06 25,62)
o
C = 2,84 10
3
J

q
v
+ q
air
+ q
bom
= 0

AU = q
v
= (q
air
+ q
bom
) = (1,75 10
4
+ 2,84 10
3
) = 2,03 10
4
J

(untuk 0,505 g naftalena)
q
v
bernilai negatif karena reaksinya eksoterm (melepas kalor)
Untuk setiap g C
10
H
8
: AU =

g 0,505
J 10 2,03
4

= 4,03 10
4
J g
-1


Jika dinyatakan dalam kkal mol
-1
: AU =

mol
g 128
kJ 4,184
kkal 1
J 10
kJ 1
g
J 10 4,03
3
4


= 1,23 10
3
kkal mol
-1


Contoh 6.4:
A. 5. Perubahan Entalpi (AH)
Jika reaksi dilakukan di udara terbuka atau dalam kalorimeter dari busa styrofoam, sistem
dengan tekanan yang tetap:

AU = q + w = q
p
pAV

AH = AU + pAV
AH = q
p
= kalor reaksi pada tekanan tetap

(perubahan entalpi)
Persamaan gas ideal: pV = nRT Pada suhu tetap: pAV = An
g
RT, maka:

AH = AU + An
g
RT
R = tetapan gas ideal = 8,314 10
-3
kJ mol
-1
K
-1
An
g
= E koef gas produk E koef gas reaktan

T = suhu mutlak (K)

Contoh 6.5:
Bila perubahan energi dalam dalam pembakaran sempurna 1 mol naftalena:
C
10
H
8(s)
+ 12 O
2(g)
10 CO
2(g)
+ 4 H
2
O
(l)

ialah 5,15 10
3
kJ, hitunglah perubahan entalpi pembakarannya pada 298 K.
Jawab:
AH = AU + An
g
RT
= (5,15 10
3
kJ) + (1012) mol (8,314 10
-3
kJ mol
-1
K
-1
)(298 K)
= 5,155 10
3
kJ
Contoh 6.6:
Sebanyak 1,50 g amonium nitrat (NH
4
NO
3
) ditambahkan ke dalam 35,0 g air dalam sebuah
mangkok busa kemudian diaduk sampai seluruhnya larut. Suhu larutan turun dari 22,7
menjadi 19,4
o
C. Berapakah kalor pelarutan NH
4
NO
3
dalam air dinyatakan dalam kJ mol
-1
?
Jawab:
q
air
= m
air
c
air
At = (35,0 g)(4,184 J g
-1

o
C
-1
)(19,4 22,7)
o
C = 4,83 10
2
J
q
NH4NO3
+ q
air
= 0 (kalorimeter dianggap tidak berubah suhunya)
AH = q
NH4NO3
= q
air
= + 4,83 10
2
J (untuk 1,50 g NH
4
NO
3
)

q
p
bernilai positif karena reaksinya endoterm (menyerap kalor)
Untuk setiap g NH
4
NO
3
: AH =

g 1,50
J 10 4,83
2

= 3,22 10
2
J g
-1


Jika dinyatakan dalam kJ mol
-1
: AH =

mol
g 80
J 10
kJ 1
g
J 10 3,22
3
2

= + 25,8 kJ mol
-1


Contoh 6.6:
A. 6. Hubungan-hubungan yang Melibatkan AH
(a) AH merupakan besaran ekstensif
(b) AH akan berubah tanda bila arah reaksi berbalik
(c) Hukum penjumlahan kalor dari Hess
CO
(g)
+ O
2(g)
CO
2(g)
AH = 283,0 kJ/mol
-1

CO
2(g)
CO
(g)
+ O
2(g)
H = + 283,0 kJ/mol
-1

CO
(g)
+ O
2(g)
CO
2(g)
AH = 283,0 kJ mol
-1

2 CO
(g)
+ O
2(g)
2 CO
2(g)
AH = 566,0 kJ mol
-1

CO
(g)
+ O
2(g)
CO
2(g)
AH = 141,5 kJ mol
-1

Jika 2 atau lebih persamaan kimia dijumlahkan untuk menghasilkan persamaan kimia
lainnya, perubahan entalpi masing-masing juga harus dijumlahkan.
A. 6. Hubungan-hubungan yang Melibatkan AH
C
(s)
+ O
2(g)
CO
(g)
+ O
2(g)
CO
2(g)
H = 110,5 kJ
H = +283,0 kJ
H = 393,5 kJ
C
(s,gr)
+ O
2(g)
CO
2(g)
H
1
= 393,5 kJ
CO
2(g)
CO
(g)
+ O
2(g)
H
2
= +283,0 kJ
C
(s,gr)
+ O
2(g)
CO
(g)
H = H
1
+ H
2
= 110,5 kJ
A. 7. Entalpi Pembentukan Standar Molar (AH
o
f
)
Perbedaan entalpi antara 1 mol senyawa dalam keadaan standar dengan unsur-unsur
pembentuknya juga dalam keadaan standar dilambangkan AH
o
f
.
Contoh: (a) 2 C
(gr)
+ 3 H
2(g)
C
2
H
6(g)
AH
o
f
C
2
H
6(g)
= 84,7 kJ mol
-1

(b) C
(gr)
+ O
2(g)
CO
2(g)
AH
o
f
CO
2(g)
= 393,5 kJ mol
-1

(c) H
2(g)
+ O
2(g)
H
2
O
(l)
AH
o
f
H
2
O
(l)
= 285,8 kJ mol
-1

Konvensi keadaan standar dari suatu zat:
(a) Padatan : senyawa/bahan murni pada tekanan 1 atm
(b) Cairan : senyawa/bahan murni pada tekanan 1 atm
(c) Gas : gas ideal pada tekanan parsial 1 atm
(d) Zat terlarut : larutan ideal pada konsentrasi 1 M
Contoh 6.7:
Dengan menggunakan data AH
o
f
pada slaid sebelumnya, hitunglah perubahan entalpi
untuk reaksi pembakaran sempurna 1 mol etana, C
2
H
6(g)
.
Jawab:
(a): C
2
H
6(g)
2 C
(gr)
+ 3 H
2(g)
AH
o
f
C
2
H
6(g)
= +84,7 kJ mol
-1

2(b): 2 C
(gr)
+ 2 O
2(g)
2 CO
2(g)
2 AH
o
f
CO
2(g)
= 2(393,5) kJ mol
-1

3(c): 3 H
2(g)
+
3
/
2
O
2(g)
3 H
2
O
(l)
3 AH
o
f
H
2
O
(l)
= 3(285,8) kJ mol
-1

C
2
H
6(g)
+
7
/
2
O
2(g)
2 CO
2(g)
+ 3 H
2
O
(l)

AH
o
reaksi
= 1559,7 kJ mol
-1

(reaksi pembakaran sempurna etana)
(negatif reaksi eksoterm)
Perubahan entalpi untuk reaksi pembakaran etana pada contoh 6.7 dihitung dengan
menggunakan persamaan
AH
o
reaksi
= [2 AH
o
f
CO
2(g)
+ 3 AH
o
f
H
2
O
(l)
] AH
o
f
C
2
H
6(g)

A. 7. Entalpi Pembentukan Standar Molar (AH
o
f
)
Persamaan tersebut dapat diperluas menjadi bentuk umum berikut:
AH
o
reaksi
= [E(koef AH
o
f
) produk] [E(koef AH
o
f
) reaktan]
Perlu diperhatikan bahwa tidak ada nilai AH
o
f
untuk O
2(g)
, karena AH
o
f
unsur bebas atau
gas bebas yang terdiri dari atom-atom identik = 0.
Contoh 6.8:
Reaksi pembakaran siklopropana yang biasa digunakan sebagai anestesi ialah sebagai
berikut:
(CH
2
)
3(g)
+
9
/
2
O
2(g)
3 CO
2(g)
+ 3 H
2
O
(l)
AH
o
rks
= 2091,4 kJ mol
-1

Gunakan nilai AH
o
rks
ini untuk menghitung entalpi pembentukan standar siklopropana, jika
diketahui AH
o
f
CO
2(g)
= 393,5 kJ mol
-1
dan AH
o
f
H
2
O
(l)
= 285,8 kJ mol
-1
.
Jawab:
AH
o
reaksi
= [E(koef AH
o
f
) produk] [E(koef AH
o
f
) reaktan]
= (3 AH
o
f
CO
2(g)
+ 3 AH
o
f
H
2
O
(l)
) [AH
o
f
(CH
2
)
3
]
2091,4 kJ mol
-1
= [3 (393,5 kJ mol
-1
) + (3 (285,8 kJ mol
-1
)] [AH
o
f
(CH
2
)
3
]
AH
o
f
(CH
2
)
3
= + 53,5 kJ mol
-1
B. Hukum Termodinamika II
Hukum Termodinamika I tidak memberikan penjelasan mengenai arah dari dapat/atau
tidaknya suatu proses berlangsung. Fenomena ini disebut derajat kespontanan.
Keadaan awal Proses Keadaan akhir



Parfum menyebar


Es meleleh


Penguapan air



75
o

25
o


Kalor
50
o
50
o
Ag
Ag


Ag Ag


25
o
C 25
o
C
Keadaan awal Proses Keadaan akhir



Parfum menyebar


Es meleleh


Penguapan air



75
o

25
o


Kalor
50
o
50
o
Ag
Ag


Ag Ag


25
o
C 25
o
C
Contoh proses
yang spontan:
BACK
Pada tahun 1850, Rudolf Clausius menyebutkan besaran entropi (S) sebagai ukuran
derajat ketidakteraturan.
Apabila sejumlah kalor, dQ
rev
, dipindahkan secara reversibel (perubahan yang sangat
lambat jalannya) ke dalam sistem terisolasi pada suhu T, entropi yang timbul akibat proses
pada sistem tersebut didefinisikan sebagai:
T
Q
S
rev
d
d =
B. 1. Perubahan Entropi (AS)
Suatu proses spontan dalam sistem terisolasi memiliki perubahan entropi total yang bernilai
positif:
AStotal = ASsis + ASling > O
AS
total
= AS
sistem
+ AS
lingkungan
> O
B. 2. Perubahan Energi Bebas Gibbs (AG)
Nilai AS
lingkungan
secara praktik sulit dihitung, karena interaksi antara sistem dan lingkungan
harus diketahui secara pasti. Untuk itu, dikemukakan suatu besaran termodinamika baru
yang disebut energi bebas:
Energi bebas Helmholtz : A = U TS
Energi bebas Gibbs : G = H TS
Untuk proses pada suhu dan tekanan konstan digunakan energi bebas Gibbs, yang
perubahannya ditunjukkan oleh persamaan
AG = AH T AS
AG < 0 Proses spontan
B. 2. Perubahan Energi Bebas Gibbs (AG)
Ada dua unit energi yang menentukan tanda AG, yakni AH dan TAS.
Kasus
AH AS AG
Hasil Contoh reaksi
1. - + - Spontan di semua T 2H
2
O
(g)
2H
2(g)
+ O
2(g)
2. - - -
+
Spontan pada T +
Tak spontan pada T |
H
2
O
(l)
H
2
O
(s)
3. + + +
-
Tak spontan pada T +
Spontan pada T |
2NH
3(g)
N
2(g)
+ 3H
2(g)
4. + - + Tak spontan pada semua T 3O
2(g)
2O
3(g)
Contoh 6.9:
Apakah reaksi disosiasi AB
(g)
A
(g)
+ B
(g)
, cenderung berjalan spontan pada suhu tinggi
atau suhu rendah?
Reaksi melibatkan pemutusan ikatan energi harus diserap oleh sistem AH > 0 Dua
mol gas dihasilkan dari 1 mol gas ketidakteraturan meningkat AS > 0
Karena AG = AH TAS, reaksi berjalan spontan (AG < 0) pada suhu tinggi.
Jawab:
B. 3. Energi Bebas Pembentukan Molar Standar (AG
o
f
)
Perubahan energi bebas yang dihasilkan bila pereaksi dan produk berada pada keadaan
standar (lihat subbab A. 7) perubahan energi bebas standar (AG).
Seperti AH, AG merupakan fungsi keadaan, maka
(a) AG merupakan besaran ekstensif
(b) AG akan berubah tanda bila arah reaksi berbalik
(c) AG untuk reaksi keseluruhan dapat diperoleh dengan menjumlahkan nilai-nilai
AG dari setiap tahapan dalam reaksi tersebut.
(AG
o
f
unsur bebas atau gas bebas yang terdiri dari atom-atom identik = 0)
AG
o
reaksi
= [E(koef AG
o
f
) produk] [E(koef AG
o
f
) reaktan]
B. 3. Energi Bebas Pembentukan Molar Standar (AG
o
f
)
Perbedaan energi bebas antara 1 mol senyawa dalam keadaan standar dengan unsur-
unsur pembentuknya juga dalam keadaan standar dilambangkan AG
o
f
.
Entalpi pembentukan molar standar perak oksida pada 298 K ialah 30,59 kJ/mol.
Perubahan energi bebas molar standar, AG
o
, untuk disosiasi perak oksida pada suhu
yang sama diberikan berikut ini:
2Ag
2
O
(s)
4Ag
(s)
+ O
2(g)
AG
o
= +22,43 kJ mol
-1

Berapakah nilai AS
o
untuk reaksi tersebut?
Contoh 6.10:
Jawab:
AH
o
reaksi
= [E(koef AH
o
f
) produk] [E(koef AH
o
f
) reaktan]
= (4 AH
o
f
Ag
(s)
+ AH
o
f
O
2(g)
) (2 AH
o
f
Ag
2
O)
= (4 0 + 0) [2 (30,59 kJ mol
-1
)]
= +61,18 kJ mol
-1

AG = AH T AS

1
K mol J

=

=
A A
= A 130,0
298
22,43 61,18
T
G H
S
Contoh 6.11:
Berapakah nilai AG
o
pada 298 K untuk reaksi C
(s)
+ CO
2(g)
2 CO
(g)

jika diketahui AG
o
f
CO
(g)
= 137,28 kJ mol
-1
dan AG
o
f
CO
2(g)
= 394,38 kJ mol
-1
? Apakah
pembentukan CO berlangsung spontan pada 298 K?
Jawab:
AG
o
reaksi
= [E(koef AG
o
f
) produk] [E(koef AG
o
f
) reaktan]
= (2 AG
o
f
CO
(g)
) (AH
p
f
C
(s)
+ AH
o
f
CO
2
)
= 2 (137,28 kJ mol
-1
) [0 + (394,38 kJ mol
-1
)]
= +119,62 kJ mol
-1

Jadi, pembentukan CO berlangsung tidak spontan pada 298 K, karena AG > 0.
B. 4. Energi Bebas dan Kesetimbangan
AG = 0 keadaan setimbang
Proses memiliki kecenderungan yang sama untuk bergerak ke arah produk/ reaktan.
AG = AH T AS = 0 atau

T
H
S
A
= A
tr
tr
tr
T
H
S

A
= A
(untuk kesetimbangan transisi fase)
Contoh:
Peleburan es: H
2
O(s, 1 atm) H
2
O(l, 1 atm) AH
o
fus
= 6,02 kJ mol
-1

(pada 273,15 K)
K 273,15
mol J 10 6,02
1 3

=
A
= A
f
fus
fus
T
H
S

= 22,0 J mol
-1
K
-1

Contoh 6.12:
Berapakah entropi penguapan molar standar air pada 100
o
C jika diketahui entalpi
penguapan molar standar pada suhu tersebut 40,7 kJ mol
-1
?
Jawab:
K 373,15
mol J 10 40,7
1 3

=
A
= A
b
vap
vap
T
H
S

= 109 J mol
-1
K
-1

Hitung perubahan entropi jika 3,00 mol benzena menguap pada titik didih normalnya, yaitu
80,1C. Entropi penguapan molar benzena pada suhu ini adalah 30,8 kJ mol
-1
.
Contoh 6.13:
Jawab:
K 353,25
mol J 10 30,8
1 3

=
A
= A
b
vap
vap
T
H
S

= 87,2 J mol
-1
K
-1

Untuk 3,00 mol benzena: AS
o
vap
= (87,2 J mol
-1
K
-1
)(3,00 mol) = 262 J K
-1

C. Hukum III Termodinamika
Entropi kristal sempurna yang murni pada suhu NOL mutlak (0 K) adalah NOL
Dengan kata lain, pada suhu 0 K kristal paling teratur.
BACK
D. Konsep Kesetimbangan
Kesetimbangan:
Laju reaksi sama ke dua arah [reaktan] & [produk] secara neto tidak berubah.
(a) Kesetimbangan fisika: melibatkan 1 zat dalam 2 fase yang berbeda
H
2
O
(l)
H
2
O
(g)
(b) Kesetimbangan kimia: melibatkan zat yang berbeda sebagai reaktan dan produk
Contoh:
Contoh: N
2
O
4(g)
(tak berwarna) 2NO
2(g)
(cokelat gelap)
BACK
Dikenal reaksi fase gas, fase cair, atau fase padat bergantung pada fase yang terlibat
dalam kesetimbangan. Contoh di atas merupakan reaksi fase gas.
2 Hg
(l)
+ Cl
2(g)
Hg
2
Cl
2(s)
(a) Kesetimbangan homogen: hanya melibatkan 1 fase
Contoh: C
2
H
4(g)
+ H
2(g)
C
2
H
6(g)

(b) Kesetimbangan heterogen: melibatkan >1 fase zat
Contoh:
Fase cair (l, liquid) dianggap satu fase dengan larutan berair (aq, aqueous).
D. Konsep Kesetimbangan
E. Tetapan Kesetimbangan (K)
N
2
O
4(g)
2NO
2(g)
[ ] awal [ ] kesetimbangan Nisbah [ ] saat kesetimbangan
[NO
2
] [N
2
O
4
] [NO
2
] [N
2
O
4
] [NO
2
]/[N
2
O
4
] [NO
2
]
2
/[N
2
O
4
]
0,000 0,670 0,0547 0,643 0,0851 4,65 10
-3
0,050 0,446 0,0457 0,448 0,1020 4,66 10
-3
0,030 0,500 0,0475 0,491 0,0967 4,60 10
-3
Nisbah yang nilainya relatif konstan disebut tetapan kesetimbangan (K).
] O [N
] [NO
4 2
2
2
BACK
(a) Untuk padatan (s) dan cairan (l), a =1
(b) Untuk gas (g) (anggaplah gas ideal): a = tekanan, P (dalam atm)
(c) Untuk komponen di dalam larutan (anggaplah ideal bila keadaan standar 1 M): a =
konsentrasi molarnya
a = aktivitas, yang nilainya dapat diperkirakan sebagai berikut:
Secara umum, untuk reaksi a A + b B c C + d D:
b a
d c
a a
a a
K
) ( ) (
) ( ) (
B A
D C
=
E. Tetapan Kesetimbangan (K)
Dikenal 2 macam nilai K, yaitu K
C
dan K
P
:
(a) Rumus K
C
hanya memasukkan molaritas dari fase g dan aq.
(b) Rumus K
P
hanya mengikutsertakan tekanan parsial dari fase g.
(1) 4 NH
3(g)
+ 7 O
2(g)
4 NO
2(g)
+ 6 H
2
O
(g)

Contoh:
(2) CH
3
OH
(l)
+ CH
3
COOH
(l)
CH
3
COOCH
3(l)
+ H
2
O
(l)
(3) CaCO
3(s)
CaO
(s)
+ CO
2(g)
(4) BaCl
2(aq)
+ Na
2
SO
4(aq)
BaSO
4(s)
+ NaCl
(aq)
7
2
4
3
6
2
4
2
] [O ] [NH
O] [H ] [NO
=
C
K
7
2
4
3
6
2
4
2
O ( ) NH (
O) H ( ) NO
)
(
p p
p p
K
P
=
COOH] OH][CH [CH
O] ][H COOCH [CH
3 3
2 3 3
=
C
K
Tidak ada K
P
untuk reaksi (2) dan (4), karena tidak ada zat yang berfase gas.
] [CO
2
=
C
K
) (
2
CO p K
P
=
] SO ][Na [BaCl
[NaCl]
4 2 2
=
C
K
E. Tetapan Kesetimbangan (K)
Contoh 6.14:
Tuliskan rumus K
c
dan K
P
untuk reaksi-reaksi berikut:
Jawab:
(a) 2 ZnS
(s)
+ 3 O
2(g)
2 ZnO
(s)
+ 2 SO
2(g)
(b) 2 HCrO
4

(aq)
Cr
2
O
7
2
(aq)
+ H
2
O
(l)
Apakah reaksi-reaksi di atas termasuk kesetimbangan homogen atau heterogen?
(a)

(b)

3
2
2
2
] [O
] [SO
=
C
K
2
-
4
- 2
7 2
] [HCrO
] O Cr [
=
C
K
3
2
2
2
) (O
) (SO
p
p
K
P
= Kesetimbangan heterogen
Tidak ada K
P
Kesetimbangan homogen
Contoh 6.15:
(a) Pada suhu tertentu, untuk reaksi N
2
O
4(g)
2NO
2(g)
pada saat kesetimbangan terdapat
0,1 mol N
2
O
4
dan 0,06 mol NO
2
dalam volume 2 L. Hitunglah nilai K
c
.

(b) Pada suhu yang sama, ke dalam wadah bervolume 2 L dimasukkan 0,8 mol N
2
O
4
.
Hitunglah konsentrasi zat-zat dalam reaksi pada kesetimbangan yang baru.

2
2
4 2
2
2
10 1,8
L) mol/2 (0,1
L) mol/2 (0,06
] O [N
] [NO

= = =
c
K
Jawab:
Jawab:
N
2
O
4(g)
2 NO
2(g)

Mula-mula 0,8 mol
Reaksi
x +2x
Setimbang
0,8 x 2x
x
2
+ 0,009x 0,0072 = 0
x = 0,0809 mol
Jadi, pada saat kesetimbangan tercapai
[NO
2
] = 2x mol/2L = 0.0809 M
[N
2
O
4
] = (0,8 x) mol/2 L = 0,7191 mol/2 L = 0,3595 M
L mol/2 ) - (0,8
L) mol/2 (2
2
x
x
K
c
=
) - (0,8
2
x
x 2
10 8 , 1
2
=


Contoh 6.15:
(1) Jenis reaksi
K >> 1 reaksi lebih banyak ke arah produk (kesetimbangan berada di kanan).
K << 1 reaksi lebih banyak ke arah reaktan (kesetimbangan terletak di kiri).
2 H
2(g)
+ O
2(g)
2 H
2
O
(g)
K
C
= 9,1 10
80
N
2
O
4(g)
2 NO
2(g)
K
C
= 4,63 10
-3
E. 1. Faktor-faktor yang Memengaruhi Nilai K
Contoh:
Contoh:
Reaksi eksoterm kenaikan suhu justru menurunkan nilai K.
H
2(g)
+ I
2(g)
2 HI
(g)
K = 49,5 (440 C)
K = 54,3

(430

C)
E. 1. Faktor-faktor yang Memengaruhi Nilai K
(2) Suhu
Reaksi endoterm kenaikan suhu meningkatkan nilai K.
CH
4(g)
+ H
2
O
(g)
CO
(g)
+ 3 H
2
O
(g)
K = 1,78 10
-3
(800 C)
K = 4,68 10
-2
(1000

C)
K = 5,67 (1500

C)
Contoh:
Contoh:
E. 2. Hubungan-hubungan yang Melibatkan K
(a) K dipangkatkan n jika reaksi dikalikan n.
(b) K akan menjadi kebalikannya bila arah reaksi berbalik
(c) K untuk reaksi keseluruhan dapat diperoleh dengan mengalikan nilai-nilai K dari
setiap tahapan dalam reaksi tersebut.
Contoh:
(a) 2 SO
2(g)
+ O
2(g)
2 SO
3(g)

SO
2(g)
+ O
2(g)
SO
3(g)

4 SO
2(g)
+ 2 O
2(g)
4 SO
3(g)

25
2
2
2
2
3
10 7
] [O ] [SO
] [SO
= =
1
K
12
1 3
10 36 , 8 = = = K K
2
1
2 2
3
] ][O [SO
] [SO
51
2
1 2
10 9 , 4 = = = K K
2
2
4
2
4
3
] [O ] [SO
] [SO
E. 2. Hubungan-hubungan yang Melibatkan K
(b)
N
2
O
4(g)
2 NO
2(g)
2 NO
2(g)
N
2
O
4(g)
3
4 2
2
2
10 ,63
] O [N
] [NO

= = 4
1
K
416
1
1
2
= = =
K
K
2
2
4 2
] [NO
] O [N
(c)
2 N
2(g)
+ O
2(g)
2 N
2
O
(g)

2 N
2
O
(g)
+ 3 O
2(g)
4 NO
2(g)
2 N
2(g)
+ 4 O
2(g)
4 NO
2(g)
] [O ] [N
O] [N
2
2
2
2
2
=
1
K
3
2
2
2
4
2
] [O O] [N
] [NO
=
2
K
2 1
K K
K
=
= =
3
2
2
2
4
2
2
2
2
2
2
4
2
2
2
4
2
] [O O] [N
] [NO
] [O ] [N
O] [N
] [O ] [N
] [NO
Hitunglah nilai K untuk reaksi H
2
O
(g)
+ CO
(g)
CO
2(g)
+ H
2(g)
pada suhu 25 C bila pada
suhu tersebut diketahui
(a) 2 CO
(g)
+ O
2(g)
2 CO
2(g)
K
1
= 3,3 10
91
(b) 2 H
2(g)
+ O
2(g)
2 H
2
O
(g)
K
2
= 9,1 10
80
Contoh 6.16:
Jawab:
Reaksi (a) dibagi 2 : CO
(g)
+ O
2(g)
CO
2(g)
K
3
=

1
K
Reaksi (b) dibalik & dibagi 2: H
2
O
(g)
H
2(g)
+ O
2(g)
K
4
=

2
1
K
H
2
O
(g)
+ CO
(g)
CO
2(g)
+ H
2(g)
K =
2
1
4 3
K
K
K K =
K = 1,9 10
5
Menurut hukum gas ideal: pV = nRT p = (n/V)RT = [ ] RT
E. 3. Hubungan K
P
dengan K
C

Untuk reaksi fase gas: a A
(g)
+ b B
(g)
c C
(g)
+ d D
(g)
b a
d c
C
K
[B] [A]
[D] [C]
= dan
b a
d c
P
p p
p p
K
B) ( A) (
D) ( C) (
=

Karena itu,
) ( ) ( b a d c
b a
d c
b b a a
d d c c
b a
d c
P
p p
p p
K
+ +
= = = (RT)
[B] [A]
[D] [C]
(RT) [B] (RT) [A]
(RT) [D] (RT) [C]
B) ( A) (
D) ( C) (
g
n
C P
K K
A
= (RT) dengan An
g
= E koef gas produk E koef gas reaktan

K
p
= K
c
(RT)
An
= 1,2 {0,0821 (375+273)}
2(1+3)
= 4,24 10
-4
Contoh 6.17:
Hitunglah K
p
untuk reaksi berikut:
N
2(g)
+ 3 H
2(g)
2 NH
3(g)
K
C
= 1,2 pada 375
o
C
Jawab:
Perhatikan nilai R yang digunakan, dan suhu dinyatakan dalam K.
Contoh 6.18:
Di antara 2 reaksi di bawah ini, manakah yang memiliki nilai K
p
= K
C
?
(a) H
2(g)
+ I
2(g)
2 HI
(g)
K
C
= 54,3 pada 430
o
C
(b) N
2
O
4(g)
2 NO
2(g)
K
C
= 4,63 10
-3
pada 25
o
C
Jawab:
Agar nilai K
P
= K
C
, jumlah koefisien gas pada sisi kiri dan kanan harus sama (An
g

= 0), dan syarat ini hanya dipenuhi oleh reaksi (a).
Reaksi PCl
5(g)
PCl
3(g)
+ Cl
2(g)
mempunyai K
p
= 1,05 pada 250 C.
(a) Hitunglah tekanan parsial Cl
2
bila pada suhu tersebut tekanan parsial PCl
5
dan PCl
3

saat kesetimbangan ialah 0,875 dan 0,463 atm.
(b) Hitunglah nilai K
c
reaksi itu pada 250 C.

(a)
= 0,024

Contoh 6.19:
Jawab:
(0,463)
75) (1,05)(0,8
= = =
3
5
2
5
2 3
PCl
PCl
Cl
PCl
Cl PCl
P
P K
P
P
P P
K
p
p
= 1,98 atm
(b)
-1 1) (1
273)] 0 [0,0821(25
1,05
+ A
+
= = =
g
g
n
P
C
n
C P
RT
K
K RT K K
) (
) (

Rumus Q = K, tetapi nilainya belum tentu sama:
Q = K reaksi dalam keadaan setimbang
Q < K produk < reaktan; reaksi bergeser ke
kanan (ke arah produk)
Q > K produk > reaktan; reaksi bergeser ke
kiri (ke arah reaktan)
F. Pendugaan Arah Reaksi
Kesetimbangan
G = 0
Reaktan
murni
Produk
murni
Q < K
G < 0
Q > K
G > 0
G
Pada Contoh 6.15, arah reaksi mudah diduga karena
mula-mula, hanya terdapat reaktan. Apabila juga
terdapat produk, arah reaksi dapat diduga dengan
menghitung kuosien hasil reaksi (Q).

BACK
Reaksi H
2(g)
+ I
2(g)
2 HI
(g)
mempunyai nilai K = 49,5 pada suhu 440 C. Jika pada suhu
tersebut ke dalam wadah bervolume 2 L dimasukkan 5 mol H
2
, 2 mol I
2
, dan 4 mol HI.
Tentukan (a) arah reaksi
(b) konsentrasi masing-masing zat saat kesetimbangan tercapai

Q < K reaksi berlangsung ke kanan
Contoh 6.20:
Jawab:
(a)
(b)
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
= =
L 2
mol 2
L 2
mol 5
L 2
mol 4
2
] ][I [H
[HI]
2 2
2
Q
= 1,6
Karena reaksi berlangsung ke kanan, H
2
dan I
2
berkurang, HI bertambah.
45,5x
2
362,5x + 479 = 0
x
1
= 1,672 mol
Contoh 6.20:
H
2(g)
+ I
2(g)
2 HI
(g)

Mula-mula 5 mol 2 mol 4 mol
Reaksi
x x +2x
Setimbang
(5 x) (2 x) (4 + 2x)
49,5
L 2
mol ) - (2
L 2
mol ) - (5
L 2
mol ) 2 (4
2
=
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
+
= =
x x
x
K
] ][I [H
[HI]
2 2
2
C
(4 + 2x)
2
= 49,5 (5 x)(2 x)
16 + 8x + 4x
2
= 495 346,5x 49,5x
2

[HI] = (4 + 2x) mol/2 L = (4 + 3,344) mol/2 L = 3,672 M
[H
2
] = (5 x) mol/2 L = (5 1,672) mol/2 L = 1,664 M
[I
2
] = (2 x) mol/2 L = (2 1,672) mol/2 L = 0,164 M
Jadi, konsentrasi setiap senyawa pada kesetimbangan:
Contoh 6.20:
x
2
= 6,29 mol (tidak mungkin, melebihi mol H
2
dan mol I
2
mula-mula)
G. Hubungan AG
o
dengan K
Apa yang terjadi jika kita ubah tekanan sistem sehingga kondisi tidak standar lagi?
Penguapan air tidak berlangsung spontan pada 25
o
C dalam keadaan standar:
H
2
O(l, 1 atm) H
2
O(g, 1 atm) AG
o
vap
= 8,58 kJ mol
-1

(pada 298,15 K)
Kondensasi
spontan
Keadaan
setimbang
Penguapan
spontan
BACK
Untuk keadaan tak standar berlaku hubungan berikut: AG = AG
o
+ RT ln Q
Pada keadaan setimbang: AG = 0 dan Q = K, maka AG
o
= RT ln K
G. Hubungan AG
o
dengan K
Contoh 6.21:
Suatu campuran dari 0,5 mol N
2
O
(g)
dan 0,5 mol O
2(g)
dimasukkan ke dalam wadah
bervolume 4 L pada suhu 250
o
C dan dibiarkan mencapai kesetimbangan:
2 N
2
O
(g)
+ 3 O
2(g)
4 NO
2(g)

Setelah tercapai kesetimbangan, jumlah N
2
O menjadi 0,45 mol.
Hitunglah nilai K
C
, K
P
, dan perubahan energi bebas Gibbs-nya.

Contoh 6.21:
Jawab:
2 N
2
O
(g)
+ 3 O
2(g)
4 NO
2(g)

Mula-mula 0,5 mol 0,5 mol
Reaksi 0,05
3
/
2
0,05 +
4
/
2
0,05
Setimbang 0,45 0,425 0,1
2
3 2 3
2
2
2
4
2
10 57 , 2
] [O O] [N
] [NO

=
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
= =
L 4
mol 0,425
L 4
mol 0,45
L 4
mol 0,1
4
C
K
4 3 2

10 99 , 5 10 57 , 2 ) (
+
= + = =
) (2 - 4
273)] 0 [0,0821(25
g
n
C P
RT K K
AG
o
= RT ln K
C
= (8,314 10
-3
kJ mol
-1
K
-1
)(250 + 273) ln (2,57 10
-2
)
= 15,9 kJ mol
-1

H. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kesetimbangan Kimia
Dalam contoh-contoh sebelum ini, telah kita bahas bagaimana suatu sistem yang tak
setimbang menuju kesetimbangan.
Faktor-faktor yang dapat memengaruhi kesetimbangan ini meliputi konsentrasi, tekanan,
volume, suhu, dan katalis.
Sistem yang telah setimbang juga dapat diganggu oleh perubahan kondisi sistem.
Terjadi pergeseran kesetimbangan ke arah reaktan atau produk, bergantung pada
perubahan yang dilakukan, sampai tercapai kesetimbangan yang baru (prinsip Le
Chatelier).
Catatan: Di Kimia TPB, pengaruh faktor-faktor ini hanya dibahas secara kualitatif. Contoh-
contoh perhitungan di diktat sekadar untuk memperkaya ilmu Anda.
BACK
H. 1. Perubahan Konsentrasi
Besi(III) tiosianat [Fe(SCN)
3
] larut dalam air membentuk larutan berwarna merah:
FeSCN
2+
Fe
3+
+ SCN

merah kuning tak
muda berwarna
+ NaSCN atau Fe(NO
3
)
3
warna merah larutan semakin pekat
+ H
2
C
2
O
4
(yang mengikat kuat Fe
3+
) warna merah larutan memudar
[Produk] |, [Reaktan] + Q > K Kesetimbangan bergeser ke kiri
[Produk] +, [Reaktan] | Q < K Kesetimbangan bergeser ke kanan
Contoh:
H. 1. Perubahan Konsentrasi
(a) Larutan Fe(SCN)
3
: campuran warna merah FeSCN
2+
dan warna kuning Fe
3+

(b) Setelah penambahan NaSCN: kesetimbangan bergeser ke kiri
(c) Setelah penambahan Fe(NO
3
)
3
: kesetimbangan juga bergeser ke kiri
(d) Setelah penambahan H
2
C
2
O
4
: kesetimbangan bergeser ke kanan; warna kuning berasal dari ion
Fe(C
2
O
4
)
3
3

H. 2. Perubahan Volume dan Tekanan
Hanya berpengaruh terhadap fase gas; tidak memengaruhi fase cair dan padat.
V |, P + Q < K Kesetimbangan bergeser ke E koef gas terbesar
V +, P | Q > K Kesetimbangan bergeser ke E koef gas terkecil
N
2
O
4(g)
2 NO
2(g)

Volume wadah diperbesar [N
2
O
4
] maupun [NO
2
] mengalami pengenceran.
(tekanan diperkecil)
] O [N
] [NO
4 2
2
2
= Q
penurunan pembilang > penyebut karena [NO
2
] dipangkatkan 2 Q
< K kesetimbangan bergeser ke kanan
Contoh:
Contoh 6.22:
Ke arah manakah reaksi di bawah ini bergeser bila pada suhu yang tetap, tekanan
diperbesar (volume diperkecil)?
(a) CaCO
3(s)
CaO
(s)
+ CO
2(g)
(c) H
2(g)
+ CO
2(g)
H
2
O
(g)
+ CO
(g)
(b) PCl
5(g)
PCl
3(g)
+ Cl
2(g)
(d) N
2(g)
+ 3 H
2(g)
2 NH
3(g)
Jawab:
Bila tekanan ditingkatkan, kesetimbangan akan bergeser ke sisi dengan E koefisien gas
paling kecil:
(a) ke kiri (c) tidak bergeser
(b) ke kiri (d) ke kanan
H. 3. Perubahan Suhu
Tidak seperti perubahan konsentrasi, volume, atau tekanan, perubahan suhu tidak hanya
menggeser kesetimbangan, tetapi juga mengubah nilai K.
T | Kesetimbangan bergeser ke arah reaksi endoterm
T + Kesetimbangan bergeser ke arah reaksi eksoterm
Contoh 1: N
2
O
4(g)
2 NO
2(g)
AH
o
= 58,0 kJ atau
N
2
O
4(g)
2 NO
2(g)
58,0 kJ
Reaksi pembentukan NO
2
dari N
2
O
4
endoterm; reaksi
sebaliknya eksoterm. Pemanasan akan memperbesar [NO
2
]
(warna makin cokelat), pendinginan akan memperbesar
[N
2
O
4
] (warna cokelat memudar).
Setiap bola berisi
campuran gas NO
2
dan
N
2
O
4

Dalam air es Dalam air panas
Contoh 2:
CoCl
4
2
+ 6 H
2
O Co(H
2
O)
6
2+
+ 4 Cl


biru merah muda
Reaksi pembentukan CoCl
4
2
endoterm:
larutan berwarna biru jika dipanaskan dan
merah muda jika didinginkan.
H. 3. Perubahan Suhu
Contoh 6.23:
Perhatikan kesetimbangan berikut:
N
2
F
4(g)
2 NF
2(g)
AH
o
= 38,5 kJ
Prediksikan arah pergeseran kesetimbangan jika
(a) Campuran dipanaskan pada volume konstan
(b) Gas NF
2
diambil dari campuran pada suhu konstan
(c) Tekanan diturunkan pada suhu konstan
(d) Gas lembam seperti He ditambahkan ke dalam campuran pada volume dan suhu
konstan
Jawab:
(d) Penambahan gas lembam tidak akan menggeser kesetimbangan, karena reaksi akan
dipercepat sama besar ke dua arah.
(a) Reaksi pembentukan NF
2
endoterm (AH
o
> 0), maka pemanasan akan menyukai-nya
(reaksi bergeser ke kanan).
(b) Pengambilan gas NF
2
menurunkan konsentrasi produk, maka Q < K dan jumlah produk
harus ditambah agar Q = K (reaksi bergeser ke kanan).
(c) Penurunan tekanan akan menggeser kesetimbangan ke arah koefisien gas yang lebih
besar, yaitu ke arah pembentukan NF
2
(reaksi bergeser ke kanan).
Contoh 6.23:
I. Kesetimbangan Pengionan
Derajat pengionan (o) =
total. zat mol jumlah
mengion yang zat mol jumlah
(a) Elektrolit kual : o = 1 (mengion seluruhnya)
MgCl
2
Mg
2+
+ 2 Cl


(b) Elektrolit lemah : 0 < o < 1
CH
3
COOH CH
3
COO

+ H
+

(c) Nonelektrolit : o = 0 (sama sekali tidak mengion)
C
12
H
22
O
11
(sukrosa)
BACK
Dalam campuran suatu elektrolit lemah dengan garam yang mengandung ion yang sama
seperti pada elektrolit tersebut (disebut ion senama), kesetimbangan pengionan elektrolit
akan digeser ke kiri (o menurun), karena garam terionkan dengan lebih sempurna
daripada elektrolit.
NaCH
3
COO Na
+
+ CH
3
COO



CH
3
COOH H
+
+ CH
3
COO


I. 1. Efek Ion Senama (Common Ion Effect)
Contoh: Dalam campuran bufer CH
3
COOH-NaCH
3
COO, ion asetat dari garam Na-asetat
menjadi ion senama yang menghambat pengionan asam asetat.
Konsentrasi ion asetat dalam
kesetimbangan meningkat
Kesetimbangan pengionan
asam asetat bergeser ke kiri
I. 2. Hukum Pengenceran Ostwald
Nilai o dari suatu larutan elektrolit lemah akan meningkat jika diencerkan.
CH
3
COOH CH
3
COO

+ H
+
Mula-mula
C
Reaksi
oC +oC +oC
Setimbang
C(1o) Co Co
2
2
) 1 ( ) 1 (
) )( (
o
o
o
o
o o
C
C
C
C C
K =

= =
+
COOH] [CH
] ][H COO [CH
3
3
jika o << 1
Karena K konstan, jika larutan diencerkan (C +), derajat pengionan (o) harus |.
Hukum pengenceran Ostwald akan Anda jumpai kembali pada Bab 8.
Thats all folks,
be prepared for UTS
Created by: BAR RAW

Anda mungkin juga menyukai