Anda di halaman 1dari 36

Pengertian Pondasi

Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk menempatkan
bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah dasar pondasi yang
cukup kuat menahannya tanpa terjadinya differential settlement pada sistem strukturnya.

Untuk memilih tipe pondasi yang memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi itu cocok untuk
berbagai keadaan di lapangan dan apakah pondasi itu memungkinkan untuk diselesaikan secara
ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya.

Hal-hal berikut perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe pondasi:


1. Keadaan tanah pondasi
2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya (upper structure)
3. Keadaan daerah sekitar lokasi
4. Waktu dan biaya pekerjaan
5. Kokoh, kaku dan kuat

Umumnya kondisi tanah dasar pondasi mempunyai karakteristik yang bervariasi, berbagai
parameter yang mempengaruhi karakteristik tanah antara lain pengaruh muka air tanah
mengakibatkan berat volume tanah terendam air berbeda dengan tanah tidak terendam air
meskipun jenis tanah sama.

Jenis tanah dengan karakteristik fisik dan mekanis masing-masing memberikan nilai kuat dukung
tanah yang berbeda-beda. Dengan demikian pemilihan tipe pondasi yang akan digunakan harus
disesuaikan dengan berbagai aspek dari tanah di lokasi tempat akan dibangunnya bangunan
tersebut.
Suatu pondasi harus direncanakan dengan baik, karena jika pondasi tidak direncanakan dengan
benar akan ada bagian yang mengalami penurunan yang lebih besar dari bagian sekitarnya.

Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi dalam perencanaan suatu pondasi, yakni :
1. Pondasi harus ditempatkan dengan tepat, sehingga tidak longsor akibat pengaruh luar.
2. Pondasi harus aman dari kelongsoran daya dukung.
3. Pondasi harus aman dari penurunan yang berlebihan.

D IPO S KA N O LEH  A ZWA RU DD IN  DI  16.36


LA B EL:   K ON S TRU KS I BA NG U NA N 1 D AN 2 , TEK N IK PO N DA S I , TEK N IK
S IP IL

PENGERTIAN PONDASI
Pondasi adalah bagian terbawah dari suatu struktur yang berfungsi
menyalurkan beban dari struktur diatasnya ke lapisan tanah pendukung. Pondasi
sendiri jenisnya ada bermacam - macam. Penentuan jenis pondasi biasanya
dipengaruhi keadaan tanah disekitar bangunan atau pun jenis beban bangunan
itu sendiri. Jika ingin Tahu lebih dalam lagi tentang pondasi
Pondasi merupakan bagian dari struktur yang berfungsi meneruskan
beban menuju lapisan tanah pendukung dibawahnya. Dalam struktur apapun,
beban yang terjadi baik yang disebabkan oleh berat sendiri ataupun akibat
beban rencana harus disalurkan ke dalam suatu lapisan pendukung dalam hal ini
adalah tanah yang ada di bawah struktur tersebut. Banyak faktor dalam
pemilihan jenis pondasi, faktor tersebut antara lain beban yang direncanakan
bekerja, jenis lapisan tanah dan faktor non teknis seperti biaya konstruksi, waktu
konstruksi. Pemilihan jenis pondasi yang digunakan sangat berpengaruh kepada
keamanan struktur yang berada diatas pondasi tersebut. Jenis pondasi yang
dipilih harus mampu menjamin kedudukan struktur terhadap semua gaya yang
bekerja. Selain itu, tanah pendukungnya harus mempunyai kapasitas daya
dukung yang cukup untuk memikul beban yang bekerja sehingga tidak terjadi
keruntuhan. Dalam kasus tertentu, apabila sudah tidak memungkinkan untuk
menggunakan pondasi dangkal, maka digunakan pondasi dalam. Pondasi dalam
yang sering dipakai adalah pondasi tiang pancang. Menurut Bowles (1984),
pondasi tiang pancang banyak digunakan pada struktur gedung tinggi yang
mendapat beban lateral dan aksial. Pondasi jenis ini juga banyak digunakan pada
struktur yang dibangun pada tanah mengembang (expansive soil). Daya dukung
tiang pancang yang diperoleh dari skin friction dapat diaplikasikan untuk
menahan gaya uplift yang terjadi. Faktor erosi pada sungai juga menjadi
pertimbangan penggunaan tiang pancang pada jembatan.
1. Pondasi Langsung (STAHL) :
Pondasi langsung (Stahl) dipakai pada kondisi tanah : “ baik “, Yaitu dengan kekerasan
tanah
atau sigma tanah = 2 Kg / Cm2 , dengan kedalaman tanah keras lebih kurang = 1,50 Cm,
kondisi air tanah cukup dalam. Bahan material yang dipergunakan untuk pondasi jenis
ini
biasanya dipakai : batu kali, batu gunung, atau beton tumbuk, sedangkan bahan
pengikatnya
digunakan semen dan pasir sebagai bahan pengisi.
Pada umumnya bentuk pondasi batu kali dibuat trapesium dengan lebar bagian atas
paling
sedikit 25 cm. Dibuat selebar 25 cm, karena bila disamakan dengan lebar dinding
dikhawatirkan dalam pelaksanaan pemasangan pondasi tidak tepat dan akan sangat
mempengaruhi kedudukan dinding pada pondasi sehingga dapat dikatakan pondasi tidak
sesuai lagi dengan fungsinya. Sedangkan untuk lebar bagian bawah trapesium
tergantung
perhitungan dari beban di atasnya, tetapi pada umumnya dapat dibuat sekitar 70 – 80
cm.
Batu kali yang dipasang hendaknya sudah dibelah dahulu besarnya kurang lebih 25 cm,
ini
dengan tujuan agar tukang batu mudah mengatur dalam pemasangannya, di samping
kalau
mengangkat batu tukangnya tidak merasa berat, sehingga bentuk pasangan menjadi rapi
dan
kokoh.
Pada dasar konstruksi pondasi batu kali diawali dengan lapisan pasir setebal 5 – 10 cm
guna
meratakan tanah dasar, kemudiandipasang batu dengan kedudukan berdiri (pasangan
batu
kosong)dan rongga-rongganya diisi pasir secara penuh sehingga kedudukannya menjadi

kokoh dan sanggup mendukung beban pondasi di atasnya. Susunan batu kosong yang
sering
disebut aanstamping dapat berfungsi sebagai pengaliran (drainase) untuk mengeringkan
air
tanah yang terdapat disekitar pondasi.
Gambar. 1.1. Pondasi Batu Kali Dinding Dalam
Gambar. 1.2. Pondasi Batu Kali Gambar. 1.3. Pondasi Batu Kali
Dinding luar setengah trapesium
2. Pondasi Foot Plat
Pondasi foot plat dipergunakan pada kondisi tanah dengan daya dukung
tanah (sigma) antara : 1,5 - 2,00 kg/cm2. Pondasi foot plat ini biasanya
dipakai untuk bangunan gedung 2 – 4 lantai, dengan kondisi tanah yang
baik dan stabil. Bahan dari pondasi ini dari beton bertulang. Untuk
menentukan dimensi dari pondasi ini dengan perhitungan konstruksi
beton bertulang.
Beton adalah campuran antara bahan pengikat Portland Cement (PC)
dengan bahan tambahan atau pengisi yang terdiri dari pasir dan kerikil
dengan perbandingan tertentu ditambah air secukupnya.
Sedangkan komposisi campuran beton ada 2 macam yaitu:
a. Berdasarkan atas perbandingan berat
b. Berdasarkan atas berbandingan isi (volume)
Perbandingan campuran beton untuk konstruksi beton adalah 1 PC :2
pasir : 3 kerikil atau 1 PC : 3 pasir : 5 kerikil, sedang untuk beton rapat air
menggunakan campuran 1 PC : 1 ½ pasir : 2 ½ kerikil. Beton mempunyai
sifat sanggup mendukung tegangan tekan dan sedikit mendukung
tegangan tarik. Untuk itu agar dapat jugamendukung tegangan tarik
konstruksi beton tersebut memerlukan tambahan besi berupa tulangan
yang dipasang sesuai daerah tarik yang memerlukan.
Konstruksi pondasi pelat lajur beton bertulang digunakan apabila bobot
bangunan sangat besar. Bilamana daya dukung tanah kecil dan untuk
memperdalam dasar pondasi tidak mungkin sebab lapisan tanah yang
baik letaknya sangat dalam sehingga sistem pondasi pelat beton
bertulang cukup cocok. Bentuk pondasi pelat lajur tersebut kedua tepinya
menonjol ke luar dari bidang tembok sehingga dimungkinkan kedua
sisinya akan melentur karena tekanan tanah. Agar tidak melentur maka
pada pelat pondasi diberi tulangan yang diletakkan pada daerah tarik
yaitu dibidang bagian bawah yang disebut dengan tulangan pokok.Besar
diameter tulangan pokok Ø 13 - Ø 16 mm dengan jarak 10 cm– 15 cm,
sedang pada arah memanjang pelat dipasang tulangan pembagi Ø 6 - Ø 8
mm dengan jarak 20 cm – 25 cm. Campuran beton untuk konstruksi
adalah 1 PC : 2 pasir : 3 kerikil dan untuk lantai kerja sebagai peletakan
tulangan dibuat betondengan campuran 1 PC : 3 pasir : 5 kerikil setebal 6
cm.
Luas bidang pelat beton sebagai telapak kaki pondasi biasanyaberbentuk
bujur sangkar atau persegi panjang. Telapak kaki yangberbentuk bujur
sangkar biasanya terletak di bawah kolombangunan bagian tengah.
Sedangkan yang berbentuk empatpersegi panjang ditempatkan pada
bawah kolom bangunan tepi atau samping agar lebih stabil. Luas telapak
kaki pondasi tergantung pada beban bangunan yang diterima dan daya
dukung tanah yang diperkenankan ( σ tanah), sehingga apabila daya
dukung tanahnya makin besar, maka luas pelat kakinya dapat dibuat lebih
kecil.
Gambar 1.4. Pondasi Foot Plat
3. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran dipakai untuk tanah yang labil, dengan sigma lebih kecil
dari 1,50 kg/cm2. Seperti bekas tanah timbunan sampah, lokasi tanah
yang berlumpur.
4. Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang dipergunakan pada tanah-tanah lembek, tanah
berawa, dengan kondisi daya dukung tanah (sigma tanah) kecil, kondisi air
tanah tinggi dan tanah keras pada posisi sangat dalam. Bahan untuk
pondasi tiang pancang adalah : bamboo, kayu besi/kayu ulin, baja,dan
beton bertulang.
a. Pondasi Tiang Pancang Kayu
Pondasi tiang pancang kayu di Indonesia, dipergunakan pada rumah-
rumah panggung di daerah Kalimantan, di Sumatera, di Nusa Tenggara,
dan pada rumah-rumah nelayan di tepi pantai.
b. Pondasi Tiang Pancang Beton
Pondasi tiang beton dipergunakan untuk bangunan-bangunantinggi (high
rise building). Pondasi tiang pancang beton, proses pelaksanaannya
dilakukan sebagai berikut :
1). Melakukan test “ boring” untuk menentukan kedalaman tanah keras
dan klasifikasi
panjang tiang pancang, sesuai pembebanan yang telah diperhitungkan.
2). Melakukan pengeboran tanah dengan mesin pengeboran tiang
pancang.
3). Melakukan pemancangan pondasi dengan mesin pondasi tiang
pancang.
Pondasi tiang pancang beton pada prinsipnya terdiri dari : pondasi tiang
pancang beton cor di tempat dan tiang pancang beton sistem fabrikasi.
c. Pondasi tiang pancang beton cor ditempat
Proses pelaksanaannya pondasi tiang pancang beton cor di tempat
sebagai berikut :
1). Melakukan pemboran tanah sesuai kedalamn yang ditentukan dengan
memasukkan besi
tulangan beton.
2). Memompa tanah bekas pengeboran ke atas permukaan tanah.
3). Mengisi lubang bekas pengeboran dengan adukan beton, dengan
sistem dipompakan
dan desakan/tekanan.
4). Pengecoran adukan beton setelah selesai sampai di atas permukaan
tanah,
5). Kemudian dipasang stek besi beton sesuai dengan aturan teknis yang
telah
ditentukan.
d. Pondasi tiang pancang beton sistem fabrikasi
Kemajuan teknologi khususnya pada bidang rancang bangun beton
bertulang telah menemukan pondasi tiang pancang sistem fabrikasi.
Cetakan-cetakan pondasi dengan beberapa variasi diameter tiang
pancang dan panjang tiang pancang dibuat dalam pabrik dengan sistem
Beton Pra-Tekan”
Pondasi pemasangan pondasi tiang pancang sistem fabrikasi, sebagai
berikut :
1). Dilakukan pengeboran sambil memancangkan tiang pondasi bagian
per-bagian.
Kedalaman pengeboran sampai dengan batas kedalaman tanah keras
yang dapat
dilihat secara otomatis dari mesin tiang pancang.
2). Kemudian setiap bagian tertentu dilakukan penyambungan dengan
plat baja yang
telah dilengkapi dengan “joint” atau ulir penyambungan.

Penentuan Jenis pondasi didasarkan pada penyelidikan Tanah, Jenis penyelidikan


tanah yang kerap dilakukan adalah Test SPT atau CPT . Untuk Kedua jenis Test ini akan
saya
ceritakan pada tulisan saya yang lain.
Pertama tim surveyor menentukan titik-titik dimana tiang pancang akan diletakkan,
penentuan ini harus sesuai dengan gambarkonstruksi yang telah ditentukan oleh
perencana.
Jika sudah fix titik mana yang akan dipancang, nah sampai saat itu, pekerjaan tiang
pancang
sudah bisa dilakukan.
Peralatan dan Bahan yang harus disiapkan untuk pekerjaan tiang pancang antara lain
Pile
(tiang pancang), Alat Pancang (dapat berupa diesel hammer atau Hydrolic Hammer),
Service
Crane.
Proses pengangkatan tiang pancang dari tempat tiang pancang untuk dipasangkan ke
alat
pancang menggunakan service crane. Dengan Service crane tiang dipasangkan ke alat
pemancang dimana biasa alat pemancang sudah berada tepat diarea titik pancang.
Service Crane yang sedang Mengangkat Tiang
Pancang
Setelah Pile Terpasang dan posisi alat sudah berada pada titik pemancangan, maka
pemancangan siap dilakukan. Alat pancang yang digunakan dapat berbeda - beda
jenisnya.
Seperti Diesel Hammer atau Hydraulic Hammer. Beda keduanya adalah Diesel
Hammer
bersifat memukul sehingga pasti terdengan suara bising.. dueng..duengg..dueng... dan
terkadang meminbulkan getaran, getaran ini dapat mengakibatkan bangunan disekitar
menjadi retak jika jarang antara bangunan dan daerah pemancangan terlalu dekat,
sementara
itu hydraulic hammer bersifat menekan, jadi pengaruh suara dan getaran relatif kecil.
Bedanya yang lain adalah penggunaan Hydraulic hammer lebih mahal. Proses
pemancangan
dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Proses Pemancangan
Pemancangan dihentikan jika sampai mencapai tanah keras, indikasi jika pemancangan
sudah
mencapai tanah keras adalah palu dari hammer sudah mental tinggi, biasanya dalam tiap
alat
pancang sudah ada ukurannya, jika sudah pada posisi seperti itu maka segera dilakukan
pembacaan kalendering.
Contoh Bacaan Kalendering
Pembacaan ini dilakukan pada alat pancang sewaktu memancang. Jika dari bacaan
tinggi
bacaan sudah bernilai 1 cm atau lebih kecil, maka pemancangan sudah siap dihentikan.
Itu
artinya tiang sudah menencapai titik tanah keras, tanah keras itulah yang menyebabkan
bacaan kalenderingnya kecil yaitu 1 cm atau kurang. Jika diteruskan dikhawatirkan akan
terjadi kerusakan pada tiang pancang itu sendiri seperti pada topi tiang pancang atau
badan
tiang pancang itu sendiri. Pembacaan 1 kalendering dilakukan dengan 10 pukulan.
Jembatan operasi merupakan bangunan pelengkap suatu bendung. Jembatan dibangun
terutama
pada bendung dengan pengambilan kiri dan kanan, atau sebagai akses jalan di sekitar
lokasi karena
lokasi jembatan yang ada cukup jauh. Perlu diambil banyak pertimbangan untuk
menentukan apakah
suatu bendung akan dilengkapi dengan jembatan operasi atau tidak. Demikian juga
mengenai tipe
jembatan dan kelas jembatan yang akan didesain. Jika tidak akan dilewati kendaraan,
maka jembatan
operasi untuk penyeberangan orang saja sudah cukup. Akan tetapi apabila yang akan lewat
di atas
jembatan kendaraan dengan beban berat, maka bisa dipertimbangkan untuk menggunakan
jembatan
kelas I. Kriteria penentuan jembatan untuk jaringan irigasi dapat anda lihat pada  Desain
Kriteria pada
postingan sebelumnya.
Walaupun pada saat ini sudah banyak program aplikasi untuk perencanaan struktur, namun
perhitungan struktur dengan program Excel biasanya masih banyak dipilih dalam
perencanaan.
Terutama dalam penyusunan laporan nota desain, tahap perhitungan dengan program excel
cukup
jelas dan dapat diterima oleh pihak Direksi Pekerjaan dalam suatu pekerjaan perencanaan.
Pada postingan kali ini kami sajikan sebuah program (Excel) untuk perhitungan struktur
abutment
jembatan. Input gaya dan geometri struktur cukup mudah dan sederhana pada lembar
perhitungan
input data. Output dari program ini adalah dimensi abutment dan gambar penulangan
abutment
jembatan.
Selasa, 03 Maret 2009

JENIS-JENIS PONDASI

1. Pondasi Langsung (STAHL)


Pondasi langsung (Stahl) dipakai pada kondisi tanah : “ baik “, Yaitu dengan kekerasan
tanah atau sigma tanah = 2 Kg / Cm2 , dengan kedalaman tanah keras lebih kurang = 1,50
Cm, kondisi air tanah cukupdalam. Bahan material yang dipergunakan untuk pondasi
jenis ini biasanya dipakai : batu kali, batu gunung, atau beton tumbuk.
2. Pondasi Foot Plat
Pondasi footplat dipergunakan pada kondisis tanah dengan sigma antara : 1,5-2,00
kg/cm2. Pondasi foot plat ini biasanya dipakai untuk bangunan gedung 2 – 4 lantai,
dengan kondisi tanah yang baik dan stabil.Bahan dari pondasi ini dari beton bertulang.
Untuk menetukan dimensi dari pondasi ini dengan perhitungan konstruksi beton
bertulang.
3. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran dipakai untuk tanah yang labil, dengan sigma lebih kecil dari 1,50
kg/cm2. Seperti bekas tanah timbunan sampah, lokasi tanah yang berlumpur.
4. Pondasi Merata (Slab Foundation)
Pondasi merata dipergunakan pada kondisi tanah sangat lembek (lunak). Juga
dipergunakan untuk pondasi lantai bawah tanah/bassment suatu bangunan gedung.
5. Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang dipergunakan pada tanah-tanah lembek, tanah berawa, dengan
kondisi daya dukung tanah (sigma tanah) kecil, kondisi air tanah tinggi dan tanah keras
pada posisi sangat dalam. Bahan untuk pondasi tiang pancang adalah : bamboo, kayu
besi/kayu ulin, baja, dan beton bertulang.
a. Pondasi Tiang Pancang Kayu
Pondasi tiang pancang kayu di Indonesia, dipergunakan pada rumah-rumah panggung
di daerah Kalimantan, di Sumatera, di Nusa Tenggara, dan pada rumah-rumah
nelayan di tepi pantai.
b. Pondasi Tiang Pancang Beton
Pondasi tiang beton dipergunakan untuk bangunan-bangunan tinggi (high rise
building). Pondasi tiang pancang beton, proses pelaksanaannya dilakukan sebagai
berikut :
1) Melakukan test “ boring” untuk menentukan kedalaman tanah kerasdan klasifikasi
panjang tiang pancang, sesuai pembebanan yang telah diperhitungkan.
2) Melakukan pengeboran tanah dengan mesin pengeboran tiang pancang.
3) Melakukan pemancangan pondasi dengan mesin pondasi tiang pancang.
Pondasi tiang pancang beton pada prinsipnya terdiri dari : pondasi tiangpancang
beton cor di tempat dan tiang pancang beton system fabrikasi.
Pondasi tiang pancang beton cor ditempat
Proses pelaksanaannya pondasi tiang pancang beton cor di tempat sebagai berikut :
1) Melakukan pemboran tanah sesuai kedalamn yang ditentukan dengan memasukkan besi
tulangan beton.
2) Memompa tanah bekas pengeboran ke atas permukaan tanah.
3) Mengisi lubang bekas pengeboran dengan adukan beton, dengan sistem dipompakan dan
desakan/tekanan.
4) Pengecoran adukan beton setelah selesai sampai di atas permukaan tanah,
5) Kemudian dipasang stek besi beton sesuai dengan aturan teknis yang telah ditentukan.
Pondasi tiang pancang beton sistem fabrikasi
Kemajuan teknologi khususnya pada bidang rancang bangun beton bertulang telah menemukan
pondasi tiang pancang sistem fabrikasi. Cetakan-cetakan pondasi dengan beberapa variasi
diameter tiang pancang dan panjang tiang pancang dibuat dalam pabrik dengan system “Beton
Pra-Tekan” Ukuran tiang pancang produksi pabrik dapat dilihatpada tabel berikut ini :
Diposkan oleh Private Blog Memories of Arie_Yona... di Selasa, Maret 03, 2009
Label: Teknik Sipil

Senin, 16 Februari 2009

SISTEM PONDASI DENGAN PEMBESARAN DIMENSI DI UJUNG BAWAH TIANG –


BULB PILE

Sistem Pondasi dengan pembesaran dimensi di ujung bawah tiang


atau bulbdikembangkan pertama kali olehMac Arthur Pile Corp. pada tahun 1950. Pada
umumnya pondasitiang jenis ini menggunakanpukulan yang diberikan di dasar suatu pipa (inner
hammering) seperti Franky Pile dan Bump Pile, atau pukulan di atas kepala tiang seperti Delta
Pile dan Alpha Pile

Franki Pile  (Chellis R.D., 1961) berasal dari Belgia, sistempembuatannya dengan menggunakan
sebuah pipa yang ujung bawahnya disumbat dengan campuran mortar. Kemudian campuran
mortar di dalam pipa ditumbuk dengan inner hammer agar pipa masuk ke dalamtanah sampai
pada kedalaman lapisan pendukung. Setelah itu, pipa ditahan dengan sling dan akibat
pukulan hammerkeluarlah mortar ke sekeliling tanah di ujung bawah tiang danterbentuklah bulb.
Bump pile adalah sistem
pembuatanpondasi tiang bulbyang menggunakandua jenis hammer, yaitu pile head
hammering dan inner hammering, dikembangkan oleh Sutoyo dari Surabaya-Indonesia pada
tahun 1985. Proses pembuatannya dengan menggunakan pipa beton(concrete piling tube)
sebagai model tiang pondasi yang dilengkapi sepatu tiang pada ujung bawah pipanya. Kepala
tiang dipukul hingga kedalaman rencana, kemudian pipa diisi dengan beton cair dan ditumbuk
dengan inner hammeringsehingga terbentuklah bulb.
Sistem Delta Pile(Tomlinson, 1995) dengan menggunakan pipa sebagai model tiang dan mandrel
di dalamnya, ujung pipa ditutup dengan sepatu dan bagian bawah pipa diisi beton cair dengan
mandrel di atasnya. Dengan memukul bagian atas pipa maka seluruh bagian pipa dan mandrel
akan masuk bersamaan ke dalam tanah. Setelah kedalaman rencana tercapai, mandrel dipukul
dengan hammer  sehingga menyodok beton dan sepatu hingga terlepas dan terbentuklah bulb.
Mandrel diangkat keluar dan pipa diisi dengan beton seluruhnya sambil pipa tersebut juga
diangkat keluar

Diposkan oleh Private Blog Memories of Arie_Yona... di Senin, Februari 16, 2009

Label: Review, Teknik Sipil

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Setiap bangunan sipil , seperti gedung, jembatan, jalan raya, terowongan, dinding penahan,
menara, tanggul, harus mempunyai pondasi yang dapat mendukungnya.

Pondasi harus diperhitungkan untuk dapat menjamin kestabilan Bangunan terhadap berat sendiri,
beban - beban bangunan, gaya-gaya luar seperti: tekanan angin,gempa bumi, dan lain-lain.
Disamping itu, tidak boleh terjadi penurunan melebihi batas yang diijinkan.

Agar Kegagalan fungsi pondasi dapat dihindari, maka pondasi Bangunan harus diletakkan pada
lapisan tanah yang cukup keras, padat, dan kuat mendukung beban bangunan tanpa menimbulkan
penurunan yang berlebihan.
Pondasi terdiri dari :
- Pondasi dangkal ( shallow foundation )
- Pondasi dalam ( deep foundation )

Pondasi dangkal digunakan bila letak tanah kerasnya berada dekat dengan permukaan tanah,
yang kedalaman pondasi kurang atau sama dengan lebar pondasi ( D ≤ B ).
Pondasi dangkal terdiri dari : Pondasi telapak, cakar ayam, sarang laba-laba, gasing, grid, dan
lain-lain.

Pondasi dalam terdiri dari : Pondasi sumuran, tiang, kaison.

Suatu jenis pondasi mempunyai karakteristik penggunaan tertentu. oleh karena itu, dalam
mendisain pondasi perlu dibuat alternatif yang kemudian dipilih alternatif yang terbaik
berdasarkan kriteria secara teknis,kemudahan pelaksanaan, ekonomis, dan dampak lingkungan.

Agar dapat hasil yang baik maka perlu mempunyai pengetahuan tentang permasalahan
pondasi.Pada dasarnya permasalahan pondasi ada 2 yaitu :
- umum : stabilitas ( daya dukung , geser, dan guling ), perbaikan tanah, kelongsoran lereng, dan
pengaruh air bersih.
khusus : getaran, daerah lendutan tambang ( minyak, air, dsb), ledakan gempa bumi,
dllkomentar

2. Pondasi Foot Plat

Pondasi foot plat dipergunakan pada kondisi tanah dengan daya dukung tanah (sigma) antara :
1,5 - 2,00 kg/cm2. Pondasi foot plat ini biasanya dipakai untuk bangunan gedung 2 – 4 lantai,
dengan kondisi tanah yang baik dan stabil. Bahan dari pondasi ini dari beton bertulang. Untuk
menentukan dimensi dari pondasi ini dengan perhitungan konstruksi beton bertulang.
Beton adalah campuran antara bahan pengikat Portland Cement (PC) dengan bahan tambahan
atau pengisi yang terdiri dari pasir dan kerikil dengan perbandingan tertentu ditambah air
secukupnya.
Sedangkan komposisi campuran beton ada 2 macam yaitu:
a. Berdasarkan atas perbandingan berat
b. Berdasarkan atas berbandingan isi (volume)
Perbandingan campuran beton untuk konstruksi beton adalah 1 PC :2 pasir : 3 kerikil atau 1 PC :
3 pasir : 5 kerikil, sedang untuk beton rapat air menggunakan campuran 1 PC : 1 ½ pasir : 2 ½
kerikil. Beton mempunyai sifat sanggup mendukung tegangan tekan dan sedikit mendukung
tegangan tarik. Untuk itu agar dapat jugamendukung tegangan tarik konstruksi beton tersebut
memerlukan tambahan besi berupa tulangan yang dipasang sesuai daerah tarik yang
memerlukan.
Konstruksi pondasi pelat lajur beton bertulang digunakan apabila bobot bangunan sangat besar.
Bilamana daya dukung tanah kecil dan untuk memperdalam dasar pondasi tidak mungkin sebab
lapisan tanah yang baik letaknya sangat dalam sehingga sistem pondasi pelat beton bertulang
cukup cocok. Bentuk pondasi pelat lajur tersebut kedua tepinya menonjol ke luar dari bidang
tembok sehingga dimungkinkan kedua sisinya akan melentur karena tekanan tanah. Agar tidak
melentur maka pada pelat pondasi diberi tulangan yang diletakkan pada daerah tarik yaitu
dibidang bagian bawah yang disebut dengan tulangan pokok.Besar diameter tulangan pokok Ø
13 - Ø 16 mm dengan jarak 10 cm– 15 cm, sedang pada arah memanjang pelat dipasang tulangan
pembagi Ø 6 - Ø 8 mm dengan jarak 20 cm – 25 cm. Campuran beton untuk konstruksi adalah 1
PC : 2 pasir : 3 kerikil dan untuk lantai kerja sebagai peletakan tulangan dibuat betondengan
campuran 1 PC : 3 pasir : 5 kerikil setebal 6 cm.
Luas bidang pelat beton sebagai telapak kaki pondasi biasanyaberbentuk bujur sangkar atau
persegi panjang. Telapak kaki yangberbentuk bujur sangkar biasanya terletak di bawah
kolombangunan bagian tengah. Sedangkan yang berbentuk empatpersegi panjang ditempatkan
pada bawah kolom bangunan tepi atau samping agar lebih stabil. Luas telapak kaki pondasi
tergantung pada beban bangunan yang diterima dan daya dukung tanah yang diperkenankan ( σ
tanah), sehingga apabila daya dukung tanahnya makin besar, maka luas pelat kakinya dapat
dibuat lebih kecil.

Gambar 1.4. Pondasi Foot Plat

3. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran dipakai untuk tanah yang labil, dengan sigma lebih kecil dari 1,50 kg/cm2.
Seperti bekas tanah timbunan sampah, lokasi tanah yang berlumpur.
Gambar. 1.5. Pondasi Sumuran
1. Pondasi Langsung (STAHL) :

Pondasi langsung (Stahl) dipakai pada kondisi tanah : “ baik “, Yaitu dengan kekerasan tanah
atau sigma tanah = 2 Kg / Cm2 , dengan kedalaman tanah keras lebih kurang = 1,50 Cm, kondisi
air tanah cukup dalam. Bahan material yang dipergunakan untuk pondasi jenis ini biasanya
dipakai : batu kali, batu gunung, atau beton tumbuk, sedangkan bahan pengikatnya digunakan
semen dan pasir sebagai bahan pengisi.
Pada umumnya bentuk pondasi batu kali dibuat trapesium dengan lebar bagian atas paling sedikit
25 cm. Dibuat selebar 25 cm, karena bila disamakan dengan lebar dinding dikhawatirkan dalam
pelaksanaan pemasangan pondasi tidak tepat dan akan sangat mempengaruhi kedudukan dinding
pada pondasi sehingga dapat dikatakan pondasi tidak sesuai lagi dengan fungsinya. Sedangkan
untuk lebar bagian bawah trapesium tergantung perhitungan dari beban di atasnya, tetapi pada
umumnya dapat dibuat sekitar 70 – 80 cm.
Batu kali yang dipasang hendaknya sudah dibelah dahulu besarnya kurang lebih 25 cm, ini
dengan tujuan agar tukang batu mudah mengatur dalam pemasangannya, di samping kalau
mengangkat batu tukangnya tidak merasa berat, sehingga bentuk pasangan menjadi rapi dan
kokoh.
Pada dasar konstruksi pondasi batu kali diawali dengan lapisan pasir setebal 5 – 10 cm guna
meratakan tanah dasar, kemudiandipasang batu dengan kedudukan berdiri (pasangan batu
kosong)dan rongga-rongganya diisi pasir secara penuh sehingga kedudukannya menjadi kokoh
dan sanggup mendukung beban pondasi di atasnya. Susunan batu kosong yang sering disebut
aanstamping dapat berfungsi sebagai pengaliran (drainase) untuk mengeringkan air tanah yang
terdapat disekitar pondasi.
Gambar. 1.1. Pondasi Batu Kali Dinding Dalam

Gambar. 1.2. Pondasi Batu Kali Gambar. 1.3.


Pondasi Batu Kali
Dinding luar setengah trapesium
Dinding Luar komentar

4. Pondasi Tiang Pancang

Pondasi tiang pancang dipergunakan pada tanah-tanah lembek, tanah berawa, dengan kondisi
daya dukung tanah (sigma tanah) kecil, kondisi air tanah tinggi dan tanah keras pada posisi
sangat dalam. Bahan untuk pondasi tiang pancang adalah : bamboo, kayu besi/kayu ulin,
baja,dan beton bertulang.

a. Pondasi Tiang Pancang Kayu


Pondasi tiang pancang kayu di Indonesia, dipergunakan pada rumah-rumah panggung di daerah
Kalimantan, di Sumatera, di Nusa Tenggara, dan pada rumah-rumah nelayan di tepi pantai.

b. Pondasi Tiang Pancang Beton


Pondasi tiang beton dipergunakan untuk bangunan-bangunantinggi (high rise building). Pondasi
tiang pancang beton, proses pelaksanaannya dilakukan sebagai berikut :
1). Melakukan test “ boring” untuk menentukan kedalaman tanah keras dan klasifikasi 
panjang tiang pancang, sesuai pembebanan yang telah diperhitungkan.
2). Melakukan pengeboran tanah dengan mesin pengeboran tiang pancang.
3). Melakukan pemancangan pondasi dengan mesin pondasi tiang pancang.
Pondasi tiang pancang beton pada prinsipnya terdiri dari : pondasi tiang pancang beton cor di
tempat dan tiang pancang beton sistem fabrikasi.
c. Pondasi tiang pancang beton cor ditempat
Proses pelaksanaannya pondasi tiang pancang beton cor di tempat sebagai berikut :
1). Melakukan pemboran tanah sesuai kedalamn yang ditentukan dengan memasukkan besi
tulangan beton.
2). Memompa tanah bekas pengeboran ke atas permukaan tanah.
3). Mengisi lubang bekas pengeboran dengan adukan beton, dengan sistem dipompakan 
dan desakan/tekanan.
4). Pengecoran adukan beton setelah selesai sampai di atas permukaan tanah,
5). Kemudian dipasang stek besi beton sesuai dengan aturan teknis yang telah 
ditentukan.

d. Pondasi tiang pancang beton sistem fabrikasi


Kemajuan teknologi khususnya pada bidang rancang bangun beton bertulang telah menemukan
pondasi tiang pancang sistem fabrikasi. Cetakan-cetakan pondasi dengan beberapa variasi
diameter tiang pancang dan panjang tiang pancang dibuat dalam pabrik dengan sistem Beton
Pra-Tekan” 
Pondasi pemasangan pondasi tiang pancang sistem fabrikasi, sebagai berikut :
1). Dilakukan pengeboran sambil memancangkan tiang pondasi bagian per-bagian. 
Kedalaman pengeboran sampai dengan batas kedalaman tanah keras yang dapat 
dilihat secara otomatis dari mesin tiang pancang.
2). Kemudian setiap bagian tertentu dilakukan penyambungan dengan plat baja yang 
telah dilengkapi dengan “joint” atau ulir penyambungan.
Gambar. 1.6. Pondasi tiang pancang
PONDASI
Pondasi adalah suatu kontruksi bagian dasar atau bagian terendah pada bangunan yang gunanya
adalah untuk memikul beban yang ada di atasnya untuk diteruskan secara merata kelapisan
tanah.

1. Hal-hal yang harus di perhatikan untuk membuat pondasi.


2. Dasar pondasi harus diletakkan pada lapisan tanah asli yang keras,sehinnga mengurangi
resiko penurunan
3. hindari pemasangan pondasi sebagian pada tanah keras dan sebagian lagi pada tanah
lunak.
4. Pondasi harus dipasang menerus di bawah seluruh dinding bangunan dan dibawah kolom.
5. Pondasi harus dibuat dari bahan yang awet berada didalam tanah dan kuat menahan gaya
– gaya yang bekerja padanya.
6. Perhatikan bentuk bidang tanah(datar,cekung,cembung,atau lereng)
7. Keadaan permukaan air tanah pada suatu saat tertentu yang pasang surut sangat
berbahaya bagi pondasi.
1. Jenis-Jenis Pondasi Berdasarkan Kondisi tanah
2. Pondasi dangkal:
3. Pondasi setengah dalam
4. Pondasi dalam

1. Jenis Pondasi Berdasarkan Bentuk


2. Pondasi Batu kali
Pondasi batu kali biasanya dipakai padabangunan – bangunan sederhana,biasanya dipakai pada
bangunan berlantai 1,dimana tanah keras terletak sangat dekat,juga bila tanah sangat sukar digali
karena berbatu-batu

1. Pondasi Batu Bata


Sama seperti pondasi batu kali,pondasi batu bata biasanya dipakai pada bangunan berlantai
1,dimana tanah keras terletak sangat dekat,juga bila tanah sangat sukar digali karena berbatu-
batu

1. Pondasi Telapak
Pondasi Telapak Biasanya dipakai untuk bangunan bertingkat, hampir tidak pernah dibuat untuk
bangunan sederhana berlantai 1 karena biasanya beban bangunan sederhana lantai 1 sudah cukup
didukung oleh pondasi batu kali.dan bila Kondisi tanah keras cukup dalam (hingga 2 meter)

1. Pondasi sumuran
Pondasi Sumuran dipakai Untuk kedalaman tanah keras lebih dari 2 m, tetapi kurang dari 4
m.Pondasi sumuran ini dubuat dengan cara menggali tanah berbentuk bulat sampai kedalam
tanah keras,kemudian diisi adukan beton tanpa tulangan.

Dengan batu – batu dan krikil, pondasi tidak terlalu mahal dan mempunyai daya dukung cukup
besar.

1. Pondasi Tiang straus


Untuk kedalaman tanah keras 4-7 m, biasa digunakan pondasi tiang straus.Pondasi tiang travez
adalah tiang beton bertulang diameter 25 atau 30 cm,di cor setempat.

Pengecoran hanya dilakukan bila lubang yang akan di cor dalam keadaan kering. Umumnya
diatas tiang straus perlu dipasang pur, terutama untuk memikul kolom-kolom utama.

Sedangkan untuk dinding, cukup dengan sloof dengan bentang relative kecil.

Cara pembuatan pondasi tiang straus

1. Pondasi Tiang Pancang


Pondasi Tiang Pancang biasa dipakai Untuk kedalaman tanah keras >30 m.Pondasi tiang
pancang adalah tiang beton diameter 30 atau 40 cm,dahulu orang menggunakn balok kayu
sebagai tiang pancang,tetapi karena kurang kuat dan kurang tahan lama karena pelapukan
sekarang tiang pancang dibuat dari campuran beton ,pembuatan tiang pancang beton biasanya
dicetak,dan pemasanga tiang inidengan cara dipukul-pukul ke dalam tanah hingga menemukan
lapisan tanah keras.

PENGARUH KEADAAN TANAH DALAM MEMILIH JENIS PONDASI PADA


BANGUNAN GEDUNG

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) GUNUNGSITOLI


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN April 2010

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, bangunan gedung yang menggunakan tembok merupakan simbol kemakmuran
dimana pun di negeri ini. Seakan-akan bangunan dari kayu sudah tidak zamannya lagi, atau
sudah ketinggalan model. Namun, pilihan ini bisa mengancam keselamatan penghuninya, jika
pembangunannya tidak mengikuti aturan struktur bangunan yang benar. Apalagi, seperti kita
ketahui bersama Indonesia terletak pada jalur gempa, yang artinya wilayah Indonesia rentan
terjadi Gempa Bumi. Menurut Yuskar Lase (Kompas : 2009) mengatakan, “Pembangunan rumah
tahan gempa perlu mengacu pada konsep bahwa struktur harus menyatu, cukup kaku, kuat, dan
liat atau tidak getas diguncang gempa”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa seluruh bagian bangunan
turut mempengaruhi ketahanan bangunan, termasuk tanah yang menjadi tempat berdirinya
bangunan tersebut. Perlu kita ketahui bersama, tanah mempunyai peranan yang sangat penting,
yakni mendukung atau menopang bangunan di atasnya, dimana beban-beban yang bekerja pada
bangunan diteruskan secara merata ke dalam tanah oleh pondasi. Disamping itu, perlu juga bagi
kita untuk mengetahui bahwa tanah merupakan partikel-partikel (butiran kecil) yang terdiri dari
kerikil, pasir, humus, lanau, dan lempung, yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda,
yang dapat kita klasifikasikan dalam 2 jenis, yaitu: 3 1.

Tanah kohesif yaitu tanah yang yang terikat antara satu dengan yang lainnya, 2.

Tanah tak kohesif yaitu tanah yang tidak terikat antara satu dengan yang lainnya. Dengan
memperhatikan karakteristik dari 2 jenis tanah tersebut maka kita dapat merencanakan pondasi
yang sesuai dengan keadaan tanah dari suatu bangunan yang akan didirikan, tanpa melupakan
aspek besarnya beban yang bekerja pada bangunan, dan juga nilai ekonomis, serta efisiensi.
Namun berdasarkan pengamatan pada saat terjadinya gempa bumi 28 Maret 2005 di Pulau Nias,
khususnya di Kota Gunungsitoli, banyak bangunan yang ambruk, rusak berat, rusak ringan, dan
bahkan ada yang sampai terguling. Tentu saja, hal ini tidak boleh dibiarkan saja, melainkan harus
dicari penyebab pasti yang menyebabkan tidak tahannya bangunan terhadap gempa bumi. Dari
hasil wawancara kepada beberapa orang yang ahli bangunan, yang juga merupakan dosen di
Program Studi Teknik Bangunan, didapatkan informasi awal antara lain:

Struktur bangunannya tidak memenuhi aturan struktur bangunan tahan gempa yang benar, atau
dengan kata lain asal-asalan.

Penggunaan bahan-bahan bangunan yang tidak sesuai dengan standar.

Denah bangunannya tidak simetris. Sebab, bentuk yang tidak simetris tidak stabil dalam
menahan terjangan gelombang gempa.

Pemilihan jenis pondasi yang tidak tepat.

Keadaan tanah tempat berdirinya bangunan yang tidak mendukung.

Beban yang bekerja pada bangunan berlebihan. Dari uraian di atas, tampak bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi ketahanan suatu bangunan sangatlah kompleks. Oleh sebab itu, dari
sejumlah 4 permasalahan tersebut, peneliti merasa tertarik untuk melakukan satu penelitian
yang berjudul: “

PENGARUH KEADAAN TANAH DALAM MEMILIH JENIS PONDASI PADA


BANGUNAN GEDUNG”.
B. Identifikasi Masalah

Yang menjadi Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1.

Struktur bangunan tidak memenuhi aturan struktur bangunan tahan gempa yang benar, atau
dengan kata lain asal-asalan. 2.

Penggunaan bahan-bahan bangunan yang tidak sesuai dengan standar. 3.

Denah bangunan yang tidak simetris. 4.

Pemilihan jenis pondasi yang tidak tepat. 5.

Keadaan tanah tempat berdirinya bangunan yang tidak mendukung. 6.

Beban yang bekerja pada bangunan berlebihan.

C. Batasan Masalah

Mengingat ruang lingkup permasalahan di atas cukup luas, maka peneliti perlu menentukan
batasan masalah dengan tujuan agar penelitian dapat terarah atau terfokus, sehingga dapat
menghindari berbagai permasalahan baru yang mungkin timbul. Maka yang menjadi batasan
masalah pada penelitian ini yaitu: 1.

Pengaruh keadaan tanah. 2.

Pemilihan jenis pondasi yang tepat pada Bangunan gedung di kota Gunungsitoli.

5
D. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai masalah yang akan
diteliti, berdasarkan Identifikasi dan Batasan Masalah. Oleh sebab itu, yang menjadi Rumusan
Masalah pada penelitian ini adalah :”Adakah pengaruh keadaan tanah dalam memilih jenis
pondasi pada bangunan gedung”

E. Tujuan Penelitian

Yang dimaksud dengan tujuan penelitian dalam melakukan penyelidikan ini ialah produk atau
hasil penelitian tentang apa dan untuk siapa produk penelitian ini di sarankan. Menurut
Surakhmad.winarno (1990:39) mengemukakan bahwa : Apabila telah di peroleh informasi yang
cukup dari studi pendahuluan eksploritas,maka masalah yang di teliti menjadi jelas,agar
penelitian dapat di laksanakan sebaik-baiknya, maka peneliti harus merumuskan masalah
penelitian dimaksud sehingga akan tampak jelas dari mana harus di mulai, kemana harus pergi
dan dengan apa. Dari uraian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui
besarnya pengaruh keadaan tanah dalam memilih jenis pondasi pada bangunan gedung”.

F. Hipotesis penelitian

Hipotesis merupakan suatu jawaban atau kesimpulan sementara yang harus di uji kebenarannya
dengan data yang terkumpul melalui alat pengumpul data. 6 Maka hipotesis dari penelitian ini
adalah: ”Ada pengaruh yang signifikan antara keadaan tanah dengan pemilihan jenis pondasi
pada bangunan gedung”.

G. Manfaat penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah : 1.

Manfaat Teoritis a.

Sebagai landasan bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 2.

Manfaat Praktis a.

Bagi Peneliti, sebagai sumber informasi dalam upaya menambah wawasan, pengetahuan, serta
pengalaman yang kelak sangat berguna kelak. b.
Bagi Institusi, sebagai Bahan Referensi.

H. Asumsi penelitian

Asumsi dari penelitian ini adalah : “Keadaan tanah menentukan jenis pondasi yang sesuai pada
bangunan gedung”

I. Keterbatasan penelitian

Keterbatasan penelitian dapat juga di defenisikan sebagai hal-hal yang membatasi


penelitian.yang menjadi keterbatasan penelitian dalam hal ini adalah: 1.

Objek penelitian hanya terbatas pada keadaan dari tanah dalam pemilihan pondasi pada
bangunan gedung. 2.

Penelitian ini hanya dilakukan di Kota Gunungsitoli. 7

J. Batasan Operasional

Batasan operasional disebut juga sebagai defenisi istilah,ini perlu di lakukan dalam penelitian
dengan tujuan agar tidak timbul perbedaan pengertian atau kekurang jelasan dari pada makna.
Maka batasan operasional ini adalah: 1.

Tanah merupakan kumpulan partikel-partikel yang ukurannya dapat mencakup rentang yang
luas,yang merupakan bagian dari partikel-partikel yang terdiri atas
kerikil,pasir,humus,lanau,lempung. 2.

Pondasi adalah suatu konstruksi yang menopang beban dari atas yang kemudian meneruskannya
secara merata ke tanah dasar.

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis 1. Pengertian Tanah


Menurut Sosrodarsono (1980:1) “Tanah merupakan kumpulan partikel-partikel yang ukurannya
dapat mencakup tentang yang luas, yang sebagian dari partikel-partikel di beri nama khusus
seperti kerikil, pasir, humus, lanau. dan lempung”. Mengingat hal tersebut diatas, maka di dalam
perencanaan atau pelaksanaan suatu bangunan, diperlukanlah pengertian yang mendalam
mengenai fungsi-fungsi serta sifat tanah itu bila dilakukan pembebanan terhadapnya, melalui
penelitian-penelitian di lokasi, ataupun di laboratorium, dengan melibatkan orang-orang yang
ahli di bidang itu.

2. Jenis-jenis/klasifikasi tanah

Suatu klasifikasi mengenai tanah sangat perlu untuk memberikan gambaran sepintas mengenai
sifat-sifat tanah dalam menghadapi perencanaan dan pelaksanaan. Menurut Sosrodarsono
(2005:2) tentang perlunya klasifikasi tanah antara lain bagi hal-hal berikut: a.

Perkiraan hasil eksplorasi tanah (Persiapan peta tanah, dan lain-lain). b.

Perkiraan standar kemiringan lereng dari penggalian tanah atau tebing. c.

Perkiraan pemilihan bahan (Penentuan tanah yang harus disingkirkan, pemilihan tanah dasar,
bahan tanah timbunan, dan lain-lain). d.

Perkiraan persentasi muai dan susut. e.

Pemilihan jenis konstruksi dan peralatan untuk konstruksi (Pemilihan cara penggalian dan
rancangan penggalian). f.

Perkiraan kemampuan peralatan untuk konstruksi. g.

Rencana pekerjaan/pembuatan lereng dan tembok penahan tanah, dan lain-lain (Pemilihan jenis
konstruksi dan perhitungan tekanan tanah). 9 Menurut Bowles (1992 ; 34) jenis-jenis tanah
terdiri dari: a.
Batuan dasar adalah semua batuan dan tanah akibat dan pendinginan magma beku dan pelapukan
yang kemudian menghujam sangat jauh kebawah sampai ke magma cair dan meluas dalam
ukuran yang besar. b.

Batu Bongkah adalah potongan-potongan besar batuan yang terpatahkan dari bahan induk atau
termuntahkan dari gunung berapi yang bervolume dalam rentang mulai sekitar ½ m

- 10 m

dan beratnya sekitar ½ sampai beberapa ratus ton. c.

Kerikil dan yang lebih kecil adalah pecahan bebatuan yang lebih kecil dari batu bongkah yang di
golongkan ke dalam batu bulat, kerikil, pasir, dan koloida. d.

Lanau dan Lempung adalah tepung batuan dalam rentang ukuran partikel 0,074 mm sampai
sehalus 0,001mm yang merupakan produk sampingan terhadap pelapukan batuan. Tetapi pada
buku Ilmu Bangunan (1987 ; 16) tanah itu dapat dibedakan menjadi: a.

Kerikil terdiri dari kerikil gunung dan kerikil sungai. b.

Pasir terdiri dari pasir sungai, pasir laut. c.

Tanah liat dan d.

Humus. Dalam hal menentukan atau mengklasifikasikan tanah, di perlukan suatu pengamatan di
lapangan yang sederhana. Namun, jika hanya mengandalkan pengamatan di lapangan, maka
kesalahan-kesalahan yang disebabkan perbedaan pengamatan perorangan, akan menjadi sangat
besar. Oleh sebab itu, untuk memperoleh klasifikasi tanah yang objektif, maka tanah itu di
analisis melalui uji coba di laboratorim. 10
3.

Pengertian Pondasi

Menurut pendapat Bowles (1992:1) “Pondasi adalah suatu konstruksi yang menopang beban dari
atas yang kemudian meneruskannya ke tanah atau batuan yang terletak di sekitarnya”. Untuk itu,
dalam hal ini dapat di katakan bahwa pondasi itu merupakan bagian dari suatu konstruksi
bangunan yang mempunyai bidang kontak langsung dengan dasar tanah yang keras yang ada di
bawahnya.

4. Jenis-jenis Pondasi

Secara umum pondasi di golongkan atas dua bagian yaitu: a.

Pondasi langsung adalah pondasi yang di tempatkan di atas tanah dasar yang cukup keras yang
kedalamannya tidak lebih dari 1 m yang terdiri dari: 1)

Pondasi dari pasangan batu-bata. 2)

Pondasi dan pasangan batu kali/gunung. 3)

Pondasi dari beton bertulang terdiri dari pondasi pias, pondasi plat kaki, pondasi balok sloof. b.

Pondasi tidak langsung adalah pondasi yang kedalamannya lebih dari 1 m dan konstruksinya
tidak langsung pada penerimaan dinding atau gaya di atasnya, perencanaan ini di sesuaikan
dengan lapisan tanah yang terdiri dari: 1)

Pondasi umpak. 2)

Pondasi umpak dengan plat kaki. 3)


Pondasi sumuran. 11 4)

Pondasi tiang straus. 5)

Pondasi borect pile. 6)

Pondasi tiang pancang.

5.

Syarat-syarat yang harus di penuhi dalam perencanaan pondasi

Secara umum, pondasi harus memenuhi syarat stabilitas dan deformasi, sebagai berikut: a.

Kedalaman pondasi harus memadai, untuk menghindari pergerakan lateral dari bawah pondasi,
khususnya pada pondasi telapak. b.

Kedalaman harus berada di bawah daerah volume perubahan musiman yang disebabkan oleh
pergeseran, pencairan, atau pertumbuhan tanaman. c.

Sistem harus tahan terhadap guling, rotasi, gelincir, atau kegagalan kekuatan geser. d.

Sistem harus tahan terhadap korosi atau bahan lainnya yang mengurangi daya dukung. e.

Sistem harus mampu beradaptasi terhadap perubahan geometri konstruksi, atau perubahan
lapangan lainnya, dan mudah di modifikasi bila perlu perubahan. f.

Metode pelaksanaan pondasi sedapat mungkin dilaksanakan secara efisien dan ekonomis.
Disamping itu, pondasi juga harus memenuhi persyaratan lainnya, yakni: a.
Bentuk dan konstruksinya harus menunjukkan konstruksi yang kokoh dan kuat untuk
mendukung beban bangunan di atasnya. b.

Pondasi harus di buat dari bahan yang tahan lama, tidak mudah hancur sehingga kerusakan
pondasi tidak mendahului kerusakan bangunan di atasnya.

Kamis, 08 Januari 2009

PENGEMBANGAN KONSTRUKSI JALAN DI LAHAN GAMBUT

A. Latar Belakang Permasalahan


Daerah gambut di Indonesia sangat luas dan tersebar di pulau besar maupun kecil. Pada mulanya
daerah tanah gambut kurang diperhatikan dan tidak menarik secara ekonomi, tetapi karena
pertumbuhan penduduk dan perkembangan teknologi memaksa orang membangun di atas tanah
gambut. Hal ini sejalan dengan program pemerintah untuk membuka daerah terisolir dengan
pembangunan ruas jalan baru karena banyak ditemuinya potensi alam di bawah lahan tanah
gambut.
Penggunaan lahan gambut sebagai areal pembangunan baik pertanian, hunian, maupun
infrastruktur, termasuk jalan, akhir-akhir ini terlihat semakin menggejala. Sementara selama ini
orang membuat jalan di atas gambut dengan menggunakan alas rangkaian kayu gelondongan,
untuk memperbaiki daya dukung gambut dan menyeragamkan penurunan, sehingga memerlukan
pembabatan hutan.
Sebagian dari aktivitas itu berada di atas lahan tanah gambut dengan ketebalan yang bervariasi
dan memiliki daya dukung yang sangat rendah (extremely low bearing capacity). Akibatnya
banyak menimbulkan masalah bagi konstruksi yang harus dibangun di atas lapisan tanah gambut.
Umumnya diakibatkan oleh rendahnya daya dukung, sifat permeabilitas yang tinggi dan sifat
pemampatan (konsolidasi) yang sangat tinggi, terutama kompresi sekunder yang memakan
waktu lama. Tidak sedikit kerusakan jalan yang terjadi dalam waktu yang relatif lebih cepat dari
umur rencana dan seringkali memerlukan biaya yang cukup besar dalam rangka pembinaan jalan
pada lokasi tersebut.

B. Studi Pustaka
Gambut adalah tanah lunak, organik dan sangat sulit dipindahkan, serta mempunyai daya dukung
yang sangat rendah. Secara teknis tanah gambut tidak baik sebagai landasan karena memiliki
kompresibilitasnya tinggi. Gambut mengandung bahan organik lebih dari 30 %, sedangkan lahan
gambut adalah lahan yang ketebalan gambutnya lebih dari 50 cm. Lahan yang ketebalan
gambutnya kurang daripada 50 cm disebut lahan bergambut. Gambut terbentuk dari hasil
dekomposisi bahan2 organik seperti dedaunan, ranting serta semak belukar yang berlangsung
dalam kecepatan yang lambat dan dalam keadaan anaerob.
Berdasarkan ketebalannya, gambut dibedakan menjadi empat tipe :
1. Gambut Dangkal, dengan ketebalan 0.5 - 1.0 m
2. Gambut Sedang, memiliki ketebalan 1.0 - 2.0 m
3. Gambut Dalam, dengan ketebalan 2.0 - 3.0 m
4. Gambut Sangat Dalam, yang memiliki ketebalan melebihi 3.0 m
Selanjutnya berdasarkan kematangannya, gambut dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Fibrik, digolongkan demikian apabila bahan vegetatif aslinya masih dapat diidentifikasikan
atau telah sedikit mengalami dekomposisi.
2. Hemik, disebut demikian apabila tingkat dekomposisinya sedang.
3. Saprik, merupakan penggolongan terakhir yang apabila telah mengalami tingkat dekomposisi
lanjut.
Tanah Gambut secara umumnya memiliki kadar pH yang rendah, memiliki kapasitas tukar
kation yang tinggi, kejenuhan basa rendah, memiliki kandungan unsur K, Ca, Mg, P yang rendah
dan juga memiliki kandungan unsur mikro (seperti Cu, Zn, Mn serta B) yang rendah pula.
Pembangunan di daerah gambut, untuk mendapatkan stabilitas tanah yang baik membutuhkan
waktu yang relative lama (cara konvensional), yaitu dengan pre-loading. Salah satu alternatifnya
dengan membuat aliran vertical atau horizontal drainase pada tanah gambut itu sendiri selama
proses pre-loading berlangsung. Pre-loading dengan drainase ini dimaksudkan atau ditujukan air
yang termampatkan selama proses konsolidasi lebih cepat teralirkan sebagai akibatnya tanah
akan mengalami penurunan (settlement). Penurunan akibat pre-loading ini diharapkan dapat
mengurangi penurunan bangunan nantinya.
Besarnya pre-loading ini tergantung pada pembebanan bangunan yang akan diterima tanah
nantinya serta penurunan bangunan yang diizinkan tentunya. Proses drainase dapat dibantu
dengan pembuatan sumuran-sumuran yang berisi material sangat permeable (kerikil, pasir kasar,
kerakal) atau dengan bahan sintetis yang telah banyak digunakan. Diharapkan dengan proses
drainase seperti ini maka tanah akan cepat lebih stabil dan settlement yang akan datang tidak
melebihi batas-batas yang telah ditentukan.
Untuk konstruksi jalan diperlukan penelitian terhadap sifat-sifat teknik gambut yang
mencangkup daya dukung, besar dan waktu penurunan, ketebalan serta jenis tanah yang berada
dibawahnya. Indonesia memiliki lahan gambut seluas 27.000.000 ha terpusat di Pulau-pulau :
Kalimantan, Sumatera dan Irian Jaya.

C. Analisa dan Pembahasan


Masalah utama di areal gambut (peat) yang utama adalah sifatnya yang sangat compressible
dimana lapisannya akan memiliki potensi settlement (penurunan) yang sangat besar ketika
dibebani di atasnya. Semakin tebal lapisan gambutnya, semakin besar settlement yang dapat
terjadi.
Gambut di Indonesia (contoh Kalimantan) merupakan salah satu daerah yang memiliki lapisan
gambut yang besar di dunia (s.d 15-20m). Metode aplikatif yang dapat diterapkan berkaitan
dengan konstruksi suatu struktur di atasnya akan sangat bergantung pada beberapa aspek,
misalnya tebal gambut, daya dukung lapisan tanah di bawah gambut, sifat konstruksi di atasnya,
dan tentu saja properties dari gambut (peat) itu sendiri.
Jika lapisan gambutnya cukup tipis, 0-2m, cara yang paling gampang adalah dengan membuang
atau mengupas lapisan gambut tersebut dan menggantinya dengan material yang lebih baik. Jika
kedalamannya tidak terlalu dalam (3-4m), konstruksi dengan menggunakan cerucuk kayu
(dolken atau curdoray) dapat pula menjadi pilihan. Sedangkan jika lapisan gambutnya sangat
dalam atau tebal, maka konstruksi dengan tiang pancang maupun dengan menggunakan material
alternatif yang ringan seperti EPS (expanded polyesthyrine) dapat menjadi pilihan. Namun tentu
kita harus pula memperhitungkan segi biayanya pula.
Settlement pada gambut dapat pula di percepat dengan melakukan preloading ataupun dengan
menggunakan system vertical drain (PVD, sand drain, etc.). Metode aplikatif dapat dipilih jika
masalahnya sesuai dan telah melakukan analisis mendalam berdasarkan soil investigation yang
baik serta dengan menggunakan pendekatan yang tepat. Saat ini telah banyak software yang
dikembangkan untuk dapat memperhitungkan besarnya dan lamanya settelemnt yang akan terjadi
berdasarkan karakteristik lapisan gambut setempat
Untuk areal gambut luas yang akan dijadikan konstruksi jalan, biasanya dengan cara
memperbaiki areal tersebut dengan cara dikupas atau digali kemudian galian tersebut diisi
dengan lapisan tanah atau pasir yang lebih baik, dimana tanah yang telah diganti tersebut
dipampatkan dengan diberi beban diatasnya berupa tumpukan pasir atau tanah selama jangka
waktu tertentu.
Untuk mempercepat pemampatan lapisan tanah, ada beberapa cara yang dilakukan yaitu ada
yang menggunakan tiang pasir (vertical sand drain, contohnya pada proyek EXOR I di
Balongan) yang dipasang pada setiap jarak tertentu dan ada juga yang menggunakan sejenis
bahan sintetis yang dipasang vertical juga yang jaraknya tergantung kebutuhan (biasanya sekitar
1 ) yang dikenal dengan nama vertical wick drain.
Penggunaan vertical wick drain ada juga yang ditambah dengan bantuan pompa vakum untuk
mempercepat proses pemampatan tanah. Semua hal ini dilakukan untuk mengeluarkan air dan
udara yang mengisi pori-pori pada lapisan tanah. Proses pemampatan tanah ini ada juga yang
menggunakan sistem yang disebut dynamic consolidation yaitu dengan cara menjatuhkan beban
yang berat kelapisan tanah yang akan dipampatkan (system ini contohnya dipakai pada proyek
Kansai airport di Jepang dan Nice airport di Perancis yang mana arealnya berupa areal
reklamasi).
Untuk areal yang tidak luas, pondasi untuk equipment, ada yang langsung membangun
pondasinya (contohnya pondasi cakar ayam), yang mana setelah pondasinya terpasang baru
kemudian diberi beban diatasnya berupa tumpukan pasir atau tanah supaya terjadi pemampatan
sampai yang diinginkan baru kemudian dibangun konstruksi jalan yang ingin dipasang diatasnya.
Cara yang murah adalah dengan memakai dolken atau bambu berukuran diameter sekitar 8 cm
dan panjang antara 4 s.d 6 meter yang dipancang dengan jarak tergantung kebutuhan (biasanya
sekitar 30-40cm).
Sistem Pondasi untuk tanah lunak menggunakan metoda raft foundation (Pondasi Rakit) yaitu
Pondasi Sarang Laba-Laba. Pondasi sarang laba-laba ini pada dasarnya bertujuan untuk
memperlakukan sistem pondasi itu sendiri dalam berinteraksi dengan tanah pendukungnya.
Semakin fleksibel suatu pondasi (Pondasi Dangkal), maka semakin tidak merata stress tanah
yang timbul, sehingga terjadi konsentrasi tegangan di daerah beban terpusat. Sebaliknya semakin
kaku pondasi tersebut, maka akan semakin terdistribusi merata tegangan tanah yang terjadi yang
dengan sendirinya effective contact area pondasi tersebut akan semakin besar dan tegangannya
akan semakin kecil.
Pondasi sarang laba-laba ini memiliki kedalaman antara 1 s/d 1.5 meter, dan terdiri dari pelat rib
vertical yang berbentuk segitiga satu sama lainnya. Di antara ruang segitiga tersebut akan diisi
material tanah pasir yang dipadatkan (bisa sirtu). Selanjutnya di atas pelat tersebut akan di cor
pelat beton dengan tebal 150 s atau d 200 mm. Konstruksinya cukup sederhana dan cepat
dilaksanakan serta ekonomis.
Cara lain yang selama ini dipakai pada pembuatan jalan adalah pemakaian kanoppel atau galar
kayu sebagai perkuatan tanah dasar pada pembuatan jalan diatas tanah gambut cukup besar.
Banyaknya pembangunan jalan yang selama ini dikerjakan dengan memakai kanoppel tidak
lepas dari pertimbangan ekonomis mengingat fungsi jalan raya selalu berkaitan dengan dimensi
panjang yang melibatkan bahan perkerasan dengan jumlah yang cukup banyak.
Adanya alternatif lain untuk meningkatkan perkuatan tanah dasar yaitu dengan pemakaian
geotextile dapat memberikan pertimbangan lain secara ekonomis dan struktur. Geotextile
merupakan suatu bahan geosintetik yang berupa lembaran serat sintetis tenunan dan tambahan
bahan anti ultraviolet. Geotextile ini mempunyai berat sendiri yang relatif ringan dan dapat
diabaikan, akan tetapi mempunyai kekuatan tarik yang cukup besar untuk menerima beban
diatasnya. Keunikan utama geotextile adalah konsistensi kualitas sebagai produk industri
permanen dan sangat kompetitif dalam harganya, namun relatif mudah dan murah
penerapannnya untuk perkuatan tanah dasar, serta hasil akhir yang memiliki kelebihan antara
lain:
• Menjaga penurunan tanah dasar yang lebih seragam.
• Meningkatkan kekuatan tanah dasar dan memperpanjang umur sistem.
• Mengurangi ketebalan agregat yang dibutuhkan untuk menstabilkan tanah dasar.
Pemakaian kanoppel dan geotextile ini diharapkan akan memberikan
keuntungan antara lain :
• Memberikan lantai kerja bagi kendaraan konstruksi untuk pelaksanaan penimbunan
selanjutnya.
• Mencegah kontaminasi dan kehilangan material timbunan.
• Mengurangi volume material timbunan dan biaya.
Dari beberapa pengamatan yang menyimpulkan secara kasar bahwa biaya
awal geotextile lebih tinggi dibandingkan dengan pemakain kanoppel atau galar kayu.

D. Kesimpulan
Kondisi jalan di lahan gambut umumnya masih belum memuaskan, termasuk Jalan Nasional
yang masih banyak dalam kondisi rusak atau rusak berat. Hal ini antara lain disebabkan karena :
1) Masih banyak jalan di lahan gambut yang masih berupa jalan tanah, sehingga sangat sensitif
terhadap pengaruh air, baik air hujan yang jatuh dipermukaan jalan, air yang melimpas
permukaan jalan karena drainase yang kurang baik, maupun pengaruh dari air tanah, yaitu air
yang muncul dari bawah permukaan jalan.
2) Tanah dasar yang kurang baik, misalnya tanah lunak pada gambut yang daya dukungnya
sangat rendah, tanah yang banyak mengandung lempung sehingga mudah menjadi cair atau
bubur apabila kena air.
3) Jenis-jenis penanganan yang dapat diterapkan pada pembangunan untuk konstruksi jalan di
atas tanah gambut secara umum adalah sebagai berikut:
- Perbaikan sifat tanah
- Timbunan ringan
- Pemasangan matras
- Tiang pancang

Diposkan oleh Private Blog Memories of Arie_Yona... di Kamis, Januari 08, 2009


Label: Review, Teknik Sipil

Anda mungkin juga menyukai