Anda di halaman 1dari 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dosis Pengertian dosis Dosis adalah jumlah atau takaran obat yang diberikan kepada

pasien dalam satuan berat, isi (volume) atau unit. Dosis obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek farmakologi obat (Jas, 2009). 1. Menjelaskan mengenai Dosis Obat a. Dosis terapi/medicinalis/therapeutica/lazim Takaran obat yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan penderita. Untuk mendapatkan ukuran dosis terapi yang dapat memberikan efek terapi yang efektif, perlu dilakukan pengukuran presentase efek terapi yang diharapkan pada penderita atau pada hewan percobaan (Syamsuni, 2006). Misalnya untuk mengukur dosis terapi obat tidur A, obat tersebut diberikan kepada sejumlah hewan percobaan dengan berbagai ukuran dosis, kemudian dihitung jumlah hewan yang tertidur setengah jam setelah obat diberikan. Dosis yang menyebabkan efek tidur pada 50% hewan percobaan disebut ED-50. Dosis yang menyebabkan efek tidur pada 10% hewan percobaan disebut ED-10 dan mungkin saja ada ED-1, ED-20, ED-99, ED-100 (Syamsuni, 2006). b. Dosis minimal Rentang jumlah obat terkecil yang dibutuhkan penderita dewasa untuk satu kali minum atau jangka waktu tertentu secara peroral untuk mendapatkan efek terapi (Setiawati et al., 2009). c. Dosis maksimal Takaran obat terbesar yang diberikan yang masih dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan keracunan pada penderita (Syamsuni, 2006). Daftar dosis maksimum yang digunakan untuk orang dewasa yang berumur 20-60 tahun dengan bobot badan 58-60 kg. Ada beberapa ketentuan untuk dosis maksimum, yaitu: 1) Untuk orang lanjut usia yang keadaan fisiknya sudah mulai menurun, dosis yang diberikan harus lebih kecil daripada dosis maksimum, seperti aturan dibawah ini: a) 60-70 tahun = 4/5 dosis dewasa b) 70-80 tahun = 3/4 dosis dewasa c) 80-90 tahun = 2/3 dosis dewasa d) >90 tahun = 1/3 dosis dewasa 2) Untuk wanita hamil yang peka terhadap obat-obatan, sebaiknya obat diberikan dalam jumlah yang lebih kecil. Bahkan, beberapa obat yang dapat mengaibatkan abortus dan kelainan janin dilarang penggunaannya. Wanita menyusui juga tidak boleh menggunakan menggunakan obat-obat tersebut karena obat dapat diserap oleh bayinya melalui air susu ibu (ASI) (Syamsuni, 2006). 3) Pemberian obat untuk anak-anak dibawah 20 tahun membutuhkan perhitungan

khusus karena respons tubuh anak atau bayi terhadap obat tidak dapat disamakan dengan orang dewasa (Syamsuni, 2006). 4) Ada tiga macam bahan obat luar yang memiliki dosis maksimal, yaitu naftol, guaiakol, dan kreosot untuk kulit, sublimat untuk mata, serta iodoform untuk obat kompres (Syamsuni, 2006). d. Dosis toksik Rentang jumlah terkecil dari obat yang dapat menimbulkan gejala keracunan pada penderita dewasa (Setiawati et al., 2009). e. Dosis letal Takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan kematian pada penderita (Syamsuni, 2006). Dosis letalis terdiri atas (Dirckx, 2005): 1) LD-05 (dosis letal minimum) Takaran yang menyebabkan kematian pada 5% hewan percobaan. 2) LD-50 (dosis letal median) Takaran yang menyebabkan kematian pada 50% hewan percobaan. 3) LD-100 (dosis letal absolute) Takaran yang menyebabkan kematian pada 100% hewan percobaan. f. Dosis muatan (loading dose) Sejumlah obat yang digunakan untuk memacu percepatan waktu penyampaian kadar efektif minimum (Setiawati et al., 2009). g. Dosis berganda (multiple dose) Tujuan pemberian obat dosis berganda adalah untuk memperpanjang aktivitas terapeutik, karena kadar obat dalam plasma harus dipertahankan untuk mencapai efektivitas klinis yang optimal. Kadar efektif minimum antibiotic yang diinginkan dapat ditentukan agar berada dalam batasan kadar plasma terapeutik minimum dan kadar plasma non-toksik minimum (Dalimunthe, 2008). h. Dosis tunggal (single dose) Pola pemberian obat satu kali sudah mampu memberikan efek terapi dengan efektif secara klinik (Setiawati et al., 2009). i. Dosis awal (initial dose) Dosis yang diberikan pada awal suatu terapi sampai tercapai kadar kerja yang diinginkan secara terapi (Setiawati et al., 2009). j. Maintenance dose Sejumlah obat yang diberikan dengan tujuan untuk dapat menjaga kadar obat dalam tubuh tertentu pada periode tertentu (Setiawati et al., 2009). k. Obat ideal Kadar obat yang dapat menimbulkan efek terapi pada semua tanpa menimbulkan efek toksik pada seorangpun pasien (Setiawati et al., 2009).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DOSIS OBAT Dosis obat yang diberikan kepada penderita dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor obat, cara pemberian obat tersebut dan penderita. Terutama faktor-faktor penderita seringkali kompleks sekali, karena perbedaan individual terhadap respon obat tidak selalu dapat diperkirakan. Ada kemungkinan ketiga faktor tersebut di bawah ini didapati sekaligus.

Faktor Obat 1. Sifat fisika : daya larut obat dalam air/lemak, kristal/amorf, dsb. 2. Sifat kimiawi : asam, basa, garam, ester, garam kompleks, pH, pKa. 3. Toksisitas : dosis obat berbanding terbalik dengan toksisitasnya. Cara Pemberian Obat Kepada Penderita 1. Oral : dimakan atau diminum 2. Parenteral : subkutan, intramuskular, intravena, dsb 3. Rektal, vaginal, uretral 4. Lokal, topikal 5. Lain-lain : implantasi, sublingual, intrabukal, dsb Faktor Penderita 1. Umur : neonatus, bayi, anak, dewasa, geriatrik 2. Berat badan : biarpun sama-sama dewasa berat badan dapat berbeda besar 3. Jenis kelamin : terutama untuk obat golongan hormon 4. Ras : slow & fast acetylators 5. Toleransi 6. Obesitas : untuk obat-obat tertentu faktor ini harus diperhitungkan 7. Sensitivitas individual 8. Keadaan pato-fisiologi : kelainan pada saluran cerna mempengaruhi absorbsi obat,penyakit hati mempengaruhi metabolisme obat, kelainan pada ginjal mempengaruhi ekskresi obat. A. ED5 dan LD50 ED50 (dosis efektif 50%) adalah dosis suatu zat berkhasiat, dalam suatu kelompok hewan percobaan 50% menunjukkan efek yang di inginkan. ED50 juga sering disebut dengan dosis terapi median atau dosis efektif median yaitu dosis yang menimbulkan efek terapi pada 50 % individu (Schmitz, 2008).

LD50 (dosis letal median 50) yaitu suatu dosis yang dapat membunuh 50% dari sekelompok binatang percobaan. Nama lain dari LD 50 adalah dosis letal median ialah dosis yang menimbulakan kematian pada 50% individu. LD50 ditentukan dengan memberikan obat dalam dosis yang bervariasi (bertingkat) kepada sekelompok binatang percobaan. LD50 secara statistik menyatakan bahwa dosis ini akan membunuh binatang-binatang dengan sensitivitas yang rata-rata hampir sama. LD50 merupakan hasil dari suatu pengujian dan bukanlah pengukuran kuantitatif. LD50 bukanlah nilai mutlak dan akan bervariasi dari satu laboratorium ke laboratorium lain, dan malahan pada laboratorium yang sama akan berbeda hasilnya setiap kali dilakukan percobaan (Rahardjo, 2009). B. Hubungan dosis intensitas efek obat 1. Efikasi (efficacy). Efikasi adalah respon maksimal yang dapat ditimbulkan suatu obat jika diberikan pada dosis yang tinggi. Efektifitas ini ditentukan oleh aktivitas intrinsik obat. Efikasi tergantung pada jumlah kompleks obat-reseptor yang terbentuk dan efisiensi reseptor yang diaktifkan dalam menghasilkan suatu kerja seluler. (Tanu, 2009).

2. Potensi. Potensi yang disebut juga kosentrasi dosis efektif yang menunjukkan kisaran dosis obat yang menimbulkan efek, yaitu suatu ukuran berapa banyak obat dibutuhkan untuk menghasilkan suatu respon tertentu. Makin rendah dosis yang dibutuhkan untuk suatu respon yang diberikan, makin poten obat tersebut. Potensi paling sering dinyatakan sebagai dosis obat yang memberikan 50% dari respon maksimal (ED50). Obat dengan ED50 yang rendah lebih poten daripada obat dengan ED50 yang lebih besar. (Tanu, 2009).

3. Slope kurva dosis-respons. Slope kurva dosis-respons bervariasi dari suatu obat ke obat lainnya. Suatu slope yang curam menunjukkan bahwa suatu peningkatan dosis yang kecil menghasilkan suatu perubahan yang besar . (Tanu, 2009).

4. Variasi Biologik.Variasi biologik adalah variasi antar individu dalam besarna respons terhadap dosis obat yang sama pada populasi yang sama (Tanu, 2009). DAFTAR PUSTAKA Tanu, Ian. 2009.Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Schmitz, Gery. 2008. Farmakologi dan Toksikologi. Jakarta : EGC Rahardjo, Rio.2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Ed ke 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai