Anda di halaman 1dari 2

TUGAS BAHASA INDONESIA CERPEN (CERITA PENDEK)

NAMA KELAS SEKOLAH : : : SDN II Rancaekek

Takdir Roib

Siang hari, udara terasa panas. Membakar apa saja yang disentuhnya. Rumah Roib yang sempit gerah. Terdengar teriakan anak-anak kecil Roib tidak peduli. Dia asyik mendengarkan uyon-uyon dari salah satu radio swasta. Tiap hari Jumat sejak di-PHK, Roib rutin leyeh-leyeh mendengarkan musik tradisional Jawa. Jika sudah begitu hatinya tenteram seperti diguyur es satu ember. Pak, Bapak. Tono tertabrak mobil, itu ... kepalanya bocor. Teriakan Nanung anak sulung Roib mengagetkan laki-laki itu. Dia cepat-cepat membebatkan kain sarungnya supaya tidak melorot kemudian bergegas ke mulut gang. Tampak anak-anak berkumpul. Tono menangis. Dilihatnya kepala bagian belakang anak keduanya itu mengeluarkan darah. Kamu tertabrak di mana? Dengan cemas Roib memegangi kepala Tono. Dekat rental yang di prapatan warung Bang Rusmar, Pak. Tono menyeberang dari arah rental dengan Jupri. Tiba-tiba ada mobil dari tikungan, karena kami terlanjur lari kami tertabrak. Jupri luka-luka di kakinya. Sebentar, yang menabrak kalian siapa? Ibu-ibu yang tinggal di kompleks. Kamu tahu rumahnya? Tahu. Roib berniat mendatangi rumah ibu yang menabrak Tono, ketika akan berangkat tiba-tiba terdengar suara perempuan. Mana tadi anak yang tertabrak mobil saya. Oh, ibu rupanya yang menabrak anak saya. Roib cepat-cepat mendatangi ibu muda yang mengaku menabrak Tono.

Begini Pak, tadi sewaktu saya menikung tiba-tiba anak bapak dengan satu temannya berlari dari arah rental. Untung saya langsung mengerem mobil, kalau tidak saya sendiri tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi. Kenapa ibu meninggalkan anak saya yang terluka? Roib mulai emosi. Justru saya akan membawa mereka ke dokter tetapi mereka berdua lari. Sekarang mari kita ke dokter. Tolong Bapak cari anak yang satunya lagi. Roib segera mencari Jupri. Anak tetangganya itu luka-luka di kaki dan lututnya. Ibu muda yang mengaku bernama Rini itu membawa mereka ke rumah sakit terdekat, sedangkan Jupri tidak perlu dijahit karena luka di kaki dan lututnya ringan. Dokter juga memberi obat antibiotik. Semua biaya pengobatan ditanggung oleh ibu muda itu. Tidak hanya sebatas pengobatan, si ibu muda juga memberikan uang dua ratus ribu rupiah kepada Robi dan ayah Jupri. Masih ditambah kata-kata seperti ini, Pak kalau ada apa-apa dengan Tono dan Jupri tolong beritahu saya. Misalnya demam atau ada infeksi. Benar ya, jangan sampai terlambat. Saya takut terjadi infeksi atau gegar otak. Roib manggut-manggut. Uang dua ratus ribu rupiah merupakan rejeki yang tidak diduganya. Hatinya senang menerima pemberian itu, dia tidak mau munafik. Jadi kecelakaan yang menimpa Tono justru membawa rezeki bagi dirinya sebagai kepala keluarga.

Oleh: Pudji Indriani K dalam Hati Seorang Ibu Dari www.google.com

Anda mungkin juga menyukai