Anda di halaman 1dari 361

Penyusun : 1. Saiful Islam 2. Bungkus Sasongko Purnomo 3. Linggo Supranggono 4. Agus Hendartono 5.

Hafez Aditya

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah S.W.T atas segala

rahmat dan hidayahnya

sehingga kami dapat menyelesaikan draft modul Manajemen of Spending Authority (MoSA) ini sesuai waktu yang direncanakan. Draft modul Manajemen of Spending Authority atau yang biasa dikenal dengan Manajemen Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) ini merupakan hasil kajian dari proses bisnis dalam kewenangan Ditjen Perbendaharaan yaitu Mekanisme Pelaksanaan Anggaran. Draft modul Manajemen DIPA merupakan kajian terhadap pelaksanaan manajemen DIPA di Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Dalam modul ini akan diuraikan mekanisme manajemen DIPA saat ini, menganalisis dari sisi pelaksanaannya serta kemudian memberikan masukan tentang rancangan manajemen DIPA di masa mendatang berikut strategi penerapannya. Penyusunan Draft Modul MoSA ini merupakan salah satu bagian dari tugas pokok dan fungsi Direktorat Transformasi Perbendaharaan. Penyusunan modul ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk menggali lebih jauh mengenai mekanisme penerbitan DIPA dan hubungannya dengan berbagai subsistem dalam Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara. Sedangkan bagi Direktorat Transformasi Perbendaharaan khusunya bagi penyusun, draft modul ini diharapkan mampu memberikan motivasi untuk selalu memperbaiki diri dan terbuka bagi segala masukan dan kritikan yang membangun. Penyelesaian draft modul Manajemen DIPA ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu Tim Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya dalam penyelesaian modul ini, khususnya kepada Direktur Transformasi Perbendaharaan atas bimbingan dan masukannya sehingga draft modul ini dapat diselesaikan.

ii

Terakhir, dengan kerendahan hati penyusun menyadari draft modul ini jauh dari kesempurnaan, berbagai sudut pandang yang ada sangat kami butuhkan untuk selalu memperbaiki analisis kami atas berbagai permasalahan yang ada. Oleh karena itu maka penyusun sangat membuka bagi setiap masukan dan kritik yang membangun. Sekian dan Terimakasih.

a.n Tim Penyusun Kasubdit TPBI

Saiful Islam, MBA

iii

DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Ruang Lingkup C. Tujuan dan Manfaat D. Metode Penulisan BAB II LANDASAN KONSEPTUAL A. Tinjauan Literatur B. International Practices BAB III GAMBARAN UMUM MANAJEMEN DIPA EXISTING A. Dasar Hukum B. Pengertian Umum C. Format DIPA D. Proses Bisnis E. Exception dalam Manajemen DIPA F. Permasalahan Terkait Manajemen DIPA BAB IV MANAJEMEN DIPA FUTURE A. Visi dan Misi B. Fitur Oracle (ERP SPAN) dalam Manajemen DIPA C. Manajemen DIPA diluar ERP Pemberian DIspensasi (UP dan Akun) D. Area of Improvement Manajemen DIPA Future E. Usulan Format Baru DIPA BAB V KONEKSITAS PENGEMBANGAN BISNIS PROSES DAN STRATEGI IMPELEMENTASI A. Koneksitas Pengembangan Proses Bisnis MoSA B. Strategi Implementasi BAB VI PENUTUP DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
iv

iv 1 1 2 2 3 5 5 20 28 28 30 52 56 64 66 72 72 74 83 85 140

150 150 151 157 158 161

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Selama beberapa dekade sebelum disahkannya peraturan perundangundangan terkait penganggaran dan keuangan negara, Indonesia menggunakan sistem pengelolaan keuangan berdasarkan peraturan yang dibuat oleh pemerintah kolonial. Dengan perkembangan pelaksanaan keuangan pemerintah di berbagai negara dan tuntutan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, mendorong pemerintah Indonesia untuk melakukan reformasi pengelolaan keuangan negara. Diterbitkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 merupakan komitmen bersama dalam memperbaiki sistem penganggaran negara. Pelaksanaan peraturan keuangan negara perlu didukung oleh sistem manajemen penggaran dan perbendaharaan yang menunjang pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan oleh pengelola keuangan baik oleh chief financial officer (CFO) sebagai Bendahara Umum Negara maupun chief operating officer (COO) sebagai pengguna anggaran. Sebagai tindak lanjut penerapan sistem manajemen

penganggaran maka diluncurkan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN) sebagai wadah dalam menerapkan sistem manajemen penganggaran dan

perbendaharaan negara. Modernisasi pengelolaan keuangan pemerintah memerlukan dukungan sistem informasi yang handal dan terintegrasi, mulai dari perencanaan anggaran, perbendaharaan dan pelaksanaan anggaran, pengelolaan utang, maupun pelaporan dan pengawasan. Sebagai bagian dari reformasi di bidang keuangan sejak tahun 2004 Departemen Keuangan telah merencanakan untuk melakukan reformasi sistem informasi, khususnya di bidang perbendaharan dan penganggaran. Rencana tersebut akan dibiayai dengan pinjaman dari Bank Dunia dalam payung Government Financial
1

Management and Revenue Administration Project (GFMRAP) di Departemen Keuangan. Salah satu unsur utama dalam GFMRAP tersebut adalah proyek Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN). SPAN adalah proyek jangka panjang yang menempatkan Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan Direktorat Jenderal Anggaran sebagai leading institutions, meliputi pembangunan sistem perbendaharaan dan anggaran negara yang sesuai dengan best practices yang diharapkan, dengan didukung oleh sistem informasi yang modern, baik yang terkait dengan software maupun hardware, melibatkan dan menghubungkan sistem informasi perbendaharaan dan anggaran di beberapa Eselon I di Departemen Keuangan, lima kementrian/lembaga negara di pusat, DPR, seluruh KPPN dan institusi pemerintah lainnya yang ditetapkan. Sistem pelaksanaan anggaran harus memenuhi sasaran dari Public Expenditure Management (PEM) yaitu pengawasan pengeluaran secara menyeluruh, alokasi strategis dan efisiensi pelaksanaan. Dalam sistem pelaksanaan anggaran sebelumnya mengacu pada : fokus pada kepatuhan dan meyakinkan penerapan disiplin fiskal B. Ruang Lingkup Tulisan ini akan membatasi pembahasan pada permasalahan yang berkaitan langsung dengan proyek SPAN sesuai dengan dokumen penawaran (bidding document) yang telah disusun. Beberapa hal yang akan dibahas antara lain proses allotment, annual financial plan dan cash limit C. Tujuan dan Manfaat Pembaharuan proses pelaksanaan anggaran agar sesuai dengan tuntutan masyarakat yaitu keterbukaan, efisiensi dan sebagai sarana mencapai kesejahteraan memerlukan format yang modern namun tetap disesuaikan dengan tingkat kesiapan para penyelenggara secara keseluruhan agar tujuan akhir untuk peningkatan kesejahteraan dapat dicapai. Berdasarkan kondisi yang ada dari satuan kerja dan harapan di masa mendatang perlu disusun konsep pelaksanaan anggaran yang komprehensif namun tetap mengakokomodasi keadaan-keadaan tertentu yang tidak terdapat dalam pelaksanaan di negara lain yang sudah maju. Tulisan ini bertujuan
2

untuk mendefinisikan visi dan tujuan yang akan dicapai dari pelaksanaan Management of Spending Authority (MoSA) serta bagaimana kondisi pelaksanaan anggaran saat ini untuk dilakukan penyesuaian dengan konsep yang ada dalam SPAN.

D. Metode Penulisan Metode penulisan dalam modul ini dimulai dari penjelasan mengenai latar belakang penulisan, ruang lingkup penulisan, tujuan dan manfaat serta metodologi penulisan. Kemudian akan dijelaskan mengenai landasan konseptual dalam manajemen DIPA baik yang berasal dalam literatur maupun best practice internasional sebagai dasar pemikiran untuk pengembangan manajemen DIPA future. Langkah selanjutnya yaitu analisis terhadap Manajemen DIPA existing, hal ini dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihannya serta menentukan pada titik-titik mana yang memerlukan perbaikan. Berdasarkan analisis terhadap Mananajemen DIPA existing, modul ini akan berusaha menguraikan bagaimana seharusnya Manajemen DIPA future baik dalam tataran konsep maupun bisnis prosesnya. Tabel I Metodologi Penulisan

JUDUL BAB BAB I PENDAHULUAN

KETERANGAN A. Latar Belakang pembahasan Manajemen DIPA B. Ruang Lingkup Pembahasan C. Tujuan dan Manfaat D. Metode Penulisan

BAB II LANDASAN KONSEPTUAL

A. Tinjauan Literatur tentang manajemen DIPA yang akan membahas tentang teori dan best practice manajemen DIPA di dunia. B. International Practice akan membahas tentang manajemen anggaran di beberapa negara

BAB III GAMBARAN UMUM MANAJEMEN DIPA EXISTING

A. Manajemen DIPA saat ini baik dari sisi peraturan yang mendasarinya, bisnis prosesnya dan exceptionexception dalam Manajemen DIPA saat ini. B. Assesment manajemen DIPA yang berlaku saat ini sehingga dapat mengetahui kekurangan dan

kelebihannya. BAB IV MANAJEMEN DIPA FUTURE A. Visi dan Misi B. C. Fitur Oracle (ERP SPAN) dalam Manajemen DIPA Areas of Improvement Manajemen DIPA Future

D. Proses Bisnis Manajemen DIPA Future E. BAB V KONEKSITAS PENGEMBANGAN PROSES STRATEGI IMPLEMENTASI BAB VI PENUTUP Kesimpulan dan saran untuk proses pada tahap selanjutnya BISNIS Proses Bisnis MoSA Kedepan (alur dan Penjelasan)

Identifikasi potensi permasalahan dalam penerapan future Management of Spending Authority (MoSA) serta strategi yang akan dilakukan dalam rangka mewujudkan DAN proses bisnis tersebut.

BAB II LANDASAN KONSEPTUAL

Bab ini akan membahas beberapa pengertian terkait dengan manajemen pelaksanaan anggaran serta beberapa konsep yang diterapkan oleh negara lain sebagai bahan perbandingan dalam pelaksanaan anggaran di masa mendatang. Peningkatan manajemen pelaksanaan anggaran berdasarkan UU No. 1 Tahun 2004 pasal 7 angka 2 huruf (c) yaitu Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara berwenang melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran negara. Tugas dimaksud dilaksanakan dengan mengoptimalkan peran DIPA bukan hanya sebagai dokumen alokasi pagu bagi suatu satuan kerja namun juga sebagai alat kontrol dalam pengeluaran anggaran oleh satuan kerja.

A. Tinjauan Literatur 1. Pentingnya Manajemen Pelaksanaan Anggaran Pelaksanaan anggaran (budget execution) adalah tahapan pada saat sumber daya digunakan untuk implementasi kebijakan dikaitkan dengan anggaran yang disediakan. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dalam pelaksanaan anggaran adalah implementasi anggaran yang formulasinya disusun dengan baik namun pelaksanaannya jelek, namun tidak memungkinkan untuk

mengimplementasikan anggaran yang formulasinya buruk dengan baik. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan rencana penganggaran yang baik sesuai dengan rangkaian proses yang telah disusun. Namun proses pelaksanaan anggaran bukan mekanisme yang sederhana untuk memastikan kepatuhan pelaksanannya berjalan sesuai dengan program awal. Bahkan dengan sistem yang direncanakan dengan baik, adanya perkembangan ekonomi makro yang tidak diharapkan dapat terjadi selama tahun anggaran berjalan akan tercermin dalam pelaksanaan anggaran. Tentunya perubahan-perubahan yang ada
5

seharusnya diakomodasi sesuai dengan sasaran kebijakan awal secara konsisten, untuk menghindari permasalahan pada kegiatan yang akan dilaksanakan dan manajemen proyek yang telah disusun. Keberhasilan pelaksanaan anggaran tergantung sejumlah faktor lain, seperti kemampuan menyesuaikan dengan perubahan-perubahan dalam ekonomi makro dan kapasitas implementasi/kemampuan penyesuaian dari pelaksana (satker K/L) bersangkutan. Pelaksanaan anggaran melibatkan sejumlah besar pelaku yang dimulai dari persiapan anggaran dan kedua proses tersebut dilibatkan untuk memastikan bahwa perencanaan anggaran ditransmisikan dengan benar dan untuk memperhitungkan umpan balik dari pengalaman yang terjadi dalam implementasi anggaran (Allen, R, dkk, 2001). Pelaksanaan anggaran yang efisien mencakup: (i) kepastian bahwa anggaran akan diimplementasikan sesuai dengan otorisasi yang diperoleh dari UU baik aspek yang terkait dengan keuangan dan kebijakan; (ii) mengadaptasi/menyesuaikan pelaksanaan anggaran terhadap perubahan-perubahan yang signifikan dalam ekonomi makro; (iii) mengatasi masalah yang muncul selama implementasi dan (iv) mengatur/manajemen dalam pembelanjaan dan penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif. 2. Sistem Pelaksanaan Anggaran Allen, R dan Tommasi, D, (2001) menyatakan bahwa siklus pelaksanaan anggaran (The Budget Execution Cycle ) terdiri dari tahap : a. Apportionment dari anggaran yang telah disahkan dan pemberian dana kepada satuan kerja b. Komitmen c. Penerimaan (acquisition) dan verifikasi (tahap pengenalan liabiliti) d. Pengeluaran permintaan pembayaran e. Pembayaran Terkait dengan Management of Spending Authority (MoSA) maka siklus anggaran akan terfokus pada tahap otorisasi dan pengalokasian. Setelah anggaran disetujui oleh lembaga legislatif, satuan kerja diberikan kewenangan untuk membelanjakan
6

uang melalui berbagai mekanisme, seperti warrant dari kementerian keuangan, keputusan-keputusan dan rencana alokasi. Otorisasi ini pada umumnya diberikan untuk sepanjang tahun anggaran, namun untuk beberapa negara persemakmuran diberikan untuk periode yang lebih singkat (otorisasi untuk membelanjakan dana untuk belanja barang dan jasa diberikan secara kuartalan). Dalam beberapa negara, prosedur otorisasi terdiri dari dua langkah : a. Warrant memberikan kewenangan kepada kementerian untuk menggunakan anggaran yang telah disahkan atau bagian dari anggaran yang telah disahkan tersebut. b. Kementerian (satuan kerja utama) memberikan/membagi dana yang telah disahkan untuk dibelanjakan oleh satuan kerja di bawahnya. Kementerian keuangan dapat menggunakan prosedur otoriasi ini untuk menunda sebagian dari dana yang telah disahkan untuk digunakan oleh satuan kerja. Suatu prosedur dapat mengindikasikan manajemen penganggaran yang bijaksana, namun dalam penerapannya sering timbul dari kenyataan bahwa terdapat proses yang sulit dari perencanaan anggaran menjadi pelaksanaan anggaran. Proses penganggaran seharusnya segera mengalokasikan pagu yang sudah disetujui kepada satuan kerja. Namun dibeberapa negara prosedur pengesahan dapat menghabiskan waktu sampai beberapa minggu. Khususnya beberapa negara yang menggunakan konsep Perancis (francophone), dana-dana yang dialokasikan kepada satuan kerja yang lokasinya jauh hanya dapat disediakan pada kuartal kedua tahun anggaran berjalan. Hal ini tentunya secara umum akan menjadi sumber inefisiensi utama yang seharusnya diatasi. Sedangkan Thompson, F, dan Zumeta, W, (1981) memberikan pernyataan bahwa Budget Execution memiliki dua fase : a. Pengeluaran oleh pemerintah dalam suatu tahun anggaran dimulai dengan membelanjakan alokasi yang diterimanya. Pengawasan pemerintah pusat bertujuan meyakinkan bahwa pengeluaran yang dilaksanakan sesuai dengan rencana. Jangka waktu pengeluaran dilaksanakan melalui sistem allotment baik bulanan atau triwulanan. Lembaga yang melaksanakan pengeluaran dilarang menciptakan kewajiban melebihi allotment. Lebih jauh lembaga yang
7

melaksanakan pengawasan meneliti semua permintaan transfer dari waktu ke waktu antar rekening untuk beberapa pengeluaran yang digunakan; b. Audit dan evaluasi setelah tahun anggaran berakhir, lembaga pencatat diaudit melaksanakan verifikasi atas akurasi laporan pengeluaran berdasarkan peraturan hukum berlaku. Evaluasi ex post dapat dilakukan untuk

memverifikasi apakah target yang dibuat sesuai dengan hasil yang dicapai. Proses penganggaran pemerintah pusat dapat berlangsung lama sehingga setiap lembaga baik pengguna anggaran, pengevaluasi dan sebagainya terlibat dalam suatu siklus yang secara simultan terdiri atas fase yang multi proses. Kejadiankejadian yang timbul antara lain perubahan harga, proyeksi penerimaan akan berpengaruh terhadap proses tersebut. Sehingga pengertian, komitmen dan ekspektasi secara konstan direvisi seperti estimasi dan pengawasannya. Komponen yang spesifik, kejadian dan waktu dari proses penganggaran tentunya tidak identik di setiap tempat. Namun kegiatan penganggaran dimaksud tetap merupakan hal yang spesifik dengan peran, struktur, fase serta kegiatan serta tidak masalah dimana hal tersebut dilakukan (suatu negara). Hampir semua analis anggaran dan pengujinya berpendapat bahwa proses pengeluaran/pelaksanaan anggaran memerlukan waktu lebih panjang daripada proses persiapan penganggaran. Konsep pengawasan memiliki banyak arti apabila diterapkan pada pelaksanaan penganggaran. Hal itu dapat berarti memangkas perkiraan-perkiraan yang direncanakan karena tidak adanya dana, mengurangi rencana pengeluaran dalam proses pelaksanaan anggaran atau mengimplementasikan kebijakan tertentu terhadap suatu kegiatan atau pelaksana kegiatan. Namun para pejabat yang terkait dengan pengawasan mengharapkan adanya keseimbangan anggaran dengan mengontrol suatu ketidakpastian yang mungkin timbul (Wildavsky, 1975, pp. 118-119). Oleh karena itu dalam sektor publik, pengawasan terhadap pengeluaran memiliki tiga manfaat : efisiensi (manajemen kontrol/pengawasan), memastikan kepatuhan sesuai dengan persetujuan parlemen (kontrol politik) dan keseimbangan anggaran (kontrol anggaran).
8

3. Overspending and Underspending Kelebihan penggunaan (overruns) pembayaran terkadang disebabkan karena ketidakpatuhan pengelola anggaran dengan jumlah pagu (spending limits) yang telah ditentukan dalam anggaran yang terjadi pada saat pengeluaran dibuat komitmennya. Karena dana yang dialokasikan kepada satuan kerja untuk pengeluaran yang telah disetujui biasanya dikontrol maka kelebihan ini menyebabkan tunggakan. Kelebihan sering terjadi sebagai hasil mekanisme pengeluaran off-budget (pembayaran dari rekening khusus, neraca below-theline). Pada beberapa negara, prosedur pengeluaran dapat menjadi tidak praktis sehingga pengaturan yang dikecualikan dibuat untuk memangkas prosedur tersebut. Pembayaran yang dibuat melalui prosedur pengecualian ini tidak dikontrol sesuai dengan pengesahan dana (appropriation) sehingga menjadi penyebab penting terjadinya kelebihan penggunaan. Kepatuhan yang kurang dapat diatasi melalui penguatan sistem audit dan sistem pelaporan serta meyakinkan pengawasan pelaksanaan anggaran. Penganggaran yang

komprehensif diperlukan dan prosedur yang dikecualikan seharusnya dihindari dalam beberapa negara hal ini membutuhkan penyederhanaan sistem. Kelebihan dapat terjadi karena kurang efisiennya pembahasan anggaran dan underspending dapat terjadi karena tidak tercukupinya alokasi dana dalam perencanaan anggaran dan program. Perkembangan pelaksanaan pengeluaran anggaran yang mengalami kesulitan karena faktor perencanaan dapat diberikan fleksibilitas untuk realokasi dana dalam pelaksanaan keseluruhan program. Beberapa hal yang memungkinkan penyebab overspending : - Berlanjutnya komitmen dalam investasi - Pembayaran gaji yang melampaui pagu - Dampak inflasi - Keputusan atau peraturan yang diambil oleh pemerintah atau DPR yang berakibat terhadap sektor keuangan

- Kekurangan dana pada rekening khusus pemerintah disebabkan pengeluaran yang tidak memenuhi syarat - Anggaran yang dianggarkan berlebihan serta proyeksi penerimaan yang tidak realistis - Perencanaan keuangan yang terlalu optimisits yang tidak mempertimbangkan jangka waktu yang diperlukan untuk pengadaan atau mobilisasi dana dari luar

4. Assuring Financial Compliance (Allen, R, dkk, 2001) a. Release of funds Instrumen yang digunakan oleh Menteri Keuangan untuk memberikan suatu otoritas kepada pengelola anggaran dalam melakukan pengeluaran berbeda antar negara (penerbitan warrant dan pemberitahuan rencana pelaksanaan

anggaran/budget implementation plan). Hal ini penting bagi pelaksanaan anggaran yang efektif yaitu menteri keuangan memberikan otoritas tersebut dalam rentang waktu dan pola yang jelas sebagai usaha untuk menghindari terjadinya kesulitan dalam penggunaan anggaran. Dalam pelaksanaan manajemen kas memerlukan persiapan implementasi anggaran in-year dan rencana kas namun rencanarencana ini harus disesuaikan dengan otoriasi-otorisasi anggaran (kecuali dalam keadaan khusus atau jika anggaran tidak dapat dipersiapkan dengan baik). Di beberapa negara yang masih dalam keadaan transisi, karena adanya masalah fiskal atau anggaran yang overestimated, dana yang diberikan kepada K/L berdasarkan harian (day-to-day basis). Hal tersebut terdapat dalam sistem perbendaharaan yang terpusat, mekanisme ini terdiri dari suatu lembaga yang dipilih khusus yang akan diberikan dana atau pemilihan (penentuan) dari tagihantagihan yang akan dibayar. Di beberapa negara pilihan ini dibuat oleh komite yang disusun oleh pimpinan perbendaharaan, menteri keuangan dan perdana menteri. Dana sering diberikan dalam keadaan darurat dan berdasarkan politik, mengurangi/membuang prioritas-prioritas yang didefinisikan dalam anggaran dimaksud. Cash budget yang efektif diformulasikan secara implisit dalam proses ini, diganti untuk anggaran yang telah diotorisasi dan mungkin cukup berbeda dari anggaran yang disetujui parlemen. Kelemahan lain dari sistem cash rationing
10

adalah bahwa pengelola pengeluaran dapat melanjutkan untuk membuat komitmen sesuai dengan anggarannya dan kemudian mengakumulasi tunggakan walaupun hal tersebut telah sesuai dengan bentuk prosedur anggaran yang formal. Sequestering adalah pemblokiran anggaran yang sudah disetujui oleh menteri keuangan terkait dengan penyeimbangan kembali anggaran tanpa penyesuaian rencana kas. Pada saat sequestering disetujui, komitmen yang sedang berjalan seharusnya diperhitungkan di dalam suatu rekening. Walaupun sequestering terkadang menjadi penting, namun hal tersebut dapat mengurangi kemampuan prediksi dan seharusnya hanya digunakan dalam keadaan khusus. Di beberapa negara, otorisasi pengeluaran melalui warrants oleh pengguna untuk membuat komitmen pengeluaran memerlukan persetujuan sebelumnya (visa) dari institusi audit tertinggi. Dalam kebanyakan kasus, prosedur ini adalah agak seremonial atau muluk (Premchand, 1993) murni secara formal dan tidak menciptakan penundaan yang tidak perlu dalam pelaksanaan anggaran. Dalam kaitan ini relevansi dari prosedur ini perlu dipertanyakan, setelah institusi audit tertinggi seharusnya tidak dilibatkan dalam prosedur pengawasan ex ante.

b.

Compliance controls Dasar pengawasan kepatuhan selama pelaksanaan anggaran adalah : - At the commitment stage (financial control), Perlu verifikasi apakah (i) usulan untuk pengeluaran dana telah disetujui oleh pihak yang diberi kewenangan; (ii) dana yang telah disetujui untuk digunakan tercantum dalam dokumen anggaran; (iii) dana yang tersisa cukup tersedia dalam kategori pengeluaran yang sesuai; dan (iv) pengeluaran diklasifikasikan dalam cara yang tepat. - When goods and services are delivered (verification) Dokumen sebagai bukti yang diperlukan terkait barang yang telah diterima atau jasa yang telah dilaksanakan harus diverifikasi.

11

- Before payment is made Perlu konfirmasi terkait (i) komitmen telah dibuat dengan benar pada suatu pengeluaran; (ii) penanggung jawab yang kompeten telah menyetujui bahwa barang-barang telah diterima atau jasa telah dilaksanakan seperti yang diharapkan; (iii) tagihan dan dokumen permintaan pembayaran lainnya lengkap, benar dan sesuai untuk pembayaran dan (iv) kreditor diindentifikasi dengan tepat. - After final payment is made (audit) Penting untuk menguji dan meneliti dengan cermat pengeluaran yang terkait dan laporan yang tidak biasa.

Tanggung jawab dari kementerian keuangan antara lain : - Terkait dengan pengawasan pelaksanaan anggaran, administrasi sistem pemberian dana (release of funds), memonitor arus pengeluaran,

mempersiapkan revisi anggaran, manajemen sistem pembayaran yang terpusat (jika ada), pengawasan rekening bank pemerintah, administrasi sistem penggajian terpusat (jika ada), mempersiapkan laporan keuangan dan neraca. - Dalam implementasi kebijakan, peninjauan perkembangan pelaksanaan secara independen atau bersama dengan K/L, mengidentifikasi perubahan kebijakan yang sesuai dan mengusulkan kepada Presiden realokasi appropriations dalam kerangka yang disahkan oleh legislatif.

Tanggung jawab dari K/L antara lain : - Terkait dengan administrasi anggaran, alokasi dana antar unit di bawahnya, pembuatan komitmen, pembelanjaan dan pengadaan barang dan jasa, verifikasi barang dan jasa yang diperoleh, penyiapan permintaan pembayaran (pembuatan payment jika sistem payment tidak sentralisasi), penyiapan laporan perkembangan pelaksanaan, memonitor indikator kinerja dan tetap menjaga catatan keuangan dan rekeningnya.

12

- Terkait dengan implementasi kebijakan, secara periodik meninjau implementasi program-program yang sesuai (termasuk memonitor indikator kinerja), identifikasi permasalahan dan implementasi solusi yang tepat,dan realokasi sumber dana antar program sektoral (namun masih di dalam kerangka kebijakan anggaran secara keseluruhan).

c.

Other Issues of Budget Implementation - Monitoring the execution of the budget Untuk menjaga pelaksanaan anggaran dalam suatu pengawasan maka suatu sistem yang komprehensif dan tepat untuk memonitor transaksi anggaran diperlukan. Hal ini pelru untuk mendata secara sistematik dan melacak penggunaan dana yang sesuai. Akuntansi penganggaran (appropriation) seharusnya mencakup appropriation, apportionment, kenaikan atau penurunan dalam appropriation, komitmen/kewajiban (termasuk prosedur khusus untuk memonitor komitmen ke depan), pengeluaran-pengeluaran yang berada pada tahap verifikasi/pengiriman dan pembayaran (payment). Suatu sistem hanyalah salah satu elemen dari sistem akuntansi pemerintah, namun hal yang paling penting bagi kedua formulasi kebijakan dan implementasi anggaran yang diawasi. - In-year budget revisions Kesulitan sering timbul dalam melakukan perencanaan yang akurat dari implementasi dari program-program tertentu atau kunci pengembangan ekonomi makro seperti perubahan ekonomi dunia, inflasi, tingkat bunga dan nilai tukar. Lebih jauh, beberapa pengeluaran yang tidak direncanakan selama persiapan anggaran mungkin muncul selama pelaksanaan anggaran. Untuk membatasi pengaruh dari permasalahan dimaksud, pengaturan untuk pemindahan (transfer) harus fleksibel dan suatu cadangan yang dimungkinkan seharusnya dimasukkan dalam anggaran tersebut seperti tersebut.

Appropriation untuk pengembalian hutang merupakan contoh yang tidak dapat dibatasi jumlahnya dan seharusnya direvisi sesuai dengan perkembangan tingkat bunga dan nilai tukar.
13

- Dalam kasus perubahan dalam tahun berjalan maka perubahan komposisi dari anggaran atau saat keseluruhan kenaikan pengeluaran tidak dapat diabaikan, anggaran mungkin harus direvisi. Mekanisme revisi anggaran antar negara berbeda-beda dan seharusnya secara jelas tercantum dalam undang-undang penganggaran.

5. a.

Pengertian Dasar Manajemen Pengeluaran : (Hashim, A and Allan, B, 2001) Apportionment and Allotment Anggaran tahunan yang disetujui oleh parlemen dimasukkan ke dalam sistem oleh DJA. Persetujuan pagu anggaran bagi kementerian untuk membelanjakan diuraikan dalam tingkat yang lebih detil yaitu ke dalam klasifikasi ekonomi dan dialokasikan berdasarkan periode waktunya (triwulanan dan bulanan) dan didaftarkan ke dalam sistem oleh kementerian keuangan dan diberitahukan kepada kementerian/lembaga. Sebaliknya K/L mendaftarkan anggaran secara mendetail kepada satker di bawahnya dan mengkomunikasikan alokasi pada masing-masing satker. Inilah batas pengeluaran (spending limits) bagi K/L dan satker setiap tirwulanan/bulanan sepanjang tahun anggaran. Spending limits dimungkinkan bervariasi selama proses berjalan sepanjang tahun sesuai dengan hasil pertimbangan kemampuan penganggaran triwulanan/bulanan. Sebagai contoh suatu kasus yang disebabkan oleh variasi dan perbedaan dalam perencanaan penerimaan, komitmen dan bentuk pengeluaran.

b. Warrant allocation Setiap tahun perencanaan keuangan membuat proyeksi mendetil terhadap perkiraan pengeluaran dan penerimaan yang dilakukan oleh satker dan K/L. Dalam perkembangannya selama tahun berjalan, pejabat sektoral mempersiapkan permintaan penggunaan dana secara periodik berdasarkan kategori ekonomi. Kemudian kementerian keuangan mengeluarkan warrant kepada K/L untuk setiap kategori pengeluaran. Dari jumlah tersebut setiap K/L mengeluarkan sub-warrants untuk tiap satker dan mempertimbangkan satker yang tepat. Proses-proses ini dilaksanakan secara periodik sepanjang tahun. Jumlah warrant dan sub-warrant diberikan dalam jumlah yang spesifik dalam spending limits/pagu masing-masing
14

satker. Jumlah warrant ditentukan berdasarkan hasil penelitian/pertimbangan anggaran secara periodik, revisi perkiraan penerimaan dan cash balances. Sistem manajemen anggaran yang ada pada Kantor Pusat Perbendaharaan seharusnya memiliki fasilitas-fasilitas untuk menerbitkan Treasury Warrants dalam suatu batas anggaran yang telah disetujui parlemen sesuai dengan klasifikasi anggarannya. Sistem manajemen anggaran yang berjalan pada kantor pusat K/L seharusnya juga memiliki fasilitas untuk mencatat Treasury Warrants yang diterima dari Perbendaharaan dan menerbitkan Sub-warrants kepada satker dibawahnya dalam batas yang ditetapkan Perbendaharaan. Demikian pula pelaksanaan sistem manajemen anggaran pada kantor perbendaharaan di daerah (Kanwil) seharusnya memiliki fasilitas-fasilitas untuk mencatat sub-warrants yang diterima dari lembaga di atasnya dan menerbitkan sub-sub-warrants terhadap sub-warrant yang dibutuhkan. Pada umumnya warrants dan sub-warrants akan disampaikan kepada K/L, satker dan kantor perbendaharaan dibawahnya secara elektronik melalui network. c. Funds control register Komitmen dibuat berdasarkan kombinasi kode klasifikasi anggaran pengeluaran dan sub-warrant atau sejumlah sub-sub-warrant. Dana yang tersedia (fund available) ditentukan oleh perbedaan antara akumulasi dana yang dialokasikan oleh sub-warrant(s) atau sub-sub warrant(s) dan perkembangan komitmen total di bawah masing-masing kode klasifikasi anggaran pengeluaran. Untuk meyakinkan bahwa : a) Warrants yang dikeluarkan oleh Treasury Office direkam secara akurat dan lengkap; b) Penerbitan sub-warrants masih dalam batas warrant yang tersedia untuk tiap kode klasifikasi anggaran; c) Penerbitan sub-sub-warrant dalam batas yang tersedia bagi sub-warrant untuk tiap kode klasifikasi anggaran; d) Komitmen terhadap tiap kode klasifikasi anggaran dalam batas yang disediakan bagi sub-warrant atau sub-sub-warrant.
15

d. Budget Transfers/Virements Pada umumnya peraturan terkait dengan penganggaran memberikan kewenangan kepada kementerian keuangan, K/L dan satker untuk melakukan pergeseran anggaran antar organisasi dan klasifikasi tujuan dalam pembatasan-pembatasan yang terdapat dalam peraturan terkait. Kekurangan yang teridentifikasi oleh satker dalam satu atau beberapa kategori ekonomi akan disesuaikan dengan kelebihan yang terdapat pada kategori ekonomi lainnya dalam belanjanya. Dalam hal ini permintaan transfer anggaran/dana perlu diproses. Untuk beberapa item dan dalam batas tertentu, satker mungkin memiliki kekuatan keuangan dalam transfer antar mereka sendiri. Dalam kasus-kasus ini, satker akan mengupdate data base anggaran dalam sistem. Dalam kasus transfer yang berada di luar kemampuan keuangannya, mereka akan mengajukan permohonan kepada kementeriannya (pusat) atau kementerian keuangan untuk memproses transfer tersebut, tergantung pada jenis transfer. Jika disetujui, K/L/MOF akan memproses transfer dan mengupdate data base dimaksud. Satker akan diinformasikan tentang keputusan atas permintaan yang diajukan. Definition of virement (OECD, ADB, Ecorys, 2010) Virement berasal dari kata Bahasa Perancis. Dalam sistem francophone secara umum kata virement digunakan dalam pengertian yang sempit dan mengacu hanya untuk realokasi antara budget items yang merubah pengeluaran dalam kelompok ekonomi. Namun terminologi dalam bahasa Perancis sering digunakan dalam peraturan/hukum dalam bidang penganggaran dan/atau regulasi keuangan di negara-negara lain dan telah menggunakan pengertian yang lebih luas : virement berarti realokasi antar budget items (kementerian/bagian, program, line item, dll). Dalam definisi yang lebih luas ini pengertian virement dapat dibedakan menjadi : (1) realokasi yang bebas dibuat oleh SU; (2) realokasi yang memerlukan persetujuan oleh L/M;

16

(3) realokasi yang dusampaikan untuk mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan. Dalam beberapa kasus, terminologi virement bahkan termasuk (4) realokasi yang memerlukan otorisasi legislatif terkait, yang didefinisikan dalam undangundang/peraturan penganggaran dan atau regulasi keuangan. Dalam kasus keempat ini perubahan secara umum dalam apropriasi terhadap suatu prosentase tertentu dari apropriasi awal, namun tanpa mempengaruhi pengeluaran total dari persetujuan atas virement di pembahasan tingkat tinggi, dan tidak selalu anggaran tambahan diperlukan. Dalam kasus perubahan-perubahan yang mempengaruhi jumlah pengeluaran total, hal ini harus diajukan kepada legislatif untuk mendapat persetujuan melalui anggaran tambahan. OECD mendefinisikan virement lebih umum sebagai A movement of funds from one account to another, which can be limited by formal rules. To prevent misuse, government organitations must normally seek authorisation to make such transfers. Namun demikian definisi umum yang digunakan di banyak negara difokuskan pada item (1) sampai (3).Hal ini sejalan dengan definisi yang digunakan oleh organisasi-organisasi internasional (ADB) yaitu virement secara umum didefinisikan sebagai : The [simultaneous] transfer of expenditure provision from one line item [object; sub-program] to another during the budget year. e. Supplementary Budgets Proses revisi pada tahun tertentu terhadap anggaran yang telah disetujui oleh parlemen mungkin akan dilaksanakan. Revisi-revisi ini dilakukan terkait dengan finalisasi anggaran yang telah disetujui di awal. Proses penyiapan anggaran tambahan mencakup persiapan, alur kerja dan persetujuan atas permintaan bagi anggaran tambahan. Anggaran tambahan pada umunya disampaikan kepada parlemen untuk dibahas pada pertengahan tahun. Tambahan dana ini pada umunya digunakan untuk program yang langsung terkait dengan perekonomian nasional antara lain digunakan dalam rangka meningkatkan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan.

17

6.

Performance Based Budgeting (PBB) Dengan penerapan penganggaran berbasis kinerja (PBK) diharapkan efisiensi dalam pencapaian suatu program-program pemerintah semakin meningkat. Penggunaan tolok ukur kinerja akan mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang digunakan sehingga harapan masyarakat terhadap hasil kerja pemerintah dapat lebih diterima.

1.

Performance Budgeting Didasarkan pada asumsi bahwa penyajian informasi kinerja dengan sejumlah alokasi anggaran akan meningkatkan penyusunan keputusan penggunaan anggaran yang terfokus pada pilihan pendanaan pada hasil-hasil program (Probst, A, 2009). Penganggaran berbasis kinerja tidak dapat dimulai sampai suatu sistem pengukuran kinerja telah dibuat. Fungsi sistem penganggaran berbasis kinerja tidak dapat diharapkan untuk menghasilkan output yang diinginkan dalam jangka panjang pada tahun pertama sejak dikenalkan program tersebut. Untuk itu harus dibangun suatu sistem manajemen berbasis kinerja.

2.

Management Tool Anggaran berdasar kinerja fokus pada misi, tujuan dan sasaran untuk menjelaskan mengapa sejumlah dana/uang akan dibelanjakan dan menyediakan suatu cara untuk mengalokasikan sumber-sumber untuk mencapai hasil khusus. PBK dimaksudkan sebagai suatu alat manajemen bagi peningkatan program bukan suatu metode carrot and stick yang digunakan untuk punish suatu K/L yang tidak mencapai tujuan. Kebanyakan pemerintah pusat di berbagai negara saat ini memerlukan evaluasi outcome (pengukuran kinerja) dalam pelaksanaan tugas masing-masing. Sumber penerimaan antara lain penjualan obligasi (bond) memerlukan indikator-indikator terkait kondisi keuangan negara yang disajikan dengan data kinerja.

Memperkenalkan kaitan yang logis antara perencanaan dan penganggaran merupakan cara bagi masyarakat untuk mengetahui bagaimana kinerja pemerintah dibandingkan dengan pelaksanaan periode sebelumnya.

18

Dalam pelaksanaan penganggaran berbasis kinerja perlu diperhatikan adanya suatu potensi kesalahan yang cukup besar yaitu membuat asumsi-asumsi yang disederhanakan berdasarkan pada hasil mentah (belum sepenuhnya dikaji) dan kemudian diterapkan dalam suatu sistem reward and punishment. Karena suatu pendekatan kerap menghasilkan akibat program sebaliknya. Jika PBB digunakan sebagai sistem reward and punishment apakah dapat dipastikan bahwa pengurangan anggaran misalnya 5 % untuk kinerja yang buruk tidak akan mengakibatkan penurunan 20 % pada kinerja di masa mendatang. Bagaimana kita dapat meyakinkan bahwa semua faktor telah dipertimbangkan yang akan mempengaruhi penurunan kinerja. 3. Potensi Kelemahan Kesalahan asumsi atau kesimpulan Polisi : Penahanan meningkat; Kita memberi dana lebih banyak, apakah salah ? Polisi : Penahanan menurun, kita memberi dana lebih banyak, apakah salah ? Apakah lebih banyak penahanan berarti polisi berkerja lebih baik, kriminalitas yang meningkat, berkurangnya kriminalitas, pencegahan kriminalitas yang lebih baik atau pekerjaan polisi yang kurang ? Sebagai contoh : Suatu satuan kepolisian yang bertugas mencegah kejahatan dengan efektif, bagaimana suatu pengukuran pencegahan kejahatan ? Penahanan oleh polisi menurun 5 % dari tahun lalu sehingga berdasarkan penganggaran berbasis kinerja seharusnya mengurangi anggaran kepolisian sebesar 5 % sampai suatu saat dapat meningkatkan hasil. Suatu pendekatan sederhana akan gagal untuk menghitung keberhasilan usaha pencegahan kejahatan di lingkungan kepolisian sehingga memberikan hukuman (punishment) terhadap suatu kinerja yang bagus. 4. Performance Measurement Pengumpulan data reguler secara sistematis, analisis dan pelaporan data melalui sumber-sumber yang digunakan, bagaimana hasil pekerjaan yang akan diperoleh dan apakah outcome yang spesifik dicapai oleh suatu organisasi merupakan bagian
19

dari pengembangan proses pengukuran kinerja. Performance measurement seharusnya didasarkan pada tujuan program dan sasaran yang terkait dengan misi program yang disampaikan atau tujuannya serta mengukur outcome program. Kegiatan tersebut juga menyediakan perbandingan alokasi sumber daya sepanjang waktu pelaksanaan serta mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas bagi kelanjutan peningkatan program yang harus dapat diverifikasi, mudah dipahami/dimengerti dan tepat waktu. B. International Practices Apabila di dalam budget preparation terdapat kemiripan sistem di dalam Public Expenditure Management (PEM) namun terdapat perbedaan yang cukup penting dalam sisi budget execution. Perbedaan penting dari dua sistem tersebut adalah derajat desentralisasi tanggung jawab dari budget management kepada spending ministries. Perbedaan-perbedaan dimaksud antara lain (Lienert, I, 2003) : 1. British approach British approach memiliki karakteristik desentralisasi manajemen diberikan kepada spending ministries sebagai penanggung jawab utama terhadap bugdet execution. Sebaliknya dalam sistem French-based yaitu Ministry of Finance (MoF) di tingkat pusat memainkan peranan penting dalam setiap tahapan proses pengeluaran. Di negara-negara anglophone, pejabat dalam spending ministries memiliki tanggung jawab terhadap pelaksanaan dan otorisasi setiap langkah dalam proses pengeluaran dimulai dari komitmen sampai payment. Dengan mengadopsi hal tersebut pada penganggaran, Menkeu menerbitkan warrants baik secara kuartalan maupun tahunan kepada Accounting Officers (AOs) yang pada umumnya adalah pimpinan (permanent secretaries) dari spending ministries dan memiliki tanggung jawab yang luas. Warrants membawa otoritas resmi kepada penerima untuk melakukan otorisasi pengeluaran dana publik. Accounting Officer selanjutnya mendelegasikan otoritas pencairannya kepada pejabat dalam lingkungan kementeriannya.

20

Gambar : Hubungan Kementerian Keuangan dan Kementerian Teknis dalam Budget Execution British Approach

Kementerian Keuangan Teknis Anglophone African Countries

Kementerian

Secretary to the Treasury; Accountan t General; Budget Director

Accounting Officers (permanent secretaries); Warrant holders; budget planners; accountants

2.

Sistem francophone Dalam Sistem francophone tanggung jawab yang luas bukan terletak pada

spending ministries. Di negara-negara tersebut, yang dekat persamaannya dengan AO (gestionnaires de crdit) memiliki peran yang lebih terbatas terutama dalam inisiatif pengeluaran pada tahap komitmen pada anggaran yang tersedia. Mereka tidak memiliki otoritas untuk mengeluarkan perintah pembayaran

(ordonancement). Berbagai unit bagian (departments) di Kementerian Keuangan dari negara-negara Francophone memainkan peranan yang penting dalam budget execution. Perananperanan kunci tersebut antara lain : Financial controllers yang pada umumnya di bawah departemen/unit anggaran dari MOF; Pejabat otorisasi pembayaran (ordonnateurs) yang menyetujui penerbitan perintah pembayaran kepada treasury dan akuntan publik (comptables publics) pada treasury. Gambar : Hubungan Kementerian Keuangan dan Kementerian Teknis dalam Budget Execution Sistem Franchophone
21

Kementerian Keuangan Teknis Francophone African Countries

Kementerian

Payment authorizing officers (ordonnateurs); Budget Department and Financial Controllers; Ordonnancement Department; Treasury Department and Public Accountants

Initiators of Spending (gestionnai res de crdit)

Suatu prinsip penting dalam sistem PEM di Francophone adalah pemisahan pejabat otorisator pembayaran dan pejabat perbendaharaan yang bertanggung jawab untuk melakukan pembayaran. Dengan dua fungsi yang terpusat di MOF (sentralisasi) maka manajemen pengeluaran pada spending ministries dikurangi (semakin kecil). Di banyak negara, Menteri Keuangan adalah pejabat otorisator tunggal (ordonnateur unique). Namun Menteri Keuangan juga pengawas dari fungsi treasury dan akuntan publik. Sehingga walaupun terdapat prinsip pemisahan ordonnateur dan comptable, Menteri Keuangan adalah kepala ordonnateur dan chief of staff dari semua comptables. Sebagai konsekuensinya Menteri Keuangan memiliki kekuasaan yang unique dalam manajemen pengeluaran, tanpa posisi paralel seperti dalam sistem yang digunakan di Anglophone. Sistem yang digunakan di negara-negara Afrika bahkan lebih sentralisasi daripada di Perancis, baik pada posisi menteri-menteri kabinet dan pemerintah pusat yang mewakili tingkat lokal sebagai ordonnateur. Sehingga sistem yang digunakan di Francophone Afrika hampir-hampir tidak memiliki tanggung jawab bagi manajemen keuangan yang efektif pada kementerian di pemerintahan atau pimpinan dari spending ministries.

22

C.1.Budget Expenditure in UK Kerangka pengeluaran publik di Inggris Raya didasarkan pada beberapa prinsip utama yaitu : 1. Konsisten dengan penerapan kerangka jangka panjang, prudent, dan rezim yang transparan dalam manajemen keuangan publik secara menyeluruh 2. Penilaian keberhasilan dengan menggunakan kebijakan outcomes daripada menggunakan sumber-sumber input 3. Insentif yang kuat bagi department (bagian) dan partnernya dalam pemberian pelayanan untuk merencanakan pada beberapa tahun dan merencanakan bersama secara tepat sehingga memberikan pelayanan publik yang lebih baik dengan efektifitas pengeluaran yang lebih tinggi 4. Pembebanan (costing) yang tepat dan manajemen aset modal (capital) untuk memberi insentif yang baik bagi investasi publik Hasil fiscal rules diuji (asses) oleh akuntan nasional yang berasal dari kantor statistik pusat sebagai agen yang independen. Pemerintah membuat kerangka pengeluaran untuk memenuhi dengan fiskal rules ini. Departemental Expenditure Limits (DEL) and Annually Managed Expenditure (AME) Kerangka pengeluaran publik dibagi antara : DEL spending yang direncanakan dan dikontrol dengan dasar periode 3 tahunan Annually Managed Expenditure (AME) dimana pengeluaran tidak dapat menjadi subyek yang mencukupi bagi perusahaan, batasan multi-year dengan cara yang sama sebagai DEL. AME termasuk social security benefits, pengeluaran yang dibiayai sendiri oleh otoritas lokal, bunga utang dan pembayaran untuk lembaga seperti Uni Eropa. 1. Departemental Expenditure Limits (DEL) Dari sisi pengeluaran rencana DEL disusun bagi department selama tiga tahun untuk meyakinkan konsistensi dengan fiscal rules dari pemerintah, department
23

menyusun sumber-sumber yang terpisah (current) dan anggaran untuk kapital. Sumber-sumber anggaran berisi suatu kontrol terpisah secara total untuk pengeluaran near cash, yaitu pengeluaran untuk pembayaran dan grants yang berpengaruh secara langsung terhadap pengukuran Golden Rule. Untuk mendorong department dalam perencanaan sepanjang periode jangka menengah, department akan mengcarryforward unspent DEL provision dari satu tahun ke tahun berikutnya dan mengusahakan pengujian secara normal terhadap kekuatan suatu perencanaan yang mungkin ditarik ditahun-tahun mendatang. Fleksibilitas end-year ini juga menghilangkan/mengganti suatu insentif bagi department untuk menggunakan persediaan (provision) sebagai pendekatan endyear yang kurang terkait dengan nilai uangnya. Karena keuntungan yang penuh dari fleksibilitas ini dan perencanaan tiga tahunan memberikan umpan ke dalam pemberian pelayanan kepada publik yang meningkat, fleksibilitas end-year dan penganggaran tiga tahunan seharusnya disalurkan dari department ke executive agencies dan pemegang kuasa anggaran lainnya. Anggaran tiga tahunan dan fleksibilitas end-year memberikan manajemen pelayanan publik suatu stabilitas dalam merencanakan kegiatan dengan rentang waktu yang masuk akal, lebih jauh sistem tersebut mengandung pengertian bahwa department tidak dapat mencari penawaran dana tiap tahun (sebelum 1997), rencana tiga tahunan disusun dan direview dalam public expenditure surveys tahunan. Sehingga kredibilitas perencanaan jangka menengah ditingkatkan baik pada tingkat pusat maupun departemental. 2. Annually Managed Expenditure (AME) Umumnya terdiri atas program yang cukup besar, volatil dan lebih cenderung pada sisi permintaan sehingga tidak memungkinkan menjadi suatu subyek dari limit multi-years. Elemen tunggal yang terbesar adalah pengeluaran untuk social security. Hal lain termasuk tax credits, pengeluaran yang dibiayai oleh otoritas lokal, pengeluaran untuk Scottish Executive yang dibiayai oleh non-domestic rates, dan pengeluaran yang dibiayai dari proses National Lottery. AME direview dua kali setahun sebagai bagian dari proses Budget dan Pre Budget Report yang
24

mencerminkan integrasi yang dekat antara sistem tax and benefit yang ditingkatkan dengan pengenalan tax credit. AME bukan hal pokok yang sama seperti pembatasan pengeluaran tiga tahunan DEL, namun masih bagian dari keseluruhan envelope dari public expenditure. Dalam cakupan yang menyeluruh bagi public spending, peramalan dari AME mempengaruhi tingkat sumber daya yang tersedia untuk pengeluaran DEL. Perkiraan-perkiraan yang cermat dan batasan AME digunakan sehingga prakiraan AME ini akan mengurangi resiko overspending.

C.2. Public Expenditure in France Sejak 1998 strategi penganggaran jangka menengah Perancis didasarkan pada penyusunan suatu target atas peningkatan yang terakumulasi dari pengeluaran pemerintah riil sepanjang periode tiga tahun. Dalam pelaksanaannya pengeluaran riil direncanakan peningkatannya lebih rendah daripada GDP riil potensial. Penurunan poryeksi diimplied dalam rasio pengeluaran terhadap GDP. Penurunan proyeksi dalam rasio pengeluaran terhadap GDP dianggap sebagai pendorong pengurangan defisit cyclically-adjusted dan tax burden. Tiap tahun target baru disusun selama periode tiga tahunan. Periode tersebut overlap sehingga targettarget pengeluaran pada tahun tertentu dapat dimodifikasi. Budgetary Strategics Based on Expenditure Targets Have Clear Advantages Dalam literatur ekonomi menekankan adanya keuntungan-keuntungan dari fiscal rules dalam membentuk ekspektasi dan peningkatan transparansi dari kerangka penganggaran. Peraturan penganggaran berdasarkan pada pembuatan spending limits yang memiliki aspek-aspek positif antara lain : Seperti disampaikan Mills dan Quinet (2002) yaitu komitmen pemerintah terkait dengan keuangan publik yang berada di bawah pengawasan langsung, hal itu biasanya menyebabkan masalah kurang pengukuran dan survelillance (pengawasan) serta mengizinkan penstabilan otomatis secara penuh pada sisi penerimaan

25

Lebih jauh seperti yang ditekankan oleh Brunila (2002) bahwa fiscal rules membantu mengatasi bias defisit dengan menyoroti kemungkinan

pengeluaran yang overrun dan akan membantu menemukan sumber utama/prinsip dari pemborosan fiskal : kecenderungan institusional dan secara politis untuk meningkatkan pengeluaran pada waktu yang baik. Akhirnya jika penyusunan dan penegakan fiscal rules memadai menyebabkan kemungkinan pengurangan pajak dan membuat pelaku ekonomi

mengantisipasi bahwa hal tersebut akan menjadi permanen. Hal ini adalah salah satu saluran (channel) yang memicu kemungkinan efek non-Keynesian yang akan mengurangi biaya konsolidasi fiskal. Terdapat beberapa cara berbeda dalam mendesain aturan pengeluaran : Target-target dapat disusun untuk keseluruhan pengeluaran pemerintah secara umum atau tidak termasuk beberapa kategori (pembayaran bunga, unemployment benefits, belanja modal). Penyusunan target pengeluaran pemerintah total memiliki keuntungan dengan simplifikasi dan transparansi. Namun hal tersebut dapat mendorong bias yang menyebabkan berkurangnya pengeluaran dengan kategori yang kurang sensitif secara politik sebagai contoh pengeluaran belanja modal. Target dapat didefinisikan dalam bentuk nominal atau riil. Sebuah target yang didefinisikan dalam bentuk nominal lebih sederhana dan membuat monitoring menjadi lebih mudah. Hal itu dapat juga membuktikan lebih bermanfaat dalam stabilisasi perekonomian dalam kasus inflasi demand-pull yang akan muncul. Di sisi lain, target yang disusun dalam bentuk riil menyebabkan penghitungannya memasukkan akibat dari inflasi pada pengeluaran. Akhirnya terdapat isu rentang waktu (time span) yang dicakup oleh aturan tersebut. Hal itu perlu dipertimbangkan karena secara umum multi-annual fiscal rules adalah superior dari aturan tahunan, karena aturan tahunan dapat lebih mudah diabaikan dengan menunda pengeluaran pada periode tahun anggaran berikutnya. Idealnya dalam konteks aturan multi-annual, deviasi dalam satu tahun seharusnya dikompensasi pada tahun berikutnya.
26

Penerapan konsep-konsep penganggaran dari negara lain yang telah lebih dahulu melaksanakannya (Inggris, Perancis, dan lain sebagainya) menjadi bahan masukan bagi penerapan sistem penganggaran di Indonesia tanpa harus menggunakan semua metode yang sama. Hal ini dikarenakan peraturan hukum yang ada telah ditetapkan sebagai landasan pelaksanaan penganggaran yaitu UU No. 17 Tahun 2003 dan UU No. 1 Tahun 2004. Produk hukum tersebut merupakan hal pokok yang harus dipenuhi dalam setiap pelaksanaan penganggaran. Namun demikian dalam penerapan penganggaran dimungkinkan untuk melakukan penyesuaian atau penjelasan dengan membuat aturan yang lebih terinci antara lain melalui PP, Keppres, PMK dan lain sebagainya. Dengan demikian maka modul yang disusun juga menggunakan acuan utama UU Keuangan Negara (UU No. 17 Tahun 2003 dan UU No. 1 Tahun 2004).

27

BAB III GAMBARAN UMUM MANAJEMEN DIPA EXISTING

Bab ini akan memberikan gambaran mengenai manajemen DIPA yang berjalan saat ini baik dari sisi dasar hukumnya, proses bisnisnya, maupun permasalahan yang dihadapi. Gambaran mengenai manajemen DIPA saat ini sangat diperlukan sebagai dasar penyempurnaan dan pengembangan manajemen DIPA yang akan dibahas pada bab berikutnya. A. DASAR HUKUM Penulisan mengenai Gambaran Umum Manajemen DIPA existingakan didasarkan pada peraturan-peraturan terkait Manajemen DIPA yang berlaku sampai saat ini. Peraturan tersebut diantaranya : 1. 2. 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah 5. Undang-Undang Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010 6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga 7. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum 8. 9. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah 10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 105/PMK.02/2008 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian

28

Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2009 11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2010 12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2010 13. Peraturan Menteri Keuangan 06/PMK.02/2009 tentang Tata Cara Perubahan Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009 14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan 15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2011 16. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009 17. Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-07/PB/2005 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pembayaran Melalui Mekanisme Pemberian Kuasa Antar Kuasa Pengguna Anggaran 18. Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-57/PB/2008 tentang Format Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum (DIPA BLU) 19. Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-29/PB/2010 tentang Tata Cara Revisi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2010

29

B. PENGERTIAN UMUM 1. Pengertian RKAKL, SAPSK dan SRAA dan DIPA a. RKAKL Menurut Pasal 1 ayat (14) PP 21 Tahun 2004, Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, yang selanjutnya disebut RKA-KL, adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan suatu Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan penjabaran dari Rencana Kerja Pemerintah dan Rencana Kerja Strategis Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya. b. SAPSK Satuan Anggaran Per Satuan Kerja yang selanjutnya disebut SAPSK adalah alokasi anggaran yang ditetapkan untuk sebuah satuan kerja (Satker) berdasarkan hasil penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (PER 29/PB/2010). SAPSK pada dasarnya ialah lampiran 5 Perpres Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (Perpres RABPP), hal ini sebagaiman diatur dalam Pasal I ayat (2) Perpres 51 Tahun 2009 tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat c. SRAA Surat Rincian Alokasi Anggaran yang selanjutnya disebut SRAA ialah dokumen yang dibuat berdasarkan Peraturan Presiden tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat yang memuat nama kementerian negara/lembaga, provinsi, alokasi anggaran, sumber dana, kode dan nama Satker yang digunakan sebagai dasar penelitian/pencocokan alokasi anggaran dalam konsep DIPA (PER 29/PB/2010). SRAA disusun oleh Direktorat Pelaksanaan Anggaran DJPB berdasarkan Perpres RABPP/SAPSK. SRAA menjadi dasar penelaahan DIPA pada Kanwil DJPB.

30

d. DIPA Dalam Bab II Lampiran II PMK 119/PMK.02/2010 disebutkan bahwa DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dan disahkan oleh Dirketur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN). DIPA berlaku untuk satu tahun anggaran dan memuat informasi satuan-satuan terukur yang berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatandan penggunaan

anggaran.Disamping itu, DIPA dapat dimanfaatkan sebagai alat pengendali, pelaksanaan, pelaporan, pengawasan dan sekaligus merupakan perangkat akuntansi pemerintah.Pagu dalam DIPA merupakan batas pengeluaran tertinggi yang tidak boleh dilampaui dan pelaksanaannya harus dapat

dipertanggungjawabkan. DIPA merupakan kesatuan antara rincian rencana kerja dan penggunaan anggaran yang disusun oleh Kementerian Negara/Lembaga dan disahkan oleh BUN. Dengan demikian DIPA terdiri dari Konsep DIPA yang disusun oleh Menteri/Pimpinan Lembaga dan Surat Pengesahan DIPA yang ditetapkan oleh Dirjen Perbendaharaan atau Kepala Kanwil DJPB atas nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. DIPA berlaku mulai tanggal 1 januari sampai dengan 31 Desember tahun berkenaan. 2. Jenis DIPA Berdasarkan pembagian anggaran dalam APBN, Jenis DIPA dapat dikelompokkan atas DIPA Kementerian Negara/Lembaga (DIPA KL) dan DIPA Bendahara Umum Negara (DIPA BUN) a. DIPA Kementerian Negara/Lembaga (DIPA KL) DIPA Kementerian Negara/Lembaga adalah DIPA Satuan Kerja yang memuat rincian penggunaan anggaran dari Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang dapat dikategorikan menjadi : 1) DIPA Satker Pusat/Kantor Pusat

31

DIPA Satker Pusat/Kantor Pusat adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran Kementerian Negara/Lembaga, yang pelaksanaannya dilakukan oleh satuan kerja yang merupakan satuan kerja Pusat atau satuan kerja kerja Kantor Pusat suatu Kementerian Negara/Lembaga, termasuk di dalamnya untuk DIPA Badan Layanan Umum (BLU), dan Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) Satker Pusat dapat terdiri dari satuan kerja-satuan kerja yang dibentuk oleh Kementerian Negara/Lembaga secara fungsional dan bukan merupakan instansi vertikal.Sedangkan Satker Kantor Pusat ialah satuan kerja dalam lingkup Kantor Pusat suatu Kementerian Negara/Lembaga. 2) DIPA Satker Vertikal/Kantor Daerah DIPA Satker Vertikal/Kantor Daerah adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran Kementerian Negara/Lembaga, yang pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor/Instansi Vertikal Kementerian Negara/Lembaga di daerah, termasuk di dalamnya untuk DIPA Badan Layanan Umum (BLU). 3) DIPA Dana Dekonsentrasi DIPA Dana Dekonsentrasi ialah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran Kementerian Negara/Lembaga dalam rangka pelaksanaan dana dekonsentrasi, yang pelaksanaannya dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi yang ditunjuk oleh Gubernur. 4) DIPA Tugas Pembantuan DIPA Tugas Pembantuan ialah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran Kementerian Negara/Lembaga dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan yang pelaksanaannya dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi/Kabupaten/Kota yang ditunjuk oleh Menteri/Pimpinan Lembaga.

32

b. DIPA Bendahara Umum Negara (DIPA BUN) DIPA BUN adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran yang bersumber dari Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN) yang dikelola Menteri Keuangan selaku Pengguna Anggaran. Berdasarkan Surat Dirjen Anggaran Nomor S-78/AG/2010 DIPA BA BUN berdasarkan kode anggaran terdiri dari : 1) Pengelolaan Utang Pemerintah (999.01) 2) Pengelolaan Hibah (999.02) 3) Pengelolaan Investasi Pemerintah (999.03) 4) Pengelolaan Penerusan Pinjaman (999.04) 5) Pengelolaan Transfer ke Daerah (999.05) 6) Pengelolaan Belanja Subsidi (999.07) 7) Pengelolaan Belanja Lain-lain (999.08) 8) Pengelolaan Transaksi Khusus (999.99) DIPA BUN dapat dikelompokkan menjadi : 1) DIPA Utang dan Belanja Hibah DIPA Utang dan Belanja Hibah adalah DIPA yang memuat rencana kerja dan rincian penggunaan anggaran untuk keperluan pengelolaan utang pemerintah yang alokasi anggarannya bersumber dari bagian anggaran 999.01 (Pengelolaan Utang Pemerintah) dan untuk keperluan belanja hibah yang alokasi anggarannya bersumber dari bagian anggaran 999.02 (Pengelolaan Hibah). 2) DIPA Investasi Pemerintah dan Penerusan Pinjaman DIPA Investasi Pemerintah dan Penerusan Pinjaman adalah DIPA yang memuat rencana kerja dan rincian penggunaan anggaran untuk keperluan Investasi Pemerintah dan Penerusan Pinjaman baik dalam negeri maupun luar negeri, yang bersumber dari bagian anggaran 999.03 (Pengelolaan Investasi Pemerintah) dan 999.04 (Pengelolaan Penerusan Pinjaman). DIPA Investasi Pemerintah dan Penerusan Pinjaman terdiri dari : a. Investasi Pemerintah b. Dana Bergulir
33

c. Penerusan Pinjaman yang terdiri dari : d. Penerusan Pinjaman kepada BUMN/BUMD e. Penerusan Pinjaman kepada Pemerintah Daerah

3) DIPA Belanja Daerah DIPA Belanja Daerah adalah DIPA yang memuat rencana kerja dan rincian penggunaan danapenyeimbang dan dana otonomi khusus dan

penyeimbang/penyesuaian yang diserahkan kepada Daerah bersumber dari Bagian Anggaran 999.05 (Pengelolaan Transfer ke Daerah). DIPA Belanja Daerah, terdiri dari : a) Dana Alokasi Umum (DAU) b) Dana Alokasi Khusus (DAK) c) DBH Pajak : Penghasilan, PBB, BPHTB d) DBH Cukai e) DBH SDA : Migas, Pertambangan Umum, Perikanan, Kehutanan f) Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian 4) DIPA Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain DIPA Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran untuk alokasi anggaran yang bersumber dari Bagian Anggaran 999.06 (Pengelolaan Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain) 5) DIPA Format Khusus DIPA Format Khusus adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran yang berasal dari Bagian Anggaran BUN dimana karena sifat dan keperluan tertentu, maka konsep DIPA dan Surat Pengesahannya perlu disusun dalam satu lembar. Sifat dan keperluan penerbitan DIPA Format Khusus ini ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan untuk penanganan kejadian luar biasa yang mempunyai tingkat urgensi tinggi dan bersifat mendesak seperti : a) Penanganan keadaan darurat b) Kegiatan yang bersifat politis dalam rangka menjaga kredibilitas pemerintah
34

Kegiatan-kegiatan yang bersifat mendesak dan sangat penting harus segera dilaksanakan dapat menggunakan DIPA Format Khusus. Sebagaimana pada saat penyediaan dana untuk korban gempa bumi di daerah yang menjadi prioritas utama pemerintah. Mekanisme DIPA Format Khusus tidak memiliki bentuk khusus karena tidak melalui proses penganggaran dari DJA. Namun dalam modul akan diusulkan suatu alur bukan merupakan mekanisme resmi penyusunan DIPA Format Khusus sebagai berikut : 1. Pertimbangan khusus oleh Presiden yang menghasilkan suatu perintah untuk melakukan suatu kegiatan yang harus segera dilaksanakan karena pertimbangan bahwa apabila pelaksanaan sampai terlambat akan menyebabkan kerugian yang besar termasuk korban jiwa. Kegiatan darurat harus didukung dengan anggaran/dana yang digunakan untuk melaksanakannya. 2. Presiden memerintahkan Menteri Keuangan sebagai BUN untuk menyediakan sejumlah dana yang diperlukan dalam rangka melaksanakan perintah Presiden tersebut. 3. Menteri Keuangan dalam hal ini Ditjen Perbendaharaan (Dit PA) menghitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan darurat tersebut. 4. Hasil perhitungan dituangkan dalam DIPA Format Khusus yang hanya terdiri satu lembar merupakan pengesahan sekaligus mencantumkan seluruh elemen DIPA yang lain secara rinci. 5. Setelah DIPA selesai disusun segera disahkan oleh Direktur Jenderal

Perbendaharaan. 6. Berdasarkan pengesahan DIPA tersebut maka DJPB (Dit PA) memerintahkan agar BI melakukan transfer dana di rekening kas negara sejumlah yang tercantum dalam DIPA kepada KPPN yang akan menjadi kantor bayar.

35

3.

Pokok-Pokok Materi Konsep DIPA Pokok-pokok materi Konsep DIPA terdiri dari: organisasi, fungsi, pejabat perbandaharaan, rincian penggunaan anggaran,dan rencana penarikan dana serta perkiraan pendapatan.

a.

Organisasi Alokasi anggaran pada Konsep DIPA disusun untuk masing-masing kementerian negara/lembaga sesuai struktur organisasinya Rincian anggaran disusun mulai Bagian Anggaran (kementerian negara/lembaga) Unit Organisasi (Unit Eselon I) dan Satuan Kerja.Penyusunan Konsep DIPA menurut organisasi dilakukan untuk melaksanakan tugas dalam rangka pancapaian program Kementerian

Negara/Lembaga sesuai dengan visi dan misi organisasinya. Pengertian bagian anggaran, unit organisasi dan satuan kerja adalah sebagai berikut : 1) Bagian Anggaran Bagian Anggaran adalah kementerian negara/lembaga yang menguasai bagian tertentu dari penggunaan anggaran yang ditetapkan dalam Undang Undang APBN.Kementerian Negaral Lembaga dalam hal ini bertindak sebagai Pengguna Anggaran. 2) Unit Organisasi Unit organisasi adalah unit eselon I kementerian negara lembaga yang bertanggung jawab terhadap pencapaian tugas pokok, fungsi, dan program tertentu dari kementerian negara/lembaga yang bersangkutan. 3) Satuan Kerja Satuan kerja adalah bagian dari suatu unit organisasi pada kementerian negara/lembaga yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program. Satuan Kerja dalam hal ini merupakan unit organisasi lini kementerian negara/lembaga/pemerintahan daerah yang memperoleh kuasa penggunaan

36

anggaran Anggaran.

untuk melaksanakan tugas, fungsi, program, dan misi Pengguna

Dalam rangka melaksanakan tugas, fungsi, program dan misi tersebut, Satuan Kerja juga merupakan kesatuan entitas manajemen dan keuangan yang melakukan perencanaan pelaksanaan dan pertanggungiawaban anggaran. b. Fungsi Fungsi merupakan uraian kualitatif dari alokasi dana untuk menjawab fungsi/program /kegiatan yang dilaksanakan dan sasaran/hasil/keluaran sebagai akibat pelaksanaan fungsi/prograrn/kegiatan tersebut. Uraian kualitatif fungsi dalam DIPA bermanfaat untuk mengkaitkan DIPA dengan pencapaian kinerja satuan kerja sesuai dengan penugasan dan penguasaan anggaran dari Pengguna Anggaran. Dalam rangka memenuhi pencantuman materi fungsi, maka dalam Konsep DIPA harus memuat uraian fungsi dan subfungsi, program, kegiatan, subkegiatan, sasaran dan indikator keluaran. 1) Fungsi dan Subfungsi Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional. Sub fungsi merupakan penjabaran lebih lanjut dari fungsi. 2) Program Program adalah penjabaran kebijakan kementerian negara/lembaga yang berisi satu atau beberapa kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi yang dilaksanakan instansi atau masyarakat dalam koordinasi kementerian negara/lembaga yang

bersangkutan. 3) Kegiatan dan Subkegiatan Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program
37

yang terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik berupa personel (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana atau kombinasi dari beberapa atau semua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang dan jasa. Subkegiatan adalah bagian dari kegialan yang menunjang usaha pencapaian keluaran /output dan tujuan kegiatan tersebut. Kegiatan dapat terdiri dari satu atau lebih subkegiatan karena kegiatan tersebut mempunyai satu atau lebih jenis dan satuan keluaran yang berbeda satu sama lain. Subkegiatan yang satu dengan subkegiatan yang lain dapat dibedakan berdasarkan perbedaan keluaran, sehingga besaran keluaran kegiatan tidak selalu merupakan penjumlahan dari besaranbesaran subkegiatan dalam satu kegiatan. 4) Sasaran Sasaran adalah kinerja atau tujuan yang akan dicapai dari suatu pengerahan sumber daya dan anggaran pada suatu program dan kegiatan. Sasaran dirumuskan secara kuantitatif, jelas dan terukur.Sasaran pada Konsep DIPA dirumuskan berdasarkan sasaran program dan sasaran kegiatan. Sasaran program merupakan sasaran program dari kementerian negara, lembaga dan unit eselon I berkenaan. Sedangkan sasaran kegiatan merupakan sasaran yang akan dicapai oleh satuan kerja dalam rangka melaksanakan kegiatan dalam DIPA berkenaan. 5) Keluaran dan Indikator Keluaran Keluaran (output) adalah hasil yang jelas dan terukur sebagar akibat dari pelaksanaan subkegiatan dalam mencapai sasaran kegiatan oleh satuan kerja. Indikator keluaran adalah satuan biaya/harga kuantitas dan/atau kualitas dari keluaran yang dicapai langsung dari pelaksanaan kegiatan.Keluaran dapat dibedakan ke dalam keluaran Subkegiatan dan Keluaran Kegiatan.

38

c.

Pejabat Perbendaharaan. Pejabat Perbendaharaan adalah para pengelola keuangan pada Satuan Kerja yang diberi tugas sebagai kuasa pengguna anggaran, pengujian dan penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM), serta melaksanakan tugas kebendaharaan. Pejabat Perbendaharaan tersebut terdiri dari: Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Penandatangan SPM, dan Bendahara Pengeluaran.

1) Kuasa Pengguna Anggaran Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Pengguna Anggaran untuk melaksanakan program/kegiatan dan diberikan kewenangan untuk menggunakan anggaran dalam DIPA.Kuasa Pengguna Anggaran menjadi manajer, melakukan pengelolaan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran pada D IPA. Pejabat yang dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai Kuasa Pengguna Anggaran adalah Kepala Satuan Kerja alau pejabat lain yang ditunjuk dalam lingkup satuan kerja tersebut. 2) Pejabat Penandatangan SPM. Pejabat Penandatangan SPM adalah pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk melakukan pengujian atas permintaan pembayaran tagihan kepada negara dan selanjutnya menerbitkan surat perintah bayar/SPM atas beban DIPA berkenaan. 3) Bendahara Pengeluaran. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk menerima menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada

kantor/satker/kementerian negara/lembaga

39

d. Rincian Penggunaan Anggaran Rincian penggunaan anggaran adalah rincian anggaran yang dibelanjakan dalam rangka : a. Pelaksanaan rencana kerja satuan kerja untuk mencapai sasaran yang ditetapkan. Untuk mencapai sasaran yang ditetapkan, Konsep DIPA disusun berdasarkan fungsi, subfungsi, program, kegiatan, subkegiatan, dan kelompok akun (klasifikasi belanja). Masing-masing rincian anggaran dalam fungsi, subfungsi, program, kegiatan, subkegiatan, dan akun dicantumkan perjenis belanja. Kelompok akun yang ditampilkan pada DIPA adalah 4 (empat) digit pertama dari rincian akun pada Bagan Akun Standar.Penetapan kelompok akun sebagai rincian anggaran dalam DIPA dimaksudkan untuk memberikan fleksibilitas kepada Kuasa Pengguna Anggaran untuk melakukan penyesuaian atas akun belanja pada 2 (dua) digit terakhir dari Bagan Akun Standar. Hal ini sesuai prinsip let the managers manage dan anggaran berbasis kinerja. b. Anggaran yang disediakan dapat dibayarkan/dicairkan melalui mekanisme APBN. Rincian penggunaan anggaran dalam Konsep DIPA berfungsi sebagai dasar pembayaran dan pembebanan pada anggaran negara.Oleh karena itu, rincian penggunaaan anggaran harus memenuhi ketentuan pembayaran dalam mekanisme pelaksanaan APBN sehingga dana yang dialokasikan dapat dicairkan oleh Kuasa BUN. Ketentuan pelaksanaan pembayaran meliputi kesesuaian pencantuman rincian penggunaan dana dengan standar akuntansi pemerintah dan persyaratan pencairan dana seperti kode kantor bayar, sumber dana dan kesesuaian jenis belanja. e. Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan. Pencantuman rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan dalam Konsep DIPA diperlukan untuk pencapaian optimalisasi fungsi DIPA sebagai alat manajemen kas pemerintah. Disamping sebagai alat manajemen kas pemerintah juga sebagai alat monitoring pembanding terhadap penyerapan pagu.

40

Rencana Penarikan Dana merupakan pelaksanaan fungsi manajemen kas pemerintah dalam sisi belanja negara.Pengesahan DIPA oleh BUN memberi jaminan bahwa anggaran dalam DIPA dapat disediakan oleh negara dalam jumlah yang cukup pada saat anggaran tersebut ditagihkan.Dalam rangka optimalisasi pengelolaan rekening kas negara, ketepatan waktu penyediaan uang untuk memenuhi tagihan negara menjadi penting. Perkiraan penerimaan yang dapat dipungut diperlukan untuk melakukan estimasi penerimaan negara yang disetor ke rekening kas negara sebagai akibat dari pelaksanaan DIPA Satuan Kerja. Melalui perkiraan penerimaan diestimasikan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) maupun penerimaan pajak yang akan dipungut dalam rentang waktu satu tahun anggaran pada masing-masing satuan kerja.

4.

Pengertian Penyusunan DIPA Penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA) dilakukan oleh

Menteri/Pimpinan Lembaga berdasarkan alokasi anggaran yang ditetapkan oleh Presiden.Hal ini diatur dalam pasal 14 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang No 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Alokasi anggaran yang merupakan dasar penyusunan DIPA, saat ini disusun oleh dua institusi yang berbeda yaitu : 1. Alokasi anggaran untuk Belanja Pemerintah Pusat disusun oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) dalam bentuk Peraturan Presiden tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP). Hal ini sesuai dengan pasal 6 ayat (6) UU No 47 Tahun 2009 tentang APBN 2010. 2. Alokasi anggaran untuk Transfer ke Daerah disusun oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) dalam bentuk Perpres Rincian DAU dan PMK mengenai alokasi transfer ke daerah. hal ini sesuai dengan pasal 5 ayat (2) PMK 126/PMK.07/2010 yang berbunyi : Alokasi transfer ke daerah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) untuk provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan dengan Peraturan Presiden atau Peraturan Menteri Keuangan
41

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan berlaku sebagai Satuan Anggaran Per Satuan Kerja (SAPSK) Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun DIPA berdasarkan alokasi anggaran yang menjadi tanggung jawabnya.Dalam pelaksanannya, hampir semua

Menteri/Pimpinan Lembaga merupakan pengguna anggaran Belanja Pemerintah Pusat sehingga penyusunan DIPAnya didasarkan pada Perpres RABPP. DJPK merupakan satu-satunya instansi yang menggunakan anggaran belanja pemerintah pusat sekaligus menggunakan anggaran transfer ke daerah, sehingga penyusunan DIPA nya menggunakan dasar yang berbeda. DJPK menggunakan Perpres RABPP sebagai dasar penyusunan DIPA anggaran belanja pemerintah pusat, sementara dalam penyusunan DIPA Transfer ke Daerah DJPK akan mendasarkannya pada Perpres Rincian DAU atau PMK mengenai alokasi transfer ke daerah.

a.

Penyusunan Rincian Penggunaan Anggaran Dalam rangka pelaksanaan rencana kerja, penuangan muatan rencana kerja dan anggaran ke dalam Konsep DIPA harus menunjukkan keterkaitan fungsi, subfungsi, program, kegiatan, subkegiatan dengan sasaran dan indikator keluaran. Untuk keperluan penggunaan anggaran, penuangan muatan rencana kerja dan anggaran ke dalam Konsep DIPA harus sesuai dengan standar akuntansi pemerintah (Bagan Akun Standar) dan ketentuan pembayaran/pencairan dana melalui mekanisme APBN. Berdasarkan tujuan di atas, tata cara penuangan rencana kerja dan anggaran ke dalam rincian penggunaan anggaran pada Konsep DIPA adalah sebagai berikut :

1) Penuangan Program Kegiatan Sub Kegiatan dan Kelompok Akun. Program, kegiatan, subkegiatan dan kelompok akun dalam Konsep DIPA hendaknya memiliki keterkaitan satu sama lain dalam rangka pencapaian kinerja satuan kerja, dan harus sesuai dengan program kegiatan, subkegiatan pada rencana kerja dan anggaran yang telah ditetapkan. Ketentuan penuangan program, kegiatan, subkegiatan dan kelompok akun adalah sebagai berikut :
42

i.

Penuangan Program Program yang dituangkan ke dalam Konsep DIPA adalah progam yang akan dilaksanakan oleh Satuan Kerja yang bersangkutan dalam rangka pelaksanaan rencana kerja dan anggaran yang telah ditetapkan. Apabila satuan kerja melaksanakan lebih dari satu program, maka dalam Konsep DIPA juga harus dicantumkan program-program yang dilaksanakan.

ii.

Penuangan Kegiatan Kegiatan yang dituangkan ke dalam Konsep DIPA adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh satuan kerja dalam rangka pencapaian sasaran program. Kegiatan yang dicantumkan dalam Konsep DIPA adalah kegiatan yang terkait langsung dengan pencapaian program dalam rencana kerja dan anggaran berkenaan.Apabila satuan kerja melaksanakan lebih dari satu kegiatan dalam satu program, maka dalam Konsep DIPA juga harus dicantumkan kegiatankegiatan yang dilaksanakan.

iii.

Penuangan Sub Kegiatan Sub kegiatan yang dituangkan ke dalam Konsep DIPA adalah bagian-bagian dari kegialan dalam rangka pencapaian keluaran/output dan tujuan kegiatan tersebut. Pembedaan antara subkegiatan satu dengan subkegiatan yang lain adalah jenis keluaran dari subkegiatan yang bersangkutan.

iv.

Penuangan Kelompok akun Kelompok akun adalah kelompok dari akun yang terdiri dari 6 (enam) digit untuk dibelanjakan dalam rangka pencapaian tujuan dan keluaran

subkegiatan.Penuangan dalam DIPA hanya ditampilkan 4 (empat) digit pertama pada Bagan Akun Standar. 2) Penempatan Akun dan Jenis Belanja Dalam rangka akuntabilitas kinerja pelaksanaan anggaran oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dan penyusunan laporan keuangan, penempatan akun harus sesuai dengan jenis belanja yang ditetapkan. Ketidaktepatan penempatan jenis belanja
43

dalam

Konsep

DIPA

akan

mengakibatkan tertundanya pencairan dana penyesuaian.

karena masih memerlukan

Jenis belanja merupakan klasifikasi ekonomi dalam standar statistik keuangan pemerintahan (Government Financial Statistics/GFS). Melalui jenis belanja akan ditetapkan status kinerja pengeluaran pemerintah berupa hasil dan keluaran dalam bentuk barang dan jasa sebagai akibat dari pengerahan sumber daya melalui belanja/pengeluaran negara. Klasifikasi dalam jenis belanja akan membedakan kinerja, sumber daya yang dikerahkan, dan bentuk keluaran baik aset maupun non aset negara. Rincian penggunaan akun dalam jenis belanja mengacu pada Bagan Akun Standar. a. Pengisian Kode Kewenangan Kode kewenangan pelaksanaan anggaran terdiri dari: i) Kewenangan yang diberikan kepada satuan kerja Pemerintah Pusat terdiri dari : Kewenangan Kantor Pusat (KP) yaitu kewenangan untuk melaksanakan kegiaran dalam DIPA yang diberikan kepada satuan kerja lingkup kantor pusat kementerian negara/lembaga. Kewenangan Kantor Daerah (KD) yaitu kewenangan untuk

melaksanakan kegiatan dalam DIPA yang diberikan kepada satuan kerja pusat yang berada di daerah. ii) Kewenangan yang diberikan kepada satuan kerja Pemerintah Daerah, terdiri dari : Kewenangan Dekonsentrasi (DK) yaitu kewenangan untuk

melaksanakan kegiatan dalam DIPA Dekonsentrasi yang diberikan kepada Kepala Dinas lnstansi Pemerintah Provinsi. Kewenangan Tugas Pembantuan (TP) yaitu kewenangan untuk melaksanakan kegiatan dalam DIPA Tugas Pembantuan yang diberikan kepada Kepala Dinas/Instansi Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota

44

b. Penetapan Sasaran dan Perhitungan Indikator Keluaran. Penetapan sasaran pada DIPA harus sesuai dengan sasaran yang tercantum dalam rencana kerja dan anggaran.Sasaran harus bersifat kuantitatif dan terukur.Perhitungan indikator keluaran pada DIPA harus sesuai dengan perhitungan hasil dan satuan keluaran pada rencana kerja dan anggaran. c. Penetapan Sumber Dana, Kantor Bayar, dan Cara Penarikan Dana. 1. Sumber Dana Sumber dana dalam DIPA dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu : Rupiah Murni, Sumber dana rupiah murni digunakan untuk menampung pengeluaran yang dibiayai dari rupiah murni APBN. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), Sumber dana PNBP digunakan untuk menampung pengeluaran yang dibiayai dari PNBP. Pencairan pengeluaran yang dibiayai dari PNBP harus mengacu kepada batas maksimal pencairan dana yang diperkenankan dalam

penggunaan PNBP bersangkutan. Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN), Sumber dana PHLN digunakan untuk menampung pengeluaran yang dibiayai dari PHLN. Pada setiap pengeluaran yang dibiayai dari PHLN harus dicantumkan nomor register PHLN dan tata cara penarikan dana. 2. Kantor Bayar Kantor bayar yang perlu dicantumkan pada DIPA adalah kode Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) yang ditunjuk untuk melaksanakan pembayaran /pencairan dana 3. Cara Penarikan Dana Cara penarikan dana diperlukan untuk pengeluaran yang dibiayai dari PHLN. Cara penarikan meliputi Pembayaran Langsung atau Rekening Khusus.

45

b. Penyusunan Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan Dokumen pelaksanaan anggaran (Konsep DIPA) yang disusun oleh

Menteri/Pimpinan Lembaga dirinci menurut sasaran yang hendak dicapai, fungsi, program dan rincian kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja, serta pendapatan yang diperkirakan (UU 1/2004 Pasal 14 ayat 2 dan 3). Dalam PMK 119/PMK.02/2009 pasal 6 ayat 2 rincian dalam dokumen DIPA diatur lebih rinci yaitu menjadi fungsi/sub fungsi, program, sasaran program, rincian kegiatan/sub kegiatan, jenis belanja, kelompok mata anggaran/akun dan rencana penarikan dana serta perkiraan penerimaan. Konsep DIPA yang telah disusun oleh Menteri/Pimpinan Lembaga kemudian disampaikan ke DJPB untuk ditelaah.Khusus untuk DIPA BLU harus dilampirkan rencana kerja dan anggarannya (UU 1/2004 Pasal 14 ayat 4). 5. PengertianPenelaahan DIPA Dalam Lampiran II PMK 119/PMK.02/2009 penelaahan DIPA didefinisikan sebagai serangkain proses dan prosedur penilaian yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan/Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan terhadap Konsep DIPA yang diajukan Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran satuan kerja untuk menjamin kesesuaian Konsep DIPA dengan Peraturan Presiden mengenai Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (Perpres RABPP), dan prinsip pembayaran/pencairan dana, serta standar akuntansi pemerintahan. Tujuan dari proses penelaah DIPA meliputi : 1. Menjamin kesesuain konsep DIPA dengan Perpres RABPP 2. Menjamin kesesuaian dengan prinsip pembayaran dalam mekanisme APBN 3. Menjamin kesesuaian dengan kaidah akuntansi 4. Menjamin kesesuaian rencana penarikan dan perkiraan penerimaan dana

46

6. Pengertian Pengesahan DIPA Pengesahan DIPA merupakan penetapan oleh BUN atas Konsep DIPA yang disusun oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dan memuat pernyataan bahwa rencana kerja dan anggaran pada DIPA berkenaan tersedia dananya dalam APBN dan dapat menjadi dasar pembayaran/pencairan dana atas beban APBN. Pengesahan DIPA dilakukan dengan penerbitan Surat Pengesahan DIPA yang ditandatangani oleh : 1. Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan, untuk DIPA Kantor Pusat/Satker Pusat, dan DIPA Tugas Pembantuan 2. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan, untuk DIPA Kantor Daerah/Satker Vertikal, dan DIPA Dana Dekonsentrasi. Penetapan SP DIPA oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dilakukan per tanggal 31 Desember sebelum tahun berjalan.DIPA yang sudah disahkan terdiri dari Surat Pengesahan, Hal 1A umum memuat rincian sumber dana, Hal 1B memuat rincian output, Hal II Rincian biaya, Hal III Rencana Penarikan dan Penerimaan Dana (Pajak,PNBP, dan BLU) serta Hal IV Catatan. DIPA yang dudah disahkan akan menjadi dasar penggunaan anggaran bagi Satker. Apabila sampai tanggal yang telah ditetapkan Satker belum menyerahkan Konsep DIPA maka Dirjen Perbendaharaan/Kepala Kanwil DJPB akan menerbitkan DIPA sementara berdasarkan Perpres RABPP/SRAA.DIPA sementara ini tidak perlu ditandatangani oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran. Dana yang dapat dicairkan dalam DIPA Sementara dibatasi untuk pembayaran gaji pegawai, pengeluaran keperluan sehari-hari perkantoran, daya dan jasa, dan lauk pauk/bahan makanan, sedangkan dana untuk jenis pengeluaran lainnya diblokir. 7. Pengertian Revisi DIPA Menurut Pasal I ayat (2) Perdirjen 29/PB/2010, Revisi DIPA adalah perubahan rincian dalam DIPA akibat revisi rincian anggaran pada halaman Surat Pengesahan

47

DIPA dan/atau halaman I dan/atau halaman II dan/atau halaman III dan/atau halaman IV, termasuk perbaikan akibat kesalahan administrasi. Dalam Bab II dan III Perdirjen 29/PB/2010, Revisi DIPA dikelompokan menjadi dua yaitu revisi DIPA berdasarkan perubahan SAPSK dan revisi DIPA tanpa perubahan SAPSK. a. Revisi DIPA berdasarkan perubahan SAPSK Revisi DIPA berdasarkan perubahan SAPSK ialah revisi DIPA yang dilaksanakan berdasarkan Revisi Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat ( Revisi RABPP) yang ditetapkan dalam perubahan SAPSK. Menurut Pasal 2 ayat (2) PMK 69/PMK.02/2010, revisi DIPA berdasarkan perubahan SAPSK terjadi Karena hal-hal sebagai berikut : 1) Anggaran belanja tambahan (ABT) 2) Kelebihan realisasi PNBP yang melampaui target APBN 3) Luncuran PHLN atau PHDN termasuk penerusan pinjaman 4) Percepatan penarikan PHLN atau PHDN termasuk penerusan pinjaman 5) Penerimaan hibah LN/DN termasuk hibah yang diterushibahkan setelah APBN/APBNP ditetapkankhususuntuk hibah yang diterima oleh pemerintah c.q Kementerian Keuangan dan dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga 6) Pergeseran dari Bagian Anggaran (BA) 999.08 (Belanja Lainnya) ke BA KL 7) Pergeseran antar unit organisasi dalam satu Bagian Anggaran (BA) 8) Pergeseran antar kegiatan dalam satu program sebagai hasil optimalisasi 9) Penyelesaian kegiatan-kegiatan dalam rangka pembangunan infrastruktur serta rehabilitasi dan rekonstruksi bencana alam 10) Pencairan blokir (tanda *) yang diberikan oleh DJA 11) Perubahan pagu PHLN akibat perubahan kurs sepanjang perubahan tersebut terjadi setelah kontrak ditandatangani dan untuk pembayaran utang 12) Perubahan nomenklatur Satker sepanjang kode satuan kerja berubah 13) Perubahan parameter dalam penghitungan subsidi 14) berdasarkan perubahan SAPSK ialah revisi DIPA yang dilakukan sesuai dengan perubahan SAPSK.

48

b. Revisi DIPA tanpa perubahan SAPSK Menurut Bab III Perdirjen 29/PB/2010 Revisi DIPA tanpa perubahan SAPSK meliputi: 1) Perubahan/ralat karena kesalahan administrasi 2) Perubahan kantor bayar 3) Perubahan nomenklatur Satker sepanjang kode Satker tetap. 4) Pergeseran antas jenis belanja dalam satu kegiatan tanpa merubah target kinerja 5) Revisi DIPA Dekonsentrasi (DK), Tugas Pembantuan (TP), dan Urusan Bersama (UB), sepanjang tidak merubah target kinerja 6) Perubahan alokasi anggaran antar provinsi/kabupaten/kota untuk kegiatan operasional (0001 dan 0002), termasuk pengadaan bahan makanan untuk tahanan/narapidana yang dilakukan oleh unit organisasi di tingkat pusat maupun oleh instansi vertikalnya di daerah sepanjang tidak mengubah target kinerja. 7) Pencairan tanda bintang/blokir, khusus untuk anggaran yang diblokir oleh DJPB 8) Revisi DIPA untuk penerimaan hibah LN/DN termasuk hibah yang diterushibahkan setelah APBN/APBNP ditetapkan. Revisi penerimaan hibah ini dikhususkan untuk hibah yang dilaksanakan secara langsung oleh

Kementerian/Lembaga dalam bentuk kas. 9) Perubahan anggaran belanja sebagai akibat penggunaan kelebihan realisasi penerimaan PNBP di atas target yang telah direncanakan dalam APBN untuk Satker PT bukan BHMN dan Satker BLU 10) anggaran belanja yang Penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP 11) Penyelesaian tunggakan tahun yang lalu sepanjang dalam kegiatan yang sama, dananya cukup tersedia dan tidak menggangu target kinerja tahun berjalan. 12) Revisi Rencana Penarikan dan Perkiraan Penerimaan Dana Usulan konsep revisi DIPA beserta ADKnya untuk Satker Kantor Pusat yang berlokasi di DKI Jakarta disampaikan ke Direktorat PA, sedangkan untuk DIPA

49

lainnya disampaikan ke Kanwil DJPB.Dalam pengajuan revisi DIPA tanpa perubahan SAPSK, konsep revisi DIPA harus dilampiri dengan : a. Surat pernyataan bahwa sasaran dan volume keluaran kegiatan/sub kegiatan telah dicapai/dikontrakan dalam hal pengesahan revisi DIPA berupa perubahan alokasi dana antar sub kegiatan atau perubahan volume keluaran pada sub kegiatan b. Dokumen yang menerangkan PHLN dalam hal revisi terkait PHLN c. Naskah Perjanjian Hibah atau dokumen lain yang dipersamakan dan nomor register dalam hal penerimaan hibah setelah APBN/APBN P ditetapkan d. Surat pernyataan PA/Kuasa PA bahwa usul pengesahan revisi DIPA tidak merubah/mengganggu target kinerja khusus untuk usulan revisi anggaran berupa pergeseran antar jenis belanja dalam satu kegiatan, revisi DIPA DAK, DIPA TP dan DIPA UB, dan perubahan alokasi anggaran antar

provinsi/kabupaten/kota e. Usulan revisi DIPA dalam rangka penyelesaian tunggakan harus dilampiri : Konsep revisi DIPA dengan mencantumkan catatan pada halaman IV DIPA mengenai jumlah pagu dan uraian pembayaran, Surat Pernyataan PA/KPA bahwa usul pengesahan revisi DIPA tidak mengubah target kinerja dan volume keluaran kegiatan/sub kegiatan dan tanggung jawab kebenaran tagihan, hasil verifikasi BPKP setempat untuk jumlah seluruh tunggakan Rp. 500.000.000,00 keatas. Usulan revisi untuk DIPA Satker Kantor Pusat yang berlokasi di Jakarta disampaikan ke Direktorat PA sedangkan untuk DIPA Satker selainnya disampaikan ke Kanwil DJPB sesuai dengan wilayah kerjanya. Revisi DIPA yang diajukan Satker kemudian ditelaah untuk menjamin kesesuainnya dengan Perpres RABPP, prinsip pembayaran/pencairan dana dan standar akuntansi pemerintah. Konsep DIPA revisi yang sudah ditelaah dan dinyatakan benar kemudian akan disahkan oleh Dirjen Perbendaharaan/Kepala Kanwil DJPB.

50

8. Pengertian SKPA Dalam Perdirjen PER-07/PB/2005 disebutkan bahwa SKPA adalah surat kuasa yang diterbitkan oleh KPA unit eselon yang lebih tinggi (KPA asal) kepada KPA unit eselon yang lebih rendah (KPA penerima) dalam unit eselon I yang sama pada suatu departemen/kementerian negara/lembaga untuk menggunakan bagian tertentu dari pagu anggaran yang dimilikinya dalam rangka pelaksanaan kegiatan yang telah ditentukan. Penerbitan SKPA dilakukan dalam rangka efisiensi dan efektifitas pelaksanaan pembayaran antar wilayah. SKPA diterbitkan oleh KPA unit eselon yang lebih tinggi ke unit eselon yang lebih rendah, dalam eselon I yang samapada suatu Departemen/Kementerian/Lembaga. SKPA diterbitkan sesuai program, kegiatan, sub kegiatan, dan MAK sebagaimana tercantum dalam DIPA. Penggunaan mekanisme SKPA ini akan mengurangi alokasi pagu anggaran KPA asal dan menambah alokasi pagu anggaran KPA penerima. 9. Pemberian Dispensasi Dispensasi merupakan ijin bagi Satker untuk melakukan pengeluaran

dana/pelaksanaan anggaran di luar ketentuan umum yang berlaku.Dispensasi dalam pelaksanaan anggaran hanya diberikan untuk hal-hal tertentu sebagaimana diatur dalam Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005. Jenis Dispensasi beserta instansi yang berhak memberikan dispensasi menurut Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 dan Perdirjen Perbendaharaan PER07/PB/2005 ialah sebagai berikut : 2. Pemberian dispensasi di Direktorat PA a. Dispensasi pemberian UP di atas Rp 200.000.000 b. Pengadaan tanah melalui UP c. Dispensasi penerbitan SKPA 3. Pemberian dispensasi di Kanwil DJPBN (PER-66/PB/2005) a. Penambahan TUP b. Pengadaan tanah melalui UP c. Pembayaran tunggakan daya dan jasa tahun sebelumnya
51

C. FORMAT DIPA DIPA existing terdiri dari 5 halaman yaitu Surat Pengesahan (SP), Halaman I, Halaman II, Halaman III, dan Halaman IV. Masing-masing halaman DIPA tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Surat Pengesahan DIPA (SP DIPA) Halaman ini berisi informasi mengenai hal-hal yang disahkan dari DIPA. Surat Pengesahan DIPA memuat informasi berikut : a) Nomor SP DIPA b) Peraturan yang menjadi dasar pengesahan DIPA c) Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi, Propinsi dan Satker pemilik DIPA d) Pagu anggaran DIPA e) Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan beserta jumlah pagu dananya masingmasing f) Rincian sumber dana DIPA g) Kantor bayar beserta jumlah dananya h) Pernyataan dari BUN bahwa penetapan dan perhitungan biaya serta penggunaan dana dalam DIPA merupakan tanggung jawab Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran i) Informasi masa berlakunya DIPA j) Tanda tangan Dirjen Perbendaharaan atau Kepala Kanwil Perbendaharaan atas nama menteri keuangan sebagai tanda pengesahan DIPA.

2.

DIPA Halaman I (Umum) Halaman ini diisi dengan informasi yang bersifat umum dan merupakan rekapitulasi dari seluruh Satuan Kerja dalam satu Unit Organisasi dan satu Propinsi.Halaman ini terdiri dari Halaman IA dan Halaman I B.

a. Halaman I A memuat informasi mengenai : a. Nomor SP DIPA

52

b. Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi, Propinsi dan Satker pemilik DIPA c. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Bendahara Pengeluaran, dan Pejabat Penanda Tangan SPM d. Fungsi, Sub Fungsi, Program beserta pagu dananya masing-masing e. Sasaran Program f. Sasaran/Keluaran Kegiatan beserta pagu dananya g. Indikator Keluaran Sub Kegiatan beserta pagu dananya h. Tanggal dan tempat penetapan Konsep DIPA beserta tanda tangan pejabat yang menetapkan konsep DIPA

b. Halaman I B memuat informasi mengenai : 1) Nomor SP DIPA 2) Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi, Propinsi dan Satker pemilik DIPA 3) Pagu Anggaran DIPA total beserta rinciannya menurut sumber dana. 4) Pagu pinjaman/hibah luar negeri dan satuan mata uangnya (dalam bentuk valuta asing dan kurs dalam rupiah) 5) Rincian Pinjaman Hibah Luar Negeri yang meliputi : 1) Sumber PHLN : No NPLN, tahun, No Register 2) Pagu total PHLN dan jumlah pagu yang akan dilaksanakan tahun ini 3) Jumlah penarikan s.d tahun lalu dan jumlah penarikan yang akan dilakukan tahun ini (dalam US$) 4) Cara penarikan beserta jumlah dana yang ditarik (dalam ribuan rupiah) 5) Jenis dana pendamping beserta nilainya dalam rupiah

3.

DIPA Halaman II (Rincian Pengeluaran) Halaman II berisi informasi untuk masing-masing Satuan Kerja, baik sasaran yang hendak dicapai maupun alokasi dana pada masing-masing jenis belanja dan kelompok Akun, baik untuk DIPA Kementerian Negara/Lembaga (DIPA KL) maupun

53

DIPA Bendahara Umum Negara (DIPA BUN). Secara umum halaman II DIPA memuat informasi berikut : a. Nomor SP DIPA b. Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi, Propinsi dan Satker pemilik DIPA c. Informasi mengenai Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan dan Kelompok Akun d. Informasi Kewenangan (KP/KD/DK/TP/UB) e. Pagu anggaran per jenis belanja (dalam rupiah) f. Lokasi (kabupaten) dan KPPN Pembayar g. Sumber dana/cara penarikan dan nomor register h. Tempat dan tanggal penetapan konsep DIPA beserta tanda tangan pejabat yang menetapkan konsep DIPA. Informasi pagu per jenis belanja dalam halaman II DIPA memiliki perbedaan untuk tiap jenis DIPA, perbedaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Jenis belanja DIPA Kementerian Negara/Lembaga terdiri dari : pegawai, barang, modal, bantuan sosial dan lain-lain b. Jenis belanja untuk DIPA subsidi dan belanja lain-lain terdiri dari : pegawai, barang, modal, bantuan sosial dan lain-lain c. Jenis belanja DIPA Belanja Daerah terdiri dari : Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil, Dana Otonomi Khusus, Dana Penyesuaian d. Jenis belanja untuk DIPA Belanja Utang dan Hibah terdiri dari : Hibah, Bunga Utang Dalam dan Luar Negeri serta Cicilan Pokok Utang dalam Negeri dan Luar Negeri e. Jenis belanja untuk DIPA Investasi Pemerintah dan Penerusan Pinjaman terdiri dari : pembiayan dalam negeri, pembiayaan luar negeri, penerusan pinjaman dan penyertaan modal negara

54

4.

DIPA Halaman III (Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan) Halaman III merupakan rencana penarikan dana oleh masing-masing Satuan Kerja sampai dengan jenis belanja serta rencana penerimaan perpajakan/bea dan cukai dan PNBP yang menjadi tanggung jawab masing-masing satuan kerja. Informasi yang terdapat dalam halaman III DIPA meliputi : a. Nomor SP DIPA b. Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi, Propinsi dan Satker pemilik DIPA c. Rencana penarikan dana per bulan yang dirinci sampai dengan jenis belanja untuk masing-masingkegiatan d. Perkiraan penerimaan per bulan menurut jenis penerimaannya (PBNP, Pajak, BLU) e. Tempat dan tanggal penetapan konsep DIPA beserta tanda tangan pejabat yang menetapkan konsep DIPA

5.

DIPA Halaman IV (Catatan) Halaman IV merupakan catatan yang harus diperhatikan oleh Satuan Kerja dalam melaksanakan DIPA. Informasi yang tercantum dalam halaman IV DIPA meliputi : a. Nomor SP DIPA b. Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi, Propinsi dan Satker pemilik DIPA c. Informasi mengenai belanja mengikat yang dirinci menurut fungsi, sub fungsi, program, kegiatan, sub kegiatan dan akun serta uraian dana per akun d. Informasi mengenai dana yang diblokir yang dirinci menurut fungsi, sub fungsi, program, kegiatan, sub kegiatan dan akun serta uraian dana per akun. Diberikan juga informasi keterangan pemblokiran e. Tempat dan tanggal penetapan konsep DIPA beserta tanda tangan pejabat yang menetapkan konsep DIPA

55

D. PROSES BISNIS Bisnis proses manajemen DIPA existing terdiri dari 6 (enam) bisnis proses utama yaitu penerbitaan SRAA, penelaahan dan pengesahan DIPA, pengesahan revisi DIPA karena perubahan SAPSK, pengesahan revisi DIPA tanpa perubahan SAPSK, Penerbitan SKPA, dan pemberian dispensasi. Untuk memperjelas penggambaran mengenai bisnis proses Manajemen DIPA, akan dijelaskan juga bisnis proses penyusunan RKAKL s.d Perpres RABPP yang dilaksanakan oleh DJA. 1. Penyusunan RKAKL s.d Perpres RABPP Secara umum proses penyusunan DIPA oleh Satker dan proses penelaahan DIPA oleh DJPB didasarkan pada Perpres RABPP yang selama ini disusun oleh DJA. Untuk memperjelas gambaran bisnis proses manajemen DIPA, dibawah ini akan digambarkan proses penyusunan RKAKL s.d Perpres RABPP dan kaitannya dengan bisnis proses manajemen DIPA.
Penyusunan RKAKL

DPR

Pembahasan RKA/KL

Pembahasan RAPBN

Pengesahan oleh DPR

Himpunan RKAKL

DJA

Penyusunan Pagu Sementara

Penelaahan RKAKL

Penyusunan Pagu Definitif

Penyusunan Perpres RABPP

Perpres RABPP

DJPB

Pagu Sementara

RKAKL

RKAKL Hasil Kesepakatan DPR

Pagu Definitif

Penelaahan DIPA

K/L

Pembagian Pagu Sementara per Eselon I Pagu Per Eselon I

Penyusunan RKAKL

Penyesuaian RKAKL

Penyesuaian Pagu Per Eselon I

Penyesuaian RKAKL

RKAKL Eselon I

Pagu Per Eselon I

RKAKL Eselon I

Perpres RABPP

Eselon I K/L

Pembagian Pagu Sementara per Satker

Konsolidasi KK RKAKL

Penyesuaian Pagu Per Satker

Konsolidasi KK RKAKL

Konsep DIPA

Pagu Per Satker

KK RKAKL

Pagu Per Satker

KK RKAKL Penyusunan Konsep DIPA

Satker

Penyusunan KK RKAKL

Update KK RKAKL

Data RKAKL Final

Berdasarkan PMK 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga Tahun

56

Anggaran 2011, bisnis proses penyusunan RKA-KL s.d Penerbitan Perpres RABPP adalah sebagai berikut : a. Setelah menerima Surat Edaran Menteri Keuangan tentang pagu sementara, setiap K/L akan membreakdown pagu K/L menjadi pagu per eselon I dan kemudian dibreakdown lebih lanjut oleh masing-masing Eselon I menjadi pagu per Satker. b. Berdasarkan pagu yang diterimanya, Satker menyusun kertas kerja (KK RKAKL) dan menyampaikannya ke Eselon I. Eselon I kemudian mengkompilasi kertas kerja dari satker dibawahnya dan menyampaikannya ke Biro Perencanaan K/L c. Biro Perencanaan K/L menyusun RKAKL berdasarkan kompilasi KK RKAKL dari masing-masing eselon I. RKAKL ini kemudian dibahas bersama komisi terkait di DPR. RKAKL hasil pembahasan dengan DPR kemudian disampaikan ke DJA. d. Biro Perencanaan K/L bersama DJA melakukan penelaahan RKAKL. Seluruh RKA-KL hasil pembahasan atau yang telah disepakai oleh DPR kemudian dihimpun menjadi Himpunan RKA-KL yang merupakan lampiran tak terpisahkan dari Nota Keuangan dan RAPBN dan selanjutnya diajukan Pemerintah kepada DPR untuk dibahas dan ditetapkan menjadi UU APBN e. Kementerian Keuangan bersama K/L melakukan penyesuaian RKA-KL sepanjang hasil pembahasan RAPBN antara Pemerintah dan DPR

menyebabkan adanya perubahan; f. RKA-KL yang telah disepakati DPR ditetapkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) tentang Rincian ABPP. Rincian ABPP tersebut dirinci menurut organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja. g. Perpres tentang Rincian ABPP ini akan menjadi dasar bagi K/L untuk menyusun konsep DIPA dan menjadi dasar bagi DJPB dalam proses penelaahan DIPA.

57

2. Penerbitan SRAA (mulai Tahun Anggaran 2011 diganti dengan Daftar Nominatif Anggaran) SRAA disusun oleh Direktorat PA DJPB dan akan menjadi dasar dalam penelaahan/pencocokan DIPA di Kanwil DJPB. Alur proses penerbitan SRAA dapat dilihat pada gambar berikut :
PENERBITAN SRAA

UPSTREAM

A.1. DJA

SAPSK SRAA Salah

DIT. PA

B.2.1.1 Check HARD COPY VS ADK

SAPSK

B.2.1.2 Penyusunan Konsep SRAA

Konsep SRAA

B.2.1.3 Penelaahan SRAA

Catatan Penelaahan

Sesuai SAPSK?

YES

B.2.1.4 Tanda tangan SRAA

Database

DOWN STREAM

B.2.2

Setelah menerima Satuan Anggaran Per Satuan Kerja (SAPSK), Direktorat PA akan mengklasifikasikan data SAPSK sesuai dengan tempat penelaahan dan pengesahan DIPAnya. Untuk DIPA yang disahkan di Direktorat PA, data SAPSK bisa digunakan langsung sebagai dasar penelaahan DIPA. Sedangkan untuk DIPA yang disahkan di Kanwil DJPBN Direktorat PA harus terlebih dahulu menyusun Surat Rincian Alokasi Anggaran (SRAA) yang akan menjadi dasar penelaahan DIPA di Kanwil DJPBN Konsep SRAA yang telah disusun akan ditelaah kesesuaiannya dengan SAPSK, apabila telah sesuai maka akan ditandatangani dan disahkan menjadi SRAA. Sebaliknya apabila data dalam Konsep SRAA belum sesuai dengan SAPSK maka Konsep SRAA tersebut harus diperbaiki terlebih dahulu dan kemudian ditelaah ulang untuk mendapatkan pengesahan. Data dalam SRAA sebenarnya sama dengan data dalam DIPA hanya saja data dalam SRAA telah diuraikan per Satker

58

per Propinsi. Data SRAA kemudian akan diinput ke dalam database dan dikirimkan ke Kanwil DJPB sebagai bahan dalam penelaahan DIPA di daerah. 3. Penelaahan dan Pengesahan DIPA Proses Penelaahan DIPA di Direktorat PA dan di Kanwil DJPB pada prinsipnya sama, yang membedakan ialah penelaahan DIPA di Direktorat PA didasarkan pada Perpres RABPP/SAPSK sedangkan penelaahan DIPA di Kanwil DJPBN didasarkan pada SRAA. Alur proses penelaahan dan pengesahan DIPA dapat dilihat pada gambar berikut :
Penerbitan dan Pengesahan DIPA

UPSTREAM

DJA/Dit PA

M.SU

SAPSK/SRAA

Konsep DIPA

Konsep DIPA Salah

B.1.1.4 Penyesuaian Konsep DIPA

DIT. PA/Kanwil DJPB

B.1.1.1. Check HARD COPY VS ADK

HardCopy SAPSK

B.1.1.2 Penelaahan Konsep DIPA

Konsep DIPA

B.1.1.3 Penilaian DIPA

Konsep DIPA

OK ?

B.1.1.4 Ttd SP dan DIPA DIPA

Data Perpres

Data SAPSK

Database

Data DIPA Final Data DIPA B.1.2 B.1.3

DOWN STREAM

B.2 H

Rincian Proses Penelaahan DIPA ialah sebagai berikut : a. Satker menyampaikan konsep DIPA beserta ADK ke Direktorat PA/Kanwil DJPB

b. Petugas dari Direktorat PA/Kanwil DJPBN dan Petugas dari Satker secara bersama-sama melakukan penelaahan terhadap Konsep DIPA yang diajukan Satker. Penelaahan DIPA pada Direktorat PA didasarkan pada Perpres RABPP/SAPSK sedangkan penelaahan DIPA di Kanwil DJPBN didasakan pada SRAA.

59

c.

Penelaahan Konsep DIPA meliputi: penilaian kesesuaian dengan Perpres RABPP/SRAA, kesesuaian dengan prinsip pembayaran dalam mekanisme APBN, kesesuaian dengan kaidah akuntansi pemerintahan, kesesuaian rencana penarikan dana tiap bulan dan perkiraan penerimaan tiap bulan.

d. Apabila dalam proses penelaahan ditemukan adanya ketidaksesuaian maka akan dilakukan perbaikan terhadap Konsep DIPA tersebut, dalam beberapa hal perlu juga disampaikan dalam catatan penelaahan atau pemberian tanda bintang (blokir). e. Setelah proses penelaahan selesai, Dirjen Perbendaharaan/Kepala Kanwil DJPB akan mengesahkan DIPA dengan menerbitkan Surat Pengesahan (SP) DIPA.DIPA yang telah disahkan kemudian dikirimkan ke Satker dan pihakpihak terkait lainnya

4. Pengesahan Revisi DIPA karena Perubahan SAPSK

Revisi DIPA Perubahan SAPSK

UPSTREAM

A.3 DJA

M. SU

M. SU

B.1.1.

SAPSK Revisi

Konsep DIPA Revisi

Pengembalian Konsep DIPA-R

DIT. PA/Kanwil DJPB

B.1.2.1 Check HARD COPY VS ADK

HardCopy Revisi SAPSK

B.1.2.2 Penelaahan Konsep DIPA Revisi

Konsep/ Net DIPA Revisi

B.1.2.3 Cek DIPARevisi

Sama SAPSK-R ?

B.1.2.4 Ttd SP dan DIPA-R DIPA-R

Data SAPSK Revisi Data DIPA Data SAPSK Revisi Database Data DIPA setelah REVISI

DIPA-R + ADK

B.1.3

DOWNSTREAM

Satuan kerja mengajukan permohonan revisi DIPA kepada Dit PA/Kanwil sebagai dasar pelaksanaan pengesahan revisi DIPA. Selanjutnya data hardcopy SAPSK Revisi dari DJA akan dibandingkan dengan ADK SAPSK Revisi yang dikirimkannya, kemudian data ADK akan diinput ke dalam database. Data hardcopy SAPSK Revisi
60

akan menjadi dasar dalam penelaahan Konsep DIPA Revisi yang diajukan Satker. Apabila Konsep DIPA revisi sudah sesuai dengan hardcopy SAPSK Revisi maka Dit PA/Kanwil DJPB akan memberikan persetujuan revisi DIPA. Sebaliknya apabila konsep DIPA Revisi tidak sesuai dengan hardcopy SAPSK Revisi maka konsep DIPA yang diajukan Satker akan dikembalikan untuk diperbaiki. Batas waktu pengesahan revisi DIPA paling lama 5 (lima) hari kerja setelah usulan pengesahan revisi DIPA serta data pendukungnya diterima secara lengkap. Data DIPA Revisi kemudian diinput kembali ke database untuk update data, selain itu data tersebut juga akan dikirimkan ke payment management, comitment management dan reporting untuk update data di masing-masing modul tersebut.

5.

Pengesahan Revisi DIPA tanpa Perubahan SAPSK


Revisi DIPA Permohonan Satker Dit. PA

UPSTREAM

M. SU

M. SU

Permohonan Revisi + ADK B.1.1.

Surat Penolakan

DIT. PA/Kanwil DJPB

B.1.2.1 Penilaian Revisi Data DIPA Database Data DIPA Dan Realisasi

Konsep/ Net Surat Revisi

B.1.2.2 Cek Surat Revisi

Sesuai Ketentuan ?

B.1.2.3 Ttd Surat Revisi

Surat Pengesahan Revisi

Data DIPA Revisi B.1.3 Surat Revisi Dan ADK

DOWNSTREAM

Saker mengirimkan permohonan revisi DIPA beserta ADKnya. Permohonan revisi tersebut kemudian akan diteliti oleh Dit PA/Kanwil DJPB dengan memperhatikan data DIPA dan realisasi anggarannya untuk menjamin bahwa revisi tersebut sesuai dengan pagu dana yang masih tersedia dan menghindari adanya pagu minus. Apabila permohonan revisi telah sesuai dengan segala peraturan yang ada maka Dit PA/Kanwil DJPB akan menerbitkan surat pengesahan revisi dan kemudian
61

menginput data DIPA revisi ke database serta mengirimkan data revisi DIPA ke comitment management, payment management dan reporting untuk update data di masing-masing modul tersebut.

6.

PersetujuanPenerbitan SKPA Penerbitan SKPA ditujukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan pembayaran antar wilayah. Mekanisme penerbitan SKPA dapat dilihat dalam gambar berikut :
Pengesahan SKPA

UPSTREAM

B.1.1 B.2.2

SU

SU

Permohonan Pengesahan SKPA

Pengembalian SKPA

D Data DIPA

B.2.5.1 Penilaian Permohonan

SKPA

B.2.5.2 Cek

OK ?

B.2.5.3 Ttd SKPA

KPPN

Data Realisasi DIPA SKPA Sudah DIsahkan Database Data DIPA D

Update Data Pagu DIPA

DOWNSTREAM

KPA Asal (pemberi) mengirimkan 10 dokumen SKPA ke KPPN Asal. KPPN Asal akan melakukan penelitian terhadap permohonan SKPA dengan memperhatikan kesesuaiannya dengan peraturan dan ketersediaan pagu DIPAnya. SKPA yang telah disahkan oleh KPPN Aasal akan dijadikan pertinggal (1 buah), dikirimkan ke KPA Asal (5 buah), Kanwil Asal (1 buah), Kanwil Penerima (1 buah), KPPN Penerima (1 buah) dan APK (1 buah). Pengiriman SKPA ke Kanwil, APK dan KPPN dimaksudkan untuk update data DIPA.

62

7.

PemberianDispensasi Dalam pelaksanaan anggaran seringkali ditemui kondisi-kondisi yang memerlukan adanya pemberian dispensasi bagi Satker. Pemberian dispensasi bagi Satker dapat diuraiakan sebagai berikut : a. Pemberian dispensasi di Direktorat PA, terdiri dari dispensasi pemberian UP di atas Rp 200.000.000, pengadaan tanah melalui UP, dispensasi penerbitan SKPA b. Pemberian dispensasi di Kanwil DJPBN, terdiri dari penambahan TUP, pengadaan tanah melalui UP, pembayaran tunggakan daya dan jasa tahun sebelumnya Mekanisme pemberian dispensasi untuk semuda model dispensasi tersebut pada dasarnya sama, yang membedakan hanyalah tempat pemberian dispensasi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengajuan dispensasi. Proses pemberian dispensasi baik di Direktorat PA maupun di Kanwil DJPB dapat dilihat pada gambar berikut :
Persetujuan Dispensasi

UPSTREAM

SU

SU

Prmhnan Dispensasi

Pengembalian Surat

B.1.1. B.1.2.

DIT. PA/Kanwil DJPB

B.1.3.1 Penilaian Permohonan Dispensasi

Konsep/ Net Surat Persetujuan / Penolakan

B.1.3.2 Cek

OK ?

B.1.3.3 Ttd Surat

Data DIPA Data DIPA Database Surat

DOWNSTREAM

Persetujuan perubahan besaran UP dapat diberikan berdasarkan permohonan yang diajukan K/L. Pemberian perubahan UP harus sangat selektif dan sesuai dengan kebutuhan, karena pemberian UP yang terlalu besar tidak sejalan dengan prinsip pengelolaan kas yang baik.

63

Pada dasarnya seluruh pembayaran harus dilakukan dengan mekanisme LS dengan tujuan mengurangiidle cash pada bendahara pengeluaran. Proses pengkajian kelayakan meliputi penilaian urgensi dan jumlah permohonan perubahan besaran UP. Dasar penilaian dapat menggunakan pertanggungjawaban UP/TUP

sebelumnya. Penerbitan dispensasi pembayaran melalui mekanisme UP masih dilaksanakan karena satker mengalami kesulitan apabila pelaksanaan kegiatan dilokasi tertentu yang tidak memungkinkan menggunakan LS misalnya pembelian bahan bakar di luar SPBU khususnya di daerah terpencil. Dalam pelaksanaan anggaran seringkali ditemui kondisi-kondisi yang memerlukan adanya pemberian dispensasi bagi Satker. Pemberian dispensasi bagi Satker dapat diuraiakan sebagai berikut : a. Pemberian dispensasi di Direktorat PA - Dispensasi pemberian UP di atas Rp 200.000.000 (PER-66/PB/2005) - Pengadaan tanah melalui UP (PER-66/PB/2005) - Dispensasi penerbitan SKPA (PER-07/PB/2005) b. Pemberian dispensasi di Kanwil DJPBN (PER-66/PB/2005) - Penambahan TUP - Pengadaan tanah melalui UP - Pembayaran tunggakan daya dan jasa tahun sebelumnya

E.

EXCEPTION DALAM MANAJEMEN DIPA

1. DIPA BLU Dalam perdirjen 57/PB/2008 tentang format DIPA BLU disebutkan bahwa alur proses DIPA BLU secara umum tetap mengikuti ketentuan penyusunan DIPA yang digunakan satuan kerja Kementerian/Lembaga lainnya terutama pada kegiatan yang dananya bersumber dari rupiah murni APBN, Pinjaman/Hibah dan PNBP. Perlakuan terhadap PNBP BLU yang dapat digunakan langsung untuk memberikan pelayanan pada masyarakat membutuhkan adanya format DIPA yang memiliki

64

karakteristik

khusus.Karakteristik

khusus

yang

dimiliki

DIPA

BLU

yaitu

pencantuman persentase ambang batas, saldo awal kas, dan saldo akhir kas pada halaman SP DIPA serta pencantuman pagu pembiayaan pada halaman II.B. Karakteristik khusus yang lain yaitu diwajibkannya Satker melampirkan dokumen Rencana Bisnis dan Anggaran dalam proses penyusunan DIPA BLU (UU No 1 Tahun 2004 Pasal 14 ayat 4). Ambang batas berisi informasi jumlah anggaran (persentase) yang boleh dikeluarkan melebihi pagu yang telah ditetapkan tanpa harus merevisi DIPA terlebih dahulu sepanjang tercantum dalam RBA dan PNBP nya telah melebihi target. Saldo awal kas merupakan saldo kas yang bersumber dari surplus anggaran tahun sebelumnya dan saldo anggaran bersih BLU tahun sebelumnya yang dicarry over pada tahun berjalan. Saldo akhir kas adalah surplus dan pembiayaan netto akhir tahun berjalan. Pencantuman pagu pembiayaan mengisyaratkan bahwa Satker BLU diperbolehkan untuk melakukan penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dalam kegiatan usahanya. Pengeluaran pembiayaan dimungkinkan dalam hal Satker BLU akan melakukan investasi, pembayaran pokok pinjaman, dan pemberian pinjaman. Sebaliknya penerimaan pembiayaan dimungkinkan dalah hal Satker BLU akan melakukan divestasi, menerima pinjaman jangka pendek dan jangka panjang.

2. DIPA Belanja Daerah DIPA Belanja Daerah memiliki beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan DIPA pada umumnya. Perbedaan tersebut meliputi : a. Data sumber untuk penyusunan dan penelaahan DIPA Belanja Daerah tidak berasal dari DJA. DIPA pada umumnya disusun oleh Satker dan ditelaah oleh DJPB berdasarkan Perpres RABPP yang diterbitkan oleh DJA. Akan tetapi, berbeda dengan DIPA pada umumnya, DIPA Belanja Daerah disusun oleh Satker (DJPK) dan ditelaah oleh DJPB

65

berdasarkan Perpres/PMK yang diterbitkan oleh DJPK, hal ini sesuai dengan pasal 5 ayat (2) PMK 126/PMK.07/2010. Dengan demikian, DJPK memiliki tiga peran sekaligus dalam proses pengelolaan keuangan negara, yaitu sebagai unit perencana, unit pelaksana sekaligus sebagai unit penanggung jawab Belanja Transfer ke Daerah. Proses bisnis penyusunan DIPA Belanja Daerah dapat digambarkan sebagai berikut :
Penerbitan DIPA Transfer ke Daerah

UPSTREAM

M. DJPK

M. DJPK

M. DJPK

Perpres DAU / PMK TKD

Konsep DIPA

Pengembalian Konsep DIPA

DIT. PA

B.1.1.1 Check HARD COPY

Hard copy Perpres / PMK

B.1.1.3 Penelaahan Konsep DIPA

Konsep/ Net DIPA

B.1.1.4 Cek DIPA

Sesuai Perpres / PMK ?

B.1.1.5 Ttd SP dan DIPA

DIPA Transfer ke Daerah

DOWNSTREAM

b. Penyusunan DIPA Belanja Daerah belum menggunakan aplikasi DIPA Penyusunan DIPA Belanja Daerah sampai saat ini masih dilakukan secara manual menggunakan Microsoft Excel, belum bisa menggunakan aplikasi DIPA.Hal ini dikarenakan belum ada interface data antara aplikasi DIPA dengan aplikasi di DJPK.

F.

PERMASALAHAN TERKAIT MANAJEMEN DIPA EXISTING Pada dasarnya best practise yang ada secara garis besar sudah sesuai dengan

SOP dalam manajemen DIPA saat ini. Kesesuaian tersebut secara langsung disebabkan oleh adopsi terhadap best practise yang ada dengan paket Undang-Undang Keuangan Negara serta petunjuk pelaksanaan lainya yang berkaitan dengan Management of

66

Spending Authority. Adapun berbagai permasalahan yang timbul dalam manajemen DIPA eksisting antara lain : 1. Fleksibilitas dalam pelaksanaan anggaran 2. Pelaksanaan penarikan dana dan mekanisme penyesuaian 3. Perbedaan pagu dana antara appropriation (APBN) dan allotment (DIPA) 4. Komponen anggaran dalam APBN belum terdokumentasi seluruhnya dalam DIPA (Penerimaan Pembiayaan) 5. DIPA belum optimal sebagai dokumen perencanaan penerimaan 6. Database terpisah 7. Format dan mekanisme penyusunan DIPA yang beragam Penjelasan permasalahan sebagai berikut : 1. Fleksibilitas dalam pelaksanaan anggaran. Fleksibilitas yang kurang pada dasarnya karena alokasi anggaran yang dibahas dalam RKA-KL antara DPR, DJA dan K/L dan dalam dokumen DIPA tercantum empat digit yaitu kelompok akun. Apabila dalam pelaksanaan memerlukan pergeseran dana sehingga kelompok akun dalam DIPA berubah harus mendapat pengesahan terlebih dahulu dari Ditjen Perbendaharaan. 2. Pelaksanaan pencairan dana dan mekanisme penyesuaian Paket UU Keuangan Negara Tahun 2003 dan UU Perbendaharaan Negara Tahun 2004 menjadi dasar penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran. Namun sampai tahun 2006 dokumen pada halaman III DIPA belum mencerminkan rencana penarikan dana yang baik dan masih menggunakan pola bagi rata setiap bulan dalam rencana yang disusun oleh satuan kerja. Diterbitkannya peraturan tentang perencanaan kas yang dituangkan pada UU No 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara dan SE-02/PB/2006 tentang Penyampaian Penerimaan dan Pengeluaran Kas Satker Pusat maupun Daerah menjadi dasar bagi perencanaan penarikan dan penerimaan dana satuan kerja. Rencana penarikan dana pada halaman III DIPA menjadi perikatan antara menkeu (selaku CFO) dan menteri teknis (selaku COO), sehingga perubahan yang berhubungan dengan hal tersebut harus diketahui kedua belah pihak yang terikat.
67

Proses update rencana penarikan dana yang merubah halaman III DIPA dilakukan oleh satker dan disampaikan kepada Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan per triwulan. 3. Perbedaan pagu dana appropriation (APBN) dan allotment (DIPA) Setelah UU APBN disahkan dengan jumlah anggaran belanja, pendapatan dan kalau dimungkinkan pembiayaan maka akan masuk dalam jurnal appropriation. Namun jumlah anggaran tersebut sampai saat ini belum seluruhnya diterbitkan DIPAnya khususnya anggaran pembiayaan pada awal tahun sehingga terjadi perbedaan pagu antara appropriasi dan allotment (DIPA). Sebagaimana diketahui DIPA merupakan dokumen pelaksanaan anggaran sebagai penjabaran dari UU APBN sehingga pagu anggaran yang tercantum dalam APBN semestinya ditampung dalam DIPA. Selama ini DIPA yang diterbitkan pada awal tahun lebih banyak untuk anggaran belanja dan pendapatan, sedangkan DIPA anggaran pembiayaan yang

ditatausahakan oleh BUN umumnya diterbitkan setelah UU APBN disahkan bahkan sampai mendekati akhir tahun. Hal ini mengakibatkan perbedaan pagu antara APBN dan DIPA tidak dapat diselesaikan dalam waktu dekat yaitu pagu APBN lebih besar dari pagu di dalam DIPA. 4. Komponen anggaran dalam APBN belum terdokumentasi seluruhnya dalam DIPA (Penerimaan Pembiayaan) Untuk memenuhi kebutuhan belanja Pemerintah Pusat dan transfer ke daerah, diperlukan sumber-sumber pendapatan negara dan pembiayaan anggaran. Anggaran pembiayaan defisit merupakan sumber pendanaan apabila dalam perhitungan APBN terjadi ketidakseimbangan dan digunakan untuk menutup kekurangan anggaran belanja. Pembiayaan terdiri dari dua yaitu dalam negeri dan luar negeri dan perencanaan serta penatausahaan anggaran pembiayaan merupakan salah satu tugas Menteri Keuangan dalam pelaksanaan kebijakan fiskal yang dilakukan pada saat menyusun rancangan APBN.

68

Kesenjangan APBN dan DIPA


Komponen APBN
Pendapatan Negara dan
Tidak sama

Anggaran dalam DIPA


Pendapatan Negara dan Hibah Belanja Negara (Belanja Pmth Pusat dan Transfer ke Daerah) Anggaran Pembiayaan (Penerimaan)

Hibah Belanja Negara (Belanja Pmth Pusat dan Transfer ke Daerah) Tidak sama Anggaran Pembiayaan (Penerimaan dan Pengeluaran)

Selama ini anggaran pembiayaan khususnya dari sisi penerimaan belum dicantumkan dalam dokumen pelaksanaan anggaran sehingga terjadi kesulitan untuk mengetahui dengan jelas kapan dan berapa besar rencana penerimaan pembiayaan baik dari pembiayaan dalam negeri maupun luar negeri apabila dilihat pada dokumen pelaksanaan anggaran.Pada waktu mendatang diharapkan semua anggaran yaitu belanja, pendapatan dan pembiayaan yang tercantum pada UU APBN ditatausahakan dalam suatu dokumen pelaksanaan anggaran.Untuk melaksanakan hal tersebut perlu integrasi dalam penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran khususnya pada anggaran pembiayaan.Integrasi dimaksud meliputi bagaimana BUN melaksanakan penatausahaan dan pendelegasian wewenang (KPA) di lingkungan BUN dalam penyusunan DIPA BUN. 5. DIPA belum optimal sebagai dokumen perencanaan penerimaan Sebagai bagian dari komponen anggaran dalam APBN maka pendapatan menjadi bagian yang sangat penting dalam pengelolaan manajemen kas. Apabila informasi yang terdapat dalam DIPA dapat digunakan bukan hanya sebagai informasi namun lebih berdaya guna maka pendapatan harus ditatausakan dengan baik dalam DIPA. Selama ini perkiraan penerimaan dalam halaman III DIPA belum dioptimalkan dalam pengertian belum digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk manajemen kas.Salah satu hal yang menjadi penyebabnya adalah belum dilaksanakannya mekanisme updating pada halaman III tentang perkiraan penerimaan.Hal lainnya adalah belum dikaitkannya penerimaan dengan tupoksi
69

dari satker.Terlebih jika dikaitkan dengan konsep PBB maka keterkaitan antara penerimaan dengan kegiatan satker perlu dicantumkan dalam DIPA.Selama ini pada Halaman III DIPA perkiraan penerimaan tidak mengacu pada suatu fungsi, program dan kegiatan tertentu sehingga informasi yang dicantumkan dalam DIPA belum dapat digunakan dengan optimal. 6. Database yang digunakan dari proses perencanaan anggaran sampai dengan pelaksanaan dan pelaporan masih terpisah yang menyebabkan antar pengelola data tidak dapat menyajikan informasi yang menyeluruh. Setiap pengelola data base di masing-masing unit apabila membutuhkan informasi dari database lainnya harus melakukan interface secara manual antara lain dengan menggunakan media penyimpanan. Terpisahnya database ini mengakibatkan terjadinya perbedaan data karena perubahan yang dilakukan disuatu database tidak diupdate secara otomatis oleh pengelola database yang lain. Akibat dari tersegmentasinya database ini adalah diperlukannya proses pencocokan data yang antara lain dilakukan dengan rekonsiliasi. Permasalahan selanjutnya adalah jumlah data yang direkon antara satu database dengan lainnya jumlahnya cukup besar sehingga memerlukan menyita waktu yang seharusnya dapat digunakan untuk kegiatan lainnya. 7. Perbedaan mekanisme dan penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran khususnya antara DIPA K/L dan DIPA BUN saat ini terjadi sehingga menyebabkan kurang efisien. Apabila mekanisme proses penyusuna DIPA dapat sama maka tidak perlu dibuat aplikasi tersendiri untuk masing-masing bagian anggaran. Masalah lainnya terkait dengan akuntansi dan pelaporan karena masih ada DIPA yang menggunakan konsep simplifikasi. DIPA untuk kebutuhan tertentu masih menggunakan satu akun untuk beberapa transaksi belanja apalagi jika digunakan untuk membentuk suatu aset. Mekanisme belanja yang berasal dari penerimaan PNBP satker BLU juga memiliki karakteristik yang berbeda dengan mekanisme belanja bagi satker biasa. Perbedaan tersebut perlu diantisipasi dalam sistem SPAN yang akan dibangun karena dalam aplikasi SPAN proses pengembangannya sedapat mungkin tidak berbeda jauh antara berbagai proses mekanisme yang dilaksanakan.
70

Hal lainnya adalah masih adanya perbedaan mekanisme penganggaran yang dimulai dari penyusunan kertas kerja RKAKL dan dilanjutkan dengan DIPA khususnya untuk DIPA transfer ke daerah. Sampai saat ini proses bisnis yang dilakukan dalam penyusunan dokumen anggaran untuk transfer dilaksanakan oleh DJPK dan penggunaan aplikasi yang berbeda dengan DIPA K/L lainnya. Aplikasi yang tidak terintegrasi ini akan menyulitkan proses selanjutnya jika diperlukan laporan realisasi transfer untuk suatu daerah tertentu karena data hanya dapat dilihat pada institusi yang menanganinya.

71

BAB IV MANAJEMEN DIPA FUTURE

Komitmen dalam penyempurnaan pengelolaan keuangan negara telah dikukuhkan sejak disusunnya paket Undang-undang Keuangan Negara.

Penyempurnaan dari sisi pelaksanaan anggaran dilakukan secara bertahap dimulai dari pelaksanaan unified budget (penyatuan anggaran rutin dan pembangunan dalam satu dokumen yaitu DIPA) yang diikuti dengan pelaksanaan DIPA dimulai dari 1 Januari hingga 31 Desember, fleksibilitas dalam pelaksanaan anggaran, pendelegasian kewenangan dalam pembinaan pengelolaan keuangan negara, hingga perubahan paradigma pelaksanaan anggaran yang memberikan keleluasaan satker selaku manajer untuk memanajemen anggaran dalam lingkup kewenangannya.

A. VISI MISI Visi merupakan hal yang penting untuk mencapai misi dalam perwujudan implementasi tugas dan tanggung jawab sebagai pengelola perbendaharaan negara yang profesional.Diharapkan dengan adanya visi sebagai pengelola manajemen pelaksanaan anggaran yang profesional dan dapat diandalkan dalam mengatasi tantangan perubahan aspek pengelolaan keuangan negara. Lahirnya paket undangundang di bidang keuangan negara No. 17 Tahun 2003 dan No. 1 Tahun 2004 memberikan paradigma baru dalam pengelolaan keuangan di Indonesia. Kementerian keuangan yang sebelumnya menjalankan fungsi financial administration dan financial management sekaligus saat ini dititikberatkan pada pelaksanaan fungsi financial management, sementara fungsi financial administration diberikan sepenuhnya kepada kementerian teknis. Dengan misi untuk menciptakan suatu sistem pengelolaan anggaran yang simpel dan dapat mengakomodasi kepentingan Kementerian/Lembaga serta menyediakan mekanisme penyediaan dana yang efektif dan efisien diharapkan DJPB menjadi institusi yang dapat meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan negara sehingga dapat disejajarkan dengan negara lain di bidang perbendaharaan negara.
72

Tantangan ke depan dalam bidang penganggaran adalah bagaimana pengelolaan keuangan negara didasarkan pada penganggaran berbasis kinerja. Hal itu bertujuan agar akuntabilitas dalam penggunaan dana dapat secara langsung diketahui dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Penerapan penganggaran berbasis kinerja mendorong Kementerian/Lembaga untuk menciptakan kegiatan yang lebih produktif, terarah dan efisien. DJPB bertugas untuk menciptakan ketersediaan dana yang diperlukan oleh pengguna anggaran secara efektif dan efisien. Rencana penggunaan dana menjadi hal yang penting dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Revitaliasi rencana penggunaan dana pada dokumen pelaksanaan anggaran menjadi sorotan utama ke depan bagi peningkatan efektifitas pelaksanaan kegiatan masing-masing penggunaan anggaran. Tanggungjawab pelaksanaan kegiatan di masing-masing kementerian/ lembaga akan semakin meningkat sehingga KPA akan semakin fleksibel dalam mengatur pengelolaan kegiatan yang dilaksanakan. Agar maksud tersebut dapat dicapai salah satu hal yang dapat digunakan adalah penyederhanaan format dokumen Perpres Rincian APBN yang semula dirinci dalam enam digit rencananya akan dikurangi menjadi dua digit. Pengurangan digit ini akan membuat K/L semakin mudah penyusunan anggaran dan pelaksanaannya antara lain pergeseran akun untuk

mencapai suatu output tertentu dengan tetap memperhatikan kewenangan yang dimiliki. Pelaksanaan kegiatan yang semakin fleksibel dalam melakukan pergeseran dana akan memungkinkan waktu pelaksanaan pencairan dana juga berubah. Penganggaran berbasis kinerja (performance base budgeting) diterapkan untuk mengetahui sejauh mana kinerja masing-masing K/L dalam pencapaian output dengan sejumlah dana yang telah ditetapkan. Dalam penganggaran berbasis kinerja ini akan dilihat perkembangan pelaksanaan anggaran dari satu periode ke periode lainnya. Penggunaan dua digit dalam dokumen anggaran berarti bahwa yang digunakan sebagai acuan bagi MoF untuk penelaahan atau pembahasan hanya jenis belanja.Apabila terjadi perubahan jenis belanja maka harus disetujui terlebih dahulu oleh legislatif.Disamping perubahan format digit yang merupakan landasan bagi rencana kegiatan, RKAKL juga mengakomodasi kepentingan bagi pelaksanaan anggaran yang menjadi tanggung jawab DJPB. Perubahan dimaksud dengan menambah jumlah
73

halaman RKAKL menjadi lima halaman yaitu tambahan halaman IV dan V menjadi bagian tugas yang akan dilaksanakan oleh DJPB meliputi rencana penarikan dana dan batas pencairan dana serta catatan yang diperlukan. Pencantuman halaman tambahan ini bertujuan agar dari awal proses perencanaan K/L sudah dapat menganalisis kebutuhan dana untuk pelaksanaan kegiatan pada suatu periode tertentu namun hal ini jika dikaitkan dengan fleksibilitas yang diberikan kepada K/L akan menjadi kendala karena dapat terjadi pergeseran dana menyebabkan perubahan waktu pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan anggaran memerlukan suatu koridor/dasar pijakan yaitu manajemen DIPA (Management of Spending Authority). Manajemen DIPA dilakukan mulai dari diterimanya data dan dokumen hasil pembahasan dari Direktorat Jenderal Anggaran bersama Kementerian Negara /Lembaga (K/L) hingga dana DIPA dapat ditarik oleh K/L yang bersangkutan. Berkaitan dengan beberapa permasalahan dalam manajemen DIPA saat ini seperti yang tertulis pada bab sebelumnya, maka disusunlah berbagai proses untuk menyempurnakan pengelolaan keuangan negara, sampai dengan pengembangan sistem pengelolaan keuangan negara yang terintegrasi yang saat sedang dilaksanakan. Integrasi yang dimaksudkan adalah dari sisi database dan konektivitas subsistem yang satu dengan yang lain ataupun dengan sistem lain berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara. Sistem tersebut adalah SPAN yang diharapkan akan dapat mengakomodasi berbagai kebutuhan untuk perbaikan dalam pengelolaan keuangan di masa mendatang.

B. FITUR ORACLE (ERP SPAN) DALAM MANAJEMEN DIPA 1. Penyusunan Annual Financial Plan (Rencana Penarikan Dana)

a. Konsep Penyusunan AFP dengan Alternatif Pertama Untuk alternatif pertama dalam penyusunan AFP ini memiliki dua karakteristik yaitu : 1) Bersifat mengikat dan sebagai batas pengeluaran memiliki ciri : - Baik untuk manajemen kas karena treasury dapat menggunakan informasi yang ada untuk melakukan penyediaan dana dengan tepat atau minimal tidak terlalu banyak dana yang disimpan untuk jaga-jaga.
74

- Namun demikian bagi satker hal tersebut akan menambah proses bisnis baru yaitu updating rencana penarikan dana setiap bulan karena AFP yang dituangkan dalam Halaman III DIPA menjadi batas pengeluaran setiap bulan. Apabila pengeluaran melebihi yang direncanakan dapat dilakukan dengan merubah rencana pengeluaran pada bulan berikutnya sedangkan pada bulan berjalan apabila terjadi kelebihan pengeluaran tidak dapat diajukan penambahan dana yang dicairkan (sesuai dengan Permenkeu 192 Tahun 2009). 2) Perencanaan kas jangka panjang memiliki ciri : - Tidak berlaku sebagai batas tertinggi sehingga apabila terdapat kebutuhan dana untuk kegiatan yang dilakukan dengan ikatan dengan pihak ketiga atau kegiatan non kontraktual yang lebih besar dari Halaman III akan dilakukan penyesuaian data kebutuhan tersebut. Perencanaan kas jangka panjang menjadi lebih fleksibel dalam pelaksanaannya dari sisi satker namun menyebabkan treasury harus menyediakan dana yang cukup besar untuk jaga-jaga apabila terjadi permintaan dana yang melebihi rencana. - Untuk mengurangi resiko dana yang menganggur terlalu besar maka diperlukan mekanisme penelaahan Halaman III DIPA yang seakurat mungkin dan proses updating yang terintegrasi terkait pengeluaran yang melebihi rencana dari satker. Dalam mendukung hal tersebut dibutuhkan aplikasi yang terhubung dan terkoneksi antara baik komitmen maupun pengeluaran lain dan spending authority di satker. Hal-hal yang melatarbelakangi alternatif mekanisme manajemen kas jangka panjang yaitu adanya konsep terkait AFP itu sendiri yang dijelaskan bahwa setelah pagu dana diterima dari MoF maka satuan kerja menyusun rencana penggunaan dana sesuai dengan kewenangannya. Dikaitkan dengan landasan hukum berdasarkan UU No. 1 Tahun 2004 Pasal 14 ayat (3) dinyatakan antara lain bahwa dalam dokumen pelaksanaan anggaran diuraikan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja dan Pasal 7 ayat (2F) yang menyatakan bahwa Bendahara Umum Negara berwenang mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan anggaran negara. AFP yang termuat dalam DIPA bukanlah sesuatu yang bersifat permanen (perencanaan kas jangka panjang). Ketika satker
75

melakukan suatu rencana pengeluaran khususnya terkait komitmen, rencana pembayaran atas komitmen tersebut bisa mengakibatkan perubahan AFP. Setiap perubahan AFP harus didaftarkan oleh satuan kerja ke dalam sistem. Sistem akan secara otomatis mencek AFP/revisi AFP dengan ketersediaan pagu DIPA. Perubahan rencana penarikan dana (AFP) dilaksanakan atas perubahan data POK/revisi POK satker, sehingga DJPB dapat memperkirakan kebutuhan dana yang harus disediakan di kas negara. Terkait dengan AFP, tidak ada kewenangan kantor pusat DJPB untuk menolak usulan perubahan AFP satuan kerja. Karena berdasarkan UU No. 1 Tahun 2004 Pasal 3 ayat (7) tentang Perbendaharaan Negara, keterlambatan pembayaran dapat mengakibatkan denda/bunga. Dengan demikian menjadi tugas DJPB untuk mencari tambahan dana untuk disesuaikan dengan AFP satuan kerja. b. Konsep Penyusunan AFP dengan Alternatif kedua Penyusunan AFP untuk alternatif kedua ini memiliki beberapa karakteristik yaitu: 1) Pengecekan encumbrance terhadap ketersediaan pagu dilakukan terhadap saldo pagu DIPA secara kumulatif satu tahun (tidak periodik/ bulanan); 2) Data komitmen dan realisasi terintegrasi dengan AFP, dimana AFP tidak digunakan untuk mengontrol data komitmen (payment schedule) dan data realisasi. Tidak dilakukan pengujian AFP pada saat approval SP2D 3) Sisa AFP maupun sisa encumbrance yang tidak direalisasi sampai akhir bulan akan terbawa ke bulan berikutnya. Penyesuaian terhadap kedua alternative tersebut dapat dilakukan dengan mengatur kontrol anggaran (budgetary control) pada AFP. Untuk alternatif pertama maka pengaturan budgetary control dilakukan secara period to date (PTD) sehingga pagu anggaran perbulan tidak dapat dilampaui. Sehingga system Oracle akan melakukan pengecekan ketersediaan pagu perbulan. Sedangkan untuk alternative kedua maka pengaturan pada budgetary control dilakukan year to date, pada pengaturan ini AFP tidak dijadikan mengikat perbulan, namun pertahun.

76

2.

Penerapan Cash Limit Dalam dokumen bidding SPAN terdapat suatu mekanisme yang disebut cash limits yaitu treasury menggunakan kewenangan untuk mengatur dana yang dapat dicairkan oleh satuan kerja. Penerapan cash limits berdasarkan kondisi yang tidak seimbang antara realisasi penerimaan dan rencana penarikan dana. Cash limits merupakan suatu fasilitas bagi treasury untuk menerbitkan pembatasan pencairan secara periodik baik bulanan/triwulanan maupun kebutuhan treasury yang bersifat khusus (ada perintah dari eksekutif). Kasus cash limits di Indonesia penerapannya ke depan ditekankan hanya pada saat kekurangan kas pada waktu tertentu sehingga dimungkinkan apabila kondisi kas sudah pulih dapat dilakukan pencairan sesuai dengan perencanaan semula. Pembatasan kas (cash limits) akan membentuk dasar bagi pengawasan pelaksanaan anggaran yang akan digunakan sedangkan AFP akan membentuk dasar bagi perencanaan penarikan dana pada tingkat satuan kerja. Apabila cash limit diterapkan di Indonesia maka institusi lingkup DJPB yang akan memberikan data kas adalah Dit PKN. Data yang terekam dalam data base yang sudah terintegrasi akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melaksanakan cash forecasting bagi Direktorat PKN dan sesuai dengan bidding document SPAN bahwa apabila terjadi ketidakseimbangan antara realisasi penerimaan dan rencana penarikan dana maka diberlakukan cash limit. Direktorat PKN sebagai owner pengelolaan kas melakukan analisa terhadap kebutuhan kas satuan kerja kemudian diteliti apakah dana pemerintah yang tersedia sesuai dengan kebutuhan satuan kerja. Apabila dana yang dapat disediakan oleh pemerintah lebih sedikit berdasarkan perkiraan penerimaan dikurangi dengan rencana penarikan dana maka untuk mengatasi hal tersebut akan diberlakukan cash limit. Data cash limit akan dimasukkan dalam database dan akan digunakan oleh KPPN sebagai dasar pencairan dana satuan kerja. Kewenangan satker dalam pelaksanaan anggaran belanja terikat oleh cash limit. Penerapan cash limit dapat dilihat pada UU No.1 Tahun 2004 Pasal 7 ayat (2c) bahwa Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara berwenang mengendalikan pelaksanaan anggaran.
77

Namun demikian, usulan penerapan cash limit sebaiknya tidak dikenakan pada kegiatan yang sudah dilakukan pembuatan komitmennya dengan pihak ketiga karena akan berakibat pengenaan denda pada pemerintah. Cash limit dapat dikenakan pada kegiatan yang belum memiliki ikatan serta kepastian jadwal pelaksanaan sehingga merupakan kegiatan yang belum didaftarkan komitmennya oleh satker ke dalam sistem antara lain kegiatan perjalanan dinas, honor dan sebagainya. Apabila terjadi AFP tidak sama dengan cash limit, maka sistem akan mengabaikan AFP dan menerapkan cash limit. Sistem yang akan digunakan juga menyediakan interface dengan modul lain dalam pelaksanaan cash limit. Pengaturan dana (kas) yang dapat digunakan oleh K/L dalam pengertian yang sedikit berbeda yaitu warrant allocation yang diberikan oleh treasury kepada line ministries baru kemudian dibagikan oleh line ministries kepada unit di bawahnya dengan mengeluarkan sub warrant. Penerbitan warrant juga berdasarkan pertimbangan ketersediaan kas pemerintah yang tidak sesuai dengan rencana permintaan dana dari satuan kerja (cash shortage). Sistem aplikasi dalam SPAN yang digunakan yaitu menggunakan Oracle secara standar tidak dapat mengatur jumlah kas yang dapat digunakan oleh satker. Dengan demikian maka pelaksanaan cash limits hanya dapat dilakukan melalui modul MoSA menggunakan pembatasan pada pagu dana satker yang dapat digunakan. Pagu dana pada periode tertentu (bulanan) akan dibatasi untuk jumlah tertentu dan jenis pengeluaran tertentu yang tercantum pada Halaman III DIPA. Informasi cash shortage dari Dit PKN akan digunakan bagi DJPB untuk melakukan cash limits dan lebih dahulu melalui DJA jika pengurangan pagu terkait dengan revisi kewenangan DJA.

3.

Pencatatan MTEF Hal ini dimaksudkan bahwa kewenangan satker dalam pelaksanaan anggaran belanja yang bersifat multi years terikat MTEF. Dasar Hukum yang digunakan adalah draft revisi PP 21/2004 tentang RKA-KL. Dengan adanya data yang akurat tentang MTEF, MOF juga akan lebih mudah dalam menyusun perencanaan kas di masa mendatang (forward cash plan). Sistem menyediakan fasilitas untuk
78

merekam, merubah dan menyimpan data perencanaan maju tiga tahun ke depan (prakiraan maju). MTEF lebih menonjol pada sisi perencanaan lebih dari satu tahun sedangkan DIPA merupakan dokumen pelaksanaan anggaran tahunan sehingga modul MoSA tidak langsung terlibat dalam proses dalam MTEF. Dalam konteks MTEF yang akan dibahas adalah rencana kegiatan yang baru sebagai new initiative sehingga kegiatan bersifat pengulangan dan tidak berubah tidak perlu dibahas di legislatif. Terdapat suatu gagasan apabila kegiatan yang bersifat rutin dapat langsung diusulkan setelah mendapat penetapan dari Menteri Keuangan sehingga tidak perlu menunggu pembahasan dengan legislatif. Namun apabila kegiatan dimaksud terdapat unsur baru yang akan dilaksanakan dan untuk menyesuaikan tingkat harga-harga umum (inflasi) maka perlu dilakukan pembahasan. 4. Vote on Account Suatu mekanisme yang digunakan pada saat anggaran belum disetujui parlemen pada batas waktu yang telah ditentukan dengan menerbitkan DIPA yang digunakan untuk kegiatan operasional satker. MoSA dalam hal ini menerbitkan DIPA yang bersifat sementara agar pelaksanaan pemerintahan tetap berjalan. DIPA dimaksud akan digunakan untuk keperluan belanja pegawai dan belanja lainnya (operasional) yang tidak dapat ditunda untuk kelancaran kegiatan satker. Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003 Pasal 15 ayat (6) dinyatakan bahwa apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui Rancangan Undang-undang yang diusulkan, Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.

79

Penerbitan DIPA VoA


Minggu ke dua November
RKA-KL TA Baru dg pagu anggaran yg sudah ditentukan Menkeu APBN blm disepakati SPAN

Bulan ketiga belum ada UU APBN

DJA

APBN belum disahkan

DJPB

Alokasi tahun lalu sebagai batas maksimal pagu

Penelaahan DIPA VoA

DIPA VoA

Pencairan blokir

DIPA Biasa

Roren K/L; Unit Es I

Alokasi per K/L; Unit Eselon I

Satker

Kertas Kerja RKAKL

Konsep DIPA

KPPN

DJA

5.

Carryforward (dalam modul ini diartikan sama dengan carryover) Menurut L, Ian dan L, Gsta, (2009) Carry-over adalah hak untuk menggunakan sisa alokasi (appropriation) melampaui jangka waktu yang diberikan sebelumnya Carry-over is the right to use an unspent appropriation beyond the time period for which it was originally granted. Hal ini berarti bahwa K/L dapat menggunakan beberapa atau semua dari anggaran yang belum habis dari alokasi tahun-tahun sebelumnya selain alokasi anggaran tahun berjalan ini. Beberapa negara juga mengizinkan K/L untuk meminjam terhadap alokasi di masa depan, yang secara konseptual serupa dengan carry-forward negatif. Kebutuhan untuk carry-forward muncul sebagai akibat dari fakta bahwa otorisasi anggaran biasanya diberikan untuk jangka waktu yang bersifat diskrit (tertentu/penuh). Argumen untuk membatasi hak untuk melakukan pengeluaran pada waktu yang telah ditentukan yang sering disebut sebagai prinsip tahunan merupakan hal menarik yang dipertimbangkan, karena hal ini memungkinkan untuk melakukan penilaian secara reguler dan merupakan konfirmasi terhadap suatu prioritas pengeluaran. Sehingga Carry-overs harus ditafsirkan sebagai pengecualian, dan dibenarkan karena pertimbangan praktis daripada sebuah penentangan atas prinsip annuality itu sendiri.

80

Kebutuhan untuk carry-overs muncul karena dalam penganggaran sektor publik, dalam banyak hal proses yang dilakukan tidak sempurna. Sifat heterogen kegiatan pemerintah, informasi yang asimetris, keterbatasan waktu dan sumber daya yang tersedia untuk penyusunan anggaran, serta prosedur persetujuan yang rumit di eksekutif dan legislatif, merupakan hal yang menyulitkan jika tidak mungkin, untuk benar-benar menilai semua item dalam anggaran setiap tahun. Akibatnya, beberapa alokasi anggaran akan (harus) didasarkan pada perkiraan dan formula terapan yang universal (perlu penyesuaian dalam pelaksanaan). Carry-over adalah salah satu dari sejumlah prosedur anggaran yang digunakan untuk mempermudah transisi antara dua tahun anggaran. Dalam anggaran berbasis kas dan rezim akuntansi, rekening transaksi tahun sebelumnya kadangkadang dapat dicatat secara singkat ke dalam tahun fiskal yang baru, misalnya, selama satu bulan. Seperti complementary accounting periods diperkenalkan untuk mengatasi penundaan proses transaksi. Pelaksanaan kegiatan dengan karakter multi-years merupakan hal yang berbeda, dan beberapa negara memberikan multi-years appropriations. Seperti dengan carry-over, maka prinsip annuality adalah bertentangan tetapi hal ini dapat dibenarkan oleh pertimbangan praktis pengelolaan anggaran. Di sejumlah negara maju, kewenangan anggaran adalah atas dasar akrual, antara lain mengukur pemanfaatan sumber daya aktual. Ketika anggaran berbasis akrual, tidak ada kemungkinan untuk menggunakan alokasi dengan pre-paying goods and services atau dengan stocking-up on supplies. Sehingga anggaran berbasis akrual mengurangi beberapa alasan (some of the rationale) untuk pelaksanaan carryover. Carryforward dilaksanakan terkait dengan fund available seperti yang telah ditulis di atas yaitu pengalihan pagu dana sedangkan yang lain adalah terkait dengan encumbrance (ikatan atau kontrak yang melebihi satu tahun anggaran). Pengertian carryforward terkait dengan fund available merupakan penggunaan alokasi dana yang melebihi satu tahun anggaran sehingga dapat dilaksanakan pada tahun anggaran berikutnya tanpa dibahas lagi oleh parlemen (persetujuan). Di Indonesia pada umumnya digunakan untuk program yang menjadi prioritas pemerintah dan
81

berdampak luas dalam perekonomian nasional. Program PNPM merupakan salah satu bentuk carryforward pada fund available yang menggunakan pedoman/dasar UU APBN namun tidak dilakukan pembahasan persetujuan kegiatan. Siklus penganggaran tahunan pada dasarnya dilaksanakan sesuai rentang waktunya sehingga apabila terdapat pelaksanaan yang belum selesai pada akhir tahun anggaran harus dilihat dahulu penyebabnya. Jika penyebabnya adalah dari kesalahan pelaksanaan manajemen oleh satuan kerja sudah pasti tidak dapat diberlakukan carryforward. Terkait dengan encumbrance pada carryforward yaitu kontrak multiyears apabila pelaksanaan kegiatan satu tahun belum selesai maka dapat dilaksanakan pada tahun anggaran berikutnya dengan menggunakan kegiatan yang sama. Dengan alokasi pagu kegiatan yang sama pada tahun berikutnya mengakibatkan adanya alokasi dana kegiatan yang dikorbankan. Namun apabila dalam pelaksanaan ternyata diperkirakan dapat diselesaikan maka pagu sisa tahun berjalan dapat dialokasikan melalui APBN-P. Pelaksanaan carryforward untuk encumbrance only dapat dilaksanakan dengan keputusan Menteri Keuangan.
Carryforward Encumbrance Only (Revisi DIPA)

Satker

Dana yg belum direalisasikan

Data encumbrance, fund available

Database satker

Revisi DIPA

2 5 10 12

KPPN

Penelitian budget, encumbrance, fund available

Jurnal Carryforward 4 6

ERP

Kanwil DJPB

9 10 SP DIPA Revisi 11 Jurnal Allotment

DJA

Revisi Kertas Kerja

Penelitian penyebab Carryforward & Perubahan Kertas Kerja

Revisi Perpres RABPP

Hyperion

82

Carryforward Fund Only (Revisi DIPA/DIPA Luncuran PNPM Mandiri)


17

Satker

8 Database satker 7 Konsep DIPA

1 2

KPPN

Appropriation/ allotment yg belum direalisasikan

Data fund available

Penelitian budget, encumbrance, fund available

Jurnal Carryforward

ERP

12

Kanwil DJPB

Data fund available 6

Penelaahan

10

SP DIPA Revisi

11

Jurnal Alloment

19

Dit PA

DIPA Revisi

13

Jurnal Appropriation

18

14

DJA

Hyperion

15

APBN-P

16

Revisi Perpres RABPP

6.

Retirement Apabila digunakan konsep warrant pada saat akhir tahun, ketika dokumen pelaksanaan anggaran habis masa berlakunya maka KPA/satuan kerja harus mengirimkan kembali sisa dana yang tidak habis digunakan kepada kantor pusat K/L.

C. Manajemen DIPA di luar Sistem ERP Pemberian Dispensasi (UP dan Akun) Walaupun tidak terkait langsung dengan SPAN namun dispensasi masih diperlukan sepanjang keputusan pemberian izin penggunaannya diperketat (tidak termasuk dalam proses aplikasi SPAN). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah dinyatakan bahwa Uang

Persediaan adalah sejumlah uang yang disediakan untuk satuan kerja dalam melaksanakan kegiatan operasional kantor sehari-hari. Pasal 28 PP No. 39 Tahun 2007 dinyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan pengeluaran, kementerian negara/lembaga dapat diberikan Uang Persediaan sebagai uang muka kerja untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari. Sedangkan pada Pasal 29 disebutkan Uang Persediaan hanya digunakan untuk jenis pengeluaran yang tidak dapat
83

dilakukan langsung oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran kepada pihak yang menyediakan barang dan/atau jasa. Penggunaan Uang Persediaan yang menyimpang dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pelanggaran dan dapat dikenakan sanksi berupa pencabutan fasilitas pemberian uang persediaan. Uang persediaan lebih banyak terkait dengan manajemen pembayaran sehingga dari modul MoSA akan sedikit menyinggung masalah UP. Pada dasarnya kemudahan yang diharapkan bagi pelaksanaan kegiatan adalah tujuan utama bagi Direktorat Jenderal Perbendaharaan dalam memberikan pelayanan kepada satuan kerja. Namun di sisi lain perlunya dijaga agar penyediaan dana oleh pemerintah tidak dimanfaatkan secara langsung sehingga terjadi idle cash. Oleh karena itu diusulkan bahwa UP masih diperlukan namun dibatasi pemberian UP sesuai dengan pedoman dalam PP No. 39 Tahun 2007. Terkait dengan pemberian dispensasi perubahan besaran UP terdapat dua alternatif usulan yaitu pemberian dispensasi besaran UP yang selektif dan kedua adalah tidak diperlukan lagi perubahan dispensasi besaran UP. Pertimbangan yang menjadi dasar bahwa dispensasi masih diperlukan adalah kegiatan yang sangat khusus dan dilakukan dalam jangka waktu lama (tidak dapat diperkirakan dengan pasti) di suatu lokasi yang tidak memungkinkan melakukan untuk penarikan dana sewaktu-waktu. Apabila dibayarkan dengan LS pada jumlah tertentu sedangkan pelaksanaan masih belum selesai maka akan menyulitkan dalam menyelesaikan kegiatan (intelijen di daerah terpencil untuk jangka waktu yang tidak pasti). Tambahan Uang Persediaan (TUP) masih diperlukan karena terkait dengan semakin dibatasinya permohonan perubahan besaran UP.

84

Gambar : Proses Pengajuan Dispensasi Besaran UP


Satker

DJPBN
Permintaan dispensasi Surat penolakan Surat Dispensasi
Yes

Database
Data DIPA dan Realisasi Anggaran

Di t PA/Kanwi l DJPBN

Penel aahan terhadap perm i ntaan di spen sasi


Data D ispensasi

No
Sesuai dengan aturan

Pem beri an Di spensasi

D. AREA OF IMPROVEMENT MANAJEMEN DIPA FUTURE Untuk mencapai kondisi pengelolaan keuangan negara yang tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan

bertanggung jawab diperlukan suatu sistem manajemen untuk mendukung pelaksanaannya. Disusunnya manajemen pelaksanaan anggaran dengan sistem yang terpadu merupakan penjabaran dari tugas DJPB sebagai sarana untuk mendukung kegiatan pelaksanaan anggaran pada Kementerian/lembaga 1. Database Terintegrasi Dengan adanya SPAN maka akan terjadi pengintegrasian proses penganggaran antara budget preparation dan budget authority (execution) sehingga perlu dilakukan koordinasi untuk menentukan apakah future business yang akan dilakukan oleh DJPB (budget authority) berjalan sesuai dengan proses perencanaan yang dilakukan oleh DJA (budget preparation). Hal ini perlu dilakukan karena tugas DJPB dalam mengelola manajemen pelaksanaan anggaran bukan tugas yang berdiri sendiri namun merupakan suatu rangkaian proses penganggaran yang menyeluruh. Koordinasi dapat dilaksanakan sebelum proses perencanaan dilaksanakan dengan saling bertukar informasi atau data yang
85

diperlukan sehingga pada saat pelaksanaan akan memiliki kesesuaian baik secara konseptual maupun aplikatif. Konsep baru yang akan dilaksanakan yaitu kinerja dan penganggaran jangka menengah serta penerapan fleksibilitas bagi satker dalam pelaksanaan anggaran menyebabkan terjadinya perubahan struktur data pada RKAKL dan DIPA. Kebutuhan informasi perencanaan anggaran dalam RKAKL dengan memasukkan konsep baru tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan dari pelaksanaan anggaran yang tercantum dalam DIPA yang salah satu fungsinya merupakan dokumen untuk dasar pembayaran yang berlaku selama satu tahun.Sehingga terdapat perbedaan kebutuhan informasi yang diperlukan antara RKAKL dan DIPA walaupun dalam database semua berasal dari RKAKL. Database yang terintegrasi juga memudahkan pelaksanaan kegiatan pada modulmodul lain dalam proses bisnis tertentu. Dengan penyatuan database suatu modul tidak memerlukan waktu yang lama dalam menyelesaikan proses bisnis hanya tinggal mengambil informasi dari database pada modul lainnya. Integrasi dimaksud terjadi antara data RKAKL yang ada di hyperion dengan data DIPA di ERP (Oracle) yang akan dibuat suatu interface sehingga informasi dari RKAKL dan DIPA dapat saling berhubungan tanpa ada media antara. Namun demikian dalam perkembangan terdapat usulan agar RKAKL dan DIPA dijadikan satu dalam sistem aplikasi hyperion sehingga akan menghemat proses penyesuaian (custom) jika masing-masing aplikasi melakukannya secara terpisah. 2. StreamliningBudget Authority Processes for DIPA Dengan adanya SPAN proses penyusunan dokumen DIPA dapat lebih cepat karena tidak lagi melihat/mencocokkan pagu dana masing-masing kegiatan karena hanya dua digit dan dengan sistem yang terintegrasi menyebabkan tidak akan terjadi perbedaan data. Penelaahan akan semakin mudah dan dilakukan antara lain untuk mencocokkan rencana penarikan dana pada Halaman III DIPA serta apabila terdapat catatan terhadap penggunaan dana antara lain dana yang masih diblokir pada Halaman IV DIPA. Namun demikian karena pembagian tugas/kewenangan dari DJA dan DJPB maka masih diperlukan untuk melakukan penelaahan antara
86

lain terkait dengan Bagan Akun Standar (BAS) yang menjadi tugas DJPB untuk menilai kebenarannya.

3.

Peningkatan Fleksibilitas Dalam Pelaksanaan Anggaran Rencana penggunaan dua digit dalam dokumen pelaksanaan anggaran akan semakin meningkatkan fleksibilitas bagi satuan kerja dalam mengoptimalkan sumber daya yang digunakan untuk mencapai suatu output disesuaikan dengan kondisi riil. Dengan pengelolaan yang semakin fleksibel akan membuat KPA dapat leluasa dalam penyesuaian pelaksanaan kegiatan karena yang direncanakan dapat berubah serta kebutuhan yang mungkin berbeda sesuai dengan kondisi riil yang dihadapi namun tetap mengacu pada output yang akan dicapai. Namun pengertian let the managers manage bukan diartikan bahwa rencana yang telah disusun tidak digunakan sama sekali sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan. Hanya kondisi yang benar-benar mendesak KPA sebagai penanggung jawab kegiatan melakukan penyesuaian pelaksanaan pekerjaan.

4.

Peningkatan Fungsi Halaman III DIPA Rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan yang saat ini tercantum dalam dokumen DIPA halaman III akan menjadi fokus tugas DJPB dalam

manajemen/pengelolaan kas masing-masing satuan kerja. Hal ini sejalan dengan maksud Pasal 7 angka (2) huruf c UU No. 1 Tahun 2004 yaitu Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran negara. Dengan demikian maka kewenangan Menteri Keuangan untuk pengendalian pelaksanaan anggaran negara termasuk mengawasi

pelaksanaanrencana penarikan dana agar dapat sejalan dengan rencana penerimaan kas pemerintah sehingga dapat menjaga keseimbangan neraca pemerintah. Selama ini yang kerap terjadi adalah pencairan dana pada periode waktu tertentu sedikit sedangkan pada periode waktu yang lain menumpuk yang tidak sesuai dengan rencana kerja/kegiatan yang telah dibuat. Pelaksanaan pencairan dana yang tidak terencana menyebabkan Direktorat PKN harus menyediakan kas yang
87

cukup besar yang digunakan sebagai kas untuk jaga-jaga. Namun ketidakpastian waktu pencairan dana menyebabkan adanya idle cash yang cukup besar dan membebani anggaran pemerintah karena terdapat biaya yang ditanggung untuk menyediakan kas yang siap digunakan termasuk jika didanai dengan penerbitan SUN. Mekanisme yang ada saat ini dalam pengendalian pelaksanaan anggaran negara masih belum dapat meningkatkan ketepatan waktu atau jadwal penarikan dana karena tidak ada sanksi bagi pengguna anggaran. Hal yang sering terjadi adalah penumpukan pencairan dana pada akhir tahun anggaran yang membuat beban kerja KPPN bertambah. Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan No.PMK 192/PMK.05/2009 tentang Perencanaan Kas salah satu tujuannya adalah meningkatkan pelaksanaan manajemen kas.Peraturan dimaksud dapat mendukung revitalisasi Halaman III DIPA sehingga peranan DIPA sebagai alat/dokumen perencanaan dapat dilaksanakandengan memberikan informasi kebutuhan kas dari satker. Penerapan Permenkeu tersebut mendorong satuan kerja lebih disiplin dalam pencairan dananya, karena penggunaan dana tidak boleh melebihi rencana yang diusulkan dalam satu bulan. Secara konteks peraturan tentang pencairan dana ini akan merubah pola yang sudah ada yaitu Annual Financial Plan yang ada di halaman III DIPAsebagai perencanaan kas jangka panjang. Namun demikian prinsip keseimbangan menjadi pertimbangan dalam penyusunan konsep rencana penarikan dana di masa mendatang. Selama ini pelaksanaan pencairan dana penekanannya lebih banyak berada di satker yaitu fleksibilitas dalam mengajukan permintaan pencairan. Namun di sisi lain sebagai BUN, Menkeu memiliki kewajiban untuk mengelola kas agar lebih efisien. Untuk menjalankan fungsi pengelolaan kas dengan baik disyaratkan adanya informasi yang akurat tentang penggunaan dana yang dilakukan oleh satker. Dalam menjembatani dua sisi kepentingan tersebut maka diperlukan data-data rencana penarikan dana yang lebih baik dan dilakukan updating data pada periode tertentu. Data dari satker digunakan oleh Dit PKN sebagai bahan informasi (by product) dalam manajemen kas untuk keperluan satker.
88

Dalam pelaksanaan konsep AFP perencanaan pencairan dana digunakan selama satu tahun dan dimungkinkan untuk terjadi penarikan dana berbeda dari rencana dalam periode tertentu (pergeseran waktu pencairan dalam satu bulan). Sedangkan pelaksanaan Permenkeu No. 192/PMK.05/2009 tidak memungkinkan untuk menggunakan dana melebihi rencana dalam satu bulan. Sehingga terdapat semacam pembatasan penggunaan dana pada satuan kerja. Pembatasan penggunaan kas dalam satu bulan hampir seperti konsep Cash Limit namun pembatasan ini hanya sekedar menunda pelaksanaan pencairan dana bukan mengurangi alokasi yang telah disahkan dalam DIPA dan bukan disebabkan karena pemerintah kesulitan pendanaan. Sehingga penerapan Permenkeu 192 Tahun 2009 tersebut dapat diistilahkan sebagai cash allocation yaitu penetapan sejumlah dana yang dapat digunakan pada periode tertentu. Rencana ke depan dalam kaitannya dengan Halaman III DIPA : Dalam sistem SPAN halaman III DIPA dapat disebut sebagai Annual Financial Plan (AFP) yang berfungsi sebagai pedoman rencana penarikan dana dan penerimaan dari satuan kerja. Di masa mendatang dimungkinkan untuk meningkatkan peranan halaman III DIPA baik sebagai perencanaan penarikan dana dan perkiraan penerimaan dari satuan kerja serta dapat digunakan (by product) sebagai manajemen kas pemerintah. Penelaahan rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan pada halaman III DIPA antara DJPB dan K/L merupakan kegiatan untuk merinci dan mengevaluasi hasil pembahasan yang dilakukan antara K/L dengan DJA (dalam hal waktu pelaksanaan sudah tercantum di RKAKL). Rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan yang telah tercantum dalam konsep POK pada aplikasi RKAKL (existing) dapat berubah dalam pelaksanaannya sehingga perlu penyesuaian agar dalam pelaksanaan kegiatan satuan kerja dapat berjalan dengan baik. Hal ini dapat terjadi karena pembahasan dengan DJA berlangsung dalam kurun waktu yang masih jauh dari pelaksanaan dan memungkinkan rencana kegiatan yang disusun masih belum sesuai dengan pelaksanaan. Karena fokus DJPB pada penelaahan halaman III DIPA maka pelaksanaan konfirmasi dengan satuan kerja dilakukan secara mendetail
89

dengan menggunakan konsep POK atau dokumen lainnya.Namun terdapat usulan lain yaitu RKAKL tidak memasukkan perkiraan waktu pelaksanaan sehingga penelaahan AFP secara penuh dilakukan pada proses pengesahan DIPA.

Proses Pengelolaan Halaman III DIPA (dengan alternative kelima)

RPD dalam Konteks Alternatif Kelima AFP

AFP = Rencana Penarikan Dana

Otomatis

Updating

Manual

Fund Available dicarryforward ke bulan berikutnya

- Perubahan AFP karena POK dirubah - Perubahan Fund Available (mis Jenis Belanja) harus merubah Budget Input data - Perubahan AFP + Fund Available Berubah/Tetap - AFP Awal + Perubahan FA

Input data

AFP Awal + Fund Available

Output

Output

Rencana Penarikan Dana (next month plan/ updated)

Minimum cash information Used by Dit PKN

Cash plan information

Keterangan gambar : c. Pada awal tahun anggaran setelah penyusunan dan pengesahan selesai maka halama rencana penarikan dana (Halaman III DIPA) merupakan AFP awal. Perubahan AFP dapat dilaksanakan secara otomatis oleh sistem Oracle dengan melakukan pergeseran sisa dana (fund available) yang belum direalisasikan ke
90

bulan berikutnya. Perubahan (updating) AFP dapat dilakukan secara manual jika satker melakukan perubahan POK sehingga akan merubah rencana penarikan dana. Hal ini dilaksanakan secara manual karena dalam sistem aplikasi Oracle tidak dapat melakukan penyesuaian AFP jika tidak dilakukan lebih dahulu dengan merubah POK (AFP bersifat statis).

d. AFP bersifat tidak mengikat namun demikian diperlukan penyesuaian jika terjadi perubahan kegiatan sehingga mempengaruhi pelaksanaan pencairan dana. Perubahan manual yang dilaksanakan karena perubahan POK akan mengakibatkan perubahan AFP awal. Perubahan manual juga dilaksanakan jika fund available dirubah sesuai dengan komposisi jenis belanja baru misal dari 52 (belanja barang) ke 53 (belanja modal). Perubahan komposisi fund available dapat dilakasanakan dengan melakukan perubahan komposisi pagu (bugdet) dalam sistem aplikasinya. Dengan demikian perubahan manual akan mengakibatkan perubahan AFP awal dan perubahan komposisi fund available. e. Updating secara otomatis oleh sistem Oracle dimaksudkan agar satker tidak selalau melakukan update tiap bulan jika satker tidak melakukan perubahan POK. Penyesuaian secara otomatis dilakukan dengan mengcarryforward fund available tiap satker sehingga akan menambah pagu rencana penarikan dana ke bulan berikutnya (on top). Pelaksanaan updating secara otomatis dilakukan dalam sistem diusulkan pada tiga hari sebelum bulan berakhir. f. Perubahan manual yang akan merubah AFP dan fund available serta perubahan otomatis yang hanya merubah fund available akan menjadi dasar perubahan (updating) rencana penarikan dana dari satker. Output yang dihasilkan adalah rencana penarikan dana bulan berikutnya dan digunakan sebagai informasi minimun yang disediakan oleh modul MoSA bagi pelaksanaan manajemen kas bagi Dit PKN.

91

5.

Usulan Proses Bisnis Perubahan/Revisi Halaman III DIPA (Rencana Penarikan Dana) Berdasarkan UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara khususnya pasal 14 Ayat (3) dinyatakan bahwa dokumen pelaksanaan anggaran diuraikan sasaran antara lain rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja. Konsep DIPA yang disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan merupakan persetujuan pencairan dana bagi satuan kerja untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan periode pelaksanaan kegiatan (AFP). Sehingga DIPA memiliki dua fungsi tidak hanya sebagai dokumen alokasi anggaran, namun juga sebagai surat keputusan otorisasi untuk jangka waktu tertentu (warrant). Namun demikian dalam pelaksanaannya AFP memiliki sifat tidak mengikat dan tidak berlaku sebagai batas pengeluaran/spending limit untuk jangka waktu sebagaimana tertuang dalam AFP karena sifatnya sebagai perencanaan kas jangka panjang. Apabila pada waktu pelaksanaan terdapat pergeseran penggunaan dana pada bulan berjalan yang akan berakibat pencairan dana melebihi pagu bulanan maupun hanya menggeser jenis belanja maka perlu diajukan updating AFP yang akan berakibat pada perubahan rencana penarikan dana bulan berikutnya. Hal ini dimaksudkan sebagai bagian dari fungsi Rencana Penarikan Dana (Halaman III DIPA) yaitu memberikan informasi bagi perencanaan kas. Walaupun AFP tidak mengikat perbulannya namun diperlukan informasi yang lebih baik sehingga pencairan dana khususnya yang sudah terikat dengan pihak ketiga (sudah dibuat komitmennya) dapat dilakukan sesuai dengan permintaan dari satker. Revisi AFP juga dilakukan apabila terjadi penambahan pagu baik revisi antar DIPA maupun jika terdapat APBN-P dan Revisi karena Eskalasi (Kenaikan Harga Barang dan Jasa pemborongan karena kenaikan harga secara umum). Updating AFP diajukan kepada KPPN dan akan diteruskan kepada Dit PA/Kanwil untuk untuk dilakukan approval. Setelah rencana penarikan dana pada (halaman III DIPA existing) direvisi digunakan oleh Dit PKN sebagai informasi minimun yang harus disediakan untuk kebutuhan dana satker bulan berikutnya dan bagi KPPN sebagai pedoman pencairan dana bagi satuan kerja. Pelaksanaan proses bisnis ini akan mengakibatkan satuan kerja lebih terfokus untuk membuat perencanaan pengeluaran yang baik dan di sisi lainnya Ditjen Perbendaharaan mendapatkan
92

informasi yang dibutuhkan dalam perencanaan kas sehingga terjadi keseimbangan antara kepentingan Ditjen Perbendaharaan sebagai BUN dan satker sebagai pengguna anggaran yang masing-masing memiliki hak dan kewajibannya secara proporsional. 6. Mekanisme perubahan AFP karena revisi pagu antar DIPA atau adanya APBN-P

a. Perubahan AFP dalam hal ini berbeda karena dilakukan pada saat penyusunan DIPA baru. b. Proses dimulai pada saat penelaahan revisi pagu antar DIPA atau APBN-P c. Penelaahan dilakukan dengan melihat alokasi pagu baru sesuai dengan dokumen sumber yang digunakan dan menambahkan pada AFP bulan berkenaan dan bulanbulan berikutnya. d. Setelah DIPA baru disahkan (DIPA Revisi) maka rencana penarikan dana yang baru digunakan sebagai dasar pencairan dana oleh KPPN

7. a.

Perubahan Manajemen Penyusunan DIPA Penyusunan DIPA BLU Pada Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Pasal 15 ayat (4) dinyatakan bahwa pelaksanaan DIPA BLU dimungkinkan untuk menggunakan anggaran melebihi pagu yang telah ditetapkan dalam DIPA khususnya yang berasal dari dana PNBP. Hal ini berbeda dari prinsip pelaksanaan anggaran bahwa pagu DIPA merupakan batas tertinggi yang dapat digunakan oleh satuan kerja. Untuk ke depannya diusulkan apabila kelebihan penerimaan (PNBP) akan digunakan pada tahun anggaran berjalan perlu perubahan proses dokumen pelaksanaan anggaran sehingga pendapatan PNBP yang diterima oleh satker BLU dimasukkan keseluruhan dalam DIPA. Namun proses revisi perubahan pagu yang dilakukan oleh DJPB seharusnya tidak rumit hanya mengesahkan perubahan pagu yang akan disesuaikan/tercantum dalam APBN-P (Permenkeu No. 69 Tahun 2010). Revisi/updatingperubahan atau penambahan pagu tersebut dapat dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan berjalan.

93

Proses Pengesahan DIPA BLU (Updating) dalam Ambang Batas

Kanwil DJPB

Approval

Updating Pagu DIPA BLU

Input DIPA BLU Revisi

Memasukkan data updating pagu Database SPAN

Hasil updating Pengajuan Revisi DIPA SP2D Pengesahan

KPPN

DIPA BLU Pagu Revisi

Pencocokan pagu DIPA BLU Input SP2D Pengesahan

Pengajuan Pengesahan PNBP

Satker

SPM Pengesahan

Input perubahan pagu

Konsep Revisi DIPA BLU (triwulan)

DJA

Proses Pengesahan DIPA BLU (Updating) Melewati Ambang Batas

Kanwil DJPB

Pencocokan RBA Revisi & DIPA BLU Revisi

Input DIPA Revisi

DIPA BLU Pagu Revisi

Database SPAN

Satker

KPPN

Revisi RBA Definitif

Input perubahan pagu

Konsep Revisi DIPA BLU

Dit PA

DJA

b. Penyusunan DIPA Transfer BA BUN (DAU, DP-DAU, Infrastruktur, Otsus, DBH, Existing, DAK) Format dan karakteristik yang berbeda khususnya pada DIPA Bagian Anggaran BUN di masa mendatang perlu disesuaikan dengan dokumen DIPA lainnya (Bagian Anggaran K/L) apabila dimungkinkan. Hal ini dimaksudkan untuk membuat DIPA yang semakin konsisten sesuai dengan landasan hukum dan mekanisme yang ada dan pada akhirnya penyusunan DIPA sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dengan diterapkannya penganggaran berbasis kinerja yang menggunakan output sebagai salah satu tolok ukur pencapaian kinerja, maka DIPA satker/K/L yang saat ini menggunakan Bagian Anggaran BUN sedapat mungkin dikembalikan kepada masing-masing K/L yang menangani hal tersebut sesuai dengan tupoksi terkait dengan alokasi dana maupunPNBP yang saat ini dikelola oleh BUN.

94

Mekanisme penyusunan DIPA BUN diusulkan untuk mengikuti siklus DIPA BA K/L secara umum sehingga dalam pelaksanaanya proses penyusunan DIPA tidak menggunakan dokumen yang berbeda sebagai landasan hukum. Selama ini DIPA BUN Transferadayang menggunakan Peraturan Menteri Keuangan sebagai dokumen sumber alokasipenyusunan DIPA bukan menggunakan Perpres. Berkaitan hal tersebut perlu dibuat dasar hukum yang dapat melingkupi kebijakan penyatuan seluruh DIPA dalam satu mekanisme dan penetapan seluruh KPA pada K/L sebagai pelaksana kegiatan. Penerapan penganggaran berbasis kinerja pada masing-masing K/L mensyaratkan bahwa setiap kegiatan menghasilkan suatu output yang dihasilkan dari pelaksanaan anggaran yang telah dialokasikan pada DIPA. Dengan demikian pengukuran kinerja adalah pencapaian output dari penggunaan dana yang telah dialokasikantermasuk BA BUN. Permasalahan pada DIPA BUN yaitu KPA dari DIPA yang diterbitkan adalah pejabat Eselon I Departemen Keuangan sedangkan dana yang dialokasikan digunakan oleh instansi/satker lainnya. Apabila diterapkan konsep penganggaran berbasis kinerja akan mengalami kesulitan pengukuran kinerja pada DIPA-BUN. Namun apabila kondisi khusus tidak memungkinkan diperlakukan sama, maka diperlukan suatu pengecualian penerapan penganggaran berbasis kinerja pada DIPA-BUN sehingga KPA tidak harus bertanggung jawab pada hasil kegiatan yang menggunakan dana seperti dialokasikan pada DIPA dimaksud namun disusun suatu target kinerja (output) tertentu yang mendukung tugas KPA bersangkutan bukan pada pertanggungjawaban penggunaan dana. Hal yang menjadi pertimbangan adalah UU No 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaaan Negara pada pasal 3 ayat (6) disebutkan untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya mendesak dan/atau tidak terduga disediakan dalam bagian anggaran tersendiri yang selanjutnya diatur dalam peraturan pemerintah. Namun Peraturan Pemerintah yang mengatur lebih lanjut mengenai hal tersebut belum terbit sehingga masih menggunakan Keppres 42 tahun 2002 tentang pedoman pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara Pasal 6 (1) yang berbunyi Menteri Keuangan mempunyai kewenangan

95

otorisasi atas penguasaan bagian anggaran diluar bagian anggaran departemen/ lembaga. 8. Pemberian Kode Wilayah pada DIPA Transfer ke Daerah Di dalam sistem SPAN dengan data terintegrasi akan terlihat keseluruhan realisasi dari masing-masing satker, sehingga ke depannya database untuk Dana Transfer diusulkan diberikan kode wilayah untuk masing-masing daerah penerima sehingga mempermudah penatausahaan pencairan dana. Dengan demikian DIPA transfer hampir mirip dengan satu DIPA yang memuat alokasi untuk berbagai satker (misal untuk Gabrah TNI AD). Namun penerapan satu DIPA yang memuat informasi dari berbagai daerah mungkin akan menyebabkan kesulitan penyusunan laporan realisasi. Alternatif yang dapat digunakan adalah memecah DIPA untuk masing-masing daerah penerima. Permasalahan yang akan terjadi jika masing-masing daerah memiliki DIPA tersendiri adalah jumlah DIPA menjadi terlalu banyak karena jumlah daerah baik tingkat I maupun tingkat II seluruhnya melebihi 300. Jika alokasi untuk masing-masing dana (dana bagi hasil dipisahkan per jenis , DAU dan DAK) maka jumlahnya akan mencapai ribuan dokumen. Oleh karena itu diharapkan agar dokumen DIPA untuk dana transfer ke daerah tetap menjadi satu namun dapat dipisahkan alokasi untuk masing-masing daerah penerima. Sistem SPAN diharapkan dapat membuat pemisahan alokasi pada satu nomor DIPA sehingga jika ingin mengetahui pagu dan realisasi per daerah dapat dilakukan dengan mudah. Hal lain yang mungkin timbul adalah terjadinya revisi alokasi pada DIPA transfer baik keseluruhan daerah penerima maupun jika dilakukan untuk suatu daerah penerima tertentu serta revisi pagu antar daerah penerima yang satu digeser untuk daerah yang lain walaupun secara total pagu DIPA tidak berubah. Saat ini alokasi dana pada DIPA BA BUN khususnya dana transfer ke daerah digabungkan dalam satu DIPA. DIPA Transfer ke daerah tersebut merupakan gabungan alokasi dana seluruh daerah yang menerima. Apabila diperlukan laporan realisasi penyaluran dana transfer pada daerah tertentu akan mengalami kesulitan
96

di dalam database SPAN karena realisasi dari daerah lain juga tergabung pada DIPA tersebut. Menurut hemat kami untuk memudahkan dalam penatausahaan khususnya data realisasi perlu pemecahan DIPA sesuai dengan daerah penerima. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) bagi DIPA BUN khususnya dana transfer akan lebih mudah jika DIPA Transfer dapat dipecah sesuai daerah penerima. DIPA BUN untuk dana transfer ke daerah dapat dibagi dalam suatu kelompok tertentu sesuai dengan jenis transfer dan apabila dimungkinkan sesuai dengan daerah penerima minimal terbagi menjadi provinsi. Apabila diperlukan dapat dibuat kode untuk menampung dana transfer dimaksud. Kode tersebut diletakkan di bawah kegiatan misalnya pada sub output dengan maksud agar kinerja dari DJPK sebagai pengelola dana perimbangan masih dapat tercantum dalam DIPA. Permasalahan yang mungkin akan timbul adalah jumlah halaman DIPA menjadi membengkak dan menambah kegiatan pada aplikasi dalam menentukan klasifikasi kode yang akan digunakan (menempatkan kode daerah penerima).

9.

Penyesuaian Anggaran Pendapatan dengan Kegiatan dan Fungsi DIPA belum mencantumkan informasi terkait pendapatan sesuai konsep penganggaran berbasis kinerja.Saat ini pencantuman pendapatan baik perpajakan maupun PNBP tidak mengacu pada suatu fungsi dan kegiatan spesifik. Perkiraan penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak serta hibah pada Halaman III DIPA selama ini belum mencantumkan kode kegiatan (dan fungsi) dari pendapatan yang diterima. DIPA yang ada saat ini memiliki karakteristik jumlah kegiatan lebih dari satu. Sehingga penerimaan pendapatan yang diperoleh tidak jelas mengacu pada kegiatan yang mana. Ke depannya diusulkan Halaman III DIPA khususnya perkiraan penerimaan dapat memberikan informasi kegiatan dan fungsi spesifik dari perkiraan penerimaan satker bersangkutan. Penerimaan negara yang bersifat strategis (misal SDA) karena jumlahnya yang cukup besar merupakan hasil pendapatan negara secara keseluruhan yang diperoleh bukan dari kegiatan fungsional suatu K/L namun menjadi bagian penerimaan BUN (ditatausahakan pada DIPA BA BUN). Namun di sisi lain terdapat
97

ketidakjelasan

terkait

dengan

rencana

penerapan

konsep

PBB

yang

menitikberatkan kinerja sesuai dengan peran dan fungsi pada penerimaan suatu K/L. Hal tersebut disebabkan perbedaan perlakuan pada PNBP strategis yang saat ini ditatausahakan sekaligus menjadi bagian kinerja BUN. Dapat diambil contoh penerimaan migas merupakan kegiatan yang dilakukan dengan fungsi yang lebih dekat pada Departemen ESDM demikian juga penerimaan kehutanan lebih dekat pada fungsi dari Departemen Kehutanan. Oleh karena itu maka pengelolaan penerimaan SDA yang ditatausahakan oleh Kementerian Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara dalam DIPA BUN harus diperkuat dengan konsep yang lebih jelas terkait dengan PBB. Ke depannya baik penerimaan umum maupun fungsional baik perpajakan maupun PNBP dapat merujuk ke fungsi dan kegiatan tertentu sesuai dengan kelompok pendapatan yang diterima. Hal ini akan memperjelas konsep kinerja yang akan diterapkan bagi setiap K/L dan mendorong transparansi dari sisi penerimaan pendapatan khususnya pada saat penyesuaian/updating dapat dilakukan dengan tertib. Masalah yang mungkin timbul adalah kesesuaian antara tupoksi dari K/L dengan kinerja yang akan dilaksanakan. Terdapat kemungkinan pada K/L dengan tupoksi tertentu melaksanakan penatausahaan penerimaan DIPA yang kurang sesuai dengan misi K/L dimaksud. 10. Anggaran pembiayaan dari sisi penerimaan (DIPA BUN dipisah dengan K/L misal Kementerian Keuangan) Pada prinsipnya anggaran dalam APBN terdiri dari belanja, pendapatan dan apabila diperlukan digunakan anggaran pembiayaan. Sehingga apabila ketiga komponen APBN tersebut dapat dicantumkan dalam DIPA akan terjadi keseimbangan anggaran atau minimal mengurangi kesenjangan data antara APBN dan DIPA. Menteri Keuangan sebagai pengelola kekuasaan fiskal mempunyai tugas antara lain melaksanakan fungsi bendahara umum negara yang memiliki kewenangan antara lain menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggaran negara. Kewenangan dimaksud dilakukan dengan menentukan mekanisme pelaksanaan
98

anggaran negara yang tercantum dalam APBN. Dengan demikian, apabila dalam APBN terdapat defisit yang dibiayai dengan pembiayaan seyogyanya anggaran pembiayaan tersebut ditampung dalam dokumen pelaksanaan anggaran yang merupakan penjabaran dari amanat UU APBN. Keputusan Presiden No. 36 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Keppres No 109 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Departemen Pasal 11 ayat (8) dinyatakan bahwa Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perbendaharaan negara. Apabila dikaitkan dengan UU No. 1 Tahun 2004 Pasal 7 ayat (1) dan (2) maka dapat diartikan bahwa kewenangan pengelolaan Perbendaharaan Negara oleh Menteri Keuangan didelegasikan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan. Sebagai tindak lanjut dari ketentuan tersebut, DJPB akan menyusun pedoman teknis dalam pelaksanaan anggaran yang dituangkan pada DIPA sebagai dokumen pelaksanaan APBN termasuk penerimaan pembiayaan. Penerimaan pembiayaan belum dicantumkan dalam DIPA karena dalam UU No. 1 Tahun 2004 Pasal 14 ayat (3) memang tidak dicantumkan secara eksplisit. Namun demikian ke depannya alokasi anggaran dalam UU APBN termasuk pembiayaan dicantumkan dalam DIPA, sehingga perlu penyesuaian untuk menampung anggaran pembiayaan (penerimaan) dalam DIPA yang diusulkan dimasukkan pada klasifikasi pendapatan. Saat ini anggaran pembiayaan yang berasal dari utang dikelola dan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang sedangkan penerimaan lainnya (hasil privatisasi dan pengelolaan aset) dikelola oleh DJKN. Dokumen sumber penerimaan pembiayaan yang digunakan saat ini bermacammacam tergantung dari jenis pembiayaan. Untuk pinjaman luar negeri dokumen yang digunakan adalah Nota Perjanjian Pinjaman Luar Negeri sedangkan untuk penerbitan surat berharga menggunakan dokumen lelang. Format DIPA BUN untuk menampung penerimaan pembiayaan dapat disamakan dengan format DIPA lainnya dengan pengertian terdapat dua sisi yaitu penerimaan dan pengeluaran anggaran pembiayaan. Fungsi DIPA Anggaran Pembiayaan disamping sebagai otorisasi pengeluaran juga sebagai penyedia informasi sampai
99

sejauh mana prosentase pembiayaan yang direncanakan dalam APBN serta sebagai alat untuk analisis proporsi jumlah pinjaman dengan PDB tahun berjalan secara makro. Dalam penatausahaan anggaran pembiayaan ke depannya, diharapkan data-data penerimaan pembiayaan baik dari pinjaman, penjualan aset maupun penerimaan pembiayaan lainnya dapat ditatausahakan dalam DIPA. Hambatan yang mungkin timbul adalah penyesuaian data penerimaan yang tidak dapat dipastikan waktunya dan keberadaan sumber data di unit organisasi tertentu belum jelas. 11. Konsep neto dan bruto dalam anggaran pembiayaan Anggaran pembiayaan harus sesuai dengan konsep yang digunakan mulai dari perencanaan hingga pelaporan. Selama ini belum jelas konsep yang digunakan oleh masing-masing institusi yang memiliki kewenangan dalam penatausahaan anggaran pembiayaan. Apabila konsep neto yang akan dipilih harus konsisten untuk dilaksanakan dari mulai perencanaan hingga pelaporan. Konsep neto yang akan digunakan akan merubah CoA dari anggaran pembiayaan yang saat ini digunakan. Jenis belanja yang digunakan dalam pembiayaan dikelompokkan menjadi dua yaitu 71 merupakan penerimaan pembiayaan dan 72 pengeluaran pembiayaan. Apabila disetujui penerapan konsep neto maka akan terjadi perubahan penggunaan jenis belanja yaitu misalnya 71 menjadi pembiayaan neto dalam negeri dan 72 adalah pembiayaan neto luar negeri.

12. Pencantuman Invormasi Valas pada DIPA Satker Luar Negeri Selama ini informasi pagu dana bagi satker yang melaksanakan kegiatan di luar negeri masih menggunakan rupiah. Ke depannya akan dimasukkan nilai valas (dollar AS) sebagai nilai yang setara dengan rupiah yang berasal pada saat pembahasan anggaran antara K/L dengan DJA. Informasi valas dicantumkan untuk menjaga agar pelaksanaan kegiatan di luar negeri tetap berpedoman pada nilai awal perhitungan anggaran dan digunakan untuk patokan nilai pagu jika terjadi perubahan kurs.

100

Jika kita berpatokan hanya dengan nilai rupiah maka jika terjadi penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing menyebabkan kegiatan tidak dapat dilaksanakan karena nilai pekerjaan melebihi pagu pada DIPA. Sedangkan usulan ke depannya yaitu jika pekerjaan dilakukan dengan berpedoman pada mata uang asing (misal dollar AS)yang alokasinya tercantum pada DIPA, diharapkan tidak akan ada permasalahan resiko kurs bagi K/L (satker) yang bersangkutan karena perubahan kurs yang terjadi menjadi tanggung jawab BUN untuk mengatasinya (selisih ditanggung oleh BUN). Valas juga digunakan tidak hanya pada sisi belanja namun juga dilakukan untuk kegiatan sisi pendapatan dan pembiayaan. Mekanisme pencantuman nilai pagu rupiah pada belanja satker setara dalam valas ( misalUS $): a. Satker dalam pembahasan RKAKL dengan DJA khususnya satker luar negeri mengajukan rencana pembiayaan dalam valas yang dikonversi menjadi rupiah sesuai dengan kurs yang digunakan dalam APBN; b. Pada database RKAKL data perhitungan biaya dalam US $ dicantumkan seperti alokasi yang telah disesuaikan dalam rupiah; c. Database dari budget preparation tersebut akan diinterface ke dalam database budget execution sehingga dapat digunakan dalam penyusunan DIPA yang mencantumkan nilai alokasi dalam US $.

13. Perubahan pagu DIPA karena selisih kurs dan pembayaran utang Informasi valas yang tercantum dalam DIPA merupakan batas tertinggi yang dapat dicairkan oleh satuan kerja. Namun demikian alokasi pagu dalam DIPA tetap menggunakan mata uang rupiah sehingga transaksi pada DIPA adalah rupiah. Kurs APBN yang digunakan untuk menghitung pagu DIPA bersifat tetap sehingga pada saat proses pencairan dana menggunakan kurs transaksi dimungkinkan terjadi selisih kurs. Kontrak/pembayaran utang dengan kurs yang mengakibatkan realisasi pencairan dana melebihi pagu DIPA harus diantisipasi agar kegiatan tidak tertunda. Terdapat dua alternatif untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan melakukan update otomatis atas pagu kegiatan yang transaksinya menggunakan valas. Alternatif lainnya tetap menggunakan konsep revisi pagu dari DJA namun
101

dalam sistem diberikan keleluasaan untuk loan dan cara tarik tertentu dapat melewati pagu. Setelah itu baru dilakukan revisi dokumen sebagai pengesahan atas realisasi pencairan yang melebihi pagu DIPA. Hal yang perlu mendapat perhatian adalah nilai valas yang dituangkan dalam DIPA merupakan acuan tertinggi yang tidak boleh dilewati.

14. Interface data antara SPAN dan DJPU Jika terjadi kasus pinjaman belum efektif karena nomor register belum ada sehingga alokasi dana masih dibintang, maka mekanisme pencairan tanda bintang dapat dilakukan langsung oleh DJPB dengan melakukan revisi pencairan tanda bintang. Tanda bintang untuk loan/grant yang belum efektif berasal dari DJA namun bukan merupakan substansi penelaahan sehingga pencairannya dapat dilaksanakan oleh DJPB (pemblokiran dari DJA tidak terkait dengan perhitungan biaya yang datanya kurang memenuhi syarat). Efektifitas pelaksanaan pencairan tanda bintang untuk register pinjaman/hibah akan meningkat jika terdapat interface antara database di DJPU dengan SPAN sehingga pengiriman data lebih akurat dan mempersingkat waktu proses revisi. Selama ini pengiriman data antara DJPU dan DJPB masih manual sehingga meningkatkan resiko kesalahan input data ke dalam database di DJPB dan proses pengiriman data hardcopy memerlukan waktu yang cukup lama. Mekanisme interface dan revisi pencairan tanda bintang sebagai berikut : a. DJPU dalam hal ini Dit EAS meneliti loan register tahun anggaran berjalan yang belum ada dan kemudian disusun daftar register bagi masing-masing pinjaman/hibah. b. Berdasarkan register pinjaman/hibah yang baru DJPU menyampaikan data ke DJPB melalui interface antara sistem DMFAS dan SPAN. c. DJPU juga menyampaikan notifikasi secara tertulis kepada Dit PA bahwa pinjaman/hibah dimaksud sudah efektif dan digunakan sebagai dasar formal untuk revisi pencabutan blokir pinjaman/hibah tersebut oleh DJPB.

102

d. Dit PA menyampaikan kepada satker bahwa pinjaman/hibah sudah efektif dan berdasarkan hal tersebut agar satker menyampaikan surat permohonan dan konsep revisi DIPA ke Dit PA. e. Atas dasar permohonan dari satker Dit PA akan melakukan revisi pencairan tanda bintang dengan mengisi/merubah register pinjaman/hibah sesuai dengan data dari DJPU dan kemudian mengesahkan DIPA berkenaan.

15. Informasi Penerimaan Pembiayaan pada DIPA BUN DJPU Pada dasarnya dokumen pelaksanaan anggaran merupakan penjabaran dari alokasi yang tercantum dalam UU APBN. Salah satu komponen dalam UU APBN yaitu pembiayaan selama ini belum ditatausahakan secara terintegrasi dalam dokumen DIPA khususnya dari sisi penerimaannya. Sehubungan dengan hal tersebut diusulkan agar ke depannya terdapat informasi penerimaan pembiayaan yang dicatat dalam dokumen DIPA BUN DJPU untuk melengkapi data pembiayaan sehingga tidak hanya dari sisi pengeluaran saja. Terdapat alternatif perubahan akun dalam Bagan Akun Standar yang diusulkan yaitu jenis belanja yang saat ini digunakan untuk menampung pembiayaan adalah 71 untuk penerimaan pembiayaan dan 72 untuk pengeluaran pembiayaan. Ke depannya diusulkan agar jenis belanja dibedakan berdasarkan mekanisme penerimaan pembiayaan yaitu 71 untuk penerimaan pembiayaan yang berdasarkan naskah perjanjian dan 72 untuk mekanisme yang berasal dari SBN. Alasan yang digunakan sebagai dasar perubahan usulan jenis belanja untuk pembiayaan adalah dalam UU APBN alokasi pembiayaan yang berasal dari penerbitan SBN menggunakan neto dan tidak dicantumkan masing-masing komponen pembiayaan (penerbitan dan pembayaran pokok; pembelian kembali). Mekanisme penatausahaan penerimaan pembiayaan dalam DIPA BUN DJPU terbagi secara garis besar yaitu Pinjaman Hibah Dalam Negeri/Luar Negeri yang menggunakan dasar naskah perjanjian pinjaman dan penerimaan yang berasal dari Surat Berharga Negara sebagai berikut : a. Penerimaan pembiayaan yang berasal dari pinjaman yang menggunakan dasar naskah perjanjian dapat menggunakan informasi dari masing-masing satuan kerja untuk melakukan rencana penarikan pinjaman sebagai dasar informasi
103

pencantuman penerimaan pembiayaan pada DIPA BUN DJPU. Rincian proses sebagai berikut : - Pada saat satker menyusun kertas kerja RKA-KL maka dicantumkan rencana penarikan pinjaman dalam satu tahun dan dimasukkan dalam database hyperion; - Rencana penarikan pinjaman tersebut merupakan belanja pada DIPA satker bersangkutan namun merupakan input bagi penerimaan pembiayaan DIPA BUN DJPU; - Setelah proses penelaahan RKA-KL diselesaikan dengan DJA maka informasi rencana penarikan pinjaman yang ada di database hyperion akan masuk ke dalam database ERP; - Database rencana penarikan pinjaman dari satker yang ada dalam database ERP akan digunakan oleh DJPU untuk menyusun perkiraan penerimaan pembiayaan. Hal ini dimungkinkan karena DJPU akan diberi akses untuk menggunakan aplikasi Oracle sekaligus melakukan download data; - Konsep DIPA BUN DJPU yang sudah dimasukkan data penerimaan pembiayaan akan disatukan dengan sisi pengeluaran pembiayaan menjadi satu dokumen DIPA yang utuh sebagai bahan penelaahan dengan Dit PA; b. Penerimaan pembiayaan yang berasal dari penerbitan Surat Berharga Negara memang sedikit berbeda karena konsep yang diterapkan merupakan selisih antara rencana penerbitan dikurangi dengan pembayaran pokok dan pembelian kembali (UU No. 47 Tahun 2009 tentang APBN). Perbedaan tersebut mengakibatkan informasi penerimaan pembiayan yang akan dicantumkan dalam DIPA BUN DJPU bukan berasal dari APBN namun dari data DJPU sendiri. Rincian proses sebagai berikut : Pada saat penyusunan kertas kerja RKA-KL BA BUN maka DJPU sudah dapat memasukkan informasi perkiraan penerbitan SBN dalam satu tahun termasuk rincian penerbitan dalam tiap bulan; Apabila penelaahan yang dilakukan antara DJPU dan DJA disetujui maka Informasi yang diusulkan dimasukkan dalam database hyperion;

104

Berdasarkan data yang ada di hyperion kemudian ditransfer ke database ERP dan digunakan DJPU untuk menyusun konsep DIPA BUN yang telah memasukkan informasi penerimaan pembiayaan dari SBN;

Setelah diajukan ke Dit PA maka konsep DIPA BUN sudah termasuk informasi yang mencantumkan penerimaan pembiayaan yang akan diterbitkan dalam satu tahun anggaran.

16. Pencantuman Informasi Lokasi, BUMN/BUMD dan Kategori dalam CoA pada DIPA Penerusan Pinjaman - Lokasi Kode lokasi yang saat ini tercantum dalam DIPA digunakan untuk mengetahui lokasi dari kegiatan suatu satker. Penempatan kode lokasi kegiatan untuk memenuhi kebutuhan dari satker yang melaksanakan kegiatan yang sama untuk beberapa lokasi (untuk penugasan tertentu). Ke depannya lokasi kegiatan juga diusulkan digunakan untuk DIPA transfer sehingga dalam DIPA akan terlihat pagu dari masing-masing daerah penerima.

- BUMN/BUMD Bagi DIPA penerusan pinjaman terdapat kemungkinan dalam satu naskah perjanjian pinjaman dialokasikan untuk lebih dari satu BUMN. Dengan demikian dalam naskah perjanjian pinjaman dapat digunakan sebagai dasar

pengalokasian dalam DIPA karena alokasi bagi satu BUMN/BUMD sudah ditetapkan dalam perjanjian tersebut. - Kategori Naskah perjanjian pinjaman luar negeri untuk lender tertentu sudah ditetapkan alokasi untuk masing-masing cara penarikan khususnya PL dan L/C. Apabila dalam DIPA tidak dialokasikan dalam CoA akan dimungkinkan dalam satu nomor register pinjaman pencairannya tidak mengikat sehingga akan berpengaruh dalam pelaksanaan kegiatan maupun terkait dengan perjanjian pinjaman yang telah ditandatangani.

105

17. Manajemen DIPA untuk satker sementara atau jika suatu saat terjadi penambahan dan pengurangan satker Struktur organisasi (K/L/satker) di Indonesia memililki karakteristik yang mudah berubah-ubah tergantung dengan kepentingan baik secara ekonomi maupun yang bersifat politik. Jika dikaitkan dengan struktur organisasi pusat terdapat kemungkinan suatu pergantian pimpinan akan terjadi perubahan jumlah maupun tugas pokok suatu K/L. Terpilihnya presiden baru dapat mengakibatkan penambahan atau pengurangan K/L terlepas dari kepentingan tertentu sehingga berpengaruh pada dokumen pelaksanaan anggaran bagi unit organisasi bersangkutan. Demikian pula dengan struktur organisasi di tingkat bawah mulai dari eselon I dan seterusnya sampai tingkat satker dapat berubah termasuk satker di daerah yang sangat bergantung dengan kebijakan Kepala Daerah setempat. Dalam mengantisipasi kemungkinan tersebut perlu dibuat mekanisme penyusunan anggaran sampai dengan pelaporan. Terkait dengan manajemen DIPA maka yang perlu diperhatikan adalah bagaimana alokasi terkait dengan pengurangan atau penambahan satker atau K/L yang mengalami perubahan tersebut. Hal ini dapat menjadi masalah jika perubahan terjadi setelah UU APBN disahkan atau pelaksanaan anggaran sudah berjalan. Sehingga perlu dibuat mekanisme penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran khususnya jika terjadi setelah tahun anggaran berjalan atau UU APBN sudah disahkan. Hal-hal yang harus diperhatikan sebagai dasar pelaksanaan perubahan : 1. Setelah usulan penambahan/pengurangan satker atau K/L disetujui oleh pihak yang berwenang antara lain Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) maka diajukan permohonan untuk perubahan dokumen bagi masingmasing K/L. 2. Bagi satker yang mengalami pengurangan maka sisa alokasi yang belum digunakan akan dikembalikan kepada unit eselon I atau bagi yang mempunyai hirarki dengan kantor pusat dikembalikan kepada Setjen. Di dalam sistem penganggaran ada suatu mekanisme yang memiliki kemiripan fungsi yaitu konsep warrant yang dilakukan jika pada akhir tahun dana yang dialokasikan pada suatu satker akan dikembalikan kepada K/L masing-masing. Jika pengurangan terjadi di tingkat K/L
106

maka alokasi akan digabungkan dengan K/L yang telah ditunjuk oleh pemerintah sebagai induk dari unit organisasi yang ada dibawahnya. Namun unit eselon dibawah K/L yang dilikuidasi akan tetap menggunakan alokasi pagu DIPAnya namun dengan merubah Bagian Anggaran (BA) dalam hal tidak ada likuidasi unit eselon. 3. Mekanisme sebaliknya jika terjadi penambahan jumlah satker maka alokasi kantor pusat akan dikurangi sebagian untuk digunakan pada satker yang baru. 4. DJPB harus diberi kewenangan untuk melakukan revisi antar DIPA sepanjang tidak menyangkut penambahan Bagian Anggaran (BA) suatu kementerian atau unit eselon baru karena menyangkut kode satker dan nomenklatur yang menjadi kewenangan DJA. 5. Sehingga revisi yang dapat dilakukan oleh DJPB adalah jika terjadi pengurangan jumlah satker K/L atau unit organisasi sepanjang telah disetujui oleh pemerintah (unit yang berwenang). Mekanisme penyusunan DIPA baru sebagai penampung alokasi satker likuidasi : a. KPPN melakukan perhitungan terhadap alokasi satker yang dilikuidasi termasuk sisa dana baik UP maupun TUP yang belum dipertanggujawabkan. b. Atas dasar perhitungan sisa pagu dana tersebut, KPPN menyampaikan data alokasi satker likuidasi yang masih ada kepada Kanwil DJPB. c. Kanwil DJPB akan menganalisis struktur DIPA satker yang dilikuidasi yaitu antara lain terkait sisa pagu dan jumlah kegiatan dan diinvetarisir secara lengkap. d. Data yang diperoleh dari Kanwil akan diteruskan ke Dit PA untuk dilakukan analisis dan perhitungan jika akan digabungkan dengan DIPA Kantor Pusat. e. Namun terjadi kemungkinan jika satker yang dilikuidasi masih memiliki pegawai yang akan digabungkan dengan satker dalam unit organisasi yang sama di daerah sehingga penggabungan bukan pada kantor pusat K/L namun pada satker di daerah. Penelaahan DIPA baru yang satkernya dilikuidasi : 1. Dit PA menyampaikan undangan penelaahan kepada Setjen K/L atau yang setingkat

107

2.

Setjen K/L atau setingkat menyampaikan konsep DIPA baru terkait penggabungan alokasi dan kegiatan dari satker likuidasi

3.

Dit PA dan Setjen K/L atau setingkat akan menganalisis konsep DIPA dari satker dan data-data yang sudah dihitung/diteliti oleh Dit PA.

4.

Apabila terjadi perbedaan data maka yang akan digunakan adalah data dari Dit PA terkait dengan jumlah sisa alokasi, namun jika perubahan menyangkut rincian pengeluaran maka disesuaikan dengan data konsep DIPA. Jika kegiatan dari satker likuidasi berbeda dengan kegiatan pada DIPA yang akan digabung maka akan dilakukan penelitian apakah kegiatan tersebut perlu dituntaskan atau tidak. Jika kegiatan tersebut perlu dituntaskan maka kegiatan satker likuidasi akan ditambahkan ke DIPA baru.

5.

Setelah selesai penelaahan maka diterbitkan SP DIPA dan disatukan dengan DIPA yang telah ditandatangani oleh Setjen K/L dalam hal penggabungan di tingkat Kantor Pusat. Jika digabung dengan satker di daerah maka data hasil penelaahan akan diteruskan kepada Kanwil DJPB untuk diterbitkan SP DIPA nya.

6.

Setelah dilakukan penelaahan maka DIPA revisi akan disampaikan kepada DJA untuk digunakan sebagai bahan penyusunan perubahan APBN (APBN-P).

A. BISNIS PROSES MANAJEMEN DIPA FUTURE Perubahan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan anggaran

berpengaruh terhadap proses penyusunan dokumen DIPA yang memuat satuan-satuan terukur yang berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan bagi satker dan jaminan dari BUN atas sejumlah dana yang diperlukan bagi satker tersebut.Proses penyusunan dokumen DIPA juga disesuaikan dengan kewenangan DJPB dalam kaitannya dengan tugas sebagai BUN antara lain apabila terjadi kesalahan dalam pencantuman kode kantor bayar, cara penarikan dan sebagainya oleh satker. Proses bisnis manajemen DIPA Future terdiri dari 3 aktivitas utama (bisnis domain) yaitu penerbitan DIPA, revisi DIPA, dan pelaksanaan penggunaan dana.Ketiga proses tersebut di bagi lagi kedalam beberapa alur kerja sesuai dengan cakupan masing-masing. Alur kerja untuk tiap-tiap bisnis proses adalah sebagai berikut :

108

1. Penerbitan DIPA Penerbitan DIPA pada dasarnya dibagi menjadi beberapa alur kerja (workflow) yaitu, Penerbitan DIPA biasa, penerbitan DIPA Sementara, carry forward dan Vote on Account. Untuk yang pertama akan dibahas workflow penerbitan DIPA Biasa atau DIPA tahunan yang rutin di terbitkan. a. Penerbitan DIPA biasa Terdapat 3 (dua) alternatif mekanisme penerbitan DIPA biasa, yaitu : 1) Alternatif I

Sesuai dengan gambar B.1.a tentang penebitan DIPA biasa maka dapat kami jelaskan sebagai berikut: 1) Setelah proses penganggaran dari Budget Preparation (BP) selesai maka DJA mengirimkan Perpres Rincian Angaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP) ke MoSA (Manajemen of Spending Authority)/Manajemen DIPA pada Ditjen Perbendaharaan. 2) Berdasarkan perpres tersebut akan dilakukan penelaahan sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk menerbitkan DIPA. Kemudiaan untuk DIPA Kantor Pusat (KP) akan dilakukan penelaahan di Direktorat Pelaksanaan
109

Anggaran, sedangkan untuk DIPA Kantor Daerah (KD) akan dilakukan penelaahan pada Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan (Kanwil DJPBN). 3) Kemudian setelah Spending Unit (satuan kerja/satker) mengirimkan Konsep DIPA kepada Direktorat Pelaksanaan Anggaran untuk DIPA pusat dan ke Kanwil Ditjen Perbendaharaan untuk DIPA daerah maka dilakukan Penelaahan konsep DIPA satker. 4) Penelaahan tersebut untuk memeriksa kesesuaian konsep DIPA satker dengan Perpres RABPP dan Peraturan terkait penyusunan, penelaahan, pengesahan dan revisi DIPA. Hal yang penting untuk dilakukan pada saat penelaahan DIPA adalah penyusunan rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan. Khusus untuk rencana penarikan dana harus dilihat apakah usulan dari satker sudah sesuai dan realistis dengan kondisi satker bersangkutan. Sebagai contoh kegiatan non kontraktual yang dapat diperkirakan antara lain untuk pengeluran belanja pegawai dan kegiatan operasional dapat dibuat per bulan dengan dengan selisih yang tidak terlalu besar. Sedangkan untuk belanja baik kontraktual maupun yang tidak dikontrakkan namun sulit dipastikan dapat dilihat dari kebutuhan dana atau jadwal pelaksanaan. 5) Setelah semua sesuai maka Dirjen Perbendaharaan mengesahkan DIPA Pusat dan Kanwil DJPB atas nama Ditjen Perbendaharaan mengesahkan DIPA Daerah. 6) Apabila dalam pelaksanaan penelaahan DIPA ada yang tidak sesuai dengan berbagai kriteria diatas maka Direktorat Pelaksanaan Anggaran (PA)/ Kanwil DJPB akan menerbitkan surat pengembalian konsep DIPA untuk segera diperbaiki oleh satker untuk ditelaah kembali. Namun Ditjen Perbendaharaan juga dapat melakukan berbagai penyesuaian sesuai dengan kewenangan yang diberikan seperti dalam hal koreksi administratif misal kode Kantor bayar, kode kewenangan dan penyesuaian antara lain dengan kaidah akuntansi. Sistem yang digunakan dalam SPAN sudah terintegrasi maka proses penelaahan akan lebih cepat karena sistem dengan mudah akan melakukan pencocokan data kemudian menampilkan berbagai perbedaan yang ada dan
110

user pada Direktorat PA dan Kanwil DJPBN hanya tinggal melakukan tindak lanjut atas berbagai warning yang dilakukan oleh sistem IT. Di masa mendatang DJPB lebih fokus pada implementasi DIPA yang dilakukan oleh masing-masing satuan kerja yaitu manajemen pengeluaran kas sehingga rencana penarikan dana dari satuan kerja dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan yang telah disusun, satuan kerja dapat menyesuaikan rencana penarikan dana dan DJPB akan melakukan penyesuaian DIPA Halaman III berdasarkan pertimbangan yang disampaikan satuan kerja. 2) Alternatif II
Alternatif Proses Penganggaran 1
Budget Preparation
UU APBN/BA Hasil Pembahasan Penelaahan RKA-KL dan Hasil Kesepakatan DPR RKA-KL Final Permenkeu Pagu Definitif K/ L

Budget Execution

DJA

K/L

RKA-KL (Pagu Sementara)

DJPB

Perpres Rincian Alokasi APBN

SP DIPA

Penelaahan DIPA

Satker

Kertas Kerja RKA-KL

Proses Penyusunan DIPA

DIPA

a) Setelah UU APBN disahkan atau Berita Acara Hasil Kesepakatan Pembahasan diterima oleh DJA maka bersama dengan Biro Perencanaan K/L melakukan penelaahan RKAKL dari pagu sementara. b) Apabila RKA-KL pagu sementara sudah sesuai dengan pagu yang disahkan dalam APBN maka DJA akan menyusun Pagu Definitif per BA dan Program masing-masing K/L c) Berdasarkan Pagu Definitif tingkat K/L (berisi pagu BA dan Program), Biro Perencanaan K/L melakukan penyesuaian konsep RKA-KL Final apabila alokasi RKA-KL per satker berdasarkan pagu sementara berbeda dengan pagu definitif yang ditetapkan oleh DJA. Hasil penelaahan tersebut disampaikan kepada
111

satker untuk melakukan penyesuaian pada kertas kerja masing-masing. Setelah dilakukan penyesuaian terhadap kertas kerja akan disampaikan kembali kepada Biro Perencanaan K/L untuk bahan penyusunan RKA-KL Final dan diteruskan kepada DJA. d) DJA akan menerbitkan Permenkeu pagu definitif yang berasal dari RKA-KL Final dari masing-masing K/L yang dirinci sampai pagu satker. e) Setelah Permenkeu tentang Pagu Definitif bagi K/L ditetapkan oleh DJA disampaikan kepada DJPB dan akan digunakan sebagai dasar dalam penyusunan Perpres Rincan Alokasi APBN. f) Setelah Perpres Rincian Alokasi APBN ditetapkan oleh DJPB kemudian disampaikan kepada K/L untuk diteruskan bagi satker masing-masing. g) Berdasarkan kertas kerja RKA-KL yang sudah disesuaikan (final) dan perpres alokasi APBN maka satker menyusun DIPA untuk dilakukan penelaahan dan selanjutnya disahkan oleh DJPB. h) Penelaahan hanya bersifat konfirmasi yang ditekankan pada pelaksanaan kegiatan satker sehingga BUN dapat menyediakan kas pada saat satker mengajukan permintaan pembayaran.

112

3) Alernatif II
Alternatif Proses Penganggaran 2 Paralel antara DJA dan DJPB
Budget Preparation Budget Execution

DJA

UU APBN/BA Hasil Pembahasan

Pagu Definitif

Input Perpres

Perpres Rincian Alokasi APBN

Penelaahan RKAKL dan Pagu Definitif RKA-KL (Pagu Sementara) RKA-KL Final

K/L

Bahan Penyusunan Alokasi DIPA

DJPB

Konfirmasi Hal III DIPA

SP DIPA

Konsolidasi Kertas Kerja RKA-KL Final

Satker

Konsep DIPA FInal

DIPA

Proses Pengesahan

a) Setelah UU APBN disahkan atau Berita Acara Hasil Kesepakatan Pembahasan diterima maka DJA akan menerbitkan pagu definitif bagi K/L. b) DJA akan melakukan penelaahan bersama satker apabila RKA-KL dari pagu sementara tidak sama dengan pagu definitif sehingga diperlukan penyesuaian. c) Berdasarkan hasil penelaahan RKA-KL maka Biro Perencanaan menyampaikan kepada satker agar melakukan penyesuaian terhadap kertas kerja masingmasing. d) Pada saat satker melakukan penyesuaian kertas kerja maka bersama dengan DJPB dilakukan konsolidasi atas penyusunan rencana penarikan dana sehingga terjadi proses paralel baik yang dilakukan oleh DJA untuk RKA-KL maupun data rencana penarikan dana yang akan menjadi input DIPA. e) Setelah dilakukan penyesuaian oleh satker maka kertas kerja RKA-KL akan digunakan sebagai bahan penysunan RKA-KL Final oleh Biro Perencanaan K/L. f) Data RKA-KL Final akan digunakan sebagai dasar penetapan Perpres Rincian Alokasi APBN oleh DJA dan disampaikan kepada masing-masing K/L.

113

g) Berdasarkan kertas kerja RKA-KL Final dan mengacu pada pagu Perpres, satker menyusun DIPA kepada DJPB untuk dilakukan pengesahan tanpa melakukan penelaahan karena DIPA sudah bersih tidak ada penyesuaian.

b. Penerbitan DIPA Sementara

Penerbitan DIPA sementara dilakukan apabila sampai pada waktu yang ditentukan Satker belum menyampaikan konsep DIPA. Sehingga Direktorat PA/ Kanwil DJPBN akan menerbitkan DIPA namun hanya belanja pegawai dan belanja kegiatan sehari-hari perkantoran yang dapat dicairkan dananya. Proses bisnis penerbitan DIPA sementara adalah sebagai berikut: 1. Ditjen Anggaran mengirimkan Perpres RABPP Kepada Dit PA/kanwil Ditjen PBN 2. Kemudian Direktorat Pelaksanaan Anggaran/ Kanwil Ditjen PBN akan membuat Konsep DIPA satker yang belum menyampaikan konsp DIPAnya sampai waktu tertentu. 3. Berdasarkan Perpres RABPP dan Konsep DIPA tersebut maka Dit PA/Kanwil DJPB akan langsung melakukan pengesahan DIPA sementara tersebut, namun hanya belanja pegawai dan kebutuhan sehari-hari perkantoran yang tidak diblokir. 4. Terakhir DIPA sementara tersebut dikirim ke satker sebagai dasar pelaksanaan anggaran sebelum DIPA Tahunan satker tersebut disahkan
114

c.

Penerbitan DIPA Vote on Account Vote on Account dilakukan apabila sampai pada saat yang ditentukan DPR belum menyetujui APBN, maka berdasarkan Undang-Undang kita dapat menggunakan anggaran tahun lalu atau menggunakan pagu belanja maksimum tahun lalu. Proses Vote on Account sebagaimana gambar di bawah ini.

Penerbitan DIPA VoA


Minggu ke dua November
RKA-KL TA Baru dg pagu anggaran yg sudah ditentukan Menkeu APBN blm disepakati SPAN

Bulan ketiga belum ada UU APBN

DJA

APBN belum disahkan

DJPB

Alokasi tahun lalu sebagai batas maksimal pagu

Penelaahan DIPA VoA

DIPA VoA

Pencairan blokir

DIPA Biasa

Roren K/L; Unit Es I

Alokasi per K/L; Unit Eselon I

Satker

Kertas Kerja RKAKL

Konsep DIPA

KPPN

DJA

Proses Vote on Account : 1) Apabila sampai dengan minggu ke dua bulan Novemver UU APBN belum disahkan oleh DPR maka DJA mengirimkan RKA-KL yang sudah ditetapkan pagu anggarannya oleh Menkeu kepada DJPB dan setiap Biro Perencanaan K/L dan diteruskan kepada Unit Eselon I untuk ditentukan alokasi per satker di tiap Eselon I 2) Berdasarkan alokasi yang telah ditetapkan oleh setiap Unit Eselon I maka satker menyesuaiakan kertas kerja RKA-KL dan menggunakannya sebagai dasar penyusunan konsep DIPA 3) Konsep DIPA yang sudah disusun disampaikan kepada DJPB untuk dilakukan penelaahan berdasarkan alokasi anggaran tahun lalu dan RKA-KL dari DJA untuk diproses menjadi DIPA VoA
115

4) Berdasarkan data RKA-KL dari DJA yang dirinci sampai program dan alokasi untuk anggaran satker bersangkutan tahun lalu, maka DJPB akan menyesuaikan alokasi tersebut dengan konsep DIPA masing-masing satker. Pada proses penyusunan DIPA VoA akan dilakukan pemblokiran kegiatan kecuali untuk belanja pegawai dan operasional termasuk bahan permakanan napi 5) DIPA VoA digunakan sampai bulan ketiga, sedangkan apabila rancangan anggaran dari pemerintah belum disetujui oleh DPR maka akan diterbitkan DIPA definitif oleh DJPB dengan mengacu pada rencana kegiatan tahun yang baru dengan alokasi pagu maksimal tahun lalu.

d. Penerbitan DIPA Format Khusus Kegiatan-kegiatan yang bersifat mendesak dan sangat penting harus segera dilaksanakan dapat menggunakan DIPA Format Khusus. Sebagaimana pada saat penyediaan dana untuk korban gempa bumi di daerah yang menjadi prioritas utama pemerintah. Mekanisme DIPA Format Khusus tidak memiliki bentuk khusus karena tidak melalui proses penganggaran dari DJA. Namun dalam modul akan diusulkan suatu alur bukan merupakan mekanisme resmi penyusunan DIPA Format Khusus sebagai berikut : a. Pertimbangan khusus oleh Presiden yang menghasilkan suatu perintah untuk melakukan suatu kegiatan yang harus segera dilaksanakan terlambat karena akan

pertimbangan

bahwa

apabila

pelaksanaan

sampai

menyebabkan kerugian yang besar termasuk korban jiwa. Kegiatan darurat harus didukung dengan anggaran/dana yang digunakan untuk

melaksanakannya. b. Presiden memerintahkan Menteri Keuangan sebagai BUN untuk menyediakan sejumlah dana yang diperlukan dalam rangka melaksanakan perintah Presiden tersebut. c. Menteri Keuangan dalam hal ini Ditjen Perbendaharaan (Dit PA) menghitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan darurat tersebut.

116

d. Hasil perhitungan dituangkan dalam DIPA Format Khusus yang hanya terdiri satu lembar merupakan pengesahan sekaligus mencantumkan seluruh elemen DIPA yang lain secara rinci. e. Setelah DIPA selesai disusun segera disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan. f. Berdasarkan pengesahan DIPA tersebut maka DJPB (Dit PA) memerintahkan agar BI melakukan transfer dana di rekening kas negara sejumlah yang tercantum dalam DIPA kepada KPPN yang akan menjadi kantor bayar.

2.

Revisi DIPA Revisi DIPA kedepan akan terdiri dari terdiri dari revisi DIPA akibat Perubahan Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP), Revisi DIPA tanpa perubahan RABPP dan revisi ambang batas BLU. Revisi DIPA pada dasarnya adalah semua perubahan yang terjadi pada DIPA atas usulan satker. Berikut akan dijelaskan mengenai bisnis proses revisi DIPA yang dimulai dari revisi akibat perubahan RABPP.

a.

Revisi DIPA Akibat Perubahan RABPP (Rincian Alokasi APBN) Revisi DIPA yang merubah RABPP pada dasarnya merupakan usulan satker, kemudian satker mengusulkan revisi RABPP ke sekjen kementerian masingmasing. Setelah itu Sekjen masing-masing K/L mengusulkan revisi DIPA ke DJA dan di DJA diproses sesuai peraturan penyusunan, penelaahan, pengesahan dan revisi RABPP. Berikutnya setelah proses pada Budget Preparation di DJA selesai maka dimulailah proses pada Manajemen DIPA sebagai berikut :

117

1) Proses Revisi DIPA yang merubah RABPP dimulai setelah DJA mengirimkan Perpres RABPP ke DJPB melalui Manajemen DIPA. RABPP revisi juga disampaikan kepada Satker sebagai persetujuan dari DJA atas usulan perubahan kertas kerja satker bersangkutan. Setelah dilakukan penyesuaian atas DIPA bersangkutan berdasarkan persetujuan revisi RABPP dari DJA, maka satker mengirimkan konsep DIPA dan bersama kanwil DJPB melakukan penelaahan konsep DIPA. 2) Penelaahan dilakukan untuk menilai kesesuaian konsep DIPA satker dengan Perpres RABPP dan peraturan lainnya. 3) Ketika semua sudah sesuai maka Kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA dan mengirimkan DIPA revisi ke satker. 4) Apabila terdapat ketidaksesuaian maka Kanwil DJPB akan mengirimkan (surat) pengembalian konsep DIPA kepasa Satker. Revisi ini dilaksanakan terutama dikaitkan dengan konsep penganggaran berbasis kinerja yaitu target keluaran yang akan dicapai oleh satker walaupun perubahan lainnya yang menjadi kewenangan DJA dapat dilakukan juga. Dengan demikian konsep revisi di masa mendatang dititikberatkan untuk menjaga agar kinerja pemerintah yang telah ditetapkan dapat dicapai yaitu sasaran program (outcome).
118

Outcome yang dicapai adalah hasil dari pelaksanaan program yang mencerminkan berfungsinya keluaran (output) dari pelaksanaan kegiatan. Namun demikian prinsip-prinsip penganggaran masih dipertahankan menjadi kewenangan DJA apabila terjadi perubahan khususnya yang terkait dengan PHLN/PHDN, tambahan belanja dalam APBN, program yang menjadi prioritas nasional, pergeseran dari BA BUN ke K/L dan sebagainya.

b. Revisi Tanpa Perubahan RABPP Karena dalam usulan proses bisnis ke depannya khususnya terkait dengan revisi yang dilaksanakan untuk K/L umum (bukan BUN) diserahkan kepada Kanwil DJPB maka dalam modul dijelaskan proses revisi hanya dilaksanakan di Kanwil DJPB (secara teknis oleh Subdit PA).

Langkah-langkah dalam revisi DIPA yang tidak merubah RABPP : 1) Satker mengirimkan Permohonan Revisi DIPA kepada Kanwil DJPB beserta dokumen pendukung dan ADK nya. 2) Kanwil DJPB melakukan penelaahan/penilaian kesesuaian permohonan dengan peraturan yang ada. 3) Apabila ada yang tidak sesuai dengan peraturan maka Kanwil DJPB akan mengirimkan (atau pengembalian) konsep DIPA kepada satker untuk segera memperbaikinya.

119

4) Namun apabila ketidak sesuainnya masih dalam wewenang Kanwil DJPB maka Kanwil dapat melakukan penyesuaian sesuai kewenanganya misalnya koreksi administratif atas usulan dimaksud. 5) Setelah semua sesuai dengan peraturan maka Kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA dan mengirimkan kepada Satker.

Karena DJA akan lebih fokus pada anggaran pada tingkat K/L dan pencapaian output, maka kewenangan revisi pada DJPB akan meningkat. Kewenangan revisi DJPB diusulkan kedepannya akan diserahkan seluruhnya pada Kanwil DJPB. Kewenangan pengaturan penggunaan dana oleh Satker akan menjadi lebih besar pada DJPB termasuk pergeseran antar jenis belanja dan pergeseran dana antar satker (Permenkeu No. 69 Tahun 2010). Di masa mendatang pelaksanaan revisi lebih banyak berada pada Kanwil DJPB, sedangkan Dit. PA akan ditekankan pada revisi yang terjadi jika terdapat pergeseran dana antar provinsi maupun pada DIPA BUN. Revisi/virement oleh Kanwil dan Dit PA (Permenkeu No. 69 Tahun 2010) yaitu : 1) Perubahan/ralat karena kesalahan administrasi termasuk ralat kode akun sesuai dengan kaidah akuntansi sepanjang dalam peruntukan dan sasaran yang sama termasuk yang mengakibatkan perubahan jenis belanja dan sudah direalisasikan; 2) Perubahan kantor bayar (KPPN); 3) Perubahan nomenklatur satuan kerja sepanjang kode satuan kerja tetap; 4) Pergeseran antar jenis belanja dalam satu kegiatan sepanjang tidak mengubah target kinerja; 5) Pergeseran dalam satu provinsi/kabupaten/kota untuk kegiatan dalam rangka tugas pembantuan dan urusan bersama, atau dalam satu provinsi untuk kegiatan dalam rangka dekonsentrasi sepanjang tidak mengubah target kinerja; 6) Pergeseran antar provinsi/kabupaten/kota untuk kegiatan operasional termasuk pengadaan bahan makanan untuk tahanan/narapidana yang

120

dilaksanakan oleh unit organisasi di tingkat pusat maupun oleh instansi vertikalnya di daerah sepanjang tidak mengubah target kinerja; 7) Pencairan dana yang diblokir/bertanda bintang (*) sepanjang dicantumkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan, apabila persyaratan telah dipenuhi; 8) Penerimaan hibah LN/DN termasuk hibah yang diterushibahkan setelah APBN Tahun Anggaran 2010 dan/atau APBN-Perubahan Tahun Anggaran 2010 ditetapkan khusus untuk hibah LN/DN yang dilaksanakan secara langsung oleh Pemberi Hibah atau Hibah LN/DN yang diterima langsung oleh Kementerian Negara/Lembaga; 9) Perubahan anggaran belanja sebagai akibat penggunaan kelebihan realisasi PNBP di atas target yang direncanakan dalam APBN untuk satuan kerja PT Bukan BHMN dan Satuan Kerja BLU; dan/atau 10) Perubahan rincian belanja sebagai akibat dari penyelesaian tunggakan tahun yang lalu sepanjang dalam kegiatan yang sama, dananya masih tersedia dan tidak mengubah target kinerja.

c.

Revisi DIPA lintas kanwil oleh kantor pusat DJPBN cq Direktorat Pelaksanaan Anggaran Revisi DIPA antar kanwil selama ini dapat dilaksanakan untuk pergeseran dana antar propinsi/kabupaten/kota untuk kegiatan operasional (kode kegiatan 0001 dan 0002) yang dilaksanakan oleh unit organisasi di tingkat pusat maupun unit organisasi vertikalnya. Revisi DIPA dilakukan melalui pergeseran dana antar satker dalam satu eselon I yang sama. Kedepannya untuk mengantisipasi berbagai perubahan dalam kebijakan maka diperlukan adanya fasilitas revisi lintas kanwil ini. 1. Satker yang membutuhkan alokasi dana akan mengirimkan permohonannya secara berjenjang hingga ke Setjen K/L masing masing dan mengirimkan tembusan pemberitahuan kepada Kanwil DJPBN. 2. Kemudian melalui Setjen K/L tersebut surat pernohonan di ajukan ke Kantor Pusat DJPBN cq Dit PA.

121

3. Dit PA akan melakukan revisi antar kanwil tersebut (beserta mengirimkan surat revisi kepada kanwil DJPBN yang terlibat) 4. Dit PA akan melakukan revisi DIPA untuk mengurangi alokasi pagu satker pada kanwil yang bersangkutan dengan kemudian menambahkan kepada satker yang membutuhkan dana pada Kanwil DJPN lainya. (perubahan pagu antar kanwil hanya bisa dilakuka oleh Kantor Pusat DJPBN cq Dit PA) 5. Setelah pagu berubah maka kanwil masing-masing yang terlibat dalan revisi tersebut melakukan penerbitan revisi DIPA sesuai kewenagan masing-masing dan mengirimkan ke satker yang bersangkutan.

d. Updating Pagu DIPA BLU (Ambang Batas) Updating ambang batas DIPA BLU (Badan Layanan Umum) merupakan perubahan pagu dalam batas kewenangan Ditjen PBN. Revisi ini dibagi menjadi dua yaitu dalam ambang batas dan diatas ambang batas. 1. Updating Dalam Ambang Batas Untuk revisi didalam ambang batas pada dasarnya BLU sudah menggunakan dananya namun untuk mempertanggung jawabnkan BLU menggunakan SPM pengesahan. Sebelum mengajukan SPM pengesahan BLU wajib melakukan penyesuaian POK dan DIPA terlebih dahulu, baru kemudian mengajukan SPM pengesahan ke KPPN. Namun perubahan yang akan dilakukan hanya sekedar mengupdate pagu DIPA karena pengeluaran yang masih dalam ambang batas dapat dilaksanakan sebelum pagu direvisi. Persoalan yang terkait dengan pagu DIPA BLU yaitu bahwa DIPA secara umum merupakan batas maksimal pencairan dana. Sehubungan dengan hal tersebut maka mekanisme revisi ambang batas BLU disesuaikan yaitu pada saat satker mengajukan SPM Pengesahan maka KPPN akan meneruskan kepada Kanwil DJPB melalui aplikasi SPAN agar dilakukan approval updating pagu DIPA sejumlah yang diajukan SPM Pengesahannya oleh satker. Dengan demikian maka proses penggunaan dana dan revisi pagu tidak menyalahi ketentuan umum tentang fungsi DIPA sebagai alokasi maksimal.
122

Proses approval pagu BLU sampai ambang batas tidak akan memakan waktu karena dilaksanakan secara langsung dalam sistem aplikasi SPAN dimana pada saat KPPN memasukkan data satker BLU yang akan melakukan updating pagu maka saat itu juga Kanwil DJPB akan melakukan approval pagu satker bersangkutan. Secara alur proses, revisi DIPA Satker BLU yang masih dalam ambang batas dapat dijelaskan sebangai berikut :
Proses Pengesahan DIPA BLU (updating)

Kanwil DJPB

Approval

Updating Pagu DIPA BLU

Input DIPA BLU Revisi

Memasukkan data updating pagu Database SPAN

Hasil updating Pengajuan Revisi DIPA SP2D Pengesahan

KPPN

DIPA BLU Pagu Revisi

Pencocokan pagu DIPA BLU Input SP2D Pengesahan

Pengajuan Pengesahan PNBP

Satker

SPM Pengesahan

Input perubahan pagu

Konsep Revisi DIPA BLU (triwulan)

DJA

a. Pada saat satker mengajukan SPM Pengesahan kepada KPPN maka data SPM Pengesahan yang melebihi alokasi pagu DIPA BLU akan dimasukkan ke dalam database sistem SPAN; b. KPPN akan melakukan penelitian atas PNBP dari kegiatan BLU yang telah diterima sebagai bahan untuk disampaikan approval kepada Kanwil DJPB; c. Berdasarkan input data dari KPPN maka Kanwil DJPB akan melakukan approval atas perubahan/revisi pagu namun hanya bersifat updating tidak ada proses pemberian pertimbangan sehingga akan langsung melakukan approaval oleh Kanwil DJPB; d. Setelah approval dilakukan oleh DJPB maka otomatis pagu DIPA BLU berkenaan sudah disesuaikan dengan input data dari KPPN dalam database SPAN;
123

e. Atas perubahan pagu tersebut maka KPPN menggunakannya sebagai dasar penerbitan SP2D Pengesahan dan disampaikan kepada Satker; f. Satker mengajukan konsep revisi pagu DIPA BLU kepada Kanwil tiap triwulanan untuk dilakukan pengesahan revisi pagu DIPA BLU dalam ambang batas; g. Kanwil akan mengesahkan revisi pagu DIPA BLU berdasarkan data dari sistem SPAN tanpa melakukan penelaahan sepanjang tidak merubah kegiatan di luar BLU; h. DIPA yang sudah disahkan akan disampaikan kepada DJA sebagai bahan untuk perubahan pagu APBN (APBN-P) namun jika tidak ada proses APBN-P akan digunakan untuk bahan LKPP. Alternatif proses : Setelah satker mengajukan SPM pengesahan dan diteliti oleh petugas KPPN maka tidak dilanjutkan proses updating ke Kanwil DJPB. KPPN diberikan kewenangan langsung untuk melakukan updating sehingga proses akan lebih sederhana dan cepat. Penyesuaian pagu oleh KPPN akan diteruskan dengan memberikan notifikasi kepada Kanwil DJPB bahwa pagu DIPA BLU tertentu telah disesuaikan.
Proses Pengesahan DIPA BLU (updating)

Kanwil DJPB

Updating pagu

Memasukkan data updating pagu

Database SPAN

Hasil updating Updating Pagu DIPA BLU

Input DIPA BLU Revisi DIPA BLU Pagu Revisi

KPPN

Pencocokan pagu DIPA BLU

SP2D Pengesahan

Pengajuan Revisi DIPA

Pengajuan Pengesahan PNBP

Approval Input SP2D Pengesahan

Satker

SPM Pengesahan

Input perubahan pagu

Konsep Revisi DIPA BLU (triwulan)

DJA

124

2.

Revisi di atas ambang batas Revisi kedua untuk penggunaan dana BLU diatas ambang batas/fleksibilitas, maka satker tidak dapat membelanjakan dananya terlebih dahulu, BLU harus melakukan revisi untuk menyesuaikan pagunya baru dapat melakukan belanja. Hal ini karena BLU untuk melakukan belanja diatas ambang batas membutuhkan ijin Dirjen PBN untuk menilai kelayakan penggunaan dananya. Alur Proses Revisi pagu DIPA BLU yang melebihi ambang batas fleksibilitas adalah sebagai berikut :
Proses Pengesahan DIPA BLU (updating) Melewati Ambang Batas

Kanwil DJPB

Pencocokan RBA Revisi & DIPA BLU Revisi

Input DIPA Revisi

DIPA BLU Pagu Revisi

Database SPAN

Satker

KPPN

Revisi RBA Definitif

Input perubahan pagu

Konsep Revisi DIPA BLU

Dit PA

DJA

a.

Berdasarkan RBA definitif yang direvisi, satker BLU mengajukan konsep DIPA BLU revisi kepada Kanwil DJPB;

b. Kemudian kanwil DJPBN melakukan penelaahan/penyesuaian dengan pagu dan kaidah akuntansi. Penelaahan akan dilakukan untuk meneliti apakah penerimaan PNBP BLU telah melewati rencana penerimaan dalam DIPA sehingga pagu belanja melebihi ambang batas fleksibilitas; c. Setelah proses penelaahan dilakukan dan disetujui oleh Kanwil DJPB maka dilakukan pengesahan DIPA revisi BLU dan menyampaikan kepada Dit PA DJPB. d. Kemudian Direktorat Pelaksanaan Anggaran mengirimkan revisi DIPA BLU ke DJA untuk penyesuaian data appropriation dan allotment untuk dimasukkan pada APBN-P atau dilakukan pada akhir tahun dengan (LKPP).
125

e.

Update Komponen Input Sesuai dengan Permenkeu No. 69/PMK.02/2010 tentang Tata Cara Revisi Anggaran TA 2010 dinyatakan bahwa salah satu revisi anggaran yang menjadi kewenangan satker adalah perubahan komponen input. Pergeseran komponen input dimaksud untuk kebutuhan biaya operasional, digunakan pada satu keluaran (output) sepanjang tidak menambah komponen honorarium dan dalam jenis belanja yang sama dan pergeseran antar keluaran (output) dalam satu kegiatan sepanjang dalam jenis belanja yang sama. Karena ke depannya diusulkan bahwa komponen input dimasukkan dalam DIPA maka setiap perubahan kewenangan satker namun mempunyai akibat perubahan DIPA harus dilakukan updating pada database SPAN.

Penjelasan bisnis proses di atas adalah sebagai berikut : 1) Setiap akhir bulan satker merekap perubahan komponen input yang berakibat perubahan DIPA.

126

2) Perubahan data komponen input (softcopy) disampaikan kepada Kanwil DJPB beserta hardcopy perubahan DIPA satker. 3) Kanwil DJPA akan memasukkan data komponen input dari satker ke dalam database SPAN. 4) Proses updating akan dilaksanakan satu bulan sekali untuk menyesuaikan database SPAN dan DIPA dengan perubahan yang dilakukan oleh satker sehingga tidak akan dilakukan proses pencocokan data.

f.

Revisi halaman III DIPA (Rencana Penarikan Dana) Secara Manual

1) Mekanisme revisi AFP apabila realisasi pencairan dana melebihi rencana pada suatu periode

a) Satker melakukan analisis kebutuhan dana yang akan digunakan untuk pelaksanaan kegiatan yang melebihi rencana penarikan dana pada bulan tertentu. Dana yang akan digunakan sebagai tambahan untuk melaksanakan kegiatan tertentu diambil dari data rencana bulan-bulan berikutnya.

127

b) Hal ini mengakibatkan AFP pada bulan-bulan berikutnya akan berubah dan disesuaikan untuk direalokasi sehingga perlu ditentukan pada bulan apa sajakah AFP akan dikurangi untuk menambah kebutuhan tersebut. Proses tersebut akan merubah POK satker bersangkutan dan setelah diteliti kebutuhan dana yang diambil dari bulan berikutnya maka satker mengajukan permintaan pembayaran kepada KPPN terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut termasuk menyampaikan perubahan data POK sebagai bahan updating AFP. c) Berdasarkan perubahan POK tersebut maka satker mengajukan update AFP bulan bersangkutan dan bulan berikutnya yang berubah sesuai dengan jumlah perubahan pencairan dana tersebut. Perubahan AFP yang diajukan oleh satker kepada KPPN dilakukan setelah pengajuan permintaan pembayaran dan bukan merupakan syarat dilakukannya pembayaran oleh KPPN karena AFP bukan merupakan batas tertinggi bagi satker dalam melakukan pencairan dana. d) Updating AFP yang dilakukan oleh satker disampaikan kepada KPPN untuk selanjutnya digunakan sebagai input perubahan pada DIPA Halaman III bersangkutan yang selanjutnya diteruskan ke Kanwil DJPB. e) Perubahan AFP akan menjadi bahan informasi bagi Dit PKN untuk perencanaan kas pada bulan-bulan berikutnya sebagai informasi minimum yang harus disediakan.

2) Mekanisme revisi AFP untuk kegiatan yang terkait dengan komitmen yang sudah dibuat : a) Satker melakukan analisis terhadap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dengan pihak ketiga atau dilaksanakan dengan kontrak. Setelah diteliti terhadap prestasi yang diberikan oleh pihak ketiga maka satker mengajukan permintaan pembayaran atas prestasi tersebut. Karena dalam POK yang sudah disusun berbeda dengan realisasi (prestasi dapat dilakukan lebih cepat/besar) maka setelah bulan berkenaan satker mengajukan permintaan
128

pembayaran yang lebih besar dari rencana. Sebagai batas pencairan dalam satu bulan maka pada AFP perlu dilakukan perubahan rencana penarikan dana bulan berkenaan khusus untuk pengeluaran yang terkait dengan ikatan atau komitmen dengan pihak ketiga. b) Satker mengajukan revisi penyesuaian AFP berdasarkan perubahan hasil prestasi dari pihak ketiga pada suatu termin tertentu bulan berkenaan khusus terkait komitmen kepada Kanwil DJPB melalui KPPN. c) KPPN akan meneliti berkas-berkas pendukung yang menjadi dasar satker mengajukan revisi AFP. Setelah data disesuaikan dengan usulan revisi satker maka dalam database SPAN sudah ada informasi AFP yang baru. KPPN kemudian memberikan notifikasi kepada Kanwil bahwa ada perubahan AFP dalam database SPAN dari satker tertentu. d) Setelah dilakukan penelitian (harus dilihat urgensinya) oleh Kanwil DJPB dan sesuai dengan tujuan permintaan perubahan AFP (sesuai dengan komitmen yang telah dibuat dan dana bulan bersangkutan sudah tidak cukup dan harus segera dibayarkan) maka rencana penarikan dana bulan berkenaan disesuaikan sebesar permintaan dari satker. e) Berdasarkan perubahan rencana penarikan dana tersebut maka satker mengajukan permintaan pembayaran kepada KPPN. f) Atas dasar perubahan/revisi rencana penarikan dana dari Kanwil DJPB maka KPPN melakukan pembayaran kepada satker sesuai dengan perubahan yang disampaikan dari Kanwil DJPB. Proses pada modul MoSA sebagaimana gambar di bawah.

3.

Cash Limits Apabila pemerintah pada suatu saat mengalami kekurangan kas/likuiditas (cash shortage) maka diperlukan mekanisme untuk mengatur jumlah pencairan dana yang dilakukan oleh satker. Setiap satker diberi batas prosentase tertentu dari rencana penarikan dana yang dapat dicairkan. Terdapat dua alternatif dalam mekanisme cash limits yaitu DJPB menentukan jenis pengeluaran yang akan
129

dibatasi jumlahnya dan alternatif lain satker diberikan kebebasan dalam menentukan suatu alokasi tertentu pada kegiatan yang akan dikurangi sesuai dengan kebutuhan satker bersangkutan. Menurut hemat kami penerapan cash limits tidak dilakukan sepanjang tahun anggaran namun hanya diterapkan jika pemerintah kesulitan kas (karena realisasi penerimaan kecil). Apabila kondisi sudah memungkinkan maka cash limits akan ditiadakan dan dimungkinkan alokasi yang semula dikurangi dapat dikembalikan. a. Cash limits yang ditentukan DJPB Penerapan cash limits tanpa usulan satker pada dasarnya memiliki tujuan yang sama dengan cash limits lainya namun, penerapan cash limits metode ini dapat dilakukan apabila kebutuhan untuk pembatasan kas diperlukan segera. Berikut ini adalah gambar B.3.b workflow penetapan cash limit tanpa usulan satker

Langkah-langkah dalam penerapan cash limits ini dimulai dari: 1) Direktorat PKN menyampaikan informasi kekurangan kas kepada Direktorat Pelaksanaan Anggaran, kondisi ini berdasarkan perhitungan realisasi penerimaan bulan ini dan perkiraan pencairan dana bulan depan.

130

2) Dit PA kemudian akan menyampaikan kepada KPPN jumlah alokasi yang dapat digunakan oleh masing-masing satker. 3) KPPN menerapkan penetapan cash limit yang akan digunakan sebagai dasar perubahan Halaman III DIPA dan menyampaikannya kepada satker. 4) Satker akan melakukan perubahan POK sesuai dengan keputusan DJPB kegiatan dan belanja yang harus dikurangi untuk bulan tertentu. Setelah POK disesuaikan maka disampaikan kepada KPPN untuk dilakukan penyesuaian pagu rencana penarikan dana (budget). 5) Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih dimungkinkan untuk digunakan kembali jika pemerintah sudah memiliki dana kas yang cukup. Namun jika sampai periode tertentu diperkirakan pemerintah tidak memiliki dana maka akan dilakukan APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana DIPA masing-masing satker. b. Cash limits dengan usulan satker Mekanisme Cash Limits yang diserahkan kepada satker untuk menentukan sendiri jumlah dana yang dikurangi pada kegiatan tertentu dapat digambarkan sebagai berikut : 1) Dit PKN (Pengelolaan Kas Negara ) akan menyampaikan ke Dit PA kondisi kas yang tidak mencukupi bagi satker bulan depan berdasarkan perhitungan realisasi penerimaan bulan ini dan perkiraan pencairan dana bulan depan. Kekurangan tersebut tidak dapat ditutupi dengan penerimaan pembiayaan karena berbagai faktor. 2) Dari data PKN maka Dit PA akan menyampaikan kepada KPPN jumlah alokasi yang dapat digunakan oleh masing-masing satker. 3) KPPN menyampaikan kepada masing-masing satker agar pengeluaran pada bulan tersebut dikurangi sebesar jumlah tertentu sekaligus agar

menyesuaikan jumlah kegiatan yang akan dikurangi dananya. 4) Satker kemudian menyampaikan update pengeluaran yang telah disesuaikan dengan dana yang dikurangi tersebut sekaligus menyesuaikan rencana penarikan dana kepada KPPN.
131

5) Updating tersebut didasarkan pada perubahan POK untuk digunakan sebagai batas pagu maksimum yang dapat dicairkan sesuai dengan kebutuhan satker. 6) KPPN menerapkan penetapan cash limit yang akan digunakan sebagai dasar perubahan Halaman III DIPA. Cash limit dilakukan dengan membatasi budget bulan tertentu sehingga tidak dapat digunakan melebihi batas yang ditentukan. 7) Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih dimungkinkan untuk digunakan kembali jika pemerintah sudah memiliki dana kas yang cukup. Namun jika sampai periode tertentu diperkirakan pemerintah tidak memiliki dana maka akan dilakukan APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana DIPA masing-masing satker. Berikut ini adalah gambar B.3.a workflow penetapan cash limit dengan usulan satker

4.

Carry Forward Mekanisme penganggaran setiap tahunnya disesuaikan dengan prioritas dalam program pemerintah. Program yang menjadi perhatian pemerintah menjadi hal
132

yang penting pada saat pembahasan anggaran sebagai usulan pemerintah dalam RUU APBN. Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa program/kegiatan yang dapat di carry forward ke tahun anggaran berikutnya. Penerapan Carry Forward pada dasarnya dibagi tiga yaitu Fund Only, Carry Forward Encumbrance only dan Encumbrance and Fund Availability. a. Carry Forward dengan Fund Only Carryforward yang dilakukan dengan menggeser alokasi yang belum habis pada tahun anggaran tertentu akan dilanjutkan pelaksanaan kegiatannya pada tahun anggaran berikutnya. Carryforward untuk fund available pada TA 2010 terkait dengan kegiatan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) pada DIPA PNPM TA 2009 namun sampai akhir tahun belum diselesaikan seluruhnya. Alokasi kegiatan digunakan pada tahun anggaran berikutnya menggunakan DIPA Luncuran sesuai dengan UU No. 47 Tahun 2009 tentang APBN 2010. Kegiatan BLM adalah kegiatan yang langsung dilaksanakan oleh masyarakat sesuai dengan Pedoman Umum PNPM Mandiri, sehingga pelaksanaan kegiatan BLM melalui mekanisme swakelola dan tidak melibatkan pihak ketiga walaupun dapat juga dilaksanakan oleh pihak lain jika masyarakat tidak mampu. Alokasi kegiatan yang diluncurkan dengan demikian tidak menggunakan kontrak sehingga yang diluncurkan hanyalah pagu dananya (fund available), dengan demikian alokasi pagu yang diluncurkan menjadi tambahan dana satker bersangkutan sehingga bersifat on top. b. Carry Forward dengan Encumbrance dan Fund Availability Terkait dengan carryforward fund avaiable dan encumbrance sebagai contoh adalah rekening escrow yaitu suatu jumlah alokasi yang sudah disediakan namun belum dapat digunakan karena tagihan dari pihak lain belum ada. Hal ini dapat diambil contoh berbagai pembayaran subsidi antara lain pupuk, listrik dan lainnya pada akhir tahun yang sudah dialokasikan namun besarannya belum diketahui karena belum ada penagihan dari pihak terkait. Jumlah yang harus dibayarkan oleh pemerintah untuk biaya subsidi paling cepat diterima pada awal bulan tahun anggaran baru sehingga komitmen dan fund available digeser pelaksanaannya pada tahun anggaran berikutnya.
133

Penerapan metode ini dilakukan dengan membawa kegiatan yang telah dikontrakan kepada pihak ketiga beserta alokasi dananya ke tahun yang akan datang. Bisnis proses Carry Forward dengan Encumbrance dan Fund Availibility dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Ditjen Anggaran mengirimkan data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry Forward, mengingat proses ini dapat juga dilakukan pada akhir tahun (ketika menebitkan DIPA Biasa/DIPA Tahunan) maka proses dapat dilakukan bersamaan dengan penyusunan DIPA Tahunan namun untuk

program/kegiatan yang di Carry Forward-kan tidak melalui proses penelaahan hanya penyesuaian kode administratif bila diperlukan. 2) Setelah data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry Forward diterima Dit PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan Carry Forward. 3) Langkah berikutnya Dit PA/kanwil DJPB melakukan penggabungan data Carry Forward kedalam DIPA Tahunan/Biasa Satker yang bersangkutan.

134

4) Terakhir Dit PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA yang didalamnya juga terdapat program/kegiatan yang di Carry Forward dan mengirimkan kepada Satker.

c.

Carry Forward dengan Encumbrance only Disamping proyek-proyek tahun jamak, maka kegiatan yang dicarryforward ecumbrance only adalah kegiatan dalam rangka pembangunan infrastruktur serta rehabilitasi dan rekonstruksi bencana alam yang dilakukan dalam tahun 2009, tetapi belum dapat diselesaikan sampai dengan akhir Desember 2009, dapat dilanjutkan penyelesaiannya ke tahun 2010. Pendanaan untuk kegiatan-kegiatan tersebut bersumber dari pagu kementerian negara/lembaga masing-masing dan/atau belanja lain-lain dalam Tahun Anggaran 2010. Penerapan metode ini Encumbrance only pada dasarnya memiliki langkah yang sama dengan Encumbrance dan Fund Availability. Perbedan mendasar adalah pada Encumbrance only sisa alokasi dana tahun lalu tidak dibawa untuk menambahkan pagu DIPA tahun yang akan datang. Bisnis proses Carry Forward dengan Encumbrance Only dapat dijelaskan sebagai berikut :

135

1) Ditjen Anggaran mengirimkan data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry Forward, mengingat proses ini dapat juga dilakukan pada akhir tahun (ketika menebitkan DIPA Biasa/DIPA Tahunan) maka proses dapat dilakukan bersamaan dengan penyusunan DIPA Tahunan namun untuk

program/kegiatan yang di Carry Forward-kan tidak melalui proses penelaahan hanya penyesuaian kode administratif bila diperlukan. 2) Setelah data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry Forward diterima Dit PA/kanwil DJPB melakukan Pengesahan Carry Forward. 3) Langkah berikutnya Dit PA/kanwil DJPB melakukan penggabungan data Carry Forward kedalam DIPA Tahunan/Biasa Satker yang bersangkutan. 4) Terakhir Dit PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA yang didalamnya juga terdapat program/kegiatan yang di Carry Forward dan mengirimkan kepada Satker.

5.

Mekanisme DIPA Pengesahan untuk Hibah LN/DN : Terdapat kemungkinan bahwa anggaran untuk keperluan tertentu (antara lain hibah, BLU) diterbitkan dokumen DIPA/Revisi DIPAnya pada waktu yang tidak dapat dipastikan. Apabila dokumen pelaksanaan yang akan digunakan harus menunggu Perpres Rincian APBN dalam pembahasan dengan DPR (APBN Perubahan) hal tersebut sulit untuk dilaksanakan/tidak memungkinkan karena kegiatan bersifat mendesak. Oleh karena itu perlu disusun mekanisme penerbitan DIPA-Pengesahan untuk kepentingan tersebut. Bagi penerimaan hibah baik Hibah LN/DN termasuk yang diterushibahkan setelah APBN atau APBN-P disahkan yang dilaksanakan secara langsung oleh pemberi hibah atau Hibah LN/DN yang diterima langsung oleh K/L dapat diterbitkan DIPA Pengesahan. Kegiatan yang dibiayai dengan sumber dana hibah yang akan dimasukkan alokasinya dalam DIPA adalah berbentuk uang sedangkan apabila hibah dalam bentuk barang tidak dimasukkan dalam DIPA hanya dicatat dalam catatan aset. Usulan ini disebabkan karena DIPA merupakan dokumen alokasi untuk melaksanakan kegiatan tertentu yang menghasilkan barang dan jasa
136

sehingga apabila hibah sudah berbentuk barang maka tidak perlu dimasukkan dalam DIPA. Apabila pengesahan DIPA Hibah dilaksanakan setelah APBN berjalan akan diperhitungkan dalam APBN-Perubahan namun jika penerbitan DIPA setelah APBN-Perubahan maka akan disesuaikan dalam LKPP. Hal ini karena kewenangan dalam penerbitan dokumen pelaksanaan anggaran (revisi) dimaksud dilaksanakan oleh DJPB sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 69/PMK.02/2010. Pemberian dana hibah dapat dilaksanakan di luar periode penyusunan APBN (APBN sudah disahkan) dan dapat dilaksanakan langsung oleh pemberi hibah sehingga perlu dilaksanakan penatausahaan untuk mengupdate/revisi penerimaan hibah pada DIPA. Updating/revisi dimaksud terdiri dari : a. Updating/revisi hibah luar negeri dan dalam negeri bagi hibah yang diterima melalui Kementerian Keuangan dilakukan pada saat nota perjanjian hibah ditandatangani oleh pemerintah dan donor. Penggunaan nota perjanjian hibah sebagai dokumen sumber penerimaan menyebabkan updating penerimaan hibah tidak dapat diperkirakan waktunya karena dimungkinkan dilaksanakan setelah UU APBN disahkan. Apabila hibah diteruskan kepada pihak yang bukan sebagai satker (BUMN) maka penatausahaannya dilakukan oleh Kementerian Keuangan termasuk menyampaikan updating perkiraan penerimaan menggunakan DIPA BUN setelah register diterima. Revisi/updating disampaikan kepada DJPB untuk dilakukan penyesuaian data beserta data pendukung dari penggunaan dana hibah disesuaikan dengan kegiatan pada DIPA BUN berkenaan. DIPA BUN dimaksud dapat disusun oleh beberapa unit eselon I di lingkup Kementerian Keuangan antara lain DJPK, DJPU dan DJKN. b. Updating/revisi penerimaan hibah yang diterima oleh K/L atau dilaksanakan langsung oleh pemberi hibah dilakukan satker yang menerima hibah. Setelah register diterima maka satker mengajukan revisi DIPA kepada DJPB beserta

137

rencana penggunaan dana atau apabila hibah berupa barang disertakan keterangan tentang barang dimaksud beserta jumlahnya (satuan). Terkait dengan konsep kinerja maka hibah yang diterima akan berpengaruh kepada kegiatan yang dilaksanakan sehingga perlu disesuaikan dengan alokasi hibah yang diterima. Pelaksanaan revisi DIPA yang menggunakan sumber dana hibah dilaksanakan oleh Kanwil DJPB dan setelah disahkan diteruskan kepada Dit PA. Dana hibah ini akan menambah pagu DIPA berkenaan (on top) sehingga harus disampaikan perubahannya kepada DJA untuk bahan penyusunan APBN-P. Proses bisnis DIPA Pengesahan untuk Hibah LN/DN dapat dijelaskan sebagai berikut :

a.

Setelah nomor register Hibah LN/DN (dokumen pendukung) diterima maka sakter mengajukan permohonan pengesahan DIPA Hibah kepada Kanwil DJPB;
138

b. Pengajuan konsep DIPA dimaksud dilampiri dengan rencana penggunaan dana hibah (RKAKL) sesuai dengan pagu hibah; c. Kanwil DJPB menelaah kesesuaian pagu dana dari register yang telah diterima dengan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Setelah selesai akan diterbitkan DIPA Pengesahan sebagai persetujuan revisi penambahan pagu DIPA.

6.

Mekanisme Penerbitan DIPA DAU Ke depannya DAU pada masing-masing kabupaten/kota maupun provinsi diterbitkan DIPAnya dengan mekanisme penerbitan DIPA DAU sama dengan DIPA BUN sebagai berikut :

a) Setelah Peraturan Presiden tentang Penetapan Alokasi Anggaran Belanja maka Menteri Keuangan dalam hal ini unit organisasi yang mengelola dana perimbangan menyusun dokumen pelaksanaan anggaran untuk BA-BUN yang dikelolanya;

139

b) Penyusunan konsep dokumen DIPA menggunakan RKA-KL BA-BUN sesuai dengan alokasi anggaran yang tercantum dalam Perpres dan disampaikan kepada Dit PA; c) Penelaahan dilakukan untuk mengetahui kebenaran dalam konsep DIPA sesuai kaidah akuntansi termasuk klasifikasi belanja dan kode-kode lainnya; d) Setelah proses penelaahan selesai maka dilakukan pengesahan DIPA dengan menerbitkan SP-DIPA. E. 1. USULAN FORMAT BARU DIPA Format Baru DIPA Dengan terintegrasinya sistem perencanaan dan pelaksanaan anggaran akan semakin memudahkan dalam proses penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran sehingga diharapkan terjadi penyatuan alur penyusunan dokumen anggaran. Agar tujuan dimaksud dapat dicapai maka direncanakan format dokumen DIPA menampung item-item dalam RKAKL sehingga akan memudahkan dalam pembuatan aplikasi. Disamping itu dengan adanya usaha untuk meningkatkan peranan halaman III DIPA sebagai perencanaan penarikan dana maka item halaman III DIPA ditambah dengan pencantuman kegiatan yang termasuk kontraktual maupun non kontraktual. Salah satu tugas menteri/pimpinan lembaga dalam rangka penyusunan dan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yaitu menyusun Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Kementerian Negara/Lembaga yang

dipimpinnya. Dasar penyusunan DIPA adalah Peraturan Presiden tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (Perpres RABPP). Dalam rangka penyusunan DIPA, akan diwujudkan dalam suatu desain berupa rancang bangun format DIPA dalam rangka memfasilitasi penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja dan Kerangka Pembangunan Jangka Menengah yang memuat informasi terkait dengan perencanaan dan pelaksanaan penganggaran. DIPA yang akan disusun formatnya memberikan fleksibilitas kepada satuan kerja yaitu penggunaan pagu dana hanya

140

dua digit (jenis belanja) dan menampung beberapa item terkait dengan PBK dan KPJM. DIPA merupakan dokumen yang menjadi dasar pelaksanaan anggaran yang telah disahkan dalam UU APBN. Tugas pemerintah adalah melaksanakan amanat UU APBN dalam hal ini oleh Kementerian Keuangan sebagai BUN dan Kementerian Negara/Lembaga sebagai pelaksana kegiatan. Menteri Keuangan sebagai BUN mempunyai kewajiban antara lain mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh K/L. Dalam kaitannya dengan DIPA maka Menteri Keuangan sebagai BUN mengesahkan DIPA dalam Surat Pengesahan (SP-DIPA) dan K/L menyusun isi/bagian DIPA yaitu Halaman I sampai IV. Yang harus diperhatikan bahwa DIPA harus mencantumkan uraian seperti yang diamanatkan dalam UU No. 1 Tahun 2004 Pasal 14 ayat (3). Berikut ini akan dijelaskan fungsi bagian-bagian DIPA : a. SP-DIPA SP-DIPA pada prinsipnya adalah persetujuan Menteri Keuangan sebagai BUN terhadap sejumlah alokasi dana yang dapat digunakan oleh K/L. SP-DIPA juga merupakan kewajiban bagi BUN untuk menyediakan sejumlah dana bagi satker dalam melaksanakan kegiatan dengan jumlah anggaran tertentu yang sebaliknya menjadi hak bagi satker untuk memperoleh dana dimaksud. Informasi lain yang terdapat dalam SP-DIPA yaitu dasar penggunaan alokasi serta ringkasan dari halaman DIPA yaitu informasi kinerja yang akan dicapai, fungsi, sub fungsi, program, alokasi pagu untuk menghasilkan output, kantor bayar dan periode waktu berlakunya DIPA serta tanggung jawab bagi K/L terhadap pelaksanannya. b. Halaman I Halaman I DIPA memberikan informasi umum yang lebih rinci terkait dengan satker bersangkutan antara lain pejabat perbendaharaan termasuk target kinerja yang akan dicapai beserta rinciannya, dana yang diperlukan dalam mencapai kinerja, sumber dana pelaksanaan kegiatan dan penjelasan terhadap sumber dana yang berasal dari pembiayaan dan hibah. Pada halaman I DIPA juga disediakan
141

informasi kerangka pengeluaran jangka menengah sebagai bahan pertimbangan bahwa kegiatan yang ada dalam DIPA akan dilaksanakan pada tahun berikutnya termasuk perkiraan pendanaannya. c. Halaman II Halaman II berisi informasi rincian jumlah pagu untuk pelaksanaan kegiatan satker untuk mencapai output yang telah ditentukan pada jenis belanja tertentu. Jumlah pagu tersebut merupakan hak dari satker yang menjadi dasar permintaan pembayaran. Terkait dengan diberlakukannya otonomi daerah dimana

pelaksanaan kegiatan pemerintah dibagi antara pusat dan daerah, maka informasi kewenangan pelaksanaan kegiatan menjadi penting untuk membedakan pelaksanaan di daerah dan pusat, sehingga pengklasifikasian kewenangan (KP, KD, DK, TP dan UB) perlu dicantumkan dalam DIPA Halaman II. Perlakuan kegiatan yang bersumber dari masing-masing sumber dana berbeda sehingga informasi sumber dana dari masing-masing pengeluaran harus dicantumkan Halaman II. d. Halaman III Alokasi dana bagi satker pada Halaman II harus dijabarkan pelaksanaannya dalam periode waktu tertentu baik dari sisi rencana penarikan dan perkiraan penerimaan. Tahap-tahap pelaksanaan kegiatan inilah yang dicantumkan dalam halaman III DIPA dengan periode waktu bulanan sebagai acuan bagi sakter dalam melaksanakan kegiatan maupun DJPB baik KPPN dalam penerbitan SP2D maupun Dit PKN dalam manajemen kas. Yang perlu diperhatikan bahwa Halaman III harus dibuat mekanisme updating baik rencana penarikan dana maupun perkiraan penerimaan sehingga fungsi Halaman III menjadi efektif sebagai alat manajemen kas (by product). e. Halaman IV Walaupun prinsip let the managers manage diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan namun untuk menjaga agar kebutuhan minimum yang penting bagi kegiatan sehari-hari perkantoran tetap dapat dilaksanakan maka harus dijamin pendanaannya dan tidak digunakan untuk keperluan lainnya. Disamping itu
142

Halaman IV juga mencantumkan hal-hal tertentu (catatan) sebagai acuan pelaksanaan kegiatan bagi satker (dana yang masih diblokir, penggunaan dana yang masih harus mendapat penjelasan). Halaman IV DIPA ke depannya masih diperlukan untuk menampung hal-hal yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan kegiatan. Halaman Catatan dalam DIPA mencakup antara lain pengeluaran yang alokasi dananya tidak boleh digunakan sebelum diajukan perubahan kepada DJPB atau sudah dipenuhi persyaratan yang sebelumnya tidak lengkap. Disamping itu halaman Catatan dalam DIPA juga memberikan informasi alokasi dana yang belum dapat digunakan baik seluruhnya maupun sebagian karena kurangnya kelengkapan data yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan. Halaman Catatan juga menampung informasi apakah suatu kegiatan dilaksanakan oleh satker bersangkutan atau dilaksanakan oleh instansi lainnya misalnya dana bantuan bagi satker lain. 1. Catatan DIPA : b. Kegiatan yang masih diblokir dananya Pada saat alokasi pada APBN disahkan maka kegiatan yang akan dilaksanakan oleh satker (K/L) dibahas dengan data pendukung untuk penentuan rincian biaya di DJA. Blokir tidak terbatas dilakukan oleh DJA namun dapat dilakukan mulai dari DPR dan juga dapat dilaksanakan oleh DJPB sesuai dengan kewenangannya. Blokir dapat diperoleh dari alokasi anggaran yang belum ditetapkan penggunaannya (berasal dari efisiensi dan/atau komponen input yang tidak relevan dengan output). Apabila data dukung yang dipersyaratkan belum lengkap maka DJA akan melakukan blokir baik seluruhnya maupun sebagian atas dokumen pendukung yang belum lengkap sebagai syarat untuk penggunaan dana. Sebagai contoh dalam belanja modal untuk membangun gedung salah satu persyaratannya misalnya adalah TOR dan RAB, namun karena satker (K/L) belum menyampaikan maka alokasi dana pembangunan gedung diblokir sebagian atau keseluruhan. c. Akun yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan operasional (pemenuhan kebutuhan minimum kantor)

143

Pagu dana untuk pelaksanaan kegiatan sehari-hari perkantoran diusahakan tetap menggunakan jumlah pagu dana yang telah dialokasikan pada akun bersangkutan. Apabila diberikan keleluasaan untuk melakukan pergeseran untuk mengurangi alokasi dikhawatirkan akan menyebabkan kegiatan kantor tidak berjalan dengan semestinya. Daftar akun untuk belanja sehari-hari perkantoran (kondisi saat ini) namun dapat disesuaikan baik jenis maupun jumlah akun dapat dikurangi atau ditambah : 521111 : Belanja Keperluan Perkantoran 521112 : Belanja Barang Operasional Lainnya 521113 : Belanja untuk Menambah Daya Tahan Tubuh 521114 : Belanja Pengiriman Surat Dinas Pos Pusat 521115 : Honor Terkait dengan Operasional Satuan Kerja 521119 : Belanja Barang Operasional Lainnya 522111 : Belanja Langganan Daya dan Jasa 522114 : Belanja Sewa 523111 : Belanja Biaya Pemeliharaan Gedung dan Bangunan 523121 : Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin Apabila dibutuhkan satker dapat mengajukan pergeseran antar belanja operasional namun harus disampaikan perubahannya melalui KPPN untuk seterusnya disampaikan kepada Kanwil DJPB untuk proses approval dalam database SPAN. Pengajuan perubahan belanja operasional dapat dilakukan bersamaan dengan pengajuan SPM sehingga satker tidak perlu

menyampaikan langsung kepada Kanwil DJPB karena perubahan 6 (enam) digit sebenarnya merupakan kewenangan satker namun karena alokasi belanja tersebut dicantumkan dalam Halaman Catatan DIPA yang harus disesuaikan jika akan dirubah besaran alokasi masing-masing belanja. 2) Khusus untuk belanja pegawai alokasi yang telah disahkan tidak boleh dikurangi namun dapat dilakukan penambahan terkait dengan penambahan jumlah pegawai. Hal ini termauk untuk belanja honor, uang makan dan tunjangan yang melekat pada gaji termasuk uang duka wafat, karena pada suatu saat satker dapat menerima tambahan pegawai sehingga belanja yang terkait dengan pegawai juga akan bertambah atau terjadi pegawai yang
144

meningggal dunia. Sedangkan untuk uang lembur sudah ditentukan tidak boleh melebihi alokasi tahun 2010 sehingga harus dikunci tidak boleh melewati pagu 2010. Daftar akun untuk belanja pegawai : 511111 : Belanja Gaji Pokok PNS 511119 : Belanja Pembulatan Gaji PNS 511121 : Belanja Tunjangan Suami/Istri PNS 511122 : Belanja Tunjangan Anak PNS 511123 : Belanja Tunjangan Struktural PNS 511124 : Belanja Tunjangan Fungsional PNS 511125 : Belanja Tunjangan PPh PNS 511126 : Belanja Tunjangan Beras PNS 511129 : Belanja Uang Makan PNS 511147 : Belanja Tunjangan Lain lain Termasuk Uang Duka PN Dalam dan Luar Negeri 511151 : Belanja Tunjangan Umum PNS 512211 : Belanja Uang Lembur

2. Catatan lainnya yang diperlukan a. Catatan ini tidak terkait dengan jumlah alokasi pagu yang boleh digunakan namun hanya untuk menjelaskan keperluan dalam pelaksanaan kegiatan. Misalnya ada belanja modal yang dihibahkan untuk satker vertikal atau ada belanja barang yang diterima oleh masyarakat. Sehingga catatan ini disesuaikan dengan kebutuhan dan tidak menggunakan suatu konsep atau dasar pertimbangan yang sudah ditentukan. Termasuk catatan untuk kegiatan yang dilaksanakan dengan sumber dana PNBP terdapat catatan bahwa pencairan dana yang bersumber PNBP dapat dibayarkan setelah dana disetorkan ke kas negara. b. Catatan untuk kegiatan (0003) Pelayanan Publik atau Birokrasi yang diikat jumlah pagunya namun akun yang digunakan tidak dapat ditentukan seperti pada kegiatan operasional perkantoran. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam menentukan jumlah pagu pada akun untuk kegiatan (0003). Penyesuaian Format Dokumen DIPA : Halaman Surat Pengesahan (SP-DIPA) diusulkan sedikit penyesuaian antara lain pencantuman kinerja kegiatan sesuai dengan konsep penganggaran yang baru
145

(PBK). Pencantuman kinerja menjadi komitmen bagi satker agar dalam menggunakan alokasi dana yang diterima lebih terfokus pada pencapaian target yang telah ditetapkan. Kepentingan DJPB dalam melakukan tugas sebagai Bendahara Umum Negara tercantum dalam halaman SP-DIPA sesuai dengan UU No. 1 Tahun 2004 Pasal 7 yaitu antara lain melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat PA dapat dipenuhi.

Konsep format dokumen DIPA halaman IA diusulkan dibagi menjadi dua bagian yaitu formulir 1 yang berisi informasi sasaran dan kinerja dari satker sedangkan formulir 2 berisi informasi rincian sumber pendanaan. Usulan perubahan antara lain penyesuaian item yang terkait dengan aspek penganggaran berbasis kinerja
146

dan penambahan indikator-indikator, prioritas nasional dan fokus prioritas termasuk visi serta misi. Format DIPA yang diusulkan dapat dilihat pada di bawah ini :

147

Usulan perubahan Halaman II DIPA yang saat ini menjadi formulir 3 yaitu penambahan satu tabel yang berisi informasi target pendapatan/penerimaan dalam satu tahun. Dasar pertimbangan terhadap usulan tersebut yaitu DIPA diharapkan tidak hanya dititikberatkan sebagai dokumen yang memuat belanja dari satker tetapi ke depannya juga memuat informasi rencana pendapatan yang terdokumentasi dengan baik. Gambar usulan dapat dilihat di bawah :

Halaman III DIPA diusulkan untuk dirubah menjadi formulir 4 dengan memisahkan rencana penarikan dana dan perkiraan pendapatan/penerimaan. Perubahan tersebut dimaksudkan agar satker lebih terinci dalam

menyampaikan informasi terkait waktu pelaksanaan kegiatan. Data yang dicantumkan dalam formulir 4 ini berasal dari formulir 3 yang dibagi dalam periode waktu yang direncanakan. Gambar dapat dilihat dibawah :
148

Halaman IV DIPA diusulkan menjadi formulir 5, masih diperlukan disesuaikan fungsinya antara lain untuk mencatat akun yang tidak boleh dikurangi (mengikat/jika diperlukan) serta dana yang masih diblokir. Walaupun fleksibilitas yang diberikan kepada satuan kerja/KPA dalam pelaksanaan kegiatan namun perlu kepastian bahwa dana yang digunakan untuk kegiatan tertentu terjamin kecukupannya. Apabila terjadi kelebihan dapat digunakan namun dengan melakukan revisi. Gambar dapat dilihat di bawah :

149

BAB V KONEKSITAS PENGEMBANGAN PROSES BISNIS DAN STRATEGI IMPLEMENTASI MANAJEMEN DIPA KE DEPAN

Penyusunan sistem penganggaran yang terpadu berbasis teknologi informasi (SPAN) membutuhkan kesiapan dari berbagai pihak. Persiapan perumusan kebijakan dan strategi, perancangan, dan penyusunan proses bisnis yang terkait dengan mekanisme penerimaan, pengeluaran, manajemen kas, pelaporan yang berbasis pada akuntansi yang sehat membutuhkan dukungan penuh dari pihak-pihak terkait. Tanpa adanya kerjasama baik dari internal Direktorat Transformasi Perbendaharaan sebagai pelaksana kegiatan utama maupun dari pihak lain dalam memberikan masukan dan saran maka rencana program yang telah disusun akan sulit dicapai.

A. Koneksitas Pengembangan Proses Bisnis MoSA Manajemen DIPA tidak terlepas dari sisi proses bisnis perencanaan anggaran (budget preparation) yang disusun oleh DJA seperti yang tercantum dalam dokumen bidding SPAN. Proses penganganggaran merupakan serangkaian kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh dua institusi Departemen Keuangan yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab yang berbeda. Di mulai dengan proses pembahasan rencana kerja kementerian/lembaga disesuaikan dengan pagu dana dilaksanakan oleh DJA. Selanjutnya dokumen yang dihasilkan (Perpres) dari proses perencanaan menjadi bahan yang akan digunakan oleh DJPB sebagai dasar pengesahan DIPA yang disampaikan oleh kementerian/lembaga. Secara alur pengembangan proses bisnis MoSA dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Proses perencanaan yang telah dilaksanakan oleh DJA menghasilkan dokumen Perpres tentang Rincian APBN yang selanjutnya disampaikan kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagai bahan pengesahan DIPA. Mekanisme

150

perencanaan anggaran saat ini dan konsep yang akan datang sebagai bahan masukan bagi penyusunan proses bisnis MoSA. 2. Masukan dari the owner DIPA yaitu Direktorat Pelaksanaan Anggaran akan digunakan sebagai acuan dalam mengkaji manajemen DIPA (MoSA). Berdasarkan masukan baik DIPA saat ini maupun konsep DIPA yang akan datang dari Direktorat PA serta mekanisme perencanaan anggaran dari DJA selanjutnya disusun kajian MoSA oleh Bagian Transformasi Bisnis Internal Direktorat Transformasi Perbendaharaan. 3. Setelah konsep penyempurnaan MoSA di susun maka dilakukan lagi pengayaan yang diperoleh dari internal direktorat lingkup Direktorat Jenderal

Perbendaharaan maupun dari pihak eksternal yang pada saatnya akan terlibat dalam pelaksanaan DIPA serta dari narasumber yang kompeten. Masukan dan updating DIPA existing dari berbagai pihak akan diteliti kelebihan dan kekurangannya serta kaitannya dengan landasan hukum yang berlaku. Penelitian ini dimaksudkan agar tidak terjadi perbedaan dalam pelaksanaan dengan peraturan khususnya paket Undang-undang Keuangan Negara. 4. Setelah dilakukan penelitian kemudian finalisasi dan kajian penerapan MoSA dengan menerima berbagai usulan perubahan dari konsep semula. Setelah pengkajian selesai maka Diretorat Transformasi Perbendaharaan menyusun rekomendasi terhadap strategi dan implementasi DIPA yang akan datang. 5. Rekomendasi proses bisnis pelaksanaan DIPA yang akan datang disampaikan kepada Direktorat PA untuk penyusunan aturan dan implementasi proses bisnis yang baru.

B. Strategi Implementasi Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai suatu organisasi harus menerapkan strategi pelaksanaan yang efektif. Faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan strategi tersebut antara lain Birnbaum, B, (2009) : 1. Action Planning 2. Organization Structure 3. Human Resources
151

4. The Annual Business Plan 5. Monitoring and Control 6. Linkage

STRATEG Y

LINKAGE Terkait dengan penyempurnaan proses bisnis MoSA di masa mendatang perlu langkah-langkah yang dilakukan sebagai strategi pelaksanaan yaitu :

1.

Action Planning Penyusunan proses bisnis MoSA yang baru tidak terlepas dari pertimbangan rencana kegiatan yang rinci termasuk tahapan-tahapan pelaksanaan yang disusun secara kronologis dengan membuat penambahan-penambahan yang mendetil apabila diperlukan. Pada tahap sekarang yaitu penyusunan future state vision, langkah-langkah yang dilakukan termasuk menyusun jadwal kegiatan. Dalam penyusunan future state vision diperlukan sumber-sumber baik dari naskah akademik maupun para pejabat/ahli yang berkompeten untuk dimintakan masukan dalam penyusunan proses bisnis MoSA. Selajutnya adalah

menterjemahkan masukan-masukan tersebut dalam bentuk tertulis yaitu draft naskah akademik MoSA. Jadwal Pengembangan Proses Bisnis MoSA : Perlu penyesuaian pelaksanaan SPAN terkait dengan ruang lingkup inti proses bisnis/modul MoSA. Pengkajian MoSA sampai dengan penyusunan peraturan dan implementasi proses bisnis baru dengan berbagai bahan/sumber yang diperoleh dari berbagai pihak perlu dilakukan penyesuaian antara time line dan road map di
152

dalam lingkup pengembangan SPAN. Sesuai dengan rencana pelaksanaan SPAN maka dibuat jadwal pengembangan proses bisnis MoSA pada tahun 2010 sebagai berikut :

Dalam rencana penyusunan proses bisnis MoSA yang baru kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain berupa workshop, site visit, konsinyering serta apabila naskah rekomendasi proses bisnis MoSA sudah disusun dan disetujui akan dilakukan sosialisasi. Kegiatan yang penting dalam penyempurnaan proses bisnis MoSA diperkirakan berlangsung pada bulan September sampai akhir tahun 2010. Dengan rencana yang akan dilaksanakan tersebut diharapkan dapat sesuai dengan target penyelesaian yang terdapat pada time line dan mendukung road map SPAN secara menyeluruh. Tahapan-tahapan dalam jadwal kegiatan proses bisnis MoSA direncakan antara lain: a. Bulan Januari sampai dengan Maret 2010 akan dilakukan perumusan future vision MoSA dan penjelasan secara mendetail bisnis proses dengan output diharapkan adalah draft future definition MoSA.

153

b. Bulan April sampai dengan Juni 2010 akan dilaksanakan revisi dan penyempurnaan future definition MoSA dengan output penyusunan perbaikan draft proses bisnis c. Bulan Juli sampai September 2010 akan dilakukan uji coba aplikasi

d. Bulan Oktober sampai Desember 2010 direncanakan melakukan piloting di Direktorat Pelaksanaan Anggaran dan Kanwil Ditjen Perbendaharaan serta review untuk penyempurnaan.

2.

Organization Structure Setelah draft MoSA di masa mendatang disusun akan dimungkinkan terjadinya perubahan dalam struktur organisasi khususnya tugas dan fungsi unit Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang saat ini dilaksanakan oleh Direktorat Pelaksanaan Anggaran. Dengan SPAN maka proses penyusunan dokumen DIPA menjadi semakin sederhana dengan data base yang sama sehingga akan merubah pola penelaahan konsep DIPA dari satuan kerja. Semakin ringkasnya proses penelaahan konsep DIPA dapat diantisipasi dengan fokus pada monitoring dan bimbingan pelaksanaan kegiatan satker demikian juga dalam pencairan dana.

3.

Human Resources Penerapan suatu ide baru harus mempertimbangkan faktor sumber daya manusia termasuk MoSA di masa mendatang agar penerapannya dapat berjalan sesuai rencana. Hal pertama yang perlu dipertimbangkan adalah gagasan yang baru membutuhkan analisis manajemen komunikasi yang dibutuhkan. Sumber daya manusia harus memahami langkah-langkah strategi dalam pengembangan kegiatan yang akan diterapkan. Terkait dengan hal ini setiap SDM yang terlibat harus diberikan penjelasan mulai dari ide/konsep sampai rencana implementasi. Cara yang efektif adalah dilakukannya rapat, workshop dan site visit untuk mengenalkan dan menerima masukan terhadap ide-ide baru. Faktor terkait SDM kedua adalah kebutuhan SDM bagi pelaksanaan MoSA baru harus dipertimbangkan karena penerapan SPAN dapat berdampak jumlah pegawai yang terlibat dalam pelaksanaannya. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah
154

bagaimana para pegawai yang terlibat dapat mengembangkan ide-ide awal dengan memberikan waktu untuk menambah pengalaman, melakukan pelatihanpelatihan maupun menggunakan pegawai baru yang dapat melaksanakannya.

4.

The Annual Business Plan Terkait dengan pelaksanaan MoSA perlu dipertimbangkan penyediaan dana yang diperlukan untuk operasionalisasi sistem yang terintegrasi. Dukungan sarana dan prasarana yang memadai memerlukan pendanaan yang cukup besar. Apabila dana yang disediakan tidak mencukupi maka sebaik apapun strategi yang diterapkan dalam pengembangan MoSA di masa mendatang tidak akan berjalan dengan baik dan bahkan mungkin akan berhenti di tengah jalan.

5.

Monitoring and Control Monitoring dan kontrol perencanaan yang dilaksanakan tersebut menggunakan penilaian yang periodik untuk melihat apakah strategi yang digunakan telah berjalan sesuai rencana. Hal tersebut juga termasuk pertimbangan pilihan-pilihan untuk mendapatkan suatu strategi agar pelaksanaan yang tidak sesuai dapat dikembalikan pada jalurnya. Pilihan-pilihan ini termasuk perubahan jadwal, perubahan taktik dalam langkah-langkah pelaksanaan, perubahan strategi atau perubahan dalam tujuan (hal terakhir).

6.

Linkage Banyak organisasi yang sukses membangun kelima faktor pendukung di atas. Mereka membangun rencana tindak, mempertimbangkan struktur organisasi, mendekatkan dengan kebutuhan yang diperlukan SDM, pendanaan rencana strategis melalui rencana bisnis tahunan dan mengembangkan rencana untuk memonitor dan kontrol strategi dan taktik mereka. Namun dapat juga terjadi kegagalan dengan alasan yang paling sering terjadi adalah kesenjangan keterkaitan dari masing-masing faktor pendukung untuk meyakinkan bahwa semua sumber-sumber organisasi adalah rowing in the same direction. Tidak cukup untuk mengatur satu, dua, atau beberapa faktor pendukung strategi. Agar
155

penerapan strategi tersebut sukses, organisasi harus mengatur semuanya. Dan harus diyakinkan bahwa kita telah mengaitkan/menghubungkan mereka bersama. Strategi yang diperlukan untuk linkage/hubungan baik vertikal dan horisontal. Hubungan vertikal dalam pengembangan MoSA adalah membangun koordinasi dan dukungan antara rencana yang disusun dengan pelaksanaan dibawahnya. Dalam hal ini penyusunan proses bisnis MoSA yang baru harus merupakan aktivitas yang torkoordinir antara Kantor Pusat DJPB sebagai perencana dengan unit eselon dibawahnya yang akan melaksanakan. Tanpa koordinasi maka tanpa pengendalian terhadap tujuan yang akan dicapai akan mengalami kesulitan. Hubungan horisontal antar unit yang terkait dengan manajemen DIPA akan berpengaruh terhadap hasil pelaksanaan proses bisnis MoSA yang baru. Kerjasama dan koordinasi antar unit antara lain karena dalam satu hal terkait dengan beberapa tugas yang saling terkait dilaksanakan oleh unit-unit yang berbeda. Sebagai contoh dalam rencana penggunaan dana halaman III DIPA akan terlibat Direktorat Pelaksanaan Anggaran dan Direktorat Pengelolaan Kas Negara. Tanpa koordinasi dan kerjasama yang harmonis maka masing-masing unit akan mengedepankan tugas masing-masing tanpa melihat keterkaitan dengan tugas dari unit lainnya.

156

BAB VI PENUTUP

Manajemen pelaksanaan anggaran merupakan bagian dari sistem dalam SPAN yang memberikan pedoman bagi pelaksanaan kegiatan oleh Pengguna/Kuasa Pengguna Anggaran agar alokasi dana yang tertuang dalam DIPA dapat digunakan sebaik mungkin. Tujuan dari penyusunan draft modul manajemen DIPA salah satunya yaitu semakin fleksibel pelaksanaan kegiatan dari sisi satuan kerja dan dari sisi Direktorat Jenderal Perbendaharaan adalah dapat menyediakan kebutuhan dana yang diperlukan satuan kerja dengan sebaik-baiknya. Salah satu tujuan pengembangan sistem SPAN adalah semakin mempermudah proses penganggaran yang dimulai dari perencanaan sampai dengan pelaporan. Dalam sistem SPAN proses penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran akan semakin terintegrasi sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan keuangan negara. Draft modul Manajemen DIPA/MoSA masih merupakan usulan yang harus diberikan masukan dari berbagai pihak untuk memperbaiki dan menyempurnakan materi dalam modul dimaksud sehingga diharapkan dapat menjadi bahan pembahasan di tingkat yang lebih tinggi serta dapat memenuhi keinginan bersama untuk memperbaiki pelaksanaan pengelolaan keuangan negara.

157

DAFTAR PUSTAKA

Allen, Richard dan Tommasi, Daniel, 2001, Managing Public Expenditure: A Reference Book for Transition Countries, OECD Allen, Richard, Schiavo-Campo, Salvatore dan Columkill Garity, Thomas, 2004, Assessing and Reforming Public Financial Management A New Approach, IBRD, The World Bank Birnbaum, Bill, 2009, Strategy Implementation: Six Supporting Factors (Bimbaum Associates, http://www.birnbaumassociates.com/strategy-implementation.htm Edgardo Campos, Jose and Pradhan, Sanjay, 1997, Evaluating Public Expenditure Management Systems An Experimental Methodology with an Application to the Australia and New Zealand Reforms, Journal of Policy Analysis and Management European Commission, 2008, European Union Public Finance, 4th Edition Hashim, Ali dan Allan, Bill, 2001, Treasury Reference Model, The World Bank HM Treasury, 2010, Public Expenditure Planning and Control in the UK : Spending Review, www.hm-treasury.gov.uk Lienert, Ian, 2003, A Comparison Between Two Public Expenditure Management Systems in Africa, IMF Working Paper M. Kim, John, 2009, Budget Execution Performance Budgeting and Fiscal Transparency, Korea Institute of Public Finance Moulin, Laurent, 2004, Expenditure Rules la fran aise : An Assessment after Five Years, ECFIN Country Focus, Volume 1, Issue 5, European Commission Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2010 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 192/PMK.05/2009 tentang Perencanaan Kas
158

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 27/PMK.05/2010 tentang Penyusunan dan Pelaksanaan DIPA Luncuran PNPM Mandiri TA 2009 sebagai ABT Tahun 2010 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 28/PMK.05/2010 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Penerusan Pinjaman Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 56/PMK.02/2010 tentang Tata Cara Pengajuan Persetujuan Kontrak Tahun Jamak Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 69/PMK.02/2010 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKAKL Tahun Anggaran 2011 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 126/PMK.07/2010 tentang Pertanggungjawaban Transfer ke Daerah Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 180/PMK.02/2010 tentang Perubahan atas PMK No. 69 tentang Tata Cara Revisi Anggaran TA 2010 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 187/PMK.02/2010 tentang Pengalihan Bagian Anggaran BUN ke Bagian Anggaran K/L Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 192/PMK.05/2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan Pengesahan DIPA Tahun Anggaran 2011 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 193/PMK.02/2010 tentang Perubahan atas PMK No. 104 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKAKL Tahun Anggaran 2011 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 194/PMK.05/2010 tentang Penyusunan dan Pelaksanaan DIPA Luncuran Penerusan Pinjaman Tahun Anggaran 2010 sebagai Tambahan Anggaran Tahuan Anggaran 2011 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

159

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah Premchand, A, 1993, Public Expenditure Management, International Monetary Fund Probst, Alan, 2010, Performance Measurement & Performance Based Budgeting (PBB), Financial Management Series No.8, University of Wisconsin-Extension Shah, Anwar, 2007, Budgeting and Budgetary Institutions Public Sector Governance and Accountability Series, IBRD, The World Bank Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-02/PB/2006 tentang Penyampaian Rencana Penerimaan dan Pengeluaran Kas (Cash Forecasting) Instansi / Satuan Kerja Pemerintah Pusat / Daerah The International Banking for Reconstruction and Development, 1998, Public Expenditure Management Handbook, The World Bank Thompson, Fred dan Zumeta William, 1981, Control and Controls: A Reexamination of Control Patterns in Budget Execution, Policy Science 13, 25-50, Elsevier Scientific Publishing Company, Amsterdam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, KPMK, Departemen Keuangan RI Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Wildawsky, Aaron, 1975, Budgeting: A Comparative Theory of Budgetary Processes, Little-Brown, Boston

160

LAMPIRAN

PENJELASAN PROSES BISNIS FUTURE MANAJEMEN DIPA


RINCIAN PENJELASAN PROSES BISNIS FUTURE MANAJEMEN DIPA PENERBITAN DIPA Process ID Process Name Objective Input Process Output Process Major Input Major Output B.1.a Penerbitan SP DIPA Biasa Proses penelahan dan pengesahan DIPA Konsep Mekanisme Pengesahaan dan Penelaahan DIPA, Penelaahan dan Pengesahan DIPA pada kantor Pusat DJPB dan Kantor Wilayah DJPB

Data UU APBN, Perpres Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP)/Alokasi APBN, Konsep DIPA K/L Data DIPA biasa/ DIPA Tahunan K/L

Department/Key DJA, Dit PA DJPB, Kanwil DJPB, KPPN dan Satker. User Controls Deadlines : 1 hari setelah seluruh dokumen kelengkapan diterima dan benar Legal Basis : 1 2 3 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 4 UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010 5 PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum 6 PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah 7 Perpres Nomor 51 Tahun 2009 tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2010
161

PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran Tahun Anggaran 2010 9 PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan 10 PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2010 11 PMK Nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2011 12 Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009

Frekuensi SOP Reference

Tahunan SOP Direktorat Pelaksanaan Anggaran SOP Bidang Pelaksanaan Anggaran Kanwil DJPB

1. Setelah proses penganggaran dari Budget Preparation (BP) Process Description and selesai maka DJA mengirimkan Perpres Rincian Alokasi APBN Special Rules ke MoSA (Manajemen of Spending Authority)/Manajemen DIPA pada DJPB. 2. Pada DIPA Kantor Pusat (KP) yang berlokasi di Jakarta akan dilakukan penelaahan di Direktorat PA, sedangkan untuk DIPA yang lainnya akan dilakukan penelaahan pada Kantor Wilayah DJPB. 3. Satker menyampaikan Konsep DIPA (kepada Direktorat PA untuk DIPA Pusat dan ke Kanwil DJPB untuk DIPA lainnya) maka dilakukan Penelaahan konsep DIPA satker. Penelaahan
162

tersebut untuk memeriksa kesesuaian konsep DIPA satker dengan Perpres RABPP dan Peraturan terkait penyusunan, penelaahan, pengesahan dan revisi DIPA. Setelah semua sesuai maka Dirjen Perbendaharaan mengesahkan DIPA Pusat dan Kanwil DJPB a.n Menkeu mengesahkan DIPA selain Kantor Pusat K/L yang berlokasi di Jakarta. 4. Apabila dalam pelaksanaan penelaahan DIPA ada yang tidak sesuai dengan berbagai kriteria diatas maka Direktorat

Pelaksanaan Anggaran (PA)/ Kanwil DJPB akan menerbitkan surat pengembalian konsep DIPA untuk segera diperbaiki oleh satker untuk ditelaah kembali. Namun Ditjen Perbendaharaan juga dapat melakukan berbagai penyesuaian sesuai dengan kewenangan yang diberikan seperti dalam hal koreksi

administratif antara lain kode kantor bayar, kode kewenangan penyesuaian dengan kaidah akuntansi. Rincian Proses : a. (ASUMSI PERPRES DI DJA) Setelah DJA menetapkan Perpres dan diinput dalam hyperion kemudian data tersebut disampaikan ke ERP (Oracle) sebagai database dari DJPB. Data di ERP (Oracle) diterima oleh pelaksana pada Seksi Perekaman Subdit Dabantek PA dan dilakukan posting jurnal appropriation. Selanjutnya oleh Kepala Seksi Perekaman Subdit Dabantek dilakukan approval dan diteruskan kepada Kepala Subdit Dabantek untuk approval (berjenjang). DJA juga mengirimkan hardcopy Perpres sebagai dokumen formal untuk dasar penerbitan SP DIPA. b. Setelah itu data secara otomatis diterima oleh pelaksana Subdit Teknis/Bidang PA Kanwil DJPB masing-masing serta dilakukan persiapan penelaahan dengan membuat dan menyampaikan pemberitahuan jadwal penelaahan bersama dengan petugas dari K/L. Sedangkan untuk penelaahan di Kanwil DJPB, setelah dilakukan posting untuk jurnal appropriation maka Direktur PA
163

membuat cover letter Perpres Rincian Alokasi APBN sebagai dasar formal penelaahan DIPA. c. Hardcopy Perpres diterima Subdit Dabantek PA untuk dilakukan pemilahan masing-masing BA dan K/L. Pelaksana Subdit Dabantek (Bagian Perekaman Data) juga melakukan pencocokan data antara hardcopy dan database untuk memastikan bahwa kedua data tidak berbeda (diusulkan alternative lain yaitu tidak diperlukan pencocokan antara hardcopy dan database dengan asumsi hardcopy hasil cetakan dari database). Apabila terjadi data yang berbeda maka akan disampaikan pemberitahuan kepada DJA untuk mendapatkan kepastian data yang benar. Setelah data antara hardcopy dan softcopy dinyatakan sama akan disampaikan kepada Kepala Seksi dan Kasubdit Dabantek untuk dilakukan disposisi dan diteruskan kepada Subdit Teknis Dit PA jika pembahasan di kantor pusat dan diteruskan kepada Kanwil DJPB untuk DIPA selain kantor pusat K/L di Jakarta melalui Subdit Teknis Dit PA. d. Setelah terbentuk jurnal appropriation maka data sudah dapat digunakan sebagai dasar penelaahan. Surat pemberitahuan jadwal penelaahan diparaf oleh Kepala Seksi dari Subdit Teknis/Bidang PA Kanwil dengan terlebih dahulu melakukan pengecekan pagu per satker dan selanjutnya disampaikan kepada Kepala Subdit/Bidang PA untuk diteruskan kepada Direktur PA/Kepala Kanwil DJPB untuk diparaf/ditandatangani. e. Setelah surat pemberitahuan penelaahan diterima berikut dengan jadwal penelaahan maka satker yang diwakili oleh pejabat eselon III beserta staf melaksanakan penelaahan. Dokumen sumber yang digunakan berdasarkan data Perpres dengan menggunakan peraturan yang berlaku (Permenkeu) untuk menerbitkan Surat Pengesahan DIPA. f. Pelaksanaan penelaahan bersama pejabat eselon III dan IV serta staf Dit PA. Pejabat eselon III baik dari K/L maupun DJPB pada
164

umumnya hadir untuk acara pendahuluan yaitu pemaparan sekilas kemudian untuk penelaahan yang bersifat teknis akan dilakukan oleh pejabat eselon IV beserta masing-masing staf. g. Satker memberikan data dan hardcopy konsep DIPA yang dicetak dari aplikasi satker. Data tersebut diupload dalam database ERP. Dari data yang disampaikan oleh satker maka akan diketahui dalam database ERP komponen apa saja yang tidak sesuai (validasi). Apabila terjadi perbedaan maka data konsep DIPA yang digunakan diambil dari ERP oleh pelaksana Subdit Teknis Dit PA. Setelah proses upload selesai maka data tersebut diteruskan kepada Kepala Seksi dan Kepala Subdit Teknis untuk dilakukan approval. (Dokumen konsep DIPA dikembalikan untuk diperbaiki oleh Satker). h. Dokumen DIPA hasil penelaahan oleh diterbitkan Kepala Seksi Surat Dit

Pengesahannya

untuk

diparaf

Teknis/Bidang PA Kanwil DJPB dan diteruskan kepada Kasubdit/Kabid PA untuk diparaf dan selanjutnya

ditandatangani oleh Dirjen Perbendaharaan/Kepala Kanwil DJPB. i. Hasil penelaahan dalam database ERP dibuat posting untuk jurnal allotment oleh pelaksana Subdit Teknis Dit PA/Bidang PA Kanwil DJPB dan diapprove oleh Kepala Seksi dan Kasubdit Teknis / Kabid PA Kanwil DJPB. Proses aplikasi jika ada blokir (alternatif selain menggunakan budget code) : Blokir dari DJA 1. Pada saat data hyperion diinterface ke database ERP maka sudah ada pemisahan antara alokasi yang dapat digunakan dan yang masih diblokir. Alokasi yang diblokir akan menggunakan data tersendiri namun bukan menggunakan budget code yang berbeda.

165

2. Pelaksana Seksi Perekaman Data Subdit Dabantek membuat posting jurnal appropriation atas data alokasi yang langsung dapat digunakan dan jurnal blocking untuk alokasi yang masih diblokir. 3. Proses berikutnya pengesahan DIPA (hardcopy).

Blokir oleh DJPB 1. Pelaksana Seksi Teknis Subdit PA/Kanwil DJPB menerima notifikasi dari Dabantek bahwa alokasi untuk satker tertentu sudah dibuat jurnal appropriation sehingga sudah dapat dilakukan proses penelaahan. 2. Berdasarkan hasil penelaahan bersama dengan satker maka apabila terdapat alokasi yang diblokir oleh DJPB akan dibuat jurnal blocking. 3. Setelah selesai penelaahan pelaksana subdit Dabantek/Bagian Umum Kanwil DJPB melakukan posting jurnal allotment untuk alokasi yang dapat digunakan dan jurnal blocking untuk alokasi yang diblokir. 4. Jurnal blocking mempunyai fungsi yang mirip dengan encumbrance untuk alokasi yang kegiatannya dilaksanakan secara kontraktual. 5. Proses selanjutnya pengesahan DIPA (hardcopy).

Process ID Process Name Objective Input Process Output Process

B.1.b Penerbitan DIPA Sementara Pengesahan DIPA Sementara Konsep Mekanisme Pengesahaan DIPA Pengesahan DIPA pada kantor Pusat DJPB dan Kantor Wilayah
166

DJPB Major Input Major Output Data UU APBN, Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP) Data DIPA biasa/ DIPA Tahunan K/L

Department/Key DJA, Dit PA DJPBN, Kanwil DJPBN, dan KPPN User Controls Deadlines : 1 hari setelah seluruh dokumen kelengkapan diterima dan benar Legal Basis : 1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010 5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum 6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah 7. Perpres Nomor 51 Tahun 2009 tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2010 8. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran Tahun Anggaran 2010 9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2010 10. PMK Nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2011
167

11. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan Frequency SOP Reference Tahunan SOP Direktorat Pelaksanaan Anggaran SOP Bidang Pelaksanaan Anggaran Kanwil DJPB 1. DJA mengirimkan Perpres RABPP Kepada Dit PA/Kanwil Process Description and Ditjen PB (hard copy) termasuk database yang langsung Special Rules diterima DJPB sehingga mendahului hardcopynya. 2. Proses penerbitan SP DIPA Sementara tidak dilakukan melalui proses penelaahan karena satker K/L belum menyampaikan konsep DIPA sampai batas waktu yang telah ditentukan sehingga DJPB mengambil langkah antisipasi agar pelaksanaan kegiatan khususnya operasional dan pembayaran belanja pegawai tidak terlambat. 3. Pada DIPA Kantor Pusat (KP) yang berlokasi di Jakarta akan dilakukan penerbitan SP DIPA di Direktorat PA, sedangkan untuk DIPA lainnya akan dilakukan pengesahan pada Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan (Kanwil DJPB). 4. Data di ERP (Oracle) diterima oleh pelaksana pada Seksi Perekaman Subdit Dabantek PA dan dilakukan posting jurnal appropriation. Selanjutnya oleh Kepala Seksi Perekaman Subdit Dabantek dilakukan approval dan diteruskan kepada Kepala Subdit Dabantek untuk approval (berjenjang). 5. Dengan terbentuknya jurnal appropriation maka data sudah dapat digunakan sebagai dasar penerbitan SP DIPA Sementara. Setelah itu data dikirim kepada pelaksana Subdit Teknis masingmasing untuk dilakukan persiapan penerbitan SP DIPA dengan membuat DIPA secara langsung yang ditandatangani oleh Direktur PA untuk DIPA Kantor Pusat dan Kabid PA di Kanwil

168

DJPB. 6. Pelaksana Subdit Teknis Dit PA/Bidang PA Kanwil DJPB terlebih dahulu melakukan pengecekan pagu per satker. Kemudian dilakukan pemblokiran alokasi belanja terkecuali untuk belanja pegawai dan operasional sehari-hari perkantoran. Selanjutnya disampaikan kepada Kepala Seksi dan Kepala Subdit untuk dilakukan approval serta diteruskan kepada Direktur PA untuk ditandatangani pada hardcopy DIPA Sementara. 7. Langkah berikutnya Direktur PA akan melihat alokasi pagu masing-masing satker dan apabila telah sesuai maka

disampaikan konsep SP DIPA satker yang telah ditandatangani tersebut atas nama Dirjen Perbendaharaan. Konsep SP DIPA Sementara yang telah ditandatangani diteruskan kepada Dirjen Perbendaharaan untuk dilakukan penandatanganan SP DIPA. 8. Kemudian pelaksana subdit Teknis Dit PA / Bidang PA Kanwil DJPB akan melakukan posting jurnal allotment dan diapprove oleh Kepala Seksi dan Kepala Subdit Teknis Dit PA / Bidang PA Kanwil DJPB. 9. Selanjutnya oleh Subdit Dabantek DIPA yang sudah

ditandatangani oleh Direktur PA disampaikan ke Dirjen Perbendaharaan untuk penandatanganan SP DIPA Sementara. 10. SP DIPA Sementara yang telah diterbitkan tersebut menjadi dasar pencairan dana pada kegiatan yang sudah dapat direncanakan namun hanya belanja pegawai dan kebutuhan sehari-hari perkantoran (kegiatan lain diblokir).
11.

Langkah selanjutnya DIPA sementara tersebut dikirim ke KPPN dan satker sebagai dasar pelaksanaan pembayaran.

Process ID

B.1.c
169

Process Name Objective Input Process Output Process Major Input Major Output

Penerbitan SP DIPAVote An Account Pengesahan DIPAVote An Account Konsep Mekanisme Penelaahan dan Pengesahaan DIPA Pengesahan DIPA

Data RKA-KL Data DIPA VoA

Department/Key DJA, Dit PA DJPB, Kanwil DJPB, dan KPPN User Controls Deadlines : 1 hari setelah seluruh dokumen kelengkapan diterima dan benar Legal Basis : 1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 4. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum 5. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah 6. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan 7. PMK Nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2011 Frequency Apabila DPR/legislatif tidak mengesahkan APBN sampai batas waktu yang ditentukan SOP Reference 1. Process Description and Special Rules SOP Direktorat Pelaksanaan Anggaran Penyampaian data kertas kerja RKA-KL menggunakan pagu sementara dari modul Budget Preparation di hyperion
170

kemudian ditransfer ke Manajemen DIPA di ERP. Bahan pertimbangan dalam penyusunan kertas kerja RKA-KL adalah alokasi yang digunakan maksimal sebesar alokasi tahun sebelumnya. 2. Data di ERP (Oracle) diterima oleh pelaksana pada Seksi Perekaman Subdit Dabantek PA dan dilakukan posting jurnal appropriation. Selanjutnya oleh Kepala Seksi Perekaman Subdit Dabantek dilakukan approval dan diteruskan kepada Kepala Subdit Dabantek untuk approval (berjenjang). 3. Setelah itu data dikirim kepada pelaksana Subdit Teknis masing-masing untuk dilakukan persiapan pencetakan DIPA VoA. Sedangkan untuk proses di Kanwil DJPB setelah dilakukan posting untuk jurnal appropriation oleh Subdit Dabantek Dit PA, maka Direktur PA menandatangani cover letter untuk dikirimkan ke masing-masing Kanwil sehingga data yang diterima dapat diproses. 4. Penerbitan DIPA VoA menggunakan mekanisme yang hampir sama dengan penerbitan SP DIPA Sementara yaitu satker tidak perlu melakukan penelaahan dengan DJPB karena pagu yang digunakan masih belum final. Apabila pagu final sudah ditetapkan dengan Perpres Rincian Alokais APBN maka akan dilakukan revisi DIPA VoA yang dilaksanakan dengan penelaahan bersama antara satker dan DJPB. 5. Hardcopy Perpres Rincian Alokasi APBN tahun sebelumnya dikumpulkan oleh Pelaksana Subdit Teknis PA untuk dilakukan pemilahan masing-masing BA dan K/L. Pelaksana Subdit Teknis Dit PA melakukan pencocokan alokasi pagu per satker antara hardcopy Perpres Rincian Alokasi APBN tahun sebelumnya dan hasil cetakan kertas kerja RKA-KL dari database yang sudah dalam bentuk konsep DIPA untuk memastikan bahwa alokasi pada konsep DIPA tidak melebihi alokasi yang tercantum dalam Perpres Rincian APBN. Apabila
171

terjadi

data

yang

berbeda

maka

akan

disampaikan

pemberitahuan kepada DJA untuk dilakukan penyesuaian data sesuai dengan Perpes Rincian Alokasi APBN tahun

sebelumnya. 6. Setelah data antara kertas kerja RKA-KL disesuaikan dengan Perpres oleh DJA maka akan disampaikan kembali ke DJPB dan ditransfer ke dalam database ERP. 7. Demikian data kertas kerja RKA-KL sudah didalam ERP maka oleh pelaksana Subdit Teknis Dit PA akan dilakukan pemblokiran terhadap belanja pada kegiatan di luar keperluan belanja pegawai dan operasional. Data yang sudah diinput oleh pelaksana akan diteruskan kepada Kepala Seksi dan Kasubdit Teknis Dit PA untuk dilakukan approval. 8. Setelah dilakukan approval oleh Kepala Seksi dan Kasubdit Teknis maka konsep DIPA dicetak dan diparaf untuk diteruskan kepada Direktur PA. Direktur PA melakukan pengecekan pagu per satker pada database, apabila tidak sesuai dikembalikan kepada Subdit masing-masing untuk diperbaiki. Apabila sudah sesuai maka DIPA akan ditandatangani oleh Direktur PA dan disampaikan kepada Subdit Dabantek untuk dibuat jurnal allotment oleh pelaksana yang diapprove Kepala Seksi dan Kepala Subdit Teknis PA / Bidang PA Kanwil DJPB. 9. Subdit Dabantek / Bidang Umum Kanwil DJPB kemudian mengirimkan DIPA VoA untuk penandatanganan SP oleh Dirjen Perbendaharaan / Kepala Kanwil DJPB.
10.

Kemudian Dit PA/Kanwil DJPB mengirimkan DIPA tersebut kepada satker dan KPPN setempat.

Process ID Process Name Objective

B.1.d Penerbitan DIPA BUN yang Dikelola Kementerian Keuangan Proses penelahan dan pengesahan DIPA
172

Input Process Output Process Major Input Major Output

Konsep Mekanisme Pengesahaan dan Penelaahan DIPA, Penelaahan dan Pengesahan DIPA pada kantor Pusat DJPB

Data UU APBN, Perpres Rincian Alokasi APBN, Konsep DIPA BUN Data DIPA BUN

Department/Key DJA, Dit PA DJPB, KPPN dan Satker. User Controls Deadlines : 1 hari setelah seluruh dokumen kelengkapan diterima dan benar Legal Basis : 1. 2. 3. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010 5. 6. PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah 7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2010 8. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2010 Frekuensi SOP Reference Tahunan SOP Direktorat Pelaksanaan Anggaran SOP Bidang Pelaksanaan Anggaran Kanwil DJPB 1. Setelah proses penganggaran dari Budget Preparation (BP) Process Description and
173

Special Rules

selesai maka DJA mengirimkan Perpres Rincian Alokasi APBN di hyperion ke database MoSA (Manajemen of Spending Authority)/Manajemen DIPA dalam sistem ERP pada Ditjen Perbendaharaan. Apabila belum memungkinkan diterbitkannya Perpres maka dalam proses pengesahan dokumen DIPA BUN khususnya untuk dana transfer dapat menggunakan Permenkeu yang saat ini diterbitkan oleh DJPK. 2. Berdasarkan perpres tersebut akan dilakukan penelaahan sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk menerbitkan DIPA BUN. Karena dalam menyusun konsep DIPA BUN sudah

menggunakan aplikasi dan data dari ERP maka penelaahan yang dilakukan sedikit berbeda dari yang dilaksanakan untuk DIPA K/L biasa yang menggunakan aplikasi satker. Hal ini disebabkan karena dalam aplikasi ERP data yang digunakan adalah sama sehingga kemungkinan perubahan data sangat kecil. 3. Khusus untuk penyusunan dokumen DIPA BA BUN lingkup Kementerian Keuangan, tiap PA/KPA diberikan akses untuk menggunakan aplikasi ERP sehingga mulai dari penyusunan konsep DIPA sampai perbaikan data dilakukan di ERP bukan menggunakan aplikasi satker. 4. Terdapat dua perbedaan mendasar dalam penerbitan SP DIPA BUN yaitu DIPA BUN yang disusun dengan mekanisme yang sama pada DIPA K/L biasa dan DIPA BUN yang karena sifat alokasi dananya masih belum memiliki rincian sehingga proses penerbitan SP DIPAnya menunggu rincian tersebut. 5. DIPA BUN (selain DIPA Dana Transfer) yang memiliki mekanisme sama dengan DIPA K/L biasa sebagai berikut : a. (ASUMSI PERPRES DI DJA) Setelah DJA menetapkan Perpres dan diinput dalam hyperion kemudian data tersebut disampaikan ke ERP (Oracle) sebagai database dari DJPB. Data di ERP (Oracle) diterima oleh pelaksana pada Seksi Perekaman Subdit Dabantek PA dan dilakukan posting jurnal
174

appropriation. Selanjutnya oleh Kepala Seksi Perekaman Subdit Dabantek dilakukan approval dan diteruskan kepada Kepala Subdit Dabantek untuk approval (berjenjang). DJA juga mengirimkan hardcopy Perpres sebagai dokumen formal untuk dasar penerbitan SP DIPA. b. Setelah itu data dikirim kepada pelaksana Subdit Teknis masing-masing untuk dilakukan persiapan penelaahan dengan membuat dan menyampaikan pemberitahuan jadwal

penelaahan bersama dengan pejabat/petugas dari unit pengelola DIPA BUN. c. Hardcopy Perpres diterima Subdit Dabantek PA untuk dilakukan pemilahan masing-masing unit eselon I pengelola BUN. Pelaksana Subdit Dabantek (Bagian Perekaman Data) juga melakukan pencocokan data antara hardcopy dan database untuk memastikan bahwa kedua data tidak berbeda. Apabila terjadi data yang berbeda maka akan disampaikan pemberitahuan kepada DJA untuk mendapatkan kepastian data yang benar. Setelah data antara hardcopy dan softcopy dinyatakan sama akan disampaikan kepada Kepala Seksi dan Kasubdit Dabantek untuk dilakukan disposisi dan diteruskan kepada Subdit Teknis Dit PA. d. Setelah terbentuk jurnal appropriation maka data sudah dapat digunakan sebagai dasar penelaahan. Surat pemberitahuan jadwal penelaahan diparaf oleh Kepala Seksi dari Subdit Teknis dengan terlebih dahulu melakukan pengecekan pagu per satker dan selanjutnya disampaikan kepada Kepala Subdit untuk diteruskan kepada Direktur PA untuk ditandatangani. e. Setelah surat pemberitahuan penelaahan diterima berikut dengan jadwal penelaahan maka unit pengelola BUN yang diwakili oleh pejabat eselon III beserta staf melaksanakan penelaahan. Dokumen sumber yang digunakan berdasarkan data Perpres dengan menggunakan peraturan yang berlaku
175

(Permenkeu) untuk menerbitkan Surat Pengesahan DIPA. f. Pelaksanaan penelaahan dilakukan oleh staf dan pejabat eselon III dan IV unit pengelola BUN serta pejabat dan staf Dit PA. Pejabat eselon III baik dari unit pengelola BUN maupun DJPB pada umumnya hadir untuk acara pendahuluan yaitu pemaparan sekilas, kemudian pada saat proses penelaahan yang bersifat teknis akan dilakukan oleh pejabat eselon IV beserta masing-masing staf. g. Pada saat penelaahan unit pengelola BUN/Satker

menyampaikan Konsep DIPA kepada Direktorat PA maka dilakukan Penelaahan konsep DIPA satker (lebih bersifat konfirmasi). Penelaahan tersebut untuk melihat kesesuaian konsep DIPA dengan tugas DJPB sebagai Kuasa BUN antara lain penentuan kode KPPN. Setelah semua sesuai maka Dirjen Perbendaharaan mengesahkan DIPA BUN a.n Menkeu. h. Proses yang dilakukan unit pengelola BUN yaitu

menggunakan data di ERP untuk dilakukan penyesuaian dan kemudian dicetak konsep DIPA BUN. Setelah data Kertas Kerja RKA-KL BA-BUN ditelaah di DJA dan mendapat persetujuan dari DPR ditetapkan dalam Perpres Rincian APBN maka pelaksana Teknis di satker BUN mentransfer data Kertas Kerja dari aplikasi satker ke dalam format DIPA dalam aplikasi ERP (asumsi satker BUN tidak mendapat aplikasi hyperion). Kertas kerja tersebut akan dilakukan approval oleh Kepala Seksi dan Kepala Subdit dan dicetak hardcopy konsep DIPA. Hardcopy konsep DIPA disampaikan kepada Direktur untuk diparaf dan ditandatangani an PA/KPA BUN bersangkutan.

176

Setelah jadwal penelaahan diterima dari Dit PA DJPB maka staf dan pejabat eselon IV dan III satker BUN menyampaikan hardcopy konsep DIPA untuk proses penelaahan bersama staf dan pejabat Dit PA (eselon III dan IV).

6. DIPA BUN khusus Dana Transfer Dana Bagi Hasil penetapan SP DIPAnya sebagai berikut : a. ASUMSI PERPRES OLEH DJA. Setelah UU APBN disahkan maka alokasi masih belum dirinci sehingga perlu ditetapkan dalam dokumen sebagai penjabaran APBN yaitu Perpres Rincian Alokasi APBN atau Permenkeu. b. Asumsi bahwa semua rincian alokasi APBN menggunakan Perpres yang ditetapkan melalui DJA maka setelah data rincian diperoleh (dilakukan dalam mekanisme budget preparation) akan dimasukkan ke database hyperion dan selanjutnya akan terhubung dengan database ERP di DJPB dan DJPK karena unit pengelola BUN di Kemenkeu diberikan akses terhadap ERP. c. Data rincian baru alokasi DBH per daerah penerima diperoleh setelah tahun anggaran baru berjalan sehingga DIPA DBH disahkan paling cepat bulan Februari. Hal ini merupakan salah satu perbedaan mendasar dalam proses pengesahan DIPA DBH dengan DIPA lainnya. d. Proses selanjutnya dalam penelaahan sama dengan DIPA K/L lainnya yang dilakukan di Kantor Pusat DJPB (Dit PA). e. Data di ERP (Oracle) diterima oleh pelaksana pada Seksi Perekaman Subdit Dabantek PA dan dilakukan posting jurnal appropriation. Selanjutnya oleh Kepala Seksi Perekaman Subdit Dabantek dilakukan approval dan diteruskan kepada Kepala Subdit Dabantek untuk approval (berjenjang). DJA juga mengirimkan hardcopy Perpres sebagai dokumen formal

177

untuk dasar penerbitan SP DIPA. f. Proses yang dilakukan DJPK yaitu menggunakan data di ERP untuk dilakukan penyesuaian dan kemudian dicetak konsep DIPA DBH. g. Setelah itu data dikirim kepada pelaksana Subdit Teknis masing-masing untuk dilakukan persiapan penelaahan dengan membuat dan menyampaikan pemberitahuan jadwal

penelaahan bersama dengan pejabat/petugas dari unit pengelola DIPA BUN. h. Hardcopy Perpres/Permenkeu diterima Subdit Dabantek PA untuk dilakukan pemilahan masing-masing unit eselon I pengelola BUN. Pelaksana Subdit Dabantek (Bagian Perekaman Data) juga melakukan pencocokan data antara hardcopy dan database untuk memastikan bahwa kedua data tidak berbeda. Apabila terjadi data yang berbeda maka akan disampaikan pemberitahuan kepada DJA untuk mendapatkan kepastian data yang benar. Setelah data antara hardcopy dan softcopy dinyatakan sama akan disampaikan kepada Kepala Seksi dan Kasubdit Dabantek untuk dilakukan disposisi dan diteruskan kepada Subdit Teknis Dit PA. i. Setelah terbentuk jurnal appropriation maka data sudah dapat digunakan sebagai dasar penelaahan. Surat pemberitahuan jadwal penelaahan diparaf oleh Kepala Seksi dari Subdit Teknis dengan terlebih dahulu melakukan pengecekan pagu per satker dan selanjutnya disampaikan kepada Kepala Subdit untuk diteruskan kepada Direktur PA untuk ditandatangani. j. Setelah surat pemberitahuan penelaahan diterima berikut dengan jadwal penelaahan maka unit pengelola BUN yang diwakili oleh pejabat eselon III beserta staf melaksanakan penelaahan. Dokumen sumber yang digunakan berdasarkan data Perpres dengan menggunakan peraturan yang berlaku (Permenkeu) untuk menerbitkan Surat Pengesahan DIPA.
178

k. Pelaksanaan penelaahan dilakukan oleh pejabat eselon III dan IV unit pengelola BUN serta pejabat dan staf Dit PA. Pejabat eselon III baik dari unit pengelola BUN maupun DJPB pada umumnya hadir untuk acara pendahuluan yaitu pemaparan sekilas, kemudian pada saat proses penelaahan yang bersifat teknis akan dilakukan oleh pejabat eselon IV beserta masingmasing staf. i. Pada saat penelaahan unit pengelola BUN/Satker

menyampaikan Konsep DIPA kepada Direktorat PA maka dilakukan Penelaahan konsep DIPA satker (lebih bersifat konfirmasi). Penelaahan tersebut untuk melihat kesesuaian konsep DIPA dengan tugas DJPB sebagai Kuasa BUN antara lain penentuan kode KPPN. Setelah semua sesuai maka Dirjen Perbendaharaan mengesahkan DIPA BUN a.n Menkeu. j. Proses yang dilakukan unit pengelola BUN yaitu

menggunakan data di ERP untuk dilakukan penyesuaian dan kemudian dicetak konsep DIPA BUN. Setelah data Kertas Kerja RKA-KL BA-BUN ditelaah di DJA dan mendapat persetujuan dari DPR ditetapkan dalam Perpres Rincian APBN maka pelaksana Teknis di satker BUN mentransfer data Kertas Kerja dari aplikasi satker ke dalam format DIPA dalam aplikasi ERP (asumsi satker BUN tidak mendapat aplikasi hyperion). Kertas kerja tersebut akan dilakukan approval oleh Kepala Seksi dan Kepala Subdit dan dicetak hardcopy konsep DIPA. Hardcopy konsep DIPA disampaikan kepada Direktur untuk diparaf dan ditandatangani an PA/KPA BUN bersangkutan.

179

PENJELASAN DETAIL FUTURE BISNIS PROSES MANAJEMEN DIPA REVISI DIPA Process ID Process Name Objective Input Process B.2.a Revisi Karena Perubahan Rincian Alokasi APBN Proses Penjelasan Revisi DIPA karena Perubahan Rincian Alokasi APBN Pada masing-masing submodul, Konsep Mekanisme Penelaahan dan Pengesahan DIPA, Output Process Pengesahan Revisi DIPA Kewenangan DJA, Pengesahan Revisi DIPA Kewenangan DJPB, Major Input Major Output Data UU APBN, Perpres Rincian Alokasi APBN Data DIPA, Revisi DIPA,

Department/Key DJA, Dit PA DJPB, Kanwil DJPB, KPPN, Satker. User Controls Deadlines : 1 hari kerja Legal Basis : 1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010 5. UU Nomor 2 Tahun 2010 tentang Perubahan atas UU No. 47 Tahun 2009 tentang APBN TA 2010 6. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum 7. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah

180

8. Perpres Nomor 51 Tahun 2009 tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2010 9. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran Tahun Anggaran 2010 10. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan 11. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2010 12. PMK Nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2011 13. PMK Nomor 180/PMK.02/2010 tentang Perubahan atas PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tentang Tata Cara Revisi Anggaran TA 2010 Frequency Sesuai kebutuhan satker dan berdasarkan kebijakan pemerintah untuk perubahan Perpres Rincian APBN atau perubahan pagu berdasarkan APBN-P SOP Reference SOP Direktorat PA SOP Subdit PA Kanwil DJPB Process Description and Special Rules
1. Revisi DIPA yang merubah Rincian Alokasi APBN

merupakan usulan satker, kemudian satker mengusulkan revisi Rincian Alokasi APBN ke sekjen kementerian masingmasing. Namun perubahan tersebut dapat juga disebabkan panambahan pagu APBN berdasarkan kebijakan pemerintah dan DPR untuk tujuan tertentu antara lain memacu pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan.
181

2. Apabila perubahan disebabkan oleh satker (K/L) maka

Sekjen masing-masing K/L mengusulkan revisi kertas kerja RKA-KL yang dihimpun menjadi RKA-KL ke DJA dan di DJA diproses sesuai peraturan penyusunan, penelaahan, pengesahan dan revisi Rincian Alokasi APBN.
3. Namun apabila perubahan karena inisiatif pemerintah dan

DPR alur mekanismenya bersifat top down yaitu K/L akan menerima sejumlah alokasi baru bagi masing-masing satkernya untuk melaksanakan suatu program tertentu.
4. Berikutnya setelah proses pada Budget Preparation selesai

maka dimulailah proses pada Manajemen DIPA. Proses Revisi DIPA yang disebabkan karena perubahan Rincian Alokasi APBN dimulai setelah DJA mengirimkan Perpres ke DJPB melalui Manajemen DIPA. Setelah Satker

mengirimkan konsep DIPA maka kanwil DJPB melakukan penelaahan konsep DIPA.
5. Penerapan konsep let the manager manages menyebabkan

fleksibilitas bagi satker untuk melakukan penyesuaian rincian kegiatan sepanjang tidak merubah jenis belanja dan alokasi kegiatan pada Perpres Rincian Alokasi APBN.
6. Penelaahan dilakukan untuk menilai kesesuaian konsep

DIPA satker dengan Perpres Rincian Alokasi APBN atau peraturan lainnya. Ketika semua sudah sesuai maka Kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA dan mengirimkan DIPA revisi ke satker.
7. Mekanisme selanjutnya sama dengan penelaahan dan

pengesahan DIPA yaitu : Penyampaian data kertas kerja RKA-KL menggunakan pagu sementara dari modul Budget Preparation di hyperion kemudian ditransfer ke Manajemen DIPA di ERP. Bahan pertimbangan dalam penyusunan kertas

182

kerja RKA-KL adalah alokasi yang digunakan maksimal sebesar alokasi tahun sebelumnya. Data di ERP (Oracle) diterima oleh pelaksana pada Seksi Perekaman Subdit Dabantek PA dan dilakukan posting jurnal appropriation. Selanjutnya oleh Kepala Seksi Perekaman Subdit Dabantek dilakukan approval dan diteruskan kepada Kepala Subdit Dabantek untuk approval (berjenjang). Setelah itu data dikirim kepada pelaksana Subdit Teknis masing-masing untuk dilakukan persiapan pencetakan DIPA VoA sedangkan untuk proses di Kanwil DJPB setelah dilakukan posting untuk jurnal appropriation maka Direktur PA melakukan approval dan data siap diterima oleh masing-masing Kanwil DJPB. Penerbitan DIPA VoA menggunakan mekanisme yang hampir sama dengan penerbitan SP DIPA Sementara yaitu satker tidak perlu melakukan penelaahan dengan DJPB karena pagu yang digunakan masih belum final. Apabila pagu final sudah ditetapkan dengan Perpres Rincian Alokais APBN maka akan dilakukan revisi DIPA VoA yang dilaksanakan dengan penelaahan bersama antara satker dan DJPB. Hardcopy Perpres Rincian Alokasi APBN tahun sebelumnya dikumpulkan oleh Pelaksana Subdit Teknis PA untuk dilakukan pemilahan masing-masing BA dan K/L. Pelaksana Subdit Teknis Dit PA melakukan pencocokan alokasi pagu per satker antara hardcopy Perpres Rincian Alokasi APBN tahun sebelumnya dan hasil cetakan kertas kerja RKA-KL dari database yang sudah dalam bentuk konsep DIPA untuk memastikan bahwa alokasi pada konsep DIPA tidak melebihi alokasi yang tercantum dalam Perpres Rincian APBN. Apabila
183

terjadi data yang berbeda maka akan disampaikan pemberitahuan kepada DJA untuk dilakukan penyesuaian data sesuai dengan Perpes Rincian Alokasi APBN tahun sebelumnya. Setelah data antara kertas kerja RKA-KL disesuaikan dengan Perpres oleh DJA maka akan disampaikan kembali ke DJPB dan ditransfer ke dalam database ERP. Demikian data kertas kerja RKA-KL sudah didalam ERP maka oleh pelaksana Subdit Teknis Dit PA akan dilakukan pemblokiran terhadap belanja pada kegiatan di luar keperluan belanja pegawai dan operasional. Data yang sudah diinput oleh pelaksana akan diteruskan kepada Kepala Seksi dan Kasubdit Teknis Dit PA untuk dilakukan approval. Setelah dilakukan approval oleh Kepala Seksi dan Kasubdit Teknis maka konsep DIPA dicetak dan diparaf untuk diteruskan kepada Direktur PA. Direktur PA melakukan pengecekan pagu per satker pada database, apabila tidak sesuai dikembalikan kepada Subdit masingmasing untuk diperbaiki. Apabila sudah sesuai maka DIPA akan ditandatangani oleh Direktur PA dan disampaikan kepada Subdit Dabantek untuk dibuat jurnal allotment oleh pelaksana yang diapprove Kepala Seksi Perekaman dan Kasubdit Dabantek PA. Subdit Dabantek kemudian mengirimkan DIPA VoA untuk penandatanganan SP oleh Dirjen Perbendaharaan. Kemudian Dit PA/kanwil DJPBN mengirimkan DIPA tersebut kepada satker dan KPPN setempat.

Process ID Process Name

B.2.b Virement Tanpa Perubahan Rincian Alokasi APBN


184

Objective Input Process

Proses Penjelasan Virement DIPA Kewenangan DJPB Pada masing-masing submodul, Konsep Mekanisme Pengesahaan dan Penelaahan DIPA,

Output Process Major Input Major Output

Pengesahan DIPA R tanpa perubahan Rincian Alokasi APBN

Data UU APBN, Perpres Rincian Alokasi APBN, Konsep DIPA. Data DIPA Revisi

Department/Key Dit PA DJPB, Kanwil DJPB, KPPN, Satker. User Controls Deadlines : 1 hari kerja Legal Basis : 1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010 5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum 6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah 7. Perpres Nomor 51 Tahun 2009 tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2010 8. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran Tahun Anggaran 2010 9. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan
185

Kemiskinan 10. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2010 Frequency SOP Reference Sesuai kebutuhan satker SOP Kanwil DJPB DJPB untuk

1) Proses dilakukan berdasarkan kewenangan Process Description and pengesahan perubahan/virement DIPA Special Rules

2) Konsep fleksibilitas dari satker yang ditandai dengan penerapan dua digit DIPA menyebabkan virement menjadi lebih sedikit, namun demikian DJPB diberi kewenangan yang lebih besar terkait dengan pergeseran belanja operasional baik dalam satu DIPA maupun antar DIPA (satker) yang tercantum dalam PMK No. 69 Tahun 2010 3) Satker mengirimkan Permohonan Revisi DIPA kepada Kanwil DJPB beserta dokumen pendukung dan ADK nya. 4) Kanwil DJPB melakukan penelaahan/penilaian kesesuaian permohonan dengan peraturan yang ada. 5) Apabila ada yang tidak sesuai dengan peraturan maka Kanwil DJPB akan mengirimkan surat penolakan atau pengembalian konsep DIPA kepada satker untuk segera memperbaikinya. 6) Namun apabila ketidak sesuainnya masih dalam wewenang Kanwil DJPB maka Kanwil dapat melakukan penyesuaian sesuai kewenanganya misalnya koreksi administratif atas usulan dimaksud. 7) Setelah semua sesuai dengan peraturan maka Kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA dan mengirimkan kepada Satker. Rincian Proses : a. Satker mengajukan permohonan perubahan DIPA yang

suratnya dikirim ke Kanwil DJPB/Dit PA. ADK dari kertas

186

kerja RKA-KL satker dimasukkan dalam database hyperion oleh pelaksana subdit teknis Dit PA/Bidang PA Kanwil DJPB. b. Pelaksana Subdit Teknis/Bidang PA menerima surat dari satker tersebut untuk dilakukan penelitian apakah permohonan tersebut merupakan kewenangan DJPB untuk melakukan perubahan. Apabila ternyata kewenangan berada di DJA maka surat diteruskan kepada DJA dan memberitahukan kepada satker agar menindaklanjuti permohonan kepada eselon yang lebih tinggi dari satker bersangkutan. c. Apabila usulan perubahan tersebut merupakan kewenangan DJA maka dibuat konsep surat penerusan revisi oleh pelaksana untuk diteliti oleh Kepala Seksinya. Setelah selesai diteliti maka konsep surat diteruskan kepada Kepala Subdit/Bidang untuk disetujui dan ditandatangani oleh Kepala Kanwil/Direktur PA. d. Sedangkan apabila perubahan menjadi kewenangan DJPB maka dibuat disposisi untuk segera melakukan penelaahan konsep DIPA. Berdasarkan disposisi dari kasubdit/Kepala Bidang PA bahwa perubahan DIPA merupakan wewenang DJPB maka segera dilakukan penelaahan bersama dengan pejabat dari satker dengan jadwal yang fleksibel yaitu tidak harus dibuat jadwal tertulis seperti penelaahan DIPA awal. e. Pada saat penelaahan pelaksana Bidang PA/Subdit Teknis akan mengupload data dari satker untuk dilihat perubahan-perubahan yang diusulkan oleh satker dan kemudian hasilnya digunakan sebagai bahan penelaahan. Proses akan dilakukan dengan berpedoman bahwa pergeseran dititikberatkan untuk belanja operasional baik antar satker maupun antar jenis belanja (Permenkeu No. 69 Tahun 2010). f. Kepala Seksi akan menilai apakah permohonan pergeseran belanja dapat disetujui dan selanjutnya perubahan tersebut akan dimasukkan dalam database untuk dilakukan penyesuaian oleh Pelaksana Bidang PA.
187

g. Kemudian dilakukan approval oleh Kepala Seksi dan Kepala Bidang di aplikasi hyperion. Data akan dibuat jurnal appropriation dan diposting oleh pelaksana Seksi Perekaman Data Subdit Dabantek/Perlengkapan Bidang Umum Kanwil DJPB. Data tersebut selanjutnya diapprove oleh Kasubdit Dabantek/Kabag Umum. h. Setelah proses di hyperion selesai data akan ditransfer secara otomatis ke aplikasi ERP. Pelaksana Bidang PA/Subdit Teknis Dit. PA menyampaikan kepada Kepala Seksi dan Kepala Bidang PA/Subdit Teknis untuk dibuat jurnal allotment. i. Posting jurnal allotement dilakukan oleh pelaksana dan diapprove oleh Kepala Seksi dan Kabid PA/Kasubdit Teknis Dit PA. j. Proses selanjutnya DIPA yang telah direvisi dicetak Surat Pengesahannya untuk disampaikan kepada Kepala Kanwil DJPB/Direktur PA untuk disahkan. k. DIPA yang telah dilakukan perubahan virement disampaikan kepada KPPN dan Dit PA serta pihak lainnya sesuai dengan Permenkeu No. 119 Tahun 2009.

Process ID Process Name Objective Input Process

B.2.c Revisi Update Pagu DIPA BLU (DIPA Pengesahan) Proses penjelasan updating yang merupakan kewengan satker Pada masing-masing submodul, Konsep Mekanisme Update/Pengesahaan DIPA

Output Process Major Input Major Output

Updating pagu DIPA Kewenangan satker

Data UU APBN, Perpres Rincian Alokasi APBN, Konsep DIPA Revisi DIPA R dan ADK Data DIPA, Revisi DIPA,

Department/Key Dit PA, Kanwil DJPB, KPPN, Satker.


188

User Controls Deadlines : 1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima Legal Basis : 1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010 5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum 6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah 7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2010 8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman

Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan 9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2010 10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-43/PB/2010 tentang Tata Cara Revisi Rencana Bisnis dan Anggaran dan Revisi DIPA BLU Frequency SOP Reference Process Description and Sesuai kebutuhan satker SOP Kanwil DJPB a. Update pagu DIPA BLU dalam ambang batas mekanismenya sebagai berikut :
189

Special Rules

- Pada saat satker mengajukan SPM ke KPPN maka data akan diupload oleh pelaksana bagian FO ke database ERP. Karena dalam database sudah dilock bahwa penggunaan alokasi pagu belanja tidak boleh melebihi appropiration maka sistem akan menolak sebesar selisih pagu yang ada di database. - Pelaksana FO akan meneliti apakah satker BLU yang mengajukan SPM melampirkan data pendukung yaitu penerimaan PNBP BLU yang melebihi target. - Setelah dilakukan penelitian oleh pelaksana FO bahwa satker BLU memiliki bukti penerimaan PNBP BLU yang lebih besar dari target maka data tersebut akan diteruskan kepada Kepala Seksi untuk diteruskan kepada Kanwil DJPB. - Karena realisasi tidak boleh melewati appropriation maka data penolakan yang berasal dari KPPN tersebut diterima secara sistem oleh Pelaksana Bagian Umum Kanwil DJPB. Data tersebut diteruskan kepada pelaksana Bidang PA Kanwil untuk dilakukan perubahan sesuai dengan ambang batas dari pagu satker BLU bersangkutan dan diteruskan kepada Kepala Seksi serta Kepala Bidang PA untuk dilakukan approval. Proses ini dilakukan pada saat data diterima sehingga tidak diperlukan waktu yang lama karena tidak ada proses penelitian. - Data akan dibuat jurnal allotment baru oleh pelaksana Bidang PA dan diapprove oleh Kepala Seksi. - Data akan diteruskan kepada Dit PA untuk dilakukan jurnal appropriation oleh pelaksana Subdit Dabantek dan diapprove oleh Kepala Seksi Perekaman Data. - Database yang berubah tidak harus dibuat hardcopy yang baru pada saat itu karena satker memiliki kewenangan untuk melakukan pengeluaran sampai ambang batas. Diusulkan agar tiap tiga bulan disampaikan updating hardcopy DIPA kepada Kanwil untuk dibuat pengesahan DIPA. Alternatif updating jika dilaksanakan oleh KPPN :

190

- Setelah satker menyampaikan SPM pengesahan dan diterima oleh pelaksana FO KPPN akan diteliti apakah realisasi penerimaan melebihi besaran alokasi belanja yang

menggunakan sumber dana BLU. - Kepala Seksi FO KPPN melakukan validasi atas hasil penelitian dari pelaksana dan meneruskan kepada Seksi MO untuk dilakukan updating. - Pelaksana MO KPPN menganalisis antara bukti penerimaan PNBP BLU dengan pagu dan jika bukti-bukti telah cukup maka pagu DIPA BLU akan diupdate sesuai dengan realisasi penerimaan PNBP tersebut. - Proses tersebut dilanjutkan dengan menyampaikan kepada Kepala Seksi FO bahwa pagu DIPA BLU satker tertentu telah dirubah. - Kepala Seksi akan melakukan validasi dan apabila telah sesuai akan dilakukan approval. - Setelah dilakukan approval oleh Kepala Seksi FO data akan diteuskan kepada Kepala Kantor untuk konfirmasi dan disampaikan kepada Bidang PA Kanwil DJPB sebagai notifikasi. - Apabila proses sudah selesai akan diterbitkan SP2D pengesahan oleh pelaksana BO KPPN dan diapprove Kepala Seksi.

b. Pengesahan Revisi DIPA BLU Sumber Dana PNBP dalam Ambang Batas Fleksibilitas (pagu melewati ambang batas dan terjadi penambahan kegiatan) - Penggunaan dana yang bersumber dari PNBP BLU sampai dengan ambang batas fleksibilitas dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan satker. - Apabila dalam pengajuan SPM Pengesahan terdapat

penambahan kegiatan atau jenis belanja yang berbeda maka sistem akan memberitahukan bahwa terdapat input data yang tidak sama dengan database.

191

- Pada saat satker mengajukan SPM ke KPPN maka data akan diupload oleh pelaksana bagian FO ke database ERP. Karena dalam database sudah dilock bahwa kegiatan dan jenis belanja harus sesuai dengan appropiration maka sistem akan menolak data yang berbeda dari database. - Pelaksana FO akan meneliti apakah satker BLU yang mengajukan SPM melampirkan data pendukung yaitu penerimaan PNBP BLU yang melebihi target. - Setelah dilakukan penelitian oleh pelaksana FO bahwa satker BLU memiliki bukti penerimaan PNBP BLU yang lebih besar dari target maka data tersebut akan diteruskan kepada Kepala Seksi untuk diteruskan kepada Kanwil DJPB. - Adanya data penolakan yang berasal dari KPPN tersebut diterima secara sistem oleh Pelaksana Bagian Umum Kanwil DJPB. Data tersebut diteruskan kepada pelaksana Bidang PA Kanwil untuk dilakukan perubahan sesuai dengan ambang batas dari pagu satker BLU bersangkutan dan diteruskan kepada Kepala Seksi serta Kepala Bidang PA untuk dilakukan approval. Proses ini dilakukan pada saat data diterima sehingga tidak diperlukan waktu yang lama karena tidak ada proses penelitian. - Data akan dibuat jurnal allotment baru oleh pelaksana Bagian Umum Kanwil DJPB dan diapprove oleh Kepala Seksi. - Data akan diteruskan kepada Dit PA untuk dilakukan jurnal appropriation oleh pelaksana Subdit Dabantek dan diapprove oleh Kepala Seksi Perekaman Data. Selanjutnya data akan ditransfer ke hyperion sebagai bahan penyesuaian data Perpres Rincian Alokasi dan APBN-P - Database yang berubah tidak harus dibuat hardcopy pada saat pengajuan SPM Pengesahan karena satker memiliki kewenangan untuk melakukan pengeluaran dan perubahan kegiatan sampai ambang batas. - Namun untuk menjaga agar data yang ada di sistem sama

192

dengan hardcopy maka satker BLU setiap tiga bulan mengajukan revisi hardcopy DIPA ke Kanwil DJPB dan akan diterbitkan DIPA Pengesahan oleh Kanwil DJPB. c. Revisi pagu DIPA BLU yang melewati ambang batas mekanismenya sebagai berikut (Sumber Dana PNBP) : - Satker mengajukan permohonan penggunaan dana DIPA bersumber dari PNBP BLU yang melewati ambang batas ke Kanwil DJPB. - Prosesnya sama dengan revisi DIPA kewenangan DJPB dengan penambahan proses yaitu satker dapat menggunakan kegiatan yang baru namun tetap dalam program yang sama Mekanisme : Satker mengajukan permohonan perubahan DIPA yang

suratnya dikirim ke Kanwil DJPB dengan mengajukan konsep revisi DIPA BLU kepada kanwil DJPB berdasarkan RBA yang telah direvisi dan ditandatangani oleh K/L Kemudian kanwil DJPBN melakukan penelaahan/penyesuaian dengan pagu dan kaidah akuntansi Setelah disetujui kanwil melakukan pengesahan DIPA revisi BLU dan melaporkan kepada Dit PA DJPB. Direktorat Pelaksanaan Anggaran mengirimkan revisi DIPA BLU ke DJA untuk penyesuaian data appropriasi dengan memasukkan pada APBN-P atau pelaporan dilakukan pada akhir tahun dan melakukan rekonsiliasi (LKPP). Rincian Proses : Pelaksana Subdit Teknis menerima surat dari satker tersebut untuk dilakukan penelitian apakah permohonan tersebut merupakan kewenangan DJPB untuk melakukan perubahan. Apabila ternyata kewenangan berada di DJA maka akan dibuat konsep surat penerusan kepada DJA dan pemberitahuan kepada satker agar menindaklanjuti permohonan kepada eselon yang

193

lebih tinggi dari satker bersangkutan. Apabila merupakan kewenangan DJPB untuk melakukan perubahan maka dibuat konsep surat revisi ke Kepala Seksinya dan menghubungi satker untuk dilakukan penelaahan secara lisan. Setelah selesai dibuat konsep surat maka disampaikan kepada Kepala Seksi Subdit Teknis untuk dilakukan penelitian yang akan diteruskan kepada Kepala Subdit untuk dibuat surat jawaban jika permohonan menjadi kewenangan DJA. Sedangkan apabila perubahan menjadi kewenangan DJPB maka dibuat disposisi untuk segera melakukan penelaahan konsep DIPA. Berdasarkan disposisi dari kasubdit bahwa perubahan DIPA merupakan wewenang DJPB maka segera dilakukan penelaahan bersama dengan pejabat dari satker dengan jadwal yang fleksibel yaitu tidak harus dibuat jadwal tertulis seperti penelaahan DIPA awal. Pelaksana Bidang PA akan mengupload data dari staker untuk dilihat perubahan-perubahan yang diusulkan oleh satker dan kemudian hasilnya digunakan sebagai bahan penelaahan. Proses akan dilakukan dengan berpedoman bahwa pergeseran

dititikberatkan untuk belanja operasional baik antar satker maupun antar jenis belanja (Permenkeu No. 69 Tahun 2010). Kepala Seksi akan menilai apakah permohonan pergeseran belanja dapat disetujui dan selanjutnya perubahan tersebut akan dimasukkan dalam database untuk dilakukan penyesuaian oleh Pelaksana Bidang PA kemudian dilakukan approval oleh Kepala Seksi dan Kepala Bidang. Setelah dilakukan approval oleh Kasubdit maka DIPA yang telah direvisi dicetak untuk disampaikan kepada Kepala Kanwil DJPB untuk disahkan. DIPA yang telah dilakukan perubahan virement disampaikan kepada KPPN dan Dit PA serta pihak lainnya sesuai dengan

194

Permenkeu No. 119 Tahun 2009. Data DIPA virement baru disampaikan kepada Bagian Umum untuk dilakukan penyesuaian jurnal allotment oleh Pelaksana Bidang PA Kanwil DJPB dan diapprove oleh Kepala Seksinya. Jurnal allotment yang telah diapprove oleh Kepala Seksi Bidang PA Kanwil DJPB diteruskan kepada Subdit Dabantek PA untuk dibuat jurnal appropriation yang baru oleh Pelaksana

Perekaman Data dan diapprove oleh Kepala Seksi Subdit Dabantek Dit PA pada database hyperion.

Process ID Process Name Objective Process ID Process Name Objective Input Process

B.2.d Rekon Data Akun Proses mengatasi perbedaan data akun antara satker dan KPPN B.2.d Update Komponen Input Proses penjelasan penyesuaian komponen input yang merupakan kewengan satker Pada masing-masing submodul, Konsep Mekanisme Pengesahaan DIPA

Output Process Major Input Major Output Data Data

pengesahan revisi DIPA untuk komponen input Konsep DIPA Revisi DIPA R dan ADK DIPA, Revisi DIPA, Kanwil DJPBN, KPPN, Satker. Deadlines : 1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima Legal Basis : 1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
195

Department/Key User Controls

4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010 5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum 6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah 7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2010 8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman

Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan 9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2010 Frequency SOP Reference Process Description and Special Rules Sesuai kebutuhan satker SOP Kanwil DJPBN 1) Satuan kerja yang mengirimkan konsep DIPA kepada Kanwil DJPB, kemudian kanwil akan melakukan pengecekan kesesuaian komponen input pada konsep DIPA satker tersebut 2) Kemuadian Kanwil DJPB akan melakukan penyesuaian komponen input yangtelah di revisi satker kedalam database SPAN. 3) Setelah dilakukan penyesuaian komponen input Kanwil DJPB akan mengirimkan hasil penyesuaian komponen input ke Satker.

Process ID Process Name

B.2.e Revisi DIPA/Pengesahan Hibah Dalam dan Luar Negeri


196

(DM/LN) Objective Proses penjelasan revisi penambahan pagu akibat hibah yang diterima langsung oleh K/L atau yang langsung dilakukan oleh pemberi hibah Input Process Output Process Major Input Major Output Pada masing-masing submodul, Konsep Mekanisme Pengesahaan DIPA

Revisi DIPA Pengesahan untuk Hibah Dalam dan Luar Negeri (DN/LN)

Data Konsep Pengesahan DIPA Hibah Dalam dan Luar Negeri (DN/LN) Data Revisi DIPA,

Department/Key Kanwil DJPB, KPPN, Satker. User Controls Deadlines : 1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima Legal Basis : 1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010 5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum 6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah 7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2010

197

8. PMK

Nomor

168/PMK.07/2009

tentang

Pedoman

Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan 9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2010 10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009 Frequency SOP Reference Process Description and Special Rules Sesuai kebutuhan satker SOP Kanwil DJPBN a. Setelah dokumen perjanjian Hibah LN/DN diterima oleh satker maka diajukan konsep DIPA pengesahan untuk menampung alokasi hibah LN/DN b. Surat permohonan pengesahan DIPA Hibah dan ADK akan diterima oleh Kanwil DJPB dan oleh pelaksana Bagian Umum menyampaikan informasi ke Kepala Seksi TU dan melakukan upload pagu tambahan dana hibah dan diapprove oleh Kepala Seksi Perekaman Data. c. Data pagu tambahan dalam ERP akan digunakan oleh pelaksana Bidang PA Kanwil sebagai bahan pengesahan DIPA. Data akan diteruskan dan diapprove oleh Kepala Seksi Bidang PA dan Kepala Bidang PA. d. Satker mengajukan konsep DIPA Pengesahan dan bersamaan dengan proses approval dalam sistem ERP diteruskan kepada Kepala Kanwil untuk mengesahkan hardcopy DIPA Pengesahan. e. Pada saat approval oleh Bidang PA maka KPPN sudah dapat melakukan penerbitan SP2D pengesahan karena pagu sudah disesuaikan.

Hibah yang diterushibahkan oleh DJPU dan DJPK


198

Process Description and Special Rules

a. Setelah nomor register Hibah LN/DN diterima dari DJPU maka sakter mengajukan permohonan revisi Kertas Kerja RKA-KL dan setelah disetujui oleh DJA diajukan pengesahan DIPA Hibah kepada Kanwil DJPB; b. Pengajuan konsep DIPA dimaksud dilampiri dengan nomor register sesuai dengan pagu hibah; c. Kanwil DJPB menelaah kesesuaian kantor bayar (KPPN) dan dokumen register yang telah diterima. Setelah selesai akan diterbitkan DIPA Pengesahan sebagai persetujuan revisi penambahan pagu DIPA karena tambahan dana hibah. Proses Rincian : Sama dengan revisi RKA-KL dari DJA B.2.f Updating Rencana Penarikan Dana Proses penjelasan yang berkaitan dengan perubahan pada rencana penarikan dana Pada masing-masing submodul, Konsep Mekanisme Pengesahaan DIPA

Process ID Process Name Objective Input Process

Output Process Major Input Major Output Data Data

Perubahan DIPA halaman III Pengajuan updating halaman III Rencana penarikan dana updated Kanwil DJPB, KPPN, Satker. Deadlines : 1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima Legal Basis : 1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Department/Key User Controls

199

4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010 5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum 6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah 7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2010 8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan 9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2010 10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009 Frequency SOP Reference Process Description and Special Rules Sesuai kebutuhan satker SOP Kanwil DJPBN Updating otomatis Dengan penerapan sistem yang baru diharapkan satker tidak akan terlalu banyak berinteraksi untuk melakukan updating RPD Updating jika realisasi lebih kecil dari RPD : 1. Database dalam modul MoSA akan melakukan pemisahan data otomatis terhadap fund available yaitu dana yang belum dilakukan kontrak dan aktual. Data diperoleh setelah budget dikurangi encumbrance dan actual 2. Hari kerja terakhir bulan berkenaan sistem akan memberi

200

notifikasi kepada pelaksana di MO KPPN dan pelaksana menginformasikan kepada Kepala Seksi PB untuk melakukan approval carryover atas fund available masing-masing satker 3. Data carryover atas fund available diterima oleh pelaksana Bidang PA Kanwil DJPB dan diteruskan kepada Kepala Seksi sebagai pemberitahuan bahwa rencana penarikan dana suatu satker telah terupdate 4. Agar data hardcopy dan softcopy di database sama diusulkan setiap tiga bulan satker menyampaikan updating RPD yang telah ditandatangani KPA kepada Kanwil DJPB setiap tiga bulan Updating jika rencana pencairan lebih besar dari RPD : 1. Jika satker mengajukan permintaan pencairan yang lebih besar dari RPD maka sistem akan otomatis mengambil alokasi AFP bulan Desember namun jika masih kurang akan mengambil bulan November dan seterusnya. 2. Walaupun budget checking adalah year to date namun untuk memberikan informasi perencanaan kas maka hal ini harus dilakukan dalam rangka revitalisasi RPD 3. Pada saat satker melakukan input data RFC atau SPP maka sistem akan melihat pada AFP bulan berkenaan, jika alokasi tidak mencukupi maka sistem otomatis memberikan

notifikasi kepada pelaksana MO dan menggeser AFP bulan Desember dan bulan sebelumnya jika belum mencukupi. 4. Pergeseran alokasi ini akan menjadi RPD yang baru karena sistem tidak dapat merubah AFP secara otomatis dalam standar Oracle (bersifat statis) kecuali dilakukan perubahan secara manual. Pelaksana akan memberitahukan kepada Kepala Seksi MO bahwa alokasi sudah digeser dari bulan Desember ke bulan berkenaan dan dilakukan approval carryover.

201

5. Proses penarikan dana yang lebih besar dari AFP membuat otoritas perencanaan kas harus menyediakan tambahan dana untuk memebuhi kebutuhan yang meningkat. Sehingga diperlukan jangka waktu antara pengajuan SPP dengan penerbitan SP2D agar Dit PKN dapat menyediakan dana sesuai kebutuhan. 6. Perlu dibuat suatu standar waktu minimal yang dapat digunakan oleh Dit PKN untuk menyediakan sejumlah dana tambahan yang diperlukan oleh satker. Diusulkan bahwa waktu yang dapat digunakan untuk mempersiapkan tambahan dana oleh Dit PKN adalah minimal lima hari kerja yang dilakukan dengan menggeser alokasi satker lainnya. Namun jika cadangan dana secara keseluruhan tidak mencukupi maka Dit PKN dapat menyediakan tambahan dana dengan waktu yang lebih panjang.

Updating Manual a) Process Description and Special Rules Atas kebijakan unit eselon yang lebih tinggi maka KPA diwajibkan untuk merubah jadwal pelaksanaan kegiatan baik dalam satu jenis belanja atau antar jenis belanja. Perubahan dilakukan misal untuk bulan tertentu dilakukan

perubahan/pergeseran belanja modal dan dialihkan untuk perjalanan. Dengan demikian maka POK yang sudah disusun harus disesuaikan dan diajukan kembali kepada KPPN. b) Akibat perubahan POK tersebut maka AFP dalam database harus disesuaikan untuk mengakomodasi perubahan rencana pelaksanaan kegiatan satker. c) Satker mengajukan perubahan POK kepada KPPN untuk dimasukkan dalam database ERP dan akan mengupdate perubahan-perubahan jadwal pelaksanaan kegiatan pada

periode tertentu sehingga mempengaruhi perubahan rencana penarikan dana.


202

d)

Pengajuan perubahan POK secara manual dapat dilakukan pada saat pengajuan SPM dan akan diterima oleh pelaksana FO kemudian data dimasukan dalam database untuk diapprove oleh Kepala Seksi dan diteruskan kepada Kanwil DJPB.

e)

Pelaksana Bidang PA Kanwil DJPB akan menerima notifikasi perubahan rencana penarikan dana dan disampaikan kepada kepala Seksi untuk dilakukan konfirmasi perubahan tersebut.

f)

Berdasarkan perubahan rencana penarikan dana tersebut maka satker dapat mengajukan permintaan pembayaran kepada KPPN sesuai dengan perubahan rencana penarikan dana pada Halaman III DIPA.

g)

Perubahan rencana penarikan dana menjadi informasi bagi Dit PKN dalam perencanaan kas.

PENJELASAN DETAIL FUTURE BISNIS PROSES MANAJEMEN DIPA CASH LIMIT Process ID Process Name Objective Input Process Output Process Major Input Major Output Data Data B.3.a Cash Limit dengan Usulan Satker Penetapan cash limit atas pagu DIPA satker dengan usulan satker Informasi kekurangan kas dari Dit Pengelolaan Kas Negara Penerapan penetapan cash limit oleh KPPN Informasi kekurangan kas dari Dit Pengelolaan Kas Negara Perubahan AFP sebagai akibat penerapan cash limit Dit PKN, Dit PA, Kanwil PBN KPPN dan Satker Deadlines : 1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima Legal Basis : 1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

Department/Key User Controls

203

3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010 5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum 6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah 7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2010 8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman

Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan 9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2010 10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009 Frequency SOP Reference Process Description and Special Rules Sesuai kebutuhan BUN SOP Dit PA SOP Kanwil DJPB 1) Dit PKN (Pengelolaan Kas Negara ) akan menyampaikan ke Dit PA kondisi kas yang tidak mencukupi bagi satker bulan depan berdasarkan perhitungan realisasi penerimaan bulan ini dan perkiraan pencairan dana bulan depan. Kekurangan tersebut tidak dapat ditutupi dengan penerimaan pembiayaan karena berbagai faktor.

204

2) Dari data PKN dimasukkan dalam ERP dan surat pemberitahuan diterima pelaksana dan diteruskan Kepala Seksi Subdit Dabantek Dit PA dan disampaikan kepada KPPN jumlah alokasi yang dapat digunakan oleh masingmasing satker. 3) KPPN menyampaikan kepada masing-masing satker agar pengeluaran pada bulan tersebut dikurangi sebesar jumlah tertentu sekaligus agar menyesuaikan jumlah kegiatan yang akan dikurangi dananya. 4) Satker kemudian menyampaikan update pengeluaran yang telah disesuaikan dengan dana yang dikurangi tersebut sekaligus menyesuaikan rencana penarikan dana kepada KPPN. 5) KPPN menerapkan penetapan cash limit yang akan digunakan sebagai dasar perubahan Halaman III DIPA. 6) Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih

dimungkinkan untuk digunakan kembali jika pemerintah sudah memiliki dana kas yang cukup. Namun jika sampai periode tertentu diperkirakan pemerintah tidak memiliki dana maka akan dilakukan APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana DIPA masing-masing satker. Proses detil : a. Dit PKN menyampaikan kondisi kekurangan kas melalui informasi kepada Dit PA dan Kanwil DJPB. Informasi akan diterima oleh setiap subdit teknis dan bidang PA Kanwil DJPB. b. Pelaksana pada subdit teknis dan bidang PA Kanwil akan melakukan analisis persentase atau jumlah alokasi yang akan dikurangi untuk masing-masing satker yang menjadi tanggung jawabnya. Datanya akan disampaikan kepada Kepala Seksi dan Kasubdit/Kepala Bidang PA untuk

205

disetujui dan disampaikan melalui surat Direktur PA/Kepala Kanwil kepada KPPN dan masing-masing satker untuk melakukan penyesuaian. c. Berdasarkan surat pemberitahuan tersebut maka masingmasing satker akan melakukan perubahan POK sesuai dengan kebutuhan yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan terlebih dahulu. d. Perubahan POK akan disampaikan kepada KPPN dan diterima oleh pelaksana FO dan diteruskan kepada Kepala Seksi untuk dilakukan approval dan diteruskan kepada Kanwil DJPB. e. Berdasarkan notifikasi yang diterima dari KPPN maka pelaksana subdit teknis/bidang PA melakukan penelitian persentase atau jumlah alokasi yang dikurangi apakah sudah sesuai. Apabila belum sesuai maka disampaikan kepada satker untuk melakukan perubahan. Jika sudah selesai maka pelaksana subdit teknis/bidang PA menyampaikan kepada Kepala Seksi untuk dilakukan approval perubahan rencana penarikan dana yang dapat dicairkan pada periode tertentu. Dengan demikian akan terjadi perubahan mekanisme AFP yang semula tidak dilakukan penguncian pencairan dana yaitu pagu dihitung dalam satu tahun (year-to-date), disesuaikan dengan jumlah kas tertentu yang diperkirakan dapat disediakan oleh Dit PKN pada periode tertentu (period-to-date). f. Data tersebut akan diterima Dit PKN dalam penyediaan kas pada periode tertentu dan untuk keperluan perencanaan kas bulan berikutnya.

Process ID Process Name

B.3.b Cash Limits Tanpa Usulan Satker


206

Objective Input Process Output Process Major Input Major Output Data Data

Penetapan cash limit atas pagu DIPA satker tanpa usulan satker Informasi kekurangan kas dari Dit Pengelolaan Kas Negara Penerapan penetapan cash limit oleh KPPN Informasi kekurangan kas dari Dit Pengelolaan Kas Negara Perubahan AFP sebagai penerapan penetapan cash limit Dit PKN, Dit PA, Kanwil PBN KPPN dan Satker Deadlines : 1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima Legal Basis : 1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010 5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum 6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah 7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2010 8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman

Department/Key User Controls

Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan 9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2010
207

10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009 Frequency SOP Reference Process Description and Special Rules Sesuai Informasi Kekurangan Kas PKN SOP Dit PA SOP Kanwil DJPB 1) Direktorat PKN menyampaikan informasi kekurangan kas kepada Dit PA dan Kanwil DJPB, kondisi ini berdasarkan perhitungan realisasi penerimaan bulan ini dan perkiraan pencairan dana bulan depan. 2) Dit PA dan Kanwil DJPB kemudian menyesuaikan pagu yang dapat dicairkan pada periode tertentu kemudian disampaikan kepada KPPN dan satker 3) KPPN memberitahukan bahwa jumlah alokasi yang dapat digunakan oleh masing-masing satker dikurangi untuk kegiatan/belanja tertentu. 4) Satker menyesuaikan POK berdasarkan pemberitahuan dari KPPN dan surat dari Dit PA/Kanwil DJPB dan

menyampaikan kembali perubahannya kepada KPPN untuk perubahan rencana penarikan dana di database ERP. 5) Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih

dimungkinkan untuk digunakan kembali jika pemerintah sudah memiliki dana kas yang cukup. Namun jika sampai periode tertentu diperkirakan pemerintah tidak memiliki dana maka akan dilakukan APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana DIPA masing-masing satker. Proses Rincian : a. Dit PKN menyampaikan kondisi kekurangan kas melalui informasi kepada Dit PA dan Kanwil DJPB. Informasi akan diterima oleh setiap subdit teknis dan bidang PA Kanwil DJPB.

208

b. Pelaksana pada subdit teknis dan bidang PA Kanwil akan melakukan analisis persentase atau jumlah alokasi yang akan dikurangi untuk masing-masing satker yang menjadi tanggung jawabnya. Datanya akan disampaikan kepada Kepala Seksi dan Kasubdit/Kepala Bidang PA untuk disetujui dan disampaikan melalui surat Direktur PA/Kepala Kanwil kepada KPPN dan masing-masing satker untuk melakukan penyesuaian. c. Berdasarkan surat pemberitahuan tersebut maka masingmasing satker akan melakukan perubahan POK sesuai dengan kebutuhan yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan terlebih dahulu. d. Perubahan POK akan disampaikan kepada KPPN dan diterima oleh pelaksana FO dan diteruskan kepada Kepala Seksi untuk dilakukan approval dan diteruskan kepada Kanwil DJPB. e. Berdasarkan notifikasi yang diterima dari KPPN maka pelaksana subdit teknis/bidang PA melakukan penelitian persentase atau jumlah alokasi yang dikurangi apakah sudah sesuai. Apabila belum sesuai maka disampaikan kepada satker untuk melakukan perubahan. Jika sudah selesai maka pelaksana subdit teknis/bidang PA menyampaikan kepada Kepala Seksi untuk dilakukan approval perubahan rencana penarikan dana yang dapat dicairkan pada periode tertentu. Dengan demikian akan terjadi perubahan mekanisme AFP yang semula tidak dilakukan penguncian pencairan dana yaitu pagu dihitung dalam satu tahun (year-to-date), disesuaikan dengan jumlah kas tertentu yang diperkirakan dapat disediakan oleh Dit PKN pada periode tertentu (period-to-date).

209

PENJELASAN DETAIL PROSES BISNIS FUTURE MANAJEMEN DIPA CARRY FORWARD

Process ID Process Name Objective Input Process Output Process Major Input Major Output

B.4.a Carry Forward Encumbrance Only Melakukan Carry Forward hanya untuk encumbrance saja Dari masing-masing sub modul Proses Carry Forward untuk encumbrance saja

Data Konsep Revisi DIPA Data DIPA

Department/Key DJA, Dit PA, Kanwil DJPB dan satker User Controls Deadlines : 1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima Legal Basis : 1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 3. PMK Nomor 105/PMK.02/2008 tentang Petunjuk

Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2009 4. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2010 5. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2010 6. Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-07/PB/2005 tentang
210

Tata Cara Pelaksanaan Pembayaran Melalui Mekanisme Pemberian Kuasa Antar Kuasa Pengguna Anggaran 7. PMK 06/PMK.02/2009 tentang Tata Cara Perubahan Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009 8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman

Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan 9. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010 10. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah 11. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum 12. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009 13. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 14. 192/PMK.05/2010 tentang perencanaan kas

Frequency SOP Reference

Sesuai kebutuhan satker SOP Dit PA SOP Kanwil DJPB

1) Pada akhir bulan Desember, berdasarkan data encumbrance Process Description and dalam database ERP maka KPPN menyampaikan kepada satker Special Rules bahwa kegiatan tertentu tidak dapat dilanjutkan pembayarannya. Kontrak tahunan tidak dapat diperpanjang namun hambatan pelaksanaan pekerjaan karena faktor alam yang tidak dapat diatasi dapat dipertimbangkan untuk dilakukan carryforward setelah mendapat persetujuan Menkeu.
211

2) Pelaksana di MO KPPN akan mendapat notifikasi dari sistem bahwa masih ada encumbrance yang belum direalisasikan dan pelaksana akan melakukan penundaan proses yang dalam sistem Oracle disebut hold. 3) Sistem tidak secara langsung memisahkan antara kontrak tahunan dan tahun jamak karena tidak ada setting untuk jangka waktu pelaksanaan kegiatan. 4) KPPN memberitahukan kepada Kanwil tentang kontrak yang belum direalisasikan dan menyampaikan informasi

encumbrance yang sama ke DJA sebagai bahan untuk revisi RKA-KL yang menjadi kewenangan DJA (pembangunan infrastruktur, rekonstruksi dan rehabilitasi bencana alam). 5) Kanwil akan meneliti encumbrance yang dapat dicarryforward berdasarkan kewenangan DJPB (penyelesaian tunggakan dalam kegiatan yang sama). 6) Berdasarkan informasi encumbrance tersebut maka DJA/Kanwil akan melakukan revisi dokumen anggaran sebagai dasar pencairan dana bagi KPPN. 7) Paling lambat minggu kedua bulan Januari satker mengajukan permohonan revisi kepada Kanwil DJPB dan akan dilakukan penelaahan paling lambat minggu ketiga bulan Januari. Detil proses : a. Data encumbrance dalam database ERP yang masih belum direalisasikan sampai akhir Desember diteliti oleh pelaksana Seksi MO di KPPN. Pelaksana MO di KPPN menyampaikan kepada satker bahwa ada encumbrance yang belum

direalisasikan. Pemberitahuan juga dimaksudkan agar satker yang ingin mengajukan perpanjangan (carryforward) segera membuat permohonan kepada Kanwil DJPB. b. Pelaksana Bidang PA Kanwil DJPB meneliti apakah

encumbrance yang belum direalisasikan dapat dicarryforward


212

atau tidak. Seandainya dapat dicarryforward akan dinilai kewenangan untuk melaksanakan hal tersebut. Apabila

kewenangan berada di DJA maka akan diteruskan sebagai bahan revisi RKA-KL. c. Kepala Seksi Bidang PA Kanwil memberitahukan kepada KPPN bahwa encumbrance dapat dilakukan carryforward pada tahun berikutnya oleh Kanwil DJPB. d. Berdasarkan informasi tersebut Kepala Seksi KPPN akan meneruskan kepada satker pada minggu pertama bulan Januari dan memberikan batasan waktu bagi satker untuk

menyampaikan konfirmasi perubahan/revisi DIPA paling lambat minggu kedua. Satker juga diminta untuk melakukan penelaahan carryforward bersama Kanwil pada minggu ketiga bulan Januari. e. Apabila satker tidak memberikan konfirmasi sampai batas waktu yang telah ditetapkan maka satker dianggap tidak akan melakukan carryforward atas encumbrance tersebut. f. Apabila satker memberikan konfirmasi maka akan diteruskan kepada Kanwil untuk mempersiapkan penelaahan virement encumbrance pada DIPA yang baru. g. Penelaahan dilakukan bersama antara pelaksana dan Kepala Seksi/Kabid PA Kanwil bersama pejabat dan pelaksana dari satker untuk melakukan revisi DIPA. h. Revisi dilakukan dengan melihat kegiatan yang sama dan tidak merubah output yang telah ditetapkan dalam RKA-KL. i. Perubahan DIPA karena adanya encumbrance hanya terlihat dalam rincian database sedangkan untuk alokasi dua digit dan pagu keseluruhan dapat berubah namun dapat juga sama dengan DIPA yang ada. j. Setelah dilakukan penelaahan maka pelaksana akan menginput data yang baru dari semula encumbrance dirubah menjadi
213

budget yang ada dalam database ERP. k. Kepala Seksi akan melakukan approval terhadap perubahan tersebut dan diteruskan kepada Kepala Bidang PA. l. Apabila terdapat perubahan pada hardcopy DIPA maka akan dilakukan pengesahan oleh Kepala Kanwil DJPB.

Process ID Process Name Objective Input Process Output Process Major Input Major Output Data

B.4.b Carry Forward Encumbrance dan Fund Available Melakukan Carry Forward available Dari masing-masing sub modul Proses Carry Forward untuk encumbrance dan Fund available Perpres RABPP, konsep DIPA untuk encumbrance dan Fund

Data DIPA

Department/Key DJA, Dit PA, Kanwil DJPB dan satker User Controls Deadlines : 1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima Legal Basis : 1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010 5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum 6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah
214

7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2010 8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman

Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan 9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2010 10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009 Frequency SOP Reference 1. Process Description and Special Rules Sesuai kebutuhan satker SOP Dit PA SOP Kanwil DJPB Pada akhir bulan Desember, berdasarkan data encumbrance dan fund available dalam database ERP maka KPPN menyampaikan kepada satker bahwa kegiatan tertentu tidak dapat dilanjutkan pembayarannya. 2. Kanwil menyampaikan informasi encumbrance dan fund available yang sama ke DJA sebagai bahan untuk revisi RKAKL yang menjadi kewenangan DJA (luncuran PHLN). 3. 4. Mekanisme sama dengan revisi yang menjadi kewenangan DJA. Berdasarkan informasi encumbrance dan fund available tersebut maka DJA/Kanwil akan melakukan revisi dokumen anggaran sebagai dasar pencairan dana bagi KPPN. 5. Paling lambat minggu kedua bulan Januari satker mengajukan permohonan revisi kepada DJA dan akan dilakukan penelaahan paling lambat minggu ketiga bulan Januari (tergantung pihak DJA).
215

Detil proses : a. Data encumbrance dan fund available dalam database ERP yang masih belum direalisasikan sampai akhir Desember diteliti oleh pelaksana Bidang PA Kanwil. Pelaksana MO di KPPN menyampaikan kepada satker bahwa ada encumbrance dan fund available yang belum direalisasikan. b. Pelaksana Bidang PA Kanwil DJPB meneliti apakah

encumbrance dan fund available yang belum direalisasikan dapat dicarryforward atau tidak. Seandainya dapat

dicarryforward akan dinilai kewenangan untuk melaksanakan hal tersebut. Apabila kewenangan berada di DJA maka akan diteruskan sebagai bahan revisi RKA-KL. c. Berdasarkan informasi tersebut Kepala Seksi KPPN akan meneruskan kepada satker pada minggu pertama bulan Januari dan memberikan batasan waktu bagi satker untuk

menyampaikan konfirmasi perubahan/revisi DIPA paling lambat minggu kedua. Satker juga diminta untuk melakukan penelaahan carryforward bersama Kanwil pada minggu ketiga bulan Januari. d. Apabila satker tidak memberikan konfirmasi sampai batas waktu yang telah ditetapkan maka satker dianggap tidak akan melakukan carryforward atas encumbrance dan fund available tersebut. e. Apabila satker memberikan konfirmasi maka akan diteruskan kepada Kanwil dan disampaikan ke DJA bahwa satker akan melakukan penelaahan carryforward. f. Setelah hasil penelaahan antara K/L dan DJA selesai dan data RKA-KL sudah direvisi akan digunakan sebagai bahan revisi DIPA oleh Kanwil DJPB. g. Data perubahan RKA-KL di hyperion akan digunakan sebagai bahan revisi DIPA dan dimasukkan dalam database ERP.
216

h. Pelaksana

Dabantek

Dit

PA

akan

melakukan

jurnal

appropriation dan meneruskan kepada Kepala Seksi Perekaman Data untuk dilakukan approval. i. Setelah dilakukan approval data diteruskan kepada Kanwil DJPB untuk bahan penelaahan. j. Penelaahan dilakukan bersama antara pelaksana dan Kepala Seksi/Kabid PA Kanwil bersama pejabat dan pelaksana dari satker untuk melakukan revisi DIPA. k. Penelaahan dititikberatkan antara data encumbrance dari satker yang dituangkan dalam konsep DIPA dengan database ERP. l. Setelah dilakukan penelaahan maka pelaksana Bidang PA akan menginput data yang baru sesuai dengan kewenangan DJPB. Kepala Seksi melakukan approval dan diteruskan kepada Kepala Bidang PA Kanwil DJPB untuk approval. m. Pelaksana Bidang PA Kanwil DJPB akan melakukan posting jurnal allotment dalam database ERP.

Process ID Process Name Objective Input Process Output Process Major Input Major Output Data Data

B.4.c Carry Forward Fund Available Melakukan Carry Forward untuk Fund available Dari masing-masing sub modul Proses Carry Forward untuk Fund available Konsep DIPA DIPA DJA, Dit PA, Kanwil DJPB dan satker Deadlines : 1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
217

Department/Key User Controls

Legal Basis : 1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010 5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum 6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah 7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2010 8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman

Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan 9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2010 10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009 Frequency SOP Reference Process Description and Special Rules Sesuai kebutuhan satker SOP Dit PA SOP Kanwil DJPB 1. Berdasarkan kebijakan pemerintah maka beberapa program khususnya untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyerapan lapangan pekerjaan dapat dilakukan

218

perpanjangan waktu kegiatan apabila sampai akhir tahun tidak dapat diselesaikan. Sebagai contoh program

penanggulangan kemiskinan (PNPM) merupakan kegiatan yang dapat diluncurkan yang ditetapkan dengan UU APBN. 2. Pada akhir bulan Desember, berdasarkan data fund available dalam database ERP maka KPPN menyampaikan kepada satker dana yang belum dicairkan. 3. Berdasarkan informasi data dari KPPN maka satker menyampaikan konsep DIPA Luncuran sebesar sisa dana yang belum dicairkan (fund available) kepada Kanwil DJPB. 4. Setelah penelaahan di Kanwil DJPB dilanjutkan dengan pengesahan DIPA dan diteruskan kepada Dit PA dan diteruskan ke DJA sebagai bahan perubahan APBN. Rincian Proses : a. Pelaksana MO di KPPN melakukan penelitian terhadap jumlah dana (fund available) yang belum dicairkan oleh satker yang melaksanakan program tertentu di akhir bulan Desember. b. Data diteruskan kepada Kepala Seksi untuk diteruskan kepada satker setelah terlebih dahulu dibuat surat

pemberitahuan atau sarana lain dengan persetujuan Kepala KPPN pada minggu pertama bulan Januari. c. Pelaksana MO KPPN akan menyampaikan notifikasi kepada Kanwil DJPB bahwa terdapat sejumlah fund available yang akan dibuat DIPA Luncuran. d. Berdasarkan informasi dari KPPN pelaksana Bidang PA Kanwil DJPB mempersiapkan bahan untuk penelaahan DIPA paling lambat minggu kedua bulan Januari. e. Setelah data diterima maka satker membuat konsep DIPA Luncuran dengan pagu sebesar fund available yang diperoleh dari KPPN.
219

f. Konsep DIPA Luncuran ditelaah bersama antara pelaksana dan Kepala Seksi/Kepala Bidang PA Kanwil DJPB bersama pelaksana dan pejabat dari satker bersangkutan. g. Pada penelaahan akan diteliti apakah data pagu dan kegiatan yang disampaikan oleh satker dalam Konsep DIPA Luncuran sama dengan database ERP. h. Apabila belum sama akan dikembalikan untuk disesuaikan dan setelah sesuai akan dicetak surat pengesahan DIPA. i. Pelaksana bidang PA Kanwil akan melakukan jurnal allotment terhadap hasil penelaahan tersebut dan

disampaikan kepada Kepala Seksi dan Kepala Bidang PA Kanwil DJPB untuk dilakukan approval. j. Pada tahap ini belum dapat dilakukan posting jurnal appropriation oleh Subdit Dabantek PA karena data appropriation belum disesuaikan. k. Setelah DIPA Luncuran disahkan, Subdit Teknis PA mendapat notifikasi bahwa satker tertentu telah mendapat pengesahan DIPA Luncuran. l. Pelaksana Subdit Teknis akan melakukan konfirmasi data dan setelah sesuai diteruskan kepada Kepala Seksi dan Kepala Subdit Teknis untuk dilakukan approval. m. Setelah Subdit Teknsi melakukan approval, maka pelaksana Subdit Dabantek akan meneruskan kepada Kepala Seksi untuk approval dan diteruskan kepada DJA sebagai bahan perubahan APBN (APBN-P) paling lambat minggu ketiga bulan Januari.

Process ID

C.1.
220

Process Name Objective Input Process Output Process Major Input Major Output

Penyusunan Data Output Rekonsiliasi data untuk menyusun laporan realisasi output Dari masing-masing sub modul Proses penyusunan output

Data Perpres RABPP, DIPA Data DIPA DJA, Dit PA, Kanwil DJPB dan satker Deadlines : 1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima Legal Basis : 1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 3. PMK Nomor 105/PMK.02/2008 tentang Petunjuk

Department/Key User Controls

Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2009 4. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2010 5. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2010 6. Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-07/PB/2005 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pembayaran Melalui Mekanisme Pemberian Kuasa Antar Kuasa Pengguna Anggaran 7. PMK 06/PMK.02/2009 tentang Tata Cara Perubahan Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Perubahan Daftar

221

Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009 8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman

Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan 9. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010 10. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah 11. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum 12. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009 13. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 14. PMK Nomor 192/PMK.05/2010 tentang perencanaan kas

Frequency SOP Reference 1. Process Description and Special Rules 2.

Setiap bulan Pada tiap akhir bulan satker menyampaikan data realisasi output atas kegiatan yang telah dilakukan pencairan dananya. KPPN bersama dengan satker akan melakukan rekon namun hanya satu pihak yaitu data dari satker sedangkan KPPN hanya menerima laporan yang disusun oleh satker. 3. Setelah dilakukan rekon data output maka KPPN akan melakukan input data tersebut dengan aplikasi statistik dalam Oracle. 4. Kanwil DJPB menerima notifikasi data output dalam database Oracle dan disampaikan ke Dit PA

222

5.

Berdasarkan notifikasi tersebut Dit PA meneruskan data realisasi output ke hyperion di DJA

Detil proses : a. Pada akhir bulan pelaksana dan kepala seksi dari satker melakukan rekon data realisasi output dengan pelaksana dan kepala seksi Back Office di KPPN. b. Rekon dilakukan dengan mencocokkan data output yang ada di DIPA dengan data realisasi yaitu volume dan satuan harus sesuai dengan DIPA. c. Setelah selesai rekon maka pelaksana BO KPPN melakukan input data output tiap satker menggunakan aplikasi statistik dan diajukan kepada Kepala Seksi untuk approval. d. Pelaksana Bidang PA Kanwil DJPB menerima notifikasi dari KPPN atas output yang sudah direkon dan menyampaikan kepada Kepala Seksi Bidang PA untuk diteruskan kepada DJA. e. Pelaksana Bidang PA menginput data output ke hyperion dan membuat notifikasi bagi proses selanjutnya di DJA. (lihat di sub modul)

223

B.1.a Pengesahan (Endorsement) DIPA


1b

DJA

Data Perpres

Hardcopy Perpres

Dit PA

1a

Jurnal Appropriation Hyper ion

3a 4a

3b

ERP

Penelaahan DIPA 4b

Kanwil DJPB

2 6 8

5 Jurnal Allotment

Satker

DIPA

Konsep DIPA

Rincian Proses

Subdit Dabantek

Hyperion

Jurnal Appropriation Posting

Hardcopy Perpres Penyampaian dokumen

Subdit Teknis

Approval Pengesahan Interface (Automatically) Dokumen sumber Jurnal Allotment Posting DIPA Penelaahan Dokumen sumber Proses penelaahan Hardcopy Perpres Cover Letter

Approval ERP

Bidang PA

Upload data DIPA & validation

Hardcopy Perpres

Penyampaian dokumen

Satker

ADK DIPA

Copy data

Aplikasi Satker

Cetak Konsep

Konsep DIPA

B.1.b Penerbitan DIPA Sementara

Subdit Dabantek

Hyperion Posting

Jurnal Appropriation Penyampaian dokumen

Hardcopy Perpres

Subdit Teknis

Approval Interface (Automatically) Dokumen sumber Hardcopy Perpres Cover Letter

Download data ERP Validasi (Blokir non operasional) Cetak SP DIPA-S

Posting Jurnal Allotment

Bidang PA

Approval Dokumen sumber

Hardcopy Perpres

224

B.1.c. Pengesahan DIPA VoA

Subdit Dabantek

Hyperion Posting Approval

Jurnal Appropriation

Subdit Teknis

Approval Interface (Automatically) Data pagu maksimal

ERP

Data pagu tahun lalu

Penelaahan Pengesahan

DIPA VoA

Jurnal Allotment

Bidang PA

Upload data DIPA & validation

Download data Penyampaian dokumen

Posting

Satker

ADK DIPA VoA

Copy data

Aplikasi Satker

Cetak Konsep

Konsep DIPA VoA

B.1.d Penerbitan DIPA BUN

Subdit Dabantek

Hyperion Posting

Jurnal Appropriation Penyampaian dokumen

Hardcopy Perpres/ Permenkeu

Subdit Teknis

Pengesahan

Dokumen sumber Hardcopy Perpres/ Permenkeu

Interface (Automatically)

Approval

Jurnal Allotment

Posting

DIPA

Penelaahan

ERP Approval

Satker BUN

Cetak Konsep

Konsep DIPA

Penyampaian dokumen

Aplikasi Satker

225

B.2.a Revisi DIPA karena Perubahan Rincian Alokasi APBN Inisiatif K/L dan Karena Perubahan APBN-P

DJA

Hyperion

Download

Penelaahan RKAKL

Pengesahan

Revisi Perpres

Pengiriman

Subdit Dabantek Dit PA

Interface (Automatically) Posting Jurnal Appropriation Hardcopy Perpres

ERP

Approval Dokumen Sumber Approval Download data Pengesahan

Distribusi Cover Letter Hardcopy Perpres

Subdit Teknis Dit PA

Transfer Data SP DIPA Penelaahan Jurnal Allotment

Posting

Kanwil DJPB

Dokumen Sumber Input Data Upload data

Hardcopy Perpres

K/L

Aplikasi Satker

Data

Revisi RKA-KL

ADK Revisi DIPA

Konsep Revisi DIPA

Download Data Pencetakan

B.2.b Virement Tanpa Perubahan Rincian Alokasi APBN

Subdit Dabantek Dit PA

Posting Approval

Jurnal Appropriation

Subdit Teknis Dit PA

Approval

Hyperion

Upload

ERP

Upload/Download

Penelaahan

Cetak

SP DIPA

Posting

Jurnal Allotment

Bidang PA Kanwil DJPB

Upload Data

Bahan Virement

Satker

Aplikasi Satker

Revisi KK

Perubahan Kertas Kerja RKA-KL

Revisi DIPA

Konsep DIPA Virement

226

B.2.c Revisi Kegiatan pada DIPA BLU


Approval

Subdit Dabantek Dit PA

Hyperion

Jurnal Appropriation

Posting Tiap tiga bulan Upload DIPA updated

Bidang PA Kanwil DJPB

Approval

Pengiriman

E R P

Notifikasi

Proses updating pagu

Posting

Jurnal Allotment

Input data

KPPN

Konfirmasi data

Penelitian Kegiatan

Output

Kegiatan beda/ bertambah

Persetujuan

Pengesahan SP2D

Input

Satker

Upload Aplikasi Satker Input SPM Revisi Kegiatan SP2D Pengesahan Pencetakan DIPA Updated

Update pagu DIPA BLU


Approval

Subdit Dabantek Dit PA

Hyperion

Jurnal Appropriation

Posting

Bidang PA Kanwil DJPB

Upload

Tiap tiga bulan

DIPA updated

Pengiriman Approval

E R P

Notifikasi

Proses updating pagu

Posting

Jurnal Allotment

Cetak Input data realisasi

KPPN

Penelitian Realisasi PNBP dan Belanja

Output

Realisasi lebih besar dan kegaiatan beda Pengiriman

Pengesahan SP2D

Input

Satker

Upload Aplikasi Satker Input SPM Realisasi PNBP SP2D Pengesahan DIPA Updated

227

Update pagu oleh KPPN


Approval

Subdit Dabantek Dit PA

Hyperion

Jurnal Appropriation

Posting

Bidang PA Kanwil DJPB

Upload

Tiap tiga bulan

DIPA updated Pengiriman

Approval

Notifikasi

KPPN

E R P

Proses updating pagu

Posting

Jurnal Allotment

Cetak Input data realisasi Penelitian Realisasi PNBP dan Belanja Realisasi lebih besar dan kegaiatan beda Pengiriman Input Upload Aplikasi Satker Input SPM Realisasi PNBP SP2D Pengesahan DIPA Updated

Output

Pengesahan SP2D

B.2.e Pengesahan DIPA Hibah

Dabantek Dit PA

Satker

Approval Hyperion Update Posting Jurnal Appropriation

Bidang PA Kanwil DJPB

Approval ERP Pengesahan DIPA Download data Upload Pengiriman Posting Jurnal Allotment Pengiriman

Satker

Aplikasi Satker

Input

Naskah Perjanjian Hibah

Konsep DIPA Pengesahan Hibah

DIPA Pengesahan Hibah

Cetak

B.2.f.Updating Rencana Penarikan Dana Realisasi Lebih Kecil (Otomatis)

Bidang PA Kanwil DJPB

RPD Updated

Approval ERP

KPPN

Notifikasi

FA Akhir bulan

Carryover

Satker

Aplikasi Satker

Triwulanan

228

Updating Rencana Penarikan Dana Realisasi Lebih Besar (Otomatis)

Bidang PA Kanwil DJPB

RPD Updated

ERP

Approval

KPPN

Notifikasi

RPD tidak cukup

Mengurangi RPD Desember dst

Triwulanan

Satker

Aplikasi Satker

Resume Tagihan/ SPP

Updating Rencana Penarikan Dana (Manual)

Bidang PA Kanwil DJPB

Data konfirmasi

RPD Updated

ERP Approval

KPPN

Notifikasi

Data Perubahan RPD

Penyesuaian RPD

Triwulanan

Satker

Aplikasi Satker

POK

229

B.3.b Cash Limits

Dit PKN

Cash Shortage

RPD baru

Dabantek Dit PA

Cash Shortage

Subdit Teknis Dit PA

E R P Analisis persentase pagu yang dapat dicairkan Data alokasi yang dapat direalisasikan

Bidang PA Kanwil DJPB

Satker

KPPN

Alokasi yang bisa digunakan

Perubahan data alokasi yang dapat dicairkan

Aplikasi KPPN

Revisi POK

230

B.4. a Carryforward
Approval

Subdit Dabantek Dit PA

Hyperion

Jurnal appropriation

Posting Approval Posting Jurnal allotment Konfirmasi/validasi DIPA

Bidang PA Kanwil DJPB

Penelitian kewenangan carryforward ERP

KPPN

Notifikasi

Encumbrance /FA

Penelitian carryforward

Virement DIPA

Satker

Data yang dicarryforward

Aplikasi satker

Kertas Kerja RKAKL

Perubahan rincian kegiatan

Virement DIPA

Penyusunan Data Output

Dabantek Dit PA

Hyperion

DJA

Bidang PA Kanwil DJPB

Data output hasil rekon

ERP

KPPN

Rekon data output

Satker

Data output

231

Lampiran naskah akademis MOSA

Proses Bisnis Penyempurnaan manajemen DIPA

232

Proses Penyempurnaan Manajemen DIPA secara garis besar terdiri beberapa bisnis domain yang terdiri dari Penerbitan DIPA, Revisi DIPA , Cash Limit dan Carry Forward. Setiap bisnis domain akan dijelaskan kedalam beberapa bisnis proses kemudian akan diuraikan kembali kedalam sebuah workflow. Setiap work flow akan kami jelaskan sebagai berikut.

233

234

235

236

237

238

239

240

241

242

243

244

245

HIGH LEVEL GAP MANAJEMEN DIPA (MOSA) No 1 Bahasan Halaman III DIPA (Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan) Kaitan RKAKL dan DIPA Existing Belum optimal sebagai digunakan sebagai rencana penarikan dana. Prosentase antara rencana dan realisasi penarikan dana baru 29 % Saat ini informasi yang ada di RKAKL dapat digunakan sebagai bahan penyusunan DIPA dengan jelas karena informasi yang tercantum dalam RKAKL per satker tidak merinci keluaran di bawah akun Proposal Perannya lebih ditingkatkan dengan menggunakan Halaman III DIPA sebagai batas pencairan dana dalam satu bulan Oracle/Gap Belum bisa membuat informasi terkait kegiatan kontraktual dan non kontraktual Arahan Proses ke Depan Diusulkan agar dibuat suatu kode yang merefer pengeluaran untuk kegiatan kontraktual dan non kontraktual (dalam COA) atau data dari POK yang sudah dirinci baik kontraktual maupun non kontraktual dituangkan dalam Halaman III DIPA Diusulkan agar informasi dari RKAKL dapat dimasukkan seluruhnya dalam database SPAN walaupun informasi yang akan ditampilkan dalam dokumen DIPA tidak serinci pada RKAKL.

DJA mengajukan konsep RKAKL sampai unit eselon I dan menyusun Kertas Kerja RKAKL bagi penyusunan perencanaan bagi satker. Secara dokumentasi ada link yang terputus bagi DJPB karena format RKAKL hanya sampai eselon I. Masalah lainnya yaitu dengan tambahan informasi kinerja yang disampaikan apakah sampai dengan satker atau satker sebagai unit eselon II Ke depannya diharapkan semua DIPA bersumber pada Perpres Rincian APBN dan mekanisme penyusunannya menggunakan 246 aplikasi dari database SPAN serta formatnya disesuaikan dengan DIPA

Masih mengalami kesulitan dalam menghubungkan aplikasi RKAKL dengan Oracle di dalam SPAN.

DIPA BA BUN disamakan dengan K/L

Beberapa DIPA BUN saat ini menggunakan dokumen sumber, mekanisme penyusunan dan format yang berbeda dibandingkan dengan

Pada DIPA BUN Dana Transfer yang merupakan dokumen gabungan dari seluruh daerah yang menerima dana tersebut belum

Apabila informasi yang diperoleh dari Oracle tidak dapat mengakomodasi pembagian alokasi pagu daerah penerima, diusulkan DIPA Dana Transfer ke Daerah dipecah sesuai dengan wilayah

DIPA K/L biasa

K/L biasa

dapat diuji apakah dapat memilah pagu masing-masing penerima Pada Oracle pada budget journal pada MoSA menggunakan single entry sehingga akan menyulitkan karena modul lainnya juga memerlukan data dari MoSA baik budget, encumbrance dan actual yang merupakan rangkaian proses yang tidak berdiri sendiri. Masih belum dapat membuat pengelompokan rencana penarikan dana untuk kegiatan kontraktual dan nonkontraktual Perlu penyesuaian alur proses sehingga model yang akan diterapkan dapat dilaksanakan. Usulannya ke depan terkait dengan posting rule pada MoSA tetap menggunakan double entry agar apabila ada data yang berbeda dengan mudah dapat segera dilakukan pembalikan jurnal

Posting rule

Saat ini akuntansi dalam entry data pada budget journal menggunakan double entry yang menghubungkan dari perencanaan anggaran sampai ke pelaporan sehingga semua proses terhubung

Ke depannya usulan dari Oracle akan menggunakan single entry pada budget journal (MoSA)

Encumbrance dalam hubungannya dengan MoSA

Saat ini ikatan dengan pihak ketiga terkait dengan encumbrance tidak terlalu bermasalah karena tidak ada pembatasan pengeluaran bagi satker

Dengan peningkatan peran Halaman III DIPA pada rencana penarikan dana maka pengeluaran satu bulan tidak boleh dilewati. Hal ini akan menyulitkan kegiatan yang menggunakan kontrak.

Usulan ke depannya dibuat suatu kode yang mengacu pada kegiatan yang dilaksanakan kontraktual maupun non kontraktual

247

Perbandingan antara Eksisting, Future dan Oracle dalam pelaksanaan CRP I

No 1.

Process Allotment 4) Allotment dari DJPBN ke satker dan dari Kanwil ke satker

Eksisting

Future

Oracle

Gap

Usulan

Alotmen dilakukan dengan mentransfer data anggaran dari Budget Preparation(DJA) ke DJPBN 1. Penelaahan dilakukan secara manual karena belum ada integrasi database DJA dan DJPBN. Apabila sampai batas waktu yang ditentukan Satker blum dapat membuat konsep DIPA maka Ditjen PBN akan menerbitkan DIPA Sementara Nomor DIPA merupakan nomor identik yang berfungsi sebagai singe indentity number dalam berbagai proses berikutnya dalam pelaksanaan anggaran Selesai penelaahan approval dilakuakan secara manual berjenjang melalui persuratan Untuk kanwil hanya berbeda approvalnya saja

Ketika DJA mengirim data Perpres RABPP ke MoSA dan meng-approve nya (approproation) maka Dit PA akan mendapat sinyal dan menerimanya pada modul MoSA. Satker akan mendapat data dari DJA dan mencetak konsep DIPA secara offline (terpisah dengan system SPAN).

Oracle dapat melakukan transfer data dari DJA (stage Appropriation) ke DJPBN (stage) 1. Detail data anggaran 6 digit dapat diperoleh melalui fasilitas dossier oracle 2. Oracle akan menahan data allotmen yang belum dapat dilengkapi oleh Satker pada tahap appropriasi 3. Oracle dapat melakukan approval secara berjenjang

1. Oracle tidak dapat menunjukan/data-data non financial 2. Apabila oracle menahan data anggaran di stage 1 (appropriation)maka tidak dapat diterbitkan DIPA, karena data hanya dapat diterbitkan DIPA pada stage 2 (allotmen). Sedangkan bila di kirimkan ke stage allotmen maka data anggaran dapat langsung digunakan satuan kerja padahal dokumen pndukung belum lengkap(konsep DIPA satker) 3. Approval oracle dapat dilakukan oleh otoritas yang lebih rendah (missal pelaksana), namun tidak otomatis ter Approve tapi statusnya hang karena level yang lebih tinggi (missal kepala seksi juga tidak bisa malakukan approval) 4. Oracle tidak bisa menempatkan sebuah fitur yang memiliki keunikan

1. Selain data pagu oracle harus mampu menampilkan data non financial seperti output, outcome, volume, dll 2. Oracle dapat menfasilitasi penerbitan DIPA sementara, dengan cara mengirimkan data dari appropriation ke allotment namun tidak dapat digunakan oleh satuan kerja tanpa persetujuan Ditjen PBN. 3. Nomor DIPA seharusnya dapat dihasilkan setiap proses pengiriman akun dari allotment

1.

2.

Ketika Dit PA mendapatkan konsep DIPA dari Satker, maka akan dilakukan review oleh system untuk mencocokan data dari konsep DIPA dan database pepres RABPP pada SPAN. Ketika tercapai kesesuaian maka akan dilakukan registrasi budget allotment pada SPAN dan dapat di cetak DIPA. Data allotment pada Sistem SPAN akan detai sampai 6 digit. Data allotmen akan di buat berdasarkan bulanan (PTD), sehingga AFP sudah tersedia. Bila dalam review terdapat sesuatu/dokumen yang belum dilengkapi maka Dit PA akan memblokir akun tertentu dan satker tidak dapat mencairkan dananya kecuali melakukan revisi pembukaan dana blokir. Approval dilakukan secara berjenjang melalui sistem dalam SPAN Untuk kanwil hanya berbeda kewenangan approvalnya saja hanya

2.

3.

3. 4. 5.

4.

6. 7.

5.

248

No

Process

Eksisting

Future

Oracle

Gap seperti nomor DIPA

Usulan

5) Alotmen untuk DIPA BUN(kecuali transfer pusat ke daeran dan investasi) 6) Alotment untuk DIPA transfer

1. Untuk DIPA BUN proses allotmen dilakukan sesuai dengan karakteristik DIPA BUN itu sendiri dan sistemnya terpisah2 2. DIPA transfer di kelola oleh DJPK dengan menggunakan excel dan tidak terintegrasi 3. DIPA transfer dilakukan dengan menggunakan satu DIPA dan didalamnya ada beberapa kabupaten penerima di halaman IV DIPA

1. DIPA BUN akan menggunakan mekanisme yang sama namun proses dari allotmen akan menggunakan akun tampungan dari appropriation ke allotment 2. Akun tampungan digunakan agar tidak secara otomatis membuat satuan kerja dapat menggunakan dananya karena ada beberapa DIPA BUN yang membutuhkan dokumen pendukung. 3. DIPA Transfer dilakukan dengan 2 skenario: a. b. Dalam satu DIPA transfer ada beberapa kabupaten penerima dana di halaman IV DIPA Setiap kabupaten penerima memiliki satu DIPA

1. Oracle dapat melakukan transfer dengan fasilitas dossier dari appropriation BA BUN ke allotmen 2. Oracle dapat membuat akun penampungan untuk BA BUN pada saat allotmen. 3. Untuk transfer dilakukan belum

1. Untuk DIPA BUN transfer yang belum dapat dilakukan karena untuk dana perimbangan didalamya ada beberapa kabupaten penerima sehingga belum bisa dilaksanakan

1. Seluruh DIPA BUN dapat menggunakan mekanisme yang sama dengan DIPA regular 2. DIPA transfer harus bisa memenuhi 2 skenario: a. Dalam satu DIPA transfer ada beberapa kabupaten penerima dana di halaman IV DIPA b. Setiap penerima satu DIPA kabupaten memiliki

7) Allotemen DIPA BLU

DIPA BLU pada dasarnya menggunakan mekanisme DIPA Umumnya namun dengan beberapa pengecualian 1. Adanya saldo awal san saldo akhir 2. Adanya fleksibilitas dalam penggunaan dana(prosebtase) 3. Penggunaan SPM pengesahan setiap tiga bulan

DIPA BLU kedepan masih menggunakan mekanisme Allotmen DIPA BLU pada oracle 1. yang sesuai dengan peraturan mengenai BLu yaitu: dilakukan sama dengan DIPA umumnya namun diberikan 1. Adanya penempatan saldo awal dan saldo ahkir budgetary control pada user 2. Setiap terjadi perubahan dalam batas ambang yang melakukan input data. batas maka BLU wajib melakukan revisi DIPA otomatis pada KPPN untu menyesuaikan pagu pada DIPA BLU dengan permintaan pada SPM yg melebihi pagu 3. BLU dapat menggunakan selama masih dalam ambang batas dan harus merevisi diakhir tahun 4. Toleransi diberikan berdasarkan satker blu bukan berdasarkan user

1. Oracle belum dapat menyajikan saldo awal dan saldo akhir 2. Oracle belum dapat membuat fleksibilitas sesuai permintaan scenario 3. Fleksibilitas terutama dalam penambahan ambang batas belum dapat dilakukan

1. Saldo awal dan akhir sebaiknya dimasukan ketika revisi DIPA awal 2. Seharusnya dalam menentukan budgetary contol dapat dilakukan berdasarkan indentifikasi satker BLU bukan berdasarkan user yang meninput. 3. Solusi yang diberikan oleh LG berkaitan dengan meniadakan budgetary control untuk mengatasi pembatasa pada user sangat fatal akibatnya

249

No

Process

Eksisting

Future

Oracle

Gap

Usulan karena user dapat menambahkan pagu tanpa ada control.

8) Allotment budget Reserve

Dalam proses eksisting Reverse budget dapat dilakukan pada saat allotmen sehingga penerbitan DIPA dapat dilakukan segera ketika terjadi kejadian luar biasa

1. Allotmen untuk reverse budget kedepan akan sama perlakuannya namun lebih ditekankan pada isntansi mana yang seharusnya sebagai penerima outcome. 2. Proses allotment pada DIPAnya akan dilakukan ketika terjadi kejadian luar biasa. 3. Sebelum allotmen, budget terlebih dahulu dari Appropriation di kirimkan kea kun tampungan seperti bagian BA BUN lainya.

Oracle dapat melakukan transfer kepada akun tampungan sehingga Bunget tidak langsung terkirim ke Stage Allotment

Untuk melakukan transfer ke akun tampungan sementara, kemudian mengeluarkan ke Allotment (fase Penerbitan DIPA) tidak terdapat Gap

Sebaiknya oracle dapat melakukan budget reserve tanpa menambah stage.

2.

AFP

1. AFP disusun pada awal tahun 2. Revisi AFP bisa dilakukan kapan saja 3. AFP tidak bersifat mengikat

1. AFP disusun pada awal tahun 2. Revisi AFP tidak bisa dilakukan pada bulan berjalan 3. AFP menjadi batas penarikan dana perbulan 4. AFP akan terintegrasi dengan manajemen komitmen, manajemen kas dan manajemen pembayaran 5. AFP digunakan sebagai alat bantu perencanaan kas

1. Oracle dapat mengeset AFP sebagai batasan penarikan dana per bulan (diset menjadi period to date) 2. Jumlah angsuran kontrak yang akan dibayarkan pada setiap bulan akan langsung masuk ke dalam AFP (melalui purchase order line)

1. Masih terdapat permasalahan dalam integrasi antara AFP dengan manajemen komitmen terkait dengan batasan dana untuk pembayaran angsuran kontrak 2. AFP belum bisa memberikan informasi cash forecasting yang akurat bagi manajemen kas Untuk melakukan transfer bulan beikutnya dari alokasi bulan bersangkutan maka tidak di temukan adanya gap

AFP sebaiknya disusun dengan mempertimbangkan berbagai hubungan antar modul namun juga simple dan dapat memberikan informasi yang akurat.

3.

Cash Limit

Cash limit secara baku belum diatur namun sudah digunakan secara otomatis apabila terjadi perubahan APBN-P ketika pengurangan APBN

Cash Limit akan dilakukan ketika pemerintah menilai diperlukanya pembatasan kas karena kejadian luar biasa. 1. Cash limit dilakukan dengan memindakan pagu anggaran ke bulan berikutnya bukan mengurangi

Oracle dapat mendukung pelaksanaan cash limit 1. Oracle dapat melakukan pemindahan pagu kebulan berikutnya

2. Cash limit dilakukan dengan menggunakan 2. Oracle dapat menggunakan formula(prosentase pengurangan bulan tertentu formula pengurangan sesuai dan memindahkan ke bulan lain) dilakukan oleh kebijakan menteri Keuangan Menteri Keuangan

Prose pelaksanaan cash limit sebaiknya dapat dilakukan secara cepat Dan tidak terlalu membebani sitem karena cash limit akan dilakukan secara serentak kepada seluruh satker bila keadaan mendesak.

250

No

Process

Eksisting

Future 3. Menggunakan AFP sebagai batasan cash limit, yaitu Satker mengupdate AFPnya sesuai arahan Menteri Keuangan dan Menteri Keuangan mengguankan sebagai cash limit

Oracle

Gap

Usulan

Virement a. Revisi dengan perubahan RABPP 1. Dit PA/Kanwil menerima hardcopy dan ADK revisi RABPP dari DJA 2. Hardcopy dan ADK tersebut kemudian direview untuk memastikan kesesuaian diantara keduanya 3. Dit PA/Kanwil menerima Konsep DIPA R dari Satker 4. Konsep DIPA R dari Satker ditelaah untuk memastikan kesesuiannya dengan data revisi RABPP 5. Apabila Konsep DIPA R sudah sesuai dengan ketentuan maka Dit PA/Kanwil akan mengesahkan konsep DIPA tersebut dan mengupdate database sesuai dengan data DIPA revisi 6. DIPA R yang sudah disahkan dikirimkan ke Satker 7. Data ADK DIPA revisi dikirimkan ke payment management, cash management dan accounting/reporting management b. Revisi tanpa perubahan 1. Dit PA/Kanwil memperoleh surat permohonan revisi DIPA 1. Setelah DJA melakukan input data revisi RABPP pada database SPAN, Kanwil DJPB langsung menerima notifikasi tentang adanya revisi RABPP. Data perubahan RABPP tersebut langsung bisa diakses oleh Kanwil DJPB melalui database SPAN 2. Satker mengirimkan konsep DIPA R beserta ADKnya. Konsep DIPA R Satker akan direview secara manual sedangkan ADKnya akan direview melalui aplikasi SPAN 3. Apabila Konsep DIPA R sudah sesuai dengan ketentuan maka Kanwil DJPB akan mengesahkan konsep DIPA tersebut dan mengupdate database SPAN sesuai dengan data DIPA revisi 4. Diperlukan approval dari Kepala Kanwil agar data yang diupdate bisa masuk ke database SPAN 5. Mdoul lain yang terkait MOSA secara langsung dapat mengakses data DIPA revisi dalam database SPAN sehingga tidak perlu ada pengiriman ADK dari Kanwil ke modul-modul tersebut 6. DIPA R yang sudah disahkan dikirimkan ke Satker Oracle dapat mendukung proses revisi dengan melakukan transfer dari satu akun ke akun lain, dari satu bulan ke bulan lain, dari satu stage ke stage lainnya Dalam melakukan proses revisi oracle dapat melakukan dan tidak ada gap karena secara prinsip revisi adalah melakukan transfer dari satu akun ke akun lain, dari satu bulan ke bulan lain dan dari satu stage ke stage lain. Proses revisi sebaiknya dilakukan dengan langkah-langkah yang sederhana, tidak terlalu kompleks hanya untuk metransfer dari datu elemen ke elemen lain.

1. Kanwil DJPB memperoleh surat permohonan revisi DIPA dari Satker

Oracle dapat mendukung proses revisi dengan melakukan

Dalam revisi

melakukan oracle

proses dapat

Proses revisi sebaiknya dilakukan dengan

251

No

Process RABPP

Eksisting dari Satker 2. Permohonan diteliti oleh DJPB dengan data DIPA anggarannya revisi tersebut Dit PA/Kanwil memperhatikan dan realisasi

Future 2. Permohonan revisi tersebut diteliti kanwil DJPB 3. Apabila permohonan tersebut sudah sesuai ketentuan maka akan dilakukan inpu data ke database SPAN 4. Kepala Kanwil DJPB akan meng approve data tersebut untuk bisa masuk ke Database SPAN. 5. Surat persetujuan revisi DIPA ke Satker 6. Modul lain yang berkaitan dengan mosa bisa langsung mengakses data DIPA revisi tersebut

Oracle transfer dari satu akun ke akun lain, dari satu bulan ke bulan lain, dari satu stage ke stage lainnya

Gap melakukan dan tidak ada gap karena secara prinsip revisi adalah melakukan transfer dari satu akun ke akun lain, dari satu bulan ke bulan lain dan dari satu stage ke stage lain.

Usulan langkah-langkah yang sederhana, tidak terlalu kompleks hanya untuk metransfer dari satu elemen ke elemen lain.

3. Apabila permohonan revisi tersebut disetujui maka Dit PA/Kanwil akan mengirimkan surat pengesahan revisi dan melakukan update data di database 4. Dit PA/Kanwil mengirimkan surat persetujuan revisi DIPA ke Satker 5. Data ADK DIPA revisi dikirimkan ke payment management, cash management dan accounting/reporting c. SKPA 1. KPA Asal mengirimkan dokumen SKPA ke KPPN Asal. 2. KPPN Asal meneliti permohonan SKPA dengan memperhatikan kesesuaiannya dengan peraturan dan ketersediaan pagu 3. SKPA yang telah disahkan oleh KPPN Asal dikirimkan ke KPA Asal, Kanwil Asal , Kanwil Penerima, KPPN dan APK (1 buah). d. Revisi yang menjadi kewenangan Satker Untuk eksisting proses revisi kewenangan satker dilakukan dalam akun dibawah 4 digit yaitu 2 digit terakhir. Proses revisi kewenangan satker dilakukan

Mekanisme SKPA ditiadakan dan diganti dengan mekanisme revisi DIPA

Oracle dapat mendukung proses SKPA dengan melakukan transfer dari satu akun ke akun lain secara prinsip dama dengan revisi

Dalam melakukan proses SKPA sama dengan revisi dan oracle dapat melakukan dan tidak ada gap karena secara prinsip revisi adalah melakukan transfer dari satu akun ke akun lain, dari satu bulan ke bulan lain dan dari satu stage ke stage lain.

Proses SKPA sebaiknya dilakukan dengan langkah-langkah yang sederhana, tidak terlalu kompleks hanya untuk metransfer dari datu elemen ke elemen lain.

1. Satker mengirimkan data revisi DIPA yang menjadi kewenangannya ke KPPN 2. Pengiriman data revisi DIPA ini bisa diajukan saat Satker mengajukan SPM ke KPPN

Oracle belum dicoba untuk melakukan ini

Gap belum dapat di tentukan

Sebaiknya oracle dalam melakukan proses ini dan mempertimbangkan untuk dilakukan pada modul payment namun

252

No

Process

Eksisting hanya denga mengupdate dengan akun 2 digit yang diajukan satker

Future 3. KPPN kemudian akan mengupdate database SPAN berdasarkan revisi yang diajukan Satker

Oracle

Gap

Usulan secara prinsip data yang dirubah adalah data dari MoSA

5.

Vote on Account

Vote on account dilakukan bila hingga batas yang ditentukan APBN belum disetujui oleh DPR maka: 1. Pemerintah menggunakan pagu anggaran tahun lalu, untuk belanja adalah batasan tertinggi 2. Proses sama dengan proses penerbitan DIPA eksisiting namun yang digunakan belanja tahun lalu

Proses ini dilakukan untuk mengatasi permasalah apabila sampai batas yang ditentukan APBN belum disahkan oleh DPR sedangkan tahun anggaran akan segera berlangsung Dit PA or Kanwil akan melakukan penerbitan DIPA vote on account : 1. Data perpres yang digunakan merupakan data tahun lalu. 2. DIPA yang dibuat hanya dapat dicairkan untuk belanja tertentu yaitu belanja gaji dan keperluan sehari-hari perkantoran. 3. Untuk proses Appropriasi DJA akan melakukan interface dengan SPAN untuk mengirim data perpres RABPP kepada Dit PA dan Kanwil 4. Dalam data yang dikirimkan ke DJPB sudah termasuk didalamnya terdapat AFP. 5. Prose Approval akan dilakukan pada DIT PA dan kanwil DJPB. 6. Proses yang dilakukan berikutnya adalah satker membuat konsep DIPA dan mengirimkan ke DJPB dan dilakukan penelaahan . proses lain sama dengan penerbitan DIPA biasa. 7. DIPA yang dicetak nomornya harus berbeda dengan penomoran DIPA biasa.

Oracle dapat melakukan vote on account namun ada beberapa catatan : 1. karena belum dapat menentukan fitur mana yang memiliki karakter sama dengan Nomor DIPA eksisiting sehingga ketika DIPA tahunan di lakukan pengesahan maka DIPA vote 2. on account akan bercampur dengan DIPA tahunan tersebut dan tidak dapat dipisahkan mana realisasi untuk DIPA tahunan dan Vote on account

gap nya adalah 1. memisahkan realisasi belanja DIPA vote on account dengan belanja DIPA biasa(tahunan ) karena ketika DIPA Tahunan Disahkan maka dana belanjanya bercampur

6.

Review Budget

MTEF

MTEF dapat dilihat dengan mengambil data dari Budget Preparation detail informasi yang disajikan

Oracle dapat menyediakan data MTEF berdasarkan koneksi

Tidak ada gap

Usulan oracle

telah

dipenuhi

253

No

Process

Eksisting

Future MTEF secara tahunan

Oracle dengan Budget preparation

Gap

Usulan

7.

Carry Forward Budget balances

Akan dilakukan dengan tiga (3) skenario: 1. Encumbrance saja yang di carryforward 2. Fund Availibility saja yang di carryforward 3. Encumbrance dan fund availibility

Belum bisa dilakukan karena menunggu proses modul General Ledger (GL) yang sampai saai ini belum dapat dittutup buku angaran tahun yang bersangkutan.

Belum dapat dilihat gapnya

Usulan harus sesuai dengan tiga (3) skenario: 1. Encumbrance saja yang di carryforward 2. Fund Availibility saja yang di carryforward 3. Encumbrance dan fund availibility Oracle harus dapat menyediakan data realisasi APBN-P karena hal itu penting sebagai dasar pertanggung jawaban pemerintah kepada seluruh stakeholder

8.

Supplementary Budget

Sistem dapat memproses perubahan pagu anggaran tahun berjalan/ APBN-P karena tambahan atau pengurangan anggaran. Data APBN-P harus dapat di perlakukan seperti APBN sebelumnya dan memenuhi kriteria 1. Data APBN-P harus dapat dibuat laporan terpisah dengan APBN 2. Data APBN yang masuk kedalam allotment harus terlebih dahulu memiliki AFP (rencana penarikan dirinci perbulan)

Oracle dapat melakukan perubahan pagu anggaran tahun berjalan.

Oracle tidak dapat menyediakan informasi berkaitan dengan realisasi APBN-P karena ketika masuk kedalam sistem APBN dan APBN-P bercampur pagunya

Berkaitan teknis

Aplikasi RKA-KL dan DIPA dapat melakukan transfer berdasarkan Satker atau transfer berdasarkan akun

Proses Transfer data keuangan dan non keuangan pada setiap transaksi diatas dilakukan dapat berdasarkan BA, Eselon 1, satker hingga antar akun

Oracle dapat melakukan 1. Oracle tidak dapat transfer antar akun mengumpulkan data keseluruhan akun dalam satu satker 2. Oracle tidak dapat mengirim data selain berdasarkan akun

Seharusnya dapat dilakukan transfer antar stage berdasarkan BA, Eselon 1, satker hingga antar akun agar proses pelimpahan dari appropriation ke allotmenjadi lebih cepat Approval merupakan bentuk pemisahan kewenangan yang sangat penting dalam sebuah proses bisnis sehingga Seharusnya setiap

Approval dilakukan menggunakan surat menyurat

Approval dilakukan juga menggunakan sistem sebelum proses selanjutnta dapat berlangsung agar validitas data dapat terjamin

Oracle dapat hierarki approval

melakukan

masih belum dapat memisahkan kewenangan yang melakukan penginputan data dan yang melakukan approval

254

No

Process

Eksisting

Future

Oracle

Gap

Usulan approval disesuaikan dengan kewenangan yang dimiliki oleh pengguna. Oracle harus dapat melakukan approval berdasarkan satker karena hal itu akan sangat memudahkan user dalam pelaksanan tugas dilapangan.

Approval dapat dilakukan dengan berdasarkan pada sekumpulan akun

Approval dapat dilakukan dengan berdasarkan pada sekumpulan akun

Approval dilakukan berdasarkan akun

Oracle tidak dapat melakukan approval berdasarkan satker atau kumpulan akun semua approval dilakukan secara akun, bila dilakukan secara bersamaan, apabila ada satu akun yang salah maka harus mengulang dari awal

255

Skenario dalam Pelaksanaan CRP I


Scenario ID Process Name Process ID Case ID Business Case Business Requirement (Required Information) Path Owner Test Plan Date Test Execute Date Execution Result Step Test Procedure Ref No. Expected Result Result Detail Execution Result Issue NO Cross Process ID Gap /Fit

C_00 00

Define Budget

Setup Budget

(N)OPSF(I) Dossier > GL > Budgets > Define > Budget

DGB

24Mar2010

24-Mar2010

Step Description : Enter Budget 1. Enter Budget "APBN2010" , "FUNDING2010" and "APBN2011" 2. Enter Description for each budget book 3. Enter Status : Open 4. Enter First and Last Budget Period " Jan-10" and "Adj-10" for APBN2011 --> Jan-11 and Adj-11 5. Click Open Next Year button 6. Save your work

SA006

Budget Book will be created

Pass

N/A

N/A

BP010

Step Description : Define Budget Organization 1. Enter Organization name " DGB Org, Central Org and Kanwil Org 2. Enter Description 3. Click Ranges button 4. Enter range account code combination ( Low - High ) and budgetary control options. BA/Echelon/SU/Central-Kanwil-KPPN/Fund/Authority/FuncSubFunc/Prog-Prio-Focus/Activ-ActivPrio/ Location /BudgetStage/Account(6)/Future Define Budget DGB Org : 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01 51.1.511141.0000 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01 51.1.523119.0000 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01 51.1.523120.0000 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.01 52.1.423213.0000 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.01 52.1.712122.0000 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.01 52.1.711112.0000 999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.06 01.1.119119.0000018.E0012.295213.020.01000001.02.0403. 01801.0180105.2952.1.551313.0000 018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.29 52.1.551316.0000 018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.29 52.1.551318.0000022.E0015.412801.133.01000001.01.0408. 02205.0220501.0152.1.532111.0000 022.E0015.412801.140.01000001.01.0408.02205.0220501.01 52.1.536111.0000 Above code combination will be set Boundary: Period and Amount type :YTD, Fund Check : Advisory, Budget : APBN2010

SA001 (N)OPSF(I) Dossier > GL > Budgets > Define > Organization

C_00 002

Define Organizati on

Setup Account range than will be budgeted

DGB

24Mar2010

24-Mar2010

N/A

Account combin ation for each Budget Organiz ation will be assigne d

Pass

N/A

N/A

BP010

256

Scenario ID Process Name Process ID Case ID Business Case Business Requirement (Required Information) Path Owner

Test Plan Date

Test Execute Date

Execution Result Step Test Procedure Ref No. Expected Result Result Detail Execution Result Issue NO

Cross Process ID

Gap /Fit

Central Org : 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01 51.2.511141.0000 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01 51.2.523119.0000 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01 51.2.523121.0000 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01501.0070128.01 52.2.423213.0000 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01501.0070128.01 52.2.712122.0000 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01501.0070128.01 52.2.711112.0000 999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.06 01.2.6111211.0000 999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.06 01.2.6111212.0000 999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.06 02.2.6111211.0000 999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.06 02.2.6111212.0000 022.E0015.412801.133.01000001.01.0408.02205.0220501.01 52.2.532111.0000 022.02204.412801.140.01000001.01.0408.02205.0220501.01 52.2.536111.0000 Above code combination will be set Boundary: Year and Amount type :YTD, Fund Check : Advisory, Budget : FUNDING2010 Kanwil Org : 018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.29 52.2.551313.0000 018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.29 52.2.551316.0000 018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.29 52.2.551318.0000 Above code combination will be set Boundary: Period and Amount type:YTD, Fund Check : Advisory, Budget : FUNDING2010 5. Print report Budget - Organization Listing Once annual budget is approved by parliament, it will be interfaced to general ledger by DGB with Presidential decree of RABPP (central goverment detail budget). It will be lowest level(6 digits economic classification) and PTD balance BA/Echelon/SU/CentralKanwilKPPN/Fund/Authority/Func Step Description : Review and Post Budget Journal 1. Find the the budget journal "Source = Budget Journal, Status = Unposted" 015.E0010.119091.133. 01000001.01.0690.091 02.0910202.0151.1.511 141.0000(DB) 015.E0010.119091.133. 01000001.01.0690.091 02.0910202.0151.1.523 119.0000(DB) 015.E0010.119091.133. 01000001.01.0690.091 02.0910202.0151.1.523 121.0000(DB) 015.E0011.537721.019. 01000001.01.0401.015 01.0070128.0152.1.711

Budget Appropri ation (Annual Budget)

SA002

C_00 001

Interface annual budget appropriat ion from PSB

(N)OPSF(I) Dossier > GL > Journals > Enter

DGT

24Mar2010

24-Mar2010

SA001 SA002 SA004

Find journal from PSB

Pass

SA_I_00010 SA_I_00015

N/A

Fit

257

Scenario ID Process Name Process ID Case ID Business Case Business Requirement (Required Information) -SubFunc/Prog-PrioFocus/Activ-ActivPrio/ Location/BudgetStage/Acco unt(6)/Future Path Owner

Test Plan Date

Test Execute Date

Execution Result Step Test Procedure Ref No. Expected Result Result Detail Execution Result 112.0000(DB) 015.E0011.537721.019. 01000001.01.0401.015 01.0070128.0152.1.712 122.0000(DB) 015.00000.000000.000. 00000000.00.0000.000 00.0000000.0000.1.311 214.0000(CR) 015.E0011.537721.019. 01000001.01.0401.015 01.0070128.0152.1.423 213.0000(CR) Issue NO

Cross Process ID

Gap /Fit

Post Budget Journal

Post Budget Journal

(N) Change Responsibility to Public Sector General Ledger (N) OPSF(I)> Dossier >GL>Post

DGT

24Mar2010

24-Mar2010

Step Description : Review and Post Budget Journal 1. Change responsibility to Public Sector General Ledger 2. Select the budget journal 3. Review Batch and click Post 4. Print report Trial Balance Budget

Budget Journal will be POSTED

Pass

C_00 002

Create new Budget and copy Budget as a backup to maintain history of this budget

Create new Budget and copy Budget as a backup to maintain history of this budget

(N)OPSF(I) Dossier > GL > Budgets > Define > Budget

DGT

24Mar2010

24-Mar2010

Step Description : Enter Budget 1. Enter Budget "APBN2010COPY" 2. Enter Description "APBN 2010 BACKUP BUDGET" 3. Enter Status : Open 4. Enter First and Last Budget Period "Jan-10" and "Adj-10" 5. Click Autocopy button and choose "APBN2010" budget to be copied 6. Save your work

Budget balance s will be copied

Pass

N/A

Fit

Budget Apportio nment

SA003

Annual Budget Apportion ment from DGB Org to Line Ministry Org ( YTD Balances will be inputted in Jan-09 and this demo without Approval hierarchy )

Not Required in CRP1 ( There is no process annual budget apportionment from DGB to Line Ministry

N/A

N/A

N/A

N/A

N/A

N/A

258

Scenario ID Process Name Process ID Case ID Business Case Business Requirement (Required Information) In Concept DIPA, there is Annual Financial Plan which is PTD balance. 1. After annual budget alloment registration, AFP information will be reviewed in SPAN system based on Concept DIPA. - Annual Financial Plan in database will be at lowest level (6 digits economic classification) and PTD balance but for reporting can be printed at 2 digits. BA/Echelon/SU/CentralKanwilKPPN/Fund/Authority/Func -SubFunc/Prog-PrioFocus/Activ-ActivPrio/ Location/BudgetStage/Acco unt/Future 2. Head of Kanwil/Dit PA will approve it. Every month Spending Units will provide update AFP Revision information(Offine) 1. Spending Unit will send AFP Revision document to KPPN for updating AFP. - AFP Revision document will be 2 digits. but SU will provide detail information 6 digits economic classification by monthly but for reporting can be printed at 2 digits. BA/Echelon/SU/CentralKanwilKPPN/Fund/Authority/Func -SubFunc/Prog-PrioPath Owner

Test Plan Date

Test Execute Date

Execution Result Step Test Procedure Ref No. Expected Result Result Detail Execution Result Issue NO

Cross Process ID

Gap /Fit

Because from PSB already break down into PTD balance process allotment and AFP will be done in the next process (Allotment process ) Step Description : Review AFP Information 1. Enter Budget "FUNDING2010" 2. Enter Budget Organization : "Central Org " or "Kanwil Org" 3. Enter Period : From and To Period View AFP Informa tion by month

C_00 001

Annual FP Review

(N)OPSF(I) Dossier > GL > Budgets > Enter > Journals

24Mar2010

24-Mar2010

DG T

Pass

N/A

Annual Financial Plan

SA005

SA018 SA019 AFPR1-2010-2 Journal : Batch Name : CJE: Transfer 5838092: B 018.E0012.295213.020. 01000001.02.0403.018 01.0180105.2952.2.551 316.0000 (DB ) - Feb 201025.000.000

SA_I_00006

BC002 BC003 PM00 1

DGT

26Mar2010

26-Mar2010

Step Description : 1. Login as : KPPN USER 2. Select Dossier Type : AFP-Rev-295213 3. Enter Dossier Name : AFP Revision for SU 119091 and Description : Annual Financial Plan Revision for SU code 119091

Find the Dossier Type that want to be used

Pass

C_00 002

Update Annual Financial Plan

(N)OPSF(I) Dossier > Dossier Maintenance 26Mar2010 26-Mar2010

DGT

Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account : 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29 52.2.551313.0000 3. Enter Period Name : Jan-10

Fit

Range account can be selected

Pass

018.E0012.295213.020. 01000001.02.0403.018 01.0180105.2952.2.551 316.0000 (CR) - Jan 2010 - 25.000.000

259

Scenario ID Process Name Process ID Case ID Business Case Business Requirement (Required Information) Focus/ActivActivPrio/Location/BudgetS tage/Account/Future - Based on AFP Revision, Head of KPPN will register AFP Revision in SPAN System. 2. Head of KPPN will approve it and send AFP Revision to Spending Unit. Path Owner

Test Plan Date

Test Execute Date

Execution Result Step Test Procedure Ref No. Expected Result Result Detail Execution Result Issue NO

Cross Process ID

Gap /Fit

DGT

26Mar2010

26-Mar2010

Enter Destination Budget Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29 52.2.551313.0000 3 3. Enter Period Name : Feb-10

Range account can be selected

Pass

Step Description : Check 1. Click Check 2. Reserve 3. Click Approve button 26Mar2010 26-Mar2010

and Reserve Funds

Funds button Funds

DGT

Fund will be reserve d and Dossier transact ion will be saved with status "Creatin g" Find the Dossier transact ion and after Approv ed the status will be changed to "Compl ete"

Pass

N/A

Approve Dossier Transactio n

Approve Dossier Transaction based on approval hierarchy that already defined

(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor >Administrator Workflow >Notifications

DGT

26Mar2010

26-Mar2010

Step Description : Approval 1. Login as : KPPN HEAD 1. Select the Dossier transaction " AFP-Rev-295213" 2. Click Approve

Pass

N/A

Print Report

Check report

(N) OPSF(I) > Dossier > GL > Request > Standard

DGT

26Mar2010

26-Mar2010

Step Description : Print 1. Click 2. Select 3. Print reports Trial Balance - Budget - Funds Available Analysis

Report View Request : Budget

The transact ion show in the report

Pass

N/A

260

Scenario ID Process Name Process ID Case ID Business Case Business Requirement (Required Information) Once DGB interface approved budget, they will inform to Dit PA and SU will use DIPA system to print concept DIPA and send it to Dit PA. (Offline) 1. Once Dit PA get concept DIPA from SU, they will review with SPAN system and it is matched, they will register budget allotment information in SPAN system. Annual allotment process will be at lowest level (6 digits economic classification) and PTD balance BA/Echelon/SU/CentralKanwilKPPN/Fund/Authority/Func -SubFunc/Prog-PrioFocus/ActivActivPrio/Location/BudgetS tage/Account(6)/Future - DIPA with authority code Central Office, Assistance Task and CoAdministration will be approved and printed by Dit PA - If during process Review DIPA, Head of Dit PA find the documents from Spending Unit is not complete yet, Dit PA will block certain economic classification, so spending unit cannot use it until Spending Unit complete all the documents,( This blockade fund still in budget stage 1 ) - Need to protect certain expenditure so this expenditure cannot be switched/used with others expenditure ( During setup Dossier type, make sure that this certain expenditure not include in source account ) Path Owner

Test Plan Date

Test Execute Date

Execution Result Step Test Procedure Ref No. Expected Result Result Detail Execution Result Issue NO SA_I_00008 SA_I_00011 SA_I_00012 SA_I_00013 SA_I_00014 SA_I_00017

Cross Process ID BC002 BC003 PM00 1

Gap /Fit

Step Description : Creating Budget Transfers to allocate budget funds 1. Login as user : PA USER 2. Select Dossier Type : 3. Enter Dossier Name : Central-119091 Description : Allotment & AFP in Central for SU 119091

Find the Dossier Type that want to be used

Pass

ALLC1-2010-2 Batch Name : CJE: Transfer 5836852: B Journal : 015.E0010.119091.133. 01000001.01.0690.091 02.0910202.0151.2.511 141.0000 (DB) - Jan 2010 - 166,666,666.67

Budget Allotmen t

SA004

C_00 001

Budget Allotment from DGT to LM HO

2 (N)OPSF(I) Dossier > Dossier Maintenance 24Mar2010 24-Mar2010

Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : APBN 2010 2. Enter Account : 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01 51.1.511141.0000 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01 51.1.523119.0000 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01 51.1.523120.0000 3. Enter Period Name : Jan-10 Dec-10 Step Description : Enter Destination Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account and amount : 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01 51.2.511141.0000 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01 51.2.523119.0000 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01 51.2.523120.0000 3. Enter Period Name : Jan-10 - Dec-10

015.E0010.119091.133. 01000001.01.0690.091 02.0910202.0151.1.511 141.0000 (CR ) - Jan 2010166,666,666.67

SA010 SA011 SA012 SA013 SA014 SA015 SA017

Range account can be selected

Pass

ALLC1-2010-6 Journal : Batch Name : CJE: Transfer 5838467: B 015.E0010.119091.133. 01000001.01.0690.091 02.0910202.0151.2.523 119.0000 (DB) - Jan 2010 - 83,333,333.33

015.E0010.119091.133. 01000001.01.0690.091 02.0910202.0151.1.523 119.0000 (CR ) - Jan 201083,333,333.33 Fund will be reserve d and Dossier transact ion will be saved with status "Creatin g"

Step Description : Check 1. Click Check 2. Reserve 3. Click Approve button

and Reserve Funds

Funds button Funds

Pass

261

Scenario ID Process Name Process ID Case ID Business Case Business Requirement (Required Information) Path Owner

Test Plan Date

Test Execute Date

Execution Result Step Test Procedure Ref No. Expected Result Find the Dossier transact ion and after Approv ed the status will be changed to "Compl ete" Result Detail Execution Result Issue NO

Cross Process ID

Gap /Fit

Approve Dossier Transactio n

Approve Dossier Transaction based on approval hierarchy that already defined

(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor >Administrator Workflow >Notifications

DGT

24Mar2010

24-Mar2010

Step Description : 1. Login as : 1. Select the Dossier transaction 2. Click Approve

Approval PA HEAD "Central-119091"

Pass

Print Report

Check report

(N) OPSF(I) > Dossier > GL > Request > Standard

DGT

24Mar2010

24-Mar2010

Step Description : Print 1. Click 2. Select 3. Print reports Trial Balance Budget Funds Available - FSG APBN - ALLOTMENT

Report View Request : Budget Analysis

The transact ion show in the report

Pass

C_00 002

Budget Allotment from Kanwil to SU

Once DGB interface approved budget, Dit PA will inform Kanwil that approved budget is uploaded. SU will use DIPA system to print concept DIPA and send it to related Kanwil. (Offline)

(N)OPSF(I) Dossier > Dossier Maintenance

DGT

25Mar2010

25-Mar2010

Step Description : Creating Budget Transfers to allocate budget funds 1. Login as user : KANWIL USER 2. Select Dossier Type : Kanwil-SU295213 3. Enter Dossier Name : Kanwil-SU295213 Description : Allotment & AFP in Kanwil for SU 295213

SA010 SA011 SA012 SA013 SA014 SA015 SA017

Find the Dossier Type that want to be used

Pass

ALLK1-2010-1 Journal : Batch Name : CJE: Transfer 5837149: B 018.E0012.295213.020. 01000001.02.0403.018 01.0180105.2952.2.551 316.0000 (DB) - Jan 2010 - 100,000,000.00

262

Scenario ID Process Name Process ID Case ID Business Case Business Requirement (Required Information) 1. Once Kanwil get concept DIPA from SU, they will review with SPAN system and it is matched, they will register budget allotment information in SPAN system. Annual allotment process will be at lowest level (6 digits economic classification) and PTD balance BA/Echelon/SU/CentralKanwilKPPN/Fund/Authority/Func -SubFunc/Prog-PrioFocus/ActivActivPrio/Location/BudgetS tage/Account(6)/Future - DIPA with authority code Region Office and Deconcentration will be approved and printed by Head of Kanwil - If during process Review DIPA, Head of Kanwil find the documents from Spending Unit is not complete yet, Dit PA will block certain economic classification, so spending unit cannot use it until Spending Unit complete all the documents, ( This blockade fund still in budget stage 1 ) - Need to protect certain expenditure so this expenditure cannot be switched/used with others expenditure ( During setup Dossier type, make sure that this certain expenditure not include in source account ) Path Owner

Test Plan Date

Test Execute Date

Execution Result Step Test Procedure Ref No. Expected Result Result Detail Execution Result Issue NO

Cross Process ID

Gap /Fit

Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : APBN 2010 2. Enter Account : 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29 52.1.551313.0000 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29 52.1.551316.0000 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29 52.1.551318.0000 3. Enter Period Name : Jan-10 2 Step Description : Enter Destination Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account and amount : 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29 52.2.551313.0000 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29 52.2.551316.0000 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29 52.2.551318.0000 3. Enter Period Name : Jan-10

018.E0012.295213.020. 01000001.02.0403.018 01.0180105.2952.1.551 316.0000 (CR ) - Jan 2010100,000,000.00

Range account can be selected

Pass

Step Description : Check 1. Click Check 2. Reserve 3. Click Approve button

and Reserve Funds

Funds button Funds

Fund will be reserve d and Dossier transact ion will be saved with status "Creatin g"

Pass

Approve Dossier Transactio n

Approve Dossier Transaction based on approval hierarchy that already defined

(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor >Administrator Workflow >Notifications

DGT

25Mar2010

25-Mar2010

Step Description : Approval 1. Login as : KANWIL HEAD 1. Select the Dossier transaction "Kanwil-SU295213" 2. Click Approve

Find the Dossier transact ion and after Approv ed the status will be changed to

Pass

263

Scenario ID Process Name Process ID Case ID Business Case Business Requirement (Required Information) Path Owner

Test Plan Date

Test Execute Date

Execution Result Step Test Procedure Ref No. Expected Result "Compl ete" Result Detail Execution Result Issue NO

Cross Process ID

Gap /Fit

Print Report

Check report

(N) OPSF(I) > Dossier > GL > Request > Standard

DGT

25Mar2010

25-Mar2010

Step Description : Print 1. Click 2. Select 3. Print reports Trial Balance Budget Funds Available - FSG APBN - ALLOTMENT

Report View Request : Budget Analysis

Report run successf ully

Pass

Once DGB interface approved budget, the DIPA BUN will not be created yet by each directorate who manage DIPA BUN until the supporting documents for each particular transactions is ready. 1. Once Dit PA get concept DIPA from each Directorate, they will review with SPAN system and it is matched, they will register budget allotment information in SPAN system. - Annual allotment process will be at lowest level (6 digits economic classification) level, from summary account into detail account and PTD Balance BA/Echelon/SU/CentralKanwilKPPN/Fund/Authority/Func -SubFunc/Prog-PrioFocus/Activ-ActivPrio/ Location/BudgetStage/Acco unt/Future - DIPA BUN will use authority code Central Office and approve by Head

Step Description : Creating Budget Transfers to allocate budget funds 1. Login as user : PA USER 2. Select Dossier Type : Central-SU999204 3. Enter Dossier Name : Central-SU999204 Description : Allotment & AFP in Central for SU 999204

Find the Dossier Type that want to be used

Pass

C_00 003

Budget Allotment for DIPA BUN

(N)OPSF(I) Dossier > Dossier Maintenance

Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : APBN 2010 2. Enter Account : 999.99905.999204.999.01000000.05.0106.01006.0100601.06 01.1.119119.0000 DGT 25Mar2010 25-Mar2010 3. Enter Period Name : Jan-10 Dec-10

Step Description : Enter Destination Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account and amount : 999.99905.999204.999.01000000.05.0106.01006.0100601.06 01.2.6111211.0000 999.99905.999204.999.01000000.05.0106.01006.0100601.06 01.2.6111212.0000 3. Enter Period Name : Jan-10 - Dec-10

SA010 SA011 SA012 SA013 SA014 SA015 SA017

ALLC3-2010-4 Journal : Batch Name : CJE: Transfer 5837149: B 999.E0014.999204.999. 01000001.05.0106.010 06.0100601.0601.2.611 121.0000 (DB) - Jan 2010 - 3,333,333.33 999.E0014.999204.999. 01000001.05.0106.010 06.0100601.0601.2.611 121.0000 (DB) - Jan 2010 - 50,000,000.00

SA_I_00003 SA_I_00008 SA_I_00011 SA_I_00012 SA_I_00013 SA_I_00014 SA_I_00016 SA_I_00017

BC002 BC003 PM00 1

Range account can be selected

999.E0014.999204.999. 01000001.05.0106.010 06.0100601.0601.1.119 119.0000 (CR) - Jan 2010 - 53,333,333.33 Pass

264

Scenario ID Process Name Process ID Case ID Business Case Business Requirement (Required Information) of Dit PA. Path Owner

Test Plan Date

Test Execute Date

Execution Result Step Test Procedure Ref No. Expected Result Fund will be reserve d and Dossier transact ion will be saved with status "Creatin g" Find the Dossier transact ion and after Approv ed the status will be changed to "Compl ete" Result Detail Execution Result Issue NO

Cross Process ID

Gap /Fit

Step Description : Check 1. Click Check 2. Reserve 3. Click Approve button

and Reserve Funds

Funds button Funds

Approve Dossier Transactio n

Approve Dossier Transaction based on approval hierarchy that already defined

(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor >Administrator Workflow >Notifications

DGT

25Mar2010

25-Mar2010

Step Description : Approval 1. Login as : PA HEAD 1. Select the Dossier transaction "Central-SU999204" 2. Click Approve

Print Report

Check report

(N) OPSF(I) > Dossier > GL > Request > Standard

DGT

25Mar2010

25-Mar2010

Step Description : Print 1. Click 2. Select 3. Print reports Trial Balance Budget Funds Available - FSG APBN - ALLOTMENT

Report View Request : Budget Analysis

Report run successf ully

Once DGB interface approved budget, they will inform to Dit PA and SU will use DIPA system to print concept DIPA and send it to Dit PA. (Offline) C_00 004 Budget Allotment for DIPA BLU 1. Once Dit PA get concept DIPA from SU, they will review with SPAN system and it is matched, they will register budget allotment information in SPAN system. Annual allotment process will be at lowest

(N) OPSF(I) > Dossier > GL > Setup> Summary

Input additional Budget balances using control account 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.01 52.2.999999.0000 Step Description : 1. Choose Budget name : FUND2010 2. Input Batch Name : Revise end of Year SU 537721 3. From : Budget Organization Central Org Account : 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.01 52.2.999999.0000 4. To : Budget Organization : Central Org Account :

(N)OPSF(I) Dossier > Dossier Maintenance

DGT

SA010 SA011 SA012 SA013 SA014 SA015 SA017

Pass

N/A

SA_I_00018

BC002 BC003 PM00 1

265

Scenario ID Process Name Process ID Case ID Business Case Business Requirement (Required Information) level (6 digits economic classification) and PTD balance BA/Echelon/SU/CentralKanwilKPPN/Fund/Authority/Func SubFunc/Prog-PrioFocus/ActivActivPrio/Location/BudgetS tage/Account(6)/Future - DIPA with authority code Central Office, Assistance Task and CoAdministration will be approved by Dit PA. 2. Head of Dit PA will approve it. For DIPA BLU because they have their own revenue, BC and PM transactions can exceed YTD balance based on certain percentage rules 5%,10% etc . There are two scenarios need to consider : a. Tolerance apply to total Spending Unit and end of year Spending Unit must make revision of its DIPA. b. Every 3 months, Spending Unit will send SPM Pengesahan to KPPN but before that SPM Pengesahan is inputted into system , Spending Unit must make revision of its DIPA. Solutions : Scenario a, create Summary Account template based on total SU with total account values D.D.SU537721.D.T.D.T.T.T. T.DIPA.T.D Create additional budget using Control Account. (999999) Scenario b, because this revision no need approval process, can use Budget Transfer function to do this process Path Owner

Test Plan Date

Test Execute Date

Execution Result Step Test Procedure 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.01 52.2.423213.0000 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.01 52.2.712122.0000 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.01 52.2.711112.0000 5. Input Transfer Amount : Ref No. Expected Result Result Detail Execution Result Issue NO

Cross Process ID

Gap /Fit

266

Scenario ID Process Name Process ID Case ID Business Case Business Requirement (Required Information) Path Owner

Test Plan Date

Test Execute Date

Execution Result Step Test Procedure (Scenario A) Step Description : Creating Budget Transfers to allocate budget funds 1. Login as user : PA USER 2. Select Dossier Type : Central-986829 3. Enter Dossier Name : Allotment for reserve fund from SU 986829 Description : Transfer Reserve fund because of Natural Disaster Ref No. Expected Result Result Detail Execution Result ALLC4-2010-1 Journal : Batch Name : CJE: Transfer 5838467: B 015.E0003.414406.006. 01000001.02.0302.103 01.1030406.0855.2.534 111.0000 (DB) - Jan 2010 - 700,000.00 015.E0003.414406.006. 01000001.02.0302.103 01.1030406.0855.2.523 111.0000 (DB) - Jan 2010 - 300,000.00 999.E0002.986829.140. 01000001.01.0103.103 04.1030105.0151.1.581 149.0000 (CR) - Jan 2010 - 1,000,000.00 Issue NO SA_I_00008 SA_I_00011 SA_I_00012 SA_I_00013 SA_I_00014 SA_I_00016 SA_I_00017

Cross Process ID BC002 BC003 PM00 1

Gap /Fit

Once DGB interface approved budget, this DIPA will not be created yet until the Goverment need to use it for special circumtances ( example Natural Disaster ). 1. The president will ask Ministry of Finance to prepare DIPA 2. Ministry of Finance will ask Dit PA team to create this DIPA and allocate it to Line Ministry that needed this fund. - Annual allotment process will be at lowest level (6 digits economic classification) level, from summary account ( miscellenaous expenditure ) into detail account and PTD Balance BA/Echelon/SU/CentralKanwilKPPN/Fund/Authority/Func -SubFunc/Prog-PrioFocus/Activ-ActivPrio/ Location/BudgetStage/Acco unt/Future There are two scenarios need to be consider : a. The outcome of the fund is belongs to MOF ( BUN ), example Contingency Fund for Bank Restructuring b. The outcome of the fund is belongs to Line Ministry , allot from BA 999 to BA LM

30Mar2010

30-Mar2010

(Scenario B) Step Description : Creating Budget Transfers to allocate budget funds 1. Login as user : PA USER 2. Select Dossier Type : Central-986829 3. Enter Dossier Name : Allotment for reserve fund from SU 986829 Description : Transfer Reserve fund because of Natural Disaster Find the Dossier Type that want to be used SA010 SA011 SA012 SA013 SA014 SA015 SA017 Range account can be selected Pass

C_00 005

Budget Allotment for Reserve Fund DIPA

Scenario A) Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : APBN 2010 2. Enter Account : 999.E0002.986829.140.01000001.01.0103.10304.1030105.01 51.1.581149.0000 (N)OPSF(I) Dossier > Dossier Maintenance DGT 1 3. Enter Period Name : Jan-10 - Dec-10 Step Description : Enter Destination Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account and amount : 015.E0003.414406.006.01000001.02.0302.10301.1030406.08 55.2.534111.0000 015.E0003.414406.006.01000001.02.0302.10301.1030406.08 55.2.523111.0000 3. Enter Period Name : Jan-10 (Scenario B) Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : APBN 2010 2. Enter Account : 999.E0002.986829.140.01000001.01.0103.10304.1030105.01 51.1.581149.0000 30-Mar2010 3. Enter Period Name : Jan-10 - Dec-10 Step Description : Enter Destination Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account and amount : 015.E0003.414406.006.01000001.02.0302.10301.1030406.08 55.2.534111.0000 015.E0003.414406.006.01000001.02.0302.10301.1030406.08 55.2.523111.0000 3. Enter Period Name : Jan-10

Pass

30Mar2010

267

Scenario ID Process Name Process ID Case ID Business Case Business Requirement (Required Information) Path Owner

Test Plan Date

Test Execute Date

Execution Result Step Test Procedure Ref No. Expected Result Fund will be reserve d and Dossier transact ion will be saved with status "Creatin g" Result Detail Execution Result Issue NO

Cross Process ID

Gap /Fit

(Scenario A) Step Description : Check and Reserve Funds 1. Click Check Funds button 2. Reserve Funds 3. Click Approve button 30Mar2010 (Scenario B) Step Description : Check and Reserve Funds 1. Click Check Funds button 2. Reserve Funds 3. Click Approve button

30-Mar2010

Pass

(Scenario A) Step Description : Approval 1. Login as : PA HEAD 1. Select the Dossier transaction "Central-986829" 2. Click Approve (N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor >Administrator Workflow >Notifications (Scenario B) Step Description : Approval 1. Login as : PA HEAD 1. Select the Dossier transaction "Central-986829" 2. Click Approve

Approve Dossier Transaction

Approve Dossier Transaction based on approval hierarchy that already defined

DGT

30Mar2010

30-Mar2010

Find the Dossier transact ion and after Approv ed the status will be changed to "Compl ete"

Pass

Step Description : Print Report 1. Click View 2. Select Request 3. Print reports : - Trial Balance Budget - Budget - Funds Available Analysis - FSG APBN ALLOTMENT Print Report Check report (N) OPSF(I) > Dossier > GL > Request > Standard DGT 30Mar2010 30-Mar2010 5 Report run successf ully Pass

268

Scenario ID Process Name Process ID Case ID Business Case Business Requirement (Required Information) When Ministry of Finance announce that some expenditure need to be reduced without changing budget ceiling, then cash limit process will be applied. Ministry of Finance will make guide. For example, reduce employee salary up to 85%. As per guide, SU will prepare their updated AFP plan, and submit to KPPN. 1. KPPN will register their updated AFP plan which total ceiling for AFP is different with budget ceiling - Cash limit process in the system will be the same machanism with AFP. - Cash Limit will use monthly AFP information for blocking Commitment and Payment Management transaction - Blocking process is 4 digits account blocking and 2 digits account blocking for and PTD balances 2. Head of Kanwil/Dit PA will approve it. When reduce rate and specific account is decided byMOF, PA can reduce AFP information in the system automatically, for example reduce 10% for SU 295213 and for economic classification 551313 When Cash Limit is imposed, commitment and payment will be blocked by Cash Limit(Cash limit = Updated AFP) Path Owner

Test Plan Date

Test Execute Date

Execution Result Step Test Procedure Ref No. Expected Result Result Detail Execution Result Issue NO

Cross Process ID

Gap /Fit

Step Description : 1. Define Mass Budget formula depends on the requirement 2. Click Formulas 3. Input Formula Name " Reduce 10% for SU 295213 and acct 551313 "and Description " Reduce 10% for SU 295213 and acct 551313 " 4. Create formula : A: 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29 52.2.551313.0000 B : 10 C : 100 O: 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29 52.2.551313.0000 T: 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29 52.9.551313.0000 Formula : A * B/C = T SU 295213 - acct 551313 - budget code 1 will be reduced 10% and SU 295213-acct 551313 - budget code 9 will be increased 10%. (N)OPSF(I) Dossier > GL > Budget > Define > Mass Budget DGT 25Mar2010 25-Mar2010 1

Cash Limit

SA014

C_00 001

Make sure that transactio n for each SU cannot exceed monthly budget balance

SA020 SA021 SA022 SA023 SA024

Journal generat ed

Pass

Journal Name : Reduce 10% for all SU MOF Accrual Ledger Source : MassAllocation

SA_I_00007

BC002 BC003 PM00 1

Fit

269

Scenario ID Process Name Process ID Case ID Business Case Business Requirement (Required Information) Path Owner

Test Plan Date

Test Execute Date

Execution Result Step Test Procedure Ref No. Expected Result Result Detail Execution Result Issue NO

Cross Process ID

Gap /Fit

Generate Mass Budget

Generate program to calculate budget reduction based on certain percentage

(N) OPSF(I) > Dossier > GL > Budget > Generate > Mass Budget

DGT

25Mar2010

25-Mar2010

Step Description :Choose Mass Budget Formula 1. Selet Mass Budget Formula " Reduce 10% for SU 295213 and acct 551313" 1. Select which period the budget will be reduced.

Because of the virement will change Presidential Decree RABPP, Spending Unit need to ask approval to DGB for its virement. Once the virement is approved, DGB will prepare notification then Spending Unit will send Concept DIPA-R to Dit PA or Kanwil. 1. Register Budget Virement by DGB : - Based on Virement request from Spending Unit, DGB will register Virement in SPAN System 2. DGB will approve it. - After DGB approve, DGT will get notification through SPAN system 3. DGT will review notification and approve it DGT will review notification from DGB with DIPA-R from Spending Unit - DGT will approve this notification. 4. Dit PA or Kanwil will print DIPA Revision through SPAN System. -Below changes need to be approved by DGB : BA,Echelon,SU,FuncSubFunc,Prog-PrioFocus,Activ-ActivPrio

Step Description : Creating Budget Transfers to allocate budget funds 1. Login as : DGB USER 2. Select Dossier Type : Virement Pepres SU537721 3. Enter Dossier Name : Virement process change Perpres for SU537721 and Description : Virement process change Perpres for SU537721 Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account : 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01501.0070128.01 52.2.711112.0000 3. Enter Period Name : Jan-10 Step Description : Enter Destination Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account : 015.E0009.410656.019.01000001.01.0401.01501.0070128.01 52.2.711112.0000

VIRM1-2010-1 Journal : Batch Name : CJE: Transfer 5838467: B 015.E0009.410656.019. 01000001.01.0401.015 01.0070128.0152.2.711 112.0000 (DB) - Jan 2010 - 83,333,333.33 Batch Name : CJE: Transfer 5838092: B 015.E0011.537721.019. 01000001.01.0401.015 01.0070128.0152.2.711 112.0000 (CR) - Jan 2010 - 83,333,333.33 Pass

Virement process will change Presidenti al Decree RABPP C_00 001

(N)OPSF(I) Dossier > Dossier Maintenance

DGB

26Mar2010

26-Mar2010

Find the Dossier Type that want to be used Range account can be selected SA013

Virement

SA006

SA_I_00002

BC002 BC003 PM00 1

Approve Dossier Transactio ns

DGB user will input Virement into SPAN System

(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor >Administrator Workflow >Notifications

Step Description : Check and Reserve Funds 1. Click Check Funds button 2. Reserve Funds 3. Click Approve button DGB 26Mar2010 26-Mar2010 2

Fund will be reserved and Dossier transacti on will be saved with status "Creating "

Pass

N/A

270

Scenario ID Process Name Process ID Case ID Business Case Business Requirement (Required Information) Path Owner

Test Plan Date

Test Execute Date

Execution Result Step Test Procedure Ref No. Expected Result Approv ed related Dossier transact ion, notificat ion will be sent to next hierarch y Approv ed related Dossier transact ion, notificat ion will be sent to next hierarch y Find the Dossier transact ion and after Approv ed the status will be changed to "Compl ete" Result Detail Execution Result Issue NO

Cross Process ID

Gap /Fit

Approve Dossier Transactio ns

DGB manager will review again and send notification to DGT

(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor >Administrator Workflow >Notifications

DGB

26Mar2010

26-Mar2010

Step Description : Approval 1. Login as : DGB HEAD 1. Select the Dossier transaction "Virement Pepres SU295213" 2. Click Approve

Pass

N/A

Approve Dossier Transactio ns

DGT user will review it with Concept DIPA-R from SU

(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor >Administrator Workflow >Notifications

DGT

26Mar2010

26-Mar2010

Step Description : Approval 1. Login as : PA User 1. Select the Dossier transaction "Virement Pepres SU295213" 2. Click Approve

Pass

N/A

Approve Dossier Transactio ns

DGB manager will review it again and approve it

(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor >Administrator Workflow >Notifications

DGT

26Mar2010

26-Mar2010

Step Description : Approval 1. Login as : PA Head 1. Select the Dossier transaction "Virement Pepres SU295213" 2. Click Approve

Pass

N/A

Print Report

Check report

(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor >Administrator Workflow >Notifications

DGT

26Mar2010

26-Mar2010

Step Description : Print Report 1. Click View 2. Select Request 3. Print reports : - Trial Balance Budget - Budget - Funds Available Analysis

Report run successf ully

Pass

N/A

C_00 002

Virement process will not change Presidenti al Decree RABPP

Spending Unit prepare "Request of DIPA Revision" letter and send it to Dit PA or Kanwil(currently SU prepares this letter manually)

(N)OPSF(I) Dossier > Dossier Maintenance

DGT

26Mar2010

26-Mar2010

Step Description : 1. Login as : PA HEAD 2. Select Dossier Type : " Virement DGT SU295213" 3. Enter Dossier Name : Virement process for SU 295213 and Description : Virement Process for SU 295213

Find the Dossier Type that want to be used

Pass

VIRM2-2010-2 Journal : Batch Name : CJE: Transfer 5839281: B 018.E0012.295213.127. 01000001.02.0403.018

271

Scenario ID Process Name Process ID Case ID Business Case Business Requirement (Required Information) 1. Dit PA or Kanwil will review this Request of DIPA Revision letter and register in SPAN system. 2. Head of Kanwil/Dit PA will approve it. 3. Dit PA or Kanwil will print DIPA Revision through SPAN System. -Below changes need to be approved by DGT : Central-KanwilKPPN/Location/Account( only if first 2 digits change ) Path Owner

Test Plan Date

Test Execute Date

Execution Result Step Test Procedure Ref No. Expected Result Result Detail Execution Result 01.0180105.2952.2.551 313.0000 (DB) - Jan 2010 - 10,000,000.00 Range account can be selected Issue NO

Cross Process ID

Gap /Fit

Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account : 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29 52.2.551313.0000 3. Enter Period Name : Jan-09

018.E0012.295213.020. 01000001.02.0403.018 01.0180105.2952.2.551 313.0000 (CR) - Jan 2010 - 10,000,000.00

Step Description : Enter Destination Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account : 018.E0012.295213.127.01000000.02.0403.01801.0180105.29 52.2.551313.0000 3. Enter Period Name : Jan-09

Range account can be selected

Step Description : Check and Reserve Funds 1. Click Check Funds button 2. Reserve Funds 3. Click Approve button

Fund will be reserve d and Dossier transact ion will be saved with status "Creatin g"

Approve Dossier Transactio ns

Approve Dossier Transaction based on approval hierarchy that already defined

(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor >Administrator Workflow >Notifications

DGT

26Mar2010

26-Mar2010

Step Description : Approval 1. Login as : Head of Dit PA User 1. Select the Dossier transaction "Virement DGT SU295213" 2. Click Approve

Find the Dossier Type that want to be used

Pass

N/A

Print Report

Check report

(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor >Administrator Workflow >Notifications

DGT

26Mar2010

26-Mar2010

Step Description : Print Report 1. Click View 2. Select Request 3. Print reports : - Trial Balance Budget - Budget - Funds Available Analysis

Report run successf ully

Pass

N/A

272

Scenario ID Process Name Process ID Case ID Business Case Business Requirement (Required Information) Path Owner

Test Plan Date

Test Execute Date

Execution Result Step Test Procedure Ref No. Expected Result Result Detail Execution Result VIRM3-2010-2 Journal : Batch Name : CJE: Transfer 5838467: B 015.E0010.119106.139. 01000001.01.0690.091 02.0910202.0151.2.523 119.0000 (DB) - Jan 2010 - 3,333,333.33 015.E0010.119091.133. 01000001.01.0690.091 02.0910202.0151.2.523 119.0000 (CR) - Jan 2010 - 3,333,333.33 Issue NO

Cross Process ID

Gap /Fit

Step Description : 1. Login as : KPPN USER 2. Select Dossier Type : " Virement SKPA SU119091" 3. Enter Dossier Name : Virement SKPA for SU 2119091 and Description : Virement SKPA Process for SU 119091 1 Step Description : Approval 1. Login as : KPPN User 1. Select the Dossier transaction " Virement SKPA SU2119091" 2. Click Approve

Find the Dossier Type that want to be used

Pass

Origin Spending Unit prepare "SKPA Concept" and send it to Origin KPPN : 1. KPPN will review this SKPA Concept letter and based on this document KPPN revise AFP information in SPAN system. 2. Head of Origin KPPN will approve it. 3. Head of Origin KPPN will print DIPA Revision through SPAN System and send it to Receiver KPPN and Origin Spending Unit. 4. Origin Spending Unit send DIPA Revision to Receiver Spending Unit for Budget Execution process.

C_00 003

SKPA Virement ( Approve by KPPN )

(N)OPSF(I) Dossier > Dossier Maintenance

KPPN

26Mar2010

2 26-Mar2010

Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account : 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01 51.2.523119.0000 3. Enter Period Name : Jan-10

Range account can be selected

Pass

Step Description : Enter Destination Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account : 015.E0010.119106.139.01000000.01.0690.09102.0550226.01 51.2.523119.0000 3. Enter Period Name : Jan-10

Range account can be selected

Pass

Step Description : Check and Reserve Funds 1. Click Check Funds button 2. Reserve Funds 3. Click Approve button

Fund will be reserve d and Dossier transact ion will be saved with status "Creatin g"

Pass

N/A

273

Scenario ID Process Name Process ID Case ID Business Case Business Requirement (Required Information) Path Owner

Test Plan Date

Test Execute Date

Execution Result Step Test Procedure Ref No. Expected Result Find the Dossier transact ion and after Approv ed the status will be changed to "Compl ete" Result Detail Execution Result Issue NO

Cross Process ID

Gap /Fit

Approve Dossier Transactio n

Approve Dossier Transaction based on approval hierarchy that already defined

(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor >Administrator Workflow >Notifications

KPPN

26Mar2010

26-Mar2010

Step Description : Approval 1. Login as : Head of KPPN 1. Select the Dossier transaction "Virement SKPA SU119091" 2. Click Approve

Pass

N/A

Print Report

Check report

(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor >Administrator Workflow >Notifications

KPPN

26Mar2010

26-Mar2010

Step Description : Print Report 1. Click View 2. Select Request 3. Print reports : - Trial Balance Budget - Budget - Funds Available Analysis

Report run successf ully

Pass

N/A

When there is virement in Spending Unit itself, it will not be reflected to SPAN System. However, it need to be reflected for reporting purpose(budget realization not showing negative amount) Virement request from SU, in system will be updated by KPPN Spending Unit will send their own virement information(softcopy) to KPPN - Whenever SU submit SPM, it will be provided to KPPN and KPPN will update in SPAN System - During monthly closing, SU will submit thier own virement information to KPPN and KPPN will update in SPAN System - During year end closing, SU will submit thier won virement information to APK and APK will update in SPAN System

Step Description : 1. Choose Budget name : 2. Input Batch Name : 3. From : Budget Organization Account : 4. To : Budget Organization Account : 5. Input Transfer Amount :

C_00 004

(N)OPSF(I) Dossier > GL > Budgets > Enter > Journals

KPPN

274

Scenario ID Process Name Process ID Case ID Business Case Transfer back remaining Budget balances to LM Org ( Can use Retiremen t Relationsh ip ) Business Requirement (Required Information) Path Owner

Test Plan Date

Test Execute Date

Execution Result Step Test Procedure Ref No. Expected Result Result Detail Execution Result Issue NO

Cross Process ID

Gap /Fit

Budget Retireme nt

SA007

Not Required in CRP1

N/A

N/A

N/A

N/A

N/A

<<Assumption based on PIC suggestion>> This process covers scenario if annual Budget has not approved until beginning of Fiscal Year but some transactions at Spending Unit need to be paid. Dit PA or Kanwil will do following process : 1. Dit PA or Kanwill will create DIPA on behalf Spending Unit : - This DIPA will be created only for certain transactions ( salary, electricity, water bill, etc ) - The DIPA amount will use previous year budget with full year budget balance. 2. Appropriation process, DGB will not interface data budget to Dit PA or Kanwil 3. Register Budget Allotment: - Dit PA or Kanwill will register budget allotment in SPAN system. 4. Register Annual Financial

Step Description : Enter Budget 1. Enter Budget "VoteonAcct2011" 2. Enter Description "Vote on Acctount budget 2011" 3. Enter Status : Open 4. Enter First and Last Budget Period " Jan-11" and "Adj-11" 5. Click Open Next Year button 6. Save your work

Budget Book will be created

Pass

Vote on Account

SA015

C_00 001

Vote on Account

DGT

30Mar2010

30-Mar2010

Login to Responsibility : Desktop Integrator ADI

Step Description : Copy Data from Spreadsheet to WebADI 1. Create Document 2. Select Integrator General Ledger - Budgets 3. Click Next button 4. Select Excell Version 5. Click Next 6. Select data in mandatory field (field with * sign) 7. Click Next 8. Click Continue 9. Click Create Document, the WebADI Excell will pop up. Wait, till complete. 10. Click Tool on Toolbar then highlight Protect and select Unprotect, to enable you insert as many row as you needed. 11. Save your work

SA007

N/A

SA_I_00001

BC002 BC003 PM00 1

WebADI will be opened

Pass

275

Scenario ID Process Name Process ID Case ID Business Case Business Requirement (Required Information) Plan process, AFP information will be registered in SPAN System based on AFP information from previous year DIPA. - Head of Dit PA/Kanwil will approve and print this DIPA After Annual budget has been approved, Spending Unit will create Concept DIPA and DGB will interface full year budget amount. Dit PA/Kanwil will perform following processes : 6. Annual Budget data from DGB will replace DIPA that has been created by Dit PA or Kanwil. Register Budget Allotment process: - SU will print Concept DIPA and DGT need to review it with SPAN System. 7. Register Annual Financial Plan process, - AFP information will be registered in SPAN System based on Concept DIPA from Spending Unit. - Head of Kanwil/Dit PA will approve and print it. 8. Vote on Account DIPA ( step no 3 ) and Annual Budget DIPA will have different DIPA number Path Owner

Test Plan Date

Test Execute Date

Execution Result Step Test Procedure Ref No. Expected Result Result Detail Execution Result Issue NO

Cross Process ID

Gap /Fit

Step Description : Upload data to system. 1. Copy data from your spreadsheet to WebADI excell. 2. Select Oracle from Toolbar then select Upload 3. Fill out parameter as you needed, then click Upload. Data : 015.E0010.119091.133.01000000.01.0402.08803.0880311.01 51.1.511111.0000 015.E0010.119091.133.01000000.01.0402.08803.0880311.01 51.1.511121.0000 Upload to Jan-11 - Dec-11 period Will use budget code 1

Data will be interfac ed to Oracle

Pass

Post Budget Journal

Post Budget Journal

(N) Change Responsibility to Public Sector General Ledger (N) OPSF(I)> Dossier >GL>Post

DGB

30Mar2010

30-Mar2010

Step Description : Review and Post Budget Journal 1. Change responsibility to Public Sector General Ledger 2. Select the budget journal 3. Review Batch and click Post 4. Print report Trial Balance Budget

Journal will be Posted

Pass

N/A

276

Scenario ID Process Name Process ID Case ID Business Case Business Requirement (Required Information) Path Owner

Test Plan Date

Test Execute Date

Execution Result Step Test Procedure Ref No. Expected Result Result Detail Execution Result Issue NO

Cross Process ID

Gap /Fit

Create new Budget and copy Budget as a backup to maintain history of this budget

Create new Budget and copy Budget as a backup to maintain history of this budget

(N)OPSF(I) Dossier > GL > Budgets > Define > Budget

DGB

30Mar2010

30-Mar2010

Step Description : Enter Budget 1. Enter Budget "Vote on Acct 2011 BACKUP" 2. Enter Description "APBN Vote on Acct 2011 BACKUP" 3. Enter Status : Open 4. Enter First and Last Budget Period "Jan-11" and "Adj-11" 5. Click Autocopy button and choose which budget want to be copied 6. Save your work

Budget data will be copied

Pass

N/A

Replace Budget

After Annual Budget has been approved and transfer to General Ledger module, need to replace budget from budget Vote on Account to Approved Annual Budget

(N)OPSF(I) Dossier > GL > Budgets > Define > Organization

DGT

30Mar2010

30-Mar2010

Step Description : Find the Budget Organization 1. Enter Organization name " DGB Org, Central Org or Kanwil Org 2. Click Ranges button 3. Click Budgetary Account and delete Funding budget Vote on Account to APBN2011

C_00 002

After Budget has been approved, the process will be same like "Budget Allotment and Annual Financial Plan"

Additional Budget interfaced from PSB and do process Allotment and AFP again ( The allotment and AFP process only for difference amount )

DGT

30Mar2010

30-Mar2010

Refer to Budget Allotment and Annual Financial Plan process

N/A

Pass

N/A

Review MTEF Budget

SA008

C_00 001

Review MTEF Budget

Once MTEF budget is reviewed by parliament, DGB will interface its MTEF budget with Supporting Document. If will be 1 proposed year + 2 year estimates and YTD balance. BA/Echelon/000000/000/Fu nd/00/Func-SubFunc/ProgPrio-Focus/ActivActivPrio/0000/0/000000/0 000 1. MTEF budget will be inquiry and printed by SPAN system

Step Description : Review and Post Budget Journal 1. Find the the budget journal "Source = Budget Journal, Status = Unposted" Budget journal will be created with status Unpost

(N)OPSF(I) Dossier > GL > Journals > Enter

DGT

30Mar2010

30-Mar2010

SA025 SA026 SA027 SA029 SA032

Pass

N/A

SA_I_00009

N/A

Fit

277

Scenario ID Process Name Process ID Case ID Business Case Business Requirement (Required Information) Path Owner

Test Plan Date

Test Execute Date

Execution Result Step Test Procedure Ref No. Expected Result Result Detail Execution Result Issue NO

Cross Process ID

Gap /Fit

Post Budget Journal

Post Budget Journal

(N) Change Responsibility to Public Sector General Ledger (N) OPSF(I)> Dossier >GL>Post

DGT

30Mar2010

30-Mar2010

Step Description : Review and Post Budget Journal 1. Change responsibility to Public Sector General Ledger 2. Select the budget journal 3. Review Batch and click Post 4. Print report Trial Balance Budget FSG MTEF BUDGET

Budget Journal will be POSTED

Pass

N/A

C_00 001

Carry forward Open PO to next year

This process applicable for below condition : 1. If remaining PO decided to be carryforward to next year, SU will prepare report which need to be carryforward. 2. KPPN will receive this list from SU and after year end closing, it will be carryforward to next year.

(N)OPSF(I) Dossier > GL > Setup >> Open / Close

DGT

26Mar2010

26-Mar2010

Step Description : Check Period 1. Close Previous year period 2. Open Next Year Period

(N)OPSF(I) Dossier > GL > Journal > Generate > Carry foward

DGT

26Mar2010

Step Description : Generate Carryforward 1. Choose Carryforward rule 2. Choose Budget and period 3. Choose account from / to 26-Mar2010 2 4. Click Preview 5. View Request to see the result 6. Click Carryforward if want to execute this process

Carry Forward Budget balances

SA009 Carryforw ard budget to next year(SU realize its remaining fund in Dec after Budget preparatio n phase is over)

C_00 002

After APBN is approved by parliament, there will be some fund which need to be carryforward to next year - Each LM(??) will make request for approval to parliament with supporting document - After the request has been approved by Parliament , Dit PA will carryforward the remaining fund and print DIPA based on Carry Forward amount . -After APBN-P is approved(include carryforward amount from last year), it will be interfaced to DGT. - The carry forward amount from APBN-P will not be allotted to SU. - Carryforward budget and APBN budget should be distinguished.

Step Description : Generate Carryforward 1. Choose Carryforward rule 2. Choose Budget and period 3. Choose account from / to SA016 4. Click Preview 5. View Request to see the result 6. Click Carryforward if want to execute this process

Encumb rance will be carried forward to next year

Pass

N/A

SA_I_00005

BC002 BC003 PM00 1

(N)OPSF(I) Dossier > GL > Journal > Generate > Carry foward

DGT

26Mar2010

26-Mar2010

278

Scenario ID Process Name Process ID Case ID Business Case Business Requirement (Required Information) Path Owner

Test Plan Date

Test Execute Date

Execution Result Step Test Procedure Ref No. Expected Result Result Detail Execution Result Issue NO

Cross Process ID

Gap /Fit

*Waktu carry forward harus dalam budget stage 1 ??? , hasil carry forward dilakukan process allotment dengan menggunakan dossier .?? bisa kah ?

Once annual budget revision is approved by parliament, DGB will interface its annual budget revision budget with RABPP-R. It will be lowest level(6 digits economic classification) and YTD balance BA/Echelon/SU/CentralKanwilKPPN/Fund/Authority/Func -SubFunc/Prog-PrioFocus/ActivActivPrio/Location/BudgetS tage/Account/Future Once DGB interface approved budget, they will inform to Dit PA, and SU will use DIPA system to print concept DIPA-R and send it to Dit PA. (Offline) Based on Annual Budget Revision from DGB, Dit PA /Kanwil will perform following processes : 1. Register Budget Allotment : - Supplementary budget allotment process will be at lowest level (6 digits economic classification) and YTD balance - DIPA with authority code Central Office, Assistance Task and CoAdministration will be approved by Dit PA and DIPA with authority code Region Office and Deconcentration will be approved by Head of Kanwil 2. Update Annual Financial Plan :

Step Description : Review and Post Budget Journal 1. Find the the budget journal "Source = Budget Journal, Status = Unposted"

015.E0010.119091.133.01000000.01.0690.09102.0910202.01 51.1.511141.0000 015.E0010.119091.133.01000000.01.0690.09102.0910202.01 51.1.523119.0000 022.02204.412801.133.01000000.01.0408.02205.0220501.01 52.1.532100.0000 022.02204.412801.140.01000000.01.0408.02205.0220501.01 52.1.536100.0000 Will use budget stage 1

Supplem entary Budget

SA010

C_00 001

Interface Suppleme ntary budget appropriat ion from PSB

(N)OPSF(I) Dossier > GL > Journals > Enter

DGT

30Mar2010

30-Mar2010

SA003

Bugdet Jornal will be created with status Unposte d

Pass

N/A

N/A

BC002 BC003 PM00 1

279

Scenario ID Process Name Process ID Case ID Business Case Business Requirement (Required Information) - After supplementary budget alloment registration, AFP information will be registered in SPAN system based on DIPA-R. - Head of Dit PA or Kanwil/Dit PA will approve it. - DIPA-R will be printed by DIT PA/Kanwil - In database, AFP information will be by 6 digits but for reporting purpose 2 digit account will be printed. Path Owner

Test Plan Date

Test Execute Date

Execution Result Step Test Procedure Ref No. Expected Result Result Detail Execution Result Issue NO

Cross Process ID

Gap /Fit

Post Budget Journal

Post Budget Journal

(N) Change Responsibility to Public Sector General Ledger (N) OPSF(I)> Dossier >GL>Post

DGT

30-Mar2010

Step Description : Review and Post Budget Journal 1. Change responsibility to Public Sector General Ledger 2. Select the budget journal 3. Review Batch and click Post 4. Print report Trial Balance Budget

Budget Journal will be POSTED

Pass

N/A

N/A

C_00 002

Create new Budget and copy Budget as a backup to maintain history of this budget

Create new Budget and copy Budget as a backup to maintain history of this budget

(N)OPSF(I) Dossier > GL > Budgets > Define > Budget

DGT

30Mar2010

30-Mar2010

Step Description : Enter Budget 1. Enter Budget "APBN 2010 Supplement BACKUP" 2. Enter Description "APBN Supplement 2010 BACKUP" 3. Enter Status : Open 4. Enter First and Last Budget Period "Jan-10" and "Adj-10" 5. Click Autocopy button and choose which budget want to be copied 6. Save your work

Budget balance s will be copied

Pass

N/A

N/A

C_00 003

Repeat scenarions : Allotment and registering Annual Financial Plan

Allotment process and AFP will move from budget stage 4 to Budget stage 2

Repeat scenarions : Allotment and registering Annual Financial Plan

DGT

30Mar2010

30-Mar2010

Dossier transact ion created successf ully and print report for checkin g.

Pass

N/A

N/A

280

Scenario ID Process Name Process ID Case ID Business Case Business Requirement (Required Information) Path Owner

Test Plan Date

Test Execute Date

Execution Result Step Test Procedure Ref No. Expected Result Result Detail Execution Result Issue NO

Cross Process ID

Gap /Fit

Journal transfer from Dossier

SA011

C_00 001

Transfer Journal from Dossier

Check Journal Encumbrances from Dossier trasactions After Budget Appropriation - After Budget Allotment - After Annual Financial Plan After Cash Limit - After Virement

(N) OPSF(I) > Dossier > GL > Inquiry > Budget (N) OPSF(I) > Dossier > GL > Other > Request

DGT

30Mar2010

30-Mar2010

Step Description : Print Report 1. Click View 2. Select Request 3. Find Request and select Program - Create Journals 4. Click View Output to see the result

N/A

Journal Dossier will be created in GL with status Unposte d

Pass

N/A

N/A

Query Budget Balances Inquiry Budget Journal and Fund C_00 001

Check Budget Journal After Budget Appropriation - After Budget Allotment - After Annual Financial Plan After Cash Limit - After Virement

(N) OPSF(I) > Dossier > GL > Inquiry > Budget

DGT

30Mar2010

30-Mar2010

SA012

Step Description : View Annual Budget Data 1. Enter Ledger 2. Enter Budget 3. Enter Currency 4. Enter Inquiry Type 5. Enter Accounting Periods 6. Select Factor 7. Select Summary Template to limt the query 8. Select summary accounts 7. Click Show Balances button

SA008 SA009 SA015 SA030 SA031

Check budget balance online from system

Pass

Check budget balance online from system

N/A

Query Fund

Check Fund Available After Budget Appropriation - After Budget Allotment - After Annual Financial Plan After Cash Limit - After Virement

(N) OPSF(I) > Dossier > GL > Inquiry > Fund

DGT

30Mar2010

30-Mar2010

Step Description : View Funds Available 1. Enter Ledger 2. Enter Budget 3. Enter Period 4. Select Range account

SA008 SA009 SA015 SA030 SA031

Check Fund Availabl e online from system

Pass

Check Fund Available online from system

N/A

Encumbr ance Checking

SA013

C_00 001

Check encumbra nce from PR, PO, AP and GL

Check budget balances movement - After Budget Commitment After Payment Management

(N) OPSF(I) > Dossier > GL > Inquiry > Fund

DGT

30Mar2010

30-Mar2010

Step Description : 1. Create PR from Puirchasing Module 2. Check Fund 3. Create PO from Purchasing Module 4. Check Fund 5. Match AP Invoice from AP Module 6. Check Fund 7. Transfer from AP to GL and POST 8. Check Fund

N/A

Check Encumb rance movem ent from PR until GL

Pass

Check Encumbrance movement from PR until GL

N/A

Other

SA015

C_00 001

Other

Reporting

(N) OPSF(I) > Dossier > GL > Inquiry > Budget (N) OPSF(I) > Dossier > GL > Other > Request

DGT

30Mar2010

30-Mar2010

- SA008 Viewing and printing out the initial Annual Budget Appropriation - SA009 The system should have the ability to analyze the Annual Budget Appropriations in varied detail - SA030 Viewing and printing out the MTEF - SA031 The system should have the ability to analyze the MTEF in varied detail

SA008 SA009 SA030 SA031

N/A

N/A

N/A

N/A

Fit

281

Proses Skenario CRP II dan Penyempurnaannya


Nama Proses Penjelasan : Setelah DPR menyetujui RUU APBN menjadi UU APBN maka diperlukan Peraturan Presiden tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP) untuk melaksanakan UU APBN tersebut. Perpres ini disusun berdasarkan rincian anggaran pemerintah per satker, lokasi, program, kegiatan, fungsi/subfungsi, unit organisasi dan jenis belanja (Pasal 26 ayat 1 UU 17/2003). Peraturan Presiden tersebut menjadi dasar penyusunan dan pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (PMK 119/PMK.02/2009 pasal 6 ayat 1). Appropriasi Anggaran (Anggaran Tahunan Konsep Penganggaran Berbasis Kinerja dan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah mulai diperkenalkan dalam DIPA terutama dimulai pada tahun anggaran 2012. Antisipasi dalam pelaksanaan anggaran ke depannya dengan pendekatan kinerja dan kerangka jangka menengah, menyebabkan format RKAKL 2011 dan unsurunsurnya digunakan sebagai bahan penyusunan DIPA. Pemroses : Pelaksana dan Kepala Seksi pada Ditjen Anggaran Input Output : RUU APBN : UU APBN Penjelasan Proses

Rincian Proses Anggaran tahunan yang disetujui oleh parlemen dimasukkan ke dalam sistem oleh DJA. Persetujuan pagu anggaran bagi kementerian untuk belanja diuraikan dalam tingkat yang lebih detil yaitu ke dalam klasifikasi ekonomi
282

Penjelasan : Berdasarkan Pengesahan DIPA di Kantor Pusat Perpres RABPP Menteri/Pimpinan Lembaga

menyusun dokumen pelaksanaan anggaran (Konsep DIPA) yang diuraikan menurut sasaran yang hendak dicapai, fungsi,

program dan rincian kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja, serta pendapatan yang diperkirakan (UU 1/2004 Pasal 14 ayat 2 dan 3). Dalam PMK 119/PMK.02/2009 pasal 6 ayat 2 rincian dalam dokumen DIPA diatur lebih rinci yaitu menjadi fungsi/sub fungsi, program, sasaran program, rincian

kegiatan/sub kegiatan, jenis belanja, dan rencana penarikan dana serta perkiraan penerimaan. Konsep kinerja dan penganggaran jangka menengah yang akan diterapkan menyebabkan penambahan beberapa unsur yang ada pada RKAKL 2011 dicantumkan dalam DIPA. Unsur kinerja tersebut yaitu visi, misi, hasil (outcome), indikator kinerja utama program, sasaran strategis, prioritas nasional dan fokus prioritas. Kerangka penganggaran jangka menengah menyebabkan DIPA menyediakan informasi alokasi pagu untuk tiga tahun ke depan. Pemroses: 1. Pelaksana/staff pada Dit PA DJPBN 2. Kepala Seksi Dit PA DJPBN Waktu : Akhir tahun anggaran (Desember tahun n-1) Tempat : Dit PA DJPBN. Input : Konsep DIPA + ADK satker dan perpres RABPP dari Budget Prepraration Modul

283

Output : DIPA Rincian Proses : 1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA DJPBN. (Data dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun) sementara data dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya sampai 2 digit (jenis belanja) 2. Pelaksana pada Dit PA DJPBN kemudian merestore data DIPA ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan informasi tentang perbedaan antara data konsep DIPA dengan RABPP. 3. Pelaksana pada Dit PA DJPBN dan Satker akan melakukan penelaahan untuk memastikan kesesuaian antara Konsep DIPA yang diajukan Satker dengan RABPP. Informasi perbedaan data antara Konsep DIPA dengan RABPP yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini. 4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan mempost data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan

mengembalikan konsep DIPA disertai dengan informasi perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK dan halhal yang membutuhkan perbaikan 5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan menekan tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan langsung masuk ke dalam database SPAN dan dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika data

284

belum benar maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga data akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh pelaksana (untuk kesalahan yang

diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus diperbaiki sendiri oleh Satker) 6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Dit PA untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit PA DJPBN untuk direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Direktur PA untuk direview dan ditandatangani. 7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA DJPBN, DIPA diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada pihak-pihak terkait.

Catatan : 1. Jika terdapat perbedaan data akun antara SPAN dan ADK satker maka sistem akan memilih data yang ada diSPAN. Karena sesuai dengan hasil penelaahan DJA dengan Satker yang disepakati adalah data yang disimpan pada database SPAN 2. Penekanan proses pada saat penelaahan adalah rencana penarikan dana khususnya pada triwulan pertama apakah sudah realistis atau belum

285

Penjelasan: Petugas dari Kanwil DJPBN dan Petugas dari Satker secara bersamaPengesahan Anggaran dari Kantor Wilayah ke Satuan Kerja sama melakukan penelaahan terhadap Konsep DIPA yang diajukan Satker. Penelaahan DIPA pada Kanwil DJPBN didasarkan pada cover letter Perpres Rincian APBN dari Dit PA Pemroses 1. Pelaksana pada Bidang PA di Kanwil DJPBN 2. Kepala Seksi Kanwil DJPBN Waktu : Akhir tahun anggaran (Desember tahun n-1) Tempat : Bidang PA Kanwil DJPBN. Input : Konsep DIPA + ADK satker dan perpres RABPP dari Budget

Preparation Modul Output : DIPA Rincian Proses : 1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Bidang PA Kanwil DJPBN. Data dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun) sementara data dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya sampai 2 digit (jenis belanja) 2. Pelaksana pada Bidang PA Kanwil DJPBN kemudian menginput data DIPA ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan informasi tentang perbedaan antara data konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK. 3. Pelaksana pada Bidang PA Kanwil DJPBN dan Satker akan melakukan penelaahan untuk memastikan kesesuaian antara Konsep DIPA yang diajukan Satker dengan RABPP/SAPSK.
286

Informasi perbedaan data antara Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini. 4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan mempost data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan

mengembalikan konsep DIPA disertai dengan informasi perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK dan halhal yang membutuhkan perbaikan 5. Kasi pada Kanwil DJPB akan mereview data DIPA yang telah dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan menekan tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan langsung masuk ke dalam database SPAN dan dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga data akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus diperbaiki sendiri oleh Satker) 6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Bid PA Kanwil DJPBN untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubid PA Kanwil DJPBN untuk direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Kepala Kanwil untuk direview dan ditandatangani. 7. Setelah ditandatangani oleh Kepala Kanwil DJPBN, DIPA diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada pihak-pihak terkait.

287

Penjelasan: Pengesahan Anggaran untuk DIPA BUN Setelah DJA mengesahkan anggaran, DIPA BUN (999.01 Manajemen Utang, 999.02 Manajemen Hibah, 999.03

Manajemen Investasi, 999.04 Perjanjian Penerusan Pinjaman, 999.07 Subsidi dan 999.08 Belanja lain-lain) tidak akan dilakukan penelaahan oleh masing-masing Direktorat/Seksi yang mengelola DIPA BUN sampai dokumen pendukung untuk masing-masing transaksi khusus selesai. Khusus untuk DIPA BUN 999.05 Transfer ke daerah, DIPA nya akan dibuat sekitar bulan NovemberDesember. DIPA ini menggunakan kode kewenangan Kantor

Pusat (KP) pada sistem yang akan dilakukan oleh Kepala Seksi dan akan dicetak oleh Pelaksana pada kantor Pusat DJPB.

Pemroses : 1. Pelaksana pada Dit PA DJPBN akan menerima konsep DIPA, memeriksa kelengkapan dokumen pendukung, menelaah Konsep DIPA dan mencetak DIPA. 2. Kasi bertugas mereview data yang diinput pelaksana, memeriksa kelengkapan dokumen pendukung, memberikan approval data pada sistem, memaraf DIPA net dan meneruskannya pada Kasubid PA. Waktu : Sesuai dengan kebutuhan Tempat : Dit PA DJPBN. Input : Konsep DIPA + ADK Output : DIPA

288

Rincian Proses : 1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA DJPBN. Data dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun) sementara data dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya sampai 2 digit (jenis belanja) 2. Pelaksana pada Dit PA DJPBN kemudian menginput data DIPA ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan informasi tentang perbedaan antara data konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK. 3. Pelaksana pada Dit PA DJPBN dan Satker akan melakukan penelaahan untuk memastikan kesesuaian antara Konsep DIPA yang diajukan Satker dengan RABPP/SAPSK. Informasi perbedaan data antara Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini. 4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan mempost data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan

mengembalikan konsep DIPA disertai dengan informasi perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK dan halhal yang membutuhkan perbaikan 5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan menekan tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan langsung masuk ke dalam database SPAN dan dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga data akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh
289

pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus diperbaiki sendiri oleh Satker) 6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Dit PA untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit PA DJPBN untuk direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Direktur PA untuk direview dan ditandatangani. 7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA DJPBN, DIPA diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada pihak-pihak terkait. 8. Penelaahan termasuk dari sisi penerimaan sesuai dengan rencana dari satker bersangkutan.

290

DIPA Sementara

Penjelasan : Penerbitan DIPA sementara dilakukan apabila sampai pada waktu yang ditentukan Satker belum menyampaikan konsep DIPA. Sehingga Direktorat PA/ Kanwil DJPBN akan menerbitkan DIPA namun hanya belanja pegawai dan belanja kegiatan sehari-hari perkantoran yang dapat dicairkan dananya. Pelaksana: Pelaksana pada kantor pusat DJPBN dan Kanwil DJPBN Proses yang dilakukan: 1. Ditjen Anggaran mengirimkan Perpres RABPP Kepada Dit PA/kanwil Ditjen PBN 2. Kemudian Direktorat Pelaksanaan Anggaran/ Kanwil Ditjen PBN akan membuat Konsep DIPA satker yang belum menyampaikan konsp DIPAnya sampai waktu tertentu. 3. Berdasarkan Perpres RABPP dan Konsep DIPA tersebut maka Dit PA/Kanwil DJPB akan langsung melakukan pengesahan DIPA sementara tersebut, namun hanya belanja pegawai dan kebutuhan sehari-hari perkantoran yang tidak diblokir. 4. Terakhir DIPA sementara tersebut dikirim ke satker sebagai dasar pelaksanaan anggaran sebelum DIPA Tahunan satker tersebut disahkan

291

Penjelasan: Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran BLU, yang selanjutnya disingkat DIPA BLU adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh menteri/pimpinan lembaga serta disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan dan berfungsi sebagai dasar untuk melakukan tindakan yang Pengesahan Anggaran untuk DIPA BLU mengakibatkan pengeluaran negara dan pencairan dana BLU atas beban APBN serta dokumen pendukung kegiatan akuntansi pemerintah. Pemroses : 1. Pelaksana pada Dit PA DJPBN akan menerima konsep DIPA dan RBA dari satker, memeriksa kelengkapan dokumen pendukung, menelaah Konsep DIPA dan mencetak DIPA. 2. Kasi bertugas mereview data yang diinput pelaksana, memeriksa kelengkapan dokumen pendukung, memberikan approval data pada sistem, memaraf DIPA net dan meneruskannya pada Kasubdit PA. Waktu : Awal tahun anggaran. Tempat : Dit PA DJPBN. Input : Peraturan Menkeu tentang prosentase ambang batas

fleksibilitas bagi BLU Penuh dan besaran pencairan dana bagi BLU Bertahap (prosentase) + RBA Definitif + Konsep DIPA + ADK Output : DIPA BLU Rincian Proses :
1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA DJPBN. Data dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun) sementara

292

data dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya sampai 2 digit (jenis belanja) 2. Pelaksana pada Dit PA DJPBN kemudian menginput data DIPA ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan informasi tentang perbedaan antara data konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK. 3. Pelaksana pada Dit PA DJPBN dan Satker akan melakukan penelaahan untuk memastikan kesesuaian antara Konsep DIPA yang diajukan Satker dengan RABPP/SAPSK. Informasi perbedaan data antara Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini. 4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan mempost data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan mengembalikan konsep DIPA disertai dengan informasi perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK dan hal-hal yang membutuhkan perbaikan 5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan menekan tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan langsung masuk ke dalam database SPAN dan dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga data akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus diperbaiki sendiri oleh Satker) 6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Dit PA untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit PA DJPBN untuk direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Direktur PA untuk direview dan ditandatangani.

7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA DJPBN, DIPA diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada pihak-pihak terkait.

293

Penjelasan : Pengesahan DIPA Dekonsentrasi DIPA Dekonsenrasi merupakan DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran kementerian / lembaga dalam rangka pelaksanaan dana dekonsentrasi, yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi yang ditunjuk Gubernur. Pemroses 1. Pelaksana pada Bidang PA di Kanwil DJPBN akan menerima konsep DIPA Dekon dari satker, memeriksa kelengkapan dokumen pendukung, menelaah Konsep DIPA dan mencetak DIPA. 2. Kasi bertugas mereview data yang diinput pelaksana, memeriksa kelengkapan dokumen pendukung, memberikan approval data pada sistem, memparaf DIPA net dan meneruskannya pada Kasubid PA. Waktu : Awal tahun anggaran. Tempat : Bidang PA Kanwil DJPBN. Input : Konsep DIPA + ADK Output : DIPA Rincian Proses : 1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Bidang PA Kanwil DJPBN. Data dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun) sementara data dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya sampai 2 digit (jenis belanja) 2. Pelaksana pada Bidang PA Kanwil DJPBN kemudian menginput data DIPA ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan informasi tentang perbedaan antara data konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK. 3. Pelaksana pada Bidang PA Kanwil DJPBN dan Satker akan melakukan penelaahan untuk memastikan kesesuaian antara
294

Konsep DIPA yang diajukan Satker dengan RABPP/SAPSK. Informasi perbedaan data antara Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini. 4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan mempost data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan mengembalikan konsep DIPA disertai dengan informasi perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK dan hal-hal yang membutuhkan perbaikan 5. Kasi pada Kanwil DJPB akan mereview data DIPA yang telah dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan menekan tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan langsung masuk ke dalam database SPAN dan dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga data akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus diperbaiki sendiri oleh Satker) 6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Bid PA Kanwil DJPBN untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubid PA Kanwil DJPBN untuk direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Kepala Kanwil untuk direview dan ditandatangani. 7. Setelah ditandatangani oleh Kepala Kanwil DJPBN, DIPA

diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada pihak-pihak terkait.

295

Penjelasan : DIPA Tugas Pembantuan adalah DIPA yang memuat rincian Pengesahan DIPA Tugas Pembantuan penggunaan anggaran kementerian / lembaga dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan yang pelaksanaanya dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Provinsi/Kabupaten/Kota yang ditunjuk oleh Menteri/Pimpinan Lembaga. Konsep DIPA Tugas Pembantuan disusun dan ditetapkan oleh Kepala Satker di tingkat Pusat yang ditunjuk oleh Menteri/Pimpinan Lembaga. Pemroses 1. Pelaksana pada Dit PA DJPBN akan menerima konsep DIPA Tugas Pembantuan dari satker, memeriksa kelengkapan dokumen pendukung, menelaah Konsep DIPA dan mencetak DIPA. 2. Kasi bertugas mereview data yang diinput pelaksana, memeriksa kelengkapan dokumen pendukung, memberikan approval data pada sistem, memaraf DIPA net dan meneruskannya pada Kasubid PA. Waktu : Awal tahun anggaran. Tempat : Dit PA DJPBN. Input : Konsep DIPA + ADK Output : DIPA Rincian Proses :
1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA DJPBN. Data dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun) sementara data dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya sampai 2 digit (jenis belanja) 2. Pelaksana pada Dit PA DJPBN kemudian menginput data DIPA ke Sistem
296

SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan informasi tentang perbedaan antara data konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK. 3. Pelaksana pada Dit PA DJPBN dan Satker akan melakukan penelaahan untuk memastikan kesesuaian antara Konsep DIPA yang diajukan Satker dengan RABPP/SAPSK. Informasi perbedaan data antara Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini. 4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan mempost data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan mengembalikan konsep DIPA disertai dengan informasi perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK dan halhal yang membutuhkan perbaikan 5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan menekan tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan langsung masuk ke dalam database SPAN dan dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga data akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus diperbaiki sendiri oleh Satker) 6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Dit PA untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit PA DJPBN untuk direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Direktur PA untuk direview dan ditandatangani. 7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA DJPBN, DIPA diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada pihak-pihak terkait. 8. Pejabat perbendaharaan yang akan melaksanakan kegiatan DIPA TP ditunjuk oleh Kepala Intansi di daerah. Hal ini dapat berakibat pengesahan DIPA TP menjadi lebih lama karena harus menunggu informasi dari daerah.

297

Pengesahan DIPA satu satker banyak DIPA

Penjelasan : DIPA untuk satu satker yang memiliki banyak DIPA adalah suatu satker yang karena tugas, pokok dan fungsinya mendapatkan kewenangan untuk mengelola DIPA Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan selain mengelola DIPA satker yang bersangkutan (jika dimungkinkan).

Pemroses : 1. Pelaksana pada Dit PA DJPBN akan menerima konsep DIPA Tugas Pembantuan dan DIPA Dekonsentrasi dari satker, meemriksa kelengkapan dokumen pendukung, memeriksa kelengkapan dokumen pendukung, menelaah Konsep DIPA dan mencetak DIPA. 2. Kasi Dit PA bertugas mereview data yang diinput pelaksana, meemriksa kelengkapan dokumen pendukung, memberikan approval data pada sistem, memaraf DIPA net dan meneruskannya pada Kasudit PA. Waktu : Awal tahun anggaran. Tempat : Dit PA DJPBN. Input : Konsep DIPA + ADK Output : DIPA

298

Rincian Proses : 1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA DJPBN. Data dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun) sementara data dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya sampai 2 digit (jenis belanja) 2. Pelaksana pada Dit PA DJPBN kemudian menginput data DIPA ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan informasi tentang perbedaan antara data konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK. 3. Pelaksana pada Dit PA DJPBN dan Satker akan melakukan penelaahan untuk memastikan kesesuaian antara Konsep DIPA yang diajukan Satker dengan RABPP/SAPSK. Informasi perbedaan data antara Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini. 4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan mempost data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan

mengembalikan konsep DIPA disertai dengan informasi perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK dan halhal yang membutuhkan perbaikan 5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan menekan tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan langsung masuk ke dalam database SPAN dan dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga data
299

akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus diperbaiki sendiri oleh Satker) 6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Dit PA untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit PA DJPBN untuk direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Direktur PA untuk direview dan ditandatangani. 7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA DJPBN, DIPA diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada pihak-pihak terkait. 8. Satker bisa mendapatkan DIPA Dekonsentrasi ketika

Kementerian / Lembaga lain atau Kementerian / Lembaga yang sama dibawah satu organisasi ingin melakukan kegiatan tertentu di lokasi dari satker yang bersangkutan namun

Kementerian / Lembaga tidak mempunyai kantor perwakilan dan sumber daya. Tujuan dari kegiatan ini hanya untuk kegiatan non-fisik. 9. Satker bisa mendapatkan DIPA Tugas Pembantuan ketika Kementerian / Lembaga lain atau Kementerian / Lembaga yang sama dibawah organisasi ingin melakukan kegiatan tertentu di lokasi dari satker yang bersangkutan namun

Kementerian / Lembaga tidak mempunyai kantor perwakilan dan sumber daya. Tujuan dari kegiatan ini hanya untuk kegiatan fisik.

300

Penjelasan : Pengesahan satu DIPA banyak satker Satu DIPA banyak Satuan kerja (Satker) adalah satu DIPA yang digunakan oleh lebih dari satu Satuan Kerja (Satker). Hal ini dimungkinkan untuk satker Kementerian Pertahanan dimana dokumen pelaksanaan anggaranya ada untuk Satker Kementerian Pertahanan namun (tidak perlu ditulis) digunakan oleh lebih dari satu satker dibawahnya meskipun data apropriasi telah di turunkan untuk beberapa satker. Pemroses : 1. Pelaksana pada Dit PA DJPBN akan menerima konsep DIPA dari satker, meemriksa kelengkapan dokumen pendukung, menelaah Konsep DIPA dan mencetak DIPA. 2. Kasi Dit PA bertugas mereview data yang diinput pelaksana, memeriksa kelengkapan dokumen pendukung, memberikan approval data pada sistem, memaraf DIPA net dan meneruskannya pada Kasudit PA. Waktu : Awal tahun anggaran. Tempat : Dit PA DJPBN. Input : Konsep DIPA + ADK Output : DIPA Rincian Proses : 1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA DJPBN. Data dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun) sementara data dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya sampai 2 digit (jenis belanja) 2. Pelaksana pada Dit PA DJPBN kemudian menginput data DIPA ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan informasi
301

tentang

perbedaan

antara

data

konsep

DIPA

dengan

RABPP/SAPSK.
3. Pelaksana pada Dit PA DJPBN dan Satker akan melakukan penelaahan untuk memastikan kesesuaian antara Konsep DIPA yang diajukan Satker dengan RABPP/SAPSK. Informasi perbedaan data antara Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini.

4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan mempost data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan mengembalikan konsep DIPA disertai dengan informasi perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK dan hal-hal yang membutuhkan perbaikan 5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan menekan tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan langsung masuk ke dalam database SPAN dan dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga data akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus diperbaiki sendiri oleh Satker) 6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Dit PA untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit PA DJPBN untuk direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Direktur PA untuk direview dan ditandatangani. 7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA DJPBN, DIPA diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada pihak-pihak terkait.

302

Penjelasan : DIPA Reserved Fund merupakan DIPA yang menggunakan dana cadangan. DIPA ini diterbitkan sewaktu-waktu saat ada kejadian tertentu yang membutuhkan pengeluaran pemerintah dan belum direncanakan sebelumnya, misalnya untuk penanganan bencana. Sebelum dialokasikan ke dalam DIPA dana cadangan ini akan terlebih dahulu di tampung pada akun 581149 (belanja lain-lain) dan kemudian saat disahkan DIPAnya akan dibagi-bagi ke dalam akun-akun lain sesuai peruntukannya Pengesahan DIPA Reserve Fund (Dana Cadangan) Kita tidak ada DIPA Dana Cadangan yang ada DIPA Format Khusus/Belanja Lain-lain 2. Kasi bertugas mereview data yang diinput pelaksana, memberikan approval data pada sistem, memaraf DIPA net dan meneruskannya pada Kasubdit 3. Kasubdit bertugas mereview DIPA, memaraf DIPA net dan meneruskannya pada Direktur PA 4. Direktur PA bertugas mereview DIPA dan menandatangani DIPA Waktu Tempat Input Output : Temporary/sewaktu-waktu : Direktorat PA : Konsep DIPA + ADK : DIPA Pemroses : 1. Pelaksana pada Direktorat PA bertugas menelaah konsep DIPA, menginput data dan mengeprint DIPA

Rincian Proses 1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA. Data dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun) sementara data

303

dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya sampai 2 digit (jenis belanja) 2. Pelaksana pada Dit PA kemudian menginput data Konsep DIPA ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan informasi tentang perbedaan antara data konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK
3. Pelaksana pada Dit PA dan Satker akan melakukan penelaahan untuk memastikan kesesuaian antara Konsep DIPA yang diajukan Satker dengan RABPP/SAPSK. Informasi perbedaan data antara Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini. 4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan mempost data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan mengembalikan konsep DIPA disertai dengan informasi perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK dan hal-hal yang membutuhkan perbaikan 5. Kasi pada Dit PA akan mereview data DIPA yang telah dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan menekan tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan langsung masuk ke dalam database SPAN dan dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga data akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh pelaksana (untuk kesalahan yang

diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus diperbaiki sendiri oleh Satker)

6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit untuk direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Direktur PA untuk direview dan ditandatangani. 7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA, DIPA diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada pihak-pihak terkait.
304

Penjelasan : Kegiatan-kegiatan yang bersifat mendesak dan sangat penting harus segera dilaksanakan dapat menggunakan DIPA Format Khusus.

Sebagaimana pada saat penyediaan dana untuk korban gempa bumi di daerah yang menjadi prioritas utama pemerintah. Mekanisme DIPA Format Khusus tidak memiliki bentuk khusus karena tidak melalui proses penganggaran dari DJA. Pemroses : Waktu : Sewaktu-waktu. Tempat : Dit PA DJPBN. Input : Tidak dapat ditentukan Output : DIPA Rincian Proses :
1. Pertimbangan khusus oleh Presiden yang menghasilkan suatu perintah untuk melakukan suatu kegiatan yang harus segera dilaksanakan karena

Pengesahan DIPA Format Khusus

pertimbangan

bahwa

apabila

pelaksanaan

sampai

terlambat

akan

menyebabkan kerugian yang besar termasuk korban jiwa. Kegiatan darurat harus didukung dengan anggaran/dana yang digunakan untuk

melaksanakannya.

2.

Presiden memerintahkan Menteri Keuangan sebagai BUN untuk menyediakan sejumlah dana yang diperlukan dalam rangka

melaksanakan perintah Presiden tersebut.


3. Menteri Keuangan dalam hal ini Ditjen Perbendaharaan (Dit DPA) menghitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan darurat tersebut.

4.

Hasil perhitungan dituangkan dalam DIPA Format Khusus yang hanya terdiri satu lembar merupakan pengesahan sekaligus mencantumkan seluruh elemen DIPA yang lain secara rinci.

5.

Setelah DIPA selesai disusun segera disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan.

6.

Berdasarkan pengesahan DIPA tersebut maka DJPB (Dit PA) memerintahkan agar BI melakukan transfer dana di rekening kas negara sejumlah yang tercantum dalam DIPA kepada KPPN yang akan menjadi kantor bayar. 305

Penjelasan :
Annual financial Plan ialah rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan Satker selama satu tahun anggaran yang diuraikan perbulan. Rencana penarikan dana menjadi batas tertinggi jumlah dana yang bisa dicairkan Satker dalam satu bulan.

Pemutakhiran/update AFP wajib dilakukan setiap bulan dan harus disampaikan ke DJPB selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sebelum bulan perkiraan. Pemroses 1. Pelaksana pada KPPN mereview dan menginput data AFP 2. Kasi pada Kanwil atasan KPPN mengnyetujuiaprove data yang diinput pelaksana

Update AFP (Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan)


Waktu : Setiap bulan Tempat : KPPN Input : Konsep AFP

Output : AFP Rincian Proses 1. Satker menyampaikan update rencana penarikan dana ke KPPN dalam bentuk dokumen dan ADK. Data dalam hardcopy hanya akan ditampilkan sampai 2 digit sedangkan data dalam ADK akan berisi sampai 6 digit 2. Pelaksana di KPPN akan mereview dokumen AFP dan kemudian menginput data tersebut kedalam Sistem SPAN.

3.

Kasi pada Kanwil DJPB akan mereview data yang sudah diinput tadi. Jika data telah sesuai maka Kasi pada Kanwil akan menyetujui (menekan tombol approve pada sistem) sehingga data akan langsung masuk di database SPAN.
306

Penjelasan : Cash limit dengan usulan Satker merupakan mekanisme pembatasan jumlah kas yang bisa dicairkan Satker dengan memberikan kesempatan pada Satker untuk mengusulkan kegiatan apa saja yang akan ditunda terlebih dahulu penggunaan dananya . Pemroses 1. Pelaksana KPPN mereview dan menginput data AFP yang diajukan Satker Cash Limit dengan usulan Satker 2. Kasi pada Kanwil mengapprove data yang diinput oleh pegawai KPPN sesuai dengan prosentase jumlah yang dikurangi Waktu : Sewaktu-waktu/temporary Tempat : KPPN Input : Informasi kekurangan kas /cash limit dari Dit PKN, Konsep

AFP dari Satker Output : AFP

Rincian Proses 1. Dit PKN (Pengelolaan Kas Negara) akan memberikan informasi ke Dit PA mengenai terjadinya kekurangan kas beserta nilai kekurangannya. 2. Berdasarkan data dari Dit PKN maka Dit PA akan menyampaikan

307

kepada KPPN jumlah alokasi/dana yang dapat digunakan oleh masing-masing satker. 3. KPPN menyampaikan kepada masing-masing Satker agar pengeluaran pada bulan tersebut dikurangi sebesar jumlah tertentu sekaligus agar menyesuaikan jumlah kegiatan yang akan dikurangi dananya. 4. Satker kemudian menyampaikan update pengeluaran yang telah disesuaikan dengan dana yang dikurangi tersebut sekaligus menyesuaikan rencana penarikan dana kepada KPPN. 5. KPPN menerapkan penetapan cash limit yang akan digunakan sebagai dasar perubahan Halaman III DIPA. 6. Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih dimungkinkan untuk digunakan kembali jika pemerintah sudah memiliki dana kas yang cukup. Namun jika sampai periode tertentu diperkirakan pemerintah tidak memiliki dana maka akan dilakukan APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana DIPA masing-masing satker.

308

Penjelasan : Cash limit tanpa usulan Satker ialah mekanisme pembatasan jumlah kas yang bisa dicairkan Satker yang pelaksanaannya dilakukan langsung oleh pemerintah (BUN) tanpa terlebih dahulu meminta masukan dari Satker. Langkah ini ditempuh jika kebutuhan untuk pembatasan kas diperlukan sesegera mungkin. Pemroses 1. Pelaksana pada Dit PA 2. Kasi pada Dit PA 3. Kasubdit pad Dit PA Waktu Cash Limit tanpa Usulan Satker : Sewaktu-waktu/temporary

Tempat : Dit PA Input : Informasi kekurangan cash dari Dit PKN

Output : Cash Limit Rincian Proses 1) Dit PA meneriman informasi kekurangan kas dari Dit PKN beserta nilai kekurangannya. 2) Dit PA menetapkan jumlah dana yang bisa digunakan oleh masing-masing Satker kemudian menyampaikannya kepada KPPN untuk diteruskan kepada seluruh Satker terkait 3) Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih dimungkinkan untuk digunakan kembali jika pemerintah sudah memiliki dana kas yang cukup. Namun jika sampai periode tertentu diperkirakan pemerintah tidak memiliki dana maka akan dilakukan APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana DIPA masing-masing satker.
309

Penjelasan : Apabila terjadi revisi RABPP/SAPSK maka Satker yang

bersangkutan harus mengajukan revisi DIPA ke DJPB untuk menyesuaikan data DIPA dengan data revisi RABPP/SAPSK Pemroses 1. Pelaksana pada Kanwil DJPB/Dit PA 2. Kasi pada Kanwil DJPB/Dit PA Waktu : Setelah terjadinya revisi RABPP

Tempat : Direktorat PA/Kanwil DJPB Input : Surat Permintaan Revisi, Konsep DIPA R, ADK DIPA R

Output : DIPA R Revisi Karena Perubahan RABPP 1. Satker mengirimkan Surat permohonan revisi, konsep DIPA R dan ADKnya ke Dit PA/Kanwil DJPB 2. Pelaksana pada Dit PA/Kanwil DJPB kemudian menginput data konsep DIPA R ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan informasi tentang perbedaan antara data konsep DIPA R dengan RABPP R/SAPSK R 3. Pelaksana pada Dit PA/Kanwil DJPB dan Satker akan melakukan penelaahan untuk memastikan kesesuaian antara Konsep DIPA R dengan RABPP R/SAPSK R. Informasi perbedaan data antara Konsep DIPA R dengan RABPP R/SAPSK R yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini. 4. Apabila Konsep DIPA R telah sesuai maka pelaksana akan Rincian Proses

310

mempost data DIPA R ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan mengembalikan konsep DIPA R disertai dengan informasi perbedaan data Konsep DIPA R dengan RABPP R/SAPSK R dan hal-hal yang membutuhkan perbaikan 5. Kasi pada Kanwil DJPB akan mereview data DIPA R yang telah dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan menekan tombol approval pada sistem sehingga data DIPA R akan langsung masuk ke dalam database SPAN dan dapat diprint. Sebaliknya jika data belum benar maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga data akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus diperbaiki sendiri oleh Satker) 6. DIPA R yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit untuk direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Kepala Kanwil DJPB untuk direview dan ditandatangani. 7. Setelah ditandatangani oleh Kepala Kanwil DJPB, DIPA R diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada pihak-pihak terkait

311

Penjelasan : Revisi DIPA tanpa perubahan RABPP Pemroses 1. Pelaksana pada Kanwil DJPB/Dit PA 2. Kasi pada Kanwil DJPB/Dit PA Waktu : Sewaktu-waktu/temporary

Tempat : Direktorat PA/Kanwil DJPB Input : Surat Permintaan Revisi dan lampirannya, ADK DIPA R

Output : DIPA R Rincian Proses Revisi tanpa Perubahan RABPP 1. Satker mengirimkan Surat permintaan revisi, lampirannya dan ADKnya ke Dit PA/Kanwil DJPB 2. Pelaksana pada Dit PA/Kanwil DJPB kemudian menginput data konsep DIPA R ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan membandingkan data pagu dana dalam ADK DIPA R dengan data ketersediaan dana (fund available) dalam database SPAN untuk memastikan tidak terjadinya DIPA minus yang diakibatkan oleh Revisi DIPA. Sistem juga akan memberikan informasi tentang perbedaan antara data ADK DIPA R dengan data RABPP untuk memastikan bahwa revisi yang diajukan Satker merupakan wewenang DJPB. 3. Pelaksana pada Dit PA/Kanwil DJPB dan Satker akan melakukan penelaahan untuk memastikan bahwa revisi yang diajukan Satker sesuai ketentuan. Informasi perbandingan pagu DIPA R dengan fund available dan informasi perbedaan

312

data antara ADK DIPA R dengan RABPP yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini. 4. Apabila Konsep DIPA R telah sesuai maka pelaksana akan mempost data DIPA R ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan mengembalikan konsep DIPA R disertai dengan informasi mengenai hal-hal yang membutuhkan perbaikan 5. Kasi pada Dit PA/Kanwil DJPB akan mereview data DIPA R yang telah dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan menekan tombol approval pada sistem sehingga data DIPA R akan langsung masuk ke dalam database SPAN dan dapat diprint. Sebaliknya jika data belum benar maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga data akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus diperbaiki sendiri oleh Satker) 6. DIPA R yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit untuk direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Dirketur PA/Kepala Kanwil DJPB untuk direview dan ditandatangani. 7. Setelah ditandatangani oleh Kepala Kanwil DJPB, DIPA R diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada pihak-pihak terkait

313

Penjelasan : Perlakuan belanja pada DIPA BLU Penuh memiliki karakteristik yang berbeda dengan belanja pada DIPA umum karena satker BLU diberikan kewenangan untuk melakukan belanja mendahului permintaan pembayaran kepada KPPN. Apabila syarat telah dipenuhi yaitu realisasi penerimaan melebihi suatu target maka satker dapat menggunakan dana yang telah diterima sampai ambang batas fleksibilitas yang telah ditentukan mendahului permintaan pembayaran kepada KPPN. Setiap tiga bulan satker mengajukan SPM Pengesahan dan disampaikan kepada KPPN untuk diterbitkan SP2D Pengesahan. Revisi DIPA Pengesahan pada BLU dan Hibah (Alternatif proses revisi perubahan pagu) Dana hibah terutama yang diterima langsung oleh K/L (satker) maupun yang dilaksanakan langsung oleh pemberi hibah selama ini belum ditatausahakan dengan baik pada DIPA bersangkutan. Di masa mendatang diupayakan ada mekanisme pelaksanaan DIPA yang bersumber dari hibah dan diusulkan menggunakan mekanisme DIPA BLU penuh yaitu kegiatan/belanja dapat dilakukan mendahului permintaan pembayaran kepada KPPN. Pemroses 1. Pelaksana pada Dit PA/Kanwil DJPB 2. Seksi pada Dit PA/Kanwil DJPB Waktu : Setiap saat/temporary Tempat : Dit PA/Kanwil DJPB Input : 1. Surat permintaan revisi pembukaan blokir 2. Kelengkapan peryaratan yang dibutuhkan Output : SP2D Pengesahan, DIPA Pengesahan
314

Rincian Proses 1. Satker mengirimkan surat permintaan pembayaran sesuai dengan jumlah penerimaan bagi satker BLU dan satker penerima hibah. 2. Setelah dilakukan penelitian KPPN menerbitkan SP2D Pengesahan berdasarkan data-data yang diterima dari satker. 3. SP2D Pengesahan disampaikan kepada Kanwil sebagai bahan penerbitan DIPA Pengesahan. 4. Data DIPA Pengesahan disampaikan kepada DJA sebagai bahan penerbitan APBN-P atau LKPP pada akhir tahun anggaran

315

Penjelasan : Revisi DIPA antar kanwil selama ini dapat dilaksanakan untuk pergeseran dana antar propinsi/kabupaten/kota untuk kegiatan operasional (kode kegiatan 0001 dan 0002) yang dilaksanakan oleh unit organisasi di tingkat pusat maupun unit organisasi vertikalnya. Revisi DIPA dilakukan melalui pergeseran dana antar satker dalam satu eselon I yang sama. Kedepannya untuk mengantisipasi berbagai perubahan dalam kebijakan maka diperlukan adanya fasilitas revisi lintas kanwil ini. Pemroses : a. Pelaksana pada Kanwil DJPB; b. Kepala Seksi Bidang PA Kanwil DJPB. Revisi antar kanwil Waktu : Sesuai kebutuhan Tempat : Kantor Pusat DJPBN, Dit PA Input : a. Surat permohonan revisi DIPA b. ADK dan Konsep DIPA-R dari satker. Output : DIPA-R Rincian proses : 1. Satker yang membutuhkan alokasi dana akan mengirimkan permohonannya secara berjenjang hingga ke Setjen K/L masing masing dan mengirimkan tembusan pemberitahuan kepada Kanwil DJPBN. 2. Kemudian melalui Setjen K/L tersebut surat pernohonan di ajukan ke Kantor Pusat DJPBN cq Dit PA.

316

3.

Dit PA akan melakukan revisi antar kanwil tersebut (beserta mengirimkan surat revisi kepada kanwil DJPBN yang terlibat)

4.

Dit PA akan melakukan revisi DIPA untuk mengurangi alokasi pagu satker pada kanwil yang bersangkutan dengan kemudian menambahkan kepada satker yang membutuhkan dana pada Kanwil DJPN lainya. (perubahan pagu antar kanwil hanya bisa dilakuka oleh Kantor Pusat DJPBN cq Dit PA)

5.

Setelah pagu berubah maka kanwil masing-masing yang terlibat dalan revisi tersebut melakukan penerbitan revisi DIPA sesuai kewenagan masing-masing dan mengirimkan ke satker yang bersangkutan.

317

Penjelasan : Pemblokiran adalah suatu tindakan yang diambil oleh petugas penelaah dengan maksud seluruh atau sebagian alokasi anggaran dalam DIPA tidak dapat dicairkan, karena pada saat penelaahan belum memenuhi satu atau lebih persyaratan alokasi anggaran. Agar alokasi anggaran tersebut bisa digunakan maka Satker harus terlebih dahulu mengajukan revisi pembukaan tanda bintang (blokir) ke Dit PA/Kanwil DJPB. Pembukaan blokir terkait dengan register pinjaman atau hibah maka direncanakan ada interface antara sistem di DJPU dan SPAN. Pinjaman yang belum efektif karena belum ada register maupun jika ada ralat kode register dapat langsung dilakukan perubahan dari database DJPU ke SPAN. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kesalahan input data manual Pembukaan tanda blokir di Perbendaharaan Pemroses 1. Pelaksana pada Kanwil DJPB 2. Seksi pada Kanwil DJPB Waktu : Sesuai dengan kebutuhan Tempat : Kanwil DJPB Input : 1. Surat permintaan revisi pembukaan blokir 2. Kelengkapan peryaratan yang dibutuhkan Output : DIPA R Rincian Proses
1. DJPU menyampaikan data perubahan register ke dalam database SPAN.
318

dan mempercepat proses pembukaan blokir tersebut.

2. Berdasarkan data tersebut Dit PA menyampaikan kepada satker bahwa register sudah efektif serta memberitahukan agar satker mengajukan permohonan pembukaan blokir terkait dengan register yang baru dari DJPU. Proses selajutnya sama dengan pembukaan blokir lainnya. 3. Satker mengirimkan surat permohonan revisi pembukaan tanda bintang (blokir) dan persyaratan tambahan dibutuhkan untuk melengkapi syarat pembukaan blokir 4. Pelaksana pada Kanwil Ditjen Perbendaharaan akan mereview persyaratan tambahan yang diajukan Satker, jika persyaratan tersebut telah memenuhi ketentuan maka pelaksana Ditjen Perbendaharaan akan menginput ADK DIPA R yang diajukan Satker. Proses ini dilakukan dengan mentransfer data akun yang diblokir dari stage 9 (blokir) ke stage 2 (allotment). Sistem akan memastikan bahwa data ADK DIPA R yang diajukan Satker sesuai dengan data RABPP yang ada pada database SPAN 5. Kepala Seksi memeriksa data yang telah diinput pelaksana, jika data tersebut telah benar maka Kepala Seksi akan memberikan persetujuan (menekan tombol approval pada sistem) dan data otomatis akan masuk ke database SPAN. 6. Setelah data di approve oleh Kepala Seksi, pelaksana bisa langsung mencetak DIPA R untuk diajukan ke Subdit dan kemudian ke Kepala Kanwil untuk mendapat persetujuan 7. Dana yang diblokir tidak berarti mengurangi total pagu DIPA selama satu tahun. 8. Dana yang diblokir akan masuk kedalam perhitungan AFP karena AFP mengacu pada total pagu DIPA setahun.

9. Dana yang diblokir dapat digunakan sebagai dasar pelaksanaan


kontrak, namun tidak dapat dilakukan pembayaran pada KPPN sampai tanda blokirnya terbuka.

319

Penjelasan : Proses Penerbitan DIPA Vote On Account (VOA) dilakukan apabila APBN untuk tahun depan yang diusulkan oleh pemerintah tidak disetujui oleh DPR (Dewan Perwakilan Rakyat/Parlemen) sampai batas waktu yang ditentukan. Proses Vote On Account ini sangat penting karena untuk menunjang kelanjutan berjalannya proses pemerintahan. Dalam

pelaksanaannya Vote On Account akan menggunakan batas tertinggi Pagu Belanja Tahun sebelumnya namun rincian belanja Vote On Account menggunakan rincian belanja Satker untuk tahun yang akan dating/sesuai RKA-KL terbaru. Pemroses : Proses akan dilakukan oleh Pelaksana pada Kantor Pusat DJPBN dan Kanwil DJPBN Dokumen/data input : Konsep DIPA/ADK(Arsip Data Komputer) dari satker, ADK Usulan Perpres rincian APBN dari DJA dan Data Pagu Belanja DIPA Satker Tahun sebelumnya. Dokumen/data output : DIPA Vote On Account Waktu: (berdasarkan analisa sementara dan best practice dari India) 1. DIPA VOA ini diterbitkan apabila pada akhir waktu yang ditentukan APBN belum disetujui DPR (contoh sampai akhir
320

November). 2. Dana yang bisa dicairkan hanya Gaji dan keperluan sehari-hari perkantoran paling lambat sampai 3 bulan pada tahun anggaran berjalan APBN masih belum disetujui DPR. 3. Seluruh dana (pagu DIPA) dapat digunakan apabila lebih 3 bulan tahun anggaran berjalan APBN masih belum disetujui DPR. Penggunaan dana ini harus didahului dengan revisi DIPA. Pelaksanaan proses pada Kantor Pusat dan Kanwil DJPBN sebagai berikut: A. A. Skenario Pertama (Berlaku sampai paling lambat bulan ke 3 TA berjalan) 1. Pelaksana (staff) pada Kantor Pusat dan/atau Kanwil akan melakukan input data dan mencocokan konsep DIPA beserta AFP dengan ADK dari usulan perpres RABPP dari DJA (interface Hyperion). 2. Setelah selesai pencocokan kemudian dilakukan approval oleh pelaksana/staff dan mengirim data/Cetakan draft SP DIPA ke kepala Seksi. 3. Kemudian Kepala Seksi akan memeriksa dan melakukan Approval. Setelah Approval dilakukan sepala seksi maka SP DIPA dicetak kemudian dikirim ke Subdit dan melanjutkan ke Dirjen PBN/Kepala Kanwil DJPBN untuk dilakukan pengesahkan DIPA. 4. DIPA yang disahkan hanya dapat digunakan untuk belanja pegawai dan keperluan sehari-hari perkantoran. Alternatif penyusunan

321

DIPAnya terdiri dari: 1. Alternatif pertama DIPA hanya berisi dana untuk belanja pegawai dan keperluan sehari-hari perkantoran. 2. Alternatif kedua DIPA berisi seluruh dana satker namun diblokir kecuali untuk belanja pegawai dan keperluan sehari-hari perkantoran. B. B. Skenario Kedua (Bila APBN masih belum disetujui DPR setelah bulan ke 3 TA berjalan) 1. Pelaksana (staff) pada Kantor Pusat dan/atau Kanwil akan melakukan revisi DIPA sesuai dengan usulan konsep DIPA beserta AFP yang diajukan satker dan ADK usulan Perpres RABPP. 2. Revisi DIPA bertujuan agar satker dapat menggunakan seluruh dana dalam DIPAnya. Setelah selesai pencocokan kemudian dilakukan approval dan mengirim data/Cetakan draft SP DIPA ke kepala Seksi. Kemudian Kepala Seksi akan memeriksa dan melakukan Approval. 3. Setelah Approval dilakukan oleh kepala seksi maka SP DIPA dicetak kemudian dikirim ke Dirjen PBN/Kepala Kanwil DJPBN untuk dilakukan pengesahkan DIPA berdasarkan konsep DIPA satker dan Adk usulan Perpres dari DJA. Revisi dapat dilakukan dengan: 1. Menerbitkan DIPA baru mengganti DIPA lama dengan pagu disesuaikan dengan realisasi dana dari DIPA lama. 2. Membuka blokir dana DIPA Lama dan menerbitkan DIPA baru
322

dengan pagu disesuaikan dengan realisasi dana dari DIPA lama. 3. Revisi juga dilakukan untuk penyesuaian AFP/Rencana Penarikan Dana. C. C. Skenario ketiga (Bila APBN telah disetujui DPR) 1. Pelaksana (staff) pada Kantor Pusat dan/atau Kanwil akan melakukan revisi DIPA (sesuai dengan usulan konsep DIPA beserta AFP yang diajukan satker dan ADK Perpres RABPP dari DJA). 2. Revisi dilakukan dengan menerbitkan DIPA baru dan harus diperhitungkan realisasi dana pada DIPA tahun sebelumnya

323

Penjelasan : Carryforward dilakukan apabila pelaksanaan anggaran pada tahun ini akan dilimpahkan ke tahun anggaran berikutnya atau melampaui tahun anggaran yang bersangkutan.

Waktu: 1. Sebelum tahun anggaran berlangsung (n-1) atau bersamaan penganggaran tahun anggaran yang datang. 2. Ketika tahun anggaran berlangsung.

Carryforward dilakukan dengan tiga pendekatan: 1. A. Carryforward encumbrance only, dalam proses Carryforward ini Carry Forward hanya dikirimkan kontraknya(yang sudah dilakukan perikatan dengan pihak ketiga) saja ketahun anggaran berikutnya. Proses ini mengakibatkan tidak bertambahnya pagu dana DIPA satker yang bersangkutan ditahun anggaran berikutnya, namun kegiatan (yang sudah dikontrakkan) ini akan menjadi prioritas pada perencanaan anggaran ditahun anggaran berikutnya.

Contoh: pada tahun 2010 DIPA satker nomor 541278 pagunya sebesar Rp 100 M, Aktual dana yang telah digunakan 90 M dan 10 M dana yang tersisa dan sudah dikontrakkan/dikomitmenkan. Pada tahun yang bersangkutan dana yang tersisa tersebut akan diajukan oleh satker dalam perencanaan anggaran untuk tahun berikutnya. Sehingga apabila pagu tahun depan satker nomor 541278 adalah sebesar 120 maka didalamnya sudah termasuk 10 M sisa kontrak yang tidak terealisasi pada tahun yang lalu.
324

Pelaksana : Proses ini akan dilakukan oleh pelaksana/staff dan kepala seksi di Kantor pusat dan Kanwil DJPBN.

Prosesnya adalah : 1. Satker akan mengirimkan Encumbrance list/ daftar kegiatan yang telah di kontrakan dan akan di caryforward-kan ke tahun depan ke kanwil DJPBN. 2. Berdasarkan informasi ini , staff akan meregister kedalam Sistem SPAN. 3. Rincian detail yang disampaikan adalah

Satker/KPPN/Dana/Kewenangan/Program/Output/Lokasi/Budget Code/Akun/Cadangan. 4. Pelaksana pada kantor pusat/Kanwil DJPBN akan mereview data usulan carryforward kemudian mengirimkan kepada kepala seksi terkait. 5. Kepala seksi akan mengecek dan mengapprove kemudian mengirimkan konsep SP, DIPA ke kasubdit/kabag kemudian ke Dirjen PBN/Kanwil DJPBN untuk dilakukan pengesahan dan menerbitkan DIPA bersamaan dengan DIPA tahunan.

B. Carryforward Fund availability saja Pengertian: Proses pelaksanaan Caryforward ini dilakukan hanya untuk dananya saja, hal ini dilakukan untuk program yang perlu di carryforward ke tahun yang akan datang. Pada proses ini pagu DIPA tahun berikutnya akan bertambah sesuai dengan sisa dana yang

325

belum terealisasi pasa tahun sebelumnya. Pelaksana : Proses ini akan dilakukan oleh pelaksana/staff dan kepala seksi di Kantor pusat dan Kanwil DJPBN.

Prosesnya adalah : a) Satker akan mengirimkan data berkaitan dengan sisa dana atas kegiatan yang belum selesai pada tahun ini dan akan di caryforward-kan ke tahun depan ke kanwil DJPBN. b) Berdasarkan informasi ini , staff akan meregister kedalam Sistem SPAN c) Rincian detail yang disampaikan adalah

Satker/KPPN/Dana/Kewenangan/Program/Output/Lokasi/Budget Code/Akun/Cadangan d) Pelaksana pada Central/Kanwil akan mereview data usulan carryforward kemudian mengirimkan kepada kepala seksi terkait. e) Kepala seksi akan mengecek dan meng approve kemudian mengirimkan konsep SP, DIPA ke kasubdit/kabag kemudian ke Dirjen PBN/Kanwil DJPBN untuk dilakukan pengesahan kemudian menerbitkan DIPA pada waktu yang bersamaan dengan DIPA tahunan. D. Carry forward untuk Encumbrance dan Fund Availability Pengertian: Penerapan metode ini dilakukan dengan membawa kegiatan yang telah dikontrakan beserta alokasi dananya ke tahun yang akan datang. Pelaksana : Proses ini akan dilakukan oleh pelaksana/staff dan kepala seksi di Kantor pusat dan Kanwil DJPBN

326

Langkah-langkah dalam Carry Forward dengan Encumbrance dan Fund Availability adalah sebagai berikut: 1. Ditjen Anggaran mengirimkan data dan dasar hukum pelaksanaan alokasi Carry Forward, mengingat proses ini dapat juga dilakukan pada akhir tahun (ketika menebitkan DIPA Biasa/DIPA Tahunan) maka proses dapat dilakukan bersamaan dengan penyusunan DIPA Tahunan namun hanya untuk program/kegiatan yang di Carry Forward-kan tidak melalui proses penelaahan hanya penyesuaian kode administratif bila diperlukan. 2. Setelah data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry Forward diterima Dit PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan Carry Forward. 3. Langkah berikutnya Dit PA/kanwil DJPB melakukan penggabungan data Carry Forward kedalam DIPA Tahunan/Biasa Satker yang bersangkutan. 4. Terakhir Dit PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA yang didalamnya juga terdapat program/kegiatan yang di Carry Forward dan mengirimkan kepada Satker. 5. Untuk DIPA BUN yang di carryforward untuk alokasi dan kontraknya akan memerlukan scenario khusus lainnya. Contoh Penerusan Pinjamana (SLA) maka harus dapat dibuat pelaporan dana penerusan pinjaman untuk masing-masing penerima dana(pemda atau BUMN ).

327

Penjelasan : Suplementary budget adalah perubahan/penyesuaian APBN pada saat tahun anggaran berjalan, penyesuaian ini dapat menambah, mengurangi atau tetap namun komposisi didalam APBN tahun berjalan berubah.

pemroses : 1. Proses ini akan dilakukan oleh pelaksana/staff dan 2. kepala seksi di Kantor pusat dan Kanwil DJPBN Suplemaentary Budget (APBN-P) Waktu : Setelah APBN tahun berjalan disahkan Proses: 1. Setelah APBN-P disetujui oleh parlemen, Maka DJA akan mengirimkan RABPP-R sampai pada tingkat terdetil (klasifikasi ekonomi 6 digit) dan bersifat tahunan /Year To Date (YTD) balances. Dengan kode Chart of Account (COA) sebagai berikut, Satker / KPPN / Dana / Kewenangan / Program / Output / Subsidiaries / Anggaran Kode / Akun / Cadangan. 2. Langkah berikutnya DJA akan mengirimkan data dan hardcopy kepada Dit PA dan Satker, kemudian satker dengan Aplikasi DIPA untuk mencetak konsep DIPA-R dan mengirimkannya ke pelaksana pada kantor pusat DJPBN / Kanwil DJPBN secara offline. 3. Kemudian proses revisi DIPA dilakukan sesuai dangan skenario revisi DIPA dan AFP untuk DIPA yang berubah dan menyesuaikan denan realisasinya(untuk menghindari pagu minus).

328

a) Query Budget Balances Mengecek Jurnal Anggaran : Mengecek Jurnal Anggaran Setelah apropriasi anggaran; Setelah alotmen anggaran; Setelah Annual Financial Plan (AFP); Setelah Cash Limit; Setelah Revisi.

b) Query Fund Mengecek Ketersediaan Dana Setelah apropriasi anggaran; Setelah alotmen anggaran; Setelah Annual Financial Plan (AFP); Setelah Cash Limit; Setelah Revisi.

Mengecek encumbrance dari PR, PO, AP and GL Mengecek Encumbrance Mengecek budget balances movement : - Setelah Budget Commitment - Setelah Payment Management Reporting : Lain-Lain SA008 Tayang dan cetak initial Annual Budget Appropriation SA009 Sistem harus bisa menganalisis Annual Budget Appropriations SA030 Tayang dan cetak MTEF

SA031 Sistem harus bisa menganalisis MTEF

329

Skenario CRP III Modul Spending Authority


No 1 Process Appropriation Detail a>DJA will transfer Annual apporved budget from Hyperion to SPAN and at the same time DJA need to send report data that being transferred to Staff Sub-Dit Dabantek b> Journal Import c> If journal import is REJECTED, Staff Sub-Dit Dabantek will inform DJA to correct the data and re-transfer again to SPAN > d> Posting Journal e> Reconciliation data between Hyperion and SPAN 2 Allotment BA999 KPA Dit PA DJA OU (Responsibility) GL Module Remark

HP

Staff Sub- Dit Dabantek Staff Sub- Dit Dabantek Staff Sub- Dit Dabantek Staff Sub- Dit Dabantek SU BA999 but under MOF, eg : DJPU* Staff DJPU Staff DJPU SA

GL GL

GL GL Auto Posting will be run every 1 hour For this purposes need to create new custom report * The KPA name is depend on the business process SU BA999 under MOF will have access to Hyperion SU BA999 under MOF will have access to SPAN

SA

a>Download data from Hyperion into DIPA formatted file as DJPU have access to Hyperion. b> Input additional information in SPAN that not yet exist in RKA-KL but required for DIPA. Eg treasurer name, etc c>Ask approval to higher hierachy d>First Approval e>Print Concept DIPA ( Unvalidated data ) f> Find Concept DIPA in SPAN that need to be reviewed based on DIPA number

HP SA

Staff DJPU Section Head - DJPU Staff DJPU Staff PA - Central

SA SA SA

330

g> Validate Concept DIPA in SPAN against APBN amount h> If necessary, certain information will be modified by Dit PA (KPPN, Location, Authority type or last 4 digits account ) else go to step (k)

Staff PA - Central Staff PA - Central

SA SA System will show warning message if there is changed in KPPN, Location or Authority type because the APBN amount is not changed but the validation result need to be PASSED

i> If necessary, certain budget amount will be blocked by Dit PA else go to step (k) j> Re-validate modified uploaded ADK against APBN amount k>Ask approval to higher hierachy l> First Approval m>Second Approval n> Transfer to General Ledger o> Posting Journal Allotment p> Print DIPA ( Validated data )

Staff PA - Central Staff PA - Central Staff PA - Central Section Head - PA Sub-Directorate Head - PA Staff PA - Central Staff PA - Central Staff PA - Central

SA SA SA SA SA SA GL SA

331

No 1

Process Appropriation Detail Non BA 999 a>DJA will transfer Annual apporved budget from Hyperion to SPAN and at the same time DJA need to send report data that being transferred to Staff Sub-Dit Dabantek. b> Journal Import c> If journal import is REJECTED, Staff Sub-Dit Dabantek will inform DJA to correct the data and retransfer again to SPAN > d> Posting Journal e> Reconciliation data between Hyperion and SPAN

KPA Dit PA Staff Sub- Dit Dabantek

OU (Responsibility) GL

Module GL

Remark

GL Staff Sub- Dit Dabantek GL SA SA SA SA SA Auto Posting

Allotment Non BA999 a> Upload formatted file Concept DIPA from SU into SPAN b> Validate Concept DIPA in SPAN against APBN amount c> If necessary, certain information will be modified by Dit PA (KPPN, Location, Authority type or last 4 digits account ) else go to step (f) d> If necessary, certain budget amount will be blocked by Dit PA else go to step (f) e> Re-validate modified uploaded ADK against APBN amount

SU s Staff PA - Central Staff PA - Central Staff PA - Central

Staff PA - Central Staff PA - Central

SA SA System will show warning message if there is changed in KPPN, Location or Authority type because the APBN amount is not changed but the validation result need to be PASSED

332

f> Ask approval to higher hierachy g> First Approval h> Second Approval i> Transfer to General Ledger j> Posting Journal Allotment k> Print DIPA ( Validated data ) l> If uploaded formatted file is modified by Dit PA ( process c and d ) , Dit PA will export modified formatted file from SPAN database to formatted file again for SU

Staff PA - Central Section Head - PA Sub-Directorate Head PA Staff PA - Central Staff PA - Central Staff PA - Central Staff PA - Central

SA SA SA SA GL SA SA Auto Posting

333

No

Process

KPA

OU (Responsibility) SA

Module

Remark

Release Blockage - All Sus a> SU will bring required document to Dit PA in Central/Kanwil b> Dit PA will find DIPA that need to be released in SPAN c> Release blockage DIPA d> Ask approval to higher hierachy e> First Approval f> Second Approval g> Transfer to General Ledger h> Posting Journal Allotment i> Print DIPA ( Validated data ) j>If uploaded formatted file is modified by Dit PA ( process c and d ) , Dit PA will export modified formatted file from SPAN database to formatted file again for SU ( Only for Non BA999 ) SUs Staff PA - Central Staff PA - Central Staff PA - Central Section Head - PA Sub-Directorate Head PA Staff PA - Central Staff PA - Central Staff PA - Central Staff PA - Central

SA SA SA

SA SA SA SA GL SA Auto Posting

334

No 1 Virement BA999

Process

KPA SU BA999 but under MOF, eg : DJPU* Staff DJPU Staff DJPU Staff DJPU

OU (Responsibility) SA

Module SA

Remark * The KPA name is depend on the business process SU BA999 under MOF will have access to SPAN

a> Find DIPA in SPAN system that need to be reallocate b> Input Virement transaction in SPAN system c> Validate againts Fund Available and make sure that exception accounts cannot be re-allocated to other accounts d> Ask approval to higher hierachy e> First Approval f> Print DIPA-R ( Unvalidated data ) g> Find Virement transaction (DIPA-R) that need to be reviewed in SPAN based on DIPA number h> First Approval i> Second Approval j> Third Approval k> Transfer to General Ledger l> Posting Journal Allotment m> Print DIPA-R ( Validated data )

SA SA

SA Staff DJPU Section Head DJPU Staff DJPU Staff PA - Central SA Staff PA - Central Section Head - PA Sub-Directorate Head - PA Staff PA - Central Staff PA - Central Staff PA - Central SA SA SA SA GL SA Auto Posting SA SA SA

Exception rules for Virement : - Below accounts cannot be re-allocated to other accounts 512211, 521111, 521112, 521113, 521114, 521115, 521119, 522111, 522114, 523111, 523121 ,511111, 511119, 511121, 511122, 511123, 511124, 511125, 511126, 511129, 511147, 511151

335

No 1 Virement Non BA999

Process

KPA SU s Staff PA - Central

OU (Responsibility) SA

Module SA SA

Remark

a> Upload formatted file Concept DIPA-R from SU into SPAN b> Validate againts Fund Available and make sure that exception accounts cannot be re-allocated to other accounts c> If the validation result is REJECTED, the uploaded formatted file need to be revised first by Spending Unit and uploaded again step (a) else go to step (d) d> Ask approval to higher hierachy e> First Approval f> Second Approval g> Transfer to General Ledger h> Posting Journal Allotment i> Print DIPA-R ( Validated data )

Staff PA - Central SA Staff PA - Central SA Staff PA - Central Section Head PA Sub-Directorate Head - PA Staff PA - Central Section Head PA SA SA SA SA GL SA

Exception rules for Virement : - Below accounts cannot be re-allocated to other accounts 512211, 521111, 521112, 521113, 521114, 521115, 521119, 522111, 522114, 523111, 523121 ,511111, 511119, 511121, 511122, 511123, 511124, 511125, 511126, 511129, 511147, 511151

336

No 1 Update AFP Non BA999

Process

KPA SU s Staff PA - Central

OU (Responsibility) SA

Module SA SA

Remark

a> Upload formatted file Concept DIPA-R from SU into SPAN

For AFP Update proces, the process is similar with Virement but re-alocation between period

b> Validate againts Fund Available and make sure that exception accounts cannot be re-allocated to other accounts c> If the validation result is REJECTED, the uploaded formatted file need to be revised first by Spending Unit and uploaded again step (a) else go to step (d) d> Ask approval to higher hierachy e> First Approval f> Second Approval g> Transfer to General Ledger h> Posting Journal Allotment i> Print DIPA-R ( Validated data )

Staff PA - Central SA Staff PA - Central SA Staff PA - Central Section Head PA Sub-Directorate Head - PA Staff PA - Central Section Head PA Staff PA - Central SA SA SA SA GL SA

337

No 1 AFP Update BA999

Process

KPA SU BA999 but under MOF, eg : DJPU* Staff DJPU

OU (Responsibility) SA

Module SA

Remark * The KPA name is depend on the business process SU BA999 under MOF will have access to SPAN

a> Find DIPA in SPAN system that need to be reallocate b> Input AFP information that need to be updated in to SPAN system c> Validatie againts Fund Available and make sure that exception accounts cannot be reallocated to other accounts d> Ask approval to higher hierachy e> First Approval f> Print DIPA-R ( Unvalidated data ) g> Find Virement transaction (DIPA-R) that need to be reviewed in SPAN based on DIPA number h> Ask approval to higher hierachy i> First Approval j> Second Approval k> Transfer to General Ledger l> Posting Journal Allotment m> Print DIPA-R ( Validated data )

SA Staff DJPU SA Staff DJPU SA Staff DJPU Section Head - DJPU Staff DJPU Staff KPPN/Kanwil SA Staff KPPN/Kanwil Section Head Kanwil/KPPN Sub-Directorate Head Kanwil/KPPN Staff KPPN/Kanwil Staff KPPN/Kanwil Staff KPPN/Kanwil SA SA SA SA GL SA SA SA SA

Auto Posting

338

No 1

Process Cash Limit for all Sus ( MOF decides which expenditure type that going to be reduced ) a> Decide Cash Limit regulation that going to be applied for all SU b> Create Mass Allocation formula based on Cash Limit rules ( which SUs, percentages Cash Limit) c> Print custom report to identify percentages of remaining Fund Available against total budget amount based on summary 2 digits account

KPA

OU (Responsibility) SA

Module SA

Remark

Dit PKN Staff PA - Central GL Staff PA - Central Need to custom report as identification which Fund Available by summary 2 digits account that exceed Cash Limit percentage

GL d> Run Mass Allocation program to generate Encumbrance journal to reserve Fund Available amount e> Ask approval to higher hierachy f> First Approval g> Second Approval l> Posting Journal Cash Limit m> Print Cash Limit report Staff PA - Central GL Staff PA - Central Section Head - PA Sub-Directorate Head - PA Sub-Directorate Head - PA Staff PA - Central GL GL

GL GL

Auto Posting Need to design report layout for this process

339

No 1

Process Cash Limit ( SU decides which expenditure type that going to be reduced ) a> Decide Cash Limit regulation that going to be applied for all SU b> Based on regulation from Dit PA, each Spending Unit will create Cash Limit report and send it to KPPN c> Print custom report to identify percentages of remaining Fund Available against total budget amount based on summary 2 digits account. If the Cash Limit amount is more than Fund Available then Cash Limit data need to be revised first by SU c> By using WebADI, Staff KPPN will upload Cash Limit report as Encumbrance journal with category Cash Limit e> Ask approval to higher hierachy f> First Approval g> Second Approval l> Posting Journal Cash Limit m> Print Cash Limit report

KPA

OU (Responsibility) SA

Module SA

Remark

Dit PA SUs Staff KPPN GL GL Need to custom report as identification which Fund Available by summary 2 digits account that exceed Cash Limit percentage

Staff KPPN GL Staff KPPN Section Head KPPN Sub-Directorate Head - KPPN Sub-Directorate Head - PA Staff KPPN GL GL

GL GL

Auto Posting Need to design report layout for this process

340

No 1

Process Carry Forward - Fund Available

KPA

OU (Responsibility) SA

Module SA

Remark * The KPA name is depend on the business process SU BA999 under MOF will have access to SPAN

a> b> Dit PA in Central/Kanwill will create Carry Forward DIPA file based on remaining Fund Available from previous year and will be uploaded in to SPAN with budget type 4 c>There is no validation between uploaded formatted file and Annual budget ( APBN )

Staff PA - Central SA Staff PA - Central

Staff PA - Central

DIPA Luncuran will be created first without any annual budget (APBN) revision therefore this transaction will make Annual budget amount minus because DIPA amount is more than APBN.

d>Ask approval to higher hierachy e>First Approval f>Second Approval g>Posting Journal Carry Forward h>Print DIPA-R

Staff PA - Central Section Head - PA Sub-Directorate Head PA Staff PA - Central Staff PA - Central

GL This DIPA-Luncuran will increase amount of the DIPA and will use same DIPA number with beginning of year DIPA

341

Isu Selama Pelaksanaan CRP II Modul Spending Authority

NO

Proses Bisnis

Uraian Proses

Isu

Tipe Issue

Pengambil Keputusan

Status

Usulan Solusi

Pengesahan DIPA Biasa

Setelah proses penganggaran di DJA selesai maka modul Budget Preparation (DJA) mengirimkan Perpres Rincian Angaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP) ke Ditjen Perbendaharaan dan diterima oleh modul Manajemen DIPA. Perpres tersebut akan menjadi dasar penelaahan DIPA di DJPB. Kemudian setelah Spending Unit (satuan kerja/satker) mengirimkan Konsep DIPA kepada Direktorat Pelaksanaan Anggaran untuk DIPA pusat atau ke Kanwil Ditjen Perbendaharaan untuk DIPA daerah maka dilakukan Penelaahan konsep DIPA satker. Penelaahan tersebut untuk memeriksa kesesuaian konsep DIPA satker dengan Perpres RABPP dan Peraturan terkait penyusunan, penelaahan, pengesahan dan revisi DIPA. Proses penelaahan DIPA akan menggunakan bantuan aplikasi, aplikasi akan memberikan informasi perbedaan antara ADK Konsep DIPA Satker dan ADK Perpres RABPP. Setelah semua sesuai maka Dirjen Perbendaharaan mengesahkan DIPA Pusat dan Kanwil DJPB A.n Ditjen Perbendaharaan mengesahkan DIPA Daerah. Apabila dalam pelaksanaan penelaahan DIPA ada yang tidak sesuai dengan berbagai kriteria diatas maka Direktorat Pelaksanaan Anggaran (PA)/ Kanwil DJPB akan menerbitkan surat pengembalian konsep DIPA untuk segera diperbaiki oleh satker.

1.

Masih terdapat jenis DIPA yang tidak menggunakan proses bisnis DIPA pada umumnya, contohnya untuk DIPA Transfer ke daerah. Pemberian nomor DIPA belum dapat dihasilkan oleh sistem oracle Dengan penerapan DIPA 2 digit, bagaimana jenis DIPA transfer dapat dibedakan?(perbedaan antar DIPA transfer selama ini dilihat dari digit ketiganya) Penelaahan DIPA melalui aplikasi ini hanya bisa dilakukan untuk data yang masuk kedalam struktur COA, data lainnya masih manual. Perbedaan blokir yang dilakukan DJA dan DJPB tidak dapat dibedakan oleh oracle Perlunya standardisasi Kode BUMN sebagai dasar dalam penyusunan DIPA Penerusan Pinjaman Pemerintah (DIPA SMI)

Proses Bisnis

High Level

Open

Seluruh Jenis DIPA menggunakan Proses Bisnis yang terstandardisasi

2. 3.

Open Sistem Open Sistem Khusus DIPA transfer Dibuat 3 digit

Open Sistem

4.

Open Sistem Middle Level Open TIM Modul telah membuat usulan daftar kode BUMN

5.

Proses Bisnis

6.

342

NO

Proses Bisnis 2 Pengesahan DIPA Sementara

Uraian Proses

Isu

Tipe Issue

Pengambil Keputusan

Status

Usulan Solusi

Ditjen Anggaran mengirimkan Perpres RABPP Kepada Dit PA/kanwil Ditjen PBN Kemudian Direktorat Pelaksanaan Anggaran/ Kanwil Ditjen PBN akan membuat Konsep DIPA satker yang belum menyampaikan konsep DIPAnya sampai waktu tertentu. Berdasarkan Perpres RABPP dan Konsep DIPA tersebut maka Dit PA/Kanwil DJPB akan langsung melakukan pengesahan DIPA sementara tersebut, namun hanya belanja pegawai dan kebutuhan seharihari perkantoran yang tidak diblokir

Perbedaan Blokir yang dilakukan DJA dan DJPB tidak dapat dibedakan oleh oracle

Sistem

Pengesahan DIPA Vote on Account

Penyampaian RABPP dari DJA ke DJPB melalui manajemen DIPA, kemudian pada manajemen DIPA baik di Dit PA maupun Bidang PA Kanwil DJPB menyusun konsep DIPA Vote on Account dan dilakukan penyesuaian untuk pelaksanaan anggaran di tahun yang akan datang. Setelah dilakukan penyesuaian pada konsep DIPA Vote on Account, maka DIPA Vote on Account disahkan oleh Direktur Pelaksanaan Anggaran (PA) / Kepala Kanwil DJPB Setelah DJA mengirimkan RABPP R ke Dit PA dan Kanwil DJPB melalui Manajemen DIPA, setelah Satker mengirimkan Konsep DIPA R maka Dit PA / kanwil DJPB melakukan penelaahan terhadap konsep DIPA R tersebut. Penelaahan dilakukan untuk menilai kesesuaian konsep DIPA R satker dengan Perpres RABPP R dan peraturan lainnya; Ketika semua sudah sesuai maka Kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA R dan mengirimkan DIPA revisi ke satker; Apabila terdapat ketidaksesuaian maka Kanwil DJPB akan mengirimkan surat pengembalian konsep DIPA R kepada Satker .

Proses bisnis membutuhkan kesepakatan dengan DJA, menginggat pengiriman data rancangan perpres rincian APBN yang menjadi dasar DIPA Vote on Account merupakan kewenangan DJA

Proses Bisnis

High Level

Open

Seluruh Jenis DIPA menggunakan Proses Bisnis yang terstandardisasi

Revisi DIPA dikarenakan Perubahan RABPP

343

NO

Proses Bisnis 5 Revisi DIPA tanpa Perubahan RABPP

Uraian Proses

Isu

Tipe Issue

Pengambil Keputusan

Status

Usulan Solusi

Setelah satker mengirimkan Permohonan Revisi DIPA kepada Kanwil DJPB beserta dokumen pendukung dan ADK nya. Kanwil DJPB melakukan penelaahan/penilaian kesesuaian permohonan dengan peraturan yang ada. Apabila ada yang tidak sesuai dengan peraturan maka Kanwil DJPB akan mengirimkan surat penolakan atau pengembalian konsep DIPA kepada satker untuk segera memperbaikinya. Namun apabila ketidak sesuainnya masih dalam wewenang Kanwil DJPB maka Kanwil dapat melakukan penyesuaian sesuai kewenanganya misalnya koreksi administratif atas usulan dimaksud. Setelah semua sesuai dengan peraturan maka Kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA dan mengirimkan kepada Satker.

Revisi Ambang Batas BLU

Revisi Ambang batas BLU (Badan Layanan Umum) merupakan revisi dalam batas kewenangan Ditjen PBN. Revisi ini dibagi menjadi dua yaitu dalam ambang batas dan diatas ambang batas. Untuk revisi didalam ambang batas pada dasarnya BLU sudah menggunakan dananya namun untuk mempertanggung jawabkannya BLU menggunakan SPM pengesahan. Sebelum mengajukan SPM pengesahan BLU wajib melakukan revisi DIPAnya terlebih dahulu, baru kemudian mengajukan SPM pengesahan ke KPPN.

Dalam revisi DIPA, satker BLU dapat melakukan belanja terlebih dahulu kemudian melakukan revisi namun apabila berada diatas ambang batas maka harus ijin Menkeu. Permasalahannya karena semua dana PNBP ada pada Satker BLU dan mereka dapat melakukan belanja. perlu dibuat batasan SPM pengesahan diatas ambang batas harus merevisi DIPAnya terlebih dahulu.

Proses bisnis

High Level

Open

Perlunya dibuat batasan SPM pengesahan diatas ambang batas harus merevisi DIPAnya terlebih dahulu.

344

NO

Proses Bisnis

Uraian Proses Revisi kedua untuk penggunaan dana BLU diatas ambang batas/fleksibilitas, maka satker tidak dapat membelanjakan dananya terlebih dahulu, BLU harus melakukan revisi untuk menyesuaikan Pagunya baru dapat melakukan belanja. Hal ini karena BLU untuk melakukan belanja diatas ambang batas membutuhkan Ijin Dirjen PBN untuk menilai kelayakan penggunaan dananya. Secara alur proses revisi yang dilakukan oleh Satker BLU untuk merevisi DIPAnya baik yang dalam ambang batas maupun yang diatas ambang batas adalah sama, prosesnya adalah sebagai berikut: a. Satker BLU mengajukan konsep revisi DIPA BLU kepada kanwil DJPB b. Kanwil DJPBN melakukan penelaahan/penyesuaian dengan pagu dan kaidah akuntansi c. Setelah disetujui kanwil melakukan pengesahan DIPA revisi BLU dan melaporkan kepada Dit PA DJPB. d. kemudian Direktorat Pelaksanaan Anggaran mengirimkan revisi DIPA BLU ke DJA untuk penyesuaian data appropriasi dengan memasukkan pada APBN-P atau pelaporan dilakukan pada akhir tahun dan melakukan rekonsiliasi (LKPP).

Isu

Tipe Issue

Pengambil Keputusan

Status

Usulan Solusi

Rencana Penarikan Dana

Satker mengajukan Rencana Penarikan dana ketika proses pengajuan konsep DIPA, sehingga Rencana Penarikan Dana hanya digunakan sebagai informasi awalperencanaan kas bukan pembatasan dalam pelaksanaan kontrak atau pencairan dana Rencana Penarikan Dana di ajukan bersama dengan pengajuan konsep DIPA satker ketika melakukan penelaahan DIPA di DJPBN (Dit PA/Kanwil)

Salah satu alat untuk melakukan cash limit adalah melalui pembatasan rencana penarikan dana

Sistem

345

NO

Proses Bisnis 7 Carry Forward

Uraian Proses

Isu

Tipe Issue

Pengambil Keputusan

Status

Usulan Solusi

Mekanisme Carry Forward (encumbrance only) Ditjen Anggaran mengirimkan data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry Forward, namun untuk program/kegiatan yang di Carry Forward-kan tidak melalui proses penelaahan hanya penyesuaian kode administratif bila diperlukan. Setelah data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry Forward diterima Dit PA/kanwil DJPB melakukan Pengesahan Carry Forward. Langkah berikutnya Dit PA/kanwil DJPB melakukan penggabungan data Carry Forward kedalam DIPA Tahunan/Biasa Satker yang bersangkutan. Selanjutnya Dit PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA yang didalamnya juga terdapat program/kegiatan yang di Carry Forward dan mengirimkan kepada Satker. Carry Forward Encumbrance and fund availability Ditjen Anggaran mengirimkan data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry Forward, namun untuk program/kegiatan yang di Carry Forward-kan tidak melalui proses penelaahan hanya penyesuaian kode administrative bila diperlukan. Setelah data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry Forward diterima Dit PA/kanwil DJPB melakukan Pengesahan Carry Forward. Langkah berikutnya Dit PA/kanwil DJPB melakukan penggabungan data Carry Forward kedalam DIPA Tahunan/Biasa Satker yang bersangkutan. Terakhir Dit PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA yang didalamnya juga terdapat program/kegiatan yang di Carry Forward dan mengirimkan kepada Satker.

Pada proses carryforward tidak dapat dihasilkan jurnal dari oracle

Sistem

346

NO

Proses Bisnis 8 Cash Limit a. Cash

Uraian Proses

Isu

Tipe Issue

Pengambil Keputusan high level

Status

Usulan Solusi

limit

tanpa

usulan

satker

Direktorat PKN menyampaikan informasi kekurangan kas kepada Direktorat PA, kondisi ini berdasarkan perhitungan realisasi penerimaan bulan ini dan perkiraan pencairan dana bulan depan; Dit PA kemudian akan menyampaikan kepada KPPN jumlah alokasi yang dapat digunakan oleh masingmasing satker. KPPN menerapkan penetapan cash limit yang akan digunakan sebagai dasar perubahan Halaman III DIPA dan menyampaikannya kepada satker. Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih dimungkinkan untuk digunakan kembali jika pemerintah sudah memiliki dana kas yang cukup; Namun jika sampai periode tertentu diperkirakan pemerintah tidak memiliki dana maka akan dilakukan APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana DIPA masing-masing satker. b. Cash limit dengan usulan satker

Cash limit pada dasarnya adalah pembatasan kas keluar oleh BUN karena keadaan mendesak, namun dalam pelaksanaany pembatasan hanya dapat dilakukan melalui pagu DIPA satker.

Proses Bisnis

Closed

Menggunakan pembatasan pagu, apabila pembatasan kas sulit dilakukan

Belum ditemukan cara untuk melakukan cash limit

Sistem

Dit PKN (Pengelolaan Kas Negara ) akan menyampaikan ke Dit PA kondisi kas yang tidak mencukupi bagi satker berdasarkan perhitungan realisasi penerimaan bulan ini dan perkiraan pencairan dana bulan depan. Dari data PKN maka Dit PA akan menyampaikan kepada KPPN jumlah alokasi yang dapat digunakan oleh masing-masing satker. KPPN menyampaikan kepada masing-masing satker agar pengeluaran pada bulan tersebut dikurangi sebesar jumlah tertentu sekaligus agar menyesuaikan jumlah kegiatan yang akan dikurangi dananya. Satker kemudian menyampaikan update pengeluaran yang telah disesuaikan dengan dana yang dikurangi tersebut sekaligus menyesuaikan rencana penarikan

347

NO

Proses Bisnis

Uraian Proses dana kepada KPPN. KPPN menerapkan penetapan cash limit yang akan digunakan sebagai dasar perubahan Halaman III DIPA. Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih dimungkinkan untuk digunakan kembali jika pemerintah sudah memiliki dana kas yang cukup. Namun jika sampai periode tertentu diperkirakan pemerintah tidak memiliki dana maka akan dilakukan APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana DIPA masing-masing satker.

Isu

Tipe Issue

Pengambil Keputusan

Status

Usulan Solusi

Pemblokiran Dana

Pemblokiran dana DIPA dapat dilakukan oleh DJA dan DJPB, hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal sesuai peraturan yang berlaku, contohnya belum adanya no register loan atau dokumen pendukung lain yang belum lengkap. Selama CRP II proses dilakukan dengan WEB ADI yaitu aplikasi berbasis Microsoft excell yang dapat terhubung dengan oracle.

Oracle tidak dapat membedakan siapa yang melakukan pemblokiran, sehingga akan berdampak pada sulitnya membagi kewenangan pemblokiran dan pembukaan blokir dana. Web ADI bukanlah sebuah Aplikasi standar yang digunakan dalam transaksi Manajemen DIPA, hanya sebuah alat untuk memasukan data Pagu DIPA agar dapat digunakan oleh Modul lain

Sistem

10

Web ADI

Sistem

Untuk CRP III sudah ada Aplikasi dari Oracle untuk melakukan transaksi Manajemen DIPA

348

Jurnal dalam Manajemen DIPA

Pada dasarnya jurnal standar anggaran pada oracle menggunakan single jurnal, yaitu jurnal yang hanya menggunakan satu sisi debit atau kreditnya saja. Jurnal standar anggaran ini tidak seperti jurnal transaksi double entry dimana salah satu akunnya akan menyeimbangkan akun pasangannya. Struktur chart of account (COA) terdiri Satker-KPPN-Sumber dana-Kewenangan-BA,Esln,Program-Aktivitas-Lokasi-Kode budgetAkun-Interco. Penentuan perbedaan jurnal dalam manejemen DIPA terletak pada kode budget didalam COA. Untuk sementara kode terdiri dari: Kode Penjelasan budget 1 Appropriasi 2 3 4 5 6 7 8 9 Allotment Carryforward VOA Pengembalian Belanja Blokir DJA Blokir DJPBN

Diusulkan kedepan kode dibuat menggunakan Alfabetis sehingga dapat menampung lebih banyak kemungkinan terjadinya penambahan kode berkaitan dengan budget code. Berikut adalah contoh Jurnal pada manajemen DIPA.
349

1. Approprisasi Jurnal appropriation terjadi saat Undang-Undang APBN disahkan. Jurnal appropriation menggunakan single jurnal yaitu hanya menggunakan sisi debit saja. Contoh jurnalnya dapat kita lihat berikut ini:
Struktur Chart of Account Bulan Januari Satker 439460 KPPN 133 Sumber dana 123456 Kewen angan 1 BA, Esln, program 1234567 kegiatan 123456 Lokasi 0151 Kode Budget 1 Akun 532111 Interco 123546 Debit 30.000 Kredit

2. Allotment Jurnal Allotment Alternatif I Jurnal allotment terjadi saat Konsep DIPA disahkan oleh Dirjen PBN/Kepala Kanwil Ditjen PBN. Jurnal allotment ini tidak dapat melampaui pagu pada jurnal appropriasi sebagai contoh : dilakukan pengesahan disahkan DIPA Satker 123456 dengan kode akun 123456 sejumlah Rp. 27.000, maka akunnya adalah sebagai berikut :
Struktur Chart of Account Bulan Januari Satker 439460 KPPN 133 Sumber dana 123456 Kewen angan 1 BA, Esln, program 1234567 kegiatan 123456 Lokasi 0151 2 Kode Budget Akun 532111 Interco 123546 Debit 27.000 Kredit

Dalam membuat jurnal allotment, sebelumnya didahului dengan pengecekan pagu appropriasi sehingga tidak akan melampaui pagu appropriasi.

350

3. Carryforward Jurnal Carryforward merupakan jurnal yang terjadi pada saat transaksi pengiriman appropriasi menjadi allotment sesuai dengan metode carryforward yang ditentukan: a. Untuk carryforward Fund only maka akan digunakan kode budget 3 untuk membedakan chart of account dalam DIPA tahun berjalan dengan DIPA carryforward. b. Untuk Carryforward encumbrance dan Fund only juga menggunakan kode budget 3 untuk membedakan chart of account dalam DIPA tahun berjalan dengan carryforward. c. Untuk Carryforward encumbrance Only maka akan diperlakukan sama dengan penggunaan kode budget 3 agar Struktur Chart of Account
Bulan Januari Satker 439460 KPPN 133 Sumber dana 123456 Kewen angan 1 BA, Esln, program 1234567 kegiatan 123456 Lokasi 0151 Kode Budget 3 Akun 532111 Interco 123546 Debit 27.000 kredit

4. Vote on Acount Jurnal Vote on Account (VOA) terjadi apabila RUU APBN belum disahkan DPR sampai waktu yang ditentukan, maka DJPBN akan melakukan Allotment dengan menerbitkan DIPA VOA. Nanti apabila APBN telah disetujui pada tahun berjalan maka akan di jurnal kembali ke kode budget Allotment (2) Struktur Chart of Account
Bulan Januari Satker 439460 KPPN 133 Sumber dana 123456 Kewen angan 1 BA, Esln, program 1234567 kegiatan 123456 Lokasi 0151 Kode Budget 4 Akun 532111 Interco 123546 Debit 27.000 kredit

351

5. Pengembalian Belanja Jurnal pengembalian belanja terjadi apabila terdapat pengembalian belanja pada tahun anggaran berjalan. Jurnal ini berfungsi untuk membedakan antara belanja yang merupakan pengembalian dan bukan. Struktur Chart of Account
Bulan Januari Satker 439460 KPPN 133 Sumber dana 123456
Kewena ngan

BA, Esln, program 1234567

kegiatan 123456

Lokasi 0151

Kode Budget 7

Akun 532111

Interco 123546

Debit 27.000

kredit

6. Blokir dana dari DJA Jurnal Blokir DJA terjadi saat appropriasi yang diterima dari DJA telah diblokir dan kewenangan membuka blokirnya ada pada DJA, sebagai contoh : dilakukan pemblokiran DIPA Satker 123456 dengan kode akun 123456 sejumlah Rp. 15.000, maka akunnya adalah sebagai berikut : Struktur Chart of Account
Bulan Januari Satker 439460 KPPN 133 Sumber dana 123456
Kewena ngan

BA, Esln, program 1234567

kegiatan 123456

Lokasi 0151

Kode Budget 8

Akun 532111

Interco 123546

Debit 15.000

kredit

352

7. Blokir dana dari DJPBN Jurnal Blokir dana dari terjadi bila pada saat appropriasi tidak terdapat dana yang diblokir namun dalam membuat allotment, DJPBN diharuskan melakukan blokir sesuai dengan peraturan yang berlaku. Jurnal pemblokiran oleh DJPBN ini contohnya terjadi pada saat pengesahan DIPA sementara. Contoh transaksi Dilakukan pemblikiran DIPA satker 123456 dengan kode akun 123456 sejumlah Rp.25.000, maka junalnya adalah Struktur Chart of Account
Bulan Januari Satker 439460 KPPN 133 Sumber dana 123456
Kewena ngan

BA, Esln, program 1234567

kegiatan 123456

Lokasi 0151

Kode Budget 9

Akun 532111

Interco 123546

Debit 25.000

kredit

8. Jurnal Revisi DIPA antar akun, satker,KPPN,dll Jurnal revisi DIPA terjadi apabila terdapat pergeseran akun sesuai dengan peraturan tentang revisi anggaran, Jurnal ini pada dasarnya bertujuan untuk mencatat perubahan pada struktur COA. Contoh Revisi Antar Akun. Dari: Struktur Chart of Account
Bulan Januari Satker 439460 KPPN 133 Sumber dana 123456
Kewena ngan

BA, Esln, program 1234567

kegiatan 123456

Lokasi 0151

Kode Budget 2

Akun 532111

Interco 123546

Debit 25.000

kredit

353

Menjadi: Struktur Chart of Account


Bulan Januari Satker 439460 KPPN 133 Sumber dana 123456
Kewena ngan

BA, Esln, program 1234567

kegiatan 123456

Lokasi 0151

Kode Budget 2

Akun 532111

Interco 123546

Debit 25.000

kredit

9. Jurnal AFP (Halaman III DIPA)


Halaman III DIPA pada dasarnya hanya digunakan untuk kepentingan cash forecasting, bukan sebagai salah satu syarat dalam pencairan dana. Contoh pada DIPA satker 123456 memiliki pagu DIPA Rp. 1.000.000,00 kemudian pada halaman III DIPA disusun rencana penarikan dana. Contoh Akun pada satker 123456 pada bulan Januari dan februari berdasarkan pembagian dana DIPA satu tahun yang dibagi menjadi 12 bulan.

Struktur Chart of Account


Bulan Januari Satker 439460 KPPN 133 Sumber dana 123456
Kewena ngan

BA, Esln, program 1234567

kegiatan 123456

Lokasi 0151

Kode Budget 2

Akun 532111

Interco 123546

Debit 115.000

kredit

Struktur Chart of Account


Bulan Februari Satker 439460 KPPN 133 Sumber dana 123456
Kewena ngan

BA, Esln, program 1234567

kegiatan 123456

Lokasi 0151

Kode Budget 2

Akun 532111

Interco 123546

Debit 150.000

kredit

354

Anda mungkin juga menyukai