I.
PENGERTIAN INCREMENTALLY LAUNCHED METHOD Incrementally Launched Method (ILM) adalah suatu metode erection pada konstruksi jembatan bentang panjang. Metode ini ditemukan oleh Prof. Dr. Ing. F. Leonhardt dan partnernya Willi Baur. Metode ini telah dipatenkan sejak tahun 1967. Diperkirakan lebih dari 1000 jembatan di dunia dibangun dengan mengunakan metode incremental launching. Metode ini terdiri dari pengerjaan superstruktur yang dikerjakan segmen demi segmen pada casting yard yang terletak di belakang salah satu abutmen jembatan. Setiap segmen beton dicor bersambung dengan segmen sebelumnya yang sudah dikerjakan. Kemudian secara keseluruhan superstruktur diluncurkan ke depan sejauh panjang segmen tersebut. Prosedur ini dilakukan secara berulang hingga jembatan berada pada posisi akhir.
II.
SYARAT TEKNIS UNTUK MENGGUNAKAN METODE ERECTION INCREMENTALLY LAUNCHED PADA JEMBATAN Syarat teknis untuk menggunakan metode erection ILM pada jembatan antara lain adalah:
a. Jembatan type box segmental b. Jembatan beralinement lurus atau kurva tetap c.
Requirement alinemen adalah harus berada dalam range gradient 7% dan cross fall 5%. Minimum radius in plan 350 meter dan radius in elevation 2000 Meter
d. Jembatan berpenampang section tetap e. Jembatan dengan kelangsingan tinggi (ratio span to depth berkisar 12-
18)
f.
Metode jembatan ini dibangun biasanya karena adanya syarat bahwa tidak diperbolehkan adanya gangguan pada sisi bawah lantai jembatan. Metode ini mengharuskan tersedianya lahan yang cukup luas di lokasi belakang abutment untuk produksi segmen lantai jembatan. III. MEKANISME PELAKSANAAN METODEERECTION INCREMENTALLY LAUNCHED PADA JEMBATAN
Mekanisme proses pelaksanaan erection jembatan dengan menggunakan metode ILM ini dapat dijelaskan secara prinsip sebagai berikut:
pada tiap segment. Segment tersebut dihubungkan secara monolit dengan segment sebelumnya. Panjang segment berkisar 15 25 meter.
b. Pada bagian ujung depan lantai dipasang nose yang terbuat dari
struktur baja. Nose tersebut akan berfungsi sebagai tambahan lantai sedemikian mengurangi momen yang besar yang terjadi ketika rangkaian pelat lantai membentuk struktur kantilever. Nose berfungsi mengurangi besarnya momen kantilever yang terjadi. Nose didesain seringan mungkin untuk mengurangi tambahan beban yang harus dipikul oleh struktur lantai jembatan. Struktur nose memiliki panjang sekitar 65% dari bentang jembatan.
c.
Pada saat segment yang telah diproduksi dan umur beton telah mencukupi, maka seluruh lantai jembatan didorong dengan
d. Permukaan pilar dikondisikan memiliki tahanan geser yang kecil. Hal ini
untuk memudahkan proses mendorong rangkaian segment lantai jembatan. Dapat menggunakan suatu alat khusus dengan permukaan teflon. 4
e. Jika
diperlukan
berdasarkan
perhitungan,
dapat
ditambahkan
temporary support di tengah bentang antara pilar jembatan. Temporary support ini akan berfungsi mengurangi besarnya momen yang dipikul oleh struktur pelat lantai jembatan.
f.
Pilar jembatan dapat ditambahkan perkuatan. Hal ini disebabkan jembatan akan mendapat beban horizontal tambahan selama proses launching. Tambahan beban ini akan mempengaruhi kemampuan pilar dalam menahan beban. Untuk mengatasi tambahan beban gaya horizontal, maka pilar dipasang perkuatan kabel.
IV.
KELEBIHAN
DAN
KEKURANGAN
METODE
ERECTION
INCREMENTALLY LAUNCHED PADA JEMBATAN a. Kelebihan Metode Erection Incrementally Launched pada jembatan 1) Tidak memerlukan perancah dalam pembuatan struktur lantai jembatan 2) Tidak menggangu area di bawah lantai jembatan 3) Kebutuhan lahan di belakang jembatan relatif minim karena lokasi fabrikasi segment tidak berpindah tempat. 4) Waktu pelaksanaan lebih cepat
b. Kekurangan Metode Erection Incrementally Launched pada jembatan 1) Hanya dapat diaplikasikan pada bentang jembatan pendek atau terbatas 2) Diperlukan beberapa struktur sementara yaitu nose, temporary tower, perkuatan pilar, dan lain-lain 3) Hanya dapat digunakan pada jembatan lurus atau kurvat etap 4) Membutuhkan area bebas dibelakang jembatan sebagai lokasi fabrikasi segmen lantai jembatan.
V.
a.
b.
c.
10
d.
11
e.
12