Anda di halaman 1dari 2

Wartawan dan Bahasa: Perbandingan Ragam Bahasa Sastra dan Bahasa Jurnalistik

(Hana Krisviana / 11140110250)

Kubawa sakit di kepala dan kakiku yang retak-retak kepanasan, mengelilingi tanahtanah dan pasir-pasir dan debu-debu dengan kedua telapak tanganku yang terbuka, mencari tempat menghadap laut untuk menanam hatiku yang merah dan tidak lagi berlumur darah di tangan kanan, dan belati mengkilat di tangan kiri. Aku akan menunggumu di gerbang ruh-ruh abadi. Meski tulisan itu dapat Anda temukan dalam salah satu lembaran koran Kompas, Anda tidak akan menemukannya di bawah tajuk Metropolitan atau berada dekat suatu kolom berita bernada politik. Jelas, sebab paragraf berbau metafora tersebut diambil dari cerpen favorit saya, Belati dan Hati karya Chairil Gibran Ramadhan yang dimuat dalam rubrik cerpen pada hari Minggu, antara bulan April atau Mei tahun lalu. Cerpen atau cerita pendek adalah salah satu jenis karya sastra. Dalam bahasa Indonesia, hal tersebut berarti merujuk pada kesusastraan, jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu1. Keindahannya ditunjukkan dengan pemakaian kiasan, penggunaan kata yang tidak umum digunakan, dan lain sebagainya. Hal itu semakin menegaskan bahwa sastra adalah salah satu ragam bahasa yang tergolong bebas dari aturan. Pemakaian kata-kata yang tidak sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dibenarkan oleh alasan keindahan sastra. Bertolak belakang dengan hal tersebut, bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa yang dibatasi oleh banyak aturan dalam penggunaannya. Anda tidak akan menemukan kata pasir yang diulang, kalimat berbau konotatif, dan kalimat panjang yang dipisahkan oleh tanda koma yang begitu banyak. Meski keduanya termasuk dalam satu golongan ragam bahasa2 bersama dengan ragam bahasa undang-undang dan ragam bahasa ilmiah, sifat yang mereka usung sangatlah berbeda. Hemat Jika karya sastra boleh menuliskan kata pasir-pasir, debu-debu, serta tanah-tanah, tidak begitu halnya dengan bahasa jurnalistik. Sastrawan menggunakan repetisi atau
1 2

http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra http://id.wikipedia.org/wiki/Ragam_bahasa

pengulangan atas alasan keindahan atau untuk menekankan hal tertentu, sementara wartawan diwajibkan untuk menggunakan kata yang ringkas demi menghemat ruang dalam kolom. Kata hemat juga dimaksudkan agar wartawan tidak mengaburkan esensi beritanya karena terlalu banyak menggunakan bunga kata. Suatu berita haruslah singkat namun padat demi memudahkan orang untuk membacanya dalam setiap kesempatan. Alih-alih menulis pasirpasir, seorang wartawan tentu akan menulis pasir untuk menghilangkan repetisi yang mubazir. Jelas Sudah tentu tidak ada orang yang dapat merobek hatinya sendiri namun masih tetap hidup untuk mengubur hatinya tersebut, maka kalimat tersebut dapat dipastikan bernada konotatif atau kiasan. Tidak semua orang dapat memahami arti kiasan, kata kiasan adalah sesuatu yang diharamkan dalam menulis berita. Berita merupakan informasi milik publik dari berbagai kalangan, oleh karena itu penulisannya harus sejelas dan sebaku mungkin. Lugas Bahasa jurnalistik tidak pernah bertele-tele, apalagi dalam penulisan berita langsung. Bahkan tanpa harus membaca keseluruhan isi berita, Anda sudah bisa mendapat gambaran tentangnya dari paragraf pertama. Hampir dapat dipastikan, Anda tidak akan menemukan kalimat panjang yang dipisahkan oleh banyak tanda koma.

Ketiga elemen di atas merupakan kaidah dalam menggunakan bahasa jurnalistik. Namun seperti halnya agama, kaidah memang mengajarkan hal baik, tetapi bukan jaminan bahwa orang akan menerapkannya dengan baik pula. Masih banyak wartawanterutama yang tidak menulis untuk media besaryang tidak mematuhi kaidah tersebut. Kesalahan EYD, penggunaan bahasa yang bertele-tele, dan permasalahan lainnya masih banyak ditemukan dalam media massa. Bagaimanapun juga, penting untuk memahami bahwa ragam bahasa jurnalistik bukanlah ragam bahasa sastra. Kesalahan Anda akan dibaca dengan kening berkerut dan tetap dikategorikan sebagai kesalahan fatal dan bukan salah satu bentuk keindahan. Jika sudah begitu, sebagai wartawan, Anda mungkin akan diteriaki di kantor editor Anda dan keluar dengan membawa sakit di telinga dan hati Anda.

Anda mungkin juga menyukai