Anda di halaman 1dari 25

PEMBUATAN PREPARAT WHOLEMOUNT EMBRIO AYAM

Oleh : Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten : Ainis Nurlaila : BIJ011085 :I :4 : Muhimatul Umami

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2012

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wholemount (sedian utuh) yaitu penyiapan sediaan yang terdiri atas keseluruhan organ tubuh organisme secara utuh. Wholemount merupakan metode pembuatan preparat yang nantinya akan diamati dengan mikroskop tanpa didahului adanya proses pemotongan. Jadi pada metode ini, preparat yang diamati adalah preparat yang utuh baik itu berupa sel, jaringan, organ maupun individu. Gambar yang dihasilkan oleh preparat wholemount ini terlihat dalam wujud utuhnya seperti ketika organisme tersebut masih hidup sehingga pengamatan yang dapat dilakukan hanya terbatas terhadap morfologi secara umum. Ayam sering digunakan dalam mempelajari embriologi di laboratorium karena proses diferensiasi awal dari sistem organ dan proses dasar pembentukan tubuhnya mudah dimengerti. Telur ayam mewakili karakteristik pembelahan telur dengan yolk yang banyak. Prosesnya merupakan bentuk intermediet antara pisces dan amphibia (Avicenna, 2010). Praktikum kali ini preparat yang digunakan adalah telur ayam kampung (Gallus sp.) yang sudah diinkubasi dengan waktu yang berbeda beda yaitu 24 jam, 48 jam dan 72 jam atau 1-3 hari karena pada umur 1-3 hari merupakan awal pembentukan embrio dimulai dan sudah terlihat blastodiskus, proses diferensiasi awal dari sistem organ dan proses dasar pembentukan tubuh mudah dimengerti dan diamati. Selain itu juga karena pada waktu telur ayam berumur satu sampai tiga hari akan terbentuk tiga lapisan lembaga primer, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Proses terbentuknya tiga lapisan primer disebut gastrulasi. Selain itu telur ayam kampung juga mudah didapat,

harganya relatif murah dan mudah diamati bentuk embrio dari ayam tersebut. Menurut Djuhanda (1991), telur ayam yang berusia 1-3 hari digunakan pada acara wholemount karena pada usia tersebut embrionya masih kecil. Preparat awetan sediaan wholemount yang dibuat dengan usia embrio yang masih muda, organ yang tampak tidak rusak. Jika embrionya sudah besar, maka pertumbuhannya sudah setingkat lebih tinggi sehingga organ-organnya sudah lengkap tetapi terlalu tebal untuk suatu sediaan wholemount. Hasil prospektif data dengan menggunakan metode analisis patologi wholemount sangat komprehensif sebagai evaluasi batas reseksi dalam mengobati rektal kanker dengan metode preoperative CMT dan TME. Tujuan penelitian dengan menggunakan metode wholemount untuk analisis patologi, antara lain: a. Wholemount menganalisis suatu patologi komprehensif untuk mengolongkannya berdasarkan susunan mikroskopis gugus residu suatu penyakit, sehingga sirkum ferensial dan batas reseksi distal dalam rektal kanker diobati dengan preoperatif CMT. b. Wholemount dapat mengidentifikasi faktor klinikopatologi yang berasosiasi dengan gugus residu penyakit (Guillem, 2007).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat membuat preparat wholemount embrio ayam dan mengamati perkembangan embrio ayam hingga umur 72 jam inkubasi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Telur aves memiliki yolk yang sangat banyak dibandingkan dengan telur yang lain. Telur aves berkembang diluar tubuh induknya sehingga sangat diperlukan cadangan makanan yang berlebih dari yolk. Protein dan lipid yolk disimpan dalam oosit dalam berbagai bentuk. Kebutuhan mineral seperti Ca pada embrio dapat di serap dari cangkang telur. Ayam merupakan hewan amniota yang pada janinnya mempunyai selaput ekstra embrional yang dinamakan amnion. Embrio ayam mempunyai empat macam selaput embrio, yaitu alantois, kantong yolk, amnion dan serosa. Alantois mulai tampak pada embrio ayam yang berumur 27 jam pengeraman. Amnion sebagai pembungkus embrio, terbentuk pada masa inkubasi kurang lebih 30 jam. Amnion berfungsi untuk membantu menjaga kelembaban embrio dan mencegah kerusakan embrio (Patten, 1971). Telur tersusun atas tiga bagian utama yaitu kerabang dengan membran kerabang, putih telur dan kuning telur. Kualitas kerabang telur ditentukan oleh tebal dan stuktur kulitnya Kerabang telur sebagian besar terbangun atas kalsium karbonat (CaCO3) sehingga kandungan kalsium dalam ransum perlu diperhatikan untuk mendapatkan ketebalan kerabang telur yang optimum. Tebal kerabang optimum adalah 0,31 mm. Kerabang telur tersusun atas 95,1% garam-garam anorganik (dengan kalsium sebanyak 98%) dan 3,3% bahan organik terutama protein dan air. Mineral lainnya yang terkandung dalam kerabang adalah garam, karbonat, fosfat dan magnesium. Putih telur terdiri dari beberapa lapisan yang berbeda kekentalannya, yaitu lapisan encer luar, lapisan kental luar, lapisan kental dalam dan lapisan encer dalam. Perbedaan kekentalan ini disebabkan perbedaan kandungan ovomucin. Putih telur terdiri atas 12% protein dan

88% air. Warna jernih atau kekuningan pada putih telur disebabkan oleh pigmen ovoflavin. Kandungan air putih telur lebih banyak dibandingkan dengan bagian lainnya sehingga selama penyimpanan bagian inilah yang paling mudah rusak. Kerusakan ini terjadi terutama disebabkan oleh keluarnya air dari serabut ovomucin yang berfungsi sebagai pembentuk struktur putih telur (Yamamoto et al., 2007). Kuning telur mempunyai warna yang bervariasi, mulai dari kuning pucat sampai jingga. Kuning telur mengandung zat warna (pigmen) yang umumnya termasuk dalam golongan karotenoid yaitu xantofil, lutein, dan zeasantin serta sedikit betakaroten dan kriptosantin. Warna atau pigmen yang terdapat dalam kuning telur sangat dipengaruhi oleh jenis pigmen yang terdapat dalam ransum yang dikonsumsi dan setiap ayam mempunyai kemampuan berbeda untuk merubah pigmen karoten tersebut menjadi warna kuning telur. Pigmen kuning telur diklasifikasikan menjadi dua pigmen yaitu liokrom dan lipokrom. Jumlah pigmen pada kuning telur sekitar 0,02%. Lipokrom larut dalam lemak dan termasuk ke dalam kelompok karotenoid yang banyak terdapat dalam jaringan tanaman Karotenoid yang terdapat pada kuning telur adalah karoten dan xantofil. Karoten tidak dapat larut dalam asam, air, dan basa. Liokrom adalah pigmen yang larut dalam air. Jenis pigmen ini adalah ovoflavin yang juga ditemukan sebagai pigmen pada putih telur (Zulfikar, 2008). Persentase berat putih, kuning dan kerabang telur berturut turut adalah 57%, 32% dan 11%. Zat zat mineral yang terdapat dalam sebutir telur mencangkup kalsium, fosfor, natrium, khlor, kalium, magnesium, ferrum, yodium, mangan, zinkum, kobalt dan kuprum. Jumlahnya bervariasi yang dapat ditemukan pada telur ayam ras, ayam kampung, itik dan puyuh (Rahayu, 2003).

Telur beberapa hewan seperti ikan, amfibi, burung dan beberapa insekta memiliki jumlah yolk yang relatif besar . Sebagai contoh, telur insekta tertentu memiliki panjang 1 mm dan telur burung unta panjangnya lebih dari 15 cm. Telur dibungkus oleh beberapa jenis lapis pembungkus. Setiap sel telur dilindungi oleh membran sel, yaitu oolema. Bungkus telur tunggal atau bungkus telur paling dalam disebut membrana vitelina atau korion. Bangsa aves mempunyai tipe telur yaitu telolechital, namun dikarenakan mempunyai detoplasma yang banyak, maka dinamakan megalechital. Tipe pembelahan pada ayam disebut meroblastik diskoidal. Telur ayam mempunyai panjang kurang lebih 12 cm dan lebar 4cm. Perbedaan telur aves dengan telur yang lain adalah pada cangkangnya. Telur aves cangkangnya keras, sedangkan pada mamalia tidak mempunyai cangkang. Telur aves mempunyai kandungan yolk yang sangat banyak dan terpusat di tengah - tengah telur dan termasuk hewan amniota. (Soeminto, 2000). Ovulasi adalah pelepasan kuning telur dari ovarium dan jatuhnya ke dalam mulut oviduct dan terus menuju ke funnel atau telur ini akan lepas dari mulut oviduct dan jatuh ke rongga tubuh. Kuning telur yang jatuh ke rongga tubuh ini biasanya bisa jatuh kembali kedalam mulut oviduct. Menjelang telur diovulasikan pertumbuhan kuning telur ini lambat sekali. Kuning telur diovulasikan 15 menit sebelum bertelur dalam keadaan normal. Kuning telur yang telah dilepaskan oleh ovarium ditangkap dan menempel pada mulut oviduct. Kuning telur ini bergerak menuju ke funnel, sprmatozoa yang dihasilkan oleh ayam jantan sewaktu kopulasi, dengan aktif bergerak menembus saluran oviduct mencari sel telur. Sperma ini akhirnya akan bertemu dengan sel telur atau kuning telur (yolk) ini pada funnel sehingga proses pembuahanpun terjadi. Sel sperma yang membuahi sel telur ini hanya satu. Sel sperma yang lain tidak terus mati tetapi bisa tahan

sampai beberapa hari dan menunggu datangnya dan jatuhnya yolk yang berikutnya (Prayitno, 2010). Setelah kuning telur diovulasikan dan ditangkap oleh mulut oviduct, kemudian bergerak ke funnel. Telur dibuahi atau tidak terus bergerak ke magnum. Telur akan tinggal selama 15 menit didalam funnel ini. Telur ini bergerak karena adanya gerak peristaltik dinding oviduct. Albumen yang kaya akan mucin dalam magnum disekresikan sebanyak 50-60% dari putih telur seluruhnya. Kuning telur tinggal dalam magnum ini selama 2 jam 45 menit. Lapisan putih telur tebal daerah ujung-ujung telur mengalami differensiasi membentuk benang-benang mucin. Benang-benang mucin ini akan berputar membelit seperti tali yang menuju ke arah ujung telur dan disebut kalasa. kalasa ini sangat penting untuk menjaga kedudukan kuning telur dan embrionya selama pengeraman.mulai dari isthmus telur bergerak menuju lapisan uterus dan mendapat penambahan-penambahan yang meliputi penambahan air, mineral dan lapisan putih telur yang tipis (cair). Jadi lapisan putih telur yang tipis ini dihasilkan oleh dinding uterus. Mineral-mineral yang penting dalam telur adalah unsur-unsur Ca, Na, dan K. Putih telur yang disekresikan oleh bagian-bagian uterus ini 30-40% dari putih telur seluruhnya (Prayitno, 2010). Telur di dalam uterus tinggal selama 20 jam 45 menit. Selain kelenjar uterus mensekresikan albumen juga menghasilkan bahan cangkang telur, yang terdiri dari sebagian besar CaCo3. CaCo3 di bawa aliran darah ke dalam kelenjar uterus. Temperatur yang tinggi membuat lubang pori-pori ini semakin besar dan cangkang telur cenderung menjadi tipis karena Ca dalam aliran darah sedikit. Pigmentasi terjadi di uterus dan vagina selama 5 jam terakhir sebelum dikeluarkan. Sebelum telur dikeluarkan di simpan dahulu dalam vagina untuk beberapa waktu dan kemudian disekresikan mucus

yang ditimbun diluar cangkang telur. Mucus ini mempermudah dan memperlicin keluarnya telur. Setelah telur dikeluarkan mucus ini dengan segera mengering, sehingga meninggalkan sisa yang disebut kutikula. Telur berada dalm oviduct adalah 25 jam. Jadi lamanya pembentukan telur sejak awal pertumbuhan ova dalam ovarium adalah 11 hari 2 jam (Prayitno, 2010). Ovoposisi atau proses peneluran merupakan proses peneluran nyata yang melibatkan fenomena neural dan endokrin. Meskipun proses peneluran telah dipelajari dengan seksama, tetapi faktor pemicu terhadap proses peneluran belum diketahui dengan jelas. Beberapa aspek yang dapat menjadikan pemicu adalah adanya proses ovulasi pada 24-25 jam sebelum peneluran, aktivitas syaraf, rangsangan kadar arginin vasotosin dalam plasma darah yang tinggi. Oleh karena itu, pengangkatan folikel setelah ovulasi akan menunda peneluran. Rangsangan pada daerah hipothalamus tertentu dan daerah lain akan mempercepat ovoposisi. Kadar oksitosin dan arginin vasotosin dalam plasma dara meningkat secara mencolok terjadi segera menjelang ovoposisi. Hal ini mengakibatkan terjadinya kontraksi otot uteri secara kuat, khususnya pada daerah kelenjar cangkang (Prayitno, 2010) Perkembangan embrio ayam dimulai setelah terjadi fertilisasi yang membentuk zigot. Perkembangan awal adalah terjadinya pembelahan segmentasi (cleavage), kemudian morulasi, blastulasi, gastrulasi, neurulasi, dan organogenesis. Terbentuk tiga lapisan dasar embrio pada fase gastrulasi yang menentukan perkembangan embrio selanjutnya, yaitu endoderm, mesoderm, dan ektoderm. Perkembangan embrio ayam menurut, Shostak (1991) adalah : Waktu (hari ke-) Tahap perkembangan

Terbentuk sel permulaan untuk jaringan otak, sel permulaan untuk jaringan tulang belakang, formasi hubungan antara jaringan otak dan jaringan syaraf,formasi bagian kepala, sel permulaan untuk darah, dan formasi awal syaraf mata dan sel permulaan system pencernaan.

Pembentukan formasi pembuluh darah halus dan jantung, seluruh jaringan otak mulai terbentuk, selaput cairan mulai terlihat,dan mulai juga terbentuk formasi tenggorokan.

Pembentukan formasi hidung, sayap, kaki, dan jaringan pernafasan.

M Mata sudah mulai kelihatan. Mata tersebut tampak sebagai bintik gelap yang terletak disebelah kanan jantung. Selain itu jantung sudah membesar. Dengan menggunakan mikroskop, dapat dilihat otaknya. Otak ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu otak depan, otak tengah dan otak belakang. Saluran pencernaan dan tembolok mulai terbentuk dan terjadi perkembangan alat reproduksi beserta jenis kelaminnya

Pembentukan paruh dimulai. Begitu juga dengan kaki dan sayap. Selain itu,embrio mulai melakukan gerakan-gerakan

7, 8 9

Jari kaki dan sayap terlihat mulai terbentuk. Pembentukan bulu juga dimulai. Pada masa-masa ini, embrio sudah seperti burung, dan mulutnya terlihat mulai membuka.

10, 11

Paruh mulai mengeras, jari-jari kaki sudah mulai sepenuhnya terpisah, danpori-pori kulit tubuh mulai tampak.

12

Jari-jari kaki sudah terbentuk sepenuhnya dan bulu pertama mulai muncul.

13, 14

Sisik dan kuku jari kaki mulai terbentuk. Tubuh pun sudah sepenuhnya ditumbuhi bulu. Pada hari ke-14, embrio berputar sehingga kepalanya tepatberada di bagian tumpulnya telur.

15 16, 17

Jaringan usus mulai terbentuk di dalam badan embrio. Sisik kaki, kuku, dan paruh semakin mengeras. Tubuh embrio sudah sepenuhnya tertutupi bulu yang tumbuh. Putih telur

sudah tidak ada lagi, dan kuning telur meningkat fungsinya sebagai bahan makanan yang sangat pentingbagi embrio. Selain itu, paruh sudah mengarah ke rongga kantung udara, selaput cairan mulai berkurang, dan embrio mulai melakukan persiapan untukbernafas. 18, 19 Pertumbuhan embrio sudah mendekati sempurna. Kuning telur mulai masuk ke dalam rongga perut melalui saluran tali pusat. Embrio juga semakin besar sehingga sudah memenuhi seluruh rongga telur kecuali rongga kantung udara. 20 Kuning telur sudah masuk sepenuhnya ke dalam tubuh embrio. Embrio yang hampir menjadi anak ayam ini menembus selaput cairan, dan mulai bernafas menggunakan udara di kantung udara. Saluran pernafasan mulai berfungsi dan bekerja sempurna. 21 Anak ayam menembus lapisan kulit telur dan menetas.

Alur pembelahan pada ayam sama dengan pada amphioxus maupun katak. Alur pertama yaitu meridional, kedua meridional tegak lurus pembelahan pertama, ketiga latitudinal, keempat meridional, dan kelima latitudinal. Setelah pembelahan kelima selesai, embrio tersusun dari 32 blastomer dan dicapai stadium morula. Blastulasi ayam sama dengan blastulasi pada telur ikan, yaitu dengan terbentuknya rongga segmentasi di antara sel-sel blastomer di permukaan dengan yolk yang ada di bawahnya. Atap blastosol terdiri dari sel-sel blastomer hasil segmentasi sebelumnya, dengan lantai permukaan yolk dan pada bagian lateralnya terdapat zona penghubung yang terdiri dari blastomer yang berlekatan di bawahnya. Tahap selanjutnya, yaitu gastrulasi, terjadi melalui epiboli sel-sel permukaan, involusi dan delaminasi (Soeminto, 2000).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan embrio ayam adalah suhu, keberhasilan gastrulasi, kondisi lingkungan dan temperatur. Semakin tinggi suhu maka semakin cepat proses perkembangan embrio ayam berlangsung. Perkembangan embrio ayam juga memiliki suhu optimal inkubasi. Apabila suhu terlalu tinggi maka akan merusak embrio tersebut. Keberhasilan pada gastrulasi menentukan keberhasilan perkembangan embrio selanjutnya karena gastrulasi merupakan proses yang paling menentukan dalam perkembangan embrio. Kondisi lingkungan yang buruk mengganggu perkembangan embrio ayam. Temperatur merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan atau mempengaruhi perkembangan embrio, daya tetas, dan pertumbuhan anak setelah menetas. Apabila temperatur tidak konstan maka akan menghasilkan anak yang lemah dan tidak mampu bertahan hidup (Hafsah et al., 2008).

III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum wholemount kali ini adalah senter penerawang, mangkuk, bak preparat, gunting, gelas arloji, kertas saring, pipet tetes, pinset, mikroskop, sendok plastik, kompor listrik, panci, tissue dan pensil. Bahan yang digunakan pada praktikum wholemount kali ini adalah telur ayam yang telah diinkubasi 24, 48, dan 72 jam, air, larutan NaCl fisiologis dan larutan bouin.

B. Metode

Metode yang digunakan dalam praktikum wholemount kali ini, adalah: 1. Disiapkan telur ayam kampung dengan waktu inkubasi antara 1-3 hari. 2. Telur diteropong, kemudian bagian telur yang gelap ditandai dengan menggunakan pensil. 3. Telur dimasukkan kedalam larutan NaCl fisiologis yang suam suam kuku, kemudian cangkang bagian tumpul telur ditusuk dengan menggunakan jarum. 4. Gunting bagian telur yang ditandai. 5. Cangkang telur yang telah dipotong tadi diangkat, dan pada permukaan dalam telur akan tampak blastodiskus. 6. Blastodiskus diambil dengan mengunakan sendok plastik, dan diletakan pada gelas arloji.

7. Blastodiskus dibersihkan dari yolk dengan menggunakan larutan NaCl fisiologis yang diteteskan perlahan menggunakan pipet tetes sampai blastodiskus bersih dari yolk. 8. Kertas saring disediakan dengan ukuran 3,5 x 3,5 cm, kertas saring dilipat menjadi dua, dan dilipat kembali dengan posisi tegak lurus dari lipatan semula, sehingga membentuk segi tiga. Ujung bagian segi tiga dipotong sedikit. 9. Kertas saring yang tengahnya telah berlubang ditempelkan pada embrioblast, sehingga embrio tepat berada di tengah-tengah lubang, dan embrio dapat melekat pada kertas saring. 10. Embrioblast ayam yang telah melekat pada kertas saring, ditetesi larutan bouin yang berfungsi sebagai larutan fiksatif. 11. Praktikum ini tidak dipraktikkan cara pewarnaan, sehingga praktikan melihat langsung awetan apusan embrio yang mengalami inkubasi 24, 48 dan 72 jam dengan menggunakan mikroskop. 12. Gambar yang tampak pada mikroskop diamati dan diidentifikasi bagian-bagiannya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Foto Makroskopis

Gambar 1. Cangkang telur baru dibuka

Gambar 2. Embrioblast yang sudah diangkat dari membran vitelin

Gambar 3. Embrioblast yang sudah bersih dari yolk

Gambar 4. Embrioblast yang sudah ditempelkan pada kertas saring

Keterangan = 1 : Calon embrio/ Embrioblast

Gambar 5. Embrioblast yang sudah diberi larutan bouin

Foto Mikroskopis

Gambar 6. Mikroskopis embrio ayam umur 24 jam

Gambar 7. Mikroskopis embrio ayam umur 48 jam

Gambar 8. Mikroskopis embrio ayam umur 72 jam

B. Pembahasan

Praktikum kali ini menggunakan telur ayam umur 1-3 hari. Hal ini dikarenakan pada usia 1-3 hari merupakan awal pembentukan embrio dimulai. Pembelahan atau cleavage atau juga sering disebut segmentasi, terjadi setelah pembuahan. Pembelahan ada 3 macam antara lain holoblastik, meroblastik, dan perantaraan holoblastik dan meroblastik. Pembelahan pada ayam termasuk meroblastik yaitu meroblastik diskoidal (Yatim, 1984). Berdasarkan hasil praktikum wholemount pada masa inkubasi 48 jam di dapatkan hasil bahwa dalam telur yang sudah dibuka cangkangnya sudah terlihat embrioblastnya. Pembuluh pembuluh darah sudah sangat jelas terlihat walau tidak menggunakan mikroskop. Sudah mulai terbentuk mata, otak, jantung, anterior intestinal portal, lateral body folds, tail bud dan tail fold. Somit-somit telah berkembang banyak. Pembuatan sediaan wholemount pada praktikum ini dilakukan cuma sampai tahap fiksasi, hal tersebut dikarenakan pada tahap dehidrasi sampai ke tahap peletakan sediaan embrio pada gelas objek membutuhkan waktu yang sangat lama. Menurut Syahrum et al. (1994) bahwa embrio ayam yang telah diinkubasi selama 48 jam memiliki 27 pasang somit. Embrio yang telah diinkubasi ini kepala embrionya mengalami pelekukan sehingga mesencephalon tampak di sebelah dorsal, sedangkan prosencephalon dan rhombenchepalon tampak sejajar. Badan embrio memutar sepanjang sumbu sehingga bagian kiri menjadi di atas kunir sedangkan pandangan dari dorsal tampak kepala bagian kanan ; badan bagian posterior masih menunjukkan bagian dorsal. Bagian badan sebelah tengah telah menunjukkan adanya lipatan lateral, sedangkan di daerah ekor telah telah

terjadi tail fold. Lama-kelamaan seluruh badan embrio berada dalam selubung amnion, setelah semua lipatan-lipatan bertemu. Masa inkubasi 24 jam sampai 33 jam terbentuk neural tube dan setelah masa inkubasi 48 jam terbentuk 3 vesikel otak. Bagian depan disebut prosencephalon, bagian tengah disebut mesencephalon dan bagian belakang disebut rhombencephalon. Ketiga vesikel otak tersebut berdiferensiasi lagi, prosencphalon menjadi telencephalon dan diencephalon sedangkan rhombencephalon menjadi metencephalon dan

myelencephalon. Proses diferensiasi tersebut terbentuk sempurna pada inkubasi 72 jam dan selama proses tersebut sangat rentan terhadap gangguan terpapar zat teratogen (Luqman et al., 2007). Embrio ayam yang telah diinkubasi selama 24 jam terjadi lipatan lempeng neural yang lebih jelas. Lipatan neural tampak sebagai sepasang pita yang gelap. Pembentukan lipatan neural yang pertama terjadi kira-kira pada pusat daerah kepala, dan kemudian maju kearah rostral dan caudal. Mesodermnya telah membentuk 4-5 pasang somit mesoderm, berada di kiri kanan notochord di bagian tengah embrio. Mesoderm dapat dibentuk menjadi tiga bagian. Pertama, mesoderm dorsal atau mesoderm segmental yang membentuk somit, pada somit-somit terjadi rongga miosol. Kedua adalah mesoderm intermedier yang tidak bersegmen, tetapi walaupun demikian ia membentuk nefrotom yang bersegmen-segmen (Djuhanda, 1991). Neurulasi adalah proses perkembangan yang mengarah ke pembentukan tabung saraf vertebrata (NT), klasik mengikuti dua spasial dan temporal yang berbeda proses dalam embrio amniote. Dalam anterior bagian tubuh, yang sesuai dengan sefalika dan cervico-daerah toraks, neurulation melibatkan lentur dari piring saraf, epitel menebal yang cepat melipat ke dalam alur, sehingga menimbulkan sebuah tabung oleh fusi perkembangan bila

perbatasan dorsal lateral. Proses ini, disebut neurulation primer, berakhir pada awal tahap somit 15 (tahap 12 dari Hamburger dan Hamilton) (HH12)) di tingkat calon pasangan somit 27, dimana neuropore posterior terletak di embrio ayam. Sebaliknya, selama neurulation sekunder, terjadi pada tingkat daerah lumbo-sakro-caudal dugaan, pembentukan PB terjadi oleh kavitasi dari batang padat sel. Pemetaan dan transplantasi percobaan telah menunjukkan bahwa, meskipun perbedaan morfologis yang

membedakan kedua mode neurulation, mekanisme yang terlibat dalam proses pemanjangan tabung saraf yang bersangkutan sama (Osorio et al., 2009). Embrio ayam yang telah diinkubasi selama 72 jam memiliki 35 pasang somit. Embrio mengalami pelekukan servikal, sehingga daerah rhombencephalon berada di sebelah dorsal dan telencephalon mendekati perkembangan jantung. Lipatan kepala makin berkembang ke arah posterior, sebaliknya dengan amniotic tail fold (berkembang ke arah anterior), dan lateral body fold semakin menutup. Mata terletak lebih ke arah kaudal dari pada otosis. Berkembangnya derivat neural crest berupa pasangan ganglion saraf-saraf kranial di daerah ventro-lareral rhombencephalon. Terjadinya penebalan mesoderm yang akan berkembang menjadi upper limb bud atau wing bud, merupakan primordia sayap di daerah setinggi AIP, sedangkan di daerah kauda dibentuk lower bud yaitu primordia kaki (Syahrum et al., 1994). Menurut Djuhanda (1991), perkembangan embrio ayam terbagi menjadi beberapa tahap, antara lain :

1. Umur 24 jam

Gambar 9. Skematis embrio ayam umur 24 jam Embrio tingkat pengeraman 24 jam terlihat bagian-bagian yang terbentuk masih sederhana. Adapun struktur embrio yang telah terbentuk yaitu stria primitiva, mesoderma, proamnion, mesenkim, puau-pulau darah, somit, usus depan, notochord, lipatan neural dan vesikula amnio-kardiak. Mesoderm telah terbentuk 4-5 pasang somit mesoderm yang keduanya du kiri-kanan notochord di bagian tengah embrio. Lipatan neural telah mendekat satu sama lain. Persatuan lipatan neural pertama-tama terjadi di muka somit-somit pertama. 2. Umur 48 jam

Gambar 10. Skematis Embrio Ayam umur 48 jam Embrio ayam pada fase ini mengalami perubahan yang sangat besar dan jelas yaitu ditemukannya torsi. Terbentuknya lensa mata, optic cup dan otak. Selain itu juga terdapat jantung dan vesikula optik yang merupakan penebalan dari lateral proenchephalon. Terdapat vena vitellina somit,spinal chomesoderm lateral. Tunas ekor sudah mulai terbentuk,berupa tonjolan ekor yang disebut talltoid.Tonjolan berada di atas yolk disebut juga jaringan ekstra embrional. Otak dan sumsum tulang belakang merupakan yang paling terkemuka dari semua organ. Selanjutnya pada ketiga bagian otak tersebut terjadi diferensiasi-diferensiasi; proncephalon menjadi telencephalon dan diencephalon. Vesikula optik pada dasarnya menyempit dan memanjang, dengan demikian terbentuklah tangkai potik yang tumbuh kearah lateral ke ektoderm luar. 3. Umur 72 jam

Gambar 11. Skematis Embrio Ayam umur 72 jam

Embrio yang diinkubasi 72 jam telah memiliki 35 pasang somit dan melakukan torsi pada seluruh panjang tubuhnya. Embrio mengalami perlekukan servikal, sehingga daerah rhombencephalon berada disebelah dorsal dan telencephalon mendekati perkembangan jantung. Lipatan kepala makin berkembang ke arah posterior, sebaliknya dengan amniotic tail fold dan lateral body fold semakin menutup. bagian mesenchepalon yang agak bergeser untuk selanjutnya menjadi faring. Notochord telah berkembang menjadi vertebra. Telur ayam fertil diinkubasi pada suhu 37,50C selama setengah hari sampai 5 hari tergantung keperluan. Embrio yang dikoleksi dipindahkan dari membran vitelin dan dibersihkan dari yolknya (Antin et al., 2007). Beberapa tahapan perlakuan pada praktikum wholemount setelah tahap fiksasi sampai bisa diamati dibawah mikroskop adalah setelah difiksasi, fiksatif dibersihkan

dengan menggunakan larutan alkohol 70% yang dicampur amonia. Pilih embrio embrio yang baik, artinya utuh, membran extra embrionalnya tidak sobek, tidak melipat, tidak ada bagian embrio yang hancur. Sediaan kemudian dilekatkan pada gelas objek dan diwarnai. Amati embrio umur inkubasi 24, 48 dan 72 jam yang sudah diwarnai menggunakan mikroskop. Fiksasi merupakan langkah awal yang penting dalam membuat sediaan utuh maupun sediaan sayatan. Tujuan fiksasi adalah menghentikan proses metabolisme secara cepat, mencegah kerusakan jaringan, mengawetkan komponen-komponen sitologis dan histologis, mengawetkan keadaan sebenarnya, mengeraskan materi-materi yang lembek sehingga akan terjadi koagulasi protoplasma maupun elemen-elemen di dalam protoplasma, jaringan dapat diwarnai sehingga bagianbagian dari jaringan dapat mudah dikenali. Secara ringkas fiksasi terdiri dari dua proses yang jelas, yaitu mematikan dan menetapkan. (Avicenna, 2010).

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sediaan embrio ayam (wholemount) dibuat dengan beberapa tahap, antara lain peneropongan, dimasukkan ke dalam larutan NaCl fisiologis, pembukaan cangkang, pengambilan blastodiskus, pembersihan dari yolk, pengambilan dengan kertas saring, fiksasi, dan pewarnaan. 2. Embrio ayam yang berumur 24 jam lipatan neuralnya telah mendekat satu sama lain. Persatuan lipatan neural pertama-tama terjadi di muka-muka somit pertama. Embrio ayam umur 48 jam akan terbentuk otak dan sumsum tulang belakang. Embrio ayam usia 72 jam ditandai dengan terbentuknya kepala embrio nampak jelas, terbentuk aorta, bumbung neural, sistem sirkulasi darah, tunas sayap, tunas kaki, dan tunas ekor.

B. Saran Saat memasukkan embrioblast kedalam gelas arloji harap berhati hati agar embrioblast tidak rusak dan saat melubangi kertas saring jangan terlalu besar atau terlalu kecil agar tepi embrioblast bisa menempel pada kertas saring.

DAFTAR REFERENSI

Antin, P. B., Kaur, S., Stanslaw, S., Davey, S., Konieczka, J. H., Yatskievych, T. A., and Darnell, D. K. 2007. Gallus Expression In Situ Hybridization Analysis : A Chicken Embryo Gene Expression Database. Volume 86. Hal 1472-1477. Avicenna, 2010. Wholemount pada lumut. http://id.shvoong.com/exactsciences/1996032-mount-pada-lumut/, diakses tanggal 19 Oktober 2012. Djuhanda, T. 1991. Embriologi Perbandingan. CV. Amrico, Bandung. Guilem, Jose G, David B.Chessin, Jinru Shia, Arief Suriawinata, Elyn Riedel, Harvey G. Moore, Bruce D. Minsky, W. Douglas Wong. 2007. A Prospektive Pathologic Analysis Using Whole - Mount Section of Rectal Cancer Following Preoperative Combined Modality Therapy Implications for Sphincter Preservation. Original Articles Annals of Surgery, Vol. 245. No. 1. Hafsah, Tri Yuwanta, Kustono dan Djuwantoko. 2008. Karakteristik habitat mikro sebagai dasar pola penetasan telur maleo di taman nasional lore lindu sulawesi tengah. J. Agroland 15 (3) : 223 228. ISSN : 0854 641X. Luqman, Epy Muhammad, Bambang Poernomo Soenardirahardjo dan Laba Mahaputra. 2007. Peranan choline esterase (che) p ada pembentukan vesikel otak embrio ayam yang terpapar insektisida karbofuran. Media Kedokteran Hewan Vol. 23, No. 3, hal. 145-150. Osorio, L., dkk. Neural crest ontogeny during secondary neurulation: a gene expression pattern study in the chick embryo. Int. J. Dev. Biol. 53: 641-648 (2009) doi: 10.1387/ijdb.072517lo. Patten, B. M. 1971. Early Embriology of Chick. Mc Graw-Hill Publishing Company, New York. Prayitno, Edi S.Pt. 2010. Telur unggas. http://ilmuternakkita.blogspot.com/2010/03/ telur-unggas.html, diakses tanggal 19 Okteber 2012. Rahayu, Iman. 2003. Karakteristik fisik, komposisi kimia dan uji organoleptik telur ayam merawang degan pemberian pakan bersuplemen omega-3. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, Vol. XIV, No. 3 Hal. 199-205. Shostak, S. 1991. Embryology : An Introduction to Developmental Biology. Harper Collins Publishers, New York Soeminto. 2000. Embriologi Vertebrata. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.

Syahrum, M. H. 1994. Reproduksi dan Embriologi: Dari Satu Sel Menjadi Organisme. Fakultas Kedokteran UI, Jakarta. Yatim,W. 1984. Embriologi dan Reproduksi. Tarsito, Bandung. Yamamoto, T., L.R. Juneja, H. Hatta, & M. Kim. 2007. Hen Eggs: Basic and Applied Science. University of Alberta, Canada. Zulfikar. 2008. Sifat fisik dan organoleptik telur ayam ras hasil perendamanan dalam campuran larutan garam dengan ekstrak jahe yang berbeda. Fakultas peternakan. Institut pertanian Bogor

Anda mungkin juga menyukai