Anda di halaman 1dari 205

STANDAR PERENCANAAN IRIGASI

PERSYARATAN TEKNIS BAGIAN PEMETAAN TOPOGRAFI PT 02

PENGANTAR

Standar Perencanaan Irigasi yang telah ditetapkan tahun 1986 dan disusun dalam 3(tiga) kelompok yaitu Kriteria Perencanaan, Gambar Bangunan Irigasi, Persyaratan Teknis sejak tahun 2007 dilakukan penyesuaian Standar Perencanaan Irigasi yang

diprogamkan 3(tiga) tahun anggaran dengan alasan sebagai berikut :

Umur berlakunya Standar Perencanaan Irigasi sudah 20 thn (dari tahun 1986 s/d thn 2006) Bertambahnya type bendung (diantaranya bendung karet, bendung tyroll) Berkembangnya teknologi alat survei yang umumnya sudah digital (diantaranya alat pengukur debit sungai/saluran, alat survei topografi) Perubahan sosial budaya masyarakat Perubahan daerah tangkapan air (catchmen area) Ketentuan standar lama tidak sesuai lagi Berubahnya peraturan dan kebijakan

Kriteria Perencanaan tetap tidak berubah terdiri dari 7 (tujuh) bagian atau 7(tujuh) buku yang berisikan Kriteria Perencanaan Teknis untuk Perencanaan Irigasi (system planning), Perencanaan Bangunan Irigasi Jaringan Utama, Sekunder, Tersier, Parameter Bangunan, dan Standar Penggambaran.

Gambar Bangunan Irigasi tetap tidak berubah terdiri dari 2 (dua) bagian atau 2 (dua) buku yaitu Type Bangunan Irigasi yang berisi kumpulan gambar-gambar sebagai contoh informasi yang akan memberikan gambaran bentuk dan model bangunan dan Standar Bangunan Irigasi yang berisi kumpulan gamba-gambar bangunan yang telah distandarisasi serta langsung dapat digunakan.

Persyaratan Teknis tetap

tidak berubah terdiri dari 4 (empat)

bagian atau 4 (empat) buku yang berisi minimal syarat-syarat teknis harus dipenuhi dalam pembangunan irigasi.

Salah satu dari 4 (empat) bagian atau 4 (empat) buku persyaratan teknis yaitu Bagian Pengukuran Topografi dilakukan penyesuaian dengan alasan sebagai berkut :

Perubahan judul Menggabungkan sejenis Perubahan produk umumnya sudah digital Perubahan dan penyesuaian alat ukur yang digunakan Penggambaran tidak lagi manual beberapa pekerjaan pemetaan yang

Meskipun persyaratan teknis Bagian Pemetaan Topografi dengan batasan dan syarat yang tertuang dalam tiap bagian buku siap untu digunakan perencana irigasi, namun demikian dalam penerapannya masih memerlukan kajian teknis dari penggunanya, dengan demikian siapapun yang menggunakan persyaratan teknis Bagian Pemetaan Topografi ini tidak lepas dari tanggung jawab sebagai

perencana irigasi dalam merencanakan pembangunan irigasi yang aman dan memadai.

Setiap masalah di luar batas-batas dan syarat atau dalam batasbatas dan syarat persyaratan teknis Bagian Pemetaan Topografi mempunyai tingkat kesulitan dan kepentingan , harus dipecahkan dengan tenaga ahli khusus dan atau melaui konsultasi dengan Direktotat Irigasi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum sebagai pembina.

Semoga persyaratan teknis Bagian Pemetaan Topografi dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan dalam pengembangan irigasi di Indonesia, kami mengharapkan langsung kritik dan saran untuk perbaikan kesempurnaan persyaratan teknis Bagian

Pemetaan Topografi.

Jakarta, 2007

Desember

Direktur Irigasi

DAFTAR ISI BAGIAN PEMETAAN TOPOGRAFI

SUB BAGIAN 1

: PEMETAAN FOTOGRAMETRIS

SUB BAGIAN 2

: PEMETAAN TERESTRIS

SUB BAGIAN 3:

PEMETAAN TRASE RENCANA SALURAN DAN LOKASI KHUSUS

SUB BAGIAN 4

: PEMETAAN SUNGAI DAN LOKASI BENDUNG

SUB BAGIAN I PEMETAAN FOTOGRAMETRIS

DAFTAR ISI PEMETAAN FOTOGRAMETRIS

1.

IKHTISAR PEKERJAAN 1.1 Umum ....................................................................... 1.2 Ruang Lingkup Pekerjaan ........................................... 1.3 Basis Survei ...............................................................

2. HASIL DAN DATA YANG DISERAHKAN KEPADA PEMILIK PEKERJAAN

3.

PEMOTRETAN UDARA VERTIKAL 3.1 3.2 3.3 Rencana Penerbangan .............................................. Pemasangan Premark (Tanda Kenal) .......................... Persyaratan Teknis Kamera ....................................... 3.3.1 3.3.2 3.3.3 3.4 Kalibrasi ....................................................... Filter ............................................................ Lebar Kamera ...............................................

Daerah Pemotretan dan Penerbangan ........................ 3.4.1 3.4.2 3.4.3 3.4.4 Tinggi dan Arah Terbang ................................ Luas Daerah Pemotretan ................................ Kondisi Pemotretan ........................................ Pesawat dan Awak Pesawat (crew) .................

3.5

Mutu Film dan Negative ............................................ 3.5.1 3.5.2 3.5.3 3.5.4 Film Udara .................................................... Exposure ....................................................... Pemrosesan Foto Udara ................................. Mutu Negative ...............................................

3.6

Mutu Diaspositif Digital .............................................

3.7 3.8 3.9

Kualitas Fotogrametris .............................................. Dokumentasi dan Anotasi .......................................... Pencetakan dan Foto Indek .....................................

4.

TITIK KONTROL TANAH 4.1 Desain Jaringan Titik Kontrol ..................................... 4.1.1 Kelengkapan Receiver GPS .............................. 4.1.2 Rencana Jaringan ........................................... 4.2 4.3 Pemasanaga Benchmark .......................................... Metode Pengamatan dan Pengukuran ........................ 4.3.1 Pengamatan GPS ........................................... 4.3.2 Pengukuran Sipat Datar .................................. 4.3.3 Pengukuran Titik Rincik .................................. 4.3.4 Identifikasi Lapangan ..................................... 4.4 Pencatatan,Reduksi dan Pemrosesan Hasil Lapangan ... 4.4.1 4.4.2 4.4.3 Pencatatan .................................................... Reduksi ......................................................... Pemrosesan ..................................................

5.

TRIANGGULASI UDARA 5.1 Persiapan Trianggulasi Udara ...................................... 5.2 Pemilihan Titik Model dan Pemberiann Tanda ............... 5.3 Pemindahan dan Penandaan Titik Kontrol .................... 5.4 Pembuatan Diagram Foto ........................................... 5.5 Penentuan Koordinat Fotogrametri .............................. 5.6 Perataan Blok ............................................................

6.

PEMROSESAN PETA FOTO DIGITAL

6.1 6.2 6.3 6.4

Peralatan dan Bahan ................................................. Scanning Foto Udara ................................................. Digital Elevasi Model(DEM) ........................................ Proses Ortofoto Digital .............................................. 6.4.1 Georeferencing ................................................ 6.4.2 Orofoto Digital .................................................

6.5 Mosaik (Perakitan) .................................................... 6.6 Kartografi Digital ...................................................... 6.7 Pengecekan Ketelitian Peta Foto Digital ......................

7.

INFORMASI TITIK TINGGI DAN KARTOGRAFI 7.1 7.2 Informasi Titik Tinggi ................................................ Titik Rincik dan Penumpangan Kontur(Contour overlay) dan Kontur Fotogrametri ........................................... 7.3 7.4 Penggambaran Halus Titik Rincik dan Kontur .............. Penulisan nama,Bencmark dan Grid ...........................

8.

TATA LETAK PETA FOTO DIGITAL SKALA 1 : 5.000 DAN SKALA 1 : 20.000 8.1 Peta Orofoto Skala Digital 1 : 5.000 ............................ 8.2 Peta Foto Digital Skala 1 : 20.000 .............................

9.

PEMROSESAN PETA GARIS DIGITAL Interprestasi Foto Udara ................................................... Identifikasi Lapangan ........................................................ Digital Stereo Ploting ........................................................ Kartografi Digital ..............................................................

10.

TATA LETAK PETA GARIS SKALA 1: 5.000 DAN SKALA 1: 20.000 Peta Garis Digital Skala 1:5.000 ........................................ Peta Garis Digital Skala 1:20.000 ......................................

1.

IKHTISAR PEKERJAAN

1.1. Umum Pemotretan Udara dilaksanakan dalam posisi Vertikal dimana sebelumnya sudah terpasang Premark (Tanda Lapangan) di atas tanah untuk kontrol Triangulasi Udara dengan ukuran dan interval jarak Premark yang sudah ditentukan, hasil Foto Udara Stereoskopis skala 1 : 10.000 pankhromatis hitam putih dengan pertampalan ke muka 60 % dan ke samping 30 %, kamera yang digunakan kamera metrik yang memiliki jarak fokus yang sudah di kalibrasi antara 151 mm-152 mm, batas daerah pemotretan udara sesuai dengan yang sudah ditentukan oleh pemilik pekerjaan dan negatif film milik Pemilik Pekerjaan. Foto Udara Stereoskopis digunakan untuk peta Ortofoto atau peta Garis skala 1 : 5.000 yang kegiatannya meliputi pemasangan Benchmark (Benchmark) untuk kebutuhan Perencanaan Irigasi dengan ukuran dan interval jarak Benchmark yang sudah ditentukan. Seluruh Benchmark dan Premark di ukur langsung di lapangan melalui pengamatan GPS dengan ketelitian Orde 3 (tiga), pengukuran harus terikat kepada titik tetap kepunyaan Bakosurtanal. Tahap berikutnya pekerjaan Triangulasi Udara memperbanyak titik kontrol minor untuk orientasi foto udara yang dilanjutkan dengan pemrosesan ortofoto skala 1 : 5.000 dan skala 1 : 20.000. Pelaksana pekerjaan harus mempergunakan segala peralatan dan perlengkapan serta bahan-bahan yang memenuhi syarat teknis. 1.2. Ruang Lingkup Pekerjaan Pemetaan Ortofoto skala 1 : 5.000 dan skala 1 : 20.000 meliputi kegiatankegiatan sebagai berikut :

1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)

Pemasangan Premark (Tanda Lapangan) Pemotretan Udara Vertikal Pemasangan Benchmark (Benchmark ) Pengukuran Titik Kontrol Tanah Pengukuran Titik Rincik Ketinggian Triangulasi Udara Pemrosesan Ortofoto Kontur Fotogrametri Reproduksi Kartografi

10) Hasil Akhir Peta Ortofoto 11) Pemrosesan Peta Garis 1.3. Basis Survei Peta yang dibutuhkan untuk menetapkan jalur terbang Peta Rupa Bumi Skala 1 : 50.000 atau Skala yang lebih besar Bakosurtanal. Referensi yang digunakan sebagai titik ikat pengukuran koordinat (x,y) dan pengukuran tinggi (z) menggunakan titik tetap Bakosurtanal.
2. HASIL-HASIL DAN DATA-DATA YANG HARUS DISERAHKAN KEPADA PIHAK PEMILIK PEKERJAAN

Seluruh hasil-hasil dan data-data diperiksa oleh pengawas pekerjaan dan diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan sebagai berikut :
A. Hasil dan data Pemotretan Udara 1. Semua negatif potret udara dalam tabung plastik 2. 1 (satu) set diapositif tiap-tiap negatif foto udara 3. 3 (tiga) set foto udara hitam putih pada kertas double-weight

4. 3 (tiga) set foto indeks berskala 1 : 50.000 diatas kertas transparan, dimana dijelaskan baik posisi setiap jalur terbang maupun hubungan foto satu dengan yang lainnya. 5. 6 (enam) salinan laporan akhir yang isinya menyangkut penerbangan harian, kemajuan kerja, sertifikat kalibrasi kamera dan laporan mengenai hasil uji foto udara. 6. 3 (tiga) set daftar beserta keterangan mengenai lokasi dan koordinat semua titik dengan tanda kenal.

B. Hasil dan data Ortofoto

1) 3 (tiga) set peta digital ortofoto skala 1 : 5.000 dengan kontur selang 0,5 m dan titik-titik tinggi (spot heights) dan softcopy dalam vcd/dvd. 2) 2 (dua) set peta digital ortofoto dengan selang kontur tiap 5 meter, skala 1 : 20.000. 3) 1 (satu) peta digital skala 1 : 50.000 yang mencantumkan semua benchmark dengan jalur sipat datar utama dan sekunder. 4) Peta digital ortofoto yang asli dan penggambaran halus kontur dan overlay titik tinggi dalam bentuk vcd/dvd. 5) Semua foto asli dan satu set fotokopi semua pekerjaan pengamatan dan pengukuran dan perhitungan diberi indeks dijilid dan dilengkapi dengan keterangan/referensi. 6) Daftar koordinat dari benchmark yang dibuat lengkap dengan data pilar triangulasi yang digunakan sebagai titik ikat. 7) Gambaran letak titik-titik secara lengkap, termasuk elevasinya, koordinat-koordinat dan dua foto dari semua pilar yang digunakan. 8) 1 (satu) set foto perbesaran dengan skala 1 : 5.000 yang sudah digunakan selama pengukuran titik rincik ketinggian di lapangan.

C. Hasil dan Data Peta Garis Digital 1) 3 (tiga) set peta garis digital skala 1 : 5.000 dengan kontur selang 0,5 m dan titik-titik tinggi (spot heights) dan softcopy dalam vcd/dvd. 2) 2 (dua) set peta garis digital dengan selang kontur tiap 5 meter, skala 1 : 20.000. 3) 1 (satu) peta digital skala 1 : 50.000 yang mencantumkan semua benchmark dengan jalur sipat datar utama dan sekunder. 4) Peta garis digital yang asli dan penggambaran halus kontur dan overlay titik tinggi dalam bentuk vcd/dvd. 5) Semua foto asli dan satu set fotokopi semua pekerjaan pengamatan dan pengukuran dan perhitungan diberi indeks dijilid dan dilengkapi dengan keterangan/referensi. 6) Daftar koordinat dari benchmark yang dibuat lengkap dengan data pilar triangulasi yang digunakan sebagai titik ikat. 7) Gambaran letak titik-titik secara lengkap, termasuk elevasinya, koordinat-koordinat dan 5 (lima) foto dari semua benchmark yang digunakan. 8) 1 (satu) set foto perbesaran dengan skala 1 : 5.000 yang sudah digunakan selama pengukuran titik rincik ketinggian di lapangan.
3. PEMOTRETAN UDARA

Pemotretan Udara dilaksanakan dalam posisi vertikal yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut : a. Rencana Penerbangan b. Pemasangan Premark (tanda kenal) c. Persyaratan Teknis Kamera d. Daerah Pemotretan dan Penerbangan e. Mutu Film dan Negative

Ketentuan pemotretan udara harus mengikuti ketentuan dibawah ini :

3.1.

Rencana Penerbangan

Rencana penerbangan harus dibuat untuk menetapkan jumlah jalur, jumlah foto udara, dan arah pemotretan sesuai dengan ketentuan dibawah ini : 1) Arah jalur penerbangan pemotretan udara Arah jalur terbang yang akan dilakukan yaitu Timur-Barat atau UtaraSelatan. Rencana jalur terbang dengan arah jalur penerbangan tersebut di atas harus dimasukkan dan digambar dalam usulan teknis pada peta rupa bumi skala 1 : 250.000 atau lebih besar. 2) Pemotretan Pada Satu Jalur

Masing-masing jalur terbang harus dipotret secara berurutan dan setiap jalur terbang harus tercakup dalam 1 kali penerbangan /pemotretan.
Terputusnya pemotretan dalam satu strip diperbolehkan apabila kondisi cuaca memang tidak memungkinkan untuk melanjutkan pemotretan atau dikarenakan mengubah tinggi terbang untuk penyesuaian skala. 3) Awal dan Akhir Pemotretan Setiap awal dan akhir pemotretan untuk masing-masing jalur terbang harus mencakup minimum 2 exposure di luar batas area yang dipotret.

3.2. Pemasangan Premark (Tanda Kenal)

1) Pemasangan premark untuk kontrol triangulasi udara dengan cara premarking (signalisasi) atau identifikasi foto hingga kerapatan dan ketelitiannya cukup untuk dapat mencapai ketelitian yang telah ditentukan. Lihat pada Gambar 3.4. 2) Pemasangan premark atau signalization harus dipasang sesuai dengan kebutuhan Triangulasi Udara dengan cara PAT-M atau PAT-B sehingga bayangannya dapat terlihat jelas dalam foto udara dan mudah mengidentifikasikannya dengan alat Stereo Ploter. 3) Pemasangan Premark mengikuti ketentuan berikut : Sebelum pemotretan udara dimulai harus dipasang Premark dalam bentuk Tugu dengan interval 6-8 km yang melingkupi daerah pemetaan atau dengan interval 4 (empat) sampai dengan 6 (enam) basis foto udara sepanjang jalur terbang dan pada side lap di awal dan akhir yang tegak lurus jalur terbang serta ditempatkan minimal pada tugu yang terdistribusi secara merata di tengah wilayah pemotretan udara. Tugu dipasang Premark berbentuk palang dengan ukuran keseluruhan 4 m dan lebar lengan 0,60 m yang sesuai gambar 3.2 dan juga plastik berwarna putih atau orange. Premark dipasang sama dengan ketinggian tanah, daerah terbuka, sehingga keadaan antara premark dan lingkungan menjadi kontras. Deskripsi Tugu yang menjelaskan lokasi dilapangan dan nomor Tugu sebanyak 5 (lima) kali dengan posisi 4 (empat) mata angin dan 1 (satu) dari atas. 4) Apabila ternyata premark tidak ditemui didaerah-daerah yang dimaksud didalam foto udara, maka lakukan identifikasi foto dengan ketentuan berikut : Diperlukan 3 (tiga) titik (x,y) dan 2 (dua) titik(z) yang ada di foto,

foto-foto tersebut detail-detailnya harus jelas, kontras yang tinggi, daerah terbuka datar dengan tekstur yang baik, dan tidak terdapat gangguan bayangan. Jika memungkinkan, titik-titik foto akan ditempatkan pada sisi yang berhimpitan pada jalur-jalur yang berdampingan, asalkan kualitas titik harus memenuhi syarat, titik-titik tersebut harus jelas terlihat pada semua foto yang bersangkutan. Sketsa serta keterangan yang jelas mengenai titik tersebut dibuat pada saat identifikasi (lihat Gambar.3.6). Ini meliputi nomor titik foto, nomor foto udara, hubungan antara titik ke detail sekelilingnya dan ke titik utama, radius permukaan tanah rata di sekitar titik, arah utara, tanggal dan juga nama dan tanda tangan juru ukur. Jika titik-titik tinggi dan denah dipisahkan, hal ini harus dinyatakan secara jelas pada foto dan penjelasannya. Titik-titik foto yang bersangkutan ditandai secara jelas pada bagian belakang foto (dapat dilakukan dengan menggunakan jarum) dan, diberi nomor titik foto, tanggal identifikasi dan juga nama dan tanda tangan juru ukur. 5) Apabila titik kontrol foto identifikasi tidak berada dalam jalur benchmark maka hubungan ke benchmark dapat dilakukan dengan pengukuran sudut dan jarak antara, sedangkan digunakan jaringan tertutup sipat datar. 6) Tugu-tugu diukur berdasarkan pengamatan receiver GPS dan harus dipasang ditempat terbuka yang memungkinkan receiver GPS menerima langsung signal satelit GPS dengan ketinggian 15 derajat di atas horizon. titik-titik tinggi

3.3.

Persyaratan Teknis Kamera

1) Kamera yang digunakan adalah tipe presisi yang konstruksi lensanya menghasilkan citra dengan distrosi tidak melebihi 15 mikrometer, kecuali untuk sudut-sudut format foto. Film selama exposure harus dalam keadaan posisi mendatar untuk menjaga agar fokus tetap tajam dan memperkecil distorsi citra. 2) Format negatif harus 230 x 230 mm dan jarak fokus lensa yang dipakai adalah antara 151,00 mm sampai dengan 155,00 mm. 3) Panel data-data kamera harus dicatat secara fotografis pada masingmasing pengambilan foto (exposure), jam harus cocok dengan waktu setempat dan altimeter harus disetel agar cocok dengan altimeter yang dikalibrasi.

3.3.1. Kalibrasi 1) Setiap unit optik kamera yang akan digunakan selama survei harus sudah dikalibrasi tanpa menggunakan filter dan tetap diuji, serta telah disetujui oleh badan kalibrasi yang ditunjuk oleh pabrik pembuat kamera tersebut. Sertifikat tersebut harus dianggap mempunyai masa berlaku satu tahun, dan apabila ada kamera yang dipergunakan di luar masa berlaku tersebut, hasil fotonya adalah menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan yang bersangkutan. 2) Sertifikat kalibrasi kamera dipegang oleh Pelaksana Pekerjaan dan sebelum dimulainya pemotretan udara harus diserahkan kepada pemberi pekerjaan. 3) Sertifikat tersebut memuat data-data sebagai berikut : a. Surat tanda kalibrasi Kamera udara yang digunakan sudah dikalibrasi dengan tanda surat kalibrasi. b. Informasi kalibrasi kamera udara

Nama pelaksana dan tanggal saat kalibrasi. Nomer seri lensa. Kalibrasi panjang fokus kamera dengan toleransi akurasi 0,005 mm. Distorsi radial kamera udara tidak boleh melebihi 0,005 mm pada setiap posisi diagonal dari pusat lensa ke masing-masing tepi. Pembagian posisi dari pusat lensa disetiap tepi adalah selang 5 atau 7.

Kesalahan jarak antara kedua tanda tepi (fiducial mark) yang bersisian tidak melebihi 0,010 mm. Kesalahan sudut antara kedua garis diagonal yang menghubungkan kedua tanda tepi (fiducial mark) dengan pusat lensa tidak boleh melebihi 10 busur (10 second of arc).

Kesalahan sudut pusat autocollimation tidak boleh melebihi 10 busur (10 second of arc).

c. Hasil Test Kamera Udara


Kenampakan resolusi lensa sepanjang garis diagonal baik untuk posisi radial dan tangensial mempunyai selang 5 atau 7. Waktu efektif dan efisien untuk kecepatan bukaan lensa, dipasang (diset) pada posisi nilai maksimum, menengah dan minimum. Informasi kedataran pelat bidang fokus. Keseragaman penyinaran sepanjang kedua diagonal bidang negatif film harus merata (uniform).

3.3.2. Filter

1) Filter optik yang harus dipergunakan hanyalah filter bikinan pabrik yang bersangkutan, atau yang memenuhi spesifikasi optik yang telah disetujui.

2) Pemilihan filter yang cocok digunakan untuk mengatur penerangan relatif dari bagian tengah kebagian tepi-tepi bidang titik api kamera.

3.3.3. Lebar Kamera

1) Sebelum pemotretan setiap lebar kamera (camera window) yang akan dipakai harus diperiksa oleh lembaga kalibrasi, untuk menjamin bahwa tidak akan terjadi efek yang merugikan resolusi dan distorsi lensa, dan bahwa lebar kamera tersebut benar-benar bebas dari guratan-guratan, goresan-goresan dan ketidakserasian lainnya. 2) Lebar kamera tersebut harus dipasang dalam bahan peredam getaran untuk menghindari tekanan-tekanan mekanis pada lebar kamera. 3) Kamera harus dipasang dalam suatu bantalan yang meredamkan efek getaran Pesawat terbang. Daerah Pemotretan dan Penerbangan Daerah pemotretan dan penerbangan meliputi ketentuan tinggi dan arah terbang, luas daerah pemotretan, dan kondisi-kondisi selama pemotretan. Tinggi dan Arah Terbang 1) Tinggi terbang diatas permukaan tanah rata-rata harus dicapai oleh Pelaksana Pekerjaan agar dapat mencapai skala foto sekitar 1 : 10.000. Foto yang menyimpang 5 % dari persyaratan yang telah disepakati, setelah mempertimbangkan variasi relief, bisa ditolak oleh Pemberi Pekerjaan. 2) Jalur-jalur arah penerbangan harus dari Timur ke Barat, atau UtaraSelatan kecuali jika ada persetujuan lain dari Pemberi Pekerjaan. Pelaksana Pekerjaan harus memberikan salinan rencana

penerbangannya kepada Pemberi Pekerjaan untuk disetujui sebelum penerbangan dimulai.


3.4.1. Luas Daerah Pemotretan

1) Daerah pemotretan sesuai dengan rencana arah terbang. 2) Pertampalan muka dan samping yaitu antara exposure yang berurutan dalam setiap strip adalah 60 % dengan toleransi 5 % dan pertampalan sisi antar strip-strip foto yang berdampingan adalah 30 % dengan toleransi 5 %. Jika ketinggian tanah dalam daerah pertampalan menyimpang lebih dari 10% terhadap ketinggian penerbangan. Maka suatu variasi yang wajar masih diizinkan dalam pertampalan-pertampalan yang disebutkan, asalkan selalu pertampalan muka dan samping tidak kurang dari 55 % dan pertampalan samping tidak kurang dari 25 %. 3) Jika strip memotong baris pantai pada sudut tegak lurus, atau sudut miring, maka pertampalan di tambah sampai nominal 90, tergantung dari hambatan yang berasal dari siklus waktu kamera. 4) Apabila jalur terbang berarah sejajar dengan garis pantai, maka perlu diatur posisi jalur-jalur tersebut sedemikian sehingga areal potret yang mencakup muka laut diusahakan sekecil-kecilnya, agar daratan terpotret sebesar-besarnya, yaitu dengan cara mengatur lebar jalur terbang tersebut dengan batasan-batasan sampai dengan 10 %. 5) Semua garis-garis foto harus ditempuh dengan jalur terbang yang tidak terputus-putus. Apabila perlu memutus garis dan kemudian meneruskannya lain waktu, maka kedua bagian garis itu harus bertampalan pada titik putus tersebut dengan sekurang-kurangnya dua model stereoskopis.

6) Gerak sedat (crab) tidak diperkenankan melebihi sudut 5 derajat. Apabila diukur, dari garis basis yang bersangkutan dengan garis-garis yang sejajar dengan kerangka negatif, sehingga tidak menimbulkan kesenjangan stereoskopis dalam hal pemotretannya. Kemiringan biasanya tidak boleh melebihi 2. Exposure terisolasi dengan kemiringan sampai 40, diperbolehkan apabila cuaca sangat buruk. Kondisi Pemotretan 1) Awan, bayangan awan tebal atau asap tidak boleh terdapat diatas titik utama foto atau homologusnya pada foto-foto yang berdekatan. Demikian juga tidak boleh terdapat gumpalan awan, bayangan awan tebal atau asap menutupi lebih dari 3 % dari daerah negatif seluruhnya. Juga tidak boleh terdapat suatu kumpulan awan, bayangan awan tebal dan asap yang menutupi lebih dari 5 % dari daerah negatif seluruhnya. 2) Pemotretan udara hanya diadakan dalam keadaan sedemikian rupa sehingga penglihatan tidak secara fisik merusak intensitas warna (tone) reproduksi di dalam negatif. 3) Pemotretan dapat diterima jika ketinggian matahari melebihi 25 derajat. 3.5. Mutu Film dan Negative Mutu Film dan negative meliputi ketentuan kualitas film, kecepatan dan pergerakkan exposure, tipe filter, kualitas pemrosesan, mutu negative, kualitas fotogrametris, dokumentasi dan anotasi.

3.5.1.

Film Udara

1) Tipe film udara yang harus digunakan di dalam kontrak adalah Pankromatik hitam putih, khusus untuk pemotretan udara, bahan dasar yang stabil, dan belum melewati batas masa kadaluarsa. Film harus dijaga dan disimpan dalam tabung plastik sesuai dengan anjuran pabrik. 2) Ketebalan dasar tidak boleh kurang dari 0,1 mm dan mempunyai format lebar 24,1 cm. 3) Stabilitas dimensional dasar harus sedemikian rupa sehingga dalam suatu negatif panjang dan lebar antara fiducial tidak boleh berada lebih dari 0,3 % dari ukuran-ukuran yang sama yang diambil pada kamera, dan bahwa perbedaan antara ukuran-ukuran tersebut tidak melebihi 0,04 %. 4) Harga bersih kabut tidak boleh melebihi D 0,2 atau D 0,4 diatas densitas penunjang ketika sepenuhnya diproses di dalam developer D 19 pada suatu 200 C selama 10 menit, diaduk terus menerus. Densitas 0,4 hanya berlaku untuk film dengan kecepatan lebih dari 250 ASA (Affective Aerial Film Speed). 3.5.2. Exposure

1) Kecepatan shutter harus memenuhi ketentuan-ketentuan baik gerakan citra minimal maupun aperture lensa optimal untuk kondisi-kondisi iluminasi yang berlaku. 2) Gerakan citra biasanya tidak boleh melebihi 30 mikrometer, tetapi jika kurang terdapatnya cahaya, gerakan citra sampai 90 mikrometer dapat diterima. 3) Filter yang dipakai harus memberikan tone reproduksi optimal.

3.5.3. mampu

Pemrosesan Foto Udara mencapai kualitas negative yang disyaratkan tanpa

1) Peralatan yang dipakai pemrosesan adalah alat otomatis harus menyebabkan distrorsi film. 2) Kandungan thiosulphate residual dari film yang telah diproses tidak boleh melebihi 2,0 mikrogram mikrogram per cm. 3) Pengeringan dimensinya. 4) Seluruh negatif yang diproses harus bebas dari lepuh-lepuh, gelembung-gelembung, batasan-batasan, garis-garis lapisan, tekanan atau tanda-tanda statis bekas-bekas jeruji, lubang-lubang kecil, goresan-goresan ringan, coretan-coretan ringan, noda-noda dan tanda-tanda pengeringan.
3.5.4. Mutu Negative

film

dilakukan

tanpa

mempengaruhi

stabilitas

Densitas, kekontrasan warna dan tidak adanya bayangan kabut harus diusahakan sedemikian rupa sehingga jenis-jenis kertas yang ada di pasaran (termasuk Log, E dari 0,6-1,6) dapat dipakai untuk pencetakan yang dapat memberikan kejelasan terhadap detail-detail lokasi yang dibutuhkan baik segi sinarnya maupun segi bayangannya. 2) Tingkat kabut negatif biasanya tidak boleh melebihi densitas D 0,2 jika diukur didaerah yang bebas dari detail citra. Apabila harga densitas kabut lebih bebas dari D 0,4 maka hal ini dapat diterima apabila sifat film-film yang dipakai mempunyai nilai kecepatan nominal lebih dari 250 ASA.

3) Detail bayangan minimum terbaik biasanya tidak boleh kurang dari densitas bersih D 0,2 diatas base/dasar ditambah harga kabut seperti yang dijelaskan dalam pasal 4.52 diatas. Bagaimanapun juga densitas minimum harus berada di bawah D 0,1 dan diatas dasar, ditambah harga kabut. 4) Densitas maksimum dalam daerah-daerah penting pada negatif tidak boleh melebihi D 1,5 diatas dasar, lain halnya pada daerah-daerah berefleksi tinggi dimana densitas maksimum D 2,0 dapat dibenarkan. 5) Semua tanda-tanda tepi (fiducial marks) harus terlihat jelas pada setiap negatif. 6) Panel peralatan kamera harus terlihat jelas pada setiap negatif yang sudah diproses seperti nomer foto, nomor kamera, tanda tepi, waktu pemotretan, tinggi terbang, panjang focus, nivo, dan informasi lainnya. 7) Semua negative film yang dihasilkan harus terbebas dari noda-noda bahan kimia, goresan, dan akibat lain yang merusak citra foto itu sendiri. Mutu Diapositif Digital Bahan diapositif yang dipergunakan untuk triangulasi udara dan proses ortofoto adalah duplicating film yang khusus untuk pembuatan diapositif dengan ketebalan 0,18 mm dan belum melewati batas kadaluarsa. Kualitas tone diapositif yang dihasilkan harus uniform dan detail yang paling terang maupun yang paling gelap terlihat dengan jelas.

Diapositif yang dihasilkan harus bebas dari noda bahan kimia, cacat pada saat proses, dan goresangoresan. Kualitas Fotogrametris Pemotretan yang diperoleh harus dijamin oleh Pemilik Pekerjaan bahwa hasilnya secara fotogrametris dapat diterima untuk pemetaan ortofoto. Uji coba stereo model dan dimensi negative film udara diuraikan sebagai berikut : 1) Setelah pemrosesan negative film udara pilih satu (1) stereo-model per lima puluh (50) model dari hasil pemotretan udara yang mempunyai daerah terbuka yang tanahnya kelihatan disetiap posisi agar paralaks menjadi jelas. 2) Uji coba stereo-model harus mencakup hal-hal sebagai berikut : a. Model dipasang dalam alat restitusi analog. b. Lakukan orientasi absolut dan relatif dengan tampakan alamiah, isi data berikut dalam formulir. Semua informasi yang diperlukan. Penyetelan seluruh peralatan yang dipakai. Posisi sejumlah besar paralaks didalam stereo-model. Mutu resolusi model dengan menggunakan kriteria sebagai berikut : BAIK Ulangan bacaan ketinggian konsisten, ketinggiannya, garis besar bentuk detailnya jelas, kontrasnya baik. SEDANG

Ulangan bacaan ketinggian terdapat variasi, tapi dapat diterima sejauh untuk keperluan pemetaan, garis besar bentuk detailnya jelas. BURUK Kesukaran dalam membuat bacaan ketinggian yang konstan, kontras jelek, detailnya tidak pasti. SANGAT BURUK Hampir tidak mungkin membuat catatan pembacaan ketinggian, kontras tidak jelas, keadaan tidak memungkinkan untuk mendapatkan data yang dapat digunakan, baik untuk pemetaan garis maupun pemetaan ortofoto. Posisi dari tanda-tanda yang berlebihan, goresan atau noda. Hal-hal yang tidak terlihat yang dapat menimbulkan kesulitan-kesulitan c. Jika selama diadakannya uji selama coba pemrosesan terdapat peta selanjutnya termasuk pemrosesan ortofoto. tanda-tanda penyelesaian yang BURUK atau SANGAT BURUK, maka semua kerangka/frame negatif film udara dimana uji coba itu dibuat harus diperiksa dan dibuatkan suatu laporan. 3) Uji coba dimensional mencakup hal sebagai berikut : Pilih stereo model negatif film yang asli, ukur keempat sisi dan diagonal negative film sampai ketelitian 0,01 mm untuk menunjukkan ketepatan fiducial mark. 4) Toleransi dimensional perbedaan antara jarak yang dikalibrasi dan yang diukur dari setiap satu sisi tidak boleh melebihi 0,12 mm dan/atau diukur dari setiap dua sisi tidak boleh melebihi 0,20 mm.

5) Jika suatu uji coba menunjukkan salah satu indikasi sebagai berikut : Sejumlah besar paralaks. Perbedaan dimensional yang melebihi toleransi. Resolusi/penyelesaian yang sangat buruk. Keadaan menunjukkan foto udara tidak diterima untuk pemetaan ortofoto, jika hasil uji coba foto udara menunjukkan jumlah paralaks nol, data dimensi masih di dalam batas toleransi, serta hasil tes resolusi BAIK/SEDANG, maka hasil pemotretan yang telah diuji coba tersebut dianggap dapat diterima. Apabila ternyata hasil tes menunjukkan bahwa resolusi jelek, maka pihak Pemilik Pekerjaan dapat menolak atau menerimanya, hal ini tergantung dari keadaan yang berlaku. Dokumentasi dan Anotasi 1) Setiap negative foto udara diberi anotasi tinta yang mempunyai sifat permanen sehingga tidak mudah hilang (tinta china). 2) Anotasi negative harus mengikuti tata cara anotasi Bakosurtanal seperti contoh di bawah ini : Anotasi per jalur terbang. Anotasi untuk foto udara yang pertama dan yang terakhir dalam satu jalur ditulis sebagai berikut : A B C / D-E , FG H / I J K / LM-N / O

Keterangan : A : Initial pemilik pekerjaan B : Tahun Pelaksanaan Pemotretan C : Nama Daerah Irigasi D : Material yang digunakan (HP=01,PCIR=02,TC=03,HPIR=04) E F : Penggunaan produksi foto (pemetaan=PEM) : Arah jalur terbang (derajat) satuan meter H : Provinsi daerah pemotretan I J L : Nama pelaksanaan pekerjaan : Tanggal pemotretan udara : Nomor roll film

G : Tinggi terbang pesawat diatas permukaan referensi (MSL) dalam

K : Skala foto udara M : Nomor jalur terbang O : Nomor jumlah foto dalam satu jalur Anotasi untuk negative film setelah foto pertama sampai sebelum foto terakhir cukup ditulis sebagai berikut : H / A J K / LM-N Pencetakan dan Foto Indek Pencetakan Foto Udara ukuran (23 x 23) cm hitam putih. Pencetakan mini print harus dibuat mosaik untuk keperluan pemeriksaan pertampalan kesamping dan kemuka.

3) Peta indek dibuat pada peta berskala 1 : 50.000 memuat gambargambar jalur terbang, lokasi dan nomor urut titik utama foto udara pertama dan terakhir pada setiap jalur, sera posisi setiap 5 (lima) foto udara sepanjang jalur tersebut. Sumber pembuatan peta, koordinat geografi dan proyeksi harus ditampilkan. TITIK KONTROL TANAH Titik kontrol tanah dalam bentuk Tugu (Benchmark) yang ukurannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku membentuk jaring segitiga meliputi daerah yang akan dipetakan, kegunaannya untuk kontrol pemetaan dan perencanaan selanjutnya. Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan menggunakan pengamatan receiver GPS sedangkan untuk ketinggian tetap menggunkan level tidak menggunakan elevasi dari pengamatan receiver GPS karena ada perbedaan referensi. Desain Jaringan Titik Kontrol Pekerjaan desain jaringan meliputi kelengkapan receiver GPS dan rencana jaringan baseline (jarak
antara benchmark) sebagai berikut :

pembangunan irigasi

4.1.1. Kelengkapan Receiver GPS 1) Seluruh pengamatan harus mempergunakan receiver GPS type Geodetik yang mampu mengamati data fase.

2) Receiver GPS yang digunakan single frekuensi (L1) namun demikian penggunaan dual frekuensi (L1+L2) lebih diharapkan. 3) Kemampuan antena sesuai dengan kemampuan receiver GPS, tidak boleh diperpanjang melebihi standar pabrik. 4) Hindari pengamatan receiver GPS dilokasi-lokasi pemantulan sinyal GPS mudah terjadi seperti di pantai, danau, tebing, bangunan bertingkat atau antena harus dilengkapi dengan Ground plane untuk mereduksi pengaruh multipath. 5) Komponen receiver GPS harus dari merk yang sama.
4.1.2. Rencana Jaringan 1) Rencana jaringan dibuat di atas peta rupa bumi skala 1 : 50.000 atau yang lebih besar harus menunjukkan kekuatan jaringan sehingga syarat ketelitian dapat terpenuhi (strenge of figure).

2) Pembuatan Grid minimal 8 (delapan) titik terdistribusi secara merata ditempatkan pada wilayah peta Ortofoto atau peta garis.
3) Jumlah baseline yang membentuk jaringan tertutup paling banyak 4 (empat) buah baseline, setiap stasiun dihubungkan dengan minimal 3 (tiga) buah baseline non-trival yang diperoleh dari minimal 2 (dua)

session pengamatan yang berbeda.


4) Tiap baseline sebaiknya terdistribusi secara seragam diseluruh jaringan daerah pemetaan yang ditunjukkan yang relatif sama. 4.2. Pemasangan Benchmark (Tugu)

1) Benchmark diberi nomor dan ukuran sesuai dengan gambar 3.1, setiap benchmark mewakili luas area 500 ha atau interval jarak 2-3 km. 2) Benchmark tersebut harus dipasang sesuai dengan kriteria berikut :

(a) Benchmark-benchmark ditempatkan pada tanah keras, hindarkan di daerah rawa, sawah, tegangan tinggi yang akan mempengaruhi gelombang/sinyal GPS. (b) Benchmark-benchmark harus berada pada lokasi terbuka yang bebas pandangan ke segala arah sehingga alat penerima GPS dapat menerima satelit kira-kira pada radius clearance 15 derajat di atas horizon. (c) Benchmark-benchmark jaringan irigasi (d) Benchmark tersebut tidak harus saling kelihatan 3) Semua benchmark harus dijelaskan selengkap mungkin seperti tercantum pada gambar 3.3, antara lain mencakup : (a) Sketsa ukuran penampang melintang benchmark yang dibuat. (b) Lima (5) foto benchmark dari arah utara, barat, selatan, timur, dan atas. (c) Sketsa lokasi dengan jarak-jarak titik detail yang ada disekitar benchmark (d) Sketsa gambaran umum lokasi lengkap dengan deskripsi sekitarnya. (e) Koordinat-koordinat titik benchmark akan ditambahkan pada deskripsi apabila perhitungannya sudah selesai. 4) Titik-titik koordinat lainnya dibuat dari patok kayu yang kuat dengan ukuran panjang sekurang-kurangnya 30 cm dengan penampang melintang 5 x 5 cm, ditempatkan hampir rata dengan permukaan tanah, ujungnya diberi paku sehingga mudah ditemukan, untuk tanah yang lebih lunak dibutuhkan ukuran panjang yang lebih dari 30 cm, patok kayu tersebut harus tahan selama pengukuran berlangsung. harus ditempatkan direncana saluran

4.3.

Metoda Pengamatan dan Pengukuran di Lapangan Untuk menentukan kontrol horizontal (x,y) dilakukan dari pengamatan receiver GPS Geodetic sedangkan kontrol vertikal (z) di ukur dengan alat ukur Level biasa atau Level digital.

4.3.1. Pengamatan GPS 1) Alat ukur yang digunakan minimal 3 (tiga) buah GPS Geodetic model digital yang mempunyai ketelitian 5 mm + 1 ppm(H) dan 10 mm + 2 ppm(V). 2) Pengamatan receiver GPS Geodetic dilakukan dengan cara Double Difference berdasarkan data fase dengan metoda Static atau Rapid static (static singkat) dengan alat Receiver GPS single frekuensi (L1) atau dual frekuensi (L1 + L2). 3) Kententuan pengamatan harus mengikuti ketentuan berikut : Satelit yang diamati minimum 4 (empat) buah dalam kondisi tersebar. Besaran GDOP (geometrical dilution of precisition) lebih kecil dari 8. Pengamatan dilakukan siang hari atau malam hari. Level aktifitas atmosfer dan ionosfer relative sedang. Lama pengamatan berdasarkan panjang baseline. Panjang Baseline(km ) 05 5 10 10 30 Statis singkat Statik singkat Statik 90 menit 60 menit 60 menit 30 menit Metoda Lama 1) 30 menit 15 menit Lama Pengamatan(L1+L2)

Pengamatan Pengamatan(L

4) Pengamatan GPS dengan data fase digunakan dalam model penentuan posisi relatif untuk menentukan komponen baseline antara dua titik, memastikan bahwa semua receiver melakukan pengamatan terhadap satelit-satelit yang sama secara bersamaan, mengumpulkan data dengan kecepatan dan epoh yang sama. 5) Setiap receiver GPS harus dapat menyimpan data selama mungkin dari minimum 4 (empat) buah satelit dengan kecepatan minimum 4 (empat) epoh dalam 1 (satu) menit, masing-masing 15 (lima belas) detik. 6) Tidak diizinkan untuk menggunakan merek dan jenis receiver GPS yang berbeda dalam satu session. 7) Terdapat minimal 1 (satu) titik sekutu yang menghubungkan 2 (dua) session. 8) Tidak diizinkan untuk mengamati satelit dengan elevasi dibawah 15 derajat. 7) Setelah session pengamatan seluruh data harus didownload dan disimpan dalam sebuah CD dan dibuatkan cadangannya.

4.3.1.1. Reduksi baseline 1) Geometri dari jaringan harus memenuhi spesifikasi ketelitian dan persyaratan strenght of figure yaitu : a. Statistik reduksi baseline Untuk setiap jaring orde 3 standar deviation (s) hasil hitungan dari komponen baseline toposentrik (dN,dE,dH) yang dihasilkan oleh software reduksi baseline harus memenuhi hubungan berikut : N M

E M H 2M dimana M = [102 + (10d)2]1/21.96 mm dan d = panjang baseline. b. Baseline yang diamati 2 (dua) kali - Baseline yang lebih pendek dari 4 (empat) km Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda lebih besar dari 0.03 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh berbeda lebih dari 0.06 m. - Baseline yang lebih panjang dari 4 (empat) km Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda lebih besar dari 0.05 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh berbeda lebih dari 0,10 m 2) Seluruh reduksi baseline harus dilakukan dengan menggunakan software processing GPS yang telah dikenal dibuat oleh agen software atau badan peneliti ilmiah yang bereputasi baik. 3) Koordinat pendekatan dari titik referensi yang digunakan dalam reduksi baseline tidak boleh lebih dari 10 m dari nilai sebenarnya. 4) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi troposfer untuk semua data pengamatan. 5) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi ionosfer untuk semua data pengamatan. Data dual frekuensi harus digunakan untuk mengeliminasi pengaruh ionosfer jika ambiguiti fase single tidak dapat dipecahkan. 4.3.1.2. Perataan Jaring 1) Perataan jaring bebas dan terikat dari seluruh jaring harus dilakukan dengan menggunakan software perataan kuadrat terkecil yang telah

dikenal dibuat oleh agen software atau badan peneliti ilmiah bereputasi baik. 2) Informasi di bawah ini harus dihasilkan dari setiap perataan
-

Hasil dari test Chi-Square atau Variance Ratio pada residual setelah perataan (test ini harus dapat melalui confidence 99 % yang berarti bahwa data-data tersebut konsisten terhadap model matematika yang digunakan). Daftar koordinat hasil perataan. Daftar baseline hasil perataan termasuk koreksi dari komponenkomponen hasil pengamatan. Analisis statistik mengenai residual komponen baseline termasuk jika ditemukan koreksi yang besar pada confidence level yang digunakan. Ellip kesalahan titik untuk setiap stasiun/titik.

4.3.1.3 Analisa 1) Integritas pengamatan jaring harus dinilai berdasarkan :


-

Analisis

dari

baseline

yang

diamati

(dua)

kali

(penilaian

keseragaman)
-

Analisis terhadap perataan kuadrat terkecil jaring bebas (untuk menilai konsistensi data) Analisis perataan kuadrat terkecil untuk jaring terikat berorde lebih tinggi (untuk menilai konsistensi terhadap titik kontrol)

2) Akurasi komponen horizontal jaring akan dinilai terutama dari analisis ellip kesalahan garis 2D yang dihasilkan oleh perataan jaring bebas 3) Koordinat benchmark dari hasil pengamatan GPS disajikan dalam system proyeksi UTM dan ellipsoid WRG 84.

4) Tinggi benchmark hasil ukuran GPS dikoreksi terhadap besaran undulasi (N) atau di koreksi terhadap titik MSL yang ada disekitar lokasi.
4.3.2. Pengukuran Sipat Datar

Pengukuran sipat datar dilakukan dengan alat ukur level automatic atau level automatic digital dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Sistem patok benchmark sudah terpasang sebelum dilakukan pengukuran sipat datar, pemindahan elevasi ke benchmark yang di buat sesudah selesainya penyipatan datar tidak akan diterima. 2) Pengukuran digunakan alat rambu ukur metrik dan tatakan rambu yang terbuat dari metal, untuk jaring sipat datar utama digunakan alat sipat datar digital atau non digital. 3) Setiap alat harus dicek kolimasinya (kesalahan garis bidik) setiap hari dengan menggunakan 2 patok-uji (peg test), mid-base atau cara-cara sejenis sampai dengan jarak 100 m, dalam metode mid-base dicari perbedaan tinggi antara dua titik, di mana hasil ukuran disaat alat ditempatkan di tengah harus dibandingkan dengan hasil ukuran disaat alat ditempatkan di dekat salah satu titik. Penyesuaian harus dilakukan apabila kesalahan kolimasinya lebih dari 0,05 mm/m. Nivo kotak dan kompensator otomatis juga harus selalu di cek secara teratur. Pelaksana pekerjaan harus membuat catatan lengkap mengenai seluruh hasil pengecekan dan penyesuaian yang telah dilakukan. 4) Rambu ukur ditempatkan pada tatakan dari metal pada setiap pengukuran (kecuali pada benchmark atau benchmark sementara). Juru ukur harus menginstruksikan kepada pemegang rambu, agar

rambu ukur selalu tepat vertikal dengan menggunakan stafflevel atau


carpenters level (penempatannya harus juga dicek).

5) Metode stan ganda (double-stand) pada pengukuran sifat datar tidak boleh digunakan, jarak bidikan tidak diperkenankan lebih dari 50 m. Bidikan ke belakang kira-kira sama dengan bidikan ke muka, untuk menghindari kesalahan kolimasi. Tidak dibenarkan melakukan pembidikan silang (intermediate sight). 6) Pembacaan rambu tidak boleh dilakukan melebihi 20 cm dari batas bawah rambu dan juga 20 cm dari batas bagian atas rambu. 7) Untuk membantu pelaksanaan pengukuran titik-titik rincik ketinggian dianjurkan agar titik tinggi sementara dipasang pada waktu pengukuran sipat datar utama antara lain : gorong-gorong, tangga rumah, lantai pengeringan padi, dan lain sebagainya. Titik-titik tersebut ditandai serta dicatat secara lengkap. 8) Juru ukur harus memasukkan data-data mengenai tinggi dan rendahnya hasil ukuran pada setiap formulir yang sudah ditentukan, bacaan belakang, bacaan muka, beda tinggi h (+ dan -) harus dijumlahkan. Perbedaan antara hasil bacaan belakang, dan muka harus sama dengan hasil beda tinggi (h), hanya merupakan pengecekan aritmatik dapat menghindarkan kesalahan yang tidak terlihat karena data yang tidak benar. 9) Pengecekan harus dilakukan pada setiap halaman dan setiap bagian pengukuran sipat datar, secara sistematis setiap hari, serta harus ditandatangani oleh juru ukur yang bersangkutan. 10) Ketelitian sipat datar sebagai berkut : Jalur utama yang pada umumnya merupakan jaring tertutup, harus diukur dua kali yaitu pergi dan pulang. Perbedaan antara kedua harga

untuk masing-masing seksi harus kurang dari 7 k mm, dimana k adalah jarak dalam km antar benchmark tersebut. Jalur sekunder yang umumnya terikat dengan titik-titik jaringan utama untuk kontrol foto dan titik-titik ikat pengukuran rincikan cukup satu kali dengan ketelitian 20 k mm, dimana k adalah jarak dalam km antara benchmark atau di sekitar jalur tertutup.
4.3.3 Pengukuran Titik Rincik Pada saat melakukan pengukuran rincikan setiap juru ukur harus membawa foto udara yang sudah dibesarkan skalanya yaitu skala 1 : 5.000 dengan cara men-scan diapositif foto udara hasil pemotretan dengan menggunakan scanner presisi resolusi 2400 dpl, data digital foto udara skala 1 : 10.000 diplot menggunakan inkjet plotter pada kertas foto dengan perbesaran 2 kali skala foto udara sama dengan 1 : 5.000. 1) Metoda Pengukuran Rincikan (titik tinggi) i. Di daerah pengukuran yang datar titik-titik rincikan harus

diperlihatkan pada interval antara 1 cm dan 2 cm pada peta skala 1 : 5.000 yang berarti 50 m dan 100 m di lapangan, supaya perbedaan relief dapat digambarkan lebih teliti, maka kepadatan titik-titik rincik tersebut harus lebih diperbanyak lagi pada tempat-tempat yang curam, terjal dan tempat-tempat yang tertutup tumbuh-tumbuhan. ii. Setiap juru ukur diberi lembaran foto udara daerah yang ditentukan yang sudah diperbesar mendekati skala peta 1 : 5.000, masingmasing daerah yang diukur oleh para juru ukur harus saling bertampalan sebesar 50 m pada daerah yang berbatasan sehingga jumlah pertampalannya 100 m, penyebaran titik-titik rincik diperlukan kontrol dari hasil sipat datar utama dengan mengikatkannya pada benchmark tersebut.

iii. Jaring-jaring perimeter sekunder perlu diukur untuk memasukkan benchmark atau titik-titik tinggi sementara yang sudah ditetapkan selama pengukuran sipat datar utama dan titik-titik ikat umumnya yang terletak pada keempat sudut dari masing-masing foto

perbesaran dan akan di pindahkan ke foto-foto perbesaran lainnya yang bersebelahan untuk menjamin kejelasan ketinggian-ketinggian yang telah didapatkan, selanjutnya diukur garis-garis yang saling berpotongan dari sipat datar tersebut untuk melengkapi penyebaran titik-titik rincik. iv. Apabila mungkin titik rincik ketinggian ditentukan posisinya secara identifikasi langsung, pada peta pembesaran, jika hal ini tidak mungkin untuk menentukan lokasi titik rincik digunakan tacheometri. v. Posisi titik rincik di identifikasi sudut horizontal, jarak, dan tinggi semuanya di catat dengan penjelasan singkat mengenai posisi titik rincik, misalnya sawah, kampung, tanggul jalan, sungai. vi. Identifikasi titik-titik rincik harus dicocokkan dengan sudut dan jarak yang sudah diukur, dan apabila sudah pasti maka titik-titik tersebut akan di anotasi dan di plot pada foto perbesaran, posisi alat dan titiktitik yang di bidik harus di anotasikan pada foto perbesaran tersebut. vii. Jarak lihat ke titik-titik rincik tidak boleh lebih dari 100 m (2 cm dipeta). viii. Untuk daerah yang luas (misalnya : hutan yang mencakup seluruh foto perbesaran) penentuan tinggi titik rincikan harus dihubungkan dengan jaringan utama yang secara khusus dianggap sebagai kontrol perimeter untuk tinggi titik rincikan, panjang maksimum yang dilakukan dengan cara tacheometri adalah 2 km (memotong satu lembar foto perbesaran), tinggi titik dengan cara tersebut diplot pada kertas transparan yang kemudian digabungkan dengan peta ortofoto

apabila peta tersebut telah mencantumkan titik tinggi dan kontur. ix. Untuk daerah kecil dimana identifikasi sukar dilakukan, penentuan titik rincik ketinggian dapat dilakukan dengan cara tacheometri antara titik-titik yang diidentifikasi pada perbesaran, jaring tersebut diplot pada kertas transparan, untuk daerah yang datar pengeplotan bisa dilakukan pada foto perbesaran kemudian dilakukan penelitian ulang untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan hasil identifikasi atau detail foto sehingga ketinggian titik rincik boleh dipindahkan ke foto perbesaran, jika pada medan yang tidak teratur dimana distorsi ketinggian dalam perbesaran sangat menyolok ketinggian titik rincik diplot langsung ke peta ortofoto. x. Pada kedua kasus di atas, hasil pengamatan harus dianotasi pada lembar pengamatan sebagai Tidak Dapat Diidentifikasi. Jalur poligon digambarkan secara kasar dan ditandai dengan garis putus-putus pada foto pembesaran. xi. Cara tacheometri hanya dapat digunakan untuk penentuan tinggi titik rincik di daerah curam dan atas persetujuan pemilik pekerjaan. 2) Pengukuran Ketinggian Titik Rincik i. Pada setiap sawah harus diukur tinggi titik rincik kira-kira jaraknya lebih dari 50 x 50 m. ii. Daerah pengukuran yang tidak luas selang/jarak antara tiap titik kira-kira 75 m, daerah sawah yang kering, rambu ukur harus ditempatkan tepat ditengahnya guna meningkatkan hasil identifikasi dan anotasi, daerah sawah basah, rambu ukur ditempatkan di tepi sawah tersebut (tidak di pematang), rambu ukur tidak boleh ditenggelamkan pada tanah sawah tersebut, tetapi diletakkan setinggi permukaan tanah sawah. iii. Lokasi titik rincik tersebut harus diletakkan pada perbatasan antara

kampung dan sawah, satu pada sawah yang lainnya di kampung, apabila jalan melewati sawah maka titik rincik tersebut harus ditempatkan satu pada jalan dan titik lainnya pada kedua sisi sawah. iv. Rincik ketinggian akan diambil sepanjang dasar lembah baik yang memiliki anak sungai maupun yang tidak dan pada punggung bukit serta pada titik bukit yang teratas, seluruh jalur-jalur yang ada tempat air mengalir harus diukur (seperti : kanal, sungai, selokan) dan ditandai pada peta hasil pembesaran dengan tanda panah sesuai arah alirannya. Jika sungai dangkal dan kering titik rincik ketinggian ditempatkan di sepanjang dasar sungai dan bagian atas tebing dengan interval 50 meter, apabila aliran sungai ternyata tidak tampak pada foto perbesaran, ini akan diamati dengan cara tacheometri untuk menentukan bentuk sungai, misalnya tikungan, pertemuan dua sungai kecil. v. Daerah rawa harus ditentukan juga titik rincik yang meliputi keliling daerah rawa, pemegang rambu harus masuk ke rawa sampai dengan setinggi lutut. vi. Daerah yang berhutan lebat jalur pengukuran akan banyak terputus, pengukuran dilakukan pada satu jalur tunggal yang diorientasikan oleh kompas untuk menjaga keseragaman, jalur-jalur paralel berjarak 100 meter, dalam hal ini terserah pada pihak pemilik pekerjaan berhubung pengukuran susulan bisa saja dilakukan setelah hutan ditebang, garis-garis jalur harus bermula dan berakhir pada titik kontrol yang sudah di ketahui, bisa pada titik yang dipakai selama pengukuran jaring-jaring koordinat kontrol planimetri atau pada titiktitik detail yang dapat dilihat pada foto. vii. Pelaksana pekerjaan harus memeriksa apakah rincik ketinggian di

lapangan sudah diamati secara memadai sesuai dengan perubahanperubahan elevasi antara rincik ketinggian dan detail yang

dicantumkan dalam foto udara. viii. Ketelitian Titik Rincik Ketinggian sebagai berikut : Seluruh perhitungan rincik ketinggian harus diselesaikan dan diperiksa ketelitiannya sebelum dipindahkan ke foto perbesaran. Ketinggian relatif untuk tinggi rincikan harus memenuhi ketelitian 5 cm. Harga tinggi titik rincikan dihitung sampai dengan sentimeter, posisi titik-titik tersebut ditandai dengan koma (titik) desimal dari harga ketinggiannya atau koma yang terpisah dengan menggunakan tanda panah apabila detailnya menjadi kabur karena nomor-nomor lokasi sebelumnya. Semua titik rincikan yang diberi nomor harus jelas sehingga pemeriksaan yang dilakukan lewat lembar-lembar pengamatan pada tahap berikutnya akan lebih mudah.

4.3.4 Identifikasi Lapangan Identifikasi lapangan adalah proses pengumpulan data dari lapangan baik untuk kelengkapan pembuatan peta ortofoto maupun peta garis, dilaksanakan dengan membawa foto yang sudah dibesarkan skala 1 : 5.000, dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Batas Administrasi, garis batas administrasi pemerintahan (batas provinsi, kabupaten, kecamatan, dan batas desa/kelurahan) harus di identifikasi dimana letak garis batas harus di konfirmasi dengan instansi pemerintah terkait, pemerintah setempat.

2) Nama dan fungsi bangunan, semua detail bangunan harus di lengkapi dengan data yang menyangkut fungsi bangunan/penggunaan dan namanya antara lain : Bangunan perkantoran baik pemerintah dan swasta. Bangunan yang berfungsi sebagai tempat pendidikan seperti TK, SMP, SMU dan Perguruan Tinggi. Bangunan yang berfungsi sebagai tempat pelayanan masyarakat seperti kantor pos, Rumah Sakit, Kantor Kecamatan/Kelurahan/Desa, Pasar, Hotel. Bangunan yang berfungsi sebagai tempat ibadah seperti Masjid, Gereja, Vihara dsb. Bangunan yang merupakan perumahan. Nama Jalan harus jelas. Nama Sungai dan Aliran, Danau, Bendung, Bendungan, dsb harus jelas. Nama Daerah Irigasi dan Rawa yang sudah ada batas-batasnya harus jelas termasuk sumber airnya. Pertanian yang sudah ada harus jelas batas-batasnya, sawah, ladang, tambak, kelapa, karet, tebu dsb. Untuk tanaman penduduk sebagai tanaman pelengkap atau tumpang sari cukup di tulis sebagai ladang. Kuburan, untuk area kuburan cukup di tulis kuburan tidak perlu di tulis jenis kuburan. Titik Kontrol, harus di identifikasi di tandai dan di catat.

4.4 Pencatatan, Reduksi dan Pemrosesan Hasil Pengamatan di Lapangan

Pencatatan, reduksi, pemrosesan hasil pengamatan di lapangan harus mengikuti ketentuan di bawah ini. 4.4.1 Pencatatan

1) Pelaksana pekerjaan harus menyerahkan laporan hasil hitungan dengan menggunakan software dari distribusi alat-alat merk apa saja dalam bentuk softcopy VCD atau DVD. 2) Penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan dimasukkan ke lembar pengamatan sementara pekerjaan berlangsung, hal ini menyangkut nama pengamat, tanggal, nomor titik, nomor alat juga penjelasanpenjelasan lainnya seperti ketinggian alat, temperatur dan tekanan udara, seluruh lembar data harus disertai tanggal dan tandatangan pengamat dan orang yang telah melakukan pemeriksaan. 3) Seluruh laporan pengamatan yang dilakukan di lapangan diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan, termasuk juga bagian-bagian yang telah diulang, yang disebut terakhir ini harus ditandai dengan jelas sehingga bisa saling dicocokkan. 4.4.2 Reduksi 1) Koordinat (x,y) perlu direduksi dan dirata-ratakan pada setiap titik dan diperiksa apakah memenuhi toleransi yang sudah ditetapkan, reduksi koordinat (x,y) termasuk juga koreksi bias ionosfer, troposfer, kesalahan titik nol alat, dan koreksi faktor skala dimana dianggap perlu. 2) Pengamatan di lapangan perlu direduksi setiap harinya lalu ditandatangani, disertai tanggal pemeriksaan oleh pelaksana

pekerjaan, hasil pengamatan harus disimpan dengan rapi dan diberi nomor referensi agar mudah dicari bilamana diperlukan dikemudian hari, bila sudah diarsipkan, hasil-hasil pengamatan itu tidak boleh dibawa ke lapangan lagi.

4.4.3

Pemrosesan

1) Penghitungan harus dilakukan di lapangan untuk memeriksa apakah pengamatan telah sesuai dengan standar ketepatan. 2) Untuk kontrol planimeter ini meliputi : Pengecekan hasil penghitungan koordinat. Pengecekan penutup koordinat tertutup. Pengecekan azimut antara titik-titik triangulasi dan hasil pengamatan. Penyesuaian kesalahan koordinat. Penghitungan dari x dan y untuk mencek hasil planimetrik. 3) Untuk kontrol ketinggian kegiatan pemrosesan ini meliputi : Pemeriksaan hasil hitungan dari Bacaan belakang, Bacaan muka, Perbedaan tinggi (h). Perhitungan h untuk seksi-seksi antara titik-titik tetap (benchmark) dan kontrol foto. Perhitungan dari tiap loop/kring. Perataan dari loop dengan metode Dell (atau metode lainnya), agar memperoleh ketinggian yang tepat untuk dipakai pada perhitungan rincik ketinggian nantinya. 4) Perhitungan blok-blok pengukuran lapangan harus disesuaikan dengan batas-batas triangulasi udara, hal ini dimaksudkan untuk menghindari kelambatan pada tahapan selanjutnya.

5) Apabila hasil pekerjaan lapangan telah disetujui oleh pengawas, hasil pengamatan serta hasil hitungannya segera dikirim ke kantor pelaksana pekerjaan untuk dilakukan perhitungan akhir. 6) Penyesuaian planimetri harus dihitung mencakup seluruh titik-titik triangulasi yang ada di lapangan. 7) Penyesuaian titik-titik poligon harus sesuai dengan jarak, hal ini berarti bahwa koreksi dalam koordinat simpangan timur (easting) sama dengan: salah-penutup dalam simpangan timur --------------------------------------------------- x jarak akumulasi jumlah jarak poligon seluruhnya Hal yang sama berlaku untuk simpangan utara. 8) Seluruh hasil penghitungan, pengamatan dan informasi seperti yang didaftar di bawah ini harus diserahkan kepada pihak Pemilik pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan sementara. Urutan cara perhitungan loop atau jalur koordinat antara benchmark. Kesalahan penutup sudut pada setiap bagian/seksi, azimut kontrol atau azimut yang diperoleh dari loop yang berdekatan, bersama-sama dengan jumlah titik dalam setiap seksi. Kesalahan penutup linier x, y dari setiap loop atau jalur koordinat antara titik-titik simpul dan kesalahan penutup fraksi yang dipilih dengan jumlah titik. Detail-detail hasil pengamatan yang ditolak, diragukan, tidak dipakai lagi. 9) Setidak-tidaknya dilaksanakan perataan kuadrat terkecil asalkan kegiatan ini tidak akan menyebabkan tertundanya proses berikutnya, perataan lebih baik dilakukan sebelum triangulasi udara.

5.

TRIANGULASI UDARA

Triangulasi udara adalah untuk menentukan koordinat (x,y,z) titik-titik kontrol minor melalui fotogrametris yang kegiatannya meliputi persiapan, pemilihan titik model, pemindahan titik model, pembacaan koordinat model, proses perataan udara (block adjustment) dan pembuatan indek model dimana alat yang digunakan harus salah satu jenis dari yang disebutkan dibawah : Plotter Analitik. Comparator. Alat Plotting Stereo Presisi atau Soft Copy Photogrametri. 5.1 Persiapan Triangulasi Udara

Pekerjaan persiapan meliputi kegiatan seleksi foto udara yang paling cocok dan pembuatan diagram foto untuk triangulasi udara dan pembuatan ortofoto dengan ketentuan seperti dibawah ini : 1) Foto udara menunjukkan pertampalan, foto udara minimum pertampalan ke samping 30 % dan pertampalan ke muka 60 %, bebas dari awan, bebas dari bayangan awan sehingga menutupi detail foto, pantulan air, hindari pertampalan ke samping dan ke muka jika ada perbedaan gelap dan terang, hindari kesenjangan di antara foto. 2) Harus dibuat diagram foto udara diatas peta skala 1 : 50.000 dimana dijelaskan topografi dari daerah yang bersangkutan dan batas administrasinya. 3) Diagram foto harus menunjukkan secara grafis dan numeris hal-hal berikut : Kesenjangan (gap) pada foto udara Daerah berawan

Pertampalan lebih kecil dari 30 % (ke samping) dan 60 % (ke muka) Titik utama, nomor foto, dan nomor jalur Danau, sungai, garis pantai, dan rawa-rawa Batas pemetaan yang diusulkan Gambaran topografi lainnya 4) Diagram harus di identifikasi, diberi nomor, skala, tanggal seperti contoh dibawah ini :

5.2

Penentuan Titik Model dan Pemberian Tanda

Titik model adalah sembarang titik yang ada di daerah pertampalan ke muka dan ke samping dimana koordinatnya (x,y,z) didapat dari triangulasi udara dengan cara fotogrametris, pemilihan titik model mengikuti ketentuan berikut : 1) Setiap stereo model yang dipersiapkan untuk triangulasi udara sekurang-kurangnya mempunyai 6 titik model yang tersebar pada posisi yang lazim, masing-masing diberi tanda lingkaran dengan diameter 0,75 cm dan nomor pada diapositif digital dan cetakan foto. Titik-titik ini akan digunakan untuk menghubungkan model-model di sebelahnya yang terdapat pada jalur yang sama. Jika ada

pertampalan sisi antar jalur yang berdampingan maka titik-titik model harus dipilih dalam batas pertampalan sehingga terdapat suatu ikatan antara jalur-jalur tersebut. Titik tersebut boleh dipakai untuk 2 macam keperluan (sebagai titik penghubung dalam jalur yang bersangkutan dan sebagai titik pengikat antara jalur-jalur) asal saja saat melakukan pemindahan titik-titik tersebut sudah tepat.

2) Jika perlu diadakan penyambungan jalur-jalur foto udara arah ke samping dan ke muka, maka diperlukan pertampalan sekurangkurangnya terdiri dari satu stereo-model penuh. 3) Titik kontrol yang ditempatkan pada posisi yang lazim, sebaiknya tidak digunakan sebagai titik model, jika suatu titik kontrol digunakan sebagai suatu titik model, maka titik model ini sama sekali tidak boleh dipindahkan selama dilakukan penyesuaian triangulasi udara. 4) Apabila mungkin titik model akan dipilih pada stereo model di permukaan tanah pada daerah yang rata dan detailnya cukup terang sehingga kedudukan titik tersebut dapat lebih jelas dan sebaiknya hindari bayangan yang bertentangan.

Harus dijamin agar titik pada model yang berdampingan adalah merupakan titik yang sama dalam penggabungan titik. 5) Jika terdapat pertampalan sisi (lateral overlap) yang berlebihan, maka diperlukan suatu pola titik-titik model yang zigzag (saling silang) 6) Titik kontrol foto yang telah dipilih pada paper print dipindahkan pada diapositif film dan dilanjutkan pricking model demi model yang saling pertampalan ke muka dan ke samping, untuk ketepatan pekerjaan ini digunakan alat pricking yaitu point transfer device Wild PUG 4 atau yang setingkat. 7) Djarum pricking maksimum yang diizinkan untuk tanda diapositif digital tersebut, adalah 60 mikro 8) Penomoran titik-titik model harus uniform. 9) Penomoran model-model di seluruh proyek harus dari 1 (satu) sampai ke model N dimana N adalah sama dengan jumlah model-model stereo yang akan diukur selama proses triangulasi udara, atau sistem penomoran lain yang telah disepakati oleh Pelaksana Pekerjaan dengan pihak Pemilik Pekerjaan.

10) Jika suatu titik model ditempatkan pada suatu posisi yang tidak ideal, umpamanya pada ketinggian pohon atau di dalam bayangan awal, maka harus ada catatan keadaannya ini. 11) Stereo model yang diperlukan untuk pembuatan ortofoto tetapi yang tidak penting untuk triangulasi udara harus mempunyai sekurangkurangnya 6 (enam) koordinat untuk memungkinkan dilakukannya pemberian skala dengan praktis. Pada umumnya model-model yang bersebelahan. Model-model tersebut boleh dihilangkan, jika memang tadinya dipakai, apabila tidak memperjelek blok secara keseluruhan maupun blok-blok yang bersebelahan. 12) Pemilihan, penandaan dan pemindahan titik-titik model harus dilakukan dengan amat sangat berhati-hati. Apabila timbul kesulitan pada tahap penyesuaian, maka pihak pelaksana pekerjaan harus bersedia untuk kembali lagi ke tahap permulaan/persiapan dan ke pemilihan titik kontrol pemindahannya.
5.3 Pemindahan dan Penandaan Titik Kontrol Pemindahan dan penandaan titik kontrol tujuannya adalah pemindahan titik kontrol dari cetakan foto ke diapositif dan titik kontrol tersebut diberi nomor, pemindahan dan penandaan titik kontrol harus mengikuti ketentuan seperti dibawah ini : 1) Setiap titik kontrol hasil identifikasi lapangan harus dipindahkan dari cetakan foto ke diapositif digital asli. 2) Suatu titik kontrol tanah harus di tandai pada diapositif digital dengan menggunakan alat stereoskopis pemindahan titik, yang setingkat dengan WILD PUG 4 dengan ukuran maksimum yang diizinkan untuk tanda diapositif digital tersebut adalah diameter 60 mikro.

3) Pemindahan titik dari cetakan foto ke diapositif digital harus teliti sekali. 4) Pemindahan suatu titik kontrol, maka harus di buat catatan mengenai keadaannya dan di buat sedemikian rupa agar dapat di lihat setiap waktu. 5) Penomoran titik kontrol di seluruh proyek sesuai dengan keinginan pemilik pekerjaan, tetapi jenis-jenis kontrol tersebut seperti : premark, kontrol horizontal, kontrol vertikal dan sebagainya, harus mudah diketahui dengan sistem penomoran yang dipakai tersebut.

5.4

Pembuatan Diagram Foto

Pembuatan diagram foto tujuannya adalah sebagai dasar pengamatan fotogrametris dimana ketentuannya sebagai berikut :

1) Pelaksana Pekerjaan harus menyusun, suatu Diagram (diagram) Persiapan (lihat gambar 6.1) setelah selesainya pemilihan titik-titik model, dengan skala yang memadai, yang merinci hal-hal berikut :
Titik-titik utama pada foto yang digunakan selama proses triangulasi udara dan pembuatan peta ortofoto, lengkap dengan nomor foto dan nomor jalur. Titik-titik utama foto udara yang digunakan hanya untuk produksi ortofoto, harus ditandai dengan simbol yang berbeda dengan simbol pada diagram seleksi foto udara untuk keperluan triangulasi udara. Semua titik-titik kontrol yang sudah di beri nomor dan tanda sesuai dengan klasifikasinya, dan berada pada posisi yang relatif tepat dengan titik-titik utama tersebut. Semua titik-titik diberi nomor dan tanda sesuai dengan klasifikasinya dan berada pada posisi yang relatif tepat dengan titik utama (agar lebih jelas nomor titik model dapat dihilangkan)

Setiap batas dan nomor stereo-model yang akan digunakan untuk proses triangulasi udara. Batas masing-masing pertampalan (nomor model tidak diperlukan hanya untuk keperluan produksi ortofoto saja (Hal ini merupakan suatu pengecualian lihat 6.212). Batas-batas pemetaan proyek dan blok PAT-B Danau, sungai besar dan tepi pantai. 2) Diagram foto harus diidentifikasi dengan jelas, mempunyai skala, bernomor, bertanggal dan dibuat dalam bentuk yang sama,

berdasarkan diagram seleksi foto udara (lihat 5.2 di atas). Diagram tersebut nantinya dapat berfungsi sebagai Diagram Hubungan (Connection Diagram), lihat 6.6.15 berikut ini).

5.5

Pengamatan Fotogrametri

Pengamatan fotogrametri atau triangulasi udara tujuannya adalah memperbanyak titik kontrol minor dengan fotogrametri dengan cara triangulasi udara dimana ketentuannya seperti dibawah ini : 1) Penentuan koordinat secara fotogrametri dari semua titik kontrol dan titik-titik model harus dilaksanakan dengan metode triangulasi udara yang sudah diakui, dan untuk penyesuaian data digunakan program PAT-M atau PAT-B (atau program lain yang disetujui oleh Direktorat), dengan di kontrol horizontal dan vertikal (lihat bagian 3.3, dan 3.4). 2) Semua proses triangulasi udara harus diselesaikan dengan

menggunakan alat restitusi analog yang mempunyai ketelitian tinggi (First Order) atau analiytical plotter, atau stereo comparator, alat yang dipilih harus bisa dihubungkan pada suatu alat pencatat data

elektronik

untuk

memperoleh

hasil

koordinat-koordinat

model

fotogrametri yang teliti. 3) Pelaksana Pekerjaan harus menjelaskan di dalam usulan, mengenai peralatan dan metode yang akan digunakan, berikut laporan terbaru mengenai pemeliharaan perbaikan dan kalibrasi. 4) Perlunya pencatatan data yang akurat selama penentuan koordinat dan dalam perhitungan pusat perspektif jangan terlalu dilebihlebihkan, selanjutnya pelaksanaan pekerjaan harus bertanggungjawab terhadap standar ketelitian yang ditentukan dalam melaksanakan pekerjaan yang bersangkutan. 5) Pelaksana pekerjaan yang memakai peralatan untuk triangulasi udara yang memerlukan perhitungan pusat perspektif boleh menghitung harga-harga itu selama dilakukan pengamatan triangulasi udara atau menggunakan fasilitas yang disediakan oleh program paket PAT- M atau PAT-B. 6) Semua catatan dan berkas yang membuat koodinat-koordinat tiap model hasil triangulasi udara, harus disimpan oleh pelaksana pekerjaan, untuk pemeriksaan yang akan dilakukan oleh pemilik pekerjaan (Direktorat Irigasi).

5.6

Perataan Blok

Penyesuaian blok tujuannya adalah sebagai dasar pembuatan peta ortofoto dan peta garis dimana ketentuannya seperti dibawah ini : 1) Penyesuaian blok triangulasi udara dapat diselesaikan dengan menggunakan paket Program PAT-M atau PAT-B atau program yang setingkat dan disetujui terlebih dahulu oleh pemilik pekerjaan. Sebelum proses penyesuaian seluruh blok, diajukan agar data-data

yang akan dipakai harus sudah disaring dengan cara melaksanakan penyesuaian strip-strip atau blok dan memeriksa hasil-hasilnya. 2) Koordinat-koordinat tanah untuk titik-titik kontrol hasil pengamatan di lapangan akan dimasukkan ke dalam program untuk melakukan perataan. 3) Untuk keperluan PAT-M atau PAT-B haruslah diyakinkan bahwa titik kontrol (x,y,z) tidak boleh digunakan sebagai titik ikat, kecuali kalau semua titik-titik tersebut sudah diseleksi dan sudah diberi tanda, bisa digunakan sebagai titik ikat (x,y,z). 4) Ketelitian yang diperlukan pada setiap titik kontrol minor dan titik kontrol tanah setelah dilakukan perataan harus sedemikian rupa agar harga-sisa (residual value) tidak melampaui harga-harga berikut : Titik Kontrol Minor Horizontal (x,y), tidak lebih besar dari 25 mikron.

Tinggi (z), tidak lebih besar dari 0.01 % dari tinggi terbang . Titik Kontrol Tanah Horizontal (x,y), tidak lebih besar dari 40 mikron skala foto Tinggi (z), tidak lebih besar dari 0.01 % dari tinggi terbang daerah datar sedangkan untuk daerah curam tidak boleh lebih besar dari 0.03 % dari tinggi terbang. 5) Pelaksana pekerjaan harus mengadakan penelitian untuk mengetahui asal/sumber kesalahan jika titik kontrol melebihi apa yang telah ditentukan, harus dibuat catatan penelitian tersebut, dan disimpan untuk diperiksa oleh pemilik pekerjaan. 6) Jika pada suatu ketika tidak diperoleh jawaban yang memuaskan dari kesalahan titik kontrol, maka diadakan pengamatan ulang di lapangan jika tidak tersedia titik pengganti.

7) Dalam keadaan bagaimana pun, titik-titik kontrol sama sekali tidak boleh dipindahkan dari perataan tersebut. 8) Pelaksana pekerjaan harus melakukan penelitian untuk mengetahui sumber-sumber kesalahan sesudah dilakukan perataan, apabila sisa kesalahan fotogrametri melampaui sebagai berikut (lihat 6.6.5) :
Titik-titik Model Standar ketelitian kontrol x 1,5 Pusat perspektif Standar ketelitian kontrol x 3,0 9) Penelitian tersebut mencakup beberapa atau semua hal-hal berikut : Kebenaran data penomoran titik dan model. Ketelitian dalam pemindahan titik antar model. Kemungkinan tidak bersambungnya masing-masing titik-titik yang membawa akibat serius pada blok. Pengamatan ulang model sehingga menjadi jelas pada permulaan atau sesudah dilakukannya pengamatan ulang. 10) Titik-titik model boleh dipisahkan (dengan penomoran kembali pada satu model atau lebih) dengan mengikuti kriteria sebagai berikut : 11) Jika terjadi pemberian nomor ulang hendaknya diperhatikan agar semua dokumen yang bersangkutan dirubah sesuai dengan yang baru. 12) Pemisahan titik model antar strip harus sedikit mungkin, usahakan tidak lebih dari 5% untuk seluruh blok, pemisahan titik pada modelmodel yang berurutan tidak diperkenankan. 13) Tidak diizinkan memisahkan titik pusat perspektip. 14) Walau bagaimanapun, titik-titik model tidak boleh dihapus dari perhitungan perataan.

a. Jumlah hitungan interasi yang dilakukukan untuk (x,y,z) harus sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil yang paling pantas (seperti perbedaan maksimum koordinat titik (x,y) dan (z) dengan koordinat akhir (x,y) dan z sedangkan interasi tidak boleh lebih dari 0,5 m). Jika koreksi kelengkungan bumi dan koreksi refraksi pada PAT-M atau PAT-B digunakan, maka sekurang- kurangnya perlu ditambahkan sepasang step interasi lagi, sesudah step tersebut digunakan. b. Ketelitian perataan titik-titik model dalam blok bersebelahan tidak lebih besar dari : Horizontal (x dan y) 0,5 mm x denominator (bilangan penyebut) skala akhir peta Vertikal Kontur hasil pengukuran lapangan z x Interval Kontur Kontur hasil fotogrametri 1 x Interval Kontur c. Sesudah perataan selesai, maka pelaksana pekerjaan harus

mempersiapkan diagram hubungan (Gambar 6.2) yang merinci : Semua stereo model (diberi nomor). Semua titik model dan titik kontrol (diberi nomor), (kecuali pada 6.4.1 (c)). Garis hubungan untuk memperlihatkan model-model setiap titik tersebut untuk itu harus dipakai warna yang kontras dan jelas. Tiap-tiap yang diulangi penomorannya harus dicatat dengan jelas 14) Apabila pelaksana pekerjaan telah yakin bahwa tingkat hasil perataan memuaskan perbandingan dengan blok di dekatnya, maka dibuat Diagram Hubungan dua (2) salinan dari hasil hitungan penyesuaian dan dua (2) salinan dari Diagram Hubungan.

15) Seluruh hasil perataan dan diagram hubungan yang diterima Direktorat akan dipertimbangkan apakah hasil tersebut dapat diterima seluruhnya atau sebagian. 16) Apabila pemilik pekerjaan puas karena ketelitian memenuhi syarat maka perataan dapat disetujui dan dilanjutkan proses fotogrametri, kecuali untuk blok yang hanya sebagian saja yang disetujui, maka masing-masing model diklasifikasikan sebagai berikut : Model yang disetujui untuk pembuatan ortofoto dan kontur. Model yang disetujui hanya untuk pembuatan ortofoto. Model yang dihilangkan menggunakan koordinat-koordinat dari blok sebelahnya. Model yang ditolak disebabkan hasil perataan tidak memenuhi syarat. Suatu model yang dianggap tidak cukup pengontrolnya dalam x,y atau z dan yang bukan bagian dari blok yang bersebelahan, akan diberi catatan sebagai semi kontrol. (catatan hal tersebut akan ditambahkan pada referensi lembar peta yang bersangkutan pada waktu diadakan penyelesaian). 17) Pihak pemilik pekerjaan akan menandai secara jelas pada print-out blok, blok mana yang sudah sepenuhnya disetujui dan tidak akan diberi tanda, tidak diizinkan menggunakan salinan (copy) selain salah satu dari kedua dokumen tersebut. 18) Pelaksana pekerjaan menerima satu salinan print-out perataan dan diagram hubungan diberi catatan. 19) Hasil perataan sementara (print-out) harus diserahkan kepada pemilik pekerjaan untuk disimpan sampai hasil akhir perataan disetujui. Segera setelah hasil seluruh perataan disetujui, maka seluruh laporan penyusunan sementara tersebut harus dimusnahkan oleh pelaksana

pekerjaan, untuk menghindari penyalahgunaan data yang tidak disetujui. 20) Tidak ada proses fotogrametri dilakukan sampai keseluruhan perataan disetujui seluruhnya.

5.7

Digital Elevasi Model (DEM)

Digital Elevasi Model maksudnya adalah melakukan pengeplotan terhadap titik-titik yang diamati ketinggiannya dan dapat dianggap mewakili bentuk dari relief permukaan tanah, menggunakan alat stereoplotter yang dilengkapi komputer dan software dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Proses DEM point dilakukan dari model ke model yang mencakup seluruh daerah pemetaan. 2) Sebelum dilakukan pengambilan data, DEM terlebih dahulu dilakukan orientasi baik orientasi dalam, relatif, absolut, dengan memperhatikan elemen orientasi (kappa, omega, phy, bx, by) dan besarnya penyimpanan tinggi maupun planimetris untuk setiap model. 3) Pengambilan DEM point dilakukan dengan metoda teratur bentuk grid, dimana jarak antara titik DEM sekurang-kurangnya 100 m untuk daerah datar, 50 m untuk daerah yang relatif sedang, 25 m pada daerah terjal. 4) Selain data tinggi diatas, untuk menghasilkan bentuk permukaan tanah yang sama dengan bentuk relief, sebenarnya pada foto udara ambil data tinggi yang dapat mewakili setiap break line yang ada. 5) Teknik pengambilan DEM point untuk break line diuraikan sebagai berikut : Sungai, sungai diamati ketinggiannya sepanjang tepi air sungai (kirikanan) dengan kerapatan pengambilan data disesuaikan dengan kondisi relief.

Punggungan, punggungan bukit diamati sepanjang punggungan dengan kerapatan disesuaikan dengan topografi punggungan bukit. Jalan, diamati sepanjang garis tengah jalan. Selokan besar, selokan besar diamati pada garis tengah selokan. Garis aliran air, garis aliran air di perbukitan diamati dengan kerapatan disesuaikan dengan bentuk topografi semakin terjal semakin rapat pengamatannya.
6) Selesai pengamatan DEM pada model tersebut, lakukan penarikan kontur dengan interval kontur 1.0 m secara teliti dan di simpan dalam format interchange drawing sehingga dapat digunakan untuk

keperluan selanjutnya.

6.

PEMROSESAN DAN PERAKITAN PETA ORTOFOTO

Proses pembuatan peta ortofoto digital skala 1 : 5.000 adalah dari hasil pemotretan foto udara yang telah mempunyai titik kontrol koordinat tanah digitalisasi dengan software Orto Engine (PCI Versi 9.1), dimana kegiatannya meliputi pekerjaan berikut : Scanning Foto Udara. Ortofoto Digital. Editting dan Entry data. 6.1 Peralatan dan Bahan peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan peta ortofoto digital. 2) Pembuatan positif dari ortofoto digital harus menggunakan kertas yang stabil atau menggunakan kertas yang cocok.

1) Harus dijelaskan pemeliharaan, kalibrasi, servis dan informasi

3) Screen yang digunakan harus mempunyai 133 dot screen (atau lebih banyak) artinya 133 dot pada setiap inci membentuk sudut 450 terhadap ujung lembar peta bagian sebelah bawah (sebelah selatan), dot yang membentuk citra half one ini harus tajam dengan ukuran maksimum dan minimum 8 % dan 20 % sesuai dengan densitas citra 1,3 dan 0,3 pada ortofoto digital. 6.2 Scanning Foto Udara

Maksud scanning foto udara adalah untuk mendapatkan image foto udara dalam bentuk digital dari diapositif foto udara skala 1 : 10.000 yang sudah dilengkapi titik-titik kontrol minor hasil triangulasi udara dengan ketentuan berikut : 1) Diapositif yang digunakan harus diperiksa dulu agar dapat menjamin kualitas ortofoto digital, jika ada goresan, noda atau kerusakan maka diapositif digital harus diganti. 2) Mengganti diapositif akibat kerusakan dan sebagainya harus diperhatikan agar model dan titik kontrol dipindahkan secara akurat dengan menggunakan alat stereoskopis yang dilengkapi dengan alat pemindahan titik, citra kualitas diapositif yang diganti harus sama dengan sebelumnya. 3) Diapositif yang telah diganti harus disimpan pelaksana pekerjaan diberi tanda yang jelas untuk menghindari agar tidak terpakai pada saat proses ortofoto digital. 4) Setiap diapositif yang dihasilkan harus memuat minimal 9 (sembilan) titik koordinat (x,y,z), sekurang-kurangnya 6 (enam) dari titik-titik tersebut harus ditandai dan harus kelihatan dengan jelas. Persyaratan ini berguna untuk mengecek ketepatan ukuran dan membantu selama tahap perakitan, jika perlu tanda yang dibuat untuk keperluan

triangulasi udara ditambah dan titik-titik tambahan tersebut bisa dipindahkan dari diapositif sebelahnya dengan menggunakan alat pemindah stereoskopis, dengan cara ini menggunakan seluruh foto udara tunggal (bukan dari model stereo). 5) Scanner yang digunakan scanner fotogrametri yang dilengkapi dengan komputer dan software yang mempunyai resolusi tinggi 2400 dpl. 6.3 Proses Ortofoto Digital

Metoda ortofoto digital merupakan cara ortofoto analistis dengan menggunakan perangkat lunak tertentu dimana foto yang akan diproses orto telah berbentuk data digital yang merupakan proses dari scanning dimana kegiatannya meliputi geoferencing dan proses ortofoto digital. 6.3.1 Geoferencing Geoferencing adalah suatu metoda atau cara untuk menghubungkan koordinat dari koordinat foto ke koordinat tanah, ketentuannya sebagai berikut : 1) Menghubungkan koordinat foto udara digital ke koordinat tanah menggunakan software PCI. 2) Pada tahapan pekerjaan ini diperlukan data kalibrasi kamera dan koordinat titik minor dan titik kontrol hasil triangulasi udara. 3) Melakukan pengamatan pada titik kontrol minor yang ada pada foto udara dan fidusial mark foto udara. 4) Ketelitian titik minor micron. dan fidusial mark tidak lebih besar dari 12

Foto udara digital

Proses Geofere ncing

Foto udara yg sudah dikoreksi

Data kalibrasi kamera & AT

6.3.2 Ortofoto Digital


Proses Ortofoto digital merupakan proses rektifikasi differensial foto udara digital secara analitis, proses ini full automatic pada komputer dengan menggunakan perangkat lunak khusus untuk pengolahan ortofoto, mengikuti ketentuan sebagai berikut :

1) Data yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini data foto udara digital yang sudah dikoreksi dan digital elevasi model (DEM point) . 2) Memasukkan data-data (parameter) seperti yang disebut no 1) sebagai data input, data-data tersebut akan menentukan bentuk, ukuran, skala, resolusi, dan tone. 3) Pelaksana pekerjaan harus berusaha mengurangi semaksimal mungkin variasi tone (tonal variations) antara positif-positif ortofoto digital yang berdekatan agar hasil fotografi tetap baik. 4) Perbedaan tone yang menyolok, ortofoto digital yang berdampingan, akan ditolak oleh pemilik pekerjaan yang selanjutnya akan

menginstruksikan dilakukannya tinjauan ulang model-model yang tidak dapat diterima tersebut. 5) Jika tidak dapat dihindarkan adanya variasi tone antara ortofoto digital yang berdampingan maka usaha untuk memperbaiki keadaan tersebut dapat dilakukan dengan pengulangan pada tahap produksi selanjutnya nanti.

parameter Foto udara digital skala 1:5.000

Data DEM jg sudah dirapatkan

Proses ortofoto digital dgn software PCI

foto ortofoto digital

6.3.3 Mosaik Digital Pembuatan mosaik pada skala foto udara 1 : 10.000 dengan ketentuan sebagai berikut : Edge matching dari image foto ortofoto yang berurutan. Menyamakan tone dari mosaik tersebut. Menajamkan image mosaik . Melakukan pemotongan image sesuai dengan lembar petanya. Melakukan perbesaran skala image dari skala 1 : 10.000 ke Skala 1 : 5.000. Catatan : Tahapan edge matching sampai dengan melakukan pemotongan image dilakukan dengan menggunakan software

PCI sedangkan tahap perbesaran menggunakan software Adobe Photoshop. 6.4 Editing dan Entry Data

Setelah proses pemotongan image foto selesai, untuk menjadi peta ortofoto harus dilengkapi dengan informasi hasil identifikasi lapangan dan memenuhi kaidah peta, ketentuan dan informasi yang harus ada pada peta ortofoto digital sebagai berikut : 1) Ukuran peta ortofoto digital 50 cm x 50 cm yang mencakup daerah seluas 2,5 km x 2,5 km dengan skala 1 : 5.000 dan garis-garis grid UTM setiap interval 500 m. 2) Jaringan garis-garis grid dengan interval jarak tiap 10 cm diberi tanda garis silang dengan panjang garis 1 cm dan tebal 0.2 mm, setiap garis diberi notasi yang lengkap, dengan menggunakan harga-harga koordinat planimetris. 3) Arah utara, skala grafis dan numeris digambarkan secara jelas, grid tercakup di dalam peta. 4) Setiap peta saling bertampalan sekurang-kurangnya 1 garis grid penuh sepanjang pertampalan tersebut. 5) Penomoran dan pembagian lembar peta disesuaikan dengan pembagian dan penomoran peta yang ada di direktorat irigasi. 6) Batas administrasi pemerintahan, benchmark dengan nomor yang jelas, nama bangunan buatan manusia dan alam harus tercantum dalam peta dengan jelas. 7) Perbedaannya Intensifikasi atau reduksi suatu positif dapat dicoba untuk memperbaiki tone yang besar agar sesuai dengan positif-positif yang lain, bahan-bahan kimia yang digunakan untuk keperluan

tersebut harus mengikuti instruksi yang diberikan oleh pabrik pembuat bahan-bahan kimia. 8) Tujuan dari hal tersebut diatas adalah agar supaya sedapat mungkin dicapai suatu bentuk tone yang bersambungan di seluruh lembar peta dan juga menghindari perbedaan yang nampak menyolok antara ortofoto-ortofoto yang bersebelahan.
6.5 Pengecekan Ketelitian Ortofoto Digital

Sebelum ortofoto di edit harus diperiksa dengan ketentuan berikut : 1) Satu persatu ketelitian planimetrisnya di periksa dengan cara membandingkan dan posisi dari model-model atau titik-titik kontrol pada ortofoto dengan semua yang ada pada lembar peta. 2) Harus membuat diagram vektor yang memperlihatkan perbedaan setiap titik model dalam milimeter, jika ada kesalahan yang lebih besar dari 0,5 mm harus diteliti kembali. 3) Peta ortofoto tidak boleh mempunyai garis-garis scanning yang menyolok atau variasi tone yang menyolok antara exposure di sebelahnya 4) Perbandingan garis-garis scanning, garis-garis mosaik atau batasbatas lembar peta apabila digabungkan dengan penafsiran gambar muka bumi tidak sesuai, atau tidak sesuai dengan bentuk estetiknya maka menurut pemilik pekerjaan ada ketidakcocokan keseluruhan ortofoto yang melebihi 1 (satu) milimeter atau ketidakcocokan pada suatu tempat tertentu melebihi 2 (dua) milimeter, dalam hal demikian pemilik pekerjaan tidak dapat menyetujuinya. 5) Kekurangan lain seperti terdapatnya guratan-guratan dan citra dari guratan-guratan ataupun hal lainnya yang dapat mempengaruhi

kemurnian hasil foto udara, dapat ditolak, terlebih lagi apabila mempengaruhi hasil estetis foto, sebagaimana selalu terjadi pada pemotretan lokasi yang tidak bisa lengkap terselusuri oleh jangkauan potret.
6. GAMBARAN MENGENAI INFORMASI TITIK TINGGI DAN KETENTUAN KARTOGRAFI

Gambaran

informasi

titik

tinggi dan ketentuan

kartografi tujuannya adalah ketentuan penarikan garis kontur dan kelengkapan peta sebagai berikut :
7.1 Informasi Titik Tinggi

1) Secara umum kemiringan digambarkan berdasarkan interpolasi kontur setengah meter, untuk mencegah rapatnya garis kontur yang mengakibatkan kurang jelasnya detail peta agar kontur digambarkan dengan memadai. Tabel berikut dapat digunakan sebagai dasar penentuan interval garis kontur
Kemiringan 0 2% 2 5% 5 20% Lebih curam dari 20% Interval 0,5 m 1,0 m 2,0 m 0,0 m

2) Indeks kontur digambarkan interval 10 m jika blok pemetaan kontur digambar 1,0 m dan indeks kontur digambarkan interval 5,0 m jika blok pemetaan kontur digambar 0,5 m.

3) Kriteria yang diberikan di atas hanya merupakan panduan saja, tujuannya adalah untuk menjaga kesamaan garis kontur pada seluruh lembar peta (kecuali di daerah yang sangat curam/terjal). Walaupun demikian perubahan interval dalam lembar peta akan diizinkan dalam hal adanya perubahan kecuraman menyeluruh dalam suatu daerah, tetapi tidak dalam hal perubahan lokal. 4) Semua garis kontur harus benar-benar sesuai dengan ketentuan dalam penarikan interval kontur dan sekurang-kurangnya 85 % dari semua kontur harus mempunyai harga yang sesuai dengan harga (setengah) interval kontur, apabila dicek berdasarkan hasil

pengukuran lapangan dengan alat ukur sipat datar yang diikatkan pada kontrol titik tetap Benchmark yang terdekat. 5) Semua kontur tersebut harus masuk toleransi dengan pergeseran dalam perubahan posisi vertikalnya yang telah diplot tidak lebih dari 0,5 milimeter atau 1/10 jarak mendatar antara kontur tersebut. 6) Daerah sawah pada peta ortofoto, garis-garis kontur bisa diinterpolasi antara titik rincik ketinggian, bukannya mengikuti batas-batas golongan sawah. 7) Interpolasi kontur dilakukan dengan mempertimbangkan detail yang ada pada foto dan kalau memang cocok, akan digunakan stereoskopis untuk mengecek kebenaran interpretasi. 8) Apabila ada 2 kontur atau lebih, yang berdekatan dan hampir berimpit (misalnya batas kampung, tanggul, jalan, kelokan saluran) kontur digambarkan dengan garis putus-putus untuk menghindari

tertutupnya detail dari ortofoto. 9) Pada daerah yang mempunyai kemiringan tanah lebih besar dari 2 %, kontur fotogrametri harus diplot untuk membantu interpolasi titik-titik

tinggi hasil pengukuran. Hal tersebut akan di kombinasikan dengan data-data ukur dan bentuknya didapat dari kontur fotogrametri. 10) Jika keadaan medan terbuka (tidak banyak tumbuh-tumbuhan), tidak beraturan dan curam, gunakan kontur fotogrametri. Dalam hal ini kontrol tinggi yaitu kontrol tinggi titik foto akan diamati dengan melakukan penyipatan datar pada keempat sudut dari masing-masing model yang akan dipakai untuk penarikan kontur. 11) Detail mengenai metode kontur yang digunakan harus jelas

dicatumkan pada semua lembar peta, termasuk informasi mengenai datum (duga) titik tinggi dan sumber informasi yang dipakai.

7.2 Titik

Rincik,

Penumpangan

Kontur,

dan

Kontur

Fotogrametris Titik rincik dan penumpangan kontur maksudnya adalah titik rincik dan garis kontur digambarkan pada waktu penumpangan kalkir (kertas transparan) pada hasil rakitan peta ortofoto sedangkan kontur

fotogrametris adalah penarikan kontur dengan cara fotogrametris, harus mengikuti ketentuan berikut : 1) Harus disiapkan dua lembar kalkir yang berisi titik-titik rincik dan garis kontur, pensil gambar dan gambar akhir, yang sudah dikerjakan dengan tinta untuk setiap lembar peta ortofoto dengan menggunakan bahan gambar transparan. Semua hasil plot, termasuk tanda-tanda registrasi yang terletak pada sudut setiap lembar dan petunjuk arah utara, harus jelas indikasinya. 2) Gambar konsep (draft) yang pertama harus digambarkan dengan pensil, dimana semua koreksi atau perbaikan akan dilakukan pada konsep tersebut. Sebelum dilakukan interpolasi garis kontur titik-titik rincikan yang diidentifikasi oleh tim ukur pada foto udara perbesaran

dipindahkan ke detail yang ada pada peta ortofoto. Titik-titik rincik yang tidak dapat diidentifikasi harus dipindahkan dulu ke transparan yang stabil. Secara umum lembar dasar (base sheet) yang telah digunakan untuk memplot titik kontrol digunakan bagi keperluan scanning, perakitan ortofoto, dan penumpangan draft titik rincikan. 3) Kontur hasil fotogrametri dengan interval 1 atau 2 meter harus diplot pada kertas transparan yang stabil. 4) Prosedur pekerjaan plotting dijelaskan sebagai berikut :

a. Mesin

plotting

fotogrametris

harus

diatur

dahulu

dengan

menggunakan kontrol hasil triangulasi udara yang selanjutnya digunakan untuk keperluan orientasi absolut.
b. Tinggi-tinggi model harus dibandingkan dengan sampel rincikan lapangan yang tersebar dengan baik dari konsep penggambaran rincikan. c. Jika perbedaannya kecil (umumnya di bawah 2 meter dengan beberapa titik mencapai 2 meter), maka orientasi absolut dapat menggunakan harga tinggi dari harga-harga rincikan lapangan (yang lebih teliti daripada tinggi triangulasi udara, asal saja harga-harga tersebut bebas dari kesalahan besar. d. Perbedaan yang besar akan segera diketahui dengan perbesaran foto udara, buku lapangan, atau pada print-out triangulasi udara. e. Prosedur pekerjaan ini akan menunjukkan kontur fotogrametri, yang diplot langsung, akan memerlukan perbaikan sedikit saja, terutama jika kontur-kontur dicek dengan rincikan pada intervalnya selama pekerjaan plotting dan perbedaan-perbedaan harga diteliti dengan cara seperti di atas. f. Perlu disiapkan diagram untuk masing-masing model yang

memperlihatkan perbedaan posisi horizontal pada setiap titik model

(lihat gambar 7.1). Titik-titik model dan semua titik rincikan yang digunakan dalam pekerjaan orientasi absolut perlu juga dibuat daftarnya dan dengan jelas memperlihatkan perbedaan dengan hasil triangulasi udara, tinggi-tinggi model yang telah diorientasi dan tinggi lapangan. 5) Kontur-kontur fotogrametri harus di edit dengan baik agar dapat dipakai untuk kerapatan dan ketelitian network (kerangka) dari pekerjaan pengukuran rincikan di lapangan; sedangkan bentuk tanah yang diperlihatkan dengan cara fotogrametri. Adanya perubahan yang penting dari persyaratan dalam pekerjaan kontur fotogrametri harus digambar pada konsep gambar transparan rincikan, bukan pada hasil asli hasil kontur fotogrametri. Perbedaan-perbedaan yang masih ada dapat diteliti, jika dituntut oleh persyaratan seperti di atas harus diinterpolasi pada gambar konsep rincikan. 6) Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penarikan kontur : Di dalam suatu hal tertentu pelaksana pekerjaan dapat diizinkan untuk melaksanakan kontur fotogrametri tanpa menunggu hasil pindahan titik rincik lapangan pada kertas transparan. Titik tinggi (spot height) fotogrametri harus diplot pada semua punggung medan, lembah dan pada patahan, dan juga pada daerah datar yang intervalnya cukup wajar, atau bahkan daerah yang miring. Pencatatan ketinggian pada daerah-daerah tersebut digambarkan dengan satu angka desimal dalam meter. Perlu disiapkan diagram untuk memperlihatkan perbedaan pada titiktitik model setelah dilakukan penyipatan datar (levelling), termasuk perbedaan antara triangulasi udara dan kontrol lapangan. Pekerjaan editing dan interpolasi dapat dilaksanakan apabila gambar konsep (overlay) ukuran rincikan dari lapangan sudah ada, tetapi hal

ini akan memerlukan lebih banyak pekerjaan. Perbedaan-perbedaan antara tinggi hasil ukuran lapangan dan fotogrametri yang lebih dari 2 meter harus diteliti kembali. Garis kontur hasil editing harus digambar dengan menggunakan bentuk yang tidak berombak (smooth) dan tidak diizinkan menggambarkannya dalam bentuk yang bergelunggelung (artistic looping). 7.3 Penggambaran Halus Titik Rincik dan Kontur

1) Setelah gambar draft telah disetujui maka selanjutnya dilakukan peningkatan pada kertas transparan yang digunakan untuk keperluan penumpangan pada negatif ortofoto, titik rincik harus dipindahkan dengan menggunakan tinta ke atas kertas transparan, dilakukan sebelum penggambaran halus garis kontur yang telah di edit. 2) Rincian harus ditulis dengan menggunakan stensil atau leterring set ukuran 1,5 mm dengan mata pena 0,1 mm, letak rincikan harus diindikasikan sampai dengan fraksi desimal; jika bentuk detail terganggu oleh harga rincikan, maka angkanya dapat ditunjukkan dan posisinya ditunjukkan dengan tanda panah. Titik desimal tersebut harus diletakkan relatif terhadap angka-angka, seperti terlihat : 24316 bukan 243.16 3) Rincikan yang ditentukan dengan pengukuran lapangan diperlihatkan dalam dua angka desimal meter, contoh 243,16 Rincian yang ditentukan dari hasil fotogrametri diperlihatkan hanya dengan satu angka desimal, contoh 243.2 4) Semua garis kontur digambar dengan menggunakan pena yang berukuran 0,1 mm, kecuali untuk indeks kontur yang digambarkan pada setiap interval 10 m digunakan pena ukuran 0,3 mm. Hargaharga garis kontur dituliskan hanya pada garis kontur yang berharga 1 meter dan harga juga pada indeks kontur, dan harus diulang pada

setiap 15 sampai 20 centimeter pada peta. Harga-harga garis kontur ditulis dengan menggunakan lettering set ukuran 1,5 mm dan mata pena ukuran 0,2 mm. Harga garis-garis kontur ditulis dengan arah dari puncak ke lereng, secara kasar untuk pengarahan, diperlihatkan sebagai berikut :
Benar 29 Benar 30 Benar 32 31 30 29 Benar salah 28 29 30 31 salah

5) Apabila kontur fotogrametri saja yang ada akan diperlihatkan dengan menggunakan garis putus-putus. Ukuran garis putus-putus tersebut diperlihatkan sebagai berikut : ___ ___ ___ ___ ___ ___ ___ ___ 1m 5m

6) Garis kontur harus berhenti pada jalan-jalan raya dan sungai-sungai besar, dalam hal ini garis kontur tidak boleh digambarkan memotong sungai tetapi harus berhenti pada salah satu tebing sungai dan selanjutnya bersambung pada tebing sungai yang di seberang lainnya.

7.4

Penulisan Nama, Benchmark, dan Grid mosaik positif (sebelum negatifnya diproduksi) atau pada overlay kontur, sesuai keinginan pemilik pekerjaan. Harus dilakukan pertimbangan mengenai kerapatan citra detail di sekeliling nama. Jika detail pada rakitan positif sangat gelap, maka nama harus di tulis pada kontur overlay sehingga pada peta akhir akan terlihat putih. Jika detail pada rakitan positif amat terang, maka nama harus ditulis

1) Nama-nama sungai, kampung, gunung dsb, ditulis pada rakitan

31 32

indek kontur 0.5m kontur 1m kontur

dengan tinta hitam sebelum negatif dari ortofoto diproduksi sehingga pada peta akhir akan terlihat hitam.
2) Ketentuan nama kampung dan sungai sebagai berikut :

(a) Semua nama yang ditulis harus menggunakan stensil atau yang sejenis, ukuran huruf tersebut adalah sebagai berikut :
i. Kampung : Stensil ukuran 3 mm dengan mata pena ukuran 0,3 mm ii. Sungai : Ukuran huruf seimbang dengan lebar sungai; aliran sungai

harus digambarkan dengan tanda panah (b) Nama tulis dengan huruf besar tiap awal tulisan, contoh Tanah Merah. 3) Benchmark (BM) ditulis dengan cara diatas, ukurannya 2 mm dan memakai mata pena berikut :
N o m o r p ila r (B M ) T in g gi p ila r (B M )
3m m

0,2

mm

, dapat dilihat bentuknya sebagai

T R 24 4 2 .7 6

2m m 2m m

Posisi benchmark harus dicek pada deskripsi lapangan dari titik tersebut, untuk memastikan bahwa pengeplotan yang dilakukan sesuai dengan detail sekelilinya. Titik-titik triangulasi yang ada juga diplot dengan cara yang sama tetapi simbolnya berbentuk segitiga. 4) Ketentuan penulisan Grid sebagai berikut : Garis silang (grid) panjang 10 x 10 mm, dan pada sisi peta garis silangnya sepanjang 5 mm, dengan menggunakan mata pena 0,1 mm. Koordinat-koordinat garis silang dapat ditulis pada overlay kontur atau pada perakitan positif mosaik, penggunaan warna hitam atau warna putih. Koordinat-koordinat garis silang ditulis di luar lembar peta. Koordinat tersebut ditulis dengan tinta hitam tiap selang 500 m, sepanjang keempat sisi dari peta. Angka harus ditulis dengan tinggi tulisan 2,5

mm serta ditulis dengan menggunakan stensil atau lettering set dengan mata pena ukuran 0,3 mm.

8.

TATA LETAK PETA ORTOFOTO SKALA 1 : 5.000 DAN SKALA 1 : 20.000

Tata letak peta ortofoto skala 1 : 5.000 dan 1 : 20.000 maksudnya adalah hubungan komponen peta yang disajikan dalam lembar peta,

ketentuannya sebagai berikut :

8.1

Peta Ortofoto Skala 1 : 5.000

1) Tata letak (layout) dan penyajian peta ortofoto digital akan mengikuti contoh tata letak Gambar 8.1, penyampaian diluar ketentuan oleh pelaksana pekerjaan hanya dapat diperbolehkan dengan persetujuan pemilik pekerjaan. 2) Adanya hal-hal lainnya yang tidak disebutkan di dalam ketentuan ini harus disampaikan kepada pihak pemilik pekerjaan untuk dimintakan penjelasan atau petunjuk mengenai penggunaan simbol. 3) Pelaksana pekerjaan harus menyerahkan kepada pemilik pekerjaan suatu contoh salinan dari catatan panel (Footnote panel) yang digunakan selama penyelesaian pembuatan peta ortofoto digital untuk disetujui. 4) Pada penyajian akhir tiap peta ortofoto digital harus dibuat di atas kertas bromida yang bermutu tinggi dan stabil. 5) Setiap lembar peta ortofoto digital yang sesuai dengan nomor serinya masing-masing harus dibuat dalam bentuk VCD atau DVD.

8.2

Peta Ortofoto Skala 1 : 20.000

1) Seri peta ortofoto digital yang dibuat pada skala 1 : 20.000 merupakan perkecilan dari peta ortofoto digital yang berskala 1 : 5.000. 2) Garis-garis kontur yang diambil dari peta ortofoto digital berskala 1 : 5.000 harus pada interval 5 m dan pada daerah curam interval

kontur dibuat tiap 10 m atau pada suatu perkalian 10 m yang disetujui oleh pemilik pekerjaan. 3) Suatu jaringan garis-garis grid lengkap digambarkan pada setiap lembar peta interval 12,5 cm. 4) Harus dijaga selama perakitan peta gabungan, reduksi tiap peta ortofoto digital harus berada pada posisi yang tepat terhadap jaringan garis-garis grid tersebut. 5) Tata letak masing-masing lembar harus sesuai dengan gambar 8.2, keterangan yang mendetail lembar peta harus disetujui oleh pemilik pekerjaan 6) Pada tahap penyerahan akhir masing-masing peta gabungan harus dibuat di atas kertas bromida yang bermutu tinggi dan stabil 7) Masing-masing lembar sesuai dengan susunan serinya harus

dibuatkan dalam bentuk VCD atau DVD.

9.

PETA GARIS DIGITAL SKALA 1 : 5.000 DAN SKALA 1 : 20.000

Peta garis digital maksudnya adalah format vektor dari pengambilan data kartografik (detail planimetrik) dari foto udara dengan menggunakan alat digital stereoplotting menghasilkan peta garis digital skala 1 : 5.000 dengan ketentuan sebagai berikut :

Kelaikan alat-alat yang digunakan harus dibuktikan dengan hasil kalibrasi. Penyimpangan maksimum posisi planimetrik titik yang digambar pada peta dasar tidak boleh lebih dari 0.2 mm. Penyimpangan tinggi antara ploter dan titik kontrol tidak boleh lebih 0.03 % dari tinggi terbang rata-rata. Kelengkapan detail harus diperiksa dengan menggunakan foto udara yang bersangkutan. Unsur geografi digambar dalam bentuk yang sebenarnya dengan simbol-simbol yang sudah ditetapkan. Obyek penggambaran adalah seluruh obyek detail. Memplot titik detail yang akan digunakan dan membuat daftar koordinatnya dengan jumlah minimal 20 (dua puluh) titik untuk setiap model dan terdistribusi secara merata, dipilih dari titik detail yang dapat diidentifikasi dengan jelas di foto dan terdefinisi dengan baik di lapangan. Interval kontur 0.5 m. 9.1 Kartografi

Kartografi adalah etiket peta yang harus ada sesuai kaidah umum yang dipenuhi sebuah peta dengan ketentuan sebagai berikut : Simbol harus dilakukan dengan mengikuti kaidah-kaidah kartografi yang sudah ditetapkan. Data dan informasi harus sesuai dengan informasi lapangan. Penulisan nama-nama geografik jalan dan bangunan dll, harus sesuai dengan data lapangan. Semua detail planimetris di gambar sesuai dengan symbol yang telah ditentukan.

Semua keterangan dalam bentuk teks dicantumkan sesuai dengan ketentuan ukuran dan ketebalan teks yang telah ditentukan. Pemberian symbol pada daerah cukup luas diwakili dengan beberapa symbol dan di distribusikan merata. Detail dalam satu lembar harus bersambung pada lembar sebelahnya. Selain kaidah-kaidah tersebut diatas terdapat pula ketentuan-ketentuan khusus yang digunakan sebagai berikut : Pembagian dan penomoran lembar peta skala 1 : 5.000. Ukuran peta (50x50)cm. Interval kontur peta garis 0.5 m. Jika terdapat dua atau lebih garis batas administrasi pada satu lokasi, hanya garis batas administrasi yang paling tinggi tingkatannya yang digambar. Jika garis batas administrasi berimpit dengan detail bersangkutan dan jika garis batas terletak pada sungai, saluran air, selokan, atau jalan, garis tersebut di gambar ditengah-tengah dua garis detail yang bersangkutan atau sesuai hasil identifikasi lapangan. Pojok atap bangunan di gambar siku-siku kecuali bangunan yang arsitekturnya tidak siku-siku. Areal yang di tumbuhi semak, pepohonan heterogen, digambar dengan symbol pohon, jika pada areal tersebut terlihat garis batas yang tidak jelas, misalnya antara semak dan ladang, semak dan hutan, batas tersebut tidak perlu digambar kecuali jika areal tersebut termasuk kawasan hutan yang jelas. 9.2 Tata Letak Peta Garis Digital Skala 1 : 5.000 dan Skala 1 : 20.000

Tata letak peta garis digital skala 1 : 5.000 dan 1 : 20.000 maksudnya adalah hubungan komponen peta yang disajikan dalam lembar peta, ketentuannya sebagai berikut : 9.2.1 Peta Garis Digital Skala 1 : 5.000
1) Tata letak (layout) dan penyajian peta garis digital akan mengikuti contoh tata letak Gambar 8.1, penyampaian diluar ketentuan oleh pelaksana pekerjaan hanya dapat diperbolehkan dengan persetujuan pemilik pekerjaan. 2) Adanya hal-hal lainnya yang tidak disebutkan di dalam ketentuan ini harus disampaikan kepada pihak pemilik pekerjaan untuk dimintakan penjelasan atau petunjuk mengenai penggunaan simbol . 3) Pelaksana pekerjaan harus menyerahkan kepada pemilik pekerjaan suatu contoh salinan dari catatan panel (Footnote panel) yang digunakan selama penyelesaian pembuatan peta garis digital untuk disetujui. 4) Pada penyajian akhir tiap peta garis digital harus dibuat di atas kertas bromida yang bermutu tinggi dan stabil . 5) Setiap lembar peta garis digital yang sesuai dengan nomor serinya masing-masing harus dibuat dalam bentuk VCD atau DVD.

9.2.2 Peta Garis Digital Skala 1 : 20.000


1) Seri peta garis digital yang dibuat pada skala 1 : 20.000 merupakan perkecilan dari peta garis digital yang berskala 1 : 5.000. 2) Garis-garis kontur yang diambil dari peta garis digital berskala 1 : 5.000 harus ada pada interval vertikal 5 m dan pada daerah curam interval kontur dibuat tiap 10 m atau pada suatu perkalian 10 m yang disetujui oleh pemilik pekerjaan .

3) Suatu jaringan garis-garis grid lengkap digambarkan pada lembar setiap interval 12,5 cm. 4) Reduksi tiap peta garis digital harus berada pada posisi yang tepat terhadap jaringan garis-garis grid lengkap tersebut. 5) Tata letak masing-masing lembar harus sesuai dengan gambar 8.2, keterangan yang mendetail lembar peta harus disetujui oleh pemilik pekerjaan. 6) Pada tahap penyerahan akhir masing-masing peta harus di buat di atas kertas bromida yang bermutu tinggi dan stabil 7) Masing-masing lembar sesuai dengan susunan serinya harus

dibuatkan dalam bentuk VCD atau DVD.

SUB BAGIAN 2 PEMETAAN TERESTRIS

DAFTAR ISI PEMETAAN TERESTRIS

1. IKHTISAR PEKERJAAN 1.1 Umum. 1.2 Ruang Lingkup Pekerjaan 1.3 Basis Survey

2. HASIL DAN DATA YANG DISERAHKAN KEPADA PEMILIK PEKERJAAN.

3. TITIK KONTROL TANAH Persiapan Pemasangan Benchmark Pemasangan Benchmark

4. METODE PENGAMATAN DAN PENGUKURAN. Pengukuran Sudut Horizontal (Poligon) Utama. Pengukuran Sudut Horizontal (Poligon) Cabang. Pengukuran Azimut Matahari 4.4 Pengukuran Sudut Vertikal 4.5 Pengukuran Sipat Datar . 4.6 Pengukuran Situasi Detail 4.7 Pencatatan, Reduksi, Pemrosesan Data 4.7.1 Pencatatan 4.7.2 Reduksi 4.7.3 Pemrosesan

5. PENGGAMBARAN PETA SITUASI SKALA !:2.000 5.1 Kartografi 5.2 Ketelitian Penggambaran

6. PENGGAMBARAN PETA SITUASI SKALA 1:5.000

1.

IKHTISAR PEKERJAAN

1.1

Umum

Pemetaan teristris maksudnya adalah semua data yang diperlukan untuk membuat peta sesuai dengan skala yang diinginkan, yang diperoleh dengan jalan melakukan pengukuran langsung di lapangan (darat), dimana pelaksana pekerjaan harus mempergunakan segala peralatan dan perlengkapan serta juga bahan-bahan yang memenuhi syarat dan ketepatan dan standar ketelitian yang telah disetujui dalam ketentuan teknis. Hasil pengecekannya, alat yang digunakan, harus dilampirkan termasuk jenis-jenis alat dan nomor-nomor seri. Pelaksana pekerjaan harus mempekerjakan pegawai yang telah mendapat latihan dalam bidangnya serta cukup berpengalaman dalam berbagai pekerjaan yang diberikan. Pegawai-pegawai praktikan atau pegawai yang sedang dilatih dapat digunakan asalkan mereka berada dalam

pengawasan yang sebagaimana mestinya. Pelaksana pekerjaan harus dapat memberikan hasil yang berkualitas tinggi. Pekerjaan akan diperiksa sewaktu-waktu untuk menjamin

terpenuhinya ketentuan teknis yang telah ditetapkan, bila ternyata ketentuan teknis tidak terpenuhi menurut penilaian pihak pemilik pekerjaan maka pelaksana pekerjaan harus menanggung biaya pekerjaan tambahan.

1.2

Ruang Lingkup Pekerjaan

Secara garis besar pekerjaan pemetaan teristris terdiri dari : Pemasangan benchmark dan patok kayu. Pengukuran koordinat. Pengukuran sipat datar.

Pengukuran situasi detail. Perhitungan. Penggambaran

1.3

Basis Survei Peta yang dibutuhkan rencana untuk menetapkan daerah dan pemetaan, rencana

menetapkan

pemasangan

Benchmark,

pengukuran, digunakan Peta Rupa Bumi Skala 1 : 50.000 atau Skala yang lebih besar Bakosurtanal. Referensi yang digunakan sebagai titik ikat pengukuran koordinat (x,y) dan pengukuran tinggi (z) menggunakan titik tetap Bakosurtanal.

2.

HASIL DAN DATA YANG HARUS DISERAHKAN KEPADA PIHAK PEMILIK PEKERJAAN

1) Satu set peta asli digital skala 1 : 2.000/1 : 5.00 yang dilengkapi dengan titik-titik tinggi pada kertas transparan yang stabil dan dalam bentuk VCD/DVD. 2) Satu set peta asli digital dengan skala 1 : 10.000/1 : 25.000 yang dilengkapi dengan garis-garis tinggi, pada kertas transparan yang stabil dan dalam bentuk VCD/DVD. 3) Semua eksemplar asli dan satu set fotokopi semua pekerjaan observasi dan perhitungan, diberi indeks, dijilid dan dilengkapi dengan keterangan/referensi. 4) Daftar koordinat dari benchmark yang dibuat, lengkap dengan datadata pilar triangulasi yang digunakan sebagai titik ikat. 5) Gambaran letak titik-titik secara lengkap, termasuk elevasinya, koordinat-koordinat dan lima foto untuk masing-masing benchmark yang digunakan.

6) Sepuluh salinan/kopi laporan akhir yang meliputi penelitian lapangan, proses serta hasilnya. Laporan tersebut harus merinci metode sebenarnya yang digunakan, ketepatan sebenarnya yang diperoleh dan kesulitan-kesulitan yang dijumpai serta pemecahannya pada seluruh tahap pekerjaan. Laporan itu meliputi diagram-diagram jaring koordinat dan sifat-sifat dasar serta penjelasan mengenai semua titiktitik tetap dan titik-titik koordinat. Laporan tersebut tidak boleh semata-mata mengulangi isi ketentuan-ketentuan teknis tetapi harus benar-benar berdasarkan hasil pelaksanaan.

3.

TITIK KONTROL TANAH

Titik kontrol tanah dalam bentuk tugu sebagai benchmark untuk menyimpan data koordinat (x,y) dan tinggi (z) yang digunakan untuk kepentingan pembangunan irigasi dan kontrol pemetaan, ketentuannya mengikuti dibawah ini :
3.1 Ketentuan Umum Pemasangan Benchmark

1) Seluruh pengukuran koordinat (x,y) dan tinggi (z) harus diikatkan pada titik tetap orde 0 atau orde1 Bakosurtanal. 2) Kerapatan setiap satu titik kontrol mewakili luas areal 250 ha atau setiap jarak 2,5 km di sepanjang jalur koordinat dan setiap titik simpul, ketepatan dari titik tersebut harus memenuhi ketentuanketentuan yang telah ditetapkan. 3) Benchmark dalam bentuk tugu harus mencakup semua daerah yang akan dipetakan dan sebagai kontrol perimeter, sebagai catatan jumlah keseluruhan dari titik-titik tetap tersebut dapat melebihi jumlah yang telah dihitung dari daerah nominal yang akan dipetakan, pemasangan benchmark dipasang lebih dulu sebelum pekerjaan lapangan dimulai.

3.2

Pemasangan Benchmark

1) Benchmark yang harus dipasang ada 2 macam yaitu benchmark besar dan kecil, bagian yang muncul diatas tanah setinggi 20 cm. Benchmark besar dan kecil dipasang dengan jarak antara 100-150 m, harus kelihatan satu sama lainnya karena akan digunakan untuk pengikatan azimut matahari, konstruksi penanda azimut akan dibuat pada titik pertama di sepanjang jalur koordinat dari benchmark. Jenis konstruksi untuk penanda azimut terserah pada pelaksana pekerjaan, tetapi sebelumnya harus diperlihatkan untuk kemudian disetujui oleh pihak pemilik pekerjaan. 2) Bilamana mungkin benchmark tersebut harus ditempatkan sesuai dengan kriteria berikut : a. Benchmark ditempatkan pada tanah keras (hindarkan pemasangan di daerah rawa atau sawah). b. Benchmark dan tanda lapangan dipasang paling sedikit 10 meter dari pinggir jalan dan di daerah yang tidak akan terkena perubahan. c. Benchmark ini akan ditempatkan di sekitar jalur saluran irigasi dan pembuang yang sudah ada atau yang baru diusulkan. 3) Semua harus dijelaskan selengkap mungkin pada saat pemasangan antara lain mencakup : Sketsa ukuran (penampang melintang) benchmark yang dibuat. Lima foto untuk setiap benchmark yang sudah jadi, dilengkapi dengan pelat nomor dan baut kuningannya, empat buah foto dari empat mata angin, satu buah foto dari atas lengkap dengan daerah sekitarnya. Sketsa lokasi lengkap dengan jarak-jarak titik detail yang ada disekitar benchmark dan lokasi penanda azimut (azimut mark). Sketsa gambaran umum lokasi, lengkap dengan deskripsi pendekatan ke sekitar titik tetap.

Penanda azimut dapat dideskripsikan dalam formulir yang sama dengan benchmark atau dalam formulir lain, menurut keinginan pelaksana pekerjaan. Koordinat-koordinat titik akan ditambahkan pada deskripsi apabila perhitungannya sudah tuntas. 4) Titik-titik koordinat selain benchmark atau penanda azimut dibuat dari patok kayu yang kuat, ukuran panjang sekurang-kurangnya 50 cm dengan penampang melintang 5 x 5 cm, dipasang sedemikian rupa sehingga patok-patok tersebut dapat bertahan selama pengukuran (sekurang-kurangnya 6 bulan). Tanah yang lebih lunak membutuhkan patok-patok yang lebih panjang, patok-patok tersebut harus muncul 10 cm dari permukaan tanah dan pada ujungnya diberi paku agar titik yang tepat mudah ditemukan, letak titik itu harus diperlihatkan dengan patok lain atau pohon yang mudah dilihat yang jaraknya tidak lebih dari 3,0 meter. Nomor titik akan diperlihatkan pada patok yang dicat merah.

4.

METODA PENGAMATAN DAN PENGUKURAN

Pengamatan dan pengukuran koordinat (x,y) dan tinggi (z) di lapangan untuk memperoleh data lapangan (darat) dalam membuat peta skala 1 : 2.000 dan Skala 1 : 5.000, alat ukur yang digunakan Total Station (x,y) dan level automatic atau automatic digital (z), seluruh benchmark harus diukur koordinat (x,y) maupun tinggi (z). Jika menggunakan Receiver pengamatan GPS ketentuannya seperti diatas. Ketentuan pengukuran dengan menggunakan alat Total Station dan level automatic atau level automatic digital sebagai berkut :

4.1

Pengamatan GPS digital yang mempunyai ketelitian 5 mm + 1 ppm(H) dan 10 mm + 2 ppm(V).

1) Alat ukur yang digunakan minimal 3 (tiga) buah GPS Geodetic model

2) Pengamatan receiver GPS Geodetic dilakukan dengan cara Double Difference berdasarkan data fase dengan metoda Static atau Rapid static (static singkat) dengan alat Receiver GPS single frekuensi (L1) atau dual frekuensi (L1 + L2) 3) Ketentuan pengamatan harus mengikuti ketentuan berikut : Satelit yang diamati minimum 4 (empat) buah dalam kondisi tersebar Besaran GDOP (geometrical dilution of precisition) lebih kecil dari 8 Pengamatan dilakukan siang hari atau malam hari Level aktifitas atmosfer dan ionosfer relative sedang Lama pengamatan berdasarkan panjang baseline Panjang Baseline (km) 05 5 10 10 30 4) Metoda Pengam atan Statis singkat Statik singkat Statik 90 menit 60 menit 60 menit 30 menit Lama Pengamat an(L1) 30 menit 15 menit Lama Pengamatan(L1+L2)

Pengamatan GPS dengan data fase digunakan dalam model penentuan posisi relatif untuk menentukan komponen baseline antara dua titik, memastikan bahwa semua receiver melakukan pengamatan terhadap satelit-satelit yang sama secara bersamaan, mengumpulkan data dengan kecepatan dan epoh yang sama.

5) Setiap receiver GPS harus dapat menyimpan data selama mungkin dari minimum 4 (empat) buah satelit dengan kecepatan minimum 4 (empat) epoh dalam 1 (satu) menit, masing-masing 15 (lima belas) detik. 6) Tidak diizinkan untuk menggunakan merek dan jenis receiver GPS yang berbeda dalam satu session. 7) Terdapat minimal 1 (satu) titik sekutu yang menghubungkan 2 (dua) session. 8) Tidak diizinkan untuk mengamati satelit dengan elevasi dibawah 15 derajat. 9) Setelah session pengamatan seluruh data harus didownload dan disimpan dalam sebuah CD dan dibuatkan cadangannya. 4.1.1 1) Reduksi baseline

Geometri dari jaringan harus memenuhi spesifikasi ketelitian dan persyaratan strenght of figure yaitu :

a. Statistik reduksi baseline Untuk setiap jaring orde 3 standar deviation (s) hasil hitungan dari komponen baseline toposentrik (dN,dE,dH) yang dihasilkan oleh software reduksi baseline harus memenuhi hubungan berikut : N M E M H 2M dimana M = [102 + (10d)2]1/21.96 mm dan d = panjang baseline b. Baseline yang diamati 2 (dua) kali - Baseline yang lebih pendek dari 4 (empat) km

Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda lebih besar dari 0.03 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh berbeda lebih dari 0.06 m. - Baseline yang lebih panjang dari 4 (empat) km Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda lebih besar dari 0.05 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh berbeda lebih dari 0,10 m. 2) Seluruh reduksi baseline harus dilakukan dengan menggunakan software processing GPS yang telah dikenal dibuat oleh agen software atau badan peneliti ilmiah yang bereputasi baik. 3) Koordinat pendekatan dari titik referensi yang digunakan dalam reduksi baseline tidak boleh lebih dari 10 m dari nilai sebenarnya. 4) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi troposfer untuk semua data pengamatan. 5) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi ionosfer untuk semua data pengamatan. Data dual frekuensi harus digunakan untuk mengeliminasi pengaruh ionosfer jika ambiguiti fase single tidak dapat dipecahkan. 4.1.2 Perataan Jaring

1) Perataan jaring bebas dan terikat dari seluruh jaring harus dilakukan dengan menggunakan software perataan kuadrat terkecil yang telah dikenal dibuat oleh agen software atau badan peneliti ilmiah bereputasi baik. 2) Informasi di bawah ini harus dihasilkan dari setiap perataan
-

Hasil dari test Chi-Square atau Variance Ratio pada residual setelah perataan (test ini harus dapat melalui confidence 99 % yang berarti

bahwa data-data tersebut konsisten terhadap model matematika yang digunakan).


-

Daftar koordinat hasil perataan. Daftar baseline hasil perataan termasuk koreksi dari komponenkomponen hasil pengamatan. Analisis statistik mengenai residual komponen baseline termasuk jika ditemukan koreksi yang besar pada confidence level yang digunakan. Ellip kesalahan titik untuk setiap stasiun/titik. Analisa dari baseline yang diamati 2 (dua) kali (penilaian

4.1.3

1) Integritas pengamatan jaring harus di nilai berdasarkan :


-

Analisis

keseragaman)
-

Analisis terhadap perataan kuadrat terkecil jaring bebas (untuk menilai konsistensi data) Analisis perataan kuadrat terkecil untuk jaring terikat berorde lebih tinggi (untuk menilai konsistensi terhadap titik kontrol)

2) Akurasi komponen horizontal jaring akan di nilai terutama dari analisis ellip kesalahan garis 2D yang dihasilkan oleh perataan jaring bebas. 3) Koordinat benchmark dari hasil pengamatan GPS disajikan dalam system proyeksi UTM dan ellipsoid WRG 84. 4) Tinggi benchmark hasil ukuran GPS di koreksi terhadap besaran undulasi (N) atau dikoreksi terhadap titik MSL yang ada disekitar lokasi.
4.2 1) Pengukuran Poligon Utama Basis poligon meliputi daerah pemetaan yang merupakan jaringjaring tertutup (closed loop) dan diikatkan ke titik tetap orde 0 atau

orde 1 Bakosurtanal, kaki-kaki poligon harus sepanjang mungkin dan sistem statip tetap (fixed tripod) seperti yang diuraikan di bawah ini dipakai untuk mendapatkan ketelitian yang diisyaratkan. 2) Apabila mungkin titik-titik yang ada akan digunakan sebagai azimut awal dan azimut akhir, titik-titik triangulasi yang digunakan harus saling berhubungan dengan titik triangulasi yang lainnya. 3) Untuk kontrol orientasi harus dilakukan pengamatan azimut matahari, jika titik-titik triangulasi yang sudah ada tidak terlihat lagi dan/atau pada interval 25 titik di sepanjang masing-masing poligon. 4) Statip harus ditempatkan pada tanah yang stabil untuk memperoleh hasil pengamatan sudut horizontal dan jarak yang teliti, poligon yang melalui daerah sawah harus diikuti secara hati-hati untuk menghindari lokasi-lokasi sulit di daerah genangan sawah atau pada pematang-pematang yang tidak stabil. 5) Semua theodolit harus dalam keadaan baik dan setelannya akan diperiksa terus selama pengamatan berlangsung, kolimasi akan diperiksa apabila melebihi 1 (satu menit), pelaksana pekerjaan harus menyiapkan semua catatan yang berkenaan dengan

pemeriksaan dan penyesuaian peralatan yang dilakukan. 6) Theodolit harus mampu mengukur sampai 1 (satu detik ) dan dilengkapi dengan komponen yang diperlukan. 7) Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu pada saat melakukan sentring maka perlu digunakan 4 buah statip dan 4 buah kiap (tribrach). Selama pengamatan berlangsung statip dan kiap tersebut harus tetap berada disatu titik, hanya target dan teodolit saja yang berpindah/berubah. 8) Di titik-titik dimana pekerjaan hari itu berakhir dan pekerjaan hari berikutnya mulai, sentering harus dilakukan dengan hati-hati, hal

yang sama berlaku juga pada waktu dilakukan pengamatan ulang ditempat yang sama. 9) Kedudukan nivo kotak dan pengunting optic harus sering diperiksa dengan bantuan unting-unting gantung dan penyesuaian-

penyesuaian dilakukan bilamana perlu. 10) Sebelum pengamatan dilakukan theodolit harus di setel sebaikbaiknya, pengukuran sudut horizontal dan jarak dilakukan minimum 2 kali pengamatan, untuk satu kali pengamatan dilakukan sejumlah pembacaan dengan urutan sebagai berikut : Bidik kiri (FL) untuk bacaan target belakang Bidik kiri (FL) untuk bacaan target ke depan Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke depan Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke belakang Dua kali pengamatan diambil dari titik nol secara terpisah. 11) Ketelitian pengukuran poligon : Semua hasil pengamatan di reduksi di lapangan jika perbedaan antara keempat harga sudut yang diperoleh (2FL, 2FR) melebihi 5, maka harus dilakukan pengukuran ulang. Toleransi untuk kesalahan penutup pada azimut matahari harus 10 n dimana n adalah jumlah sudut, jika kesalahan penutupnya masih berada dalam toleransi maka sudut itu akan disesuaikan dengan azimut matahari dan jika toleransi tersebut dilampaui, maka azimut dan/atau sudut-sudut tersebut harus di ulang dan dicek. Kesalahan penutup linear poligon utama tidak boleh lebih besar dari 1 : 10.000 dari panjang totalnya, poligon akan dijaga agar tetap pendek untuk menjamin bahwa kesalahan penutup pada jaringjaring atau bagian tidak lebih dari satu meter.

4.3

Pengukuran Poligon Cabang

i.

Poligon cabang harus dimulai dari poligon utama diakhiri pada poligon utama, sehingga titik-titik poligon utama akan merupakan kontrol hasil pengukuran poligon cabang.

ii.

Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu pada saat melakukan sentering maka perlu digunakan 2 buah statip dan 2 buah kiap (tribrach). Selama pengamatan berlangsung statip dan kiap tersebut harus tetap berada di satu titik, hanya target dan theodolit saja yang berpindah/berubah.

iii.

Poligon cabang di bagi atas seksi-seksi dengan panjang maksimum 2,5 km dan diusahakan sisi poligon sama panjangnya untuk untuk mencapai ketelitian yang memenuhi syarat.

iv.

Di titik-titik dimana pekerjaan hari itu berakhir dan pekerjaan hari berikutnya di mulai, sentering harus dilakukan dengan hati-hati, hal yang sama berlaku juga pada waktu dilakukan pengamatan ulang ditempat yang sama.

v.

Kedudukan nivo kotak dan pengunting optic harus sering diperiksa dengan bantuan unting-unting gantung dan penyesuaian-penyesuaian dilakukan bilamana perlu.

vi.

Sebelum pengamatan dilakukan theodolit harus disetel sebaikbaiknya, pengukuran sudut horisontal dan jarak dilakukan minimum 1 (satu) kali pengamatan dengan pembacaan urutan sebagai berikut :

vii. Bidik kiri (FL) untuk bacaan target belakang viii. Bidik kiri (FL) untuk bacaan target ke depan ix. Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke depan x. Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke belakang xi. Ketelitian pengukuran poligon :

xii. Semua hasil pengamatan direduksi di lapangan jika perbedaan antara kedua harga sudut yang diperoleh (FL, FR) melebihi 10 maka harus dilakukan pengukuran ulang. xiii. Toleransi untuk kesalahan penutup pada azimut matahari harus 20 n dimana n adalah jumlah sudut, jika kesalahan penutupnya masih berada dalam toleransi maka sudut itu akan disesuaikan dengan azimut matahari dan jika toleransi tersebut dilampaui, maka azimut dan/atau sudut-sudut tersebut harus diulang . xiv. Kesalahan penutup linear poligon utama tidak boleh lebih besar dari 1 : 5.000 dari panjang totalnya, poligon akan dijaga agar tetap pendek untuk menjamin bahwa kesalahan penutup pada jaring-jaring atau bagian tidak lebih dari satu meter.

4.4

Pengukuran Azimut Matahari

1) Azimut matahari akan diamati pagi dan sore hari, dilakukan masingmasing sedikitnya 5 kali pengamatan, dalam satu seri tidak boleh lebih dari 30. 2) Pengamatan dilakukan sebagai berikut : Bidik kiri (target). Bidik kiri (matahari). Bidik kanan (matahari). Bidik kanan (target) Seri ini merupakan satu kali pengamatan. 3) Pembacaan sudut horizontal pada pengamatan azimut matahari harus diberikan koreksi akibat tidak mendatarnya kedudukan alat. Koreksi ini sangat penting dan dapat dihitung dari hasil bacaan kedudukan gelembung nivo tabung tersebut atau apabila alat theodolit dilengkapi

dengan kompensator otomatis, dari pembacaan lingkaran vertikal pada sudut kanan pada masing-masing sisi garis bidik. 4) Metode yang dipakai untuk menentukan azimut tergantung keinginan pelaksana pekerjaan, walaupun demikian hal-hal berikut harus diperhatikan bila akan digunakan azimut dengan metode ketinggian matahari : Pengamatan matahari dilakukan apabila tinggi matahari lebih besar dari 200 karena apabila dilakukan pengamatan pada waktu tinggi matahari dibawah 200 refraksi (pembiasan) menjadi terlalu besar dan tidak menentu, jika mungkin usahakan ketinggian matahari di bawah 400. Pembacaan temperatur dan tekanan udara akan dilakukan untuk keperluan koreksi refraksi. Perlengkapan-perlengkapan tambahan yang diperlukan terdiri dari jam tangan yang ketepatannya dicocokkan satu menit sebelum tanda waktu resmi berbunyi, prisma Reoloff, tabel deklimasi matahari dan table refraksi. 5) Jika untuk pengukuran azimut digunakan metode sudut waktu maka bisa dilakukan pengamatan pada saat tinggi matahari di bawah 200, tetapi waktu pengamatan harus jauh lebih teliti.
4.5 Pengukuran Sipat Datar (z)

Pengukuran sipat datar dilakukan dengan alat ukur level automatic atau level automatic digital dengan ketentuan sebagai berikut : a. Sistem patok benchmark sudah terpasang sebelum dilakukan pengukuran sipat datar, pemindahan elevasi ke benchmark yang dibuat sesudah selesainya penyipatan datar tidak akan diterima.

b. Pengukuran digunakan alat rambu ukur metrik dan tatakan rambu yang terbuat dari metal, untuk jaring sipat datar utama digunakan alat sipat datar digital atau non digital c. Setiap alat harus dicek kolimasinya (kesalahan garis bidik) setiap hari dengan menggunakan 2 patok-uji (peg test), mid-base atau cara-cara sejenis sampai dengan jarak 100 m, dalam metode mid-base di cari perbedaan tinggi antara dua titik, di mana hasil ukuran di saat alat ditempatkan di tengah harus dibandingkan dengan hasil ukuran di saat alat ditempatkan di dekat salah satu titik. Penyesuaian harus dilakukan apabila kesalahan kolimasinya lebih dari 0,05 mm/m. Nivo kotak dan kompensator otomatis juga harus selalu dicek secara teratur. Pelaksana pekerjaan harus membuat catatan lengkap mengenai seluruh hasil pengecekan dan penyesuaian yang telah dilakukan. d. Rambu ukur ditempatkan pada tatakan dari metal pada setiap pengukuran (kecuali pada benchmark atau benchmark sementara). Juru ukur harus menginstruksikan kepada pemegang rambu, agar rambu ukur selalu tepat vertikal dengan menggunakan stafflevel atau
carpenters level (penempatannya harus juga dicek).

e. Metode stan ganda (double-stand) pada pengukuran sifat datar tidak boleh digunakan, jarak bidikan tidak diperkenankan lebih dari 50 m. Bidikan ke belakang kira-kira sama dengan bidikan ke muka, untuk menghindari kesalahan kolimasi. Tidak dibenarkan melakukan pembidikan silang (intermediate sight). f. Pembacaan rambu tidak boleh dilakukan melebihi 20 cm dari batas bawah rambu dan juga 20 cm dari batas bagian atas rambu. g. Untuk membantu pelaksanaan pengukuran titik-titik rincik ketinggian dianjurkan agar titik tinggi sementara dipasang pada waktu

pengukuran sipat datar utama antara lain : gorong-gorong, tangga rumah, lantai pengeringan padi, dan lain sebagainya. Titik-titik tersebut ditandai serta dicatat secara lengkap. h. Juru ukur harus memasukkan data-data mengenai tinggi dan rendahnya hasil ukuran pada setiap formulir yang sudah ditentukan, bacaan belakang, bacaan muka, beda tinggi h (+ dan -) harus dijumlahkan. Perbedaan antara hasil bacaan belakang, dan muka harus sama dengan hasil beda tinggi (h), hanya merupakan pengecekan aritmatik dapat menghindarkan kesalahan yang tidak terlihat karena data yang tidak benar. i. Pengecekan harus dilakukan pada setiap halaman dan setiap bagian pengukuran sipat datar, secara sistematis setiap hari, serta harus ditandatangani oleh juru ukur yang bersangkutan. j. Ketelitian sipat datar sebagai berkut : Jalur utama yang pada umumnya merupakan jaring tertutup, harus di ukur dua kali yaitu pergi dan pulang. Perbedaan antara kedua harga untuk masing-masing seksi harus kurang dari 7 k mm, dimana k adalah jarak dalam km antar benchmark tersebut. Jalur sekunder yang umumnya terikat dengan titik-titik jaringan utama untuk kontrol titik detail cukup satu kali dengan ketelitian 20 k mm, dimana k adalah jarak dalam km.
4.6 Pengukuran Situasi Detail

1) Alat yang digunakan adalah Total Station atau yang sederajat ketelitiannya. 2) Metode yang digambarkan adalah Raai dengan jarak antara Raai 20 m sampai dengan 40 m atau Voorstraal dengan jarak pengambilan titik detail 20 m sampai dengan 40 m atau kombinasi Raai dan Voorstraal

dengan jarak 40 m dan pekerjaan tersebut dapat dilakukan sekaligus pada saat pengukuran poligon utama atau poligon cabang. 3) Ketelitian poligon raai untuk sudut 20n, dimana n = banyak titik sudut, ketelitian linier poligon kombinasi Raai dan Voorstraal 1 : 2.000. 4) Semua tampakan yang ada, baik alamiah maupun buatan manusia di ambil sebagai titik detail, misalnya : bukit, lembah, alur, sadel, dll. 5) Kerapatan titik detail ( 40 m di lapangan) harus di buat sedemikian rupa sehingga bentuk topografi dan bentuk buatan manusia dapat digambarkan sesuai dengan keadaan lapangan. 6) Sketsa lokasi detail harus di buat rapi, jelas dan lengkap sehingga memudahkan penggambaran dan memenuhi persyaratan mutu yang baik dari peta. 7) Pengukuran situasi harus dilebihkan sebesar 250 m dari batas yang telah ditentukan. 8) Sudut poligon kombinasi Raai dan Voorstraal cukup 1 (satu) seri. 9) Ketelitian tinggi poligon raai 10 cm D (D dalam km).

4.7

Pencatatan, Reduksi dan Pemrosesan Hasil Lapangan

Pengamatan di

Pencatatan, di bawah ini : 4.7.1

reduksi,

dan

pemrosesan

hasil

pengamatan di lapangan harus mengikuti ketentuan

Pencatatan

1) Seluruh proses perhitungan koordinat (x,y) dalam proyeksi UTM, tinggi (z) terhadap permukaan air laut rata-rata, azimut matahari, dan

perhitungan titik detail menggunakan software distributor alat merk apa saja yang berlaku di Indonesia. 2) Pelaksana pekerjaan harus menyerahkan laporan hasil hitungan dengan menggunakan software dari distribualat alat merk apa saja dalam bentuk softcopy VCD atau DVD. 3) Penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan dimasukkan ke lembar pengamatan sementara pekerjaan berlangsung, hal ini menyangkut nama pengamat, tanggal, nomor titik, nomor alat juga penjelasanpenjelasan lainnya seperti ketinggian alat, temperatur dan tekanan udara, seluruh lembar data harus disertai tanggal dan tanda tangan pengamat dan orang yang telah melakukan pemeriksaan. 4) Seluruh laporan pengamatan yang dilakukan di lapangan diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan, termasuk juga bagian-bagian yang telah di ulang,yang disebut terakhir ini harus ditandai dengan jelas sehingga bisa saling dicocokkan.

4.7.2 Reduksi 1) Koordinat (x,y) perlu di reduksi dan dirata-ratakan pada setiap titik dan di periksa apakah memenuhi toleransi yang sudah ditetapkan, reduksi koordinat (x,y) termasuk juga koreksi kesalahan titik nol alat, dan koreksi faktor skala dimana dianggap perlu. 2) Pengamatan di lapangan perlu di reduksi setiap harinya lalu ditandatangani, di sertai tanggal pemeriksaan oleh pelaksana pekerjaan, hasil pengamatan harus di simpan dengan rapi dan diberi nomor referensi agar mudah di cari bilamana diperlukan dikemudian

hari, bila sudah diarsipkan, hasil-hasil pengamatan itu tidak boleh dibawa ke lapangan lagi. 4.7.3 Pemrosesan Data

1) Penghitungan harus dilakukan di lapangan untuk memeriksa apakah pengamatan telah sesuai dengan standar ketelitian. 2) Untuk kontrol planimeter ini meliputi : Pengecekan hasil penghitungan koordinat. Pengecekan penutup koordinat tertutup. Pengecekan azimut antara titik-titik triangulasi dan hasil pengamatan. Penyesuaian kesalahan koordinat. Penghitungan dari x dan y untuk mencek hasil planimetrik. 3) Untuk kontrol ketinggian kegiatan pemrosesan ini meliputi : Pemeriksaan hasil hitungan dari Bacaan belakang, Bacaan muka, Perbedaan tinggi (h). Perhitungan h untuk seksi-seksi antara titik-titik tetap (benchmark) . Perhitungan dari tiap loop/kring. Perataan dari loop dengan metode Dell (atau metode lainnya), agar memperoleh ketinggian yang tepat untuk di pakai pada perhitungan rincik ketinggian nantinya. 4) Perhitungan blok-blok pengukuran lapangan harus disesuaikan dengan batas-batas triangulasi udara, hal ini dimaksudkan untuk menghindari kelambatan pada tahapan selanjutnya. 5) Apabila hasil pekerjaan lapangan telah disetujui oleh pengawas, hasil pengamatan serta hasil hitungannya segera di kirim ke kantor pelaksana pekerjaan untuk dilakukan perhitungan akhir. 6) Penyesuaian planimetri harus dihitung mencakup seluruh titik-titik triangulasi yang ada di lapangan.

7) Penyesuaian titik-titik poligon harus sesuai dengan jarak, hal ini berarti bahwa koreksi dalam koordinat simpangan timur (easting) sama dengan : salah-penutup dalam simpangan timur --------------------------------------------------- x jarak akumulasi jumlah jarak poligon seluruhnya Hal yang sama berlaku untuk simpangan utara. 8) Seluruh hasil penghitungan, pengamatan dan informasi seperti yang di daftar dibawah ini harus diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan dalam bentuk VCD atau DVD untuk mendapatkan persetujuan sementara. Urutan cara perhitungan loop atau jalur kordinat antara benchmark. Kesalahan penutup sudut pada setiap bagian/seksi, azimut kontrol atau azimut yang diperoleh dari loop yang berdekatan, bersama-sama dengan jumlah titik dalam setiap seksi. Kesalahan penutup linier x, y dari setiap loop atau jalur koordinat antara titik-titik simpul dan kesalahan penutup fraksi yang dipilih dengan jumlah titik. Detail-detail hasil pengamatan yang ditolak, diragukan, tidak dipakai lagi.
5. PENGGAMBARAN PETA SITUASI TERISTRIS SKALA 1 : 5.000

Penggambaran peta situasi teristris skala 1 : 5.000 dilakukan dengan cara memperkecil 2.5 kali peta situasi teristris skala 1 : 2.000 menggunakan software dari distributor merk apa saja yang berlaku di Indonesia, ketentuan yang harus ada dalam peta situasi teristris skala 1 : 5.000 sebagai berikut :

1) Ketentuan pemasangan benchmark untuk peta situasi skala 1 : 5.000 setiap 500 ha sedangkan untuk peta situasi skala 1 : 2.000 setiap 250 ha, dengan demikian yang tercantum dalam peta situasi skala 1 : 5.000 benchmark setiap 500 ha. 2) Ketentuan titik detail yang diukur untuk peta setuasi skala 1 : 5.000 dengan jarak 1 cm sampai dengan 2 cm di peta atau jarak 50 m sampai 100 m di lapangan sedangkan titik detail yang diukur dengan 1 cm sampai dengan 2 cm di peta atau jarak 20 m sampai dengan 40 m di lapangan, dengan demikian yang harus tercantum dalam peta situasi skala 1 : 5.000 adalah titik detail dengan jarak 50 m sampai dengan 100 m di lapangan. 3) Untuk luasan-luasan dibawah 100 m2 demikian juga jarak-jarak dibawah 10 m dalam skala 1 : 5.000 dihapus/dihilangkan. 4) Ketentuan interval kontur dalam peta situasi skala 1 : 5.000 setiap 1.0 m sedangkan untuk peta situasi skala 1 : 2.000 setiap 0.5 m, dengan demikian yang tercantum dalam peta situasi skala 1 : 5.000 interval kontur 1.0 m. 5) Ketentuan interval grid peta dalam peta situasi skala 1 : 5.000 setiap 500 m sedangkan untuk peta situasi skala 1 : 2.000 setiap 250 m, dengan demikian yang tercantum dalam peta situasi skala 1 : 5.000 setiap 500 m. 6) Ketentuan kartografi dan ketelitian penggambaran dalam skala 1 : 5000 sama dengan ketentuan kartografi skala 1 : 2.000 6. PENGGAMBARAN PETA SITUASI TERISTRIS SKALA 1 : 2.000 Peralatan yang digunakan untuk penggambaran Autocad ukuran A-1 yang dikeluarkan oleh distributor apa saja berlaku di Indonesia demikian juga komputer yang digunakan, skala peta yang dibuat skala 1 : 2.000 sedangkan untuk Skala 1 : 5.000 pengecilan dari skala 1 : 2.000 dengan

membuang beberapa detail yang tidak diperlukan untuk skala 1 : 5.000, ketentuan penggambaran sebagai berikut : 6.1 1) Kartografi Ukuran peta (50x50) cm, garis silang untuk grid dibuat setiap 10 cm dengan ukuran (10x10) mm, garis sambungan peta 10 cm, skala peta 1 : 2.000 di buat grafis dan numeris, indek peta dengan ukuran yang sudah ditentukan, informasi legenda sesuai dengan yang ada di lembar peta , keterangan titik referensi harus ada lembar peta dicantumkan dibawah legenda. 2) Semua benchmark, titik ikat horizontal bakosurtanal, dan titik tinggi bakosurtanal yang ada di lapangan harus digambar dengan legenda yang telah ditentukan dan di lengkapi dengan elevasi (z) dan koordinat (x,y). 3) Pada setiap interval 5 (lima) garis kontur di buat tebal dari garis kontur lainnya dengan ketebalan ukuran yang telah ditentukan dan ditulis angka elevasinya. 4) 5) Pencantuman legenda pada gambar harus sesuai dengan ketentuan Direktorat Irigasi dan sesuai dengan topografi yang ada di lapangan. Penarikan kontur cukup 2.5 m untuk daerah datar dan 5 m untuk daerah berbukit dengan ketebalan yang sudah ditetapkan serta harus tercantum data elevasi. 6) Gambar/peta situasi skala 1 : 2.000 digambar di atas kertas transparan stabil atau sesuai dengan keinginan pemilik pekerjaan dengan ukuran A-1. 7) Gambar konsep (draft) lengkap Skala 1 : 2.000 dan titik pengukuran poligon utama dan raai/voorstraal harus dilakukan di atas kertas transparan stabil untuk di setujui pemilik pekerjaan. disetiap

8) 9)

Gambar kampung, sungai, rawa buatan alam dan manusia harus diberi nama yang jelas dan harus diberi batas. Peta ikhtisar skala 1 : 10.000 di gambar dengan cara pengecilan peta skala 1 : 2.000 menggunakan software dari distributor merk apa saja yang berlaku di Indonesia pada kertas transparan stabil.

10) Pada peta ikhtisar skala 1 : 10.000 harus tercantum nama kampung, nama sungai, benchmark, jalan, jembatan, rencana bendung dan lain-lain tampakan yang ada di daerah pengukuran dengan interval kontur cukup tiap 12,5 m untuk daerah datar dan 25 m untuk daerah berbukit, grid peta ikhtisar tiap 10 cm. 11) Lembar peta harus di beri nomor urut yang jelas dan teratur serta format gambar etiket peta harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemilik pekerjaan. 12) Titik poligon utama, poligon cabang dan poligon raai di gambar dengan sistem koordinat, tidak diperkenankan di gambar dengan cara grafis.
6.2 Ketelitian Penggambaran

1) Semua tanda silang untuk grid koordinat tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 0,3 mm yang di ukur dari titik kontrol horizontal terdekat. 2) Titik kontrol posisi horizontal tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 0,3 mm yang di ukur dari garis grid. 3) Sembilan puluh lima persen (95 %) dari bangunan penting seperti bendung, dan jembatan, saluran dan sungai tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 0,6 mm diukur dari garis grid atau titik kontrol horizontal terdekat. Sisanya 5 % (lima persen) tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 1,2 mm.

4) Sembilan puluh persen (90 %) dari penarikan garis kontur tidak boleh menyimpang lebih dari setengah kali interval kontur yang

bersangkutan dari letak sebenarnya, yang diperhitungkan dari titik kontrol horizontal, sisanya 10 % (sepuluh persen) tidak boleh menyimpang dari satu kali interval kontur yang bersangkutan. 5) Pada sambungan lembar peta satu dengan yang lain, garis kontur, bangunan, saluran, sungai, harus tepat tersambung. Batas pergeseran yang diperbolehkan maksimum 0,3 mm.

SUB BAGIAN 3 PEMETAAN SITUASI TRASE RENCANA SALURAN DAN LOKASI KHUSUS

DAFTAR ISI PEMETAAN SITUASI TRASE RENCANA SALURAN DAN

LOKASI KHUSUS

1.

IKHTISAR PEKERJAAN ................................................. 1.1 Umum ................................................................. 1.2 Ruang Lingkup Pekerjaan ..................................... 1.3 Basis Survei .........................................................

69 69 69 70

2.

HASIL DAN DATA YANG HARUS DISERAHKAN KEPADA PEMILIK PEKERJAAN .................................................. 70

3.

TITIK KONTROL TANAH .............................................. 3.1 Persiapan Pemasangan Benchmark ........................ 3.2 Pemasangan Benchmark........................................

71 71 71

4.

METODE PENGUKURAN SITUASI TRASE RENCANA SALURAN SISTIM KONTUR .......................................................... 4.1 Pengukuran Sudut Horizontal (Poligon) ................ 4.2 Pengamatan Azimut Matahari .............................. 4.3 Pengukuran Sudut Vertikal .................................... 4.4 Pengukuran Sipat Datar ........................................ 4.5 Pengukuran Situasi RencanaTrase Saluran .............. 4.5.1 Pengukuran Situasi Lokasi Khusus ............... 73 73 74 75 76 77 78

............................................................. 4.5.2 Pengukuran Titik Rincik (Detail) Antara Penampang melintang .................................................... 79

4.5.3 Ketelitian Pengukuran Titik Rincik .................. 4.6 Pencatatan, Reduksi, Pemrosesan Data Lapangan . 4.6.1 Pencatatan .................................................. 4.6.2 Reduksi .................................................... 4.6.3 Pemrosesan ..............................................

79 80 80 80 81

5.

PENGGAMBARAN SITUASI TRASE RENCANA SALURAN SISTIM KONTUR ..................................................................... 5.1 Peta Situasi Trase Rencana Saluran ...................... 5.2 Penulisan Nama, Benchmark, Grid ......................... 5.3 Peta Situasi Lokasi Khusus .................................... 5.4 Peta Penampang memanjang ................................ 5.5 Peta Potongan Melintang ..................................... 82 82 83 84 85 85

6. METODE PENGUKURAN DAN PENGGAMBARAN SITUASI TRASE RENCANA SALURAN SISTEM IP ..................................... 6.1 Pemasangan Benchmark dan Patok Kayu ................ 6.2 Penyelusuran Trase Rencana Saluran ..................... 86 86 87

6.3 Pengukuran Sudut Horizontal (Poligon), Azimut Matahari, Sipat Datar, Situasi .............................................. 6.4 Pengukuran Penampang Memanjang dan Melintang 87 87

6.5 Penggambaran Situasi Trase Rencana Saluran Sistim IP 88

7. METODE PENGUKURAN SITUASI TRASE RENCANA SALURAN TERSIER ...................................................................... Pengukuran Sudut Horizontal (Poligon) .................. Pengukuran Sipat Datar ........................................ Pengukuran Penampang Melintang dan Memanjang 89 Pengukuran Situasi Trase Rencana Saluran Tersier . Perhitungan dan Penggambaran ........................... Perhitungan ................................................ Penggambaran ........................................... Penggambaran Situasi Trase Rencana Saluran Tersier ........................................... 91 90 90 90 91 88 88 89

1.

IKHTISAR PEKERJAAN

1.1

Umum

Pengukuran rencana trase saluran ada 2 (dua) pendekatan yaitu sistem kontur dan sistem Intersection Point (IP), untuk efisiensi pekerjaan luas Irigasi di bawah 10.000 ha gunakan sistem kontur sedangkan untuk luas Irigasi di atas 10.000 ha gunakan Sistem IP yang maksudnya adalah untuk memberikan kepastian perencanan saluran utama dan sekunder termasuk bangunan yang harus ada disaluran tersebut, demikian juga dengan pengukuran rencana saluran tersier. Dalam hal ini diperlukan data-data situasi sepanjang trase tersebut dengan lebar kiri-kanan trase yang sudah ditentukan dan data-data potongan memanjang/melintang sehingga diperlukan koordinat (x,y) dan tinggi (z) yang memenuhi syarat dengan ketelitian yang telah disetujui dalam ketentuan teknis. Pelaksana pekerjaan harus mempekerjakan personil yang telah mendapat latihan dalam bidangnya serta cukup berpengalaman dalam berbagai pekerjaan yang diberikan sehingga dipelukan sertifikasi keahlian termasuk manajer poyek yang mempunyai keahlian manager proyek dipekerjakan selama masa kontrak berlangsung. Pelaksana pekerjaan harus dapat memberikan hasil yang berkualitas sesuai dengan ketentuan teknis,

pekerjaan

akan

diperiksa

sewaktu-waktu

untuk

menjamin terpenuhinya ketentuan teknis yang telah ditetapkan, bila ternyata ketentuan tidak terpenuhi menurut penilaian pihak pemilik pekerjaan maka pelaksana pekerjaan harus menanggung risiko pengulangan pengukuran.

1.2

Ruang Lingkup Pekerjaan

Garis besar pengukuran rencana trase saluran terdiri dari : Pemasangan Benchmark. Pengukuran Poligon . Pengukuran Azimut Matahari Pengukuran Sipat Datar . Pengukuran RencanaTrase Saluran. Pengukuran Potongan Memanjang. Pengukuran Potongan Melintang . Pencatatan, Reduksi, Pemrosesan Data. Penggambaran

1.3

Basis Survei

Peta yang dibutuhkan untuk menetapkan daerah pengukuran rencana trase saluran adalah peta situasi teristris skala 1 : 5.000 atau peta ortofoto digital skala 1 : 5.000 atau peta garis skala 1 : 5.000. Referensi yang digunakan sebagai titik ikat pengukuran trase saluran adalah minimal 2 (buah) benchmark yang sudah dipasang

pada saat pengukuran situasi skala 1 : 5.000 dan minimal 1 (satu) buah koordinat (x,y) titik tetap Bakosurtanal orde 0 atau orde 1 sedangkan pengukuran tinggi (z) menggunakan titik tetap Bakosurtanal.
2. HASIL DAN DATA YANG HARUS DISERAHKAN KEPADA PIHAK PEMILIK PEKERJAAN 1) Tiga kopi (cetakan) dan satu set negatif dan gambar-gambar dan dalam bentuk VCD atau DVD berikut : Peta situasi rencana trase saluran yang dilengkapi dengan garis-garis tinggi skala 1 : 2.000. Gambar potongan melintang skala 1 : 200 ke arah horizontal dan vertikal. Gambar potongan memanjang rencana trase saluran skala 1 : 2.000 ke arah horizontal dan 1 : 200 ke arah vertikal. 2) Semua eksemplar asli dan satu set fotokopi semua hasil pekerjaan pengukuran, perhitungan diberi indeks, di jilid dan dilengkapi dengan keterangan/referensi dalam bentuk VCD atau DVD. 3) Daftar koordinat dari patok beton yang di buat, lengkap dengan datadata titik ikat Bakosurtanal. 4) Gambaran letak titik-titik Benchmark secara lengkap termasuk elevasi, koordinat-koordinat dan 5 (lima) foto dari 4 (empat) penjuru angin dan 1 (satu) dari atas. 5) Tiga salinan laporan akhir yang meliputi penelitian lapangan, proses serta hasilnya, laporan tersebut harus merinci metode sebenarnya yang digunakan, ketelitian sebenarnya yang diperoleh dan kesulitankesulitan yang dijumpai serta pemecahannya pada seluruh tahap pekerjaan, laporan itu meliputi diagram-diagram jaring poligon dan

sifat-sifat dasar serta penjelasan mengenai semua titik-titik tetap dan titik-titik koordinat, laporan tersebut tidak boleh semata-mata mengulangi isi ketentuan teknis tetapi harus benar-benar berdasarkan hasil pelaksanaan pekerjaan. 3. TITIK KONTROL TANAH

Titik kontrol tanah dalam bentuk tugu sebagai benchmark untuk menyimpan data koordinat (x,y) dan tinggi (z) yang digunakan untuk kepentingan pembangunan irigasi dan kontrol pemetaan, ketentuannya mengikuti dibawah ini :

3.1

Ketentuan Umum Pemasangan Benchmark pada titik tetap orde 0 atau orde 1 Bakosurtanal dan Benchmark skala 1 : 5.000.

1) Seluruh pengukuran koordinat (x,y) dan tinggi (z) harus diikatkan

2)

Kerapatan setiap satu titik benchmark setiap jarak 2,5 km di sepanjang jalur as trase saluran, ketepatan dari titik tersebut harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

3) Benchmark dalam bentuk tugu harus mencakup sepanjang rencana trase saluran yang akan dipetakan dan sebagai kontrol perimeter, sebagai catatan jumlah keseluruhan dari titik-titik tetap tersebut dapat melebihi jumlah yang telah dihitung dari daerah nominal yang akan dipetakan, pemasangan benchmark di pasang lebih dulu sebelum pekerjaan lapangan dimulai. 4) Bila trase saluran memotong sungai atau lembah yang lebar maka akan dipasang benchmark-benchmark sementara di kedua sisi sungai atau lembah, jauhnya paling tidak 25,0 meter dari tepi dan bila trase

saluran memotong sungai atau lembah yang lebih kecil maka hanya satu benchmark sementara saja yang akan dipasang dengan sebuah penanda azimut didekatnya jika tidak ada penanda azimut atau benchmark lain yang langsung kelihatan.
3.2 Pemasangan Benchmark

1) Benchmark yang harus dipasang ada 2 macam yaitu benchmark besar dan kecil, bagian yang muncul diatas tanah setinggi 20 cm, benchmark besar dan kecil di pasang dengan jarak antara 100-150 m, harus kelihatan satu sama lainnya karena akan digunakan untuk pengikatan azimut matahari, konstruksi penanda azimut akan dibuat pada titik pertama di sepanjang jalur rencana trase saluran, jenis konstruksi untuk penanda azimut terserah pada pelaksana pekerjaan tetapi sebelumnya harus diperlihatkan untuk kemudian disetujui oleh pihak pemilik pekerjaan. 2) Bilamana mungkin benchmark tersebut harus ditempatkan sesuai dengan kriteria berikut : Benchmark ditempatkan pada tanah keras (hindarkan pemasangan didaerah rawa atau sawah). Benchmark dan tanda lapangan dipasang paling sedikit 10 meter dari pinggir jalan dan di daerah yang tidak akan terkena perubahan. Benchmark ini akan ditempatkan di sekitar jalur saluran irigasi dan pembuang yang sudah ada atau yang baru diusulkan. 3) Semua harus dijelaskan selengkap mungkin pada saat pemasangan antara lain mencakup : Sketsa ukuran (penampang melintang) benchmark yang dibuat.

Lima foto untuk setiap benchmark yang sudah jadi di lengkapi dengan pelat nomor dan baut kuningannya, empat buah foto dari empat mata angin satu buah foto dari atas lengkap dengan daerah sekitarnya. Sketsa lokasi lengkap dengan jarak-jarak titik detail yang ada di sekitar benchmark dan lokasi penanda azimut (azimut mark). Sketsa gambaran umum lokasi, lengkap dengan deskripsi pendekatan ke sekitar titik tetap. 4) Penanda azimut dapat dideskripsikan dalam formulir yang sama dengan benchmark atau dalam formulir lain, menurut keinginan pelaksana pekerjaan. 5) Koordinat-koordinat titik akan ditambahkan pada deskripsi apabila perhitungannya sudah tuntas. 6) Titik-titik koordinat selain benchmark atau penanda azimut dibuat dari patok kayu yang kuat, ukuran panjang sekurang-kurangnya 50 cm dengan penampang melintang 5 x 5 cm, dipasang sedemikian rupa sehingga patok-patok tersebut dapat bertahan selama pengukuran (sekurang-kurangnya 6 bulan), tanah yang lebih lunak membutuhkan patok-patok yang lebih panjang, patok-patok tersebut harus muncul 10 cm dari permukaan tanah dan pada ujungnya diberi paku agar titik yang tepat mudah ditemukan, letak titik itu harus diperlihatkan dengan patok lain atau pohon yang mudah dilihat yang jaraknya tidak lebih dari 3,0 meter, nomor titik ditulis pada patok yang dicat merah.

4.

METODA PENGUKURAN RENCANA TRASE SALURAN SISTEM KONTUR

Pengamatan dan pengukuran koordinat (x,y) dan tinggi (z) di lapangan untuk memperoleh data lapangan (darat) dalam membuat peta situasi rencana trase saluran skala 1 : 2.000 dan Skala 1 : 5.000, alat ukur yang

digunakan Total Station (x,y) dan level automatic atau automatic digital (z), seluruh benchmark harus diukur koordinat (x,y) maupun tinggi (z). Ketentuan pengukuran dengan menggunakan alat Total Station dan level automatic atau level automatic digital sebagai berkut : 4.1. Pengamatan GPS

1) Alat ukur yang digunakan minimal 3 (tiga) buah GPS Geodetic model digital yang mempunyai ketelitian 5 mm + 1ppm(H) dan 10 mm + 2 ppm(V) 2) Pengamatan receiver GPS Geodetic dilakukan dengan cara Double Difference berdasarkan data fase dengan metoda Static atau Rapid static (static singkat) dengan alat Receiver GPS single frekuensi (L1) atau dual frekuensi (L1 + L2) 3) Kententuan pengamatan harus mengikuti ketentuan berikut : Satelit yang diamati minimum 4 (empat) buah dalam kondisi tersebar Besaran GDOP (geometrical dilution of precisition) lebih kecil dari 8 Pengamatan dilakukan siang hari atau malam hari Level aktifitas atmosfer dan ionosfer relative sedang Lama pengamatan berdasarkan panjang baseline Panjang Baseline (km) 05 5 10 10 30 Metoda Pengam atan Statis singkat Statik singkat Statik 90 menit 60 menit 60 menit 30 menit Lama Pengamat an(L1) 30 menit 15 menit Lama Pengamatan(L1+L2)

4) Pengamatan GPS dengan data fase digunakan dalam model penentuan posisi relatif untuk menentukan komponen baseline antara dua titik, memastikan bahwa semua receiver melakukan pengamatan terhadap satelit-satelit yang sama secara bersamaan, mengumpulkan data dengan kecepatan dan epoh yang sama. 5) Setiap receiver GPS harus dapat menyimpan data selama mungkin dari minimum 4 (empat) buah satelit dengan kecepatan minimum 4 (empat) epoh dalam 1 (satu) menit masing-masing 15 (lima belas) detik. 6) Tidak diizinkan untuk menggunakan merek dan jenis receiver GPS yang berbeda dalam satu session.
7) Terdapat minimal 1 (satu) titik sekutu yang menghubungkan 2 (dua) session.

8) Tidak diizinkan untuk mengamati satelit dengan elevasi dibawah 15 derajat. 9) Setelah session pengamatan seluruh data harus di download dan di simpan dalam sebuah CD dan dibuatkan cadangannya. 4.1.1. Reduksi Baseline 1) Geometri dari jaringan harus memenuhi spesifikasi ketelitian dan persyaratan strenght of figure yaitu : a. Statistik reduksi baseline Untuk setiap jaring orde 3 standar deviation (s) hasil hitungan dari komponen baseline toposentrik (dN,dE,dH) yang dihasilkan oleh software reduksi baseline harus memenuhi hubungan berikut : N M E M H 2M dimana M = [102 + (10d)2]1/21.96 mm dan d = panjang baseline b. Baseline yang diamati 2(dua) kali

- Baseline yang lebih pendek dari 4 (empat) km Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda lebih besar dari 0.03 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh berbeda lebih dari 0.06 m. - Baseline yang lebih panjang dari 4(empat) km Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda lebih besar dari 0.05 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh berbeda lebih dari 0,10 m 2) Seluruh reduksi baseline harus dilakukan dengan menggunakan software processing GPS yang telah dikenal dibuat oleh agen software atau badan peneliti ilmiah yang bereputasi baik 3) Koordinat pendekatan dari titik referensi yang digunakan dalam reduksi baseline tidak boleh lebih dari 10 m dari nilai sebenarnya. 4) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi troposfer untuk semua data pengamatan. 5) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi ionosfer untuk semua data pengamatan. Data dual frekuensi harus digunakan untuk mengeliminasi pengaruh ionosfer jika ambiguiti fase single tidak dapat dipecahkan. 4.1.2. Perataan Jaring 1) Perataan jaring bebas dan terikat dari seluruh jaring harus dilakukan dengan menggunakan software perataan kuadrat terkecil yang telah dikenal dibuat oleh agen software atau badan peneliti ilmiah bereputasi baik. 2) Informasi di bawah ini harus dihasilkan dari setiap perataan
-

Hasil dari test Chi-Square atau Variance Ratio pada residual setelah perataan (test ini harus dapat melalui confidence 99 % yang berarti

bahwa data-data tersebut konsisten terhadap model matematika yang digunakan).


-

Daftar koordinat hasil perataan. Daftar baseline hasil perataan termasuk koreksi dari komponenkomponen hasil pengamatan. Analisis statistik mengenai residual komponen baseline termasuk jika ditemukan koreksi yang besar pada confidence level yang digunakan. Ellip kesalahan titik untuk setiap stasiun/titik.

4.1.3 Analisa 1) Integritas pengamatan jaring harus dinilai berdasarkan :


-

Analisis

dari

baseline

yang

diamati

(dua)

kali

(penilaian

keseragaman)
-

Analisis terhadap perataan kuadrat terkecil jaring bebas (untuk menilai konsistensi data) Analisis perataan kuadrat terkecil untuk jaring terikat berorde lebih tinggi (untuk menilai konsistensi terhadap titik kontrol)
Akurasi komponen horizontal jaring akan dinilai terutama dari analisis ellip kesalahan garis 2D yang dihasilkan oleh perataan jaring bebas

2)

3) Koordinat benchmark dari hasil pengamatan GPS disajikan dalam system proyeksi UTM dan ellipsoid WRG 84. 4) Tinggi benchmark hasil ukuran GPS dikoreksi terhadap besaran undulasi (N) atau dikoreksi terhadap titik MSL yang ada disekitar lokasi.
4.2 Pengukuran Poligon

1) Alat ukur yang digunakan adalah Theodolit Total Station yang mempunyai ketelitian 5 dengan kemampuan memory minimal 15.000 titik. 2) Basis poligon meliputi daerah pemetaan yang merupakan jaring-jaring terbuka dan diikatkan ke titik tetap orde 0 atau orde 1 Bakosurtanal dan benchmark skala 1 : 5.000, kaki-kaki poligon harus sepanjang mungkin dan sistem statip tetap (fixed tripod) seperti yang diuraikan di bawah ini dipakai untuk mendapatkan ketelitian yang diisyaratkan. 3) Apabila mungkin titik-titik yang ada akan digunakan sebagai azimut awal dan azimut akhir, titik-titik tetap yang digunakan harus saling berhubungan dengan titik tetap yang lainnya. 4) Untuk kontrol orientasi harus dilakukan pengamatan azimut matahari, jika titk-titik tetap yang sudah tidak ada dan/atau pada interval 25 titik di sepanjang masing-masing poligon. 5) Statip harus ditempatkan pada tanah yang stabil untuk memperoleh hasil pengamatan sudut horizontal dan jarak yang teliti, poligon yang melalui daerah sawah harus di ikuti secara hati-hati untuk

menghindari lokasi-lokasi sulit di daerah genangan sawah atau pada pematang-pematang yang tidak stabil. 6) Semua theodolit harus dalam keadaan baik dan setelannya akan diperiksa terus selama pengamatan berlangsung, kolimasi akan diperiksa apabila melebihi 1 (satu menit), pelaksana pekerjaan harus menyiapkan semua catatan yang berkenaan dengan pemeriksaan dan penyesuaian peralatan yang dilakukan. 7) Theodolit harus mampu mengukur sampai 1 (satu detik ) dan dilengkapi dengan komponen yang diperlukan. 8) Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu pada saat melakukan sentering maka perlu digunakan 4 buah statip dan 4 buah

kiap (tribrach). Selama pengamatan berlangsung statip dan kiap tersebut harus tetap berada disatu titik, hanya target dan teodolit saja yang berpindah/berubah. 9) Di titik-titik dimana pekerjaan hari itu berakhir dan pekerjaan hari berikutnya mulai sentering harus dilakukan dengan hati-hati, hal yang sama berlaku juga pada waktu dilakukan pengamatan ulang ditempat yang sama. 10) Kedudukan nivo kotak dan pengunting optic harus sering diperiksa dengan bantuan unting-unting gantung dan penyesuaian-penyesuaian dilakukan bilamana perlu. 11) Sebelum pengamatan dilakukan theodolit harus disetel sebaikbaiknya, pengukuran sudut horizontal dan jarak dilakukan minimum 1 (satu) kali pengamatan dengan jumlah urutan pembacaan sebagai berikut : Bidik kiri (FL) untuk bacaan target belakang. Bidik kiri (FL) untuk bacaan target ke depan. Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke depan. Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke belakang 12) Ketelitian pengukuran poligon : Semua hasil pengamatan di reduksi di lapangan jika perbedaan antara keempat harga sudut yang diperoleh (2FL, 2FR) melebihi 5, maka harus dilakukan pengukuran ulang. Toleransi untuk kesalahan penutup pada azimut matahari harus 10 n dimana n adalah jumlah sudut, jika kesalahan penutupnya masih berada dalam toleransi maka sudut itu akan disesuaikan dengan azimut matahari dan jika toleransi tersebut dilampaui, maka azimut dan/atau sudut-sudut tersebut harus diulang.

Kesalahan penutup linear poligon utama tidak boleh lebih besar dari 1 : 10.000 dari panjang totalnya, poligon akan dijaga agar tetap pendek untuk menjamin bahwa kesalahan penutup pada jaring-jaring atau bagian tidak lebih dari satu meter.

4.3

Pengukuran Azimut Matahari

1) Untuk menentukan arah rencana trase saluran dilakukan Azimut matahari yang diamati pagi dan sore hari, masing-masing sedikitnya 3 (tiga) kali pengamatan, dalam satu seri tidak boleh lebih dari 30. 2) Pengamatan dilakukan sebagai berikut : Bidik kiri (target). Bidik kiri (matahari). Bidik kanan (matahari). Bidik kanan (target) Seri ini merupakan satu kali pengamatan. 3) Pembacaan sudut horizontal pada pengamatan azimut matahari harus diberikan koreksi akibat tidak mendatarnya kedudukan alat, koreksi ini sangat penting dan dapat dihitung dari hasil bacaan kedudukan gelembung nivo tabung tersebut atau apabila alat theodolit di lengkapi dengan kompensator otomatis, dari pembacaan lingkaran vertikal pada sudut kanan pada masing-masing sisi garis bidik. 4) Metode yang dipakai untuk menentukan azimut tergantung keinginan pelaksana pekerjaan, walaupun demikian hal-hal berikut harus diperhatikan bila akan digunakan azimut dengan metode ketinggian matahari. Pengamatan matahari dilakukan apabila tinggi matahari lebih besar dari 200 karena apabila dilakukan pengamatan pada waktu tinggi matahari dibawah 200 refraksi (pembiasan) menjadi terlalu besar dan

tidak menentu, jika mungkin usahakan ketinggian matahari di bawah 400. Pembacaan temperatur dan tekanan udara akan dilakukan untuk keperluan koreksi refraksi. Perlengkapan-perlengkapan tambahan yang diperlukan terdiri dari jam tangan yang ketepatannya dicocokkan satu menit sebelum tanda waktu resmi berbunyi, prisma Reoloff, tabel deklimasi matahari dan tabel refraksi. 5) Jika untuk pengukuran azimut digunakan metode sudut waktu maka bisa dilakukan pengamatan pada saat tinggi matahari di bawah 20, tetapi waktu pengamatan harus jauh lebih teliti.
4.4 Pengukuran Sipat Datar

1) Pengukuran sipat datar digunakan dengan alat ukur level automatic atau level automatic digital. 2) Sistem patok benchmark sudah terpasang sebelum dilakukan pengukuran sipat datar, pemindahan elevasi ke benchmark yang dibuat sesudah selesainya penyipatan datar tidak akan diterima. 3) Pengukuran digunakan alat rambu ukur metrik dan tatakan rambu yang terbuat dari metal, untuk jaring sipat datar utama digunakan alat sipat datar digital atau non digital 4) Setiap alat harus dicek kolimasinya (kesalahan garis bidik) setiap hari dengan menggunakan 2 patok-uji (peg test), mid-base atau cara-cara sejenis sampai dengan jarak 100 m, dalam metode mid-base dicari perbedaan tinggi antara dua titik, di mana hasil ukuran disaat alat ditempatkan di tengah harus dibandingkan dengan hasil ukuran di saat alat ditempatkan di dekat salah satu titik. Penyesuaian harus dilakukan apabila kesalahan kolimasinya labih dari 0,05 mm/m. Nivo

kotak dan kompensator otomatis juga harus selalu dicek secara teratur. Pelaksana pekerjaan harus membuat catatan lengkap mengenai seluruh hasil pengecekan dan penyesuaian yang telah dilakukan. 5) Rambu ukur ditempatkan pada tatakan dari metal pada setiap pengukuran (kecuali pada benchmark atau benchmark sementara). Juru ukur harus menginstruksikan kepada pemegang rambu, agar rambu ukur selalu tepat vertikal dengan menggunakan stafflevel atau
carpenters level (penempatannya harus juga dicek).

6) Metode stan ganda (double-stand) pada pengukuran sifat datar tidak boleh digunakan, jarak bidikan tidak diperkenankan lebih dari 50 m. Bidikan ke belakang kira-kira sama dengan bidikan ke muka, untuk menghindari kesalahan kolimasi. Tidak dibenarkan melakukan pembidikan silang (intermediate sight). 7) Pembacaan rambu tidak boleh dilakukan melebihi 20 cm dari batas bawah rambu dan juga 20 cm dari batas bagian atas rambu. 8) Untuk membantu pelaksanaan pengukuran titik-titik rincik ketinggian dianjurkan agar titik tinggi sementara dipasang pada waktu pengukuran sipat datar utama antara lain : gorong-gorong, tangga rumah, lantai pengeringan padi, dan lain sebagainya. Titik-titik tersebut ditandai serta dicatat secara lengkap. 9) Juru ukur harus memasukkan data-data mengenai tinggi dan rendahnya hasil ukuran pada setiap formulir yang sudah ditentukan, bacaan belakang, bacaan muka, beda tinggi h (+ dan -) harus dijumlahkan. Perbedaan antara hasil bacaan belakang, dan muka harus sama dengan hasil beda tinggi (h), hanya merupakan pengecekan aritmatik dapat menghindarkan kesalahan yang tidak terlihat karena data yang tidak benar.

10) Pengecekan harus dilakukan pada setiap halaman dan setiap bagian pengukuran sipat datar, secara sistematis setiap hari, serta harus ditandatangani oleh juru ukur yang bersangkutan. 11) Ketelitian sipat datar sebagai berkut : Jalur utama yang pada umumnya merupakan jaring terbuka yang terikat dengan titik referensi harus diukur dua kali yaitu pergi dan pulang, perbedaan antara kedua harga untuk masing-masing seksi harus kurang dari 10k mm, dimana k adalah jarak dalam km antar benchmark tersebut.
4.5 Pengukuran Situasi Rencana Trase Saluran

1) Menentukan elevasi tanah untuk situasi trase saluran akan dilakukan dengan metode potongan melintang sedangkan detail-detail yang ada di antara potongan-potongan melintang akan ditentukan dengan pengukuran rincikan agar variasi dalam relief dapat digambarkan dengan tepat pada waktu dilakukan penggambaran kontur. 2) Semua jarak diukur langsung di lapangan dengan menggunakan alat total station. 3) Jarak antara potongan melintang yang akan diambil tegak lurus terhadap as saluran adalah sekitar 50,0 meter untuk saluran lurus dan 25,0 meter untuk potongan saluran melengkung, atau menurut petunjuk pemilik pekerjaan. 4) Letak potongan-potongan melintang akan ditetapkan dengan menggunakan patok-patok kayu seperti dijelaskan di atas, poligon (garis kerangka peta situasi trase saluran) yang terbentuk oleh patokpatok itu, akan sedekat mungkin mengikuti trase saluran yang ditunjukkan yang ditandai pada peta skala 1 : 5.000.

5) Poligon harus tertutup terhadap titik terdekat yang sudah ditetapkan (benchmark atau penanda azimut) guna mencek ketelitian. 6) Potongan melintang yang akan diukur akan membentang sedikitdikitnya 75.0 meter di kedua sisi as saluran atau mengikuti petunjuk dari pemilik pekerjaan. 7) Semua jalan air berapapun ukurannya (saluran, pembuang, parit-parit di sawah) akan diamati termasuk lebar dasar, elevasi dan arah aliran . 8) Semua tampakan seperti rumah-rumah, fasilitas, jalan, jembatan, gorong-gorong, pagar, patok beton dan vegetasi (jenis dan kerapatannya) akan dicatat. 9) Bahan-bahan khusus yang dijumpai di permukaan tanah, seperti batuan, rawa-rawa, tanah longsor dan sebagainya harus dicatat. 10) Ketinggian-ketinggian software total station. 4.5.1 Pengukuran Situasi Lokasi Khusus Pengukuran situasi lokasi khusus maksudnya adalah lokasi trase saluran yang memotong sungai atau lembah dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Lokasi khusus sebagaimana ditunjukkan pada peta skala 1 : 5.000 di mana trase saluran memotong sungai atau lembah yang lebar, alur saluran akan diukur dengan potongan melintang dari jarak 500 meter ke hulu sampai 500 meter ke hilir dari titik potong, potongan melintang ini akan dibuat 10,0 meter jauhnya. 2) Bila trase saluran memotong sungai atau lembah yang kecil maka alur saluran akan diukur dengan potongan melintang dari jarak 100 meter ke hulu sampai 100 meter ke hilir dari titik potong, potongan melintang ini akan dibuat 10,0 meter jauhnya. potongan melintang akan dicatat dalam

3) Detail-detail berikut akan ditentukan dan dicatat : Elevasi maksimum banjir. Tinggi normal permukaan air dan tanggal pencatatan. Sifat-sifat bahan tanah di dasar dan pinggir sungai atau lembah Tumbuhan atau tanaman yang punya nilai tinggi 4) Ketinggian-ketinggian di dalam potongan melintang akan dicatat dalam software total station. 5) Ketelitian titik-titik tinggi potongan melintang akan ditentukan sebagaimana diuraikan bawah.
4.5.2 Pengukuran Melintang Titik Rincik (Detail) Antara Potongan

1) Titik-titik tinggi di antara potongan-potongan melintang akan dicatat sebagai berikut: Posisi tinggi diukur dengan cara tacheometri. Posisi titik dan jarak langsung terukur dengan software alat total station dan dicatat dengan penjelasan singkat mengenai posisi titik rincik, misalnya sawah, kampung, tanggul jalan (bagian atas atau bawah), dasar sungai. Jarak ke titik-titik rincik tidak boleh lebih dari 100 m. Cara tacheometri hanya dapat dipakai untuk penentuan tinggi titik rincik di daerah curam dan hanya atas persetujuan pemilik pekerjaan. Daerah landai titik-titik tinggi akan diambil dengan beda tinggi maksimum 0,25 meter atau pada setiap 20 meter di lapangan mana saja yang lebih segera dapat dicapai. Daerah yang tidak teratur misalnya di daerah berbukit-bukit, perbatasan kampung, lembah dan semacamnya, titik-titik tinggi

dengan jarak yang lebih pendek agar bisa diperoleh gambar yang lebih jelas dengan situasi lengkap di daerah ini. 2) Pada umumnya titik-titik tinggi akan diberikan di semua lokasi di mana kemiringan bisa berubah dan di tempat-tempat di mana bisa terjadi perubahan ketinggian secara mendadak. 3) Pada daerah sawah titik rincik ketinggian harus ada pada setiap sawah tersebut yang kira-kira jaraknya lebih dari 50 x 50 m, untuk daerah pengukuran yang tidak luas selang/jarak antara tiap titik kira-kira 75 m, untuk daerah sawah yang kering rambu ukur harus ditempatkan tepat ditengah, untuk daerah sawah basah rambu ukur boleh ditempatkan di tepi sawah tersebut (tidak di pematang), rambu ukur tidak boleh ditenggelamkan pada tanah sawah tersebut tetapi diletakkan setinggi permukaan tanah sawah dan harus dilakukan dengan hati-hati. 4) Lokasi dari titik rincik tersebut harus diletakkan pada perbatasan antara kampung dan sawah, satu titik pada sawah yang lainnya di kampung, apabila jalan melewati sawah maka titik rincik tersebut harus ditempatkan satu titik pada jalan dan titik lainnya pada kedua sisi sawah. 5) Rincik ketinggian akan diambil sepanjang dasar dari lembah-lembah baik yang memiliki anak sungai maupun yang tidak dan pada punggung bukit serta pada titik-titik bukit yang teratas. 6) Pelaksana pekerjaan harus memeriksa apakah rincik ketinggian di lapangan sudah diamati secara memadai sesuai dengan perubahanperubahan elevasi antara rincik ketinggian dan detail yang diperlihatkan dalam peta.

4.5.3 Ketelitian Pengukuran Titik Rincik

1) Seluruh perhitungan rincik ketinggian harus diselesaikan dan diperiksa ketelitiannya sebelum meninggalkan lapangan. 2) Ketinggian relatif tinggi titik rincik harus memenuhi ketelitian 5 cm. 3) Harga tinggi titik rincik dihitung sampai dengan sentimeter terdekat, posisi titik-titik tersebut ditandai dengan koma (titik) desimal dari harga ketinggiannya atau koma yang terpisah dengan menggunakan tanda panah apabila detailnya menjadi kabur karena nomor-nomor lokasi sebelumnya. 4) Semua titik rincik diberi nomor yang jelas sehingga pemeriksaan yang dilakukan lewat lembar-lembar pengamatan pada tahap berikutnya akan lebih mudah. 4.6 Pencatatan, Reduksi, Pemrosesan Hasil Pengamatan di Lapangan Pencatatan, reduksi, pemrosesan hasil pengamatan di lapangan harus mengikuti ketentuan di bawah ini : 4.6.1 Pencatatan 1) Seluruh proses perhitungan koordinat (x,y) dalam proyeksi UTM, tinggi (z) terhadap permukaan air laut rata-rata, azimut matahari, dan perhitungan titik detail menggunakan software distributor alat merk apa saja yang berlaku di Indonesia. 2) Pelaksana pekerjaan harus menyerahkan laporan hasil hitungan dengan menggunakan software dari distributor alat alat merk apa saja dalam bentuk softcopy VCD atau DVD.

3) Penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan dimasukkan ke lembar pengamatan sementara pekerjaan berlangsung, hal ini menyangkut nama pengamat, tanggal, nomor titik, nomor alat juga penjelasanpenjelasan lainnya seperti ketinggian alat, temperatur dan tekanan udara, seluruh lembar data harus disertai tanggal dan tanda tangan pengamat dan orang yang telah melakukan pemeriksaan. 4) Seluruh laporan pengamatan yang dilakukan di lapangan diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan, termasuk juga bagian-bagian yang telah diulang, yang disebut terakhir ini harus ditandai dengan jelas sehingga bisa saling dicocokkan. 4.6.2 Reduksi 1) Koordinat (x,y) perlu di reduksi dan dirata-ratakan pada setiap titik dan diperiksa apakah memenuhi toleransi yang sudah ditetapkan, reduksi koordinat (x,y) termasuk juga koreksi kesalahan titik nol alat, dan koreksi faktor skala dimana dianggap perlu. 2) Pengamatan di lapangan perlu di reduksi setiap harinya lalu ditandatangani, disertai tanggal pemeriksaan oleh pelaksana pekerjaan, hasil pengamatan harus disimpan dengan rapi dan diberi nomor referensi agar mudah di cari bilamana diperlukan dikemudian hari, bila sudah diarsipkan, hasil-hasil pengamatan itu tidak boleh dibawa ke lapangan lagi. 4.6.3 Pemrosesan Data 1) Penghitungan harus dilakukan di lapangan untuk memeriksa apakah pengamatan telah sesuai dengan standar ketelitian. 2) Untuk kontrol planimeter ini meliputi : Pengecekan hasil penghitungan koordinat.

Pengecekan penutup koordinat tertutup. Pengecekan azimut antara titik-titik triangulasi dan hasil pengamatan. Penyesuaian kesalahan koordinat. Penghitungan dari x dan y untuk mencek hasil planimetrik. 3) Untuk kontrol ketinggian kegiatan pemrosesan ini meliputi : Pemeriksaan hasil hitungan dari Bacaan belakang, Bacaan muka, Perbedaan tinggi (h). Perhitungan h untuk seksi-seksi antara titik-titik tetap (benchmark) . Perhitungan dari tiap loop/kring. Perataan dari loop dengan metode Dell (atau metode lainnya), agar memperoleh ketinggian yang tepat untuk dipakai pada perhitungan rincik ketinggian nantinya. 4) Perhitungan blok-blok pengukuran lapangan harus disesuaikan dengan batas-batas trianggulasi udara, hal ini dimaksudkan untuk menghindari kelambatan pada tahapan selanjutnya. 5) Apabila hasil pekerjaan lapangan telah disetujui oleh pengawas, hasil pengamatan serta hasil hitungannya segera dikirim ke kantor pelaksana pekerjaan untuk dilakukan perhitungan akhir. 6) Penyesuaian planimetri harus dihitung mencakup seluruh titik-titik trianggulasi yang ada di lapangan. 7) Penyesuaian titik-titik poligon harus sesuai dengan jarak, hal ini berarti bahwa koreksi dalam koordinat simpangan timur (easting) sama dengan: salah-penutup dalam simpangan timur --------------------------------------------------- x jarak akumulasi jumlah jarak poligon seluruhnya Hal yang sama berlaku untuk simpangan utara.

8) Seluruh hasil penghitungan, pengamatan dan informasi seperti yang didaftar dibawah ini harus diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan dalam bentuk sementara. Urutan cara perhitungan loop atau jalur koordinat antara benchmark. Kesalahan penutup sudut pada setiap bagian/seksi, azimut kontrol atau azimut yang diperoleh dari loop yang berdekatan, bersama-sama dengan jumlah titik dalam setiap seksi. Kesalahan penutup linier x, y dari setiap loop atau jalur koordinat antara titik-titik simpul dan kesalahan penutup fraksi yang dipilih dengan jumlah titik. Detail-detail hasil pengamatan yang ditolak, diragukan, tidak dipakai lagi.
5. PENGGAMBARAN PETA RENCANA TRASE SALURAN SKALA 1 : 2.000 Penggambaran dilakukan dengan Autocad ukuran A-1 type apa saja yang dikeluarkan dari distributor tunggal yang berlaku di Indonesia, mengikuti ketentuan dibawah ini :

VCD atau DVD untuk mendapatkan persetujuan

5.1

Peta Situasl Rencana Trase Saluran dengan interpolasi kontur 0,5 meter.

1) Secara umum kemiringan untuk situasi trase saluran akan ditunjukkan 2) Untuk mencegah terlalu padat garis kontur pada detail peta situasi trase yang mengakibatkan kekurangjelasan dan agar bentuk permukaan tanah tetap tergambarkan dengan memadai, tabel berikut ini dapat digunakan sebagai dasar penentuan interval garis kontur :

Kemiringan 0-2% 2-5% 5 20 % Lebih curam dari 20 %

Interval 0.5 m 1.0 m 2.0 m 10.0 m

3) Indeks kontur harus ada pada interval 10 m pada semua hal kecuali di mana keseluruhan pemetaan harus digambarkan dengan kontur 0,5 dan 1,0 m maka indeks kontur harus ada pada interval 5 m. 4) Kriteria yang diberikan hanya merupakan panduan saja, tujuannya adalah untuk menjaga kesamaan garis kontur pada seluruh lembar peta (kecuali di daerah yang sangat curam/terjal), walaupun demikian perubahan interval dalam lembar peta akan diizinkan dalam hal adanya perubahan kecuraman menyeluruh dalam suatu daerah tetapi tidak dalam hal perubahan kemiringan setempat. 5) Semua garis kontur harus benar sesuai dengan ketentuan dalam penarikan interval kontur, dan sekurang-kurangnya 85% dari semua kontur harus mempunyai harga yang sesuai dengan harga (setengah) interval kontur apabila dicek berdasarkan hasil pengukuran lapangan dengan alat ukur sipat datar yang diikatkan dari kontrol titik tetap (benchmark) yang terdekat, semua kontur tersebut harus masuk toleransi dengan pergeseran dalam perubahan posisi vertikalnya yang telah diplot tidak lebih dari 0,5 milimeter atau 1/10 jarak mendatar antara kontur tersebut dan dimana saja di dalam skala peta yang dianggap lebih besar dapat diterima. 6) Apabila ada 2 (dua) kontur atau lebih yang berdekatan dan hampir berimpit (misalnya batas kampung, tanggul, jalan, kelokan saluran) kontur digambarkan dengan garis putus-putus .

7) Detail mengenai metode kontur yang digunakan harus jelas dicantumkan pada semua lembar peta, termasuk informasi mengenai datum (duga) titik tinggi dan sumber informasi yang dipakai. 8) Titik rincik harus digambar selambat-lambatnya sebelum penggambaran halus garis kontur dan sebelum dilakukan interpolasi garis kontur atau editing. 9) Titik rincik harus ditulis dengan menggunakan ukuran 1,5 mm, letak titik rincik harus diindikasikan sampai dengan fraksi desimal, jika bentuk detail terganggu oleh harga titik rincik maka angkanya dapat ditulis di sebelahnya. 10) Semua garis kontur digambar dengan menggunakan ukuran 0,1 mm kecuali untuk indeks kontur digunakan ukuran 0,3 mm, harga-harga garis kontur dituliskan hanya pada indeks kontur setiap lima garis kontur. 11) Harga-harga garis kontur dituliskan dengan arah dari puncak ke lereng, secara kasar untuk pengarahan, diperlihatkan sebagai berikut :
Benar 29 Benar 30 Benar 32 31 30 29 Benar salah 28 29 30 31 salah

12) Garis kontur harus berhenti pada jalan-jalan raya dan sungai-sungai besar, dalam hal ini garis kontur tidak boleh digambarkan memotong sungai tetapi harus berhenti pada salah satu tebing sungai dan selanjutnya bersambung pada tebing sungai yang di seberang lainnya.

5.2

Penulisan Nama, Benchmark, Grid

31 32

indek kontur 0.5m kontur 1m kontur

1) Nama-nama sungai, kampung, gunung dsb, ditulis pada peta dengan ukuran huruf tersebut adalah sbb : Kampung dengan ukuran 0,3 mm. Sungai ukuran huruf seimbang dengan lebar sungai, aliran sungai harus digambarkan dengan tanda panah. Nama ditulis dengan huruf besar tiap awal tulisan, contoh : Tanah Merah, bukan TANAH MERAH. 2) Benchmark ditulis dengan cara di atas ukurannya 2 mm, dapat dilihat bentuknya sbb:
N o m o r p ila r (B M ) T in g gi p ila r (B M )
3m m

T R 24 4 2 .7 6

2m m 2m m

Posisi benchmark harus dicek pada deskripsi lapangan dari titik tersebut untuk memastikan bahwa pengeplotan yang dilakukan sesuai dengan detail sekelilingnya, titik-titik tetap yang ada juga diplot dengan cara yang sama tetapi simbolnya berbentuk segitiga. 3) Garis silang (grid) panjang 10 x 10 mm, dan pada sisi peta garis silangnya sepanjang 5 mm dan koordinat-koordinat garis silang ditulis di dalam atau di luar batas lembar peta bergantung dari keinginan pemilik pekerjaan, koordinat-koordinat tersebut ditulis dengan selang 250 m sepanjang keempat sisi dari peta, angka harus ditulis dengan tinggi tulisan 2,5 mm. 3) Kertas yang akan dipakai adalah transparan stabil atau yang sejenis, peta-peta dilengkapi dengan keterangan (legenda) situasi menurut standar yang berlaku berkenaan dengan ukuran garis, arsiran dan simbol yang diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan.
5.3 Peta Situasi Lokasi Khusus

Dimensi peta, blok judul dan tebal garis akan sesuai dengan standar yang sudah diberikan oleh pemilik pekerjaan. Simbol-simbol standar situasi, titik duga (datum) yang dipakai untuk kontrol horizontal dan vertikal serta data-data teknis yang lain akan diperlihatkan pada lembar peta. Pada tiap lembar set peta akan menunjukkan peta petunjuk lembar. Pada gambar-gambar tersebut aliran saluran akan diarahkan dari kiri ke kanan. Garis hubung untuk lembar di sebelahnya dari masing-masing peta adalah berupa garis koordinat, tanpa pertampalan (overlap). Semua titik-titik poligon akan diplot dengan koordinat sebelum memplot penunjuk ketinggian. Semua benchmark akan ditunjukkan dalam semua gambar yang bersangkutan dengan perencanaan, deskripsi dan elevasi. Garis-garis kontur situasi akan digambar dengan Autocad ukuran A-1. Peta-peta itu akan memperlihatkan semua tampakan (feature) buatan yang biasanya ditunjukkan pada peta-peta situasi, tampakantampakan ini termasuk (tetapi tidak perlu dibatasi sampai pada) halhal berikut : batas-batas dan jenis pengolahan tanah, padang rumput, hutan, hutan belantara dan rawa- rawa. jalan-jalan, saluran, parit-parit sawah dan bangunan-bangunan yang ada. batas-batas desa, kelompok rumah, termasuk elevasi tanah desa. elevasi banjir besar. batu singkapan, daerah-daerah berpasir atau berbatu-batu. interval kontur akan diatur seperti telah diuraikan di atas.

Peta situasi saluran akan selalu digambar terpisah dari peta situasi umum dengan skala 1 : 2.000. Peta peta lokasi khusus akan dibuat dengan aliran saluran dari kiri ke kanan, skala peta akan dibuat 1 : 100, 1 : 200 atau 1 : 500 agar seluruh daerah yang diukur bisa diliput dalam satu lembar peta. Interval kontur adalah 0,25 m untuk skala 1 : 100 dan 1 : 200, dan

0,50/0,25 meter untuk skala 1 : 500.

5.4

Peta Potongan Melintang Pada gambar-gambar tersebut menunjukkan potongan-potongan melintang sebagai berikut : nomor masing-masing potongan melintang. semua titik-titik tinggi potongan melintang yang berhasil diamati di lapangan serta jarak antara titik-titik itu. sebuah garis vertikal yang menunjukkan titik potong as dan potongan melintang saluran, jika dalam satu gambar dijumpai beberapa as sekaligus dalam potongan melintang, maka as-as itu akan digambar ke arah vertikal, satu di atas yang lain. potongan-potongan melintang akan digambar menghadap ke arah aliran hilir. potongan-potongan melintang akan digambar dengan skala 1 : 200 atau 1 : 100 ke arah horizontal dan vertikal.

5.5

Peta Potongan Memanjang

1) Peta situasi saluran dan potongan memanjang bentang saluran yang sama yang mengalir dari kiri ke kanan akan di gambar pada lembar yang sama. 2) Panjang potongan memanjang adalah panjang total trase saluran sebagaimana ditetapkan di lapangan. 3) Bila potongan memanjang dan dengan demikian juga peta situasi saluran harus digambar pada beberapa lembar kertas maka jarak akumulasi (chainage) akan diteruskan pada setiap lembar berikutnya, jarak akumulasi dalam kilometer dengan dua desimal, dimulai dari pengambilan di dekat bendung untuk saluran primer atau di bangunan sadap dari saluran primer untuk saluran sekunder. 4) Pada gambar itu, yang memperlihatkan potongan memanjang saluran, hal-hal berikut akan ditunjukkan : nomor-nomor potongan melintang. jarak antara potongan-potongan melintang dan jarak akumulasi bentang saluran. elevasi tanah pada titik potong trase saluran dan potongan melintang. skala untuk potongan-potongan memanjang adalah 1 : 2.000 ke arah horizontal dan 1 : 200 ke arah vertikal, atau 1 : 100 ke arah vertikal, menurut pengarahan dari pihak pemilik pekerjaan. 6. METODA PENGUKURAN RENCANA TRASE SALURAN SISTEM IP
Metoda pengukuran trase saluran sistem IP menunjukkan trase saluran tersebut sudah ada kepastian arah trase saluran sehingga ada kepastian dimana lokasi benchmark harus dipasang, sedangkan pengukuran poligon, sipat datar, azimut matahari, potongan

memanjang, potongan melintang, dan penggambaran

sama dengan ketentuan metoda pengukuran trase sistem kontur.

6.1 Pemasangan Benchmark dan Patok Kayu

1) Sepanjang jalur trase akan dipasang 3 (tiga) macam benchmark yaitu benchmark A, B dan C dimana benchmark tersebut diberi warna untuk membedakan satu dan lainnya Benchmark A diberi warna merah, B warna putih dan C warna kuning. 2) Benchmark A dipasang pada ujung awal, ujung akhir, dan tiap jarak 2,5 km dari trase saluran. 3) Benchmark C dipasang pada ujung awal, ujung akhir, dan tiap jarak 5 km dari trase saluran. 4) Benchmark A dan C digunakan untuk pengamatan azimut matahari, benchmark C sebagai target azimut sisi poligon, jarak antara benchmark A dan C sekitar 100 m-150 m dan trase C harus terlihat dari benchmark A. 5) Benchmark B juga dipasang pada lokasi titik potong (IP) final. 6) Benchmark B dipasang pada (sekitar) lokasi bangunan dan benchmark C sebagai penanda azimutnya. 7) Benchmark A dan C dipasang 50 m dari sumbu trase saluran kecuali benchmark B untuk IP. 8) Lokasi benchmark pada trase harus dicantumkan juga pada peta 1 : 5.000. 9) Tiap benchmark harus dibuat sketsa lokasinya dan difoto dalam 5 (lima) posisi yaitu 4 (empat) posisi mata angin dan 1 (satu) dari atas. 10) Agar mudah di kenal dari jauh, maka patok-patok kayu yang dipasang sepanjang trase saluran diberi warna sebagai berikut :

Merah untuk patok-patok profil tiap jarak 50 m dan patok-patok pada lengkungan. Putih untuk patok-patok poligon sementara. Kuning untuk patok-patok sipat datar sementara Ukuran kayu 5 cm x 5 cm x 40 cm, ditanam sedalam 30 cm dan 10 cm muncul di atas permukaan tanah.
6.2 Penyelusuran Trase Saluran

1) Penelusuran dan pemasangan patok IP (sementara) dilakukan oleh tenaga-tenaga perencanaan dan pengukuran. 2) Penelusuran dan pemasangan patok IP (sementara) berdasarkan tata letak pendahuluan saluran di atas peta skala 1 : 5.000. 3) Lokasi IP (sementara) dilapangan dinyatakan dengan patok kayu berwarna putih. 4) Lokasi IP (final) dilapangan harus dinyatakan melakukan dengan pengukuran pilar beton (benchmark) tipe B warna putih. 5) Pelaksana pekerjaan tambahan seandainya ada instruksi dari Perencana.
(UNTUK PEKERJAAN PENGUKURAN POLIGON, SIPAT DATAR, AZIMUT MATAHARI KETENTUANNYA SAMA SEPERTI DI ATAS)

6.3

Pengukuran Potongan Memanjang dan Melintang

1) Pengukuran penampang melintang dilakukan tiap interval jarak 50 meter (untuk jarak trase lurus). 2) Untuk trase yang berbelok dilakukan tiap interval lebih kecil dari ketentuan tersebut di atas dengan memperhatikan busur kelengkungannya yaitu tiap 25 meter.

3) Bila trase saluran melintas (memotong) sungai besar, lembah besar, maka harus dibuat penampang melintang dan memanjang sungai/lembah tersebut dengan ketentuan : Penampang melintang dibuat 200 m ke udik dan 200 m ke hilir dari pertemuan tersebut. Penampang melintang tiap 50 m untuk bagian yang lurus dan 25 m untuk bagian yang berbelok-belok dengan lebar 75 m ke kiri dan 75 m ke kanan dari tepi saluran. Penampang memanjang skala jarak 1 : 2.000 dan skala tinggi1 : 200 Penampang melintang, skala jarak 1 : 200 dan skala tinggi1 : 200 4) Bila trase saluran memotong sungai/lembah kecil, maka harus dibuat : Penampang melintang 100 m ke udik dan 100 m ke hilir. Penampang melintang dibuat tiap 25 meter untuk bagian yang lurus dan untuk belokan harus ditambah pada belokannya. Skala seperti di atas. 5) Setiap perubahan elevasi tanah harus diambil sebagai titik detail untuk penampang melintang/memanjang. Pengukuran penampang melintang saluran adalah tegak lurus trase dengan lebar 75 m ke kiri dan 75 m ke kanan (sudut profil melintang harus diukur). Jarak-jarak penampang melintang diambil secara optis dengan membaca ketiga benang pada alat ukur, yaitu benang atas, benang tengah dan benang bawah atau dengan pita ukur baja sampai pembacaan dalam sentimeter. Sketsa dari pengukuran harus dibuat dengan rapih dan jelas, untuk memudahkan penggambaran.
(KETENTUAN PENGGAMBARAN SAMA SEPERTI DIATAS)

7.

METODA PENGUKURAN RENCANA TRASE SALURAN TERSIER

Pengukran trase tersier dilaksanakan setelah tata letak jaringan tersier telah disetujui oleh pemilik pekerjaan sehingga trase saluran tersier sudah ada kepastian arah dan jarak, tidak diperlukan pemasangan benchmark baru tetapi menggunakan benchmark yang ada sepanjang jaringan utama dan sekunder. 7.1 Pengukuran Poligon

Sudut horizontal pada setiap titik poligon harus di ukur dengan alat yang mempunyai ketelitian di atas 1. Jarak antar patok kayu adalah 50 m dan harus diukur sekurangkurangnya dua kali dengan pita ukur, metode spring station tidak diperbolehkan. Setiap boks kuarter atau tersier harus merupakan titik poligon. Pengamatan matahari untuk kontrol azimut harus dilakukan setiap 50 titik poligon. Untuk pembacaan sudut akan dipakai metode pembacaan satu seri. Pengukuran poligon mulai dari bangunan yang sudah ada atau yang baru direncana dan mengikuti arah aliran air. Pengukuran poligon mulai dan berakhir pada titik kontrol, dan harus diplot untuk menggambarkan trase saluran. Ketelitian sudut adalah 2,5N, dimana N = jumlah sudut. Ketelitian linier adalah 1/1.000. Jika ternyata gambarnya berbeda dari tata letak akhir (definitive) yang telah di buat sebelumnya, maka harus dilakukan pengukuran ulang.
7.2 Pengukuran Sipat Datar

Bila trase saluran yang akan diukur adalah trase baru maka elevasi bagian atas patok kayu dan elevasi tanah harus langsung di ukur sipat datar.

Elevasi bagian atas setiap patok (5 cm) harus diukur sekurangkurangnya dua kali dengan pengukuran sipat datar. Sipat datar harus di ukur dua kali dengan arah yang berlawanan. Kesalahan penutup dalam penyipatan datar yang telah disebutkan di atas harus kurang dari kesalahan yang diizinkan dan diperkirakan, kesalahan yang diizinkan (mm) = 10 mm D dimana D = jarak total penyipatan datar ( km). Jika trase saluran yang baru bertepatan dengan trase saluran yang sudah ada maka elevasi patok, dasar saluran dan tinggi tanggul kanan dan kiri harus diukur. Jika trase saluran yang baru bertepatan dengan tanggul sawah, maka permukaan tanah yang harus diukur adalah yang lebih tinggi. Penyipatan datar harus mulai dan berakhir pada titik kontrol.
7.3 Pengukuran Potongan Melintang dan Memanjang

Alat yang dipakai untuk pekerjaan ini adalah automatic level . Pengukuran potongan melintang harus dilakukan di setiap titik dengan lebar minimum 7,5 meter untuk masing-masing sisi as saluran. Lebar pengukuran harus ditambah di tempat-tempat tertentu jika hal ini dikehendaki oleh pemilik pekerjaan. Untuk pengukuran ini, dapat dipakai metode stadia (stadia surveying method) atau menggunakan pita ukur. Pada lokasi bangunan harus dilakukan pengukuran potongan melintang. Potongan melintang harus dibuat setiap jarak 50 m dan untuk daerah berkelok-kelok setiap jarak 25 m. Sketsa relief lapangan harus dicatat dalam buku ukur pada waktu melakukan pengukuran potongan melintang.

7.4 Pengukuran Rencana Trase Saluran Tersier


Lebar trase saluran yang diukur minimum 7,5 m dengan skala 1 : 2.000 dan interval garis-garis kontur 0,5 m. Trase harus sejauh mungkin mengikuti tanggul sawah. Sketsa kondisi lapangan harus dicatat dalam buku ukur pada waktu dilakukan pengukuran topografi. Untuk menghindari kekeliruan trase saluran, gambar-gambar

pengukuran situasi harus cocok dengan tata letak akhir. Tanggul, jalan dan sebagainya harus di ukur jika di lewati oleh trase saluran.

7.5

Perhitungan dan Penggambaran

Perhitungan dilaksanakan sebagai dasar penggambaran di samping untuk memeriksa ketelitian pengamatan dengan ketentuan sebagai berikut :
7.5.1 Perhitungan

Koordinat masing-masing titik potongan harus di ukur dengan system proyeksi seperti peta dasar skala 1 : 2.000, perhitungan dilakukan dengan metode Bowdich. Kontrol horizontal akan mencakup : Sudut rata-rata dan jarak rata-rata aritmatik metode stadia dan pita ukur. Cek penutup sudut untuk jaring-jaring tertutup (closed loop). Cek azimut antara titik ikat atau azimut matahari. Perataan kesalahan penutup. Perhitungan x, y untuk mencek penutup planimetris. Kontrol tinggi akan mencakup :

Cek perhitungan untuk bidikan ke belakang, bidikan ke muka, h. Perhitungan h untuk seksi-seksi antara dua benchmark. Perhitungan jaring-jaring (loop). Seluruh titik poligon harus di hitung dengan proyeksi yang sama dengan skala 1 : 2.000. Konsultan boleh menggunakan system yang umum di pakai di daerah setempat dengan seizin pemilik pekerjaan. Koordinat-koordinat sistem proyeksi tidak boleh memakai metode grafis. Jarak dan tinggi tempat akan dihitung dengan metoda trigonometris dan tacheometri.
7.5.2 Penggambaran

Konsep peta dan gambar harus di buat pada kertas millimeter yang berkualitas baik. Titik poligon di gambar dengan titik poligon koordinat bukan dengan metode grafik kecuali untuk titik tinggi. Jalur poligon dan kontrol vertikal harus di gambar pada peta. Titik tinggi harus di plot pada peta hingga sentimeter. Lembar indeks peta di gambar berdasarkan grid peta. Pertampalan (overlap) peta adalah 5 cm. Garis-garis kontur diplot dengan menginterpolasikan permukaan tanah asli sawah bukan dari tanggul sawah. Keterangan peta (legenda) harus sesuai dengan yang digunakan dalam Buku Petunjuk Perencanaan Peta Tersier dari Direktorat Irigasi.
7.5.3 Penggambaran Situasi Rencana Trase Saluran Tersier

Peta situasi trase saluran tersier harus disetujui oleh pemilik pekerjaan. Peta topografi trase harus digambarkan pada kertas transparan stabil. Jika mungkin peta tersier tercakup dalam satu lembar peta jika tidak mungkin boleh beberapa lembar peta dengan pertampalan 5 cm. Peta-peta dan gambar-gambar berikut dengan skalanya harus diserahkan kepada pemilik pekerjaan Peta topografi daerah irigasi dengan ketentuan sebagai berikut :
o o

daerah datar skala 1 : 2.000 dan interval garis kontur 0,25 m. daerah berbukit-bukit skala 1 : 200 dan interval garis kontur m. Peta topografi trase saluran dengan skala 1 : 2.000. Gambar-gambar potongan memanjang dengan skala horizontal dan vertikal 1 : 2.000. 0,50

SUB BAGIAN4 PEMETAAN SITUASI SUNGAI DAN LOKASI BENDUNG

DAFTAR ISI PEMETAAN SITUASI SUNGAI DAN LOKASI BENDUNG

1. IKHTISAR PEKERJAAN 1.1 Umum 1.2 Ruang Lingkup Pekerjaan 1.3 Basis Survei

2. HASIL DAN DATA YANG DISERAHKAN KEPADA PEMILIK PEKERJAAN

3. METODE PENGUKURAN SITUASI SUNGAI 3.1 Pemasangan Benchmark 3.2 Pengukuran Sudut Horizontal (Poligon) 3.3 Pengamatan Azimut Matahari 3.4 Pengukuran Sudut Vertikal 3.5 Pengukuran Sipat Datar 3.6 Pengukuran Ditil Sungai 3.6.1 Pengukuran Titik Detail Antara Penampang melintang 3.6.2 Ketelitian Titik Detail 3.7 Pencatatan, Reduksi dan Pemrosesan Data 3.7.1 Pencatatan 3.7.2 Reduksi 3.7.3 Pemrosesan

4. PENGGAMBARAN SITUASI SUNGAI 4.1 Peta Situasi Sungai 4.2 Penampang Melintang 4.3 Penampang Memanjang

5. METODE PENGUKURAN SITUASI LOKASI BENDUNG 5.1 Pemasangan Benchmark 5.2 Pengukurann Sudut Horizontal (Poligon), Azimut Matahari, Sudut Vertikal, Sipat Datar 5.3 Pengukuran Detail Lokasi Bendung 5.4 Pencatatan, Reduksi dan Pemrosesan Hasil Lapangan

6. PENGGAMBARAN SITUASI LOKASI BENDUNG

1.

IKHTISAR PEKERJAAN

1.1

Umum

Pemetaan

situasi

sungai

dilaksanakan

minimal

sepanjang 2 (dua) km (satu km ke arah upstream dan satu km ke arah downstream dari rencana bendung) dengan skala 1 : 2.000 sedangkan pemetaan lokasi bendung dilaksanakan minimal sepanjang 1 (satu) km (0.5 km ke arah upstream dan 0.5 km ke arah downstream dari rencana bendung) dengan skala 1 : 500, hal ini untuk menunjang perencanaan bendung dan komponen lainnya. Dalam hal ini data-data situasi sepanjang sungai dan lokasi bendung dengan lebar kiri-kanan sungai yang sudah ditentukan dan data-data situasi lokasi bendung sehingga diperlukan koordinat(x,y) dan tinggi(z) serta situasi lokasi yang memenuhi syarat dengan ketelitian yang telah disetujui dalam ketentuan teknis. Pelaksana pekerjaan harus mempekerjakan personil yang telah mendapat latihan dalam bidangnya serta cukup berpengalaman dalam berbagai pekerjaan yang diberikan sehingga dipelukan sertifikasi keahlian termasuk manajer poyek yang mempunyai keahlian manager proyek dipekerjakan selama masa kontrak berlangsung. Pelaksana pekerjaan harus dapat memberikan hasil yang berkualitas sesuai dengan ketentuan teknis,

pekerjaan

akan

diperiksa

sewaktu-waktu

untuk

menjamin terpenuhinya ketentuan teknis yang telah ditetapkan, bila ternyata ketentuan tidak terpenuhi menurut penilaian pihak pemilik pekerjaan maka pelaksana pekerjaan harus menanggung pengulangan pengukuran. risiko

1.2

Ruang Lingkup Pekerjaan

Garis besar pengukuran dan penggambaran sungai terdiri dari :


Pemasangan Benchmark. Pengukuran Poligon. Pengukuran Azimut Matahari. Pengukuran Sipat Datar. Pengukuran Potongan Memanjang. Pengukuran Potongan Melintang. Pengukuran Situasi. Pencatatan, Reduksi, Pemrosesan Data. Penggambaran.

Sedangkan garis besar pengukuran dan penggambaran lokasi bendung terdiri dari :
Pemasangan Benchmark. Pengukuran Poligon. Pengukuran Azimut Matahari. Pengukuran Sipat Datar. Pengukuran Situasi. Pencatatan, Reduksi, Pemrosesan Data.

Penggambaran.

1.3

Basis Survei

Peta yang dibutuhkan untuk menetapkan daerah pengukuran sungai dan lokasi bendung adalah peta situasi teristris skala 1 : 5.000 atau peta ortofoto digital skala 1 : 5.000 atau peta garis skala 1 : 5.000. Referensi yang digunakan sebagai titik ikat pengukuran trase saluran adalah minimal 2 (buah) benchmark yang sudah dipasang pada saat pengukuran situasi skala 1 : 5.000 dan minimal 1 (satu) buah koordinat (x,y) titik tetap Bakosurtanal orde 0 atau orde 1 sedangkan pengukuran tinggi (z) menggunakan titik tetap Bakosurtanal. 2. HASIL DAN DATA YANG HARUS DISERAHKAN KEPADA PIHAK PEMILIK PEKERJAAN 1) Satu hardcopy gambar-gambar berikut : Peta situasi sungai yang dilengkapi dengan garis-garis tinggi skala 1 : 2.000. Gambar-gambar melintang skala 1 : 200 ke arah horizontal dan vertikal. Gambar potongan memanjang sungai dengan skala 1 : 2.000 (ke arah horizontal) dan 1 : 200 (ke arah vertikal). Peta situasi lokasi bendung dengan garis-garis tinggi skala 1 : 500. 2) Semua eksemplar asli dan satu set softcopy dalam bentuk VCD/DVD semua hasil pekerjaan observasi pengukuran dan perhitungan diberi indeks, dijilid dan dilengkapi dengan keterangan/referensi. 3) Hardcopy daftar koordinat dari patok beton yang dibuat, lengkap dengan data-data titik referensi yang digunakan sebagai titik ikat.

4) Hardcopy gambaran letak titik-titik secara lengkap, termasuk elevasinya, koordinat-koordinat dan lima foto dari seluruh benchmark. 5) Tiga salinan/kopi laporan akhir yang meliputi penelitian lapangan, proses serta hasilnya. Laporan tersebut harus merinci metode sebenarnya yang digunakan, ketepatan sebenarnya yang diperoleh, dan kesulitan-kesulitan yang dijumpai serta pemecahannya pada seluruh tahap pekerjaan. Laporan itu meliputi diagram-diagram jaring poligon dan sifat-sifat datar serta penjelasan mengenai semua titiktitik tetap dan titik-titik koordinat. Laporan tersebut tidak boleh semata-mata mengulangi isi ketentuan-ketentuan teknis tetapi harus benar-benar berdasarkan hasil pelaksanaan pekerjaan.
3. PENGUKURAN SITUASI SUNGAI Pengukuran situasi sungai dilaksanakan menggunakan alat Total Station yang dapat menyimpan data dengan perlengkapan lainnya dan Automatic Level, lebih disukai Automatic Level Digital, ketentuan setiap tahap pekerjaan sebagai berikut :

3.1.

Pengamatan GPS

1) Alat ukur yang digunakan minimal 3 (tiga) buah GPS Geodetic model digital yang mempunyai ketelitian 5 mm + 1ppm(H) dan 10 mm + 2 ppm(V) 2) Pengamatan receiver GPS Geodetic dilakukan dengan cara Double Difference berdasarkan data fase dengan metoda Static atau Rapid static (static singkat) dengan alat Receiver GPS single frekuensi (L1) atau dual frekuensi (L1 + L2) 3) Kententuan pengamatan harus mengikuti ketentuan berikut : Satelit yang diamati minimum 4 (empat) buah dalam kondisi tersebar

Besaran GDOP (geometrical dilution of precisition) lebih kecil dari 8 Pengamatan dilakukan siang hari atau malam hari Level aktifitas atmosfer dan ionosfer relative sedang Lama pengamatan berdasarkan panjang baseline Panjang Baseline(km ) 05 5 10 10 30 Statis singkat Statik singkat Statik 90 menit 60 menit 4) Pengamatan GPS dengan data fase digunakan dalam model penentuan posisi relatif untuk menentukan komponen baseline antara dua titik, memastikan bahwa semua receiver melakukan pengamatan terhadap satelit-satelit yang sama secara bersamaan, mengumpulkan data dengan kecepatan dan epoh yang sama. 5) Setiap receiver GPS harus dapat menyimpan data selama mungkin dari minimum 4 (empat) buah satelit dengan kecepatan minimum 4 (empat) epoh dalam 1 (satu) menit masing-masing 15 (lima belas) detik. 6) Tidak diizinkan untuk menggunakan merek dan jenis receiver GPS yang berbeda dalam satu session.
7) Terdapat minimal 1 (satu) titik sekutu yang menghubungkan 2 (dua) session.

Metoda

Lama 1) 30 menit 60 menit

Lama Pengamatan(L1+L2)

Pengamatan Pengamatan(L 15 menit 30 menit

8) Tidak diizinkan untuk mengamati satelit dengan elevasi dibawah 15 derajat. 9) Setelah session pengamatan seluruh data harus di download dan di simpan dalam sebuah CD dan dibuatkan cadangannya.

3.1.1. Reduksi Baseline


1) Geometri dari jaringan harus memenuhi spesifikasi ketelitian dan persyaratan strenght of figure yaitu

a. Statistik reduksi baseline Untuk setiap jaring orde 3 standar deviation (s) hasil hitungan dari komponen baseline toposentrik (dN,dE,dH) yang dihasilkan oleh software reduksi baseline harus memenuhi hubungan berikut : N M E M H 2M dimana M = [102 + (10d)2]1/21.96 mm dan d = panjang baseline b. Baseline yang diamati 2(dua) kali - Baseline yang lebih pendek dari 4 (empat) km Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda lebih besar dari 0.03 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh berbeda lebih dari 0.06 m. - Baseline yang lebih panjang dari 4(empat) km Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda lebih besar dari 0.05 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh berbeda lebih dari 0,10 m 2) Seluruh reduksi baseline harus dilakukan dengan menggunakan software processing GPS yang telah dikenal dibuat oleh agen software atau badan peneliti ilmiah yang bereputasi baik 3) Koordinat pendekatan dari titik referensi yang digunakan dalam reduksi baseline tidak boleh lebih dari 10 m dari nilai sebenarnya. 4) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi troposfer untuk semua data pengamatan.

5) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi ionosfer untuk semua data pengamatan. Data dual frekuensi harus digunakan untuk mengeliminasi pengaruh ionosfer jika ambiguiti fase single tidak dapat dipecahkan. 3.1.2. Perataan Jaring 1) Perataan jaring bebas dan terikat dari seluruh jaring harus dilakukan dengan menggunakan software perataan kuadrat terkecil yang telah dikenal dibuat oleh agen software atau badan peneliti ilmiah bereputasi baik. 2) Informasi di bawah ini harus dihasilkan dari setiap perataan
-

Hasil dari test Chi-Square atau Variance Ratio pada residual setelah perataan (test ini harus dapat melalui confidence 99 % yang berarti bahwa data-data tersebut konsisten terhadap model matematika yang digunakan). Daftar koordinat hasil perataan. Daftar baseline hasil perataan termasuk koreksi dari komponenkomponen hasil pengamatan. Analisis statistik mengenai residual komponen baseline termasuk jika ditemukan koreksi yang besar pada confidence level yang digunakan. Ellip kesalahan titik untuk setiap stasiun/titik.

3.1.3 Analisa 1) Integritas pengamatan jaring harus dinilai berdasarkan :


-

Analisis

dari

baseline

yang

diamati

(dua)

kali

(penilaian

keseragaman)
-

Analisis terhadap perataan kuadrat terkecil jaring bebas (untuk menilai konsistensi data)

Analisis perataan kuadrat terkecil untuk jaring terikat berorde lebih tinggi (untuk menilai konsistensi terhadap titik kontrol)

2) Akurasi komponen horizontal jaring akan dinilai terutama dari analisis ellip kesalahan garis 2D yang dihasilkan oleh perataan jaring bebas 3) Koordinat benchmark dari hasil pengamatan GPS disajikan dalam system proyeksi UTM dan ellipsoid WRG 84. 4) Tinggi benchmark hasil ukuran GPS dikoreksi terhadap besaran undulasi (N) atau dikoreksi terhadap titik MSL yang ada disekitar lokasi. 3.2 Pemasangan Benchmark untuk keperluan pemetaan dan digunakan untuk keperluan proyek irigasi yang akan datang, satu benchmark di ujung hulu, satu di tengah-tengah (as rencana bendung) dan satu di ujung hilir sepanjang sungai yang diukur 2 (dua) km. 2) Masing-masing benchmark akan ditandai dengan sebuah patok beton seperti tampak pada gambar 3.1. sebagai tambahan akan dibuat 2 penanda azimut dari beton, satu untuk masing-masing benchmark kecuali jika benchmark berikutnya dapat dilihat dengan mudah. Konstruksi penanda azimut akan dibuat pada titik pertama di sepanjang jalur poligon dari benchmark. Jenis konstruksi untuk penanda azimut diperlihatkan pada gambar S.1. 3) Bilamana mungkin benchmark-benchmark tersebut harus ditempatkan sesuai dengan kriteria berikut : Patok beton ditempatkan pada tanah keras (hindarkan pemasangan di daerah rawa atau sawah).

1) Benchmark-benchmark akan ditetapkan yang merupakan kontrol

Patok beton dan tanda lapangan di pasang paling sedikit 10 meter dari tanggul sungai dan di daerah yang tidak akan terkena perubahan. Patok beton ini akan ditempatkan di sepanjang tanggul sungai. 4) Semua patok beton harus dijelaskan selengkap mungkin pada saat pemasangan seperti tertera pada gambar 33. antara lain mencakup : Sketsa ukuran (penampang melintang) patok beton yang dibuat. Lima foto untuk setiap patok beton yang sudah terpasang dilengkapi dengan pelat nomor dan baut kuningan, 4(empat) buah dibuat berdasarkan mata angin dengan daerah sekitarnya dan satu buah dari atas. Sketsa lokasi lengkap dengan jarak-jarak titik detail yang ada di sekitar patok beton dan lokasi patok beton penanda azimut (azimut Mark). Sketsa gambaran umum lokasi lengkap dengan deskripsi pendekatan ke sekitar titik tetap. Penanda azimut dapat dideskripsikan dalam formulir lain menurut keinginan pemilik pekerjaan. Koordinat-koordinat titik akan ditambahkan pada deskripsi apabila perhitungannya sudah tuntas. 5) Titik-titik poligon selain benchmark dan penanda azimut harus dibuat titik poligon dengan interval 50 m dari patok kayu yang kuat, ukuran panjang sekurang-kurangnya 30 cm dengan penampang melintang 5 x 5 cm, dipasang sedemikian rupa sehingga patok-patok tersebut dapat bertahan selama pengukuran (sekurang-kurangnya 6 bulan). Tanah yang lebih lunak membutuhkan patok-patok yang lebih panjang. Patok-patok tersebut rata atau hampir rata dengan permukaan tanah dan pada ujungnya diberi paku agar titik yang tepat mudah ditemukan. Letak titik itu harus terlihat dengan patok lain atau

pohon yang mudah dilihat yang jaraknya tidak lebih dari 3,0 meter. Harus ada nomor titik pada patok dan/atau penanda yang lain. 6) Patok kayu dipasang sebelah kiri dan kanan sungai dan harus dilalui poligon, beberapa titik dapat di-seislag. 3.3 Pengukuran Poligon
mempunyai ketelitian 5 dengan kemampuan memory minimal 15.000 titik. 2) Basis poligon meliputi daerah pemetaan yang merupakan jaring-jaring tertutup dan diikatkan ke titik tetap orde 0 atau orde 1 Bakosurtanal dan benchmark skala 1 : 5.000, kaki-kaki poligon harus melalui patok kayu dan benchmark dan sistem statip tetap (fixed tripod) seperti yang diuraikan di bawah ini dipakai untuk mendapatkan ketelitian yang diisyaratkan. 3) Apabila mungkin titik-titik yang ada akan digunakan sebagai azimut awal dan azimut akhir, titik-titik tetap yang digunakan harus saling berhubungan dengan titik tetap yang lainnya. 4) Untuk kontrol orientasi harus dilakukan pengamatan azimut matahari di ujung-ujung daerah pemetaan sungai. 5) Statip harus ditempatkan pada tanah yang stabil untuk memperoleh hasil pengamatan sudut horizontal dan jarak yang teliti, poligon yang melalui daerah sawah harus diikuti secara hati-hati untuk menghindari lokasi-lokasi sulit di daerah genangan sawah atau pada pematangpematang yang tidak stabil. 6) Semua theodolit harus dalam keadaan baik dan setelannya akan diperiksa terus selama pengamatan berlangsung, kolimasi akan diperiksa apabila melebihi 1 (satu menit), pelaksana pekerjaan harus

1) Alat ukur yang digunakan adalah Theodolit Total Station yang

menyiapkan semua catatan yang berkenaan dengan pemeriksaan dan penyesuaian peralatan yang dilakukan. 7) Theodolit harus mampu mengukur sampai 1 (satu detik ) dan dilengkapi dengan komponen yang diperlukan. 8) Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu pada saat melakukan sentering maka perlu digunakan 4 buah statip dan 4 buah kiap (tribrach). Selama pengamatan berlangsung statip dan kiap tersebut harus tetap berada disatu titik, hanya target dan teodolit saja yang berpindah. 9) Di titik-titik dimana pekerjaan hari itu berakhir dan pekerjaan hari berikutnya mulai sentering harus dilakukan dengan hati-hati, hal yang sama berlaku juga pada waktu dilakukan pengamatan ulang ditempat yang sama. 10) Kedudukan nivo kotak dan pengunting optic harus sering diperiksa dengan bantuan unting-unting gantung dan penyesuaian-penyesuaian dilakukan bilamana perlu. 11)Sebelum pengamatan dilakukan theodolit harus disetel sebaik-baiknya, pengukuran sudut horisontal dan jarak dilakukan minimum 2(dua) seri pengamatan, untuk 1 (satu) seri dengan jumlah urutan pembacaan sebagai berikut : Bidik kiri (FL) untuk bacaan target belakang. Bidik kiri (FL) untuk bacaan target ke depan. Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke depan. Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke belakang 12) Ketelitian pengukuran poligon : Semua hasil pengamatan direduksi di lapangan jika perbedaan antara keempat harga sudut yang diperoleh (2FL, 2FR) melebihi 5, maka harus dilakukan pengukuran ulang.

Toleransi untuk kesalahan penutup sudut terhadap azimut harus 10n dimana n adalah jumlah sudut, jika kesalahan penutupnya masih berada dalam toleransi maka sudut itu akan disesuaikan dengan azimut matahari dan jika toleransi tersebut dilampaui, maka azimut dan/atau sudut-sudut tersebut harus diulang. Kesalahan penutup linear poligon utama tidak boleh lebih besar dari 1 : 10.000 dari panjang totalnya, poligon akan dijaga agar tetap pendek untuk menjamin bahwa kesalahan penutup pada jaring-jaring atau bagian tidak lebih dari 1 m. Hasil rata-rata dari keempat ujung garis tersebut harus mempunyai persamaan lebih dari (10 mm + 10 ppm dari jarak) kalau tidak maka pengamatan ulang perlu dilakukan.

3.4

Pengukuran Azimut Matahari yang diamati pagi dan sore hari, masing-masing sedikitnya 3(tiga) kali pengamatan, dalam satu seri tidak boleh lebih dari 30.

1) Untuk menentukan arah orientasi sungai dilakukan azimut matahari

12) Pengamatan dilakukan sebagai berikut : Bidik kiri (target). Bidik kiri (matahari). Bidik kanan (matahari). Bidik kanan (target) Seri ini merupakan satu kali pengamatan. 13) Pembacaan sudut horisontal pada pengamatan azimut matahari harus diberikan koreksi akibat tidak mendatarnya kedudukan alat, koreksi ini sangat penting dan dapat dihitung dari hasil bacaan kedudukan gelembung nivo tabung tersebut atau apabila alat theodolit dilengkapi

dengan kompensator otomatis, dari pembacaan lingkaran vertikal pada sudut kanan pada masing-masing sisi garis bidik. 14) Metode yang dipakai untuk menentukan azimut tergantung keinginan pelaksana pekerjaan, walaupun demikian hal-hal berikut harus diperhatikan bila akan digunakan azimut dengan metode ketinggian matahari. Pengamatan matahari dilakukan apabila tinggi matahari lebih besar dari 200 karena apabila dilakukan pengamatan pada waktu tinggi matahari dibawah 200 refraksi (pembiasan) menjadi terlalu besar dan tidak menentu, jika mungkin usahakan ketinggian matahari di bawah 400. Pembacaan temperatur dan tekanan udara akan dilakukan untuk keperluan koreksi refraksi. Perlengkapan-perlengkapan tambahan yang diperlukan terdiri dari jam tangan yang ketepatannya dicocokkan satu menit sebelum tanda waktu resmi berbunyi, prisma Reoloff, tabel deklimasi matahari dan tabel refraksi. 5) Jika untuk pengukuran azimut digunakan metode sudut waktu maka bisa dilakukan pengamatan pada saat tinggi matahari di bawah 20, tetapi waktu pengamatan harus jauh lebih teliti. 3.5 Pengukuran Sipat Datar 1) Pengukuran sipat datar digunakan dengan alat ukur level automatic atau level automatic digital. 2) Semua patok kayu dan benchmark sudah terpasang sebelum dilakukan pengukuran sipat datar, pemindahan elevasi ke benchmark yang dibuat sesudah selesainya penyipatan datar tidak akan diterima.

3) Pengukuran digunakan alat rambu ukur metrik dan tatakan rambu yang terbuat dari metal, untuk jaring sipat datar utama digunakan alat sipat datar digital atau non digital. 4) Setiap alat harus dicek kolimasinya (kesalahan garis bidik) setiap hari dengan menggunakan 2 patok-uji (peg test), mid-base atau cara-cara sejenis sampai dengan jarak 100 m, dalam metode mid-base dicari perbedaan tinggi antara dua titik, di mana hasil ukuran disaat alat ditempatkan di tengah harus dibandingkan dengan hasil ukuran disaat alat ditempatkan di dekat salah satu titik. Penyesuaian harus dilakukan apabila kesalahan kolimasinya labih dari 0,05 mm/m. Nivo kotak dan kompensator otomatis juga harus selalu dicek secara teratur. Pelaksana pekerjaan harus membuat catatan lengkap mengenai seluruh hasil pengecekan dan penyesuaian yang telah dilakukan. 5) Rambu ukur ditempatkan pada tatakan dari metal pada setiap pengukuran (kecuali pada benchmark atau benchmark sementara). Juru ukur harus menginstruksikan kepada pemegang rambu, agar rambu ukur selalu tepat vertikal dengan menggunakan stafflevel atau carpenters level (penempatannya harus juga dicek). 6) Metode stan ganda (double-stand) pada pengukuran sifat datar tidak boleh digunakan, jarak bidikan tidak diperkenankan lebih dari 50 m. Bidikan ke belakang kira-kira sama dengan bidikan ke muka, untuk menghindari kesalahan kolimasi. Tidak dibenarkan melakukan pembidikan silang (intermediate sight). 7) Pembacaan rambu tidak boleh dilakukan melebihi 20 cm dari batas bawah rambu dan juga 20 cm dari batas bagian atas rambu. 8) Untuk membantu pelaksanaan pengukuran titik-titik rincik ketinggian dianjurkan agar titik tinggi sementara dipasang pada waktu

pengukuran sipat datar utama antara lain : gorong-gorong, tangga rumah, lantai pengeringan padi, dan lain sebagainya. Titik-titik tersebut ditandai serta dicatat secara lengkap. 9) Juru ukur harus memasukkan data-data mengenai tinggi dan rendahnya hasil ukuran pada setiap formulir yang sudah ditentukan, bacaan belakang, bacaan muka, beda tinggi h (+ dan -) harus dijumlahkan. Perbedaan antara hasil bacaan belakang, dan muka harus sama dengan hasil beda tinggi (h), hanya merupakan pengecekan aritmatik dapat menghindarkan kesalahan yang tidak terlihat karena data yang tidak benar. 10) Pengecekan harus dilakukan pada setiap halaman dan setiap bagian pengukuran sipat datar, secara sistematis setiap hari, serta harus ditandatangani oleh juru ukur yang bersangkutan. 11) Ketelitian sipat datar sebagai berkut : Jalur utama yang pada umumnya merupakan jaring tertutup yang terikat dengan titik referensi harus diukur dua kali yaitu pergi dan pulang, perbedaan antara kedua harga untuk masing-masing seksi harus kurang dari 10k mm, dimana k adalah jarak dalam km antar benchmark tersebut. 3.6 Pengukuran Situasi Sungai metode potongan melintang sedangkan detail-detail yang ada di antara potongan-potongan melintang akan ditentukan dengan pengukuran rincikan agar variasi dalam relief dapat digambarkan dengan tepat pada waktu dilakukan penggambaran kontur. 2) Semua jarak, sudut, dan tinggi diukur langsung di lapangan dengan menggunakan alat total station.

1) Menentukan elevasi tanah untuk situasi sungai akan dilakukan dengan

3) Jarak antara potongan melintang yang akan diambil tegak lurus terhadap as sungai adalah sekitar 50,0 meter untuk saluran lurus dan 25,0 meter untuk potongan yang berbelok atau menurut petunjuk pemilik pekerjaan. 4) Letak potongan-potongan melintang akan ditetapkan dengan menggunakan patok-patok kayu yang sudah dipasang, poligon (garis kerangka peta situasi sungai) yang terbentuk oleh patok-patok itu, akan sedekat mungkin mengikuti alur sungai yang ditunjukkan pada peta skala 1 : 5.000. 5) Poligon harus tertutup terhadap titik terdekat yang sudah ditetapkan (benchmark atau penanda azimut) guna mencek ketelitian. 6) Potongan melintang yang akan diukur akan membentang sedikitdikitnya 250 m di kedua sisi as sungai atau mengikuti petunjuk dari pemilik pekerjaan. 7) Semua jalan air berapapun ukurannya (saluran, pembuang, parit-parit di sawah) akan diamati termasuk lebar dasar, elevasi dan arah aliran. 8) Semua tampakan seperti rumah-rumah, fasilitas, jalan, jembatan, gorong-gorong, pagar, patok beton dan vegetasi (jenis dan kerapatannya) akan dicatat. 9) Bahan-bahan khusus yang dijumpai di permukaan tanah, seperti batuan, rawa-rawa, tanah longsor dan sebagainya harus dicatat. 10)Ketinggian potongan melintang akan dicatat dalam software total station.

3.6.1 Pengukuran Titik Rincik Antara Potongan Melintang 1) Titik-titik tinggi di antara potongan-potongan melintang akan dicatat sebagai berikut:

Posisi tinggi diukur dengan cara tacheometri untuk daerah terjal. Posisi titik dan jarak langsung diukur dengan alat total station dan dicatat dengan penjelasan singkat mengenai posisi titik rincik, misalnya sawah, kampung, tanggul jalan (bagian atas atau bawah), dasar sungai. Jarak ke titik-titik rincik tidak boleh lebih dari 20 m. Cara tacheometri hanya dapat dipakai untuk penentuan tinggi titik rincik di daerah curam dan hanya atas persetujuan pemilik pekerjaan. Daerah landai titik-titik tinggi akan diambil dengan beda tinggi maksimum 0,25 meter atau pada setiap 20 meter di lapangan mana saja yang lebih segera dapat dicapai. Daerah yang tidak teratur misalnya di daerah berbukit-bukit, perbatasan kampung, lembah dan semacamnya, titik-titik tinggi dengan jarak yang lebih pendek agar bisa diperoleh gambar yang lebih jelas dengan situasi lengkap di daerah ini. 2) Pada umumnya titik-titik tinggi harus dicantumkan di semua lokasi di mana kemiringan bisa berubah dan di tempat-tempat di mana bisa terjadi perubahan ketinggian secara mendadak. 3) Pada daerah sawah titik rincik ketinggian harus ada pada setiap sawah tersebut yang kira-kira jaraknya lebih dari 50 x 50 m, untuk daerah pengukuran yang tidak luas selang/jarak antara tiap titik kirakira 75 m, untuk daerah sawah yang kering rambu ukur harus ditempatkan tepat ditengah, untuk daerah sawah basah rambu ukur boleh ditempatkan di tepi sawah tersebut (tidak di pematang), rambu ukur tidak boleh ditenggelamkan pada tanah sawah tersebut tetapi diletakkan setinggi permukaan tanah sawah dan harus dilakukan dengan hati-hati.

4) Lokasi dari titik rincik tersebut harus diletakkan pada perbatasan antara kampung dan sawah, satu titik pada sawah yang lainnya di kampung, apabila jalan melewati sawah maka titik rincik tersebut harus ditempatkan satu titik pada jalan dan titik lainnya pada kedua sisi sawah. 5) Rincik ketinggian akan diambil sepanjang dasar dari lembah-lembah baik yang memiliki anak sungai maupun yang tidak dan pada punggung bukit serta pada titik-titik bukit yang teratas. 6) Pelaksana pekerjaan harus memeriksa apakah rincik ketinggian di lapangan sudah diamati secara memadai sesuai dengan perubahanperubahan elevasi antara rincik ketinggian dan detail yang diperlihatkan dalam peta. 3.6.2 Ketelitian Titik Rincik 1) Seluruh perhitungan rincik ketinggian harus diselesaikan dan diperiksa ketelitiannya sebelum meninggalkan lapangan. 6) Ketinggian relatif tinggi titik rincik harus memenuhi ketelitian 5 cm. 7) Harga tinggi titik rincik dihitung sampai dengan sentimeter terdekat, posisi titik-titik tersebut ditandai dengan koma (titik) desimal dari harga ketinggiannya atau koma yang terpisah dengan menggunakan tanda panah apabila detailnya menjadi kabur karena nomor-nomor lokasi sebelumnya. 8) Semua titik rincik diberi nomor yang jelas sehingga pemeriksaan yang dilakukan lewat lembar-lembar pengamatan pada tahap berikutnya akan lebih mudah. 3.7 Pencatatan, Reduksi, dan Pemrosesan Hasil Pengamatan di Lapangan

Pencatatan, reduksi, pemrosesan hasil pengamatan di lapangan harus mengikuti ketentuan di bawah ini : 3.7.1 Pencatatan 1) Seluruh proses perhitungan koodinat (x,y) dalam proyeksi UTM, tinggi (z) terhadap permukaan air laut rata-rata, azimut matahari, dan perhitungan titik detail menggunakan software distributor alat merk apa saja yang berlaku di Indonesia. 2) Penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan di fotocopi dari rekaman software dimasukkan ke lembar pengamatan sementara pekerjaan berlangsung, hal ini menyangkut nama pengamat, tanggal, nomor titik, nomor alat juga penjelasan-penjelasan lainnya seperti ketinggian alat, temperatur dan tekanan udara, seluruh lembar data harus disertai tanggal dan tanda tangan pengamat dan orang yang telah melakukan pemeriksaan. 3) Seluruh laporan pengamatan yang dilakukan di lapangan dalam bentuk hardware dan VCD/DVD diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan, termasuk juga bagian-bagian yang telah diulang, yang disebut terakhir ini harus ditandai dengan jelas sehingga bisa saling dicocokkan. 3.7.2 Reduksi 1) Koordinat (x,y) perlu direduksi dan dirata-ratakan pada setiap titik dan diperiksa apakah memenuhi toleransi yang sudah ditetapkan, reduksi koordinat (x,y) termasuk juga koreksi kesalahan titik nol alat, dan koreksi faktor skala dimana dianggap perlu. 2) Pengamatan di lapangan perlu direduksi setiap harinya lalu ditandatangani, disertai tanggal pemeriksaan oleh pelaksana

pekerjaan, hasil pengamatan harus disimpan dengan rapi dan diberi nomor referensi agar mudah dicari bilamana diperlukan dikemudian hari, bila sudah diarsipkan, hasil-hasil pengamatan itu tidak boleh dibawa ke lapangan lagi. 3.7.3 Pemrosesan Data

1) Penghitungan harus dilakukan di lapangan untuk memeriksa apakah pengamatan telah sesuai dengan standar ketelitian. 2) Untuk kontrol planimeter ini meliputi : Pengecekan hasil penghitungan koordinat. Pengecekan penutup koordinat tertutup. Pengecekan azimut antara titik-titik triangulasi dan hasil pengamatan. Penyesuaian kesalahan koordinat. Penghitungan dari x dan y untuk mencek hasil planimetrik. 3) Untuk kontrol ketinggian kegiatan pemrosesan ini meliputi : Pemeriksaan hasil hitungan dari Bacaan belakang, Bacaan muka, Perbedaan tinggi (h). Perhitungan h untuk seksi-seksi antara titik-titik tetap (benchmark) . Perhitungan dari tiap loop/kring. Perataan dari loop dengan metode Dell (atau metode lainnya), agar memperoleh ketinggian yang tepat untuk dipakai pada perhitungan rincik ketinggian nantinya. 4) Apabila hasil pekerjaan lapangan telah disetujui oleh pengawas, hasil pengamatan serta hasil hitungannya segera dikirim ke kantor pelaksana pekerjaan untuk dilakukan perhitungan akhir. 5) Penyesuaian titik-titik poligon harus sesuai dengan jarak, hal ini berarti bahwa koreksi dalam koordinat x sama dengan : Salah penutup dalam koordinat x

--------------------------------------------------- x jarak akumulasi jumlah jarak poligon seluruhnya Hal yang sama berlaku untuk koodinat y. 6) Seluruh hasil penghitungan, pengamatan dan informasi seperti yang didaftar dibawah ini harus diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan dalam bentuk hardware dan VCD atau DVD untuk mendapatkan persetujuan sementara. 7) Urutan cara perhitungan loop atau jalur koordinat antara benchmark. 8) Kesalahan penutup sudut pada setiap bagian/seksi, azimut kontrol atau azimut yang diperoleh dari loop yang berdekatan, bersama-sama dengan jumlah titik dalam setiap seksi. 9) Kesalahan penutup linier x, y dari setiap loop atau jalur koordinat antara titik-titik simpul dan kesalahan penutup fraksi yang dipilih dengan jumlah titik. 10) Detail-detail hasil pengamatan yang ditolak, diragukan, tidak dipakai lagi.
4. PENGGAMBARAN SITUASI DAN POTONGAN MEMANJANG / MELINTANG SUNGAI Penggambaran dilakukan dengan Autocad ukuran A-1 type apa saja yang dikeluarkan dari distributor tunggal yang berlaku di Indonesia, mengikuti ketentuan dibawah ini :

4.1 Peta Situasi Sungai


1) Secara umum peta situasi sungai skala 1 : 2.000 dengan kemiringan untuk situasi sungai akan ditunjukkan dengan interpolasi kontur 0,5 meter dan indeks kontur harus ada pada interval 5 m. 2) Kriteria yang diberikan hanya merupakan panduan saja, tujuannya adalah untuk menjaga kesamaan garis kontur pada seluruh lembar peta (kecuali di daerah yang sangat curam/terjal), walaupun demikian

perubahan interval dalam lembar peta akan diizinkan dalam hal adanya perubahan kecuraman menyeluruh dalam suatu daerah tetapi tidak dalam hal perubahan kemiringan setempat. 3) Apabila ada 2 (dua) kontur atau lebih yang berdekatan dan hampir berimpit (misalnya batas kampung, tanggul, jalan, kelokan saluran) kontur digambarkan dengan garis putus-putus . 4) Detail mengenai metode kontur yang digunakan harus jelas

dicantumkan pada semua lembar peta, termasuk informasi mengenai datum (duga) titik tinggi dan sumber informasi yang dipakai. 5) Titik rincik harus digambar selambat-lambatnya sebelum

penggambaran halus garis kontur dan sebelum dilakukan interpolasi garis kontur atau editing. 6) Titik rincik harus ditulis dengan menggunakan ukuran 1,5 mm, letak titik rincik harus diindikasikan sampai dengan fraksi desimal, jika bentuk detail terganggu oleh harga titik rincik maka angkanya dapat ditulis di sebelahnya. 7) Semua garis kontur digambar dengan menggunakan ukuran 0,1 mm kecuali untuk indeks kontur digunakan ukuran 0,3 mm, harga-harga garis kontur dituliskan hanya pada indeks kontur setiap lima garis kontur. 8) Garis silang (grid) panjang 10 x 10 mm, dan pada sisi peta garis silangnya sepanjang 5 mm dan koordinat-koordinat garis silang ditulis di dalam atau di luar batas lembar peta bergantung dari keinginan pemilik pekerjaan, koordinat-koordinat tersebut ditulis dengan selang 250 m sepanjang keempat sisi dari peta, angka harus ditulis dengan tinggi tulisan 2,5 mm. 9) Kertas yang akan dipakai adalah transparan stabil atau yang sejenis, peta-peta dilengkapi dengan keterangan (legenda) situasi menurut

standar yang berlaku berkenaan dengan ukuran garis, arsiran dan symbol yang diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan. 10) Persyaratan kartografi peta situasi sungai adalah sebagai berikut : Pada tiap lembar set peta akan menjelaskan peta kunci petunjuk lembar. Arah utara akan ditunjukkan pada setiap lembar. Pada gambar-gambar tersebut aliran sungai akan diarahkan dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah. Garis hubung untuk lembar di sebelahnya dari masing-masing peta adalah berupa garis koordinat, tanpa pertampalan (overlap). Semua titik-titik poligon akan diplot dengan koordinat-koordinat, sebelum memplot penunjuk ketinggian. Semua benchmark akan ditunjukkan dalam semua gambar yang bersangkutan, dengan perencanaan, deskripsi dan elevasi. Peta-peta itu akan memperlihatkan semua tampakan (feature) buatan yang biasanya ditunjukkan pada peta-peta situasi. Tampakantampakan ini termasuk (tetapi tidak perlu dibatasi sampai pada) halhal berikut : batas-batas dan jenis pengolahan tanah, padang rumput, hutan, hutan belantara dan rawa-rawa. jalan, saluran, parit, sawah dan bangunan-bangunan yang ada. batas-batas desa, kelompok rumah, termasuk elevasi tanah desa. elevasi banjir besar. batu singkapan, daerah-daerah berpasir atau berbatu-batu.

4.2

Peta Potongan Melintang

Pada gambar-gambar tersebut yang menunjukkan potongan-potongan melintang sungai, dengan ketentuan sebagai berikut : Nomor masing-masing potongan melintang Semua titik-titik tinggi profil melintang dan jarak antara titik-titik tersebut. Palung yang sudah ditetapkan (titik terdalam di dasar sungai), garisgaris palung potongan melintang yang muncul pada satu gambar akan digambar vertikal satu di atas yang lain. Potongan-potongan melintang akan digambar menghadap ke arah aliran hilir. Tinggi muka air di sungai (kalau ada) pada hari-hari pengukuran dan bahan-bahan dasar kontruksi. Potongan melintang akan digambar dengan skala 1 : 200 ke arah horisontal dan vertikal. 4.3 Peta Potongan Memanjang melintang, panjang potongan memanjang adalah jarak total antara potongan-potongan melintang pada sungai. 2) Pada gambar itu, yang memperlihatkan potongan memanjang saluran, hal-hal berikut akan ditunjukkan : Nomor-nomor potongan melintang. Jarak antara potongan-potongan melintang dan jarak akumulasi bentang sungai. Tinggi tanggul kiri. Tinggi tanggul kanan. Tinggi dasar sungai pada as sungai tersebut.

1) Gambar potongan melintang sungai akan diturunkan dari potongan

Panjang sungai (jarak horisontal pada palung) akan digambar dengan skala 1 : 2.000, kecuali ada ketentuan lain. Jarak vertikal atau ketinggian akan digambar dengan skala 1 : 200.
5. PENGUKURAN LOKASI BENDUNG Pengukuran bersamaan situasi dengan lokasi bedung dilaksanakan sungai,

pengukuran

situasi

dengan menggunakan alat Total Station yang dapat menyimpan data dengan perlengkapan lainnya dan Automatic Level, lebih disukai Automatic Level Digital, ketentuan setiap tahap pekerjaan sebagai berikut :

5.1 Pengamatan GPS 1) Alat ukur yang digunakan minimal 3 (tiga) buah GPS Geodetic model digital yang mempunyai ketelitian 5 mm + 1ppm(H) dan 10 mm + 2 ppm(V) 2) Pengamatan receiver GPS Geodetic dilakukan dengan cara Double Difference berdasarkan data fase dengan metoda Static atau Rapid static (static singkat) dengan alat Receiver GPS single frekuensi (L1) atau dual frekuensi (L1 + L2) 3) Kententuan pengamatan harus mengikuti ketentuan berikut : Satelit yang diamati minimum 4 (empat) buah dalam kondisi tersebar Besaran GDOP (geometrical dilution of precisition) lebih kecil dari 8 Pengamatan dilakukan siang hari atau malam hari Level aktifitas atmosfer dan ionosfer relative sedang Lama pengamatan berdasarkan panjang baseline

Panjang Baseline (km) 05 5 10 10 30

Metoda Pengam atan Statis singkat Statik singkat Statik

Lama Pengamat an(L1) 30 menit 60 menit 90 menit

Lama Pengamatan(L1+L2)

15 menit 30 menit 60 menit

4) Pengamatan GPS dengan data fase digunakan dalam model penentuan posisi relatif untuk menentukan komponen baseline antara dua titik, memastikan bahwa semua receiver melakukan pengamatan terhadap satelit-satelit yang sama secara bersamaan, mengumpulkan data dengan kecepatan dan epoh yang sama. 5) Setiap receiver GPS harus dapat menyimpan data selama mungkin dari minimum 4 (empat) buah satelit dengan kecepatan minimum 4 (empat) epoh dalam 1 (satu) menit masing-masing 15 (lima belas) detik. 6) Tidak diizinkan untuk menggunakan merek dan jenis receiver GPS yang berbeda dalam satu session.
7) Terdapat minimal 1 (satu) titik sekutu yang menghubungkan 2 (dua) session.

8) Tidak diizinkan untuk mengamati satelit dengan elevasi dibawah 15 derajat. 9) Setelah session pengamatan seluruh data harus di download dan di simpan dalam sebuah CD dan dibuatkan cadangannya.

5.1.1. Reduksi Baseline

1)

Geometri dari jaringan harus memenuhi spesifikasi ketelitian dan persyaratan strenght of figure yaitu :

a. Statistik reduksi baseline Untuk setiap jaring orde 3 standar deviation (s) hasil hitungan dari komponen baseline toposentrik (dN,dE,dH) yang dihasilkan oleh software reduksi baseline harus memenuhi hubungan berikut : N M E M H 2M dimana M = [102 + (10d)2]1/21.96 mm dan d = panjang baseline b. Baseline yang diamati 2(dua) kali - Baseline yang lebih pendek dari 4 (empat) km Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda lebih besar dari 0.03 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh berbeda lebih dari 0.06 m. - Baseline yang lebih panjang dari 4(empat) km Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda lebih besar dari 0.05 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh berbeda lebih dari 0,10 m 2) Seluruh reduksi baseline harus dilakukan dengan menggunakan software processing GPS yang telah dikenal dibuat oleh agen software atau badan peneliti ilmiah yang bereputasi baik 3) Koordinat pendekatan dari titik referensi yang digunakan dalam reduksi baseline tidak boleh lebih dari 10 m dari nilai sebenarnya. 4) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi troposfer untuk semua data pengamatan. 5) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi ionosfer untuk semua data pengamatan. Data dual frekuensi harus

digunakan untuk mengeliminasi pengaruh ionosfer jika ambiguiti fase single tidak dapat dipecahkan. 5.1.2. Perataan Jaring 1) Perataan jaring bebas dan terikat dari seluruh jaring harus dilakukan dengan menggunakan software perataan kuadrat terkecil yang telah dikenal dibuat oleh agen software atau badan peneliti ilmiah bereputasi baik. 2) Informasi di bawah ini harus dihasilkan dari setiap perataan
-

Hasil dari test Chi-Square atau Variance Ratio pada residual setelah perataan (test ini harus dapat melalui confidence 99 % yang berarti bahwa data-data tersebut konsisten terhadap model matematika yang digunakan). Daftar koordinat hasil perataan. Daftar baseline hasil perataan termasuk koreksi dari komponenkomponen hasil pengamatan. Analisis statistik mengenai residual komponen baseline termasuk jika ditemukan koreksi yang besar pada confidence level yang digunakan. Ellip kesalahan titik untuk setiap stasiun/titik.

5.1.3 Analisa 1) Integritas pengamatan jaring harus dinilai berdasarkan :


-

Analisis

dari

baseline

yang

diamati

(dua)

kali

(penilaian

keseragaman)
-

Analisis terhadap perataan kuadrat terkecil jaring bebas (untuk menilai konsistensi data) Analisis perataan kuadrat terkecil untuk jaring terikat berorde lebih tinggi (untuk menilai konsistensi terhadap titik kontrol)

2) Akurasi komponen horizontal jaring akan dinilai terutama dari analisis ellip kesalahan garis 2D yang dihasilkan oleh perataan jaring bebas 3) Koordinat benchmark dari hasil pengamatan GPS disajikan dalam system proyeksi UTM dan ellipsoid WRG 84.
4) Tinggi benchmark hasil ukuran GPS dikoreksi terhadap besaran undulasi (N) atau dikoreksi terhadap titik MSL yang ada disekitar lokasi.

5.2

Pemasangan Benchmark untuk keperluan pemetaan dan digunakan untuk keperluan proyek irigasi yang akan datang, satu di tengah-tengah (as rencana bendung) yang sudah terpasang pada saat pengukuran sungai dan satu di seberang sungai as rencana bendung.

1) Benchmark-benchmark akan ditetapkan yang merupakan kontrol

2) Titik-titik poligon selain benchmark harus dibuat titik poligon dengan interval 15 m dari patok kayu yang kuat, letak titik itu harus terlihat dengan patok lain atau pohon yang mudah dilihat yang jaraknya tidak lebih dari 3,0 meter, harus ada nomor titik pada patok dan/atau penanda yang lain. 3) Patok kayu dipasang sebelah kiri dan kanan sungai dan harus dilalui poligon, beberapa titik dapat di-seislag. 5.3 Metoda Pengukuran di Lapangan Pengukuran bersamaan poligon dengan dan sipat datar situasi dilakukan sungai, pengukuran

ketentuannya mengikuti ketentuan seperti di atas.

5.3.1 Pengukuran Poligon


1) Alat ukur yang digunakan adalah Theodolit Total Station yang mempunyai ketelitian 5 dengan kemampuan memory minimal 15.000 titik. 2) Basis poligon meliputi daerah pemetaan yang merupakan jaring-jaring tertutup dan diikatkan ke titik tetap orde 0 atau orde 1 Bakosurtanal dan benchmark skala 1 : 5.000, kaki-kaki poligon harus melalui patok kayu dan benchmark dan sistem statip tetap (fixed tripod) seperti yang diuraikan di bawah ini dipakai untuk mendapatkan ketelitian yang diisyaratkan. 3) Apabila mungkin titik-titik yang ada akan digunakan sebagai azimut awal dan azimut akhir, titik-titik tetap yang digunakan harus saling

berhubungan dengan titik tetap yang lainnya. 4) Untuk kontrol orientasi harus dilakukan pengamatan azimut matahari di ujung-ujung daerah pemetaan sungai. 5) Statip harus ditempatkan pada tanah yang stabil untuk memperoleh hasil pengamatan sudut horizontal dan jarak yang teliti, poligon yang melalui daerah sawah harus diikuti secara hati-hati untuk menghindari lokasi-lokasi sulit di daerah genangan sawah atau pada pematangpematang yang tidak stabil. 6) Semua theodolit harus dalam keadaan baik dan setelannya akan diperiksa terus selama pengamatan berlangsung, kolimasi akan diperiksa apabila melebihi 1 (satu menit), pelaksana pekerjaan harus menyiapkan semua catatan yang berkenaan dengan pemeriksaan dan penyesuaian peralatan yang dilakukan. 7) Theodolit harus mampu mengukur sampai 1 (satu detik ) dan dilengkapi dengan komponen yang diperlukan.

8) Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu pada saat melakukan sentering maka perlu digunakan 4 buah statip dan 4 buah kiap (tribrach). Selama pengamatan berlangsung statip dan kiap tersebut harus tetap berada disatu titik, hanya target dan teodolit saja yang berpindah. 9) Di titik-titik dimana pekerjaan hari itu berakhir dan pekerjaan hari berikutnya mulai sentering harus dilakukan dengan hati-hati, hal yang sama berlaku juga pada waktu dilakukan pengamatan ulang ditempat yang sama. 10) Kedudukan nivo kotak dan pengunting optic harus sering diperiksa dengan bantuan unting-unting gantung dan penyesuaian-penyesuaian dilakukan bilamana perlu. 11)Sebelum pengamatan dilakukan theodolit harus disetel sebaik-baiknya, pengukuran sudut horisontal dan jarak dilakukan minimum 2(dua) seri pengamatan, untuk 1 (satu) seri dengan jumlah urutan pembacaan sebagai berikut : Bidik kiri (FL) untuk bacaan target belakang. Bidik kiri (FL) untuk bacaan target ke depan. Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke depan. Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke belakang 12) Ketelitian pengukuran poligon : Semua hasil pengamatan direduksi di lapangan jika perbedaan antara keempat harga sudut yang diperoleh (2FL, 2FR) melebihi 5, maka harus dilakukan pengukuran ulang. Toleransi untuk kesalahan penutup sudut terhadap azimut harus 10n dimana n adalah jumlah sudut, jika kesalahan penutupnya masih berada dalam toleransi maka sudut itu akan disesuaikan

dengan azimut matahari dan jika toleransi tersebut dilampaui, maka azimut dan/atau sudut-sudut tersebut harus diulang. Kesalahan penutup linear poligon utama tidak boleh lebih besar dari 1 : 10.000 dari panjang totalnya, poligon akan dijaga agar tetap pendek untuk menjamin bahwa kesalahan penutup pada jaring-jaring atau bagian tidak lebih dari 1 m. Hasil rata-rata dari keempat ujung garis tersebut harus mempunyai persamaan lebih dari (10 mm + 10 ppm dari jarak) kalau tidak maka pengamatan ulang perlu dilakukan.

5.3.2 Pengukuran Sipat Datar 1) Pengukuran sipat datar digunakan dengan alat ukur level automatic atau level automatic digital. 2) Semua patok kayu dan benchmark sudah terpasang sebelum dilakukan pengukuran sipat datar, pemindahan elevasi ke benchmark yang dibuat sesudah selesainya penyipatan datar tidak akan diterima. 3) Pengukuran digunakan alat rambu ukur metrik dan tatakan rambu yang terbuat dari metal, untuk jaring sipat datar utama digunakan alat sipat datar digital atau non digital. 4) Setiap alat harus di cek kolimasinya (kesalahan garis bidik) setiap hari dengan menggunakan 2 patok-uji (peg test), mid-base atau cara-cara sejenis sampai dengan jarak 100 m, dalam metode mid-base dicari perbedaan tinggi antara dua titik, di mana hasil ukuran disaat alat ditempatkan di tengah harus dibandingkan dengan hasil ukuran disaat alat ditempatkan di dekat salah satu titik. Penyesuaian harus dilakukan apabila kesalahan kolimasinya labih dari 0,05 mm/m. Nivo kotak dan kompensator otomatis juga harus selalu dicek secara teratur. Pelaksana pekerjaan harus membuat catatan lengkap

mengenai seluruh hasil pengecekan dan penyesuaian yang telah dilakukan. 5) Rambu ukur ditempatkan pada tatakan dari metal pada setiap pengukuran (kecuali pada benchmark atau benchmark sementara). Juru ukur harus menginstruksikan kepada pemegang rambu, agar rambu ukur selalu tepat vertikal dengan menggunakan stafflevel atau carpenters level (penempatannya harus juga dicek). 6) Metode stan ganda (double-stand) pada pengukuran sifat datar tidak boleh digunakan, jarak bidikan tidak diperkenankan lebih dari 50 m. Bidikan ke belakang kira-kira sama dengan bidikan ke muka, untuk menghindari kesalahan kolimasi. Tidak dibenarkan melakukan pembidikan silang (intermediate sight). 7) Pembacaan rambu tidak boleh dilakukan melebihi 20 cm dari batas bawah rambu dan juga 20 cm dari batas bagian atas rambu. 8) Untuk membantu pelaksanaan pengukuran titik-titik rincik ketinggian dianjurkan agar titik tinggi sementara dipasang pada waktu pengukuran sipat datar utama antara lain : gorong-gorong, tangga rumah, lantai pengeringan padi, dan lain sebagainya. Titik-titik tersebut ditandai serta dicatat secara lengkap. 9) Juru ukur harus memasukkan data-data mengenai tinggi dan rendahnya hasil ukuran pada setiap formulir yang sudah ditentukan, bacaan belakang, bacaan muka, beda tinggi h (+ dan -) harus dijumlahkan. Perbedaan antara hasil bacaan belakang, dan muka harus sama dengan hasil beda tinggi (h), hanya merupakan pengecekan aritmatik dapat menghindarkan kesalahan yang tidak terlihat karena data yang tidak benar.

10)Pengecekan harus dilakukan pada setiap halaman dan setiap bagian pengukuran sipat datar, secara sistematis setiap hari, serta harus ditandatangani oleh juru ukur yang bersangkutan. 11) Ketelitian sipat datar sebagai berkut : Jalur utama yang pada umumnya merupakan jaring tertutup yang terikat dengan titik referensi harus diukur dua kali yaitu pergi dan pulang, perbedaan antara kedua harga untuk masing-masing seksi harus kurang dari 10k mm, dimana k adalah jarak dalam km antar benchmark tersebut. 5.3.3 Pengukuran Situasi Sungai 1) Menentukan elevasi tanah untuk situasi lokasi bendung akan dilakukan dengan metode potongan melintang sedangkan detail-detail yang ada di antara potongan-potongan melintang akan ditentukan dengan pengukuran rincikan agar variasi dalam relief dapat digambarkan dengan tepat pada waktu dilakukan penggambaran kontur. 2) Luas lokasi bendung termasuk pekerjaan-pekerjaan pelengkap, tanggul banjir dan tanggul penutup akan diukur dengan potongan melintang setiap 15 m, titik-titik tinggi akan diambil pada potonganpotongan melintang tersebut setiap 5 m demikian juga lokasi antara profil melintang. 3) Potongan-potongan melintang yang akan diukur akan mencakup sekurang-kurangnya 50 m dari sisi sungai kiri dan kanan atau sebagaimana ditunjukkan oleh pemilik pekerjaan. 4) Letak dari potongan-potongan melintang tersebut ditetapkan dengan patok-patok kayu, masing-masing di satu sisi sungai, patok-patok kayu tersebut ditetapkan sebagai titik-titik poligon.

5) Ketelitian titik-titik tinggi potongan melintang ditentukan sebagaimana diuraikan di atas. 5.4 Pencatatan, Reduksi, dan Pemrosesan Hasil Pengamatan di Lapangan Pencatatan, reduksi, pemrosesan hasil pengamatan di lapangan harus mengikuti ketentuan di atas.

6.

PENGGAMBARAN SITUASI LOKASI BENDUNG

Penggambaran dilakukan dengan Autocad ukuran A-1 type apa saja yang dikeluarkan dari distributor tunggal yang berlaku di Indonesia, mengikuti ketentuan dibawah ini : 1) Secara umum peta situasi lokasi bendung skala 1 : 500 dengan kemiringan untuk situasi lokasi bendung akan ditunjukkan dengan interpolasi kontur 0,1 meter, indeks kontur harus ada pada interval 1 m. 2) Titik rincik harus ditulis dengan menggunakan ukuran 1,5 mm, letak titik rincik harus diindikasikan sampai dengan fraksi desimal, jika bentuk detail terganggu oleh harga titik rincik maka angkanya dapat ditulis di sebelahnya. 3) Semua garis kontur digambar dengan menggunakan ukuran 0,1 mm kecuali untuk indeks kontur digunakan ukuran 0,3 mm, harga-harga garis kontur dituliskan hanya pada indeks kontur setiap lima garis kontur. 4) Garis silang (grid) panjang 10 x 10 mm, dan pada sisi peta garis silangnya sepanjang 5 mm dan koordinat-koordinat garis silang ditulis di dalam atau di luar batas lembar peta bergantung dari keinginan pemilik pekerjaan, koordinat-koordinat tersebut ditulis dengan selang

50 m sepanjang keempat sisi dari peta, angka harus ditulis dengan tinggi tulisan 2,5 mm. 5) Kertas yang akan dipakai adalah transparan stabil atau yang sejenis, peta-peta dilengkapi dengan keterangan (legenda) situasi menurut standar yang berlaku berkenaan dengan ukuran garis, arsiran dan symbol yang diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan. 6) Ketentuan lainnya mengikuti ketentuan di atas.

panjang 4 basis 4 base lengths

ujung blok Pat-M/Pat-B edge of Pat-M/Pat-B block batas daerah pemetaan mapping area boundary pertampalan batas jalur harus rapi neat overlap boundary of strips kontrol denah dan tinggi (X,Y,Z) harus ada plan and height control (X,Y,Z) obligatory kontrol denah dan tinggi (X,Y,Z) *) plan and height control (X,Y,Z) kontrol tinggi saja ( Z ) *) height control only ( Z ) *) penentuannya terserah pelaksana pekerjaan disposition at discretion of contractor

CATATAN UNTUK GAMBAR 1


1. Diagram di atas memperlihatkan suatu blok pemetaan seluas 25.000 ha dan tercakup pada foto udara dengan skala 1 : 10.000 dengan pertampalan (overlap) 60 % (muka dan belakang) dan 30 % pertampalan samping. Persyaratan blok PAT-M/PAT-B, termasuk kontrol di sekeliling perimeter, memakai foto udara yang mencakup luas sekitar 30.000 ha dalam 12 strip/jalur terbang di mana setiap jalur, masing-masing terdiri dari 17 model. 2. Kontrol tinggi fotogrametri diperlukan pada setiap interval 4 (empat) panjang basis sepanjang masing-masing ujung setiap strip/jalur; jumlah keseluruhan titik-titik kontrol yang diperlihatkan adalah 65 buah. Hal ini berhubungan erat dengan kerapatan benchmark (x,y,z). Jadi kontrol tersebut sudah siap ditempatkan untuk x,y dan z dan penempatan tinggi-tingginya harus diketahui dari foto identifikasi (jika tidak ada premark). 3. Keempat titik sudut harus ditempatkan pada x,y dan z. Bagaimanapun juga penempatan kontrol horizontal mungkin bervariasi tetapi Direktorat Irigasi dalam hal ini hanya memperlihatkan suatu contoh yang paling sedikitnya harus memenuhi syarat seperti pada diagram di atas; dengan penyebaran yang cukup seragam di seluruh blok, dengan titik berat pada sudut-sudut untuk menghindarkan terjadinya kesalahan besar. 4. Daerah pemetaan yang tidak teratur dan perhimpitannya bervariasi, begitu juga skala fotonya, akan selalu menyebabkan penyimpangan-

penyimpangan dari keseimbangan ideal antara persyaratan-persyaratan teknik dan kontrol fotogrametris.

Gambar 1 Contoh Skema Kontrol Untuk Triangulasi Udara

30

20 150 20 150 20 30 400

titik tetap benchmark

kerangka penyangga dari kayu atau kaso wooden supports

plastik kuning yellow plastic sheets

150

50

30

20

400

Gambar 2 Konstruksi Tanda Lapangan

150

PROYEK DI IDENTIFIKASI OLEH TANGGAL


SKETS :

FOTO IDENTIFIKASI SKETS DARI FOTO IDENTIFIKASI FOTO

FP 26 RUN 7 : 16 RUN 7 : 15.16

u KH 26/1 POHON

KH 26

19.8m KH 25/8 A B rumah pagar SETAPAK JALAN

135 mm

58 mm 95 mm

CATATAN 1. FP 26 A terletak di samping atap rumah,

2,5 m. diatas tanah. Titik

baik untuk (x,y). 2. FP 26 B . terletak di daerah datar di antara rumah dan pagar, dan di 172 mm tengah - tengah jalan setapak. Daerah datar sekitar 3 meter. Titik baik untuk (z)

Gambar 3 Contoh Sketsa Identifikasi Foto

LAPORAN UJI COBA PEMOTRETAN UDARA

FORMULIR A No.Uji Coba

SEKSI 1 No. Negatif Roll Nomor-nomor Exposure Tanggal Pemotretan Tinggi Terbang SEKSI 2 UJI COBA STEREO PENYETELAN PERALATAN : K1 W1 Q1 BY B K2 W2 Q2 BY BX

. .. . ..

Tipe Kamera Kamera P.D Tanggal Uji Coba Alat Uji Coba & No.

..

3 No. +1 5

4 2+ 6 No.

.. .. .. ..

Catat jumlah peralaks pada setiap posisi yang di tetapkan (1 s/d 6) Jumlah perkiraan dalam mm. Catat semua besar paralaks termasuk bacaan-bacaan Zero (zero reading). Catatan-catatan mengenai kualitas dan kondisi umum*) diapositif/negatif film udara.

3 +1 5

4 2+ 6
Uji coba diselesaikan oleh : .

Resolusi diapositif SEKSI 3 UJI COBA DIMENSIONAL PANEL DATA

Catat semua ukuran A sampai F dalam mm PANEL DATA

2 A 1 F E

3 C

Emulsi naik / turun selama pengukuran *) Catat informasi yang bisa dipakai Uji coba diselesaikan oleh :

Gambar 4 Laporan Pemotretan Udara

20

. Pen kuningan level Bross level control pin

tanah asli/ ground level begel 6mm-15cm slirrup Tiang 10mm bar

1m No

10 65 0

10 10 20 10

beton 1:2:3 Concrete


15

20 40

pelat marmer 12x12cm marble plate


20

10

20

pasir yang dipadatkan well compacted sand


40

ukuran dalam cm dimention in cm

Gambar 5 Konstruksi Pilar Titik Tetap dari Beton

6cm

paku nail pipa peralatan plastic drainpipe nomor titik station number tanah asli/ ground level nomor titik yang ditandai pada pipa paralon station number to be marked on drainpipe setiap penandaan azimut tertentu, harus terlihat dari titik tetap ybs one azimuth mark to be visible from every benchmark

25

A12

100 75

beton concrette ukuran dalam cm dimention in cm

Gambar 6 Contoh Konstruksi Penanda Azimut

PROYEK DI UKUR OLEH DISKRIPSI BENCHMARK

Komering Hulu A.Suryana

No mor Bench Mark Tanggal

KH 42 19.4.82

KH 42 merupakan pilar yang tetap, dengan ukuran 1.0 x 0.2 x 0.2 meter. Tinggi pilar dari atas permukaan tanah kira-kira 0,23 meter
20 25

Tanah Asli
10 8

68

Foto Benchmark

15 20

Pasir
40

Ukuran Cm

Nomor BENCHMARK AZIMUT MARK PREMARK KH 42 A42 KH 42/1

E (m) 17423.58 17116.16 17446.41

N (m) 10762.12 10654.46 10769.38

Elevasi (m) 58.76 50.18 57.24 SKETSA DETIL

catatan Tinggi diatas pilar Tinggi diatas paralon Tinggi di permukaan tanah

SKETSA LOKASI SEKITARNYA

ke buaymadang
251 /326 m

KH 42

mag74

KH 42/1

12

KH 41
25 m

A 42 ke Tanah Merah
33 m

Pagar kayu

U
KE MARTAPURA

SEKOLAH

DESKRIPSI DAN CATATAN 1. Dari kantor polisi Buaymadang sebagai titik tolak, ke arah martapura sepanjang jalan raya sejauh 12.4 km sampai menemui persimpangan jalan, kemudian belok ke arah kiri menuju ke arah sekolah di Kp.Tanah merah sejauh 0.5 km. Dari sekolah tersebut belok kiri mengikuti jalan setapak sejauh 90 meter. Pilar BM tersebut akan diketemukan pada jarak 12 meter di arah sebelah kanan dari jalan setapak tersebut. 2. Premark di pasang dengan kedudukan terhadap BM tersebut seperti tertentu pada gambar di atas. 3. Titik A42 dapat di tentukan dari KH42 dengan A42 magnetic 251 jarak 326 meter.
FOTO UDARA RUN 3 : 44,45 RUN 4 : 132,133

dan

Gambar 7 Contoh Penjelasan Mengenai Letak Benchmark


TT BM TT BM titik ikat tie poin

50 m daerah yang di ukur bertampalan 100m surveyed areas to overlap by 100m

50 m daerah dalam garis putus-putus dan 50 m di luarnya harus diukur area within packed line including 50 m outside to be surveyed

perbesaran terhadap skala peta (kurang lebih) enlargement to mapping scale (approx)

titik ikat tie point

Gambar 8 Foto Perbesaran Sesuai Skala Pendekatan Peta

b 2.43 sawah jalan P .17 3.86 P .18 3.76 P .19 3.85 P .20 3.91 b 2.43 P .21 4.12 P .22 4.36 T.1 b 3.17 a U .1 3.26 U .2 3.85 a b b S .4 3.46 a 3.97 b 3.37 b c 3.37 b a 4.03 b 3.72 S .7 2.93 d 3.80 c 2.48 S .8 4.20 T.7 H R.25 U .7 3.96 T.5 kampung a b T.6 a a U .5 4.15 a 4.24 U .4 3.99 a 3.56 U .3 3.96 a 3.33 sawah P .23 4.52 jalan

a 3.53 T.2 3.62

S .1 2.88 f 2.85

S .2 3.01

c 3.14

S .3 3.27

a 3.76 b 3.03 b d 3.10

T.3

T.4

a 3.47

sawah e 3.39

d 3.89

S .3 3.67

S .6 3.86 c 4.00

b 4.28 U .6 3.75

3.66 sawah

4.48

3.62

b a ta

S .9 4.20

b 4.20

Gambar 9 Bayangan/Citra Foto Telah Dihilangkan Agar Supaya Contoh Ini Lebih Jelas
titik tinggi spot height pematang bund sawah rice field sawah rice field

kampung village

a
jalan road

b
sungai river/stream

sawah rice field

ka

pu

sawah

a 4.12

ng

Gambar 10 Lokasi Titik-titik Tinggi

10

12

14

16

18

20

22

24

RUN 4
UN A 10

DESA C RUN 5
13 15 17 19 21 23 25 27 29 31

R
33

RUN 6A RUN 6
17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39

KOTA
8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28

RUN 7

+12

PRINCIPAL POINT &PHOTO NUMBER EXTENT OF STRIP SELECTED C CLOUD

MAPPING LIMIT S CLOUD SHADOW

DIAGARAM NO. SAP 1/83 SCALE 1 : 50000 BLOCK NAME

DATE :

OLEH :

SELECTED AERIAL PHOTOGRAPHY DIAGRAM

Gambar 11 Contoh Ikhtisar dari Diagram Foto Udara yang Telah Diseleksi

(49)

(50)
6 8

(51)
10

(52)
12

(53)
14

(54)
16

(55)
18

(56)
20

(57)
22
01

(58)
24

RUN 4

69004 43040 131050 151050 15 63040 171050 17 83000 191050 19 103040 211050 21 123040 231050 23
70

143040 251050 25

163040 271050 27

183040 291050 29

71 311050 203040

223040

243040

18001

7 13
N

331050 A 10 33
73 01 (74)

4 00

RUN 5

13

(64)
22004

(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

(70)

(71)

(72)

U 31 R

(73)

23004 171060 191060 19 211060 21 231060 23 251060 25

23004 271060 27

011061 291060 253050

031061 311060 273050 31

(90)
29

051061 071061 24004 293050 33 313050 35

091061 0 10 63 333050

RUN 6

17

(82)
96004 81070 8 101070 10

(83)

(84)

(85)

(86)

(87)

(88)
313040

(91)

(92)

37

(93)

39

053051

073051 261070

093051 281070

233040 121070 12 141070 14

253040 161070 16

273040 181070
4 04 70 97

293040 27002 20 22 24

RUN 7

(102)

(103)

(104)

(105)

(106)

18

26

(107)

(108)

(109)

(110)

(111)

28

(112)

12

PRINCIPAL POINT MODEL POINT & MODEL LIMITS

(53) MODEL NUMBER CONTROL POINTS PLAN ONLY PLAN & HEIGHT

MAPPING LIMIT

DIAGARAM NO. ATP 1/83 SCALE 1 : 50000 BLOCK NAME

DATE :

OLEH :

HEIGHT ONLY

AERIAL TRIANGULATION PREPARATION DIAGRAM

Gambar 12 Diagram Persiapan

(49)

(50)
6 8

(51)
10

(52)
12

(53)
14

(54)
16

(55)
18

(56)
20

(57)
22

(58)
24

RUN 4

69004 43040 131050 151050 15 63040 171050 17 83000 191050 19 103040 211050 21 123040 231050 23
0 70

143040 251050 25

163040 271050 27

183040 291050 29

01 71 311050 223040 203040

243040

18001

RUN 5

13

(64)

(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

(70)

(71)

(72)

UN 31 R

7) 331050 13 0A
1

04

(73)

33

73

01 (74)

23004 22004 171060 191060 19 211060 21 231060 23 251060 25

23004 271060 27

011061 291060 253050

031061 311060 273050 31

(90)

051061 071061 24004 313050 35

293050 33

091061 0 10 63 333050 37

RUN 6

17

(82)

(83)

(84)

(85)

(86)

(87)

29

(88)
313040 053051 073051

(92)
093051 281070

(93)

39

96004 81070 8 101070 10 121070 12

233040 141070 14

253040 161070 16

273040 181070
4 00 97

293040 27002 20 22 24

261070

RUN 7

(102)

(103)

(104)

(105)

(106)

18

(107)

(108)

(109)

(110)

26

(111)

28

(112)

12

PRINCIPAL POINT MODEL POINT & MODEL LIMITS

(53) MODEL NUMBER CONTROL POINTS PLAN ONLY PLAN & HEIGHT

MAPPING LIMIT

DIAGARAM NO. ATC 1/83 SCALE 1 : 50000 BLOCK NAME

DATE :

OLEH :

HEIGHT ONLY

AERIAL TRIANGULATION CONNECTIONS DIAGRAM

Gambar 13 Diagram Sambungan-sambungan

PROYEK MODEL JALUR ALAT

: : : :

00 0400727

01 0611217

TANGGAL PENGAMATAN : ATAU PROYEK LEMBAR TANGGAL PERAKITAN DIPERIKSA : : : :

0632217 00 100251 0.0 0400765 0.3

0612217 02

0400766 0.3

Gambar 14 Diagram Vektor Residu Titik Model dalam Model Ortofoto atau Rakitan Peta

Ortofoto
600 550 500 450 400 550 500 450 400 550 500 450 400 350 550 500 450 400 350

salah wrong

benar right

b. Garis kontur digeser.

yang

memotong

rumah

harus
salah wrong benar right

600

450 500 550 600 650

a. Angka-angka garis kontur harus tegak ke arah yang lebih tinggi dan tegak lurus pada garis kontur.

450 500 550 600 650

tinggi high benar right

c. Simbol, ketinggian, dan garis silang grid, serta JAYA nama-nama desa tidak diperbolehkan menimpa detail lain. Dengan demikian detail yang lain s alah wrong dikalahkan.

JAYA

b enar right

d. Simbol bangunan hendaknya tegak lurus dan sejajar dengan garis tepi samping. Tidak diperkenankan mengikuti letak bangunan.
salah wrong

P benar right

e. Peletakan simbol jembatan jangan terbalik. Yang diberi jembatan adalah jalan bukan kalinya. Kecuali bila jalan dilewati bangunan air di atasnya seperti talang dan lain-lain.

salah wrong

benar right

f.

Angka kontur dituliskan menurut kontur interval yang telah ditetapkan. Ini harus berlaku bagi seluruh lembar. Karena peta yang dibuat adalah merupakan satu seri peta.

10 cm

10 cm

g. Silang-silang grid dilengkapi tiap 10 cm.


31 0
31 5

h. Ketebalan penarikan garis harus tetap, sehingga garis 310 betul-betul hitam. Hal ini penting sebab garis yang tidak betul-betul hitam bila dicetak akan hilang. ? 325 i. Garis kontur tidak mungkin bersilangan ataupun 35 bersinggungan.
30 0

300

320
325

315
320

10 cm
310 315

salah wrong

benar right

310

325

j.

Penggambaran arah aliran air sungai : - Bila sungai digambar dengan 2 garis, maka simbol aliran air yang berupa anak panah diletakkan di antara kedua garis.
salah benar right

wrong - Bila sungai digambar 1 garis simbol anak panah

k. Penyebaran simbol pada tata guna tanah harus diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak bertumpukan dengan simbol lainnya.

100

100

75 75

salah wrong

benar right

l.

Peletakkan simbol pada suatu areal tata guna tanah tertentu digambar merata walaupun terdapat sungai/anak sungai di dalam areal tersebut.
salah wrong benar right

Gambar 15

530.000

530.500

531.000

531.500

532.000

9 8 0 .0 0 0

532.500 9 8 0 .0 0 0 9 7 9 .5 0 0 9 7 9 .0 0 0
20

10 m m

9 7 9 .5 0 0

10 m m

20

T R IG (w )

9 7 9 .0 0 0

20

B M (w )

9 7 8 .5 0 0
AM E (w

9 7 8 .5 0 0

IV

ER

V IL L A G E N A M E (w )

9 7 8 .0 0 0

9 7 8 .0 0 0

9 7 7 .5 0 0 530.000 530.500 531.000 531.500 532.000 532.500


20

9 7 7 .5 0 0

P e tu n ju k L embar P E TA IN D E X

S ka la 1 :5 0 0 0 K E TE R A NG A N N AM A P RO YEK

CATATAN :
1. Citra ortofoto, tinggi titik rincikan dan kontur tidak dimasukkan dalam contoh ini agar lebih jelas.

2. Huruf (W) menunjukkan bahwa nama satu identifikasi ditulis dalam suatu bentuk citra stensil (ialah : putih di atas bayangan positif atau peta ortofoto), kecuali apabila detail positifnya menggunakan warna pucat di mana tulisan huruf harus tampak hitam. 3. Lihat bag. 8.4 untuk hal-hal yang terserah kepada pihak Pelaksana Pekerjaan.

Gambar 16 Contoh : Susunan Peta Ortofoto 1 : 5.000

20

530.000

527.500

525.000

522.500

980.000

520.000 980.000 977.500 975.000


20

9
977.500

975.000
20

972.500

20

972.500

970.000 530.000 527.500 525.000 522.500 520.000


20

970.000

P ETA INDEX

U
K ETERANGAN S kala 1:20000 NAMA P ROYEK O rthophoto Map W ith 5 m

10

CATATAN :
1. Citra ortofoto dan kontur tidak dimasukkan dalam contoh ini agar terlihat lebih jelas. 2. Catatan harus menjelaskan bahwa peta ortofoto skala 1 : 20.000 ini berasal dari peta ortofoto skala 1 : 5.000

Gambar 17 Contoh : Susunan Peta Ortofoto 1 : 20.000

20

Anda mungkin juga menyukai