Anda di halaman 1dari 8

#Lokasi: Blok simenggaris, cekungan tarakan bahian utara.

570km dr balikpapan

#Tujuan: identifikasi zona prospek di blok simenggaris

#Area studi: daerah blok simenggaris yg mencakup 4000km2. Meliputi offshore & onshore pada daerah dataran rendah *swampy* dekat dgn mulir sesayap, sembakung & sungai sebuku. Bloknya dikelilingi oleh cekungan kalimantan bagian timurlaut. Merupakan satu area dari 4 daerah berumur tersier (area of 4 tertiary), sedimen depocenters-nya berasal dari Tiding, Bulungan (Tarakan), Berau dan sub-cekungan Muara.

#Sejarah eksplorasi dan produksi: Hampir semua cadangan mrpk sikuen fluvatile yang tebal berumur Pliosen, reservoir batupasir pada pulau Bunyu dan Tarakan. Lapangan terbesar secara bebas tertutup antiklin yg cenderung ke utara. Kisaran ukurannya antara 3,9 sampai 10,6 km2 (960 - 2600acre). Lapangan sembakung hanya lapangan komersial pada pulau utama dan memproduksi dari reservoir batupasir berumur Miosen Akhir. Minyak telah diproduksi di Bangkudulis dan gas telah ditemukan di Sesayap. Belum ada penemuan komersil di lepas pantai. Ini disebabkan karena jarang ditemukannya struktur bebas tertutup pada kedalaman yg dangkal, dengan umur Plio-Pleistosen, kedalaman yg kaya kandungan pasir dilakukan produktif di pantai pulau Tarakan dan Bunyu. Lebih dari 90% cadangan minyak di cekungan Tarakan telah ditemukan sebelum 1923 (parmusian 1901, juata 1918, bunyu 1923). Lapangan2 ini telah diidentifikasi oleh geologi permukaan dan rembesan minyak. Sejak 1970, lebih dari 30 sumur pantai dan 16 sumur lepas pantai telah ditambahkan hanya lapangan minyak Sembakung dan lamangan gas Tapa. Penentuan umur aktifitas tektonik sulit dilakukan pada lingkungan fluvatile-deltaic dan secara lateral, kejadian seismik terputus2 juga sulit untuk dikorelasikan dengan singkapan yang ada dipantai. Hal ini membuatlebih sulit untuk memahami hasil dari

sumur yang telah di gali. Migrasi minyak dan gas sebelum jebakan terbentuk seperti penyebab kurang suksesnya. Banyak sumur yang telah diproduksi minyak dan gas yang memiliki struktur yg berasosiasi dengan kebalikannya atau produksi dari beberapa meter pasir atau kurang.

Tingginya ratio pasir sampai lanau pada sedimen fluvio-deltaic pada formasi Tarakan dan Santul, bersama dengan berkurangnya transgresi sampai serpih dengan kemenerusan lateral yang baik - menghasilkan langkanya Kunci vertikal pada formasi ini bahkan ketika kemungkinan ada penutup struktural.

Geologi Regional Cekungan Tarakan memiliki luas 40.000km2 dan terpisah dari Cekungan Kutai sampai ke selatan oleh punggungan Mangkalihat. Batas timurnya sulit untuk dikenali, tapi kemungkinan dikontrol oleh panyebaran lantai samudra di Selat Makassar. Cekungan ini terbagi menjadi empat sub-cekungan (Tiding, Tarakan, Berau dan Maru), Sub-Cekungan Tarakan juga dirujuk/dikenal menjadi subcekungan Bulungan untuk menghindari kebingungan terhadap kepemilikan nama sub-cekungan dengan nama cekungannya. Keberhasilan dalam menemukan lapangan untuk kegiatan komersil di cekungan Tarakan mungkin disebabkan dari bertambahnya pengetahuan tentang cekungan yang berkembang sesuai dengan waktu. Struktur cekungan Tarakan Meliputi luas daerah 40.000 km2 dan terpisah dari cekungan kutai di selatan semenanjung Mangkalihat (dasar tinggian) dimana bagian tipis singkapan berumur tersier dan basement pretersier. Cekungan ini dibatasi sampai ke barat oleh pusat barisan kalimantan yang terdiri dari melange yang sebagian terubah pada cretaseous sampai eosen awal dan terkena pengaruh tektonik dengan kuat. Ini berakhir di utara pada tinggian semporna dimana batuan pretersier terangkat berumur mesozoikum, batuan metamorf dan basement batuan beku. Hamilton (1979), Mc Manus dan Tate (1978) mengasosiasikannya kedalam busur Sulu dan menginterpretasikan menjadi hasil zona kolisi dari Lempeng Filipina ke arah batas tenggara Kepulauan Sunda. Batas timur dikenal kurang baik dan dianggap berada di palung (trough) makasser dimana basement pretersiernya lebih dari 15000m. Secara umum cekungan ini adalah bagian dari Cekungan Kalimantan timur yg terbentuk secara syngenetik dengan pembukaan selat malaka selama miosen sampai kala Plio-Pleistosen.

Batuan dasar pretersier "batuan dasar" ditindih dengan sekuen sedimen berumur tersier yang tebal berasal dari erosi dari tengah pengunungan di Kalimantan. Sikuen deltaik yg lebih tua dari pra-miosen tengah berkembang dibagian barat cekungan Tarakan dan disebut sebagai sub-basin malinau (Acro, 1993 ?) Sikuen yang lebih muda dari Miosen tengah sampai Kuarter, sedimen fluvatile deltaic terendapkan di bagian timur Tarakan basin. Busur bunyu dan tarakan memegang 92% dari seluruh minyak komersil di cekungan tarakan dan plunging nonse dari busur2 itu telah diterima considorable exploration effort di lepas pantai (Wight, et al). Busur tarakan merupakan Busur terpanjang (Ahus,bunyu dan tarakan) dan bagian punggung dari pulau sebelum plunging (terjun) selatan-baratdaya past the dahlia well. Busur Tarakan dipotong secara melintang (Transected) oleh rangkaian sesar utara-baratlaut sampai dengan sesar berorientasi utara dengan tambahan set of northeast normal (growth?) Faults. Sebagian kecil lahan yang terletak sepanjang komplek busur dan menunjukkan satu jenis gaya perangkap. Bagian downthrown rollover Pamusian memiliki karakteristik sesar tumbuh, tapi lapisan pasir masiv dan besar melalui sesar ini membuatnya sulit untuk dikenal. Macam-macam sesar yang ada pada area yang kecil (reverse faults, discontinuous step faults, normal faults) mengacu kepada komponen strike-slip yang tidak bisa ditegaskan karena buruknya refleksi seismik, dalamnya basement dan tidak adanya basement reflector hampir disepanjang area lepas pantai. Bagian busur Bunyu yang lebih pendek condong kearah tenggara dan hampir paralel terhadap Busur Tarakan. Ada sebuah acuan yang mendasarinya, tinggian timur-barat yang terputus dibawah permukaan Busur Bunyu, yang dapat ditelusuri sepanjang timur Mayne Fault. Pada pulau, a set of north oriented, down-to-basin normal fault anastomose and curve northwestwards towards the Ahus arch. Sumbu dari lapangan Minyak Bunyu kira-kira ke arah utara, tapi klosur downthrown-nya bebas dari sesar utara-selatan. Ada kenampakan yang menjadi beberapa penutup sesar menuju fields yang berdekatan yang berada dalam potongan sesar paralel. Busur Ahus menghadap hampir kearah baratdaya (NW). karena perpotongan sesar ini sedikit menerus dibandingkan kedua busur lainnya. Wight, et al, menginterpretasikannya menjadi sebuah terusan/lanjutan dari antiklin Nunukan yang sedikit terpisah pada dasar palung pleistosen pada Pliosen dibawahnya ketidakselarasan angular (hasilnya berupa orogenesa post-pliosen mayor). Busur ini terhenti sampai bagian tenggara pada saat pengangkatan, batas paparan karbonat miosen berada dekat sumur Kanah-1. Ketiga busur diatas telah terlibat pada pelipatan Pleistosen akhir. Umur relatif dari ketiga busur ini tidak pasti karena melibatkan waktu yang pendek, sparse well control (kurangnya kontrol), jarang ditemukannya fosil penentu umur dan facies yang menyulitkan untuk melakukan korelasi pada log dan data seismik.

Formasi masing-masing busur tidak pasti. Luncuran gravitasi (gravity sliding has been proposed), dengan kompresi yang datang dari timur dan barakhir di barat. Pemikiran lainnya adalah rotasi berskala regional dan pengangkatan karena hentakan. Wight, et al, melaporkan penyelesaian setelah D.T. Moffat (personal communication Wight, et al) yang melibatkan banyak komponen kinematis konvergen dan divergen regional dalam pembatasan sistem strike-slip faults. Hal ini akan konsisten dengan boardly tensional regime subsiding menuju tenggara dan timur dan akan membiarkan kehadirannya, pada skala lokal yang lebih, minor strike-slip dan listric faults yang akan nampak berbentuk seperti sendok. Wight melaporkan bahwa mekanismenya hampir menyerupai untuk menjelaskan inversinya, first put forward by T.P. Harding (Esso/BP/Sceptre 1990) dalam laporan yang tidak disebarkan, yaitu: -deep thrustung from the west. Only two thrust have been identified in the tertiary rock onshore. One in the Sekatak river area, near Tarakan Island and one to the south (a sector of the Katih Fault) in Berau.

Ringkasan Struktur Wight, et al, merangkum sejarah tektonik sejak miosen akhir yang pada awalnya extentional dengan pertumbuhan melewati sesar utara-selatan, membentuk rollover antiklin-antiklin. Dorongna dari barat disebabkan inversi selama Pleistosen untuk membentuk busur-busur isoklinal. Pengaruh dorongan dari barat menghentikan downl-plunge menuju selatan-tenggara, dimana ekstensi yang menerus melewati susunan faults utara-selatan yang berumur lebih muda. Busurbusur tersebut kemudian bergeser ke timur sebagai hasil gaya gravitasi dan sesar strike-slip minor sejajar dengan pesisir pantai Tarakan dan Pulau Bunyu dan listric faults berada di ujung utaranya. Kunci dari akumulasi hidrokarbon terbesar di Pamusian dan Bunyu nampak menjadi early rollover into growth faults dan saat ini berada dipuncak, yang menjadi kearah selatan-tenggara, thrust induced plunges have not titled out their critical early-formed counter-basinal closures.

Ada berbagai struktur kompleks dan tektonik (wide variety of structural complexity & tectonism). Hal ini teutama berlaku pada sub-cekungan Tarakan. Kemungkinan basement yang berhubungan dengan sesar di arah NM-SE dan NE-SW. trend antiklin dan sinklin serta trends regional pada outcrop western berhubungan dengan pergerakan basement. Sesar yang lebih muda memiliki beberapa karakteristik sesar tumbuh gravitasional. Hampir semua jebakan pada formasi Tarakan tebentuk pada tektonik Pliosen awal. Struktur dan struktur dan ciri khas merujuk pasanyan trendutara yang pertama pergerakan lateralnya kearah kiri dan pada fase tektonik akhir pergerakannya menjadi kearah kanan. Hal ini mungkin mengambil tempat pada boardly tensional setting.

Depocenters Cekungan ini dibagi menjadi empat sub-cekungan yang lebih kecil, yaitu: a. Sub-cekungan Tidung di utara hampir seluruh bagian cekungan tarakan dan terisi dengan sedimen Eosen-Miosen akhir. b. Sub-cekungan Berau, depocenter paling selatan yang juga terdiri dari sedimen Eosen-Miosen akhirdan dipisahkan dari Tidung oleh Ridge Sekatak. c. Sub-cekungan Bulungan (dirujuk hampir seluruh sub-cekungan Tarakan) dan utamanya penambahan lepas pantai dari sungai Sembakung di utara dibawah delta Bulungan (bagian timur Sekatak Ridge) sampai mendekati mulut sungai Berau diselatan - sub-cekungan Bulungan adalah sub-basin termuda dan kandungan utamanya cadangan batupasir fluvio-marine berumur Plio-Pleistosen tebalnya sampai 6000m yang membentuk reservoir yang baik dan memegang minyak di Tarakan Basin secara massal. d. Sub-cekungan Muara terletak dilepas pantai bagian selatan dari subcekungan Bulungan antara Pulau Maratua dan Semenanjung Mangkalihat sampai ke SW dan terpisah dari sub-cekungan Muara oleh Suikerbrood Ridge dan terisi sedimen oligosen dan sedimen fluvio-marine yang lebih muda.

Sub-Cekungan Tarakan (Sub-cekungan Bulungan) Wight, Hare dan Reynolds secara tidak resmi menunjukkan cekungan Tarakan sebagai cekungan yang terpisah karena area dan ketebalan sedimennya (700km2, terutama lapisan sedimen Plio-Pleistosen setebal 5000m) mereka mendeskripsikannya sebagai daerah yang meliputi lepas pantai dan area pulau antara Tarakan dan Pulau Bunyu. Hubungan sub-cekungan Tidung, Berau dan Muara ditetapkan setelah (Ahmad & Samuel, 1984) dalam hubungan stratigrafi dan strukturmenjadi sekumpulan Depocenter Plio-Pleistosen yang menerus didasari oleh depocenters Miosen yang belum terangkat menjadi singkapan seperti onshore sub-basins. Pulau Nunukan, Sebatik dan pantai Simenggaris (batas NW) adala bagian Depocenters Miosen di Tidung Sub-Basin. Cekungan Tarakan memiliki kedua depocenter, baik Pliosen maupun Pleistosen. Depocenter timur dari Mayne Faults menunjukkan pertumbuhan dan rollover menjadi faults selama Pliosen dan Pleistosen.

Sub-Cekungan Tidung

Merupakan sub-cekungan yang memiliki Depocenter paling utara dan terisi oleh material sedimen Eosen sampai Miosen tengah. Memiliki karakteristik graben yang terletak diantara Tinggian Semporna diutara, Kompleks Melange dari pusat range di bagian barat dan Plaftorm Sebuku di selatan. Secara tektonik subcekungan Tidung stabil selama Miosen sampai Pleistosen. Style struktural yang ada saat ini mirip dengan yang ada selama sedimentasi. Paleo struktur Subcekungan Tidung membentuk mode sinklin dengan arah sumbu NW-SE.

Sub-cekungan Berau Terletak paling selatan, depocenter pantai dan mengandung material sedimen Eosen tengah sampai Miosen akhir. dipisahkan dari Sub-basin tidung oleh Sekatak Ridge.

Sub-Cekungan Muara Berkembang di lepas pantai dan terisi oleh sedimen fluvio-marine berumur Oligosen. Terletak di selatan Tarakan (Bulungan) sub-basin diantara pulau Maratua dan Muara Reefs kearah NE dan Semenanjung Mangkalihat di SE. Suikerbrood Ridge memisahkan Muara Sub-Basin dengan Berau sub-basin (Oil & Gas Fields Atlas). Seimentasi dimulai pada Eosen tengah di Berau dan Sub-basin Tidung. Endapan pasir fluvio-deltaic pada Eosen akhir diikuti endapan shale laut dangkat. Platform carbonat dimulai berkembang disisi selatan sub-basin Berauberdekatan dengan suikerbrood Ridge pada Eosen akhir hingga Oligosen. Sisa dari platform karbonat diinterpretasikan menjadi serupa terjaga didalam sub-basin Tidung. Berlanjutnya transgresi, platform ditindih oleh shale laut dalam.

STRATIGRAFI Gambaran stratigrafi untuk sedimennya secara luas berasal dari Laporan Genindo 1996 dengan beberapa data berupa laporan yang tidak terpublikasikan dari Pertamina dan beberapa operator sebelumnya di Tarakan basin. Kerangka stratigrafi cekungan Tarakan dibagi menjadi dua sistem sedimen utama.

Sistem Sedimentasi Non Deltaic Terdiri dari sedimen vulkanik dan laut dalam sampai dengan sedimen continental dari Paleosen sampai Miosen awal. Rangkaian ini terletak secara tidak selaras diatas basement kompleks yang ter-metamorfosa-kan secara kuat dan faulted (disesarkan) oleh batuan beku. Kelompok non-deltaic telah diidentifikasi sebagai: Formasi Sembakung, Sajau, Seilor, Mangkabua, Tempilan, Tabalar, Mesaloi dan Naintupo.

Sistem Sedimenter Delta Sistem ini terdiri dari sedimen seri progradasi deltaic dari Miosen tengah sampai Kuarter yang terletak tidak selaras diatas sikuen pro-delta Formasi Naintupo. Material klastik seri delta yang berasal dari daerah barat Cekungan Tarakan yang dikenal sebagai Central Range Kalimantan atau Tinggian Kuching. Lima siklus pengendapab telah ditetapkan diatas basement complex. Siklus-siklus ini dipisahkan oleh ketidak selarasan dan masin-masing siklus dimulai dengan arus klastik yang bertingkat keatas dan basinward menjadi fasies argilleceous atau karbonat marine. Lithostratigrafi masing-masing siklus dijelaskan sebagai berikut: Basement complex Batuan dasar adalah kesatuan kompleks batuan metamorf, batuan beku dan metasedimen berumur Permo-Carboniferous sampai Eosen awal. Satuan batuan ini berkembang baik dan terbuka sepanjang batas barat cekungan Tarakan dan Suikerbrood ridge onshore hingga ke selatan. Satuan litostratigrafi basement complex terdiri dari Kwarsit, Slate, marmer, radiolaria rijang, batupasir merah, konglomerat, mustone vulkanik, karbonat dan mikaan. Batuan-batuan dirujuk menjadi Danau, Formasi Sembakung dan Mudstone Mailo yang mengandung basement ekonomis.

Siklus 1 (Eosen Akhir-Oligosen) Formasi Sajau Tidak sesuai menindih basement seri konglomerat klastik, batupasir, vulkanik pada bagian bawah dan shale dengan lapisan tipis batubara, batugamping dan sisipan napal pada bagian atasnya dengan total ketebalan lebih dari 1000m . Formasi Seilor Secara sesuai menindih formasi Sajau dan mencapai ketebalan antara 100 500 m. secara luas didistribusi oleh formasi yang terdiri utamanya yaitu batugamping Micritan dan dolomitan dengan

Anda mungkin juga menyukai