Anda di halaman 1dari 5

Vol.I No.

2 April 2010

ISSN: 2086-3098

PENGARUH PENYIMPANAN URIN KULTUR PADA SUHU 2C - 8C SELAMA LEBIH DARI 24 JAM TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Dwi Krihariyani* ABSTRAK Salah satu penegakan diagnosis infeksi saluran kemih adalah pemeriksaan urin kultur. Pada pemeriksaan urin kultur, waktu dan suhu penyimpanan harus diperhatikan, sesuai dengan SOP in Microbiology Dir Lab Kes Dep Kes RI 2000 bahwa semua spesimen urin harus sudah diproses kurang dari 2 jam setelah pengambilan atau disimpan pada suhu 20C-80C selama maksimum 18 jam. Urin mengandung sisa metabolisme, garam terlarut, dan materi organik yang dapat menjadi media bagi pertumbuhan bakteri, sehingga waktu dan suhu penyimpanan dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyimpanan urin kultur pada suhu 20 C-80 C selama lebih dari 24 jam. Penelitian eksperimental komparatif ini menggunakan sampel spesimen yang diambil dari penderita perempuan berusia 2550 tahun dan belum mendapat pengobatan. Penelitian dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2009. Metode pengolahan data yang digunakan adalah uji ANOVA. Hasil analisis menunjukkan adanya pengaruh lama penyimpanan urin kultur pada suhu 2C- 8C, dengan nilai signifikansi < 0.05. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari adanya kenaikan jumlah bakteri yang signifikan antara perlakuan spesimen yang diproses kurang dari 2 jam dan setelah penyimpanan 24 jam pada suhu 20C - 80C. Kata kunci: urin kultur, waktu penyimpanan, pertumbuhan bakteri *: Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Depkes Surabaya PENDAHULUAN Laboratorium berperan penting dalam penegakan diagnosis dan infeksi, terutama Infeksi Saluran Kemih (ISK), dengan salah satu pemeriksaan yaitu biakan atau kultur. Hingga kini tak semua laboratorium dapat memberikan pelayanan kultur karena keterbatasan fasilitas yang dimiliki oleh laboratorium tersebut, sehingga diperlukan laboratorium rujukan untuk kultur. Hal yang perlu diperhatikan saat mengirim ke laboratorium rujukan adalah waktu penyimpanan spesimen. Secara ideal spesimen kultur harus sudah sampai di laboratorium dan diproses dalam waktu 2 jam setelah pengambilan, atau disimpan dalam suhu 40C untuk dapat dikirim ke laboratorium dan diproses tidak lebih dari 18 jam (Vandepitte, 2003). Adapun menurut SOP in Microbiology Dir Lab Kes Dep Kes RI, 2000 semua spesimen harus sudah sampai di laboratorium dalam waktu 1 jam setelah pengambilan. Jika hal ini tidak mungkin, spesimen harus disimpan di lemari es (20C-80C) segera setelah pengambilan. Selanjutnya harus sudah diproses di laboratorium dalam waktu 18 jam. Mengingat alasan jarak, tidak sedikit sampel yang dirujuk ke laboratorium membutuhkan melebihi 24 jam. Hal ini tentu tidak sesuai dengan prosedur dasar laboratorium yang menyarankan waktu pengiriman sampel hingga proses tidak lebih dari 18 jam setelah pengambilan (Dir Lab Kes Dep Kes RI, 2000). Jika sampel yang dikirim serta diproses melebihi 24 jam, secara teoritis akan mengalami perubahan dalam pertumbuhan, sehingga
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 115

Vol.I No.2 April 2010

ISSN: 2086-3098

proses pemeriksaan dikhawatirkan mengalami kegagalan. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan penelitian yang mampu menjelaskan pengaruh penyimpanan terhadap tingkat pertumbuhan bakteri pada pemeriksaan urin kultur. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian eksperimental komparatif ini bertujuan membandingkan pengaruh perlakuan penyimpanan spesimen terhadap pertumbuhan bakteri. Sampel penelitian adalah spesimen urin penderita perempuan berusia 2550 tahun dan belum mendapat pengobatan. Urin porsi tengah diambil oleh penderita, yang sebelumnya telah diberi penjelasan agar didapatkan spesimen yang baik. Disarankan spesimen diambil pada pagi hari (tidak buang air kecil/BAK pada jam 22.00 hingga bangun tidur) dan bila tak dapat, diambil 2 jam setelah BAK terakhir. Urin dikelompokkan menjadi 4 perlakuan berdasarkan waktu dan suhu penyimpanan. Pada kelompok I, urin < 2 jam setelah pengambilan diinokulasi mengunakan ose standard (1 l) pada media CLED, lalu diinkubasi pada suhu 37C selama 24 jam. Pada kelompok II, urin disimpan pada suhu 2C-8C selama 24 jam diinokulasi pada media CLED, diinkubasi pada suhu 37C selama 24 jam. Untuk Kelompok III dan IV, suhu penyimpanan 2C-8 C selama 48 jam dan 72 jam. Pada masing-masing kelompok diamati dan dihitung jumlah bakteri yang tumbuh. Diperlukan 6 replikasi pada masing-masing perlakuan. Penghitungan koloni menggunakan teknik yang umum dilakukan yaitu loop (ose) yang dikalibrasi (volume ose adalah 1/1000 ml). Prosedur yang direkomendasikan menggunakan ose metal atau plastik yang dikalibrasi untuk menanam 1 l (1 mata ose/sengkelit) urin ke medium CLED. Pemeriksaan dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya. Metode statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan pertumbuhan bakteri pada 6 spesimen dari masing-masing kelompok perlakuan, dengan penyajian berbentuk tabel frekuensi. Selanjutnya dilakukan uji Anova untuk mengetahui adanya signifikansi perbedaan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai pertumbuhan bakteri disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Bakteri pada 4 Kelompok dengan 6 Kali Replikasi Spesimen urin A B C D E F Total I <2 540.000a 850.000 a 37.000 a 750.000 a 600.000 a 650.000 a 3.427.000 a Perlakuan (jam) II = 24 III = 48 2.025.000b 2.135.000c 3.225.000 b 3.400.000 c 140.000 b 150.000 c 2.850.000 b 3.000.000 c 2.265.000 b 2.400.000 c 2.450.000 b 2.650.000 c 12.955.000 b 13.735.000 c IV = 72 1.520.000d 2.400.000 d 105.000 d 2.120.000 d 1.700.000 d 1.900.000 d 9.745.000 d

Pada Kelompok I (a) terjadi pertumbuhan bakteri. Pada Kelompok II (b), terjadi peningkatan jumlah bakteri secara signifikan dibandingkan dengan Kelompok I. Pada Kelompok III (c)

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

116

Vol.I No.2 April 2010

ISSN: 2086-3098

terjadi peningkatan jumlah bakteri secara signifikan dibandingkan dengan Kelompok II. Pada Kelompok IV (d) terjadi penurunan jumlah bakteri secara signifikan dibandingkan dengan Kelompok III (setelah pengambilan dalam waktu 48 jam pada suhu 20 C - 80 C ). Untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan urin kultur (< 2 jam, 24 jam, 48 jam dan 72 jam) terhadap pertumbuhan bakteri, maka data dianalisis dengan uji Anova dengan memperhatikan beberapa asumsi yaitu data berdistribusi normal, berskala interval atau rasio dan bervarians homogen. Hasil Kolmogrov-Smirnov Test menunjukkan p=0,688 untuk pertumbuhan bakteri dan p=0,499 untuk lama penyimpanan. Kedua nilai p tersebut > 0,05, sehingga disimpulkan terdistribusi normal. Hasil Levenes Test menunjukkan nilai p=0,368 atau >0,05, sehingga disimpulkan data memiliki varians homogen. Ketiga asumsi telah terpenuhi sehingga uji Anova dapat dilakukan. Deskripsi rerata dan simpangan baku untuk tiap kelompok tertera pada Tabel 2, yang menunjukkan bahwa pada penyimpanan 24 jam dan 48 jam terjadi peningkatan pertumbuhan bakteri, namun pada penyimpanan 72 jam mengalami penurunan. Tabel 2. Nilai Rerata dan Simpangan Baku dari 4 Perlakuan (Lama Penyimpanan) Lama penyimpanan kurang dari 2 jam 24 jam 48 jam 72 jam Rerata 571.166,67 2.159,167 2.289,167 1.624,167 Simpangan Baku 283.929,862 1.077.410,863 1.138.553,541 806.017,473

Uji Anova menunjukkan nilai p=0,013 atau < 0,05, sehingga Ho ditolak, artinya ada perbedaan pertumbuhan bakteri menurut perlakuan yang diberikan. Untuk mengetahui kelompok amatan yang berbeda, dilakukan uji perbandingan berganda dengan LSD untuk mencari perbedaan terkecil. Post Hoc Test mendapatkan hasil sebagai berikut: 1. Penyimpanan kurang dari 2 jam berbeda dengan penyimpanan 24 jam 2. Penyimpanan kurang dari 2 jam berbeda dengan penyimpanan 48 jam. Pembahasan Pemeriksaan urin kultur adalah salah satu diagnosa untuk menentukan infeksi saluran kemih dan pemberian jenis antibiotik yang sesuai. Di dalam urin terkandung banyak sisa metabolisme, protein, garam terlarut dan bahan organik (nitrat). Bahan-bahan yang terkandung di dalam urin tersebut menjadi nutrisi atau media bagi pertumbuhan bakteri, maka bila ada sedikit saja bakteri di dalam urin, maka bakteri dapat tumbuh dan berkembang. Selain nutrisi, pertumbuhan bakteri juga dipengaruhi oleh suhu. Suhu dapat mempengaruhi metabolisme bakteri. Semakin cepat metabolisme, semakin cepat pertumbuhan bakteri. Bakteri mempunyai suhu optimum (suhu inkubasi) untuk pertumbuhannya, yaitu suhu yang memungkinkan bakteri tumbuh dengan cepat dan optimum. Lain halnya untuk spesimen urin kultur, pada spesimen urin kultur sebagian besar bakteri penyebab infeksi saluran kemih adalah bakteri enterik. Bakteri enterik termasuk kelompok bakteri mesofil, yaitu bakteri yang mempunyai suhu optimum 30C-37C dan suhu minimum 5C-10C. Media CLED adalah media untuk mendeteksi adanya bakteri dalam urin kultur. Bakteri yang tumbuh pada media CLED dapat dibedakan antara bakteri pemfermentasi laktose dan

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

117

Vol.I No.2 April 2010

ISSN: 2086-3098

non pemfermentasi. Dengan adanya indikator brom thymol blue pada media CLED, maka bakteri pemfermentasi laktose memberi warna kuning. Dalam penelitian ini, pada Kelompok I dari 6 (enam) spesimen urin yang diinokulasikan pada media CLED kurang dari 2 jam, diperoleh hasil: 5 penderita (spesimen A, B, D, E dan F) memiliki jumlah bakteri >100.000 koloni/ml urin dan 1 penderita (spesimen C) memiliki jumlah bakteri <100.000 koloni/ml. Pada Kelompok II, dari 6 spesimen urin yang telah disimpan pada suhu 2C-8C selama 24 jam dan diinokulasikan pada media CLED, terdapat peningkatan jumlah bakteri yang sangat signifikan (>100.000 koloni/ml). Dapat dikatakan bahwa peningkatan jumlah bakteri ini terjadi hampir 4 kali lipat daripada Kelompok I. Peningkatan jumlah bakteri juga terjadi pada Kelompok III. Pada Kelompok IV terjadi penurunan jumlah bakteri. Hal ini terjadi sesuai dengan kurva pertumbuhan bakteri yaitu apabila satu bakteri diinokulasikan pada suatu medium, maka bakteri akan memperbanyak diri dengan kecepatan yang konstan pada waktu tertentu, yang kemudian akan berhenti karena nutrisi sudah tidak memadai, sehingga akan terjadi penurunan jumlah bakteri dan akhirnya terjadi kematian dari bakteri itu. Jumlah bakteri yang tumbuh pada spesimen urin kultur dapat menentukan adanya infeksi saluran kemih. Berdasarkan hasil penelitian di atas, terdapat satu spesimen urin kultur dengan kode C yang diinokulasi pada media CLED kurang dari 2 jam setelah pengambilan dan didapatkan jumlah pertumbuhan bakteri sebesar 37.000 koloni/ml. Setelah diperlakukan dengan penyimpanan pada suhu 2C-8C selama 24 jam didapatkan jumlah pertumbuhan bakteri sebesar 140.000 koloni/ml. Jumlah bakteri (37.000 koloni/ml urin) pada perlakuan kurang dari 2 jam setelah pengambilan tidak menunjukkan adanya infeksi saluran kemih. Sedangkan jumlah bakteri pada perlakuan setelah penyimpanan pada suhu 2C-8C selama 24 jam dapat menunjukkan adanya infeksi saluran kemih. Hal ini sesuai dengan Standard Operational Procedure (SOP), 2000 yang menyatakan bahwa adanya jumlah bakteri 100.000 atau lebih/ml urin dapat menentukan adanya infeksi saluran kemih. Dengan demikian, penyimpanan spesimen urin kultur pada suhu 2C-8C selama 24 jam dapat memberikan hasil diagnosa yang sangat berbeda dengan spesimen urin kultur yang diproses kurang dari 2 jam setelah pengambilan spesimen. Hal ini sesuai dengan signifikasi pembuktian (uji Anova) menunjukkan adanya perbedaan lama penyimpanan urin kultur pada suhu 2C-8C. DAFTAR PUSTAKA Adelberg, Jawetz, Melnick ,2008; Medical Microbiology, edisi 23, Jakarta penerbit Buku Kedokteran EGC. Anonim 1, Penilaian hasil pemeriksaan urine, www.kalbe.co.id, 18 Juni 2009 Anonim 2, pengantar-tentang-bakteri,filzahazny.wordpress.com, 2008 Anonim 3 Mikro-organisme penyebab Infeksi Saluran Kemih, Cattel WR., Urinary Tract Infections.Definitions and Classifications.In Infectionsof The Kidney and Urinary Tract,Ed by Cattel,WR.,Oxford University Press. 1996. Collee J.Gerald.,Fraser Andrew G, Marmion Berrie P, Simmons Anthony 1996, Makckie & McCartney Practical Medical Microbiology, fourteenth edition, New York Edinburgh London Madrid Melbourne San Fransisco and Tokyo. Darkuni, Noviar 2001, Mikrobiologi, Malang JICA

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

118

Vol.I No.2 April 2010

ISSN: 2086-3098

G. Schlegel, Hans dengan bantuan Karin Schmidt,1994; Mikrobiologi Umum; edisi keenam, Yogyakarta penerbit Gajah Mada University Press. Gerard Bonang, Enggar S.Koeswardono 1982, Mikrobiologi Kedokteran Untuk Laboratorium dan Klinik, Jakarta , penerbit PT Gramedia. Hastuti, Utami Sri, 2008 ; Petunujuk Praktikum Mikrobiologi, Malang, Universitas Negeri Malang. Howes, Davis S, MD, 2005., Urinary Tract Infection, Female, University of Chicago J.Vandepitte and J.Verhaegen, Engbaek K, Rohner P, Piot P, Heuck C.C, 2003, Basic Laboratory Procedures in Clinical Bacteriology, Geneva World Health Organization. Jawetz, Melnick & Adelberg,2008; Medical Microbiology, edisi 23. Johnson, Arthur G., Ziegler Riechard, Fitzgerald Thomas J, Lukasewycz Omelan, Hawley Louise ,1994, Mikrobiologi dan Imunologi;Seri ringkasan, Jakarta penerbit Binarupa Aksara. New Gupte Satish, MD,1990 , Mikrokrobiologi Dasar, edisi ketiga, Jakarta penerbit Binarupa Aksara. Oriputra D, Aryani A, Fauzi A 2008, Faktor Risiko Infeksi Saluran Kemih Pada Pertolongan Persalinan Spontan di R.S. Mohammad Hoesin Palembang. Saifuddin AB, 2001, Infeksi saluran kemih, Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta Shaver DC, Phelan ST, Beckman CRB, Ling FW.,1993. Clinical Manual of Obstetrics, Second edition Standard Operating Procedures in Microbiology,2000; Direktorat Laboratorium Kesehatan Departemen Kesehatan RI Tarigan, Jeneng 1998, Pengantar Mikrobiologi, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. www.kalbe.co.id , 2009.

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

119

Anda mungkin juga menyukai