Anda di halaman 1dari 2

Teori Agensi Jensen dan Mecking (1976) mengemukakan teori agensi(agency theory) dan sekaligus mengintegrasikan dengan teori

property gights serta pengembangan teori struktur kepemilikan perusahaan. Dalam teori ini diuraikan mengenai adanya hubungan antara pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan. JM menguraikan adanya konflik principal denagn agent yang disebutkan bahwa biaya agensi merupakan hasil (penjumlahan) pengeluaran atau pemantauan(monitoring) oleh pemilik (principal), pengeluaran dalam rangka pengikatan oleh agent, biaya lain-lain yang berkaitan dengan pengendalian perusahaan. Struktur modal disusun sedemikian rupa untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Sebagai contoh, pemegang saham mempunyai konflik kepentingan dengan kreditur. Pemegang saham dengan menejemen juga seperti itu. Untuk mencegah situasi seperti ini,kreditur membebankan bungan yang semakin tinggi dengan meningkatkan jumlah hutang (Hanafi,2008:317). Teori Informasi Asimetri Asumsi lain yang dikemukakan oleh MM adalah adanya informasi yang simetri,yakni bahwa investor memiliki informasi yang sama dengan yang dimiliki oleh manejer mengenai prospek perusahaan. Namun, d lam kenyataannya manejemen memiliki informasi yang relatif lebih lengkap dibanding para investor luar, atau trjadinya informasi asimentri. Informasi asimetri ini mempunyai pengaruh penting terhadap struktur modal yang optimal. Aspek informasi ini berkaitan dengan signaling theory, yakni suattu tindakan yang diambil oleh mnajemen perusahaan akan memberikan petunjuk bagi para investor bagaiman mereka harus menilai prospek perusahaan tersebut. Penelitian empiris oleh Asquith dan Mullins (1986), dan Myers (2001) menunjukan bahwa penerbitan saham baru dapat menyebabkan menurunnya harga saham. Hal ini terjadi karena manajemen sebagagi pihak yang lebih banyak mengetahui kondisi perusahaan cendrung mempergunakan sumber pendanaan selain ekuitas apabila prospek perusahaan cukup baik (manajemen enggan berbagi keuntungan dengan pemegang saham baru). Sebaliknya, jika prospek perusahaan buruk, maka manajemen berusaha membagi risiko tersebut dengan mengeluarkan saham baru. Argumentasi yang dikemukakan tersebut sebnarnya berkaitan dengan dua hal di bidang keuangan, yaitu adanya informasi asimetri dan toeri sinyal (signaling) yang dikemukakan oleh Spence (1973). Myers dan Majluf (1984) menguraikan lebih jauh teori informasi asimetri tersebut. Terdpat tiga persoalan penting yang harus di pilih mengenai tujuan manajemen pada posisi informasi asimetri. Pertama, manajemen perusahaan bertindak atas keinginan seluruh pemegang saham dan menghilangkan setiap konflik kepentingan antara pemegang saham lama dan pemegang saham baru. Kedua, manajemen bertindak atas kepentingan pemegang saham lama dan di asumsikan bahwa pemegang saham tersebut bersikap pasif. Ketiga, manajemen

bertindak atas kepentingan pemegang saham lama tetapi diasumsikan bahwa pemegang saham tersebut menyeimbangkan secara rasional portofolionya sesuai dengan yang diperoleh dari tindakan perusahaan. Tinjauan terhadap teori agensi dan teori informasi asimetri tentang struktur modal dari sudut pandang syariah hampir serupa dengan tinjauan yang telah disampaikan pada bagian teori pecking order.

Anda mungkin juga menyukai