Anda di halaman 1dari 17

DAMPAK PENGGUNAAN LAMPU HEMAT ENERGI (LHE) TERHADAP SUMBER DAYA DAN FAKTOR DAYA

Disusun Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Disusun Oleh: Muhammad Al Farabi 1210707018

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai Keputusan Presiden RI. No. 43 Th. 1991 tentang konversi energi, maka Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) selaku penyedia dan pengelola energi listrik di Indonesia telah melakukan salah satu kegiatan penelitian untuk dapat mewujudkan konservasi energi khususnya dalam hal penggunaan lampu penerangan dengan sumber energi listrik. Sejalan dengan keinginan pemerintah, sejarah teknologi perlampuan pada dekade tahun 90-an telah menghasilkan lampu penerangan hemat energi yang umum digunakan oleh masyarakat. Penggunaan lampu hemat energi sudah sangat banyak sekali digunakan di setiap rumah, hal ini disebabkan karena dengan daya yang lebih kecil dapat menghasilkan penerangan yang lebih besar dibandingkan dengan lampu pijar, serta lebih bisa menghemat biaya pembayaran listrik setiap bulannya. Program Lampu Hemat Energi (LHE) adalah untuk menekan beban terutama beban penerangan. Tujuan program ini adalah untuk mengalihkan beban (load shifting), mengurangi beban puncak (peak clipping), dan penghematan tenaga listril (conservation). Bagi PLN penghematan sepeti ini akan memberikan dampak yang sangat besar karena bisa menghemat investasi dari sisi pembangkitan. Hal ini juga dapat menguntungkan para pelanggan karena biaya rekening listriknya menurun.

Penelitian mengenai LHE sudah banyak dilakukan oleh berbagai institusi, seperti teknik elektro dan teknik listrik. Adapun penelitian tentang kelebihan dan kekurangan dari LHE di rumah tangga belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penyusun mencoba membahas beberapa hal mengenai LHE. LHE memang memberikan keuntungan jika dilihat dari faktor penghematan daya. Akan tetapi mempunyai kerugian dari sisi harmonik dan juga dapat mengakibatkan penurunan daya terhadap sumber. Dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan dari LHE diharapkan kita dapat lebih arif dalam penggunaannya serta mulai melakukan antisipasi untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan.

1.2 Perumusan Masalah Dalam penelitian ini penyusun mencoba merumuskan persoalan dalam bentuk pertanyaan: 1. Berapa besar dan jenis apakah harmonik yang dihasilkan oleh Lampu Hemat Energi (LHE)? 2. Apa pengaruh Lampu Hemat Energi (LHE) terhadap sumber dan faktor daya?

1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui besar dan jenis harmonik yang dihasilkan dari Lampu Hemat Energi (LHE). 2. Mengetahui pengaruh Lampu Hemat Energi (LHE) terhadap sumber daya dan faktor daya.

1.4 Batasan Masalah Mengingat begitu luasnya ruang lingkup pada penelitian ini maka penyusun membatasi permasalahan tersebut pada kelebihan serta kekurangan dari Lampu Hemat Energi (LHE), pengaruh harmonik yang dihasilkan dari Lampu Hemat Energi (LHE), pengaruh Lampu Hemat Energi terhadap sumber daya dan faktor daya. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu sebanyak 3 buah merek lampu dengan daya sebesar 5 watt, 15 watt dan 25 watt. Pengukuran dilakukan di Laboratorium Teknik Elektro Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lampu Hemat Energi (LHE) Lampu Hemat Energi (LHE) merupakan salah satu jenis pengembangan lampu flourescent dengan bentuk kompak sehingga sering disebut Compact Fluorescen Lamp (CFL). LHE memiliki prinsip kerja yang sama dengan Fluorescen Lamp (TL) pada umumnya, yaitu memendarkan gas di dalam tabung lampu sehingga timbul sinar ultra violet akibat energi listrik yang dialirkan. Perbedaan mendasar antara LHE dengan lampu TL standar adalah LHE disesain berbentuk dasar berupa uliran seperti lampu pijar sehingga dapat dengan mudah dipasang pada fiting-fiting lampu pijar yang sudah terpasang. LHE terdiri atas 2 bagian yaitu tabung lampu dan ballas magnetis atau ballas elektronik. Tabung lampu terdiri dari campuran merekuri dan gas Argon (Ar), ballas elektronik terdiri dari komponen semikonduktor yang berupa penyearah dan konverter dari DC ke AC. Penggunaan ballas magnetik lebih jarang ditemui sekarang ini karena flicker yang tinggi pada saat starting serta bentuk lebih besar dan lebih berat dibandingkan dengan ballas elektronik. Ada 2 jenis LHE yang dapat ditemui di pasaran, yaitu: 1. Integral unit 2. Modular unit

Lampu model Soft Light (SL) dan Power Light (PL) pada prinsipnya secara teknis sama dengan model lampu jenis fluorescen biasa yaitu efficacy lampu berkisar 60 Lumen/W. Keistimewaannya adalah lampu jenis inimemiliki bentuk yang ringkas dan tidak memanjang seperti lampu TL biasa. Komponen elektriknya terdiri dari ballas, kapasitor dan starter berpadu dalam suatu kesatuan dalam lampu dan disebut model SL, sedangkan model PL untuk komponen elektriknya terpisah dari lampu. Bentuk kaki lampu dibuat sama seperti pada kaki lampu pijar yaitu dengan sistem ulir dengan ukkuran standar E.27. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan penggantian pada lampu pijar diubah menjadi lampu TL. Ada juga lampu TL dengan model ring yang kaki lampunya diubah mengikuti seperti lampu pijar, yaitu sistem ulir ukuran standar E.27. Renderasi warna (colour rendering) dapat dipilih berbagai masam sesuai dengan keinginan konsumen, Bila diinginkan warna cahaya seperti lampu pijar maka dapat dipilih dengan indeks renderasi warna yang tinggi, karena warna pada lampu pijar adalah warna standar/acuanyang mendekati warna cahaya dengan spektrum yang lengkap seperti pada sinar matahari. Selain itu bila diinginkan warna cahaya lain seperti warna white, cool white, day light, dan lain-lain, maka hal ini lebih dimungkinkan didapat pada lampu TL dibandingkan dengan lampu pijar yang hanya mempunyai satu jenis redensi warna. Umur lampu TL adalah 8000 jam, lebih lama jika dibandingkan dengan umur lampu pijar yang hanya 1000 jam.

2.2 Ballas Elektronik (BE) Sistem kerja ballas ini tidak lagi menggunakan gulungan (kumparan) kawat pada suatu inti besi, tetapi telah diganti dengan sistem rangkaian elektronik sehingga besarnya rugi-rugi pada inti besi pada kumparan menjadi tidak ada lagi, dan hanya sedikit rugi saja karena rangkaian/sirkuit. Inilah yang paling menguntungkan dalam penghematan energi listrik yang diserapnya. Keuntungan lain yang didapat adalah dapat diatur konsumsi arus listriknya dengan tetap mempertahankann besar tegangan yang diinginkan, sehingga ballas elektronik dapat digunakan untuk sistem pengaturan energi listrik sesuai yang dibutuhkan pada suat ruangan. Dengan sistem sirkuit elektronik maka ballas menjadi lebih ringan dan lebih kecil dibandingkan dengan ballas konvensional (sistem gulungan kawat). Menurut Edward (1983), beberapa kelebihan yang didapat dari ballas elektronik dibandingkan dengan ballas magnetik antara lain: 1. Meningkatkan efisiensi dari rangkaian sehingga dapat mengurangi losses yang ditimbulkan dari ballas. 2. Berat pada ballas dapat dikurangi, sehingga menambah nilai ekonomis dari penginstalasian pada lampu, khususnya lampu-lampu TL yang berukuran besar. 3. Meningkatkan nilai luminous efficacy atau perbandingan jumlah lumen yang dihasilkan dengan daya listrik yang diserap.

4. Menghilangkan fenomena lampu yang berkedip yang terjadi pada penggunaan ballas konvensional. 5. Mengurangi noise suara yang terjadi pada ballas. 6. Mempunyai faktor daya yang lebih bagus jika dibandingkan dengan ballas magnetik. 7. Mampu mengontrol tegangan dan arus yang dikehendaki sehingga lebih akurat. 8. Mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk start dan restart pada lampu. 9. Mengontrol keadaan start dan operasi dengan lebih baik sehingga memperpanjang masa aktif lampu. Terlepas dari keuntungan-keuntungan tersebut, ballas elektronik

menghasilkan distorsi gelombang arus yang non-sinusoidal. Ballas elektronik termasuk salah satu beban non-linnier yang menghasilkan harmonik yang disebabkan oleh bahan semikonduktor yang digunakan sebagai konverter. Proses switching pada konverter mengakibatkan timbulnya distorsi harmonik.

2.2 Daya Daya dalam sistem arus bolak-balik dikenal ada tiga macam, yaitu daya aktif (P) dengan satuan watt, daya reaktif (Q) dengan satuan var dan daya semu (S) dengan satuan VA. Daya aktif ditransformasikan untuk menghasilkan kerja berupa panas, cahaya maupun kerja mekanis, sedangkan daya reaktif diperlukan oleh peralatan

peralatan yang bekerja dengan sistem elektromagnet. Kedua daya tersebut (daya aktif dan daya reaktif) membentuk suatu daya total yang disebut dengan daya semu, (Volta Megawati 2007:6). Hubungan dari ketiga daya tersebut digambarkan dengan sistem segitiga daya seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Segitiga Daya

Hubungan daya pada gambar segitiga daya dijelaskan dengan persamaan pada Tabel 1. No. 1 2 3 Nama Daya Aktif (P) Daya Reaktif (Q) Daya Semu (S) Tabel 1. Persamaan Segitiga Daya Rumus Watt Var VA Satuan

2.3 Perbaikan Faktor Daya Perbaikan faktor daya yang murah dan perawatan yang cukup mudah dilakukan dengan cara menghubungkan kapasitor ke jaringan beban. Perbaikan faktor

daya yang kaitanya dengan cacat gelombang (harmonik) akibat pemakaian beban tertentu memerlukan suatu desain peralatan untuk mengurangi atau menyaring harmonik. Dalam tugas akhir ini penyusun mencoba mengembangkan suatu aplikasi perbaikan faktor daya yang kaitanya dengan harmonik yang di timbulkan oleh beban non linier (PC). Perbaikan faktor daya berarti menekan daya reaktif, sehingga daya aktifnya dapat digunakan dengan maksimal. Pemasangan kapasitor untuk perbaikan faktor daya akan efektif untuk mengompensasi penurunan faktor daya pada beban induktif jika bebannya berupa lampu TL dan motor listrik. Jika bebannya berupa catu daya switching seperti komputer, perbaikan faktor daya dengan pemasangan kapasitor tidak dapat dilakukan. Untuk itu dalam tugas akhir ini perbaikan faktor daya tidak menjadi tujuan.

2.5 Harmonik Tidak semua tegangan dan bentuk gelombang arus pada sistem tenaga adalah sinusoidal sebanding dengan suatu frekuensi, untuk frekuensi yang beroperasi pada sistem tersebut. Tegangan yang mempunyai suatu frekuensi sebanding atau sama dengan frekuensi sistem tenaga merupakan bentuk gelombang frekuensi dasar (fundamental). Gelombang lain dengan frekuensi berbagai bilangan bulat pada frekuensi dasar (seperti 100Hz, 150Hz, 200Hz, dan lain-lain pada suatu sistem 50Hz) merupakan bentuk gelombang harmonik dan pengali bilangan bulat menggambarkan order pada harmonik. Penambahan harmonik pada frekuensi dasar mengakibatkan

bentuk gelombang sinusoidal menjadi terdistorsi. Tingkatan penyimpangan dapat berubahubah. Gambar 2 menunjukan gelombang sinusoidal yang merupakan orde harmonik ke-3 dengan suatu amplitudo 10 persen dari gelombang fundamental. Dengan menambahkan amplitudo yang sebanding yaitu harmonik ke-5, ke-7, ke-9, ke-11, dan harmonik ke-13 pada bentuk gelombang maka akan menunjukan peningkatan tingkat penyimpangan seperti halnya digambarkan pada Gambar 3.

Gambar 2. Gelombang Sinus dengan 10% dalam Fase H-3

Gambar 3. Gelombang Sinus H-3, 5, 7, 9, 11 dan 13

Prinsip dasar harmonik adalah gangguan akibat terjadinya distorsi gelombang arus dan tegangan. Pada dasarnya harmonik adalah gejala pembentukan gelombang-

gelombang dengan frekuensi berbeda yang merupakan perkalian bilangan bulat dengan frekuensi dasarnya. Hal ini disebut frekuensi harmonik yang timbul pada bentuk gelombang aslinya sedangkan bilangan bulat pengali frekuensi dasar disebut angka urutan harmonik. Kerugian akibat harmonisa mencakup aspek teknis, biaya dan keandalan. Dalam Yafet 2007, beberapa pengertian tentang harmonisa dapat dikemukakan sebagai berikut: 1). Secara matematis: suatu komponen yang ber-orde lebih dari satu fungsi periodik dengan analisa deret Fourier; 2). Secara listrik: suatu karakteristik komponen yang mengakibatkan perubahan bentuk gelombang arus atau tegangan dari yang serharusnya (membuat cacat gelombang) atau sesuai teori bahwa non sinusoidal AC sama dengan jumlah sinusoidal dasar dengan komponen harmonisanya (perkalian dengan frekuensi dasarnya; 3). Menurut Kamus Teknik Listrik, K.G. Jackson (1994:166-167): Harmonisa adalah salah satu komponen sinus pada sebuah gelombang periodik komplek yang mempunyai frekuensi sebesar perkalian integral dari frekuensi dasar gelombang tersebut; 4). Cacat harmonisa adalah perubahan bentuk gelombang akibat adanya komponen frekuensi tambahan; 5). Menurut FTP2000 Telkom (hal XV-10) bahwa harmonisa pada beban non linier akantimbul cacat gelombang yang akan merusak bentuk gelombang sumber dan menimbulkan harmonisa perkalian bilangan bulat dari frekuensi dasar yang akan mengganggu sumber; dan 6). Menurut IEC 55-1 dan 55-2: Harmonic (component) A component of order greather than 1 of the Fourier series of a periodic quantity.

Harmonik biasanya digunakan untuk mendefinisikan distorsi gelombang sinus arus dan tegangan pada amplitudo dan frekuensi yang berbeda. Beberapa harmonik dengan amplitudo dan frekuensi yang berbeda dapat membentuk satu gelombang terdistorsi. Tingkat dari besarnya gangguan akibat adanya harmonik pada tegangan atau arus adalah faktor distorsi, yaitu 100 kali HargaRoot-Mean-Square (RMS) dari semua harmonik dibagi dengan harga RMS dari gelombang dasar. Besaran ini disebut Total Harmonic Distortion (THD) dan digunakan dalam satuan persen (%). Gelombang arus yang mengandung komponen harmonik disebut arus yang terdistorsi. Sumbangan masing-masingkomponen harmonik terhadap distorsi arus maupun tegangan dinyatakan dalam Individual Harmonic Distortion (IHD), sedangkan sumbangan semua komponen harmonik terhadap distorsi arus ataupun tegangan dinyatakan dalam THD.

BAB III METODOLOGI DAN TAHAP PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Teknik Elektro UIN Sunan Gunung Djati Bandung tanggal 8 Januari 2013. 3.2 Pengumpulan Data Pengambilan data dilakukan dalam 3 tahap, yaitu sebagai berikut: Pemasangan formasi lampu berdasarkan skema rangkaian berikut ini

1. Ketika lampu terpasang masing-masing lampu diamati berdasarkan merek nya. 2. Lampu dipasang dengan mengkombinasikan merek yang berbeda tetapi dengan watt yang sama .

3. Tahap terahir dengan melakukan kombinasi heterogen dengan merek dan watt berbeda. 3.3 Analisis Kebutuhan 1. 1 buah LHE dengan merek A dengan besar 5 watt, 15 watt dan 25 watt 2. 1 buah LHE dengan merek B dengan besar 5 watt, 15 watt dan 25 watt 3. 1 buah LHE dengan merek C dengan besar 5 watt, 15 watt dan 25 watt 4. HIOKI 3169-20 POWER TESTER 5. Stopwatch 6. Alat Tulis 7. Catatan 3.4 Analisis Ketika hasil sudah didapat kita dapat melihat berapa besar harmonik yang dihasilkan dari lampu hemat energi dari setiap mereknya dan juga pengaruh besar watt nya terhadap besar dari harmonik yang dihasilkan dengan menggunakan alat HIOKI 3169-20 Power Tester. Lalu kita dapat melakukan pengecekan di sumber daya tempat pengujian dilakukan sehingga kita dapat mengetahui seberapa besar pengaruhnya dari LHE tersebut. Jadi kita dapat membandingkan antara ke merek lampu A, B, C dengan 3 jenis watt yang berbeda lalu dikaitkan dengan besaran harmonik lalu dilihat akibat yang terjadi di sumber daya.

3.5 Implementasi Data yang didapat dari pengujian diatas dapat kita analisis lalu disimpulkan seperti apa dampak yang diakibatkan oleh LHE terhadap sumber daya dan faktor daya. Lalu hasilnya dapat kita terapkan dilingkungan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Lampu Hemat Energi Menghemat Tenaga Listrik. Diakses 5 November 2012, dari Kompas. http://kompas.com/kompas-cetak/0307/28/metro/456061.html. Ballast. Diakses 6 November 2012, dari Elektronika.net.ms. http://elektronikaelektronika.blogspot.com/2007/06/ballast.html. Ir.Gunawan S., Msc. Manfaat Lampu Hemat Energi & Ballas Elektronik. Diakses 6 November 2012, www.elektroindonesia.com/electro/no1a.html. Azim, Abdul. 2007. Analisis Harmonik Pada Lampu Hemat Energi. Jakarta : Fakultas Teknik Universitas Indonesia Jakarta. Sukisno, Toto & Nugroho, Yusuf. 2011. Analisis Pengaruh Kombinasi Lampu Pijar, TL dan Lampu Hemat Energi Terhadap Kualitas Daya Listrik Di Rumah Tangga. Yogyakarta : Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Sunanda, Wahri & Novia Anggraini, Ika. 2011. Reduksi Harmonik Pada Lampu Hemat Energi Dengan Low Pass RC Filter. Bangka Belitung: Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung. Jhon Hendri. 2009. Contoh Proposal Ilmiah. Jakarta : Universitas Gunadarma. Karakteristik Harmonik Generator Induksi 3 Fase. Surakarta: Fakultas Teknik Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai