Referat Parese Nervus Fasialis
Referat Parese Nervus Fasialis
4/27/12
Latar Belakang Merupakan kelumpuhan yang meliputi otot-otot wajah. Foster melaporkan 120 dari 3907 kasus (3%) dari trauma kepala saat PD 1 Friedmen dan Merit 7 dari 430 kasus trauma kepala Bells Palsy 20-30 kasus per 100.000 penduduk
4/27/12
dari semua kasus Paralysis Unilateral Laki-laki = Perempuan Karena merupakan suatu gejala penyakit, maka harus dicari penyebab dan ditentukan derajat kelumpuhannya guna menentukan terapi dan prognosisnya.
60-75%
4/27/12
Masalah Referat ini membahas tentang etiologi, patogenesis, diagnosis, dan penatalaksanaan parese nervus fasialis.
Metode
Batasan
Penulisan Metode yang dipakai dalam penulisan referat ini berupa tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literature dan makalah ilmiah.
4/27/12
Penulisan Referat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai etiologi, patogenesis, diagnosis, dan penatalaksanan parese nervus fasialis.
Tujuan
4/27/12
Definisi Parese Nervus Fasialis Kelumpuhan otot-otot wajah dimana pasien tidak atau kurang dapat menggerakkan otot wajah, sehingga wajah pasien tidak simetris. Hal ini tampak sekali ketika pasien diminta untuk menggembungkan pipi dan mengerutkan dahi.1
4/27/12
nervus fasialis Nervus ini terdiri dari 3 komponen, yaitu:4 1. Serabut motorik: m.stapedius dan venter posterior m.digastrikus, serta otot wajah 2. Serabut sensoris: 2/3 anterior lidah untuk mengecap, melalui n.korda timpani 3. Serabut parasimpatis: glandula lakrimalis, glandula submandibula dan glandula lingualis.
4/27/12
Anatomi
Sebenarnya
N.fasialis ini hanya terdiri dari serabut motorik saja. Namun pada perjalanannya ke tepi, nervus fasialis bergabung dengan nervus intermedius.
4/27/12
4/27/12
4/27/12
Nervus
Segmen timpani (segmen vertikal) Panjang segmen: 12 mm. Segmen mastoid (segmen vertikal) Panjang segmen ini 1,5 2 mm.
2.
4/27/12
Etiologi
1. 2. 3. 4. 5. 6.
4/27/12
Neuropatologi Cedera
Trauma
saraf perubahan histologik dan biokimiawi dari neuron hambatan aliran aksoplasma tingkatan cedera:
Cedera tingkat I (neurapraksia/blok konduksi) serabut saraf terpuntir atau tertekan mengganggu anatomi intraneural, tapi masih memungkinkan aliran aksoplasma kdeua arah
Aksonomesis
degenerasi walleri bag.distal akson responsif terhadap rangsangan eksternal di distal, tapi tidak ada hantaran listrik melalui tempat cedera semakin lama, sel schwann bengkak dan fagositik, lalu membelah mengisi jaringan penyambung yang mengelilingi serabut saraf neuron kekurangan nutrien kromatolisis
4/27/12
Bagian
distal terbentuk pita Bungner : daya tarik biokimiawi untuk saraf baru proksimal terbentuk kerucut pertumbuhan tumbuh menuju ujung distal, tempat motor end plate yang baru peningkatan dehidrogenase glukosa 6 fosfat dengan puncak 21 ahri setelah cedera
Bagian
Terjadi
4/27/12
Tahapan setelah cedera pada nervus fasialis : 1. Tahap 1 : mulai dari transformasi metabolik hingga regenerasi neuron. waktu : 21 hari sejak terjadi cedera 2. Tahap 2 waktu dimana badan sel dan segmen proksimal beregenerasi menggunakan pita Bungner yang melewati akson dan beregenerasi mencapai otot wajah. waktu : 2 tahun
4/27/12
Pada tahap ini, masih bisa dilakukan rehabilitasi otot wajah dengan reanastomosis dan transfer saraf yang cedera. 3. Tahap 3 ditandai oleh pembentukan parut pada saraf distal dan degenerasi otot kontinuitas neuromuskuler tidak dapat dipulihkan.
4/27/12
3.
4.
4/27/12
5.
6.
keluarnya
nervus
Gejala dan tanda klinik sama dengan diatas, disertai gejala dan tanda terlibatnya nervus trigeminus, nervus akustikus dan kadang kadang juga nervus abdusen, nervus aksesorius dan nervus hipoglossus
4/27/12
Jadi, berdasarkan topografi letak lesi, gejala parese nervus fasialis terdiri atas:
Gejala
kelumpuhan intratemporal
kelumpuhan otot-otot wajah/muka Lagoftalmus ada/tidaknya air mata pada sisi lesi gangguan pengecap Hiperakusis gejala neurologis pada lesi nuclear
4/27/12
Gejala
kelumpuhan ekstratemporal
karena gangguan pada kelenjar parotis seperti trauma, radang dan tumor
4/27/12
I II
4/27/12
Karakteristik
Terlihat tapi tidak tampak adanya perbedaan antara kedua sisi Adanya sinkinesis ringan Dapat ditemukam spasme atau kontraktur hemifasial Pada istirahat simetris dan selaras Pergerakan dahi ringan sampai sedang Menutup mata dengan usaha Mulut sedikit lemah dengan pergerakan yang maksimum Tampak kelemahan bagian wajah yang jelas dan asimetri Kemampuan menggerakkan dahi tidak ada Tidak dapat menutup mata dengan sempurna Mulut tampak asimetris dan sulit digerakkan. 4/27/12
IV
Grade v
Karakteristik
Wajah tampak asimetris Pergerakan wajah tidak ada dan sulit dinilai Dahi tidak dapat digerakkan Tidak dapat menutup mata Mulut tidak simetris dan sulit digerakkan
VI
Total parese
4/27/12
Uji Diagnostik
Diagnosis
: pemeriksaan fungsi n fasialis. Tujuan : menentukan letak lesi dan derajat kelumpuhannya.1 Derajat kelumpuhan ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan fungsi motorik yang dihitung dalam persen (%)1
4/27/12
1. Pemeriksaan fungi saraf motorik : 10 otot yang menentukan ekspresi dan mimik
M. frontalis : mengangkat alis mata M. sourcilier : mengerutkan alis M. piramidalis : mengangkat ,mengerutkan hidung ke atas M. orbikularis okuli : memejamkan mata sekuatkuatnya M. zigomatikus : tertawa lebar sambil memperlihatkan gigi.
4/27/12
M.
relevar komunis : memencongkan mulut ke depan sambil memperlihatkan gigi M. businator : menggembungkan kedua pipi M. Orbikularis oris : penderita bersiul. M. triangularis : menarik kedua sudut bibir ke bawah. M. Mentalis : memoncongkan mulut yang tertutup rapat ke depan.
4/27/12
Pada tiap gerakan dari sepuluh otot tersebut, kita bandingkan antara kanan dan kiri :1
normal dan simetris (3) Sedikit ada gerakan (1) Diantaranya (2) Tidak ada gerakan (0) Seluruh otot ekspresi tiap sisi muka dalam keadaan normal akan mempunyai nilai tiga puluh (30).
Gerakan
4/27/12
2. Tonus
keadaan istirahat tanpa kontraksi maka tonus otot menentukan terhadap kesempurnaan mimik/ ekspresi muka.
4/27/12
tonus
yang jelek gambaran prognosis yang jelek. Penilaian tonus seluruhnya berjumlah lima belas(15) yaitu seluruhnya terdapat lima tingkatan dikalikan tiga untuk setiap tingkatan. Apabila terdapat hipotonus maka nilai tersebut dikurangi satu (-1) sampai minus dua(-2) pada setiap tingkatan tergantung dari gradasinya.
4/27/12
3.Sinkinesis
a. Penderita memejamkan mata kuat- kuat kemudian lihat pergerakan otot pada sudut bibir atas. Kalau pergerakan normal pada sisi paresis lebih (hiper) dibandingkan dengan sisi normal nilainya dikurangi satu (-1) atau dua (-2) tergantung dari gradasinya.
4/27/12
b.Penderita tertawa lebar sambil memperlihatkan gigi, kemudian lihat pergerakan otot- otot pada sudut mata bawah. Penilaian seperti pada (a) c. Penderita berbicara (gerakan emosi) perhatikan pergerakan otot- otot disekitar mulut. Nilai satu (1) kalau pergerakan normal. Nilai nol (0) kalau pergerakan tidak simetris.
4/27/12
4. Hemispasme
komplikasi yang sering dijumpai pada penyembuhan paresis fasialis yang berat. Penderita diminta melakukan gerakan bersahaya seperti mengedipkan mata berulang- ulang maka akan tampak jelas gerakan otot- otot pada sudut bibir bawah atau sudut mata bawah. Setiap gerakan hemispasme dinilai (-1)1
4/27/12
Fungsi
motorik otot- otot tiap sisi wajah orang normal seluruhnya berjumlah lima puluh (50) atau 100 %. Gradasi paresis fasialis dibandingkan dengan nilai tersebut, dikalikan dua untuk prosentasenya.1
4/27/12
5. Gustometri Sistem pengecapan pada 2/3 anterior lidah dipersarafi oleh n. korda timpani, salah satu cabang n. fasialis.
Pemeriksaan
fungsi n. korda timpani : perbedaan ambang rangsang kanan dan kiri. menetapkan bahwa beda 50% antara kedua sisi adalah patologis.1,2
Freyss
4/27/12
6. Schirmer Test
Dianggap terbaik Cara : letakkan kertas hisap atau lakmus lebar 0,5 cm, panjang 5-10cm pada dasar konjungtiva. K alau ada beda kanan dan kiri lebih atau sama dengan 50% dianggap patologis.1,2
4/27/12
7. Refleks Stapedius
menilai
reflek stapedius digunakan elektroakustik impedans meter, yaitu dengan memberikan rangsang pada m. stapedius yang bertujuan untuk mengetahui fungsi N. stapedius cabang N.VII.1
4/27/12
PEMERIKSAAN PENUNJANG
mengetahui parese nervus fasialis adalah dengan uji fungsi saraf Elektromigrafi (EMG), Elektroneuronografi (ENOG), dan uji stimulasi maksimal.2
untuk
4/27/12
4/27/12
PENATALAKSANAAN
Pengobatan terhadap parese nervus fasialis Fisioterapi -Heat Theraphy, Face Massage, Facial Exercise -Electrical Stimulation Farmakologi Asam Nikotinik Vasokonstriktor, Antimikroba Steroid Sodium Kromoglikat Antivirus
4/27/12
Pengobatan
4/27/12
Indikasi operasi
gangguan hantaran berat atau sudah terjadi denervasi total, tindakan operatif segera harus dilakukan dengan teknik dekompresi nervus fasialis transmastoid.1
4/27/12
DIAGNOSIS BANDING
Kongenital Infeksi
4/27/12
KOMPLIKASI
Kontraktur atau sinkinesis (gerakan yang berhubungan) dalam otot-otot mimik wajah8. Sindrom air mata buaya (refleks gastrolakrimalis paradoksikal) Di perkirakan bahwa serat sekretoris untuk kelenjar air liur tumbuh ke dalam selubung Schwann dari serat yang cedera.
4/27/12