Anda di halaman 1dari 23

Referat

OTITIS MEDIA

Disusun oleh : DETJE BERQUEEN WILSON 110.2007.078

Pembimbing : Dr. Kresna, Sp.THT

SMF THT RSUD SUBANG SEPTEMBER 2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya seehingga penyusun dapat menyelesaikan referat mengenai otitis media dalam rangka memenuhi persyaratan Kepaniteraan Senior Ilmu Telinga , Hidung dan Tenggorok Di RSUD SUBNG yang sedang saya jalani Ucapan terima kasih yang sebesar besarnya penyusun ucapkan kepada dokter pembimbing yang telah memberikan kesempatan dan petunjuk demi penyelesaiannya. Penyusun berharap referat mengenai otitis media ini dapat memberi masukan khususnya kepada penyusun sendiri dan juga rekan rekan sejawat lainnya. Dalam penyusunan referat ini tentu saja masih terdapat kelemahan dan kekurangan, untuk itu penyusun berharap masukan dan kritik yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.

Subang, september 2011

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 1.2 BAB 2. 2.1 2.2.1 2.2.3 2.3.1 BAB 3. 3.1 Anatomi Telinga Bagian Tengah Fisiologi Telinga Bagian Tengah Gangguan fungsi tuba Myoklonus Palatal Obstruksi tuba Barotrauma Otitis Media Supuratif 3.1.1 Otitis Media Supuratif Akut 3.1.1.1 3.1.1.2 3.1.1.3 3.1.1.4 3.1.1.5 3.1.1.6 3.1.2 3.1.2.1 3.1.2.2 3.1.2.3 3.1.2.4 3.1.2.5 3.2 3.2.1 Patologi Stadium OMA Gejala klinik OMA Terapi Komplikasi Miringotomi Perjalanan penyakit Jenis OMSK Gejala klinis Terapi OMSK Komplikasi

KELAINAN TELINGA TENGAH 2.1.1 Tuba terbuka abnormal 2.2.2 Palatoskizis

OTITIS MEDIA

Otitis media Supuratif Kronik

Otitis Media non Supuratif Otitis Media serosa akut

3.2.1.1 3.2.1.2 3.2.1.3 3.2.2 3.2.2.1 3.2.2.2

Penyebab Gejala dan tanda Pengobatan Gejala dan tanda Pengobatan

Otitis Media serosa kronik

BAB 1 PENDAHULUAN
Otitis media atau penyakit telinga tengah merupakan penyakit kedua tersering pada anak- anak setelah infeksi saluran pernapasan atas. Penyakit ini sering ditemukan dalam bentu kronik atau lambat yang menyebabkan kehilangan pendengaran dan pengeluaran sekret Anatomi telinga 1. Telinga Luar : daun telinga liang telinga Membran timpani 2. Telinga Tengah : Tuba Eustachius Cavum Timpani Mastoid 3. Telinga Dalam : Kokhlear / Rumah Siput Vestibular / kanalis Semilunaris Telinga bagian tengah terdiri dari : a. Tuba Eustachius Adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring Tuba eustachius terdiri dari tulang rawan pada 1/3 ke arah nasofaring dan 2/3 terdiri dari tulang Fungsi tuba eustachius : 1. Drainage sekret yang berasal dari antrum mastoid bersama sama cavum tymphani masuk ke nasofaring 2. Ventilasi : mengatur tekanan udara antara cavum tymphani dengan udara luar ( 1 atm). Adanya fungsi ventilasi ini dapat dibuktikan dengan perasat valsava dan persata toynbee

Pada anak anak , fungsi tuba eustachius belumlah sempurna, diamter tuba masih relatif lebih besar daripada dewasa dan kedudukannya lebih horizontal sehingga mudah terjadi refluks dari nasofaring ke kavum timphani. Akibatnya bila terjadi rhinitis pada anak mudah menjadi komplikasi menjadi Otitis Media Akut (OMA). Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan baru terbuka apabila O2 diperlukan masuk ke telinga tengah atau pada saat mengunyah , menelan dan menguap. b. Cavum tympani Berbentuk kubus, merupakan rongga/ ruangan yang mempunyai 6 dinding, yaitu : 1. Superior 2. Inferior 3. Posterior 4. Anterior 5. Medial 6. Lateral : Basis cranii : Bulbus Jugularis : Aditus ad antrum, kanalis semilnaris pars vertikalis : Tuba Eustachius : Promontorium, foramen ovale, foramen rotundum : Membran timpani

c. Tulang mastoid Tulang mastoid terbentuk melalui proses pneumatisasi rongga mastoid berhubungan dengan aditus ad antrum dan dibawahnya berjalan n. fascialis Fisiologi Telinga Fungsi telinga tengah adalah sebagai penghantar getaran suara ke telinga bagian dalam yaitu : Suara ditangkap oleh daunj telinga dan alirkan melalui liang telinga untuk menggetrkan membran timphani, dan getaran tersebut diulajutkan ke tulang maleus,lalu ke inkus dan ke stapes sehingga menimbulakn suatu gelombang di membrana basilaris dan organ corti dengan menggerkkan perilimfe dan endolimfe sehingga terjadi potensial aksi pada serabut serabut saraf pendengaran , disini gelombang suara mekanis diubah menjadi energi elektrokimia lalu ditransmisikan ke saraf cranialis VIII dan meneruskannya ke pusat saraf sensorik pendengaran di otak (area 39 40) melalu saraf pusat yang ada di lobus temporalis

BAB 2 KELAINAN TELINGA TENGAH

2.1 GANGGUAN FUNGSI TUBA EUSTACHIUS


Tuba eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring. Fungsi tuba ini adalah untuk ventilasi, drainase sekret dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke telinga tengah. Ventilasi berguna untuk menjaga agar tekanan udara dalam telinga tengah selalu sama dengan tekanan udara luar.Adanya fungsi ventilasi tuba ini dapat dibuktikan dengan melakukan perasat valsava dan perasat toynbee Perasat Valsava dilakukan dengan cara meniupkan dengan keras dari hidung sambil hidung dipencet sambil mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka terasa udara masuk kedalam rongga telinga tengah yang menekan membran timpani kearah lateral. Perasat ini tidak boleh dilakukan apabila ada infeksi pada jalan napas atas. Perasat Tonybee dilakukan dengan cara menelan ludah sambil hidung dipencet serta mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka akan terasa membran timpani tertarik kemedial. Perasat ini lebih fisiologis. Tuba Eustachius terdiri dari tulang rawan pada dua pertiga kearah nasofaring dan sepertiganya terdiri dari tulang. Pada anak, tuba lebih pendek, lebih lebar dan kedudukannya lebih horizontal dari tuba orang dewasa. Panjang tuba orang dewasa 37,5 mm dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm. Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan baru terbuka apabila oksigen diperlukan masuk kedalam telinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan, dan menguap. Pembukaan tuba dibantu oleh otot tensor veli palatini apabila perbedaan tekanan berbeda antara 20-40 mmHg. Gangguan fungsi tuba dapat terjadi oleh beberapa hal, seperti tuba terbuka abnormal, myoklonus palatal, palatoskisis, dan obstruksi tuba.

2.1.1 TUBA TERBUKA ABNORMAL Tuba terbuka abnormal ialah tuba terus menerus terbuka, sehingga udara masuk ke telinga tengah pada waktu respirasi. Keadaan ini dapat disebabkan oleh hilangnya jaringan lemak disekitar mulut tuba sebagai akibat turunnya berat badan yang hebat, penyakit kronis tertentu seperti rinitis atrofi dan faringitis, gangguan fungsi otot seperti myasthenia gravis, penggunaan obat anti hamil pada wanita dan penggunaan estrogen pada pria. Keluhan pasien biasanya berupa rasa penuh dalam telinga atau autofoni (gema suara sendiri terdengar lebih keras). Keluhan ini kadang-kadang sangat mengganggu, sehingga pasien mengalami stress berat. Pada peneriksaan klinis dapat dilihat membran timpani yang atrofi, tipis dan bergerak pada respirasi ( a telltale diagnostic sign). Pengobatan pada keadaan ini kadang-kadang cukup dengan memberikan obat penenang saja. Bila tidak berhasil dapat dipertimbangkan untuk memasang pipa ventilasi (Grommet).

2.2.1 MYOKLONUS PALATAL Myoklonus palatal ialah kontraksi ritmik dari otot-otot palatum yang terjadi secara periodik. Hal ini menimbulkan bunyi klik dalam telinga pasien dan kadangkadang dapat terdengar oleh pemeriksa. Keadaan ini jarang terjadi dan penyebab yang pasti belum diketahui. Biasanya tidak memerlukan pengobatan.

2.2.2 PALATOSKISIS (SUMBING LANGIT-LANGIT) Pada palatoskisis terjadi gangguan otot tensor veli palatini dalam membuka tuba hal ini menyebabkan kemungkinan terjadinya kelainan ditelinga tengah pada anak dengan palatoskisis, lebih besar dibandingkan dengan anak normal. Oleh karena itu dianjurkan untuk melakukan koreksi palatoskisis sedini mungkin.

2.2.3 OBSTRUKSI TUBA Obstruksi tuba dapat terjadi oleh berbagai kondisi, seperti peradangan di nasofaring, peradangan adenoid atau tumor nasofaring. Gejala klinik awal yang timbul pada penyumbatan tuba oleh tumor adalah terbentuknya cairan pada telinga tengah (otitis media serosa). Oleh karena itu setiap pasien dewasa dengan otitis media serosa kronik unilateral harus dipikirkan kemungkinan adanya ca nasofaring. Sumbatan mulut tuba di nasofaring juga dapat tejadi oleh tampon posterior hidung (Bellocq tampon) atau oleh sikatriks yang terjadi akibat trauma operasi (adenoidektomi).

2.3.1 BAROTRAUMA (AEROTITIS)


Barotrauma adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tibatiba diluar telinga tengah sewaktu pesawat terbang atau menyelam, yang menyebabkan tuba gagal untuk membuka. Apabila perbedaan tekanan melebihi 90 cmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Pada saat ini terjadi tekanan negatif dirongga telinga tengah, sehingga cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan kadang-kadang disertai dengan ruptur pembuluh darah, sehingga cairan ditelinga tengah dan rongga mastoid bercampur darah. Keluhan pasien berupa kurang dengar, rasa nyeri dalam telinga, autofoni, perasaan ada air dalam telinga dan kadang-kadang tinitus atau vertigo. Pengobatan biasanya cukup dengan cara konservatif saja, yaitu dengan memberikan dekongestan lokal atau dengan melakukan perasat valsava selama tidak terdapat infeksi dijalan napas atas. Apabila cairan atau cairan yang bercampur darah menetap ditelinga tengah sampai beberapa minggu, maka dianjurkan untuk tindakan miringotomi dan bila perlu memasang pipa ventilasi (Grommet). Usaha preventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu mengunyah permen karet atau melakukan perasat valsava, terutama sewaktu pesawat terbang mulai turun untuk mendarat.

BAB 3 OTITIS MEDIA


Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah , tuba eustachius , antrum mastoid, dan sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan non supuratif (= otitis media serosa = otitis media sekretoria = otitis media musinosa = otitis media efusi) Masing masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis , yaitu otitis media supuratif akut (Otitis Media Akut= OMA) dan Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK). Begitu pula otitis media serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut (barotrauma = aerotitis ) dan otitis media serosa kronis . Selain itu terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis media adhesiva.

Skema pembagian otitis media Otitis media supuratif akut (OMA) Otitis Media Supuratif Otitis Media Supuratif kronis (OMSK) Otitis Media Otitis Media serosa akut (Barotrauma) Otitis Media Non supuratif Otitis Media serosa kronis (Bila sekret kental/mukoid glue ear)

Patogenesis terjadi otitis media OMA OME OMSK / OMP Sembuh / normal f. tuba tetap terganggu Gangguan tuba Tekanan Negatif telinga Tengah Efusi Infeksi (-) OME

Etiologi : Perubahan tekanan udara tiba-tiba Alergi Infeksi Sumbatan : Sekret Tampon Tumor OMA Sembuh OME OMSK/OMP

3.1 OTITIS MEDIA SUPURATIF


Telinga tengah biasanya steril meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa dan tuba eustachius, enzim dan antibodi. Otitis media terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsinya terganggu, pencegahan muasi hormon ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan. Pencetus lain adalah infeksi saluran nafas atas. Otitis media supuratif terbagi 2 : 1. OM Supuratif Akut (OMA) 2. OM. Supuratif Kronis (OMSK) Penyebab keduanya adalah bakteri golongan coconus. 3.1.1 OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT Otitis media akut terjadi karena factor pertahanan ini terganggu. Sumbatan tuba eustachius meriupakan p[enyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke telinga tengah dan terjadi peradangan. Pencetus OMA ialah infeksi saluuran napas atas. Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran napas atas maka makin besar kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi, terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan agak horizontal letaknya. 3.1.1.1 Patologi Kuman penyebab utama adalah sterptococus hemoliticfus, staphilococus aureus, pneumococus. kadang ditemukan haemofillus influenza, e.coli, sterptococus anhaemoliticus, proteus vulgaris, dan pseudomonas aeruginosa. H. Influenza sering ditemukan pada anak yang berusia di bawah 5 tahun 3.1.1.2 Stadium OMA Perubahan nukosa telinga tengah sebagai akibat infejsi dapat dibagi atas 5 stadium :

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius Adanya gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, karena adanya absorpsi udara. Kadang membran timpani terlihat normal atau berwarmna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi , tapi tidak dapat dideteksi Stadium ini sulit dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi 2. Stadium Hiperemis Tampak pembuluh darah melebar di membran timpani sehingga membran timpani tampak hipermeis serta edema. Sekret yang terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga suikar dilihat 3. Stadium Supurasi Edema yang hebat pada mukosa telinga tenagh dan hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani yang menyebakan membran timpani menonjol (bulging) ke arah telinga luar Pasien tampak sangat sakit, dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Bila tidak dilakukan insisi (miringotomi) pada stadium ini, kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan keluar nanah ke liang telinga luar. Dann bila ruptur, maka lubang tempat ruptur ( perforasi ) tidak akan menutup kembali 4. Stadium Perforasi Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani 5. Stadium Resolusi 3.1.1.3 Gejala Klinik OMA Gejala tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien.

Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utamanya adalah rasa nyeri didalam telinga dan panas yang tinggi, biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya,. Pada anak yang sulebih besar/ pada dewasa, disamping rasa nyeri juga terdapat gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan anak kecil, gejala khas OMA adalah suhu tubuh tinggi dapat sampai 39,5 C (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang, dan kadang kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga , suhu tubuh turun anak tertidur tenang 3.1.1.4 Terapi Pengobatan OMA tergntung stadium penyakitnya. Pada stadium oklusi, penggobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan negatif pada telinga tengah hilang, sehingga diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik untuk anak <12 tahun, atau HCl efedrin 1 % dalam larutan fisiologik untuk anak > 12 tahun dan pada orang dewasa. Sumber infeksi harus diobati Antibiotik diberikan jika penyebabnya kuman, bukan oleh virus atau alergi Stadium Presupurasi adalah antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Antibiotik yang dianjurkan ialah golongan penisilin (ampicillin).. Antibiotik yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau ampicilin. Terapi awal diberikan penicillin intramuscular agar didapatkan konsentrasi yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung,. Gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kkekambuhan. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal 7 hari . Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin. Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50 100 mg/kgBB per hari, dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mb/kgBB dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari

Pada stadium supurasi disamping diberikan antibiotik, idealnya harus disertai dengan miringotomi, bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejal gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari. Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat keluarnya sekret secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3 5 bhari serta antibiotik yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7 10 hari Pada stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi membran timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa teling tengah. Pada keadaan demikian, antibiotika dapat dilajutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setrelah pengobatan sekret masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis. Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tenagh lebih dari 3 minggu, mka keadaan ini disebut OMS subakut. Bila perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua bulan, maka keadaan ini disebut OMSK 3.1.1.5 Komplikasi Sebelum adanya antibiotika, , OMA dapat menimbulkan yaitu abses subperiosteal sampai komplikasi yang berat (meningitis dan abses otak) 3.1.1.6 MIRINGOTOMI Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars lensa membran timpani , agar terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar.

Istilah ini sering dikacaukan dengan parasintesis, dimana parasintesis adalah pungksi membran timpani untuk mendapatkan sekret guna pemeriksaan mikrobiologik (dengan semprit atau jarum khusus) Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil yang dilakukan dengan syarat tindakan terseebut harus secara a-vue(dilaihat langsung), anak harus tenang dan dapat dikuasai, sehingga membran timpani dapat terlihat dengan baik. Lokasi miringotomi adalah di kuadran postero-inferior Untuk tindakan ini memerlukan lampu kepala dengan sinar yang cukup terang, memakai corong telinga yang sesuai dwengan besar liang telinga, dan pisau parasintesis yang digunakan berukuran kecil dan steril Komplikasi miringotomi Pendarahan akibat trauma pada liang telinga luar Dislokasi tulang pendengaran Trauma pada fenestra rotundum Trauma pada n. fasialis Trauma pada bulbus jugulare

Mengingat kemungkinan komplikasi itu, maka dianjurkan untuk emlakukan miringotomi dengajn narkose umum dan memakai mikroskop Tindakan miringotomi dengan memakai mikroskop, selain aman, dapat juga untuk menghisap sekret dari telinga tengah sebanyak bayanknya. Hany dengan cara ihi biayanya lebih mahal Bila terapi yang diberikan sudah adekuat, sbetulnya miringotomi tidak perlu dilakukan , kecuali bila jelas tampak adanya nanah di telinga tengah. Komplikasi parasentesis kurang lebih sama dengan komplkasi miringotomi

3.1.2 OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK Dulu disebut otitis media perforata atau dalam sebutan sehari hari adalah congek. otitis media supuratif kronis adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi

membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.

3.1.2.1 Perjalanan Penyakit Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan disebut otitis media supuratif sub akut. Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK adalah : 1. Terapi yang terlambat diberikan. 2. Terapi yang tidak adekuat. 3. Virulensi kuman yang tinggi. 4. Daya tahan tubuh pasien rendah (kurang gizi). 5. Higiene buruk. Letak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe OMSK. Perforasi membrana timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik.

3.1.2.2 Jenis OMSK OMSK dibagi atas 2 jenis yaitu : 1. OMSK tipe Benigna (tipe aman), 2. OMSK tipe Maligna (tipe bahaya). Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal juga OMSK aktif dan OMSK tenang, OMSK aktif adalah OMSK dengan sekret yang keluar dari capung cavum timpani secara aktif, sedangkan OMSK tenang adalah yang keadaan cavum timpani terlihat basah / kering. Proses peradangan pada OMSK tipe benigna terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang, perforasi terletak di sentral, umumnya tipe benigna jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya, juga tidak terdapat kolestaetom Yang dimaksud OMSK tipe maligna adalah OMSK yang disertai oleh kolestaetom, jenis ini dikenal dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe tulang, perforasi terletak di marginal atau atik, kadang kadang terdapat juga koleteatom pada OMSK dengan perforasi sub total, sebagian besar komplikasinya berbahaya dan fatal. 3.1.2.3 Gejala Klinis

Mengingat OMSK tipe maligna seringkali menimbulkan komplikasi yang berhahaya, maka perlu ditegakkan diagnosis dini. akan adanya OMSK tipe maligna, yaitu : 1. Perforasi pada marginal atau pada atik, tanda ini biasanya tanda dini dari OMSK tipe maligna, sedangkan kasus yang sudah lanjut dapat terlihat. 2. Abses atau fistel retro auriguler (belakang telinga). 3. Polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari telinga tengah. 4. Sekret berbentuk nanah dan berbau khas (aroma kolesteatom). 5. Terlihat bayangan kolesteatom pada poto rontgen mastoid. 3.1.2.4 Terapi OMSK Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama serta harus berulang ulang. Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu : 1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen. 2. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal. 3. Sudah terbentuk jaringan patologik yang irreversible dalam rongga mastoid. 4. Gizi dan higiene yang kurang Prinsip terapi OMSK tipe benigna adalah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H202 3 % selama 3 5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung AB dan kortikosteorid. Obat tetes telinga sebaiknya jangan diberikan secara terus menerus lebih dari 1 atau 2 Minggu atau pada OMSK yang sudah terkena obat tetes sebanyak yang bersifat ototoksik. Secara oral diberikan AB dari golongan ampisilin, atau eritromisin. Pada infeksi yang dicurigai penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin as. Klavulanat. Bila sekret telah kering, terapi perforasi masih ada setelah di observasi selama 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani Walaupun diagnosis pasti baru dapat ditegakkan di kamar operasi, namun beberapa tanda klinik dapat menjadi pedoman

yang perforasi, mencegah terjadinya perforasi atau perusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran. Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadi infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati lebih dahulu, mungkin juga perlu dilakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi atau tonsilektomi. Prinsip OMSK tipe maligna yaitu pembedahan mastoidektomi. dilakukan pembedahan. dilakukan insisi abses, mastoidektomi. Rongga telinga tengah dan rongga mastoid berhubungan langsung melalui aditus ad antrum, oleh karenanya infeksi kronis telinga tengah yang sudah berlangsung lama biasanya disertai infeksi kronis dari rongga mastoid yang dikenal dengan mastoiditis. Beberapa ahli menggolongkan mastoiditis ke dalam komplikasi OMSK. Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna antara lain : 1. Mastoidektomi sederhana. 2. Mastoidektomi radikal. 3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi. 4. Miringoplasti. 5. Timpanoplasti. 6. Pendekatan ganda timpanoplasti. Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau kolesteatom, sarana yang tersedia, serta pengalaman operator. Kadang dilakukan kombinasi dari jenis operasi itu sesuai dengan luasnya infeksi atau kerusakan. 3.1.2.5 Komplikasi Komplikasi otitis media terjadi bila sawar (barier) pertahanan telinga tengah yang normal dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur sekitarnya. Pertahanan pertama ialah mukosa cavum timpani yang menyerupai mukosa saluran nafas yang mampu melokalisasi dan mengatasai infeksi. Bila sawar ini runtuh, masih ada sawar yang kedua, yaitu dinding tulang cavum timpani dan sel mastoid. Bila sawar ini masih runtuh, maka struktur lunak di Terapi konservatif dengan medikamentosa hanya merupakan terapi sementara sebelum Bila terdapat abses sub periosteal retroaurikuler, maka sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum dilakukan

sekitarnya akan terkena. Runtuhnya periosteum akan menyebabkan terjadinya abses sub periosteal, suatu komplikasi yang relatif tidak berbahaya. Tetapi bila infeksi mengarah ke dalam, ke tulang temporal dan ke arah kranial relatif berbahaya. Pada kebanyakan kasus, bila sawar tulang terlampaui, suatu dinding pertahanan ketiga yaitu jaringan granulasi akan terbentuk. Pada kasus akut atau suatu eksaserbasi akut, penyebaran biasanya melalui osteotromboflebitis (hematogen). Pada kasus ini, terutama yang kronis penyebaran biasanya melalui erosi tulang. Cara penyebaran yang lainnya ialah melalui jalan yang sudah ada misalnya fenestra rotundum, meatus akustikus interna, duktus perilimfatik atau duktus endolimfatik.

3.2 OTITIS MEDIA NON SUPURATIF Nama lainnya adalah otitis media musinosa , otitis media efusi, otitis media sekretoria, otitis media mucoid (glue ear). Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret yang non purulen di telinga tengah , sedangkan membran timpani terlihat utuh. Adanya cairan di telinga tengah dengan membran timpani yang utuh tanpa adanya tanda tanda infeksi disebut otitis media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear). Ottis media efusi terbatas pada keadaan timpani utuh tanpa ada tanda radang . Bila efusi tersebut berbentuk pus, membran timpani utuh dan disertai tanda tanda radang maka disebut otitis media akut Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat adanya tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis media mukoid, cairan yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius, dan rongga mastoid. Faktor yang berperan utama adalah terganggunya fungsi tuba eustachius. Faktor lainnya adalah adenoid hipertropi , adenoiditis, sumbing palatum, tumor di nasofaring, barotrauma, sinusitis, rhinitis, defisiensi imunologik atau metabolik. Keadaan alergi sering berperan sebagai faktor tambahan dalam timbulnya cairan dalam telinga tengah.

Pada dasarnya otitis media serosa dibagi atas dua jenis, yaitu : 3.2.1 Otitis media serosa akut (Barotrauma)

Adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Otitis media serosa akut lebih sering terjadi pada orang dewasa 3.2.1.1 Keadaan akut ini dapat disebabkan oleh : sumbatan tuba, misalnya pada barotrauma virus, biasanya infeksi virus saluran napas atas alergi pada jalan napas atas idiopatik

3.2.1.2 Gejala dan tanda: Gejala yang menonjol adalah pendengaran berkurang Telinga terasa tersumbat Suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda pada telinga yang Kadang terasa ada cairan yang bergerak pada telinga saat posisi kepala Terdapat sedikit nyeri pada telinga saat awal tuba terganggu dimana

sakit (diplacusis binauralis) berubah. timbul tekanan negatif pada telinga tengah (misalnya pada barotrauma). Setelah sekret terbentuk, tekanan ini pelan pelan menghilang. Nyeri tidak ada jika penyebabnya virus atau alergi Kadang terdapat vertigo, tinitus, pusing Pada otoskop, membran timpani terlihat retraksi. Kadang terlihat Tuli konduktif dapat terdeteksi dengan garpu tala

gelembung udara atau permukaan cairan pada cavum timpani

3.2.1.3 Pengobatan : Medika mentosa Yaitu : obat vasokostriktor lokal(tetes hidung), antihistamin Pembedahan Dilakukan jika dalam 1 atau 2 minggu gejala masih menetap.

tube)

Dilakukan miringotomi, serta pemasangan pipa ventilasi( grommet

3.2.2 Otitis media serosa kronik (glue ear) Adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala gejala pada telinga yang berlangsung lama. Bila sekret kental seperti lem maka disebut glue ear Otitis media serosa kronik sering terjadi pada anak anak. Otitis media serosa unilateral pada orang dewasa tanpa penyebab yang jelas harus dipikirkan kemungkinan karsinoma nasofaring. Otitis media serosa kronik dapat terjadi sebagai gejala sisa dari otitis media akut yang tidak sembuh sempurna , infeksi virus, keadaan alergi, atau gangguan mekanis pada tuba. 3.2.2.1 Gejala dan tanda : Tuli lebih menonjol daripada otitis media serosa akut, yaitu 40- 50 dB Membran timpani terlihat utuh, retraksi,suram, kuning kemerahan atau

keabu-abuan 3.2.2.2 Pengobatan : Jika masih baru, bisa diberikan dekongestan tetes hidung serta kombinasi anti histamin dekongestan per oral.Pengobatan dilakukan selama 3 bulan. Jika pengobatan medikamentosa tidak berhasil,maka dilakukan pengeluarkan sekret dengan miringotomi dan memasang pipa ventilasi (grommet tube) Atasi/obati faktor penyebab, seperti alergi, pembesaran adenoid atau tonsil,infeksi hidung atau sinus

DAFTAR PUSTAKA
1. Boeis : Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid; Buku Ajar Penyakit THT, Edisi 6, Cetakan III, 1997; 88 112. 2. Hendarto H dan Entjep. H : Telinga, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan; Edisi Kedua, FKUI, 1995; 1 6. 3. Zainul A. Jafar : Kelainan Telinga Tengah, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan; Edisi Ketiga, FKUI, 1997; 54 60. 4. Helmi : Komplikasi OMSK dan Mastoiditis, Buku Ajar THT; Edisi Empat, FKUI, 2000; 62 65.

Anda mungkin juga menyukai