Anda di halaman 1dari 141

RENCANA TEKNIS PENAMBANGAN TANAH LIAT PADA KUARI

PT.SEMEN KUPANG UNIT II (PERSERO) UNTUK MEMENUHI


TARGET PRODUKSI 96.000 TON/TAHUN




SKRIPSI




Oleh :
DAVID LITTIK
112980038







JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2004

RENCANA TEKNIS PENAMBANGAN TANAH LIAT PADA KUARI
PT.SEMEN KUPANG UNIT II (PERSERO) UNTUK MEMENUHI
TARGET PRODUKSI 96.000 TON/TAHUN




SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar SarjanaTeknik
Di Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta




Oleh :
DAVID LITTIK
112980038






JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2004

RENCANA TEKNIS PENAMBANGAN TANAH LIAT PADA KUARI
PT.SEMEN KUPANG UNIT II (PERSERO) UNTUK MEMENUHI
TARGET PRODUKSI 96.000 TON/TAHUN


SKRIPSI


Oleh :
DAVID LITTIK
112980038











Disetujui Untuk Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
Tanggal : ............. ......................

Pembimbing I Pembimbing II



Ir. Singgih Saptono, MT Ir. Dwi Poetranto W.A, M.T

Gembala baik bersuling nan merdu
membimbing aku pada air tenang
dan membaringkan aku berteduh
di padang rumput hijau berkenan
(Kidung J emaat 415)


Saya persembahkan tulisan ini untuk :
Orang-orang yang dengan tulus mencintai saya ............

Bapa dan Mama di Rumah ..............................
(Doa, cinta, keringat, dan air mata kalian iringi jalanku)

Adik-adik saya, Yacob dan Ani .......................
(J ust be yourself, not somebody else .... even its though)



















BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
PT. Semen Kupang (Persero) Unit II adalah sebuah Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang diresmikan pada 14 Mei 2002 oleh Presiden Megawati
Soekarnoputri dengan kapasitas terpasang sebesar 240.000 ton semen per tahun.
Dengan kemampuan produksi ini diharapkan mampu mencukupi kebutuhan
semen di daerah Nusa Tenggara Timur dan sekitarnya.
Pembuatan semen portland pada umumnya menggunakan bahan baku
batugamping dengan prosentase 75 % sebagai penyedia Kalsium Oksida (CaO)
dan tanah liat dengan prosentase 25 % sebagai penyedia Alumina (Al
2
O
3
) dan
Silika (SiO
2
) sedangkan pasir besi dan pasir silika digunakan sebagai bahan
tambahan atau koreksi jika terjadi kekurangan Alumina (Al
2
O
3
) atau Silika (SiO
2
).
Bahan baku tanah liat untuk produksi semen portland pada PT.Semen
Kupang Unit II dihasilkan oleh kuari tanah liat PT.Semen Kupang yang terletak di
desa Alak, kecamatan Kupang, propinsi Nusa Tenggara Timur dengan luas 27 Ha
dan jumlah cadangan sebesar t 8.800.000 ton tanah liat.
Untuk mencukupi pasokan material tersebut maka perlu disusun sebuah rencana
penambangan yang baik diperlukan untuk mengoptimalkan kegiatan
penambangan guna memenuhi target produksi sebesar 96.000 ton tanah liat per
tahun
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun suatu rencana teknis
kegiatan penambangan tanah liat guna memenuhi target produksi sebesar 96.000
ton tanah liat per tahun
1.3. Metode Penelitian
Pendekatan masalah yang dilakukan dengan mempelajari keadaan daerah
penambangan baik dari segi teknis maupun lingkungan, kemampuan kerja alat
mekanis, efisiensi kerja operator, serta hal-hal lainnya yang mempengaruhi

rencana suatu kegiatan penambangan. Dengan memperhatikan aspek-aspek
tersebut diatas serta mempertimbangkannya berdasarkan teori-teori yang ada,
maka akan dikembangkan menjadi suatu rencana teknis kegiatan penambangan.
1.4. Pelaksanaan Penelitian
1.4.1. Studi Literatur
Sebelum melaksanakan penelitian, hal pertama yang dilakukan adalah
mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan bagaimana membuat
suatu rencana penambangan. Literatur yang dipakai yaitu buku-buku, brosur, peta
serta data dari penelitian-penelitian terdahulu serta data yang disediakan oleh
perusahaan.
1.4.2. Pengamatan Lapangan
Pengamatan di lapangan berguna untuk mengetahui kondisi lingkungan
kerja alat, unjuk kerja alat, serta memperoleh gambaran langsung dari lokasi
penambangan.
1.4.3. Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data tergantung dari jenis data yang dibutuhkan, yaitu :
Data mengenai spesifikasi alat, jam kerja, dan data lain yang berhubungan
dengan alat berat diperoleh dari laporan-laporan pada Sie. Alat Berat
PT.Semen Kupang (persero).
Data mengenai peta topografi, peta cadangan, kondisi tanah liat diperoleh dari
Sie. Raw Material Engineering PT.Semen Kupang (persero).
Data mengenai target produksi, prosentase material diperoleh dari laporan-
laporan pada Sie.Laboratorium Proses PT.Semen Kupang (persero).
1.4.4. Analisis Data
Untuk perencanaan perlatan mekanis yang digunakan, jenis alat mekanis
yang dipilih disesuaikan dengan inventaris alat mekanis yang dimiliki oleh
PT.Semen Kupang (persero) serta target produksi tanah liat.
Rencana penambangan yang dibuat juga meliputi perhitungan desain geometri
pembongkaran yang akan dibuat, dimana ukuran blok dan jenjang yang akan
dibuat harus benar efektif dan efisien untuk mendukung kinerja alat bongkar.

Perbaikan jalan angkut serta pembuatan paritan untuk mengatasi air limpasan
menjadi alternatif dalam peningkatan produksi dan efisiensi alat angkut.
Diharapkan dari rencana penambangan yang dibuat akan memenuhi target
produksi yang telah ditetapkan yaitu sebesar 96.000 ton tanah liat per tahun.
1.5. Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan dapat dihasilkan :
Metode pembongkaran tanah liat yang baik dan efisien.
Kemajuan kegiatan penambangan tanah liat
Produksi dari alat bongkar, muat dan angkut tercapai
Jenjang penambangan yang stabil guna mendukung kinerja operasi
Dimensi paritan untuk mengatasi air limpasan
Konstruksi jalan angkut yang memadai guna mendukung kegiatan
pengangkutan



















BAB II
TINJUAN UMUM


2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah
Kuari tanah liat PT.Semen Kupang (persero) terletak di desa Alak,
Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Batas-batas
administratif wilayah penambangan adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan
Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Timor
Sebealah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Rote
Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Sawu
Luas areal penambangan tanah liat berdasarkan SIPD Nomor 87/SIPD/83
adalah 27 Ha dengan posisi geografisnya adalah 1011

35

LS sampai 1011

40


LS dan 12335

45

BT sampai 12335

50

BT. Peta Lokasi dapat dilihat pada


Gambar 2.1.
Kuari tanah liat terletak kurang lebih 7 km di sebelah selatan Kota Kupang. Kuari
tanah liat dapat dijangkau dengan kendaraan bermotor dengan dua jurusan, yaitu :
Dari Kupang ke Pelabuhan Tenau lewat Naimosain melalui jalan aspal
kondisi baik, berjarak kurang lebih 7 km dan dapat dilalui oleh angkutan
umum.
Dari Kupang ke Manulai lewat Bakunase melalui jalan aspal dan
diteruskan melewati jalan desa sejauh 9,5 km dan hanya dapat dilalui oleh
sepeda motor saja.

2.2. Iklim dan Curah Hujan
Daerah penambangan beriklim tropis, dengan 2 musim dominan yaitu Musim
Hujan dan Musim Kemarau.
Musim hujan berlangsung dari bulan November sampai bulan April, dan
musim kemarau berlangsung dari bulan Mei sampai Oktober.

Peta Indeks
P. Timor
P. Sumba
P. Flores
P. Alor
TIMORLESTE
LAUTTIMOR
LAUT SAWU
P. TIMOR
ATAMBUA
KEFAMENANU
SOE
KUPANG
P. SEMAU
TIMORLESTE
125 12430
9

1
0

1
0

3
0

124 12330
Lintang Selatan
B
u
j
u
r

T
i
m
u
r
LOKASI
PENELITIAN
9

1
0

1
0

3
0

125
12430 12330 124
U
0 20 10 30 Km
KETERANGAN
Ibukota Propinsi
Ibukota Kabupaten
Jalan Raya
BatasPropinsi

Gambar 2.1
Lokasi Daerah Penelitian

Data curah hujan diperoleh dari hasil pengamatan Dinas Klimatologi Stasiun
Lasiana, Kecamatan Kelapa Lima, Kupang dari tahun 1993-2002.
Dari hasil pengamatan diperoleh curah hujan rata-rata pada musim Hujan 279,17
mm per tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata adalah 17,6 hari. Sedangkan
pada musim Kemarau adalah 6,15 mm per tahun dengan rata-rata hari hujan
adalah 9,92 hari.(lihat lampiran A).

2.3. Keadaan Geologi
2.3.1. Morfologi
Secara umum keadaan morfologi daerah kuari tanah liat milik PT.Semen
Kupang adalah daerah yang berlereng landai. Bentuk relief permukaan tidak rata
dengan ketinggian yang berangsur angsur naik ke arah selatan kuari. Daerah
terendah adalah Pantai Selatan Semau dan daaerah tertinggi perbukitan
batugamping pada daerah selatan dengan ketinggian 270 m dpal. Sungai-sungai
periodik yang hanya berair pada musim hujan banyak dijumpai di sekitar kuari
dengan arah aliran dari timur ke barat-daya. Areal tanah liat ini umumnya
ditumbuhi oleh rumput dan semak, dengan lapisan tanah penutup yang sangat tipis
dengan ketebalan antara 10-25 cm. Bongkah (boulder) batugamping banyak
dijumpai di areal kuari. Di sekitar kuari tanah liat digunakan oleh penduduk
sekitar untuk pertanian, namun kurang menghasilkan.
2.3.2. Stratigrafi
Menurut penyelidikan dari Leube Portlandzementwerke pada tahun 1982,
struktur geologi yang dibahas hanya struktur yang berkaitan dengan cadangan
batugamping dan tanah liat. Formasi batuan yang ada pada lokasi penambangan
yaitu :
1. Formasi SoE
Formasi batuan ini adalah batugamping terumbu yang berumur Pleitocene.
Formasi ini mencakup daerah yang cukup luas sepanjang pantai selat Semau
dengan struktur terumbu yang jelas terlihat dimana ada endapan fosil,
formainifera dan berongga-rongga. Bagian teratas formasi ini telah mengalami
proses karstifikasi sampai kedalaman t 5 m dan tidak mengalami perlipatan.

2. Formasi Watuputieh
Formasi ini tersusun atas batulempung dan marmer, namun tak ada laporan
geologi yang jelas menunjukan bagaimana marmer bisa terbentuk di daerah ini..
3. Formasi Boponaro
Formasi ini dibentuk oleh struktur batugamping dan batulempung. Formasi ini
tersingkap di Pangkase, Kisbaki, sampai di kuburan kampung Airmata.
2.3.3. Struktur Geologi
Dari hasil Eksplorasi Geologi pada tahun 1982 tidak diketemukan adanya
struktur geologi yang berarti, kecuali di sebelah selatan lokasi pabrik diketemukan
adanya struktur grabben.
Singkapan batugamping yang ditemukan mempunyai arah umum N 130
0
dengan
dip sebesar 10 dari arah Tenggara ke Barat Laut. Singkapan yang ada umumnya
telah mengalami pengikisan oleh aliran air (stream cutting).
Gambar 2.2
Stratigrafi Daerah Penambangan Tanah Liat
PT.Semen Kupang (persero)
Umur
Zaman Kala
Stratigrafi Lithologi Deskripsi
Kwarter Pleistoce
ne
Formasi
SoE
Batugamping
terumbu
Formasi
Watuputie
h
Batulempung,
Batupasir, Napal,
Marmer (dalam
bentuk bongkah)
Tersier Miocene
Formasi
Boponaro
Batugamping,,
Batulempung
(Sumber : Laporan Leuber Portlandzementwerke, 1982)

2.4. Karakteristik Tanah Liat
Dari hasil analisa secara fisik (megaskopis) dan hasil analisa laboratorium
oleh Direktorat Eksplorasi Seksi Bukan Logam dan Bahan Bakar pada tahun 1977
dikorelasikan sebagai berikut :

2.4.1. Sifat Fisik dan Mekanik
Terdapat 4 (empat) jenis tanah liat pada endapan yang ada di desa Manulai
dan Pangkase, yaitu :
- Tanah liat abu-abu kehijauan sampai kecoklatan
- Tanah liat napalan, berwarna abu-abu kehijauan, agak lunak
- Tanah liat abu- abu dengan struktur sisik ikan
- Tanah liat abu-abu dengan kerikil napal gampingan
Dengan sifat mekanik, yaitu :
- Bobot isi : 1,80 ton/m
3
= 17.651 KN/m
3

- Daya Kohesi : 7,12 ton/m
2
= 69.822 KN/m
3

- Sudut Geser Dalam () : 34
Endapan tanah liat di kuari PT.Semen Kupang (persero) memiliki overburden
yang tipis (t 10-25 cm) dengan perlapisan yang sangat heterogen dimana pada
kedalaman 2-4 m tanah liat bercampur dengan fragmen-fragmen batugamping
(diameter t 5 cm), tetapi semakin dalam ( 4 meter) endapan tanah liat mulai
homogen dengan warna abu-abu.
2.4.2. Sifat Kimia
Komposisi kimia material yang dipakai dalam pembuatan semen portland di
PT.Semen Kupang adalah :
Tabel 2.2
Komposisi Kimia Material
Unsur
Material
CaO
%
SiO
2
%

Al
2
O
3
%

Fe
2
O
3
%

Gamping 62,43 4,5 2,25 0,75
Tanah liat 4,31 57,4 17,31 4,34
Silika 11,98 80,54 4,75 2,24
Pasir besi 3,85 10,73 3,6 60,54
(Sumber : Laboratorium Proses PT.Semen Kupang (persero))

2.5. Target Produksi
Target produksi PT. Semen Kupang (persero) pada tahun 2002-2003 adalah
sebesar 240.000 ton semen. Jumlah tanah liat yang harus ditambang untuk
memenuhi target produksi ini adalah sebesar 96.000 ton tanah liat per tahun atau

63.60 LCM tanah liat per jam atau 101,76 ton tanah liat per jam (lihat lampiran
D), dimana kegiatan penambangan tidak dilaksanakan pada musim hujan karena
kondisi kuari yang tergenang air sehingga tidak memungkinkan mobilitas alat.

2.6. Kegiatan Penambangan
Sistem penambangan tanah liat pada PT.Semen Kupang (persero) yaitu sistem
tambang terbuka (kuari) dengan metode side hill quarry.
Tahapan penambangan tanah liat pada PT.Semen Kupang (persero) secara
garis besar meliputi kegiatan pembersihan lahan, penggalian, pemuatan, dan
pengangkutan.
2.6.1. Pembersihan Lahan
Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan areal dari tumbuh-tumbuhan yang ada
pada lokasi dengan menggunakan Bulldozer. Kegiatan pengupasan tanah penutup
tidak dilakukan secara khusus karena lapisan tanah penutup sangat tipis yaitu
antara 10-25 cm.
2.6.2. Penggalian
Kegiatan penggalian dilakukan oleh 1 (satu) unit Bulldozer Komatsu type D-275
A yang dilengkapi dengan giant ripper dengan kapasitas blade 12,8 m
3
.
2.6.3. Pemuatan
Kegiatan pemuatan di kuari dilakukan oleh 1 (satu) unit Backhoe Komatsu type
PC 200-5 dengan kapasitas bucket 0,36 m
3
sedangkan untuk kegiatan pemuatan
pada storage dipakai 1 (satu) unit Wheel Loader Komatsu type WA-90 dengan
kapasitas bucket 2,5 m
3
.
2.6.4. Pengangkutan
Pengakutan material dari kuari ke storage menggunakan Dump truck Nissan type
CWB-520 HDN sebanyak 1 (satu) unit dengan kapasitas bak 17,6 m
3
.
2.6.5. Penimbunan
Penimbunan dengan luas 100 m
2
ini berfungsi untuk menampung tanah liat yang
ditambang dengan tinggi timbunan rata-rata 5 meter, dimana kegiatan
pembongkaran hanya berlangsung selama musim kemarau saja. Sehingga untuk
menjaga kontinuitas produksi semen perlu melakukan penampungan.

2.6.6. Peremukan
Peremukan dilakukan dengan unit peremuk dengan kapasitas terpasang 250
ton/jam.

Gambar 2.3.
Kegiatan Penambangan di Kuari Tanah Liat












BAB III
DASAR TEORI


3.1. Perencanaan dan Desain Tambang Terbuka
3.1.1. Desain Pit
Tugas penting rekayasa teknik dalam pembangunan tambang permukaan
adalah perencanaan open pit. Ada tiga kelompok utama dalam faktor yang terlibat
dalam perencaanaan open pit yaitu : (Soderberg dan Rausch, 1968 ; Atkinson,
1983)
1. Faktor alam dan geologi.
Kondisi geologi, jenis endapan, kondisi hidrogeologi, topografi, dan
karakteristik unsur-unsur kimia.
2. Faktor ekonomi
Kadar endapan, tonase endapan, stripping ratio, cut-off grade, biaya operasi,
biaya investasi, keuntungan yang diharapkan, tingkat produksi dan kondisi pasar.
3. Faktor teknologi
Peralatan, kemiringan lereng pit (pit slope), tinggi jenjang, grade jalan, dan
batas pit (pit limit)
Mathieson (1982) menekankan pentingnya penjadwalan produksi dan
pembuatan urut-urutan (sequence) penambangan yang optimal.
Selain petimbangan ekonomi, hal-hal teknis yang perlu diperhatikan ialah :
Menjaga kelangsungan operasi, dimana lebar jenjang cukup untuk
permuka kerja dan jalan angkut yang baik untuk peralatan
Menjaga jumlah endapan yang terkupas untuk mengantisipasi kesalahan
perhitungan dan kekurangan data dari eksplorasi
Mempertahankan kebutuhan pengupasan selama mungkin tanpa
memaksakan kemampuan alat, manusia, atau menggangu jadwal produksi
Memaksimumkan desain kemiringan lereng sambil meminimumkan resiko
keruntuhan dengan penerapan mekanika batuan.

Perencanaan tambang berdasarkan jangka waktu pelaksanaan terbagi atas 2 yaitu :
Perencanaan Jangka Panjang, dan Perencanaan Jangka Pendek.
Hal-hal penting dalam penentuan desain sebuah tambang terbuka :
a. Tinggi jenjang

Gambar 3.1
Tinggi Jenjang
Penentuan tinggi jenjang tergantung dari :
- Karakteristik endapan
- Tingkat selektivitas alat
- Iklim
Jenjang harus dibuat setinggi mungkin di dalam jangkauan peralatan yang
digunakan dan dalam batas keamanan lereng agar tidak menimbulkan bahaya
keruntuhan.
b. Kemiringan Lereng (Pit Slope)
Kemiringan dari dinding pit merupakan elemen utama yang mempengaruhi
ukuran dan bentuk dari pit. Kemirngan lereng biasanya dinyatakan dalam
derajat () yang besarnya diukur dari bidang datar.
Dinding pit harus tetap stabil selama ada aktivitas penambangan pada daerah
tersebut.
c. Keadaan geologi
Keadaan geologi yang berpengaruh terhadap sebuah perencanaan berupa ada
tidaknya struktur sesar, arah umum bidang kekar, serta perlapisan endapan.
Struktur-struktur seperti sesar dan kekar akan memperlemah kekuatan material
baik tanah maupun batuan.

d. Tingkat produksi
Tingkat produksi yang ditetapkan akan sangat berpengaruh kepada kapasitas
alat yang dipilih. Semakin besar target produksi yang ditetapkan maka akan
semakin besar pula kapasitas alat yang digunakan.
e. Grade jalan
Grade (tanjakan) dari jalan angkut yang direncanakan berdampak terhadap
kinerja dari alat angkut yang dipakai. Grade yang terlalu besar akan
menghambat dan menurunkan kinerja alat, oleh karena itu dalam perencanaan
jalan angkut tidak boleh terlalu curam.
f. Topografi
Bentuk topografi berupa kelandaian tempat kerja seperti lereng yang curam,
paritan, rawa, atau perbukitan akan sangat berpengaruh terhadap kinerja alat
mekanis yang digunakan.
g. Tata guna lahan.
Adanya dampak negatif dari kegiatan penambangan perlu diminimalkan
dengan perencanaan jangka panjang yang berwawasan lingkungan. Adanya
pemukiman penduduk, atau fasilitas umum yang ada di sekitar lokasi tambang
juga perlu diperhatikan.
3.1.2. Penentuan Pit Limit (Batas Pit)
Ada banyak metode yang dipakai dalam merancang sebuah open pit.
Metode yang dipakai dapat berbeda-beda menurut ukuran endapan, kuantitas dan
kualitas dari endapan, ketersediaan bantuan komputer serta asumsi yang dipakai
oleh sang rekayasawan.
Langkah awal yang umumnya ditempuh baik dalam perencanaan jangka pendek
dan jangka panjang adalah menentukan batas dari pit (pit limit). Batas ini merujuk
pada jumlah endapan yang tertambang, jumlah overburden yang harus dikupas
selama umur tambang. Selanjutnya ukuran, geometri, dan lokasi dari batas pit
akhir ini yang akan menjadi patokan dalam merencanakan penimbunan
overburden, jalan masuk, pabrik pengolahan dan sebagainya. Batas akhir pit ini
dapat berubah sesuai dengan perubahan pasar atau kemajuan dalam teknologi
penambangan.

Metode perancangan pit terdiri dari 2 (dua) metode, yaitu : metode perancangan
manual dan metode perancangan dengan bantuan komputer
3.2. Pemilihan Sistem dan Peralatan Penambangan
Penentuan peralatan penambangan yang digunakan sebenarnya hampir sama
dengan penentuan metode pengupasan yang digunakan, karena bagaimana
menangangi material (material handling) adalah kunci dari tambang terbuka.
Dalam memilih metode pengupasan dan peralatan yang akan digunakan yang
bertujuan untuk mengupas material dengan biaya seminimal mungkin, maka
faktorfaktor seperti yang telah disebutkan diatas harus dipertimbangkan dan
dievaluasi.
Geometri dari pit sangat berpengaruh pada jenis dan ukuran peralatan yang akan
digunakan agar peralatan tersebut dapat bekerja secara efektif dan efisien. Target
produksi juga menjadi parameter pentin dalam pemilihan sistem dan peralatan
penanganan material.
Sebagai rujukan dalam memilih dan menentukan baik sistem dan peralatan
penambangan yang digunakan, terdapat 3 (tiga) sistem utama dalam pemberaian
batuan (rock breakage) dan 6 (enam) sistem penanganan material, yang dapat
dipilih berdasarkan kesesuaiannya dengan kondisi kerja yang dihadapi.
3.2.1. Pemberaian Batuan (Rock Breakage)
Sistem yang dipakai dalam alternatif pemilihan pemberaian batuan
berhubungan erat dengan karakteristik batuan yang ditangani (Pfleider, 1973).
a. Tidak memakai peralatan khusus untuk menguraikan batuan (contoh
material : tanah).
b. Pemboran dan Peledakan (Peralatan : roller bit rotary, dan ANFO. Contoh
material : batuan).
c. Ripping (contoh material : tanah yang keras, dan batuan yang lemah).
Sebagai panduan umum dalam memilih metode pemberaian batuan atau material
dimana perlu tidaknya memakai pemboran dan peledakan adalah kecepatan
rambat gelombang seismik dalam batuan tersebut.



3.2.2. Penanganan Material
Tabel 3.1
Panduan dalam Memilih Sistem Penanganan Material
Alat Mekanis Excavator -
Dozer - Dozer Dragline Excavator - Hopper - Crusher - Wheel Excavator -
Front end loader Scrapper (direct casting) Truck Conveyor Conveyor
Jenis Pekejaan
Produksi Maksimum Sedang Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Tingkat Produksi Sedang Rendah Tinggi Sedang Sedang Tinggi
Umur Pit Pendek Pendek Panjang Menengah Panjang Panjang
Kedalaman Pit Sedang Datar, Dangkal Menengah Dalam Dalam Menengah
Cadangan Tidak Tidak Terkonsolidasi Terkonsolidasi Terkonsolidasi Seragam, tanpa
Terkonsolidasi Terkonsolidasi boulder yg besar
Persiapan Ripping Ripping Pemboran dan Pemboran dan Pemboran dan Pemboran dan
Peledakan Peledakan Peledakan Peledakan
Kerumitan Sistem Rendah Sedang Rendah Tinggi Rendah Rendah
Fleksibilitas Operasi Tinggi Sedang Rendah Tinggi Rendah Rendah
Kapasitas Blending Tinggi Tinggi Rendah Sedang Rendah Rendah
Selektivitas Penem- Baik Sangat Baik Buruk Baik Sedang Sedang
patan Waste
Dampak Kondisi Hu- Tinggi Tinggi Rendah Sedang Rendah Rendah
jan
Kebutuhan Penjadwa- Rendah Tinggi Rendah Tinggi Sedang Sedang
lan
Ketersediaan Sistem Sedang Sedang Tinggi Sedang Rendah Rendah
Peralatan Pendukung Rendah Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi
Kemudahan Start-up Sederhana Sederhana Menengah Sederhana Kompleks Kompleks
Investasi Rendah Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi

(Sumber : Martin et al, 1982)
Secara umum dalam sistem penanganan material (material handling) ada 2
(dua) sistem utama yaitu Operasi Siklus (cyclic operation) dan Operasi Menerus
(continous operation), dimana dalam operasi siklus terdiri dari 2 (dua) kegiatan
utama yaitu pemuatan (loading) dan pengangkutan (hauling), sedangkan dalam
operasi kontinyu kegiatan pemberaian (breakage) dan penanganan material
terintegrasi menjadi satu karena dilakukan oleh peralatan yang sama (lihat tabel
3.2)




Tabel 3.2.
Klasifikasi Metode dan Peralatan Gali-Muat pada Tambang Terbuka
Operasi Kategori Peralatan (aplikasi)
Siklus Shovel Power shovel, front end loader, hydraulic excavator,
backhoe (untuk menambang, membongkar overburden)
Dragline Crawler, frame (mengupas overburden)
Dozer Ban karet, crawler (blade)
Scraper Ban karet, crawler
Peledakan Pengupasan dengan peledakan (untuk overburden)
Menerus Excavator mekanis Bucket wheel (overburden), cutting head (tanah, batu-
bara
Highwall mining Auger, highwall miner (batubara)
Hydraulicking Monitor
Dredging Bucket dengan ban jalan, hydraulic (placer)

(Sumber Martin et. al, 1982)
3.2.3. Analisa Tempat Kerja (Job Condition)
Dalam pembuatan rencana kerja, agar rencana tersebut dapat berjalan
rapih, teratur, efektif dan efisien maka harus diamati dan dipelajari elemen dan
keadaan tempat kerja (Partanto, 1995)
3.2.3.1. Jalan dan Sarana Pengangkutan
Hal ini penting untuk mengeahui dengan cara apa alat mekanis dan logistik
untuk keperluan penambangan diadakan dan diangkut.
3.2.3.2. Tumbuh-tumbuhan
Dengan mengetahui jenis tumbuhan yang ada pada lokasi kerja apakah
teridiri dari hutan belukar, semak, rawa, pohon besar dengan akar yang kuat, dan
sebagainya maka dapat ditentukan alat mekanis apa yang perlu dipakai,
kapasitasnya, cara pembersihan, dan biaya operasionalnya.
3.2.3.3. Jenis Material dan Perubahan Volume
Terdapat berbagai jenis material dan batuan dengan karakteristiknya
masing-masing, baik itu sifat fisik dan minerologinya atau keadaan material
tersebut seperti kering atau basah, lengket atau tidak, keras atau lunak dan
sebagainya. Sifat-sifat ini akan berpengaruh terhadap hasil kerja perlatan mekanis
yang digunakan dan lamanya waktu pengerjaan.
3.2.3.4. Daya Dukung Material (Bearing Capacity)
Daya dukung material adalah kemampuan material untuk mendukung
peralatan mekanis yang berada di atasnya. Apabila suatu alat mekanis berada di

atas permukaan batuan atau tanah maka peralatan mekanis tersebut menyebabkan
terjadinya daya tekan (ground pressure) sedangkan tanah atau batuan tersebut
akan memberikan gaya perlawanan yang disebut daya dukung (load capacity).
Bila daya tekan lebih besar dari daya dukung maka peralatan tersebut akan
amblas.
3.2.3.5. Iklim
Di Indonesia hanya dikenal 2 (dua) musim yaitu musim hujan dan musim
kemarau, jika hujan sangat lebat maka tanah akan menjadi becek sehingga
menghambat mobilitas peralatan mekanis. Oleh karena itu perlu dibuat suatu
sistem penyaliran yang baik. Sedangkan pada musim kemarau tanah menjadi
kering dan berdebu.
3.2.3.6. Ketinggian dari Air Laut
Ketinggian tempat kerja dari permukaan air laut mempengaruhi
kemampuan peralatan yang dipakai, karena semakin tinggi letak tempat kerja
maka kerapatan udara akan semakin turun. Berdasarkan pengalaman, tenaga
diesel yan hilang karena semakin tingginya tempat kerja dari permukaan air laut
adalah 3% setiap naik 1000 ft.
3.2.3.7. Kemiringan Jalan Angkut dan Keadaan Jalan
Keadaan jalan yang akan dilalui akan sangat berpengaruh terhadap
produksi alat angkut yang dipakai. Jika jalan angkut memiliki kondisi yang baik
maka produksi alat angkut dapat meningkat karena waktu tempuhnya akan
semakin pendek.
3.2.3.8. Efisiensi Kerja
Dalam kenyataanya, pekerja dan mesin tidak mungkin secara penuh
berkerja selama 60 menit dalam satu jam karena hambatan-hambatan yang selalu
terjadi, seperti : menunggu alat, pemeliharaan dan pelumasan mesin (service and
maintenance), dan lain-lain. Jenis hambatan ini perlu dibedakan dengan hambatan
yang timbul akibat pengaruh iklim. Efisiensi kerja adalah perbandingan antara
waktu produktif dengan waktu kerja yang teredia.



3.2.3.9.Syarat-syarat Penimbunan
Timbunan material mungkin perlu diratakan atau dipadatkan dengan alat-
alat khusus dan harus dilakukan pada kelembaban tertentu agar tidak mudah
terjadi amblesan serta kemantapan lerengnya terjamin.
3.2.3.10. Waktu
Pada umumnya, pekerjaan pemindahan tanah direncanakan dan dilakukan
dalam jangka waktu tertentu. Oleh sebab itu kapasitas produksi harian yang sudah
ditentukan harus terpenuhi.

3.3. Desain dan Konstruksi Jalan Angkut
Jalan angkut yang baik merupakan salah satu kunci untuk keberhasilan suatu
kegiatan penambangan. Jalan angkut dengan desain dan perawatan yang buruk
adalah penyebab utama dari tingginya biaya pengangkutan dan penyebab
kecelakaan. Faktor yang diperhitungkan dalam pembuatan jalan angkut yaitu
panjang, lebar, besarnya tikungan, safety berm maupun kemiringan dari jalan
angkut serta konstruksinya.
3.3.1. Konstruksi Jalan Angkut
Umumnya konstruksi jalan terdapat empat lapisan, yaitu ; Sub-grade
(pondasi), Sub-base, Base, dan permukaan (wearing surface) (lihat gambar 3.2)
Sub-grade, adalah lapisan pondasi. Lapisan ini harus mampu menyangga semua
beban yang ada diatasnya, tetapi umumnya untuk lapisan ini digunakan batuan
atau tanah yang dipadatkan.
Sub-base, lapisan ini terletak antara base dan sub-grade. Lapisan ini pada
umumnya memiliki material penyusun yang sama dengan lapisan base.
Base, lapisan ini umumnya tersusun dari material yang sangat stabil dan kompak.
Tujuannya adalah untuk mendistribusikan gaya yang ditimbulkan oleh beban
muatan diatasnya. Sehingga tidak menyebabkan perpindahan atau perubahan
secara drastis pada lapisan dibawahnya.
Wearing surface, lapisan ini menyediakan tarikan, mengurangi tahanan tarik,
melindunsi lapisan dibawahnya dari pengikisan air permukaan dan meneruskan

gaya tekan ke lapisan pondasi. Lapisan ini dapat diaspal atau disemen, tetapi yang
umumnya dipakai adalah batuan hasil peremukan.
Kekuatan jalan angkut ditentukan oleh daya dukung jalan dan beban
kendaraan terhadap permukaan jalan. Kekuatan jalan angkut dapat diupayakan
agar mampu mengatasi beban kendaraan dengan cara perkerasan. Permukaan
jalan harus dapat menahan gesekan roda kendaraan, pengaruh air dan hujan

Gambar 3.2
Struktur Lapisan Jalan
3.3.1.1.Material Pengerasan
Untuk dapat mengetahui kemampuan atau kekuatan jalan angkut terhadap
berat beban kendaraan dan muatan yang melaluinya perlu diketahui daya dukung
material dan beban kendaraan yang akan diteruskan roda terhadap permukaan
jalan angkut. Untuk mengetahui jenis pengeras jalan angkut terhadap beban
kendaraan yang akan melaluinya perlu diketahui daya dukung material terhadap
beban kendaraan pada permukaan jalan angkut. (lihat tabel 3.3)
Tabel 3.3
Daya Dukung Material Pengerasan
Material 1000 psf
Hard, sound rock 120
Medium hard rock 80
Hard pan overlaying rock 24
Compact gravel and boulder-gravel formation;very compact - 20
sandy gravel
Soft rock 16
Loose gravel and sandy gravel; compactsand and gravelly - 12
sand;very compact-inorganic silt soil
Hard dry consolidated clay 10
Loose coarse to medium sand;medium compact fine sand 8
Compact sand-clay soils 6
Loose find sand; medium compact sand- inorganic silt soils 4
Firm or stiff clay 3
Loose saturated sand cly soils, medium soft clay 2

(Sumber : Kaufman & Ault, 1977)

3.3.1.2.Berat Beban Terhadap Jalan
Distribusi beban pada roda dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
jumlah ban, ukuran ban, tekanan ban serta berat total kendaraan. Beban pada
roda untuk setiap kendaraan dapat diketahui berdasarkan spesifikasi dari pabrik
pembuatnya (Hustrulid, 1995). Sedangkan untuk menghitung luas bidang kontak
(contact area) dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
(psi) ban dalam Tekanan
(lb) roda pada pembebanan Berat x 0,9
) (in Area Contact
2
.. (3.1)

Setelah luas bidang kontak (contact area) antara roda kendaraan dengan
permukaan jalan diketahui, maka besarnya beban dari kendaraan yang diterima
oleh permukaan jalan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
) (in area contact
(lb) roda tiap pada Beban
(psi) jalan permukaan pada Beban
2


... (3.2)
Dalam setiap perhitungan, beban pada roda yang terbesar yang digunakan sebagai
dasar penentuan kesesuaian daya dukung tanah dengan beban yang melintas di
atasnya (lihat gambar 3.3), karena jika lapisan dasar sudah mampu mendukung
beban pada roda yang terbesar maka beban pada roda yang lebih kecil tidak perlu
diperhitungkan lagi.

(Sumber : Hustrulid, 1995)
Gambar 3.3
Distribusi Beban pada Jalan


3.3.1.3.Tahanan Gulir (Rolling Resistance)
Tahanan gulir adalah gaya penahan gerakan yang terjadi pada kendaraan
yang terkonsentrasi pada ban. Faktor-faktor yang menimbulkan tahanan gulir
adalah :
a. Internal Friction
Merupakan friksi yang terjadi akibat putaran-putaran mulai dari engine
flywheel sampai ke velg roda yang disebabkan oleh komponen mesin. Komponen
mesin merupakan faktor internal dari alat, dimana besarnya rimpull engine akan
ditransfer sebagian atau seluruhnya ke under carriage untuk memutar ban.
b. Tire Flexing
Merupakan tahanan yang terjadi pada roda ban dikarenakan kembangan
ban. Besar kecilnya kembangan ban tergantung pada : desain ban, tire inflation,
tekanan udara pada ban, keadaan permukaan jalan lintasnya.
c. Tire Inflation
Tekanan udara pada ban keadaan permukaan jalan lintasnya. Faktor tekanan
udara dalam ban tidak bisa diabaikan, karena kehilangan tenaga engine makin
besar jika tekanan angin kurang, karena bidang kontak makin besar sehingga gaya
tahan juga makin besar.
d. Tire Penetration
Tire penetration adalah amblasnya ban pada permukaan jalan lintas, dan hal
ini akan menambah besar nilai dari tahan gulir. Setiap amblas 1 inchi maka akan
memperbesar nilai tahanan gulir sebesar 30 lbs/ton. Tekanan ban bisa diatasi
dengan cara memelihara permukaan jalan lintas yang terbuat dari tanah.
Dalam perhitungan tahan gulir, yang harus diperhitungkan hanyalah untuk alat
berat/besar yang beroda ban. Tetapi untuk alat-alat beroda rantai (track type
vehicles) untuk keperluan praktis tidak diperhitungkan adanya tahan gulir
(meskipun sebetulnya ada, yaitu tahanan gulir dikarenakan internal friction).
Besarnya tahanan gulir dinyatakan dalam lbs dari rimpull yang diperlukan untuk
menggerakkan tiap gross ton berat kendaraan beserta isinya pada jalur mendatar
dengan kondisi jalan tertentu (lihat tabel 3.4)


Tabel 3.4

Tahanan Gulir
Tahanan Gulir
(%)
Jalan terawat dengan baik, permukaan datar dan rata, tidak -
ada amblasan roda dari kendaraan
Kondisi jalan sama seperti diatas, namun sepintas terdapat
amblasan roda dari kendaraan
Perawatan jalan kurang / jarang dilakukan, tanpa penyiraman,
terjadi amblasan roda dari kendaraan
Perawatan jalan tidak baik, dasar jalan tanpa kompaksi dan
stabilisasi, jejak roda mudah sekali terbentuk
Jalan pasir dan kerikil tanpa pemadatan 10
Seluruh bagian jalan tak terawat, lembek, berlumpur, pene - 15 - 20
trasi roda cukup dalam
8
Kondisi Jalan Angkut
2
3,5
5

(Sumber Komatsu Application Hanbook 24
bd
, sec.17)
3.3.2. Geometri Jalan Tambang
Geometri jalan tambang yang memenuhi syarat adalah bentuk dan ukuran
dari jalan tambang tersebut sesuai dengan alat angkut yang digunakan dan kondisi
medan yang ada sehingga menjamin serta menunjang segi keamanan dan
keselamatan operasi pengangkutan.
3.3.2.1. Lebar Jalan Angkut
Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus dengan dua jalur
didasarkan pada rule of thumb yang digunakan pada tambang terbuka kurang
lebih 4 kali lebar alat angkut terbesar yang digunakan (Couzens,1979) (lihat
gambar 3.4)
Lebar Jalan
Safety Berm
Wt = Lebar Alat Angkut
Paritan
Wt
Wt
Wt
Wt
Wt
Wt

Gambar 3.4
Lebar Jalan Angkut



3.3.2.2. Safety Berm
Safety berm (guardrails) atau pagar pengaman berfungsi untuk menjaga
alat angkut agar tetap berada pada jalurnya sehingga kecelakaan akibat
keteledoran pengemudi dapat dikurangi. Material yang digunakan untuk
pembuatan berm umumnya adalah batuan hasil peremukan dan pasir.
Dimensi safety berm (lihat gambar 3.5) didasarkan pada rule of thumb dimana
tinggi berm (B) adalah sama atau lebih besar dari static rolling radius (SRR).
Hubungan SRR dan tinggi ban dinyatakan sebagai berikut (Hustrulid, 1995) :
SRR x 2 x 1,05 TH ..........................................................................................(3.3)
Dimana,
TH = Tinggi ban (in)
SRR = Static rolling radius (in)
Sedangkan lebar berm (A) adalah 1,5 kali tinggi berm
A
1



:
1

S
l
o
p
e
1



:
1

S
l
o
p
e
B

Gambar 3.5
Dimensi Safety Berm
3.3.2.3. Radius Tikungan
Jari-jari tikungan (belokan) berhubungan langsung dengan bentuk dan
konstruksi alat angkut yang digunakan.. Untuk itu dalam keperluan perencanaan
jalan angkut diperhitungkan alat angkut yang terbesar yang akan melewati jalan
angkut tersebut Dalam penerapannya, jari-jari lingkaran yang dijalani oleh roda
belakang dan roda depan berpotongan di suatu titik pusat dengan sudut yang sama
dengan besarnya penyimpangan roda (lihat gambar 3.6).
Jari-jari tikungan minimum umumnya digunakan untuk mementukan besarnya
area manuver di permuka kerja. Sedangkan untuk menentukan jari-jari tikungan
pada jalan angkut (haulage road), besarnya sangat tergantung pada berat alat
angkut yang melewati jalan angkut tersebut. Semakin berat alat angkut yang

digunakan maka jari-jari tikungan yang dibutuhkan oleh alat angkut tersebut
untuk membelok akan semakin besar.

(Sumber: Sukirman ,1994)
Gambar 3.6
Radius Putar.Truk
Besarnya jari-jari tikungan minimum dapat ditentukan dengan persamaan :
sin
min
Wb
R (3.4)
dimana,
R
min
= Radius putar minimum (meter)
Wb = Jarak antar gardan depan dan belakang (meter)
= Sudut penyimpangan roda ()
Tabel 3.5
Radius Tikungan Minimum
Berat Kendaraan Radius Tikungan Minimum
(lbs) (ft)
1 < 100.000 19
2 100 - 200.000 24
3 200 - 400.000 31
4 > 400.000 39
Klasifikasi Berat
Kendaraan

(Sumber Hustrulid , 1995)

3.3.2.4.Lebar pada Tikungan
Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar dari lebar jalan angkut
pada jalan lurus, dan lebar jalan pada tikungan dapat bertambah sesuai dengan
juntai (overhang) kendaraan dan kesulitan manuver.
C Z Fb Fa U n W + + + + ) ( ... (3.5)

) ( 2 / 1 Fb Fa U Z C + + (3.6)
Dimana,
W = Lebar jalan angkut pada tikungan
n = Jumlah jalur
U = Jarak antara ban kanan dan kiri
Fa = Lebar juntai depan
Fb = Lebar juntai belakang
C = Jarak antar dua alat angkut
Z = Jarak dari tepi jalan ke sisi luar alat angkut
F
b
F
b
F
a
F
a
Z
Z
C
U
U
W
W=2(U+Fa+Fb+Z)+C C=Z=0,5(U+Fa+Fb)

(Sumber : Indonesianto, 2000)
Gambar 3.7
Lebar Jalan pada Tikungan
3.3.3. Kemiringan Jalan
3.3.3.1.Keniringan pada Tikungan (Super Elevasi)
Super elevasi merupakan kemiringan jalan pada tikungan yang terbentuk
oleh batas antara tepi jalan terdalam karena perbedaan ketinggian (lihat gambar
3.8). Berdasarkan teori A.T. Atkinson D.I.C. pada kondisi jalan kering nilai
super elevasi merupakan harga maksimum yaitu 90 mm/m sedangkan pada
kondisi jalan berlumpur atau licin nilai super elevasi terbesar adalah 60 mm/m.

N
N Cos

N Sin
(m
.V ) /R
2

Gambar 3.8
Super Elevasi
Bagian tikungan jalan perlu diberi super elevasi, yakni dengan cara
meninggikan jalan pada bagian luar tikungan. Hal tersebut bertujuan untuk
mencegah kendaraan tergelincir ke luar jalan atau terguling.
Kemiringan jalan secara matematis merupakan perbandingan antara kenaikan
tinggi jalan dengan lebar jalan. Untuk menentukan besarnya kemiringan tikungan
jalan dihitung berdasarkan kecepatan rata-rata kendaraan dan koefisien friksinya.
Persamaan yang dipakai untuk menghitung sudut super elevasi yaitu :
G R
V
.
tan
2
. (3.7)
Dimana,
V = Kecepatan kendaraan saat melewati tikungan, m/s
R = Radius tikungan, m
G = Gravitasi bumi = 9,8 m/s
2
.
3.3.3.2.Kemiringan Jalan Angkut
Kemiringan atau grade jalan angkut merupakan faktor penting yang
harus diamati secara detail dalam kegiatan pengkajian terhadap kondisi jalan
tambang tersebut. Hal ini dikarenakan kemiringan jalan angkut berhubungan
langsung dengan kemampuan alat angkut, baik dalam pengereman maupun dalam
mengatasi tanjakan.
Kemiringan jalan angkut biasanya dinyatakan dalam persen (%). Dalam
pengertiannya, kemiringan () 1 % berarti jalan angkut tersebut naik atau turun 1
m atau 1 ft untuk setiap jarak mendatar sebesar 100 m atau 100 ft.

Kemiringan grade jalan angkut dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
x
h
Grade

) ( (3.8)
Dimana,
h = Beda tinggi antar dua titik yang diukur
x = Jarak datar antar dua titik yang diukur
Secara umum kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik
oleh alat angkut berkisar antara 10% -18%. Akan tetapi untuk jalan tanjakan atau
turunan pada bukit, kemiringan jalan maksimum yang aman adalah 8%.
3.3.3.3.Kemiringan Badan Jalan (Road Cross Slope)
Untuk mengatasi tergenangnya air pada badan jalan maka badan jalan
dibuat miring lebih rendah ke arah luar, dan pada bagian terluar dari jalan dibuat
paritan untuk menampung air limpasan (lihat gambar 3.9)

(Sumber : Hustrulid , 1995)
Gambar 3.9
Road Cross Slope

3.4. Saluran Penyaliran
Dalam rancangan pembuatan jalan angkut dan struktur pendukung
diperlukan adanya saluran air untuk mengalirkan air dari permukaan jalan dan
sekitarnya yang dapat memberikan pengaruh buruk terhadap jalan angkut itu
sendiri dan struktur pendukung dalam operasi penambangan. Air yang berasal dari
hujan yang jatuh di atas permukaan tanah harus diantisipasi sehingga jalan angkut
dan bangunan dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Oleh karena itu, data curah hujan yang akurat sangat diperlukan untuk
rancangan pembuatan saluran penirisan. Dalam menentukan dimensi saluran air
harus diperhitungkan periode ulang hujan, yaitu berulangnya hujan dengan
intensitas yang sama pada masa mendatang.
Terdapat beberapa harga acuan periode ulang hujan dalam merancang saluran
penirisan pada tambang terbuka dan koefiein limpasan , seperti terlihat pada Tabel
3.6 dan 3.7
Tabel 3.6
Periode Ulang Hujan untuk Sarana Penirisan Tambang

Letak / Fungsi Periode Ulang Hujan (Tahun)
Daerah Terbuka 0.5
Sarana Tambang 2 - 5
Lereng Tambang dan Penimbunan 5 - 10
Sumuran Utama 10 - 20
Penirisan Keliling Tambang 25
Pemindahan Aliran Sungai 100

(Sumber : Gautama, 1999)
Tabel 3.7
Koefisien Limpasan
Kemiringan Tutupan Koefisien Limpasan
< 3 % Sawah, Rawa 0.2
Hutan, Perkebunan 0.3
Perumahan dengan Kebun 0.4
3 - 15 % Hutan, Perkebunan 0.4
Perumahan 0.5
Tumbuhan jarang 0.6
Tanpa Tumbuhan, Daerah Penimbunan 0.7
>15 % Hutan 0.6
Perumahan, Kebun 0.7
Tumbuhan jarang 0.8
Tanpa Tumbuhan, Daerah Tambang 0.9

(Sumber : Gautama, 1999)
Berdasarkan data-data curah hujan yang ada maka dapat dilakukan pengolahan
data curah hujan yang langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Penentuan harga rata-rata tinggi curah hujan maksimum :
n
x
X

.. (3.9)

Dimana :
X = Curah hujan rata-rata maksimum, mm/hari

x
= Jumlah curah hujan maksimum, mm/hari
n = Jumlah data

2. Penentuan curah hujan harian maksimum :
( )
n r
x
r
Y Y X X +
n

(3.10)
Dimana :
X
r
= Curah hujan harian maksimum (R
24
), mm/hari
X = Curah hujan rata-rata maksimum, mm/hari

x
= Expected standart deviasi

n
= Standart deviasi
Y
r
= Variasi reduksi
Y
n
= Expected Mean
3. Perhitungan intensitas curah hujan:
3 / 2
c
24
t
24

24
R
I

,
_

(Metode Manonobe) .. (3.11)



382 , 0 77 , 0
0195 , 0

S L t
c
(Rumus Kirpich) (3.12)
Dimana :
I = Intensitas curah hujan
R
24
= Curah hujan harian maksimum, mm/hari
t
c
= Waktu konsentrasi, jam
L = Jarak terjauh dalam daerah penyaliran ke titik perhitungan
S = Gradien
4. Perhitungan debit air limpasan :
A I C Q . . . 278 , 0 . (3.13)
Dimana :
Q = Debit air limpasan, m
3
/detik
C := Koefisien limpasan
I = Intensitas curah hujan, mm/jam
A := Luas daerah tangkapan hujan, km
2

Setelah debit air limpasan yang mungkin terjadi diketahui, maka dimensi
saluran penirisan yang akan digunakan dapat ditentukan.

Untuk menentukan dimensi saluran penirisan dapat digunakan rumus sebagai
berikut :
2 / 1 3 / 2
1
S R
n
A Q (Persamaan Manning) . (3.14)
Dimana :
Q = Debit air limpasan, m
3
/detik
n = Koefisien kekasaran dinding saluran (lihat Tabel 3.8)
R = Jari-jari hidrolis, m
S = Kemiringan dasar saluran, % (0,1 0,25 %)
A = Luas penampang saluran, m
2

Untuk luas penampang saluran (A) mempunyai beberapa komponen yaitu :
- Jari-jari hidrolis (R)
- Kedalaman aliran (d)
- Lebar dasar saluran (b)
- Panjang sisi saluran (a)
- Lebar permukaan aliran (B)
- Kemiringan dinding saluran (m)
Mempunyai hubungan dengan persamaan
A = b.d + m.d
2
.(3.15)
R = 0,5.d ..(3.16)
B = b + 2.m.d ...(3.17)
a = d.sin .(3.18)
m = cotg ....(3.19)
d
B
b

a

Gambar 3.10
Penampang Saluran Penirisan

Untuk penampang saluran berbentuk trapesium, besarnya adalah 60.
Maka harga m
= Cotg 60 = 0.58
Untuk mencari harga b dipakai persamaan
b/d = ( ) { } m - m 1 2
1/2
2
+ .(3.20)
= 1,152
Maka, b = 1,152.d ( disubtitusikan ke persamaan 3.14)
A = b.d + m.d
2

= 1,152.d
2
+ (0,58.d
2
)
= 1,732 d
2

Untuk koefisien kekasaran dan kemiringan dinding saluran dapat dilihat pada
tabel 3.8 dan 3.9
Tabel 3.8
Koefisien Kekasaran Dinding Saluran (n)
Tipe Dinding Saluran Koefisien Kekasaran Dinding
Saluran (n)
Semen 0.010 - 0.014
Beton 0.011 - 0.016
Bata 0.012 - 0.020
Besi 0.013 - 0.017
Tanah 0.020 - 0.030
Gravel (kerikil) 0.022 - 0.035

(Sumber : Gautama, 1999)
Tabel 3.9
Kemiringan Dinding Saluran untuk Berbagai Jenis Material
Bahan / Material Kemiringan Dinding Saluran
Batu, Cadas Hampir vertikal
Tanah Gambut, Rawa 1/4 : 1
Lempung Teguh, Tanah berlapis beton 1/2 : 1 sampai 1 : 1
Tanah berlapis batu 1 : 1
Lempung kaku tanah bagi parit kecil 1,5 : 1
Tanah berpasir lepas 2 : 1
Lempung berpasir atau lempung berpori 3 : 1

(Sumber : Gautama, 1999)





3.5. Kemantapan Lereng (Slope Stability)
Kemantapan lereng dalam suatu kegiatan penambangan merupakan suatu
kegiatan yang penting, karena hal ini menyangkut keselamatan kerja didaerah
sekitar lereng tersebut. Pada tambang terbuka lereng yang tidak mantap akan
mengganggu kelancaran kegiatan penambangan.
Tanah atau batuan pada keadaan alami umumnya berada dalam keadaan
setimbang (equilibrium), artinya keadaan dimana distribusi tegangan pada batuan
atau tanah dalam keadaan mantap (stabil). Apabila ada gangguan terhadap batuan
atau tanah tersebut, seperti pembongkaran, penggalian, pengangkutan,
penimbunan, erosi ataupun kegiatan lain sehingga menyebabkan
kesetimbangannya terganggu, maka batuan atau tanah itu akan berusaha mencapai
kesetimbangan baru secara alami.
Demikian halnya yang terjadi pada sebuah bidang miring yang diatasnya terdapat
sebuah balok maka akan terlihat gaya gaya yang berkerja pada balok tersebut
terhadap bidang miring. (lihat gambar 3.11)
Suatu cara yang umum untuk menyatakan kestabilan suatu lereng batuan
adalah dengan menentukan faktor keamanan. Faktor ini merupakan perbandingan
antara gaya penahan yang membuat lereng tetap stabil dengan gaya pnggerak
yang menyebabkan terjadinya longsor.
W cos
W
R
W sin


Gambar 3.11
Mekanisme Luncuran Blok Pada Bidang
Maka berdasarkan gaya geser Mohr-Coulomb adalah sebagai berikut :

= c +
n
tan, dimana; ... (3.21)

n
= w cos / A, maka ;
A
w
c
cos
+ tan ..(3.22)
Adapun gaya geser (R) yang bekerja untuk menahan geseran pada blok
dinotasikan sebagai ( R = A ), dimana akan diperoleh persamaan :
R= c A + w cos tan ...................................................................... (3.23)
Dalam keadaan seimbang atau dalam keadaan kritis, maka dapat dijabarkan
sebagai berikut ;
W sin = c A + W cos tan .. (3.24)
Dimana :
= Kekuatan geser ( KN / m
2
)

n
= Tegangan normal ( KN / m
2
)
= Sudut geser dalam (
0
)
c = Kohesi ( KN / m
2
)
A = Luas area ( m
2
; ft
2
)
Pengaruh keberadaan air pada massa batuan dapat berpengaruh terhadap
kesetimbangan pada blok tersebut. Air akan menimbulkan gaya angkat air sebesar
U sehingga dapat memperkecil tegangan normal pada bidang luncur (
n
= w cos
- U), maka dapat dijabarkan sebagai berikut :
R = c A + = w cos tan .. (3.25)
R = (W cos - U ) tan .... (3.26)
Dengan memasukkan gaya dorong air sebesar V yang bekerja di atas blok maka
akan memperbesar kuat geser pada bidang luncur ( = w sin + V ) maka dapat
dijabarkan sebagai berikut ;
R = c A + w cos tan .................................................................... (3.27)
w sin + V = c A + w cos tan .................................................. (3.28)
Dari uraian di atas maka persamaan antara gaya geser dan gaya normal yang
bekerja pada blok terhadap sebuah bidang miring dengan memperhitungkan
kondisi air dapat dijabarkan dengan menggabungkan persamaan yaitu :
w sin + V = c A + ( w cos U ) tan ......................................... (3.29)

Dimana :
V = Gaya dorong air terhadap blok ( KN/m
2
)
U = Gaya angkat air terhadap blok ( KN/m
2
)
3.5.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng
Faktor yang perlu diperhatikan dalam menganalisa kemantapan suatu
lereng antara lain
a. Relief permukaan bumi
Faktor ini mempengaruhi laju erosi dan pengendapan serta juga menentukan
arah aliran air permukaan dan air tanah. Hal ini disebabkan karena untuk suatu
daerah yang curam, kecepatan aliran air permukaan tinggi dan mengakibatkan
pengikisan lebih intensif dibandingkan pada daerah yang landai. Erosi yang
intensif, banyak dijumpai singkapan batuan dan ini menyebabkan pelapukan
yang lebih cepat. Material yang lapuk mempunyai kekuatan yang rendah
sehingga kemantapan lereng menjadi berkurang.
b. Geometri lereng
Geometri mencakup tinggi lereng dan sudut kemiringan lereng. Lereng yang
terlalu tinggi akan mengakibatkan lereng kurang mantap dan cenderung lebih
mudah longsor dibandingkan dengan lereng yang tidak terlalu tinggi bila
susunan batuannya sama. Demikian pula dengan sudut lereng, lereng menjadi
kurang mantap jika kemiringannya besar. Jadi semakin besar kemiringan dan
ketinggian suatu lereng, maka kestabilannya semakin berkurang.
c. Struktur geologi
Struktur geologi yang sangat berpengaruhi kestabilan lereng adalah bidang-
bidang sesar, perlapisan dan rekahan. Struktur geologi tersebut merupakan
bidang-bidang lemah (diskontinuitas) dan sekaligus sebagai tempat
merembesnya air sehingga dapat menurunkan kemantapan lereng.
d. Sifat fisik dan mekanik material
Sifat fisik yang mempengaruhi kestabilan lereng adalah bobot isi (density),
porositas dan kandungan air. Sedangkan sifat mekanik batuan antara lain kuat
tekan, kuat geser dan sudut geser dalam batuan.


- Bobot isi material
Semakin besar bobot isi material, maka gaya penggerak yang
menyebabkan lereng longsor semakin besar.
- Porositas material
materialyang mempunyai porositas besar akan banyak menyerap air,
dengan demikian bobot isinya akan semakin besar. Adanya air dalam
material juga akan menimbulkan tekanan air pori yang akan memperkecil
kuat geser material. Material yang mempunyai kuat geser kecil akan lebih
mudah longsor.
- Kandungan air dalam material
Semakin besar kandungan air dalam matrial, maka tekanan air pori
menjadi semakin besar, dengan demikian berarti bahwa kuat geser
material akan semakin kecil, sehingga kestabilannya berkurang.
- Kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser material
Kekuatan batuan biasanya dinyatakan dengan kuat tekan (comfined and
uncomfined compressive strength), kuat tarik (tensile strength) dan kuat
geser (shear strength).
- Sudut geser dalam
Semakin besar sudut geser dalam, maka kuat geser material akan semakin
besar, dengan demikian lereng akan lebih stabil.
e. Iklim
Iklim berpengaruh terhadap kemantapan lereng karena iklim mempengaruhi
perubahan temperatur. Temperatur yang cepat berubah dalam waktu yang
singkat akan mempercepat proses pelapukan material. Untuk daerah tropis
singkapan batuan akan lebih cepat lapuk dan mengakibatkan lereng mudah
longsor.
f. Gaya dari luar
Gaya luar juga mempengaruhi kemantapan lereng, dapat berupa getaran-
getaran yang berasal dari sumber yang berada di dekat lereng tersebut seperti
gempa, peledakan dan pemakaian alat-alat mekanis yang berat didekat lereng,
pemotongan dasar (toe) lereng tersebut.

3.5.2. Gaya yang Mempengaruhi Nilai Faktor Keamanan
Secara prinsip, pada suatu lereng bekerja dua macam gaya yang membuat
massa batuan atau tanah bergerak dalam hal ini khususnya batuan sesuai dengan
kondisi lapangan penelitian yang disebut dengan gaya penggerak, dan gaya yang
menahan massa tersebut dari pergerakan yaitu yang disebut gaya penahan. Lereng
akan longsor jika gaya penggerak lebih besar dari gaya penahannya.
3.5.2.1.Faktor Pembentuk Gaya Penahan
a. Jenis Material
Jenis material dengan struktur mineral tertentu akan memberikan nilai
kemantapan lereng yang lebih besar, misalnya batuan beku .
b. Kekuatan Material
Material utuh (intact) yang mempunyai kuat tekan uniaksial tinggi dan
mempunyai sudut geser dalam yang tinggi merupakan material yang sangat
stabil terhadap longsoran. Material dengan kekuatan tinggi seperti ini
umumnya adalah batuan beku dan batuan metamorf. Sudut lereng pada batuan
tersebut bisa mencapai 90 derajat dan tinggi lereng yang besar.
3.5.2.2.Faktor Pembentuk Gaya Penggerak
Gaya penggerak umumnya dipengaruhi oleh gravitasi, sehingga berat dari
pada beban/bagian lereng ya ng bersangkutan adalah merupakan salah satu gaya
penggerak terjadinya longsoran:
a. Bobot isi
Batuan dengan bobot isi yang besar akan memberikan beban/gaya yang lebih
besar daripada lereng
b. Kandungan air tanah
Keberadaan air sebagai moisture tanah pada lereng yang bersangkutan akan
memberikan tambahan beban yang besar pada lereng.
c. Sudut lereng
Sudut lereng yang besar akan memberikan volume material atau batuan besar,
yang merupakan beban lereng yang lebih besar.

Kestabilan lereng diwakili oleh suatu angka Faktor Keamanan (FK) yaitu
perbandingan antara besarnya gaya penahan dan gaya penyebab longsoran. Secara
matematis faktor kestabilan lereng dinyatakan sebagai berikut :
F = R / F
p
.
(3.30)
Dimana :
F = Faktor kestabilan lereng.
R = Gaya penahan, berupa resultan gaya-gaya yang membuat lereng tetap
stabil.
F
p
= Gaya penggerak, berupa resultan gaya-gaya yang menyebabkan lereng
longsor.
Pada keadaan :
F > 1.0 a lereng dianggap mantap
F = 1.0 a lereng dalam keadaan setimbang atau keadaan kritis
F < 1.0 a lereng dianggap tidak mantap
Untuk menentukan faktor keamanan lereng diambil suatu pedoman dalam
penentuan suatu angka faktor keamanan .
Tabel 3.10
Nilai Faktor Keamanan untuk Perancangan Lereng
Nilai FK Keadaan lereng
< 1,0 Tidak mantap
1,0 1,2 Kemantapan diragukan
1,3 1,4

Memuaskan untuk pemotongan ataupun
Penimbunan
1.5 1.7 Mantap untuk bendungan

3.5.3. Klasifikasi Longsoran
Berdasarkan proses longsornya batuan, longsoran batuan dapat dibadakan
menjadi 4 (empat) macam, yaitu :
3.5.3.1. Longsoran Bidang (Plane Failure)
Faktor yang mempengaruhi terjadinya longsoran bidang (khususnya untuk
bidang gelincir tunggal) adalah :
- Bidang gelincir mempunyai strike sejajar atau hampir sejajar (maksimal 20)
dengan strike lereng.

- Kemiringan bidang gelincir lebih kecil daripadi kemiringan lereng.
- Kemiringan bidang gelincir lebih besar daripada sudut geser dalamnya.
- Harus ada bidang release yang menjadi pembatas di kanan-kiri blok yang
menggelincir.

Gambar 3.12
Bentuk Longsoran Bidang
3.5.3.2.Longsoran Baji (Wedge Failure)
Longsoran baji terjadi apabila terdapat dua bidang lemah atau lebih saling
berpotongan sedemikian rupa sehingga membentuk baji.Kondisi yang
menyebabkan terjadinya longsoran baji adalah :
- Sudut lereng lebih besar daripada sudut garis potong kedua bidang lemah
- Sudut garis potong kedua bidang lemah lebih besar daripada sudut geser
dalamnya.

Gambar 3.13
Bentuk Longsoran Baji

3.5.3.3.Longsoran Guling (Toppling Failure)
Longsoran guling terjadi apabila bidang-bidang lemah yang hadir dalam
lereng mempunyai kemiringan yang berlawanan dengan kemiringan lereng.
Keadaan tersebut dapat digambarkan dengan balok-balok yang diletakan diatas
sebuah bidang miring.

Gambar 3.14
Bentuk Longsoran Guling
3.5.3.4. Longsoran Busur (Circular Failure)
Longsoran busur ini biasanya banyak terjadi pada lereng batuan lapuk atau
sangat terkekarkan dan di lereng-lereng timbunan. Bentuk bidang gelincir pada
longsoran jenis ini akan menyerupai busur bila digambarkan pada penampang
melintang.
Dalam analisis busur ini harus memperhatikan pada :
- Jenis tanah /batuan, dalam hal ini batuan dianggap homogen dan kontinyu
- Longsoran yang terjadi menghasilkan bidang luncur berupa busur lingkaran
- Tinggi permukaan air tanah pada lereng

Gambar 3.15
Bentuk Longsoran Busur

3.5.4. Metode Analisa Kemantapan Lereng
Metode analisa kemantapan lereng yang digunakan adalah Metode Bishop
(lihat gambar 3.16). Metode ini dipilih karena material penyusun lereng adalah
tanah.
Analisa metode ini menguraikan gaya-gaya vertikal untuk memperoleh besarnya :

k
k
F
sin tan
cos
cos u
F
sin c'
l - W
ul - P
+

,
_

...................................................... (3.31)
Maka,
( ) [ ]

+
+
k
F
tan ' ' tan
1
sec
tan ub - W b c'
sin W
1
F
k

............... (3.32)
Dimana,
F
k
= Nilai faktor keamanan
c = Kohesi tanah dalam kondisi tegangan efektif
l = Panjang busur segmen
W = Berat segmen tanah
u = Tegangan air pori
= Sudut geser dalam tanah
= Sudut antara garis vertikal dan jari-jari R
b = Lebar segmen
Untuk membantu permodelan dan perhitungan nilai kemantapan lereng,
penggunaan program komputer sangat disarankan.
Software SlopeW versi 5 dari GeoSlope International digunakan untuk
menganalisa nilai kemantapan lereng dari desain yang direncanakan. Sedangkan
untuk penggambaran model digunakan AutoCAD 2002 dari Autodesk.


Gambar 3.16
Model Longsoran Busur


















BAB IV
RENCANA TEKNIS PEMBONGKARAN TANAH LIAT
DI KUARI PT.SEMEN KUPANG (PERSERO) UNIT II


4.1. Sistem Penambangan Tanah Liat
Dalam kegiatan penambangan tanah liat yang dilakukan pada PT.Semen
Kupang (persero), sistem penambangan yang digunakan adalah sistem kuari tipe
side hill quarry dengan jalan masuk langsung karena cadangan tanah liat terletak
pada daerah yang miring berupa punggungan bukit
FRONT
J
A
L
A
N
M
A
S
U
K

(Sumber : Partanto, 1990)
Gambar 4.1
Side Hill Quarry
Sistem side hill quarry cocok untuk penerapan kegiatan penambangan dengan
bench (jenjang), dimana jalan masuk dibuat pada sisi samping atau depan jenjang
langsung menuju permuka kerja
Tanah liat adalah endapan dengan kadar dan penyebaran yang relatif seragam
(homogen) sehingga pada kegiatan pembongkarannya, material langsung
dibongkar dan digusur dengan alat mekanis serta urut-urutan penambangannya
(mining sequence) mengikuti kontur atau bentuk topografi lahan penambangan
Sistem penambangan yang dipilih ini akan sangat menentukan dalam aplikai
peralatan mekanis nantinya. Bentuk dan geometri kuari yang akan dibuat
umumnya terbatas pada jangkauan dan kemampuan alat mekanis yang akan
digunakan

4.2. Pemilihan Peralatan Mekanis
Pemilihan peralatan mekanis sangat tergantung dari sistem penambangan
yang dipilih dan telah dipertimbangkan baik secara teknis dan ekonomis.
Pemilihan peralatan mekanis sangat berpengaruh pada geometri kuari yang akan
dibuat. Tinggi dan lebar jenjang permuka kerja akan dipengaruhi oleh jangkauan
dan kemampuan alat mekanis yang dipilih.
Berbagai aspek yang terlibat dalam kegiatan penambangan baik teknis dan
ekonomis memiliki peran signifikan dalam menentukan peralatan mekanis (sistem
penanganan material) yang akan dipakai.
Pemilihan sistem penanganan material berdasarkan sistem penambangan, bentuk
endapan yang relatif seragam dan homogen serta inventaris alat mekanis yang
dimiliki oleh PT. Semen Kupang (persero).
Dari berbagai pertimbangan tadi maka metode penanganan material yang dipilih
adalah Metode Dozer Ripper-Front End Loader-Truck yang merupakan
kombinasi dari bulldozer sebagai alat bongkar, front end loader dalam hal ini
backhoe yang menjadi alat muat dan dump truck sebagai alat angkutnya..

Gambar 4.2
Metode Dozer Ripper - Front End Loader-Truck
Pada sistem penambangan side hill quarry, pembuatan permuka kerja awal
berhubungan langsung dengan geometri jenjang yang akan dibuat.
Geometri front penambangan meliputi :




1. Tinggi Front penambangan
Tinggi front penambangan yang dibuat di kuari PT.Semen Kupang (persero)
sama dengan tinggi jenjang yaitu 5 meter,
Untuk membuat jenjang dengan tinggi 5 meter, proses pembuatannya tidak
sekaligus melainkan secara bertahap.
Pertama-tama bulldozer melakukan pemotongan awal (initial cut) untuk landasan
kerja baik bagi dozer itu sendiri dan bagi backhoe serta jalan akses untuk truck,
lalu meneruskan dengan penggaruan dengan ripper dan menggusur tanah liat
secara down hill.
Proses penurunan ketinggian (leveling) ini dibuat bertahap dan disesuaikan
dengan keadaan topografi yang ada dimana kemiringannya cukup aman untuk
mencegah bulldozer tidak terjungkal saat menggusur material ke ujung jenjang.
1
2
3

Gambar 4.3
Proses Pemotongan Awal (Intial Cut)

2. Lebar Front Penambangan
Lebar front kerja pada kuari tanah liat dibuat sesuai dengan lebar alat muat
dan angkut yang bekerja pada jenjang serta jangkauan dari alat angkut yang
digunakan (lihat gambar 4.4)
45
Wmin
Lmin

Gambar 4.4
Dimensi Minimum Front Penambangan
Untuk Lebar minimum (W
min
) front adalah 19 meter, sedangkan Panjang
minimum (L
min
) adalah 12 meter (lihat lampiran I)
4.3. Kemajuan Penambangan
Dalam menentukan arah kemajuan penambangan, salah satu pertimbangan
yang diambil adalah keadaan topografi daerah penambangan.
Kuari tanah liat PT.Semen Kupang (persero) terletak pada punggungan bukit
maka arah kemajuan disesuaikan dengan metode penggusuran dari bulldozer
yakni metode down hill dozing dengan arah penggusuran dari Timur ke Barat (N
270E)
4.4. Sasaran Produksi
Kuari tanah liat PT.Semen Kupang unit II dengan jumlah cadangan
sebesar 8.837.567,76 ton (lihat lampiran B) merupakan sumber pemasok material
mentah (raw material) sebagai bahan baku pembuatan semen portland dengan

target sebesar 63,60 LCM tanah liat per jam atau 101,76 ton per jam (lihat
lampiran D)
4.5. Kegiatan Penambangan Tanah Liat
4.5.1. Kegiatan Pembersihan Lahan (Land Clearing)
Keadaan topografi kuari tanah liat terletak di punggungan bukit dengan
kemiringan rata-rata sekitar t 10 % umumnya ditumbuhi oleh rerumputan dan
tumbuhan semak dengan ketinggian rata-rata sekitar t 1 meter
Untuk kegiatan land clearing, alat mekanis yang digunakan yaitu bulldozer
Komatsu D-65E 12 sebanyak 1 (satu) unit untuk menyingkirkan tumbuhan semak,
dan bongkahan batu (boulder) serta meratakan lahan untuk pekerjaan selanjutnya.
4.5.2. Kegiatan Pembongkaran
Kegiatan pembongkaran terbagi atas 2 (dua) kegiatan yaitu :
a. Kegiatan Pembongkaran Tanah Penutup
b. Kegiatan Pembongkaran Tanah Liat
4.5.2.1. Kegiatan Pembongkaran Tanah Penutup
Tanah penutup endapan tanah liat pada kuari PT.Semen Kupang (persero)
cukup tipis dengan ketebalan t 10-25 cm.Tanah penutup ini digaru dengan ripper
lalu digusur dengan bulldozer ke samping front kerja.
Dari pengamatan yang dilakukan, sering terjadi tercampurnya tanah penutup
dengan tanah liat. Walaupun sering terjadi, akan tetapi hal ini tidak terlalu
berpengaruh karena volume tanah penutup yang relatif sedikit terhadap tanah liat.
Jika material kekurangan kadar Alumina (Al
2
O
3
) dikoreksi dengan pasir besi, dan
bila material kekurangan Silika (SiO
2
) akan dikoreksi dengan pasir kuarsa.
4.5.2.2. Kegiatan Pembongkaran Tanah Liat
Kegiatan pembongkaran tanah liat dilakukan dengan 1 (satu) unit
bulldozer D-275 A yang dilengkapi dengan ripper, dengan produksi sebesar 96,62
m3/jam (lihat lampiran Q) untuk memenuhi target produksi sebesar 63,60
LCM/jam atau 101,76 ton/jam.
Metode penggusuran yang dipakai adalah down-hill dozing. Metode penggusuran
ini dianggap paling efektif untuk front kerja yang terletak pada tempat yang

miring dan kemampuan bulldozer dapat meningkat karena dibantu oleh gaya
gravitasi.
Untuk kemajuan penambangan, pembagian blok berdasarkan ketinggian kontur
dengan waktu pekerjaan dibagi per 3 (tiga) bulan.
4.5.3. Kegiatan Pemuatan Tanah Liat
Untuk mengangkut tanah liat ke alat angkut maka material gusuran
bulldozer membutuhkan alat mekanis untuk memuatnya. Alat muat yang dipakai
adalah 1 (satu) unit Excavator (backhoe) Komatsu type PC 200 dengan produksi
sebesar 295,61 m
3
/jam (lihat lampiran R)
Backhoe sebagai alat muat pada front kerja diposisikan diatas material hasil
gusuran sehingga pola pemuatannya adalah top loading.
4.5.4. Kegiatan Pengangkutan Tanah Liat
Pengangkutan tanah liat yang dibongkar dari front kerja ke stockpile
dilakukan dengan 1 (satu) unit dump truck Nissan CWB-520 HDN dengan
kapasitas 17,6 m
3
.
Dengan panjang jalan angkut dari kuari ke stockpile sebesar 2.453 m maka
produksi alat angkut tersebut sebesar 97,13 m
3
/jam.(lihat lampiran S)
4.6. Jadwal Jam Kerja
Kegiatan pembongkaran tanah liat di kuari tanah liat PT. Semen Kupang
Unit II dilaksanakan sesuai dengan jam kerja yang telah ditentukan, yaitu
sebanyak 1 shift per hari dengan jumlah jam kerja per shift adalah 8 (delapan)
jam kerja kecuali pada hari sabtu 1 (satu) shift hanya 5 jam kerja. (lihat lampiran
C dan tabel 4.1))
Kegiatan pembongkaran pada kuari tanah liat PT. Semen Kupang Unit II hanya
berlangsung selama 6 (enam) bulan saja dalam satu tahun yaitu pada musim
kemarau,
Operasi penambangan ini dilaksanakan secara bergantian dengan kegiatan
pembogkaran batugamping. Hal ini disebabkan karena pada musim hujan, kuari
tanah liat tergenang oleh air hujan dan menyebabkan terhambatnya mobilitas alat
mekanis yang bekerja.

Jika dalam pelaksanaannya terdapat kekurangan produksi, maka jumlah jam
kerja ditambah sampai produksi tercapai.
Tabel 4.1.
Jadwal Jam Kerja
Senin - Jum'at Sabtu
1 Persiapan dan Pemberangkatan 7.00 - 8.00 7.00 - 8.00
(meliputi persiapan alat mekanis dan perjalanan
dari workshop ke kuari)
2 Mulai kerja I 8.00 - 12.00 8.00 - 12.00
3 Istirahat 12.00 - 13.00 12.00 - 13.00
4 Mulai Kerja II 13.00 - 16.00 -
Kegiatan
Waktu


4.7. Kegiatan Pendukung Penambangan
Sebuah kegiatan penambangan melibatkan berbagai jenis kegiatan lain
yang sifatnya sebagai pendukung dan saling terkait antara satu dengan lainnya.
Akan tetapi dalam pembahasan ini penulis hanya menyorot kepada aspek
pendukung yang bersifat teknis saja dalam pembuatan rencana teknis suatu
kegiatan pembongkaran yaitu jalan angkut dan sistem penyalirannya.
4.7.1. Jalan Angkut
Dalam kegiatan pengangkutan material tanah liat dari front ke stockpile
jalan angkut memegang peranan yang sangat vital dalam sukses tidaknya kegiatan
pengangkutan.
Jalan angkut yang menghubungkan kuari tanah liat dengan stockpile PT.Semen
Kupang (persero) sepanjang 2453 m memiliki kondisi yang kurang baik karena
tidak terdapatnya saluran penyaliran yang memadai pada samping badan jalan ,
pengerasan badan jalan dan perawatannya yang kurang baik sehingga pada musim
hujan badan jalan mengalami kerusakan yang cukup serius.
Hal ini dapat menghambat proses pengangkutan dan dapat menimbulkan
kecelakaan.
4.7.2. Sistem Penyaliran
Sistem penyaliran dalam kegiatan penambangan juga memegang peranan
penting dan terkait dengan kegiatan lainnya dalam suatu kegiatan penambangan.
Air limpasan yang timbul akibat hujan menjadi masalah utama dalam kegiatan
penambangan. Walaupun kegiatan penambangan tidak berlangsung pada saat

musim hujan namun air limpasan ini dapat merusak jenjang akhir (final bench)
pada front kerja dan jalan angkut.
Tidak adanya sistem penyaliran yang memadai pada sekitar kuari dan di samping
badan jalan menyebabkan jenjang pada kuari mengalami longsor dan permukaan
jalan angkut menjadi rusak
Kuari tanah liat PT.Semen Kupang (persero) terletak pada punggungan bukit dan
arah aliran air limpasan (lihat pada gambar 4.5) sehingga peran saluran penirisan
untuk mengalihkan aliran air menjadi sangat penting untuk menjaga kestabilan
jenjang penambangan, jalan angkut dan mencegah fasilitas pabrik yang terletak
lebih rendah dari kuari terkena dampak negatif air limpasan kegiatan
penambangan.

Gambar 4.5
Arah Aliran Air Limpasan










BAB V
PEMBAHASAN


Suatu perencanaan yang baik dan menyeluruh dalam suatu kegiatan
penambangan harus memperhatikan tahapan kelanjutan dari kegiatan yang akan
dilakukan, baik itu dalam perencanaan jangka pendek atau jangka panjang.

5.1.Pembersihan Lahan (Land Clearing)
Kegiatan land clearing merupakan kegiatan pendahuluan dan perintis
(pioneering) dalam sebuah kegiatan penambangan meliputi pembersihan vegetasi
dan perataaan lahan serta merintis dalam pembuatan permuka kerja dan jalan
akses, dimana kegiatan ini termasuk dalam perencanaan jangka pendek.
5.1.1. Survey Lahan
Berdasarkan pengamatan di lapangan, kuari tanah liat PT. Semen
Kupang Unit II pada umumnya ditumbuhi oleh semak dan rerumputan
sehingga memberikan kemudahan pada kegiatan land clearing dengan
jumlah pepohonan relatif sedikit. Pohon yang ada di lokasi umumnya adalah
pohon lontar dan tergolong kayu lunak dengan diameter rata-rata 30 cm
Lahan yang akan dibersihkan dibagi ke dalam blok clearing dengan ukuran 100 x
100 meter dan dibagi lagi ke dalam lintassan dengan ukuran 100 x 5 meter (t 1
lintasan = 0,1 Ha) jadi dalam 1 blok clearing terdapat 20 lintasan (lihat lampiran
J). Jumlah pohon ada dalam lintasan tersebut dihitung jumlahnya. Karena tidak
lengkapnya data jumlah pohon per-lintasan maka diasumsikan berdasarkan
pengamatan di lapangan yaitu rata-rata 1 (satu) batang pohon per lintasan
5.1.2. Metode Clearing dan Peralataan Mekanis
Peralatan mekanis yang dipakai dalam kegiatan land clearing disesuaikan
dengan inventaris alat mekanis yang dimiliki oleh PT.Semen Kupang Unit II yaitu
memakai 1 unit bulldozer Komatsu D-65E 12 dengan kapasitas blade 6,8 m
3

Pada kegiatan menggusur semak dan rumput yang ada pada lahan cukup didorong
dengan blade dan untuk merobohkan pohon yang ada pada jalur gusur, bulldozer

menggunakan blade mendorongnya pada batang pohon tersebut tetapi secara
bertahap, sedikit demi sedikit sampai kekuatan pohon tersebut berkurang lalu
didorong sampai roboh (lihat gambar 5.1)
A). Pembabatan Pohon B). Pembabatan Semak

Gambar 5.1
Metode Pembabatan Vegetasi
Jika dalam lintasan terdapat bongkahan batu yang besar maka seperti halnya
pohon, bulldozer mendorongnya dengan blade tetapi secara perlahan-lahan.
Untuk batang pohon yang besar sebelum dikumpulkan sebaiknya dipotong-potong
dahulu agar mudah dalam penggusurannya.
Perhitungan produksi aktual dari kegiatan land clearing agak sukar karena
tidak konstannya kecepatan gusur, hambatan topografi, dan lain-lain. Produksi
alat mekanis untuk kegiatan land clearing sangat sulit untuk ditentukan tetapi
dapat diestimasi.(Caterpillar Performance Handbook 31
st
, 2000).
Untuk pembabatan semak, produksi alat mekanis sebesar 1,6 Ha / jam, sedangkan
pembabatan pohon memerlukan waktu 51,45 menit / hektar (lihat lampiran J)
dengan waktu yang dijadwalkan selama 1 minggu.
5.1.3. Pembuatan Jalan Masuk dan Front Awal
Kegiatan pembersihan lahan merupakan pioneer (perintis) dalam suatu
rencana pembongkaran, selain membabat vegetasi, menyingkirkan boulder serta
meratakan lahan, kegiatan land clearing juga membuat jalan akses pada front
untuk pertama kali.
Rencana jalan masuk ke permuka kerja sepanjang 323 m ke front awal dengan
sifat jalan ini hanya bersifat sementara, dimana arah dan panjangnya dapat

berubah-ubah sewaktu-waktu sesuai dengan kemajuan penambangan, dimana arah
umum kemajuan penambangan yaitu dari arah timur ke barat (N 270 E).
Jalan akses tidak memerlukan pengerasan tetapi tingkat perawatannya lebih
intensif dibandingkan .jalan angkut yang memakai pengerasan.

5.2. Jalan Angkut
Peranan jalan angkut dalam sebuah kegiatan penambangan sangat vital,
sehingga desain jalan angkut yang benar akan menentukan berhasil tidaknya
sebuah kegiatan penambangan.
5.2.1. Lebar Jalan Angkut
Jalan angkut yang direncanakan memakai 2 (dua) jalur, walaupun jumlah alat
angkut yang digunakan hanya 1 (satu) buah dump truck Nissan CWB 520
HDN. Perencanaan dengan 2 (dua) jalur bertujuan untuk mengatasi
peningkatan sasaran produksi dan terjadi penambahan alat angkut maka lebar
jalan angkut yang dipakai telah memadai.
5.2.1.1. Lebar pada Segmen Lurus
Pada jalur lurus, lebar badan jalan dihitung dengan persamaan
(AASHO Manual for Rural Highway Design, 1965) :
W = ( ) [ ] Wt 1) (n n.Wt
2
1
+ +
dimana,
W = Lebar jalan angkut
n = Jumlah jalur
Wt = Lebar alat angkut (lihat lampiran H)
Diketahui,
n = 2 dan Wt = 2,49 m 2,5 m
maka,
W = 2,5] 1) [(2 (2.2,5)
2
1
+ + = 8,75 m
maka, lebar jalan angkut pada segmen lurus adalah 8,75 meter
5.2.1.2. Lebar pada Tikungan
Lebar jalan pada tikungan selalu lebih besar daripada lebar jalan pada
segmen lurus, dihitung dengan persamaan (3.4)

C Z Fb Fa U n W + + + + ) (
Dimana,
W = Lebar jalan angkut pada tikungan
n = Jumlah jalur
U = Jarak antara ban kanan dan kiri
Fa = Lebar juntai depan (lihat lampiran H)
Fb = Lebar juntai belakang (lihat lampiran H)
C = Jarak antar dua alat angkut
Z = Jarak dari tepi jalan ke sisi luar alat angkut
Diketahui :
n = 2
U = 1.860 mm 1,8 m
Fa = 1.400 mm 1,4 m
Fb = 1.400 mm 1,4 m
Z = C = .Wt = 1,25 m
Maka,
W = 25 , 1 1,25) 1,4 1,4 (1,8 2 + + + + = 12,95 m
maka, lebar jalan pada tikungan sebesar 12,95 m
5.2.2. Safety Berm
Safety berm (guardrails) atau pagar pengaman berfungsi untuk menjaga
alat angkut agar tetap berada pada jalurnya sehingga kecelakaan akibat
keteledoran pengemudi dapat dikurangi. Material yang digunakan untuk
pembuatan berm umumnya adalah batuan hasil peremukan dan pasir.
Dimensi berm diasumsikan mempunyai tinggi sama atau lebih besar dari static
rolling radius (SRR) yang dinyatakan dalam persamaan 3.3
SRR x 2 x 1,05 TH
Dimana,
TH = Tinggi roda = 680 mm (0,68 m) = 35,77 in (lihat lampiran H),
Maka :
SRR =
1 , 2
77 , 35 in

1,05 x 2
TH
= 17 in 43,1 cm

Jadi, tinggi berm (B) minimum adalah 0,43 m
Sedangkan lebar berm (A) mengacu tinggi berm dengan perbandingan 1 : 1,
maka lebar berm (A) adalah :
A = 1,5 x B = 1,5 x 0,43 = 0,64 m
Jadi, lebar berm (A) minimum adalah 0,64 m (lihat gambar 5.2)
A
1

:
1

S
lo
p
e
1


:
1

S
lo
p
e
0
,
4
3

m
B
0,64 m

Gambar 5.2
Dimensi Safety Berm
5.2.3. Radius Tikungan dan Super Elevasi
Perancangan tikungan dan superelevasi yang tepat pada jalan angkut
diperlukan untuk membantu manuver alat angkut agar tidak tergelincir atau
terguling ke luar badan jalan
Desain radius tikungan adalah 20 meter (65,61 ft) (lihat peta jalan angkut)
dianggap sudah memenuhi syarat (lihat tabel 3.5). Nilai super elevasi pada
tikungan dihitung dengan asumsi 90 mm/m lebar jalan pada tikungan (Atkinson),
maka
= 0,09 x 12,95 m = 1,16 m (lihat gambar 5.3)
h = 1, 16 m
12, 95 m
R = 20 m
8
,
7
5

m

Gambar 5.3
Desain Tikungan dan Superelevasi

5.2.4. Kemiringan Jalan
Perancangan kemiringan badan jalan angkut disebabkan oleh 2 hal yaitu
karena bentuk topografi dan disengaja untuk keperluan penyaliran agar air
limpasan tidak mengenang pada badan jalan.
5.2.4.1.Kemiringan Melintang (cross slope)
Kemiringan melintang ini didesain untuk kepentingan penyaliran.
Besarnya kemiringan jalan dipengaruhi oleh lebar badan jalan dimana, besarnya
sampai inchi per feet lebar jalan ( 0,02-0,04 ft/ft)
Harga cross slope yang diambil adalah 0,04 ft/ft (harga untuk jalan angkut
tambang) (Hustrulid, 1995) dengan lebar jalan 28,707 ft (8,75 m) maka,
kemiringan melintang (lihat gambar 5.3) :
= 0,04 x 28,707 ft
= 1,148 ft 0,34 m
Garis tengah jalan
h = 0,34 m
W = 8,75 m

Gambar 5.3
Desain Penampang Melintang
5.2.4.2. Kemiringan Tanjakan (grade)
Grade jalan angkut ini didesain sedemikian rupa agar alat angkut tidak
mengalami hambatan untuk melaluinya. Kemiringan tanjakan yang ideal untuk
alat angkut adalah 8 % (yang berarti jalan tersebut naik 8 meter per 100 meter
jarak mendatar)
Jalan angkut dari stockpile ke kuari tanah liat PT. Semen Kupang Unit II dibagi ke
dalam 4 (empat) segmen berdasarkan nilai % grade dan tikungan, (lihat peta jalan
angkut) yaitu
1. Segmen I , dengan panjang 355 meter, grade 0 % dan nilai rolling resistance
3,5 %

2. Segmen II, dengan panjang 1045 meter, grade 3,2 %, dan nilai rolling
resistance 3,5 %
3. Segmen III, dengan panjang 266 meter, grade 0 %, dan nilai rolling resistance
3,5 %
4. Segmen IV, dengan panjang 787 meter, grade 3.1 %, dan nilai rolling
resistance 3,5 %
Segmen I
Panjang = 355 m
Grade = 0 %
RR = 3,5 %
Segmen III
Panjang = 266 m
Grade = 0 %
RR = 3,5 %
Bermuatan
Segmen IV
Panjang = 787 m
Grade = 3,12 %
RR = 3,5 %
Segmen II
Panjang = 1045 m
Grade = 3,2 %
RR = 3,5 %

Gambar 5.4
Segmen Jalan Angkut
5.2.5. Perlapisan Jalan
Keadaan perlapisan jalan angkut yang dibuat harus mampu menahan
beban atau berat alat angkut yang lewat diatasnya.
Beban yang ditimbulkan oleh dump truck Nissan CWB 52 HDN dengan berat
bermuatan 20 ton yaitu 35.342 lb (16 ton) (lihat lampiran K). Untuk mengatasi
beban tersebut maka, rancangan jalan harus memiliki ketebalan yang tepat.
Ketebalan perlapisan jalan dapat diketahui dengan menggunakan kurva California
Bearing Ratio (CBR) untuk beban kendaraan dan jenis material pengerasan yang
dipakai.
Penentuan jenis material pengerasan berdasarkan ketersediaan material pada
lokasi penambangan, yaitu :
- Material untuk subgrade, Jenis material : tanah liat dengan plastisitas tinggi
(lapisan asli topografi lahan) dengan angka CBR = 5
- Material untuk sub base, Jenis material : pasir dengan angka CBR 15
- Material untuk base, Jenis material : batugamping kasar dengan angka CBR
60

- Material untuk wearing surface, Jenis material : batugamping seperti base
material tetapi fragmen yang lebih besar (akan lebih baik jika memakai batuan
yang lebih kompak dengan angka CBR yang lebih besar misalnya andesit)
Selanjutnya tebal masing-masing lapisan pada jalan dapat diketahui yaitu : 13 in
(0,33 m) untuk sub-base, 6 in (0,15 m) untuk base, 6 in (0,15 m) untuk wear
surface (lihat gambar 5.5) (lihat lampiran K).
.
2
5

i
n
c
h
1
2

i
n
c
h
6

i
n
c
h Wearing Surface
Base
Sub-Base
Sub-Grade

Gambar 5.5
Lapisan Badan Jalan

5.3. Saluran Penyaliran
Saluran penyaliran juga memiliki peran yang penting guna mendukung suatu
kegiatan penambangan agar berlangsung secara efektif.
Pada kuari tanah liat PT.Semen Kupang Unit II memiliki 2 (dua) daerah
tangkapan hujan (DTH) atau catchment area, dengan luas masing-masing DTH
yaitu 0,14 km
2
dan 3,93 km
2
(lihat peta sistem penyaliran).
5.3.1. Hujan Rencana
Untuk perhitungan hujan rencana, Periode Ulang Hujan (PUH) yang
diambil adalah 10 tahun, maka besarnya expected mean (Yn), expected standar
variasi (n), dan variasi reduksi (Yx) adalah 0,4952, 0,9496, dan 2,2502 sehingga
besarnya hujan rencana/hari (R
24
) adalah 32,843 mm/hari (lihat lampiran L)
Waktu konsentrasi untuk DTH I dan DTH II ialah 37,69 menit dan 34,15 menit
sehingga intensitas hujan/hari (I) tiap DTH ialah 13,938 mm/hari dan 15,792
mm/hari.



5.3.2. Debit Air Limpasan
Debit (Q) untuk DTH I dan DTH II yaitu 0,163 m
3
/detik dan 5,155
m
3
/detik (lihat lampiran L)
5.3.3. Dimensi Saluran
Dari lampiran L, dimensi masing-masing saluran dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 5.1.
Dimensi Saluran Penyaliran
No Q d b A B a
Saluran m
3
/detik m m m
2
m m
1 0.163 0.171 0.197 0.050 0.394 0.148
2 5.155 0.623 0.718 0.673 1.441 0.540
3 5.318 0.631 0.727 0.689 1.458 0.546

Sedangkan untuk dimensi gorong-gorong :
d = 1,04 m, B = 2,08 m, R = 0,540 m, A = 0,84 m, sehingga diamater gorong-
gorong yang dipakai adalah 1,5 m
Maka dimensi saluran dapat digambar sebagai berikut :
0,171 m
0,394 m
0,197 m
60
0,148 m

Gambar 5.6
Dimensi Saluran 1
0,623 m
1,141 m
0,718 m
60
0,540 m

Gambar 5.7
Dimensi Saluran 2

0,631 m
1,458 m
0,727 m
60
0,546 m

Gambar 5.8
Dimensi Saluran 3
1,04 m
1,5 m

Gambar 5.9
Dimensi Gorong-gorong
5.3.4. Posisi Saluran
Posisi masing-masing saluran penyaliran dapat dilihat pada gambar 5.10.
Dari gambar nampak bahwa saluran 3 menampung aliran air yang berasal dari
saluran 1 dan 2, dimana untuk mengalirkan air dari saluran 1 ke saluran 3
melewati badan jalan angkut membutuhkan gorong-gorong.dengan panjang 9,5
meter. Gorong-gorong yang dipakai diasumsikan mampu menahan beban yang
timbul oleh badan jalan angkut yang berada diatasnya. Untuk saluran 1, 2 dan 3
mempunyai panjang masing-masing 4.770 m, 2.454 m dan 1.412 m.
Saluran 3 ini langsung berhubungan dengan saluran penirisan jalan raya yang
terletak di sebelah barat pabrik dan bermuara pada laut.
Air limpasan yang masuk ke dalam saluran penirisan jalan raya diasumsikan tidak
menggangu saluran tersebut dan ekosistem laut karena debit air yang kecil serta
tidak mengandung partikel terlarut yang berbahaya (hanya air hujan yang
bercampur dengan tanah liat).

Alternatif penggunaan kolam pengendapan tidak dipakai karena keterbatasan alat
mekanis untuk kegiatan perawatan kolam dan aliran air tidak mengandung
padatan berbahaya bagi lingkungan yang harus diendapkan.

Gambar 5.10
Posisi Saluran Penyaliran
S
a lur a n 2
S
a lu
r
a n
3
G
o
r
o
n
g
- g
o
r o
n
g
Ke la ut
S
alu ra n
1
B
a da
n Ja la n

Gambar 5.11
Layout Saluran dan Gorong-Gorong

5.4. Kestabilan Lereng (Slope Stability)
Jenjang akhir penambangan (ultmate pit slope) pada kuari tanah liat PT.Semen
Kupang Unit II mempunyai tinggi 10 meter dengan overall pit slope sebesar 70
(lihat gambar 5.12).

Dalam penentuan dimensi jenjang, selain pertimbangan teknis berupa jangkauan
alat mekanis, pertimbangan perundang-undangan pun harus dijadikan acuan yaitu
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 1999, dimana tinggi jenjang maksimum
untuk tanah liat adalah 10 meter dengan sudut 70.
Untuk menghitung nilai faktor keamanan (FK) dari model jenjang digunakan
software Slope-W versi 5.(lihat lampiran M). Dari hasil run model lereng pada
software didapat faktor keamanan (FK) model jenjang sebesar 5,186 (Metode
Bishop), sehingga jenjang dinilai aman
Soil 1
Clay
Soil Model Mohr-Coulomb
Unit Weight 7.651 KN/m3
Cohesion 64.434 KN/m2
Phi 34
Jarak (m)
0 10 20 30
T
i
n
g
g
i
(
m
)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
70
5 m
10 m

Gambar 5.12
Geometri Jenjang Penambangan

5.5. Jadwal Perawatan (Maintenance Schedule)
Untuk memcapai suatu kegiatan pembongkaran yang sukses maka kinerja alat
mekanis yang terlibat di dalamnya sangat menentukan. Kinerja alat yang baik
dipengaruhi oleh banyak faktor, baik oleh manusia sebagai operatornya maupun
oleh alat mekanis itu sendiri.
Jika suatu alat yang seharusnya bekerja tetapi tidak bekerja karena rusak maka
akan mengganggu jalannya keseluruhan sistem kerja. Untuk mencegah hal
semacam ini, maka jadwal perlakuan perawatan yang baik dan benar akan
menentukan tingkat kesediaan alat mekanis itu

Selain perawatan mesin, perawatan jalan angkut juga memegang peranan penting
dalam menunjang produksi alat mekanis, khususnya produksi alat angkut..

5.5.1. Perawatan Alat Mekanis.
Secara umum panduan dalam penyusunan jadwal perawatan alat penulis
merujuk pada PAMA Basic Machine System, dan sebagai parameter jadwal
perawatan alat mekanis yaitu waktu kerja alat dan hour meter.
Perawatan terbagi atas 2 (dua) yaitu perawatan harian dan perawatan berkala.
Perawatan harian yaitu pemeriksaaan suatu alat sebelum dan sesudah dioperasikan
tiap harinya, sedangkan perawatan berkala adalah pemeriksaan dan pergantian
suku cadang tertentu yang telah aus dalam jangka waktu tertentu. Jenis perlakuan
perawatan terhadap alat mekanis dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2
Jadwal Penggantian Suku Cadang
Bagian Mesin Nama Suku Jumlah Jadwal Penggantian
Cadang
Elemen saringan Elemen saringan 1 Setiap 250 jam kerja
full flow (Gasket) (1)
Elemen saringan Elemen saringan 1 Setiap 250 jam kerja
pernapasan keter
engine
Saringan bahan Saringan 1 Setiap 500 jam kerja
bakar (O - ring) (1)
(Seal washer) (1)
Saringan bypass Elemen saringan 1 Setiap 500 jam kerja
(O - ring) 1
Saringan anti karat Catridge 1 Setiap 500 jam kerja
Saringan hidrolis Elemen saringan 1 Setiap 1000 jam kerja
Saringan udara Elemen saringan 1 Setiap 2000 jam kerja

(Sumber : Basic Machine System PAMA)
5.5.2. Perawatan Jalan Angkut
Perawatan jalan angkut angkut perlu dilakukan mengingat jalan angkut
akan mengalami kerusakan akibat air hujan, dan lalu-lintas alat mekanis yang
melaluinya. Tindakan perawatan yang dilakukan dapat berupa perataan badan
jalan dan penimbunan lubang-lubang pada badan jalan, serta penyemprotan air
untuk mengurangi debu.
Alat mekanis yang digunakan untuk perataan dan penimbunan lubang pada badan
jalan yaitu Bulldozer Komatsu D-65, sedangkan pada musim kemarau peran truk

penyemprot air diperlukan untuk mengurangai debu sehingga tidak menggangu
jarak pandang pengemudi dan lingkungan sekitar.

5.6. Kemajuan Penambangan
5.6.1. Front I
Arah pembongkaran di kuari tanah liat PT.Semen Kupang Unit II dari
timur ke barat (N 270E) mengikuti ketinggian dan digusur dengan bulldozer
Komatsu D-275 secara down hill.
Front I ini merupakan permuka kerja awal dalam kegiatan pembongkaran tanah
liat pada ketinggian 170 m sampai 165 m Sesudah kegiatan land clearing maka
jalan akses dibuat ke arah front kerja sepanjang 297,5 m.
Waktu yang dibutuhkan untuk membongkar tanah liat pada front I sebanyak
61.344 ton adalah 3,38 bulan (lihat lampiran U)
Tabel 5.4
Volume Material pada Front I
NO LUAS JARAK LUAS VOLUME
PENAMPANG PENAMPANG PENAMPANG RATA-RATA
(m
2
) (m) (m
2
) (m
3
)
A - A' 55.703 25 248.734 6218.35
B - B' 441.765 25 399.267 9981.675
C - C' 356.769 25 281.763 7044.075
D - D' 206.757 25 144.4805 3612.0125
E - E' 82.204 25 41.102 1027.55
GRS. BANTU 0 16.2
27883.6625
TONASE (TON) 61344.0575

5.6.2. Front II
5.6.2.1.Front II-1
Front II-1 adalah front awal pada front II dengan ketinggian
pembongkaran 165 m.sampai 160 m. Jalan akses untuk front II-1 memakai jalan
akses yang dibuat untuk front I, dengan panjang 197,2 m.
Waktu yang dibutuhkan untuk membongkar tanah liat pada front II-1 sebanyak
35.136, 14 ton adalah 1,93 bulan (lihat lampiran U)




Tabel 5.5
Volume Material pada Front II-1
NO LUAS J ARAK LUAS VOL UME
PENAMPANG PENAMPANG PENAMPANG RATA- RATA
( m
2
) ( m) ( m
2
) ( m
2
)
A - A' 55. 660 25. 0 156. 036 3900. 888
B - B' 256. 411 25. 0 233. 316 5832. 888
C - C' 210. 220 25. 0 162. 958 4073. 938
D - D' 115. 695 25. 0 67. 239 1680. 975
E - E' 18. 783 25. 0 15. 392 384. 788
F - F' 12. 000 16. 3 6. 000 97. 500
GRS. BANTU 0. 000 12. 6
15970. 975
TONASE ( TON) 35136. 145

5.6.2.2.Front II-2
Front II-2 mulai dibongkar setelah front II-1 selesai dibongkar dengan
ketinggian pembongkaran 165 m sampai 160 m. Front II-2 terletak
dibelakang II-1 dijangkau dengan jalan akses dengan panjang 284,5 m.
Waktu yang dibutuhkan untuk membongkar tanah liat pada front II-2
sebanyak 69.174 ton adalah 3,81 bulan (lihat lampiran U)
Tabel 5.6
Volume Material pada Front II-2
NO LUAS JARAK LUAS VOLUME
PENAMPANG PENAMPANG PENAMPANG RATA- RATA
(m
2
) (m) (m
2
) (m
2
)
A - A' 231. 158 25.0 248. 169 6204. 213
B - B' 265. 179 25.0 266. 907 6672. 663
C - C' 268. 634 25.0 275. 950 6898. 738
D - D' 283. 265 25.0 252. 630 6315. 750
E - E' 221. 995 25.0 161. 331 4033. 275
F - F' 100. 667 25.0 51. 529 1288. 213
G - G' 2. 390 25.0 1. 195 29. 875
GRS. BANTU 0. 000 4.8
31442. 725
TONASE ( TON) 69173. 995

5.6.2.3.Front II-3
Front II-3 adalah front terakhir pada tahun ke-2 kegiatan penambangan
tanah liat di PT.Semen Kupang Unit II dengan ketinggian 165-160 m.
Front ini terletak di sebelah utara front II-2, dihubungkan dengan jalan akses
dengan panjang keseluruhan 336,3 m. Dalam pembuatan jalan akses ini melewati
daerah cekungan sepanjang 36 m antara front II-2 dan II-3 sehingga untuk
membuat jalan akses menemui kesulitan.

Untuk itu cekungan tersebut ditimbun terlebih dahulu.. Volume tanah yang
dibutuhkan 276,48 m
3
tanah yang dipadatkan (lihat lampiran T). Waktu yang
dibutuhkan untuk membongkar tanah liat pada front II-3 sebanyak 27.154 ton
adalah 1,49 bulan (lihat lampiran U).
Tabel 5.7
Volume Material pada Front II-3
NO LUAS JARAK LUAS VOLUME
PENAMPANG PENAMPANG PENAMPANG RATA- RATA
(m
2
) ( m) (m
2
) (m
2
)
GRS. BANTU 0. 000 19.0 18. 108 344. 133
A - A' 36. 215 25.0 75. 201 1880. 025
B - B' 114. 187 25.0 136. 696 3417. 388
C - C' 159. 204 25.0 144. 605 3615. 113
D - D' 130. 005 25.0 88. 733 2218. 313
E - E' 47. 460 25.0 29. 221 730. 513
F - F' 10. 981 25.0 5. 491 137. 263
GRS. BANTU 0. 000 8.8
12342. 746
TONASE( TON) 27154. 040




















BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan uraian pada bab pembahasan dan bab sebelumnya maka, dapat
diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :
6.1. Kesimpulan
1. Sebagai kegiatan awal dalam penambangan tanah liat, kegiatan land clearing
pada kuari tanah liat menggunakan bulldozer Komatsu D-65E 12 dengan
produksi pembabatan semak sebesar 1,6 Ha/jam, produksi perebahan pohon
(tree felling) sebesar 51,45 menit/Ha dan membutuhkan waktu 1 (satu)
minggu.
2. Metode pembongkaran material yang dipakai adalah dengan ripper yang di-
attach pada bulldozer dan sistem penanganan material yang dipakai adalah
metode Dozer-Front End Loader-Truck.
3. Jumlah peralatan mekanis yang dipakai dalam kegiatan penambangan ialah
bulldozer tipe Komatsu D-275 A (kapasitas blade 12,8 m
3
) dengan produksi
96,62 m
3
/jam sebanyak 1 (satu) unit, Excavator (backhoe) tipe Komatsu PC-
200-5 (kapasitas bucket 1,3 m
3
) dengan produksi 295,61 m
3
/jam sebanyak 1
(satu) unit, dan Dump Truck tipe Nissan CWB-520 HDN (gross payload 20
ton) dengan produksi 97,13 m
3
/jam sebanyak 1 (satu) unit.
4. Jalan angkut yang didesain mempunyai panjang keseluruhan 2453 m, lebar
pada jalur lurus sebesar 8,75 m, lebar pada tikungan sebesar 12,95 m, harga
super elevasi pada tikungan sebesar 1,16 m dan besarnya kemiringan
melintang (cross slope) jalan sebesar 0,34 m
5. Untuk mendukung beban alat angkut maka tebal lapisan jalan dari lapisan
terbawah ke yang paling atas sebagai berikut yaitu lapisan sub-base dengan
tebal 13 in (0,33 m), lapisan base dengan tebal 6 in (0,15 m) dan lapisan wear
surface dengan tebal 6 in (0,15 m)
6. Kuari tanah liat PT.Semen Kupang Unit II mempunyai 2 (dua) daerah
tangkapan hujan (DTH) dengan luas dan debit masing-masing 0,14 km
2


mempunyai debit 0,163 m
3
/detik dan 3,93 km
2
mempunyai debit 5,155
m
3
/detik
7. Untuk mengalirkan air limpasan memakai 3 (tiga) saluran dan 1 (satu)
gorong-gorong
8. Jenjang penambangan yang didesain mempunyai tinggi 10 m dan kemiringan
sebesar 70 (overall pit slope) mempunyai nilai faktor keamanan (FK) 5,186
dinilai aman.
9. Tonase tanah liat tertambang oleh kegiatan penambangan tanah liat pada
tahun I sebanyak 96.480,20 ton dan tahun II sebanyak 96.328 ton telah
mampu untuk memenuhi target produksi tanah liat yaitu 96.000 ton/tahun

6.2. Saran
Usaha yang perlu dilakukan agar rencana penambangan yang dibuat dapat
dilaksanakan dengan baik dan efisien :
1. Peningkatan etos kerja dari karyawan PT.Semen Kupang (persero) agar lebih
tepat waktu dalam melaksanakan tugas, dimana dengan pemberian bonus bagi
yang berperestasi serta hukuman bagi yang melakukan pelanggaran (punish
and reward) merupakan alternatif yang baik.
2. Pelaksanaan perawatan alat mekanis baik secara harian dan periodik dilakukan
sesuai dengan apa yang telah dijadwalkan sehingga produkstivitas alat baik
dan memperpanjang umur pakai alat mekanis.
3. Untuk kegiatan perawatan jalan angkut sebaiknya menggunakan motor grader
daripada bulldozer karena motor grader mampu meratakan dan mengatur
kemiringan badan jalan lebih baik dari bulldozer.








DAFTAR PUSTAKA


1. Abramson Lee W, Lee Thomas S, Sharma Sunil, Boyce Glenn M, 1995,
Slope Stability and Stabilization Methods, A Wiley Interscience Publication,
Canada, Hal 38-57, 373-374

2. Gautama Rudi Sayoga, 1999, Diktat Kuliah Sistem Penyaliran, Institut
Teknologi Bandung, Bandung

3. Hartman Howard L, 1988, Introductory Mining Engineering, A Wiley
Interscience Publication, Hal 134-142, 154-167

4. Hustrulid W, Kutcha M, 1995, Open Pit Planning and Design , A.A.
Balkema, Rotterdam Brookfield, Hal 338-350

5. Indonesianto Yanto, 2000, Pemindahan Tanah Mekanis, Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, Yogyakarta, Hal 42-46

6. Kennedy B.A, 1990, Surface Mining, 2
nd
Edition, SME Inc, Littleton
Colorado, Hal 459 469

7. Partanto Prodjosumarto, 1990, Tambang Terbuka, Institut Teknologi
Bandung, Bandung, Hal 23-24

8. Partanto Prodjosumarto, 1995, Pemindahan Tanah Mekanis, Institut
Teknologi Bandung, Bandung, Hal 4-10

9. _______, 1996, PAMA Basic Machine System, United Tractor Training
Center Departement, Jakarta, Hal II 03 09 09 09

10. _______, 2000, Caterpillar Performance Handbook 31
st
Edition, Caterpillar
Inc, Peoria Illinois, Hal 26-1 26-7

11. _______, 2003, Komatsu Application Handbook 24
th
Edition, Komatsu
Publication, Japan, Hal 1B 12, 3A-19, 17A-4 17A-17




















































1
LAMPIRAN A
CURAH HUJAN

Tabel A.1
Intensitas Curah Hujan di Kupang
dari Tahun 1993 - 2002
Bulan
Tahun mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm
1 1993 215 499 59 178 21 2 0 3 12 5 56 95
2 1994 541 311 255 25 13 14 2 0 0 10 8 205
3 1995 303 309 317 157 1 0 0 0 0 0 38 205
4 1996 434 317 629 198 24 2 0 0 3 0 122 405
5 1997 374 516 260 58 0 0 1 2 0 0 120 101
6 1998 310 708 183 3 12 2 2 0 0 0 59 191
7 1999 441 173 84 132 28 4 39 0 0 59 158 307
8 2000 408 787 489 84 0 0 0 0 0 34 186 157
9 2001 572 598 492 113 65 0 0 0 1 0 144 189
10 2002 296 344 104 29 0 0 9 0 0 3 416 276
389.4 456.2 287.2 97.7 16.4 2.4 5.3 0.5 1.6 11.1 130.7 213.1
NO JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL DES AGS SEP OKT NOP

(Sumber : Dinas Meterologi dan Geofisika Sta. Lasiana, Kupang)



Tabel A.2
Jumlah Hari Hujan di Kupang
dari Tahun 1993 2002
Bulan
Tahun Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari
1 1993 14 24 13 9 4 4 0 1 3 2 13 15
2 1994 24 20 18 7 1 5 3 0 0 4 7 18
3 1995 24 25 17 17 2 0 0 0 0 0 4 20
4 1996 29 23 20 12 7 4 0 0 2 0 16 24
5 1997 23 18 17 8 4 0 1 4 0 0 13 23
6 1998 16 22 11 2 2 5 2 0 0 0 10 19
7 1999 20 17 16 15 5 3 4 0 0 5 17 23
8 2000 25 27 24 16 0 0 0 2 0 4 14 22
9 2001 27 25 21 17 15 0 0 0 0 0 17 12
10 2002 24 19 18 5 0 0 6 0 0 4 17 21
22.6 22 17.5 10.8 4 2.1 1.6 0.7 0.5 1.9 12.8 19.7
NO JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL DES AGS SEP OKT NOP

Sumber : Dinas Meterologi dan Geofisika Sta. Lasiana, Kupang)






Grafik Curah Hujan Rata-rata di
PT.Semen Kupang dari Tahun 1993-2002
0
100
200
300
400
500
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES
Bulan
C
u
r
a
h

H
u
j
a
n

(
m
m
)

Gambar A.1
Grafik Curah Hujan dari Tahun 1993-2002


Grafik Hari Hujan Rata-rata di
PT.Semen Kupang dari Tahun 1993-2002
0
5
10
15
20
25
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES
Bulan
H
a
r
i

H
u
j
a
n

(
h
a
r
i
)

Gambar A.2
Grafik Hari Hujan dari Tahun 1993-2002
1
LAMPIRAN B
VOLUME CADANGAN TANAH LIAT




Maka, total tonase endapan tanah liat tertambang dengan ultimate pit slope
sebesar 70 adalah = 5.253.567,350 BCM x 1,6 t/m
3

= 8.837.707,76 ton

BLOK PENAMPANG LUAS JARAK VOLUME
PENAMPANG BLOK
M
2
M M
3
I A - A' 2537.195
B - B' 2354.957 100 244607.600
II B - B' 2354.957
C - C' 3584.596 100 296977.650
III C - C' 3584.596
D - D' 2275.780 100 293018.800
IV D - D' 2275.780
E - E' 4622.411 100 344909.550
V E - E' 4622.411
F - F' 4193.975 100 440819.300
VI F - F' 4193.975
G - G' 6518.840 100 535640.750
VII G - G' 6518.840
H - H' 10175.662 100 834725.100
VIII H - H' 10175.662
I - I' 9921.213 100 1004843.750
IX I - I' 9921.213
J - J' 7917.529 100 891937.100
X J - J' 7917.529
K - K' 6725.981 50 366087.750
TOTAL 5253567.350

LAMPIRAN C
PERHITUNGAN WAKTU KERJA


Kegiatan pembongkaran yang dilakukan oleh Sie.Penggalian PT Semen
Kupang Unit II (Persero) dilakukan dalam 1 shift kerja selama 8 jam tiap hari
kerja kecuali pada hari Sabtu, 1 shift kerja hanya 5 jam kerja.
Perinciannya :

Hari Senin s/d Jumat
Jam 7.00-12.00 5 jam (kerja)
Jam 12.00-13.00 1 jam (istirahat)
Jam 13.00-16.00 3 jam (kerja) +
8 jam kerja

Hari Sabtu
Jam 7.00-12.00 5 jam (kerja)
Jam 12.00-13.00 1 jam (istirahat) +
5 jam kerja
Jumlah hari kerja per tahun = 300 hari kerja
Maka, jumlah hari kerja per bulan = ( 300 / 12 bulan ) hari
= 25 hari kerja.
Maka, jumlah jam kerja yang tersedia per bulan :
= 20 hari kerja x 8 jam kerja = 160 jam kerja
= 5 hari kerja x 5 jam kerja = 25 jam kerja +
= 185 jam kerja per bulan










LAMPIRAN D
PERHITUNGAN TARGET PRODUKSI


Target produksi PT. Semen Kupang (persero) pada tahun 2003-2004 dengan
unit produksi SK II yang baru adalah sebesar 240.000 ton semen.
*)
.
Diagram alir Produksi














Dari diagram alir diatas, diketahui bahwa target produksi tanah liat untuk
satu tahun yaitu 96.000 ton tanah liat/tahun, maka :
1. Kehilangan akibat proses pengangkutan dan penambangan sampai ke fasilitas
crusher yaitu sebesar 15%, maka:
= 000 . 96
% ) 15 100 (
% 100
x

= 112.942 ton tanah liat/tahun


2. Diketahui bobot isi tanah liat pada lokasi penambangan yaitu 1,60 ton/LCM,
maka, volume tanah liat yang harus ditambang per tahun yaitu :

*)
Sumber : Raw Material Enggineering PT. Semen Kupang (persero)
240.000 ton semen
230.400 ton klinker
Ditambah 4%
Gypsum
288.000 ton gamping
96.000 ton tanah liat
75 % Batugamping 25 % Tanah liat
384.000 ton white mill
Looses 40%

=
ton/LCM 60 , 1
ton 112.942
Clay Isi Bobot
ton 112.942

= 70.588,75 LCM/tahun
3. Kegiatan penambangan tidak dilaksanakan pada musim hujan, karena kondisi
kuari yang tergenang air sehingga tidak memungkinkan untuk mobilitas alat
dan pemakaian alat yang bergantian dengan penambangan batugamping,
sehingga kegiatan penambangan tanah liat efektif hanya berlangsung selama
6 bulan.
=
bulan 6
LCM 75 , 588 . 70
= 11.764,8 LCM/bulan
Sehingga :
=
kerja jam 185
LCM/bulan 8 , 764 . 1 1

= 63,60 LCM /jam
= 101,76 ton/jam

















LAMPIRAN E
VOLUME MATERIAL YANG TERBONGKAR


Dari lampiran target produksi didapat target produksi per tahun sebesar
70.588,75 LCM maka,
- Volume material (in bank) yang terbongkar adalah
= 70.588,75 LCM x Faktor Pemadatan
= 70.588,75 LCM x 0,7
= 49.412,125 BCM/tahun
- Looses sebesar 10% akibat proses penambangan dan pembuatan jenjang,
maka volume material yang harus dibongkar per tahun sebesar :
=
0,9
BCM 125 , 412 . 9 4
= 54.902,36 BCM/tahun
- Waktu penambangan tanah liat efektif untuk kuari tanah liat adalah 6 bulan
dalam satu tahun, maka target produksi per bulan :
=
6
BCM 54.902,36
= 9.150,4 BCM/bulan














LAMPIRAN F
SPESIFIKASI ALAT GALI

A. Kegiatan Pembongkaran
Spesifikasi Umum
Jenis Alat : Bulldozer
Merk dan Model : Komatsu D-275 A
Model Engine : Komatsu S6-D 170, 6 Piston
Type Engine : 4-cycle, Direct Injection, Turbocharged
Daya Mesin : 400 HP at 1800 Rpm
Berat Siap Operasi : 44.480 Kg (98.060 lb)
Kapasitas Tanki Bahan Bakar : 840 liter
Transmisi : 3 forward gear, 3 reverse gear, Torque-flow

Dimensi
Panjang : 9.085 mm
Lebar : 7.085 mm
Tinggi : 3.955 mm

Blade
Jenis : Semi U-tiltdozer
Kapasitas : 12,8 m
3

Kedalaman Gusur Maksimum : 640 mm

Attachment
Ripper
- Jenis : Giant Ripper
- Type : Variable type, Long Ripper Point
- Berat : 3550 Kg (7.830 lb)
- Kedalaman Penetrasi Maksimum : 1300 mm, sudut : 42




Gambar F.1
Bulldozer Komatsu D-275 A



















B. Kegiatan Land Clearing
Spesifikasi Umum
Jenis Alat : Bulldozer
Merk dan Model : Komatsu D-65E-12
Model Engine : Komatsu 6D125E-2, 6 Piston
Type Engine : 4-cycle, Direct Injection
Daya Mesin : 179 HP at 2200 Rpm
Berat Siap Operasi : 18.500 Kg (14.800 lb)
Transmisi : 3 forward gear, 3 reverse gear, Torque-flow

Dimensi
Panjang : 5.440 mm
Lebar : 3.460 mm
Tinggi : 2.990 mm

Blade
Jenis : Semi U-tiltdozer
Kapasitas : 6.8 m
3

Lebar Blade : 3.460 mm
Kedalaman Gusur Maksimum : 440 mm


Gambar F.2
Bulldozer Komatsu D-65E-12


LAMPIRAN G
SPESIFIKASI ALAT MUAT

Kegiatan Pemuatan
Spesifikasi Umum
Jenis Alat : Excavator Backhoe
Merk dan Model : Komatsu PC-200-5
Model Engine : Komatsu S-6D95L, 6 piston
Type Engine : 4-cycle, water cooled, Direct Injection,
Turbocharged
Range KapasitasBucket : 0,5 - 1,41 m
3
(0,65 -1,8 Cu.yd)
Berat Siap Operasi : 18.930 Kg (41,730 lb)
System Hydraulic : Piston (with engine control)
Max Oil Flow : 2x190 liter/min, 50 us gallon/min
Ground pressure : 0,37 kg/cm
2
(5,26 PSI)

Dimensi
Panjang : 9390 mm
Lebar : 2780 mm
Tinggi : 3005 mm (overall height)

Boom dan Bucket
Panjang Boom : 5700 mm (178 ft.in)
Panjang Arm : 2.410 mm (63 ft.in)
Max Swing Radius : 9700 mm (3110 ft.in)
Type Bucket : General Purpose
Kapasitas Bucket : 1,3 m
3
(1,7 cu.yd)





A
B
D
C
KETERANGAN
A : Tinggi bucket maksimum saat
bermuatan
B : Jangkauan maksimum untuk
permukaan
C : Tinggi maksimum

D : Kedalaman gali maksimum


Gambar G.1
Jangkauan Komatsu PC-200-5
A = 7.110 mm
B = 9.700 mm (swing radius)
C = 10.000 mm
D = 6.620 mm

Gambar G.2
Backhoe Komatsu PC-200-5



LAMPIRAN H
SPESIFIKASI ALAT ANGKUT


Spesifikasi Umum
Jenis Alat : Dump Truck
Merk dan Model : Nissan CWB 520 HDN
Model Engine : Nissan Motor RD 8
Type Engine : 4-cycle, Direct Injection, V-Type Engine
Output HP : 335 HP at 2200 Rpm
Berat tanpa Bak (Net Weight) : 7.300 Kg
Kapasitas Tanki Bahan Bakar : 200 liter
Kecepatan Maksimal : 130 Km/jam
Jumlah Roda : 10, 16-20 PR
Transmisi : 6 transmisi dengan 1 gigi mundur

Dimensi
Panjang : 7.365 mm
Lebar : 2.490 mm
Tinggi : 2.885 mm
Juntai Depan : 1.400 mm
Juntai Belakang : 1.400 mm
Tread Roda Depan : 2.045 mm
Tread Roda Belakang : 1.860 mm
Jarak antar Sumbu : 1.860 mm
Tinggi Roda : 680 mm
Sudut Penyimpangan Roda : 35

Bak
Type : DV-20
Tebal Dinding : 4,5 mm

Tebal Lantai : 6 mm
Frame : 6 mm
Volume Peres : 14,2 m
3

Volume Munjung : 17,6 m
3

Gross Payload : 20.000 Kg
Kecepatan Gigi (Travel Speed) :
- Gear 1 : 5 MpH
- Gear 2 : 10 MpH
- Gear 3 : 25 MpH
- Gear 4 : 55 MpH
- Gear 5 : 85 MpH


Gambar H.1
Dump Truck Nissan CWB-52 HDN









LAMPIRAN I
DIMENSI MINIMUM FRONT PENAMBANGAN


1. Lebar Minimum Front
45
Rs
Rs
Rs
Rs
Rs
a
a
a
Mt
Wmin
Wm
Lmin
Lt sin
L
t
Lt cos
Wt sin
W
t

Gambar I.1
Dimensi Front Penambangan
Lebar minimum front dihitung dengan persamaan :
t s min
M a ) R (0,5 2 W + +

Dimana,
R
s
= Swing radius dari PC-200-5 (lihat lampiran G)
a = Jarak tambahan
M
t
= Lebar truck pada saat membentuk sudut


= L
t
cos

+ W
t
sin

(L
t
: Panjang truck dan W
t
: Lebar truck)
= (7,36 m cos 45
o
+ 2,49 m sin 45
o
)
= 6,96 m

7 meter

= Sudut yang dibentuk oleh truck pada waktu spotting = 45
o

Diketahui,
R
s
= 9700 mm = 9,7 meter
a = 1 meter
M
t
= 7 meter
maka,
W
min
= 7 1 m) 9,7 x (0,5 2 + +
= 17,7 m

18 meter
2. Panjang Minimum Front
Untuk panjang minimum jenjang dihitung dengan persamaan :
2a R L
s min
+
maka,
L
min
= 9,7 meter + (2x1 m)
= 11,7 meter

12 meter
Untuk perhitungan ini, lebar tumpukan material (W
m
) tidak dimasukan karena
lebar tumpukan dianggap berada dalam jangkauan backhoe (berada dalam swing
radius backhoe).







LAMPIRAN J
RENCANA LAND CLEARING


1. Blok Clearing
Daerah yang akan dibersihkan dibagi ke dalam blok-blok clearing seluas
masing-masing 1 (satu) Ha dan tiap blok di-grid dengan ukuran 100 x 5 meter,
dan grid-grid ini merupakan lintasan bulldozer serta dijadikan ukuran populasi
pohon yang ada dalam lahan.
Dari peta diketahui terdapat 8 (delapan) blok clearing (Blok A-H) dan 160
lintasan clearing. (lihat peta land clearing)
BLOK B BLOK A
Ket. :
: Arah Clearing
: Arah Gusuran Tumpukan
: Arah Gerak Bulldozer
: Tumpukan Hasil Ckearing
BLOK C BLOK D
100 m
1
0
0

m
BLOK E BLOK F BLOK G BLOK H

Gambar J.1
Skema Blok Clearing
Arah clearing dilakukan mulai dari blok D sampai ke blok H (gambarJ.1).
Material hasil clearing kemudian ditimbun pada blok H.
2. Estimasi Produksi
2.1. Produksi Umum
Untuk menghitung produksi umum land clearing dimana kegiatannya hanya
menggusur semak belukar menggunakan nomograph produksi alat gusur dan lebar

lintasan (width of cut) dengan asumsi kecepatan konstan dan efisiensi kerja 82,5%
(Sumber : Caterpilar Performance Handbook 31
st
, 2000)
Diketahui :
Kecepatan gusur = 4 km/jam (3-5 km/jam)
Lebar limtasan = 5 m (disesuaikan dengan grid yang telah dibuat)
Maka, angka-angka ini diplot ke dalam nomograph
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0,5
1
1,6
2
3
4
5
6
7
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kecepatan
(km/jam)
Produksi
(Hektar/jam)
Lebar Lintasan
(meter)
1
* Berdasarkan efisiensi kerja 82,5%

(Sumber : Caterpillar Performance Handbook 31
st
)
Gambar J.2.
Nomograph Produksi Land Clearing
Maka, didapat produksi land clearing adalah sebesar 1,6 Ha/jam
2.2. Produksi Perebahan (Felling) Pohon
Untuk menghitung produksi perebahan pohon menggunakan persamaan :
[ ] DF N M N M N M N M A(B) X T
4 4 3 3 2 2 1 1
+ + + + +
Dimana :
T = Waktu yang dibutuhkan untuk luasan 1 Ha (menit)

X = Tingkat kekerasan kayu yang memepengaruhi total waktu
A = Tingkat kepadatan pohon per hektar
B = Waktu dasar untuk type tractor per hektar
M = Waktu per pohon untuk tumbang dalam tiap range diameter (menit)
N = Jumlah pohon per hektar dalam tiap range diameter
D = Jumlah diamter keseluruhan pohon diatas 180 cm
F = Waktu per pohon untuk tumbang diatas 180 cm
Pengaruh kekerasan kayu untuk waktu total :
75 - 100 % kayu keras : X =1,3
25 - 75 % kayu keras : X = 1,0
0 25 % kayu keras : X = 0,7
Tabel J.1
Faktor Produksi Perebahan
Waktu dasar Diamter
per hektar 30-60 cm 60-90 cm 90-120 cm 120-180 cm > 180 cm
B M
1
M
2
M
3
M
4
F
165 Hp 85 menit 0.7 menit 3.4 menit 6.8 menit - -
230 Hp 58 menit 0.5 menit 1.7 menit 3.3 menit 10.2 menit 3.3 menit
305 Hp 45 menit 0.2 menit 1.3 menit 2.2 menit 6 menit 1.8 menit
405 Hp 30 menit 0.1 menit 0.4 menit 1.3 menit 3 menit 1 menit
Tractor
Diamater Range

(Sumber : Caterpillar Performance Handbook 31
st
)
Untuk nilai A :
Padat : 1480 atau lebih pohon/hektar, maka nilai A = 2,0
Medium : 990-1480 pohon/hektar, maka nilai A = 1,0
Jarang : kurang dari 990 pohon /hektar maka nilai A = 0,7

Dengan asumsi tiap grid (lintasan) terdapat 1 (satu) pohon lontar (kayu
lunak) dengan diameter 30 cm maka, untuk 1 hektar terdapat 20 pohon lontar dan
memakai tractor (Bulldozer Komatsu D65E-12) dengan output Hp = 179 Hp
(diasumsikan 165 Hp)
Maka,
X = 0,7 (pohon lontar termasuk kayu lunak)
A = 0,7 ( kepadatan pohon jarang <990 batang pohon.hektar)
B = 85 menit (output Hp asumsi =165 Hp)
M = 0,7 menit (diameter pohon = 30 cm)

N = 20 batang pohon
Sehingga,

T =
1 1
N M [A(B) X + ]
= 0,7 [0,7.(85) + (0,7.20)]
= 51,45 menit/hektar
Maka,
Produksi perebahan pohon ialah 51,45 menit/ hektar
























LAMPIRAN K
KONSTRUKSI BADAN JALAN ANGKUT


1. Perhitungan Luas Bidang Kontak
Diketahui :
Berat truk (bermuatan) : 20.000 kg (44092 lb)
Jumlah ban : 6 buah (2 buah depan, 4 buah belakang)
Takanan ban : 100 psi
Distribusi beban yaitu : 33 % untuk ban depan dan 67 % untuk ban
belakang dengan 2 pasang ban (dual rear tire) (Hustrulid, 1995)
a. Untuk Ban Depan
Distribusi beban pada tiap roda depan (L
T
)
=
2
lb 44092 x % 33
= 7.275,18 lb
Maka, luas bidang kontak (in
2
)
=
ban pada udara tekanan
roda pada beban x 9 , 0
=
psi 100
lb 7275,18 x 0,9
= 65,47 in
2

Sehingga, jari-jari bidang kontak (r) yang dianggap berbentuk lingkaran
adalah

r
2
= 65,47 in
2

r = 4.56 in
b. Untuk Ban Belakang
Distibusi beban pada tiap pasang roda belakang (L
T
)
=
2
lb 44092 x 67%
= 29.541,64 lb
Maka, luas bidang kontak (in
2
)
=
ban pada udara tekanan
roda pada beban x 9 , 0
=
psi 100
lb 29541,64 x 0,9
= 265,87 in
2

Sehinga, jari-jari bidang kontak (r)

r
2
= 265,87 in
2

r = 9.19 in


2. Perhitungan Beban Equivalen Roda Tunggal (L
E
)
Untuk menghitung tebalnya lapisan jalan angkut, berlaku asumsi :
- Besarnya beban roda (L
T
) yang dipakai adalah ban belakang yang memiliki 2
pasang roda, dimana beban terbesar yang diterima badan jalan yaitu pada
jarak antar garis tengah dua ban
Jarak antar
sumbu roda
Diamater roda
Tebal
roda
45 45
Roda 1 Roda 2
Surface
Base
Sub-grade
Daerah interaksi
beban roda

Gambar K.1
Interaksi Beban dengan 2 Roda
- Besarnya beban equivalen roda tunggal (L
E
) adalah 20% lebih besar dari
beban roda (L
T
)
Dari asumsi diatas, maka
Beban equivalen roda tunggal (L
E
) adalah
L
E
= 1,2 x L
T
ban belakang

L
E
= 1,2 x 29.451,64 lb
= 35.342 lb

16 ton
3. Penentuan Tebal Lapisan Jalan Angkut Menggunakan Kurva CBR
(California Bearing Ratio)
Untuk menentukan tebal lapisan jalan angkut, terlebih dahulu kita tentukan
jenis material yang digunakan untuk tiap lapisan dari jalan angkut.
Penentuan jenis material ini, biasanya berdasarkan ketersediaan material pada
lokasi penambangan.
Maka, jenis material yang dipilih adalah :

- Material untuk subgrade
Jenis material : tanah liat dengan plastisitas tinggi (lapisan asli topografi
lahan) dengan angka CBR = 5
1

- Material untuk sub base
Jenis material : pasir dengan angka CBR 15
- Material untuk base
Jenis material : batugamping kasar dengan angka CBR 60
- Material untuk wearing surface
Jenis material : batugamping seperti base material tetapi fragmen yang lebih
besar (akan lebih baik jika memakai batuan yang lebih kompak dengan angka
CBR yang lebih besar)
2

1 3 4 5 6 7
HIGHLY
PLASTIC
CLAY
SILTYCLAY
MEDIUM
PLASTICITY
SANDY
CLAY
LOW
PLASTICITY
SANDY
CLAYMIXTURE
POORLY GRADED
SANDY
CLAYMIXTURE
WELL GRADED
ROUND TO ANGULAR
GRAVELWITHCLAY
POORLY GRADED
GOOD GRAVEL
WELL GRADED
CRUSHED
ROCK
SANDFAIRLYCLEAN
S
U
B

B
A
S
E

T
H
I
C
K
N
E
S
S
,

I
n
c
h
e
s
0
10
20
30
40
50
60
70
8 9 10 15 20 25 30 40 50 60 70 80 100
V
E
H
I
C
L
E
<
1
0
0
. 0
0
0

l
b
V
E
H
I
C
L
E
1
0
0
. 0
0
0

-

4
0
0
.
0
0
0

l
b
V
E
H
I
C
L
E
>

4
0
0
.
0
0
0

l b
WHEEL LOAD
IN POUNDS
1
2
0
. 0
0
0
1
0
0
. 0
0
0
7
0
.0
0
0
40
.0
00
2
5.0
0
0
1
2.000
7.000
4.000
CALIFORNIABEARINGRATIO(PERCENT)

Gambar K.2
Kurva CBR (California Bearing Ratio)
Penggunaan Kurva CBR
1. Untuk alat angkut dengan 20 ton payload maka beban equivalen roda tunggal
sebesar 34.342 lb diplotkan terhadap nilai CBR material yaitu tanah liat

1
Dari kurva CBR
2
Hustrulid, 1995, hal 343-344 sect.4.9 Road Contruction

dengan CBR 5. Setelah itu ditarik garis mendatar dari titik perpotongan tadi
ke arah sumbu y (ketebalan lapisan, inchi) maka didapat angka 25 inchi
sebagai tebal lapisan antara wear surface dan subgrade
2. Untuk tebal lapisan berikutnya, kita mengulang langkah 1 tetapi dengan jenis
material yang nilai CBR-nya 15 maka akan didapat angka 12 inchi sebagai
tebal antara lapisan wear surface dengan sub-base
3. Demikian juga untuk material lanjutannya dengan nilai CBR 60 didapat
angka 6 inchi sebagai tebal antara lapisan wear surface dengan base
4. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada ilustrasi berikut.
1
3 4 5 6 7
HIGHLY
PLASTIC
CLAY
SILTY CLAY
MEDIUM
PLASTICITY
SANDY
CLAY
LOW
PLASTICITY
SANDY
CLAY MIXTURE
POORLY GRADED
SANDY
CLAY MIXTURE
WELL GRADED
ROUND TO ANGULAR
GRAVEL WITH CLAY
POORLY GRADED
GOOD GRAVEL
WELL GRADED
CRUSHED
ROCK
SAND FAIRLY CLEAN
S
U
B

B
A
S
E

T
H
I
C
K
N
E
S
S
,

I
n
c
h
e
s
0
10
20
30
40
50
60
70
8 9 10 15 20
25 30 40 50 60 70 80 100
V
E
H
I
C
L
E
<

1
0
0
.
0
0
0

l
b
V
E
H
I
C
L
E
1
0
0
.
0
0
0

-

4
0
0
.
0
0
0

l
b
V
E
H
I
C
L
E
>

4
0
0
.
0
0
0

l
b
WHEEL LOAD
IN POUNDS
1
2
0
.
0
0
0
1
0
0
.0
0
0
7
0
.0
0
0
4
0
.0
0
0
2
5
. 0
0
0
1
2
. 00
0
7.000
4.000
CALIFORNIA BEARING RATIO (PERCENT)
Beban equivalen roda tunggal (L)
untuk 20 t payload = 35.342 lb
E
6
12
25

Gambar K.3
Hasil Plot Beban Roda dengan Indeks CBR
Maka, tebal tiap lapisan yaitu 13 in untuk sub-base, 6 in untuk base, 6 in untuk
wear surface.

LAMPIRAN L
PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN


Data curah hujan disusun dalam tabel J.1, dimana untuk tiap bulannya dalam
interval waktu 10 tahun diambil nilai maksimumnya baik curah hujan dan hari
hujannya.
Tabel L.1
Nilai Maksimum Curah Hujan dan Hari Hujan
CH HH CH
(mm) (hari) (mm/hari)
1 JAN 572 27 21.185
2 FEB 787 27 29.148
3 MAR 629 20 31.450
4 APR 198 12 16.500
5 MEI 65 15 4.333
6 JUN 14 5 2.800
7 JUL 39 4 9.750
8 AGS 3 1 3.000
9 SEP 12 3 4.000
10 OKT 59 5 11.800
11 NOP 416 17 24.471
12 DES 405 24 16.875
NO Bulan

Tabel L.2
Pengolahan Data Curah Hujan
No Xi Xi - x (xi-x)
2
1 31.450 16.841 283.607
2 29.148 14.539 211.377
3 24.471 9.861 97.244
4 21.185 6.576 43.242
5 16.875 2.266 5.133
6 16.500 1.891 3.575
7 11.800 -2.809 7.892
8 9.750 -4.859 23.613
9 4.333 -10.276 105.597
10 4.000 -10.609 112.558
11 3.000 -11.609 134.777
12 2.800 -11.809 139.461
175.3123 1168.076




Tabel L.3
Expected Mean dan Expected Standar Variasi
N Yn

n

10 0.4952 0.9496
11 0.4996 0.9676
12 0.5035 0.9833
13 0.5070 0.9971
14 0.5100 1.0095
15 0.5128 1.0206
16 0.5157 1.0316
17 0.5181 1.1411
18 0.5202 1.0493
19 0.5220 1.0565
20 0.5236 1.0625

Tabel L.4
Periode Ulang Hujan Sebagai Fungsi Dari Variasi Reduksi
Periode Ulang Hujan (PUH) Variasi Reduksi (Y
r
)
2 0.3665
5 1.4999
10 2.2502
25 3.1985
50 3.9019
100 4.6001

Hujan Rencana
Dari data pengolahan curah hujan didapat,
12
175,312

n
Xi
R
x


= 14,069 mm/hari
12
1168,076

N
x) - (Xi

2
x


= 9,866

n
= 0,9496
Y
r
(untuk PUH 10 tahun) = 2,2502
Y
n
= 0,4952

Maka,
) (
24 n r
n
x
x
Y Y R R
1
]
1


R
24
= 0,4952) - (2,202
0,9496
9,866
14,069
1
]
1

+
= 32,843 mm/hari
Perhitungan Waktu Konsentrasi (t
c
)
Untuk menghitung waktu konsentrasi (t
c
) menggunakan persamaan Kirpich
382 , 0 77 , 0
0195 , 0

S L t
c

Dimana,
t
c
= Waktu konsentrasi (menit)
L = Titik terjauh dalam daerah penyaliran ke titik perhitungan (meter)
S = Gradien (%)
Untuk masing-masing Daerah Tangkapan Hujan (DTH) dibuat ke dalam tabel
Tabel L.5
Waktu konsentrasi.
DTH L S t
c
(m) (%) (menit)
1 4748 0.04212 37.690
2 3113 0.02891 34.150

Perhitungan Intensitas Curah Hujan
Perhitungan intensitas curah hujan menggunakan Metode Manonobe.
3 / 2
24
24
24

,
_

C
t
R
I
Besarnya intensitas curah hujan untuk tiap DTH disusun dalam tabel
Tabel L.6
Intensitas Curah Hujan (mm/jam)
DTH R
24
t
c
I
(mm) (Jam) (mm/jam)
1 32.843 0.738 13.938
2 32.843 0.616 15.729



Perhitungan Debit Air Limpasan
Debit air limpasan dihitung menggunakan persamaan :
A I C Q . . . 278 , 0
Dimana,
Q = Debit air limpasan (m
3
/jam)
C = Koefisien Limpasan (Lihat tabel 3.12)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas Daerah Tangkapan Hujan (Km
2
)
Besarnya harga koefisien limpasan (C) tergantung dari keadaan topografi
(kemiringan lahan) serta keadaan vegetasi. Untuk perhitungan ini, penulis
mengambil harga 0,3 karena gradien rata-rata daerah penyaliran
t
2- 4 % dan
daerah penyaliran diasumsikan seperti daerah perkebunan
Untuk tiap DTH disusun dalam tabel
Tabel L.7
Debit Air Limpasan
NO C I A Q
DTH (mm/jam) Km
2
m
3
/detik
1 0.3 13.938 0.14 0.163
2 0.3 15.729 3.93 5.155

Perhitungan Dimensi Saluran
Dimensi sauran penirisan dihitung dengan persamaan Manning :
2 / 1 3 / 2
1
S R
n
A Q
Dimana,
Q = Debit aliran
R = Jari-jari hidrolik (A/P)
S = Gradien
A = Luas penampang basah
P = Keliling basah
n = Koefisien Kekasaran Manning
Mempunyai hubungan yang dinyatakan dalam :
- Untuk penampang saluran berbentuk trapesium, besarnya

adalah 60.

Maka harga m (kemringan dinding saluran) = Cotg 60 = 0.58
Untuk mencari harga b dipakai persamaan
b/d = ( ) { } m - m 1 2
1/2
2
+
= 1,152
Maka, b = 1,152.d

A = b.d + m.d
2

= 1,152.d
2
+ (0,58.d
2
)
= 1,7321 d
2


R = 0.5 d

B = b + 2.m.d

Besarnya koefisien kekasaran saluran yang diambil adalah 0,003 karena
dinding saluran terbuat dari tanah (Lihat tabel 3.13).

Harga S (kemiringan dasar saluran) = 0,25 % (Pfleider).
Saluran tanah
Untuk Saluran I (posisi saluran dapat dilihat pada peta penyaliran), dimensi
saluran sebagai berikut :
Q =
2 / 1 3 / 2
1
S R
n
A
0,163 m
3
/detik =
2 / 1
3 / 2
2
(0,0025) x
2 003 , 0
1
d 732 , 1

,
_


d

1,732 d
2
x 0,5 d
2/3
=
( ) 0.0025 x
163 , 0
.0,003
1

1,09109 d
8/3
= 0,00978
d =
8
3
1,09109
0,00978

,
_


d = 0,171 m
Maka, perhitungan dapat dilanjutkan dan disusun ke dalam tabel




Tabel L.8
Dimensi Saluan Penirisan
No Q d b A B a
Saluran m3/detik m m m2 m m
1 0.163 0.171 0.197 0.050 0.394 0.148
2 5.155 0.623 0.718 0.673 1.441 0.540
3 5.318 0.631 0.727 0.689 1.458 0.546

Gorong-gorong
Untuk mengalihkan arah aliran saluran 2 ke arah saluran 3 (yang menjadi
tempat bertemunya aliran saluran 1 dan 2) maka dibutuhkan gorong-gorong untuk
melewatkan arah aliran air melewati bawah badan jalan angkut.
Untuk saluran gorong-gorong, hubungan antar komponen saluran ialah :
A =
2
4
1
d dan R =0,5 d
2
, n =0,015, S = 0,25 %
Maka, dimensi gorong-gorong yang dibutuhkan, yaitu :
Q =
2 / 1 3 / 2
1
S R
n
A
5,155 m
3
/detik =
2 / 1
3 / 2
2
4
1
(0,0025) x
2 015 , 0
1
d

,
_


d

0,7853 d
2
x 0,5 d
2/3
=
( ) 0.0025 x
155 , 5
.0,015
1

1,392699 d
8/3
= 1,5465
d =
8
3
1,392699
1,5465

,
_


d = 1,04 m
maka,
B = 2d
= 2.(1,04) = 2,08 m
R = 0,5 d
2

= 0,5 .(1,04)
2
= 0,540 m
A =
2
4
1
d
=
2
4
1
(1,04) = 0,84 m

LAMPIRAN M
PERHITUNGAN NILAI KEAMANAN LERENG

Jenjang akhir penambangan yang dibuat dengan geometri sebagai berikut
H = 10 m
70

Gambar M.1
Geometri Jenjang
Untuk memudahkan perhitungan nilai faktor keamanan, maka penulis
memakai bantuan software komputer yaitu SlopeW dari GeoSlope International.
Langkah-langkah pemodelan :
1. Untuk akurasi gambar dalam model lereng, digunakan program AutoCAD
2002 dari Autodesk. Model lereng di-export dengan file extension *.wmf
2. Sebelum memasukan model ke stage (wilayah gambar) dalam SlopeW, maka
satuan (dalam meter), halaman dan skala harus disesuaikan dengan model
(ukuran dan koordinatnya).
3. Model tersebut di-import ke SlopeW, karena terjadi perbedaan skala maka
disesuaikan dengan skala yang telah dibuat.
4. Memasukan Soil Property dari masing-masing lapisan tanah yang ada (baik
bobot isi, kohesi dan sudut geser dalam) dimana semua satuannya harus dalam
KN/m3 untuk bobot isi, KN/m
2
untuk kohesi dan derajat untuk sudut geser
dalam.
5. Menentukan point-point batas antar lapisan dan menggambar grid dan radius
dri slip surface serta muka air tanah. Setelah selesai model di-run untuk
melihat hasilnya, atau dapat dilihat pada diagram berikut :

Pembuatan Model
dengan AutoCAD 2000
dari Autodesk
Nilai FK model
lereng
RUN
Mengecek model
(debugging)
Menentukan titik batas
lapisan,
, serta metode
yang dipilih
grid dan radius
slip surface
Meng- yaitu
bobot isi ( ), kohesi (c), dan
sudut geser dalam ()
input soil property

Menyesuaikan skala dan


koordinat model pada bidang
gambar
Meng- model ke
Slope-W
import
Model di- dengan
extensi *.wmf ( )
export
windows metafile
Menyesuaikan skala dan satuan
pada Slope-W dengan KN/m ( ),
KN/m(c), ( )
3
2


Gambar M.2
Langkah Pemodelan Lereng dengan Slope-W
1
1
2
1 2
3 4
5 6
7
8 9
10
11 12
13
Soil 1
Clay
Soil Model Mohr-Coulomb
Unit Weight 7.651 KN/m3
Cohesion 64.434 KN/m2
Phi 34
Piezometric Line # 0
Ru 0
Pore-Air Pressure 0
Jarak (m)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
T
i
n
g
g
i

(
m
)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Gambar M.3
Single Slope Model 70

10.374
Parameter
Method Bishop
Factor of Safety 10.374
Total Volume 27.025 m3
Total Mass 206.77 KN
Total Resisting Moment 7086
Total Activating Moment 615.78
Total Resisting Force ---
Total Activating Force ---
Soil 1
Clay
Soil Model Mohr-Coulomb
Unit Weight 7.651 KN/m3
Cohesion 64.434 KN/m2
Phi 34
Piezometric Line # 0
Ru 0
Pore-Air Pressure 0
Jarak (m)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
T
i
n
g
g
i

(
m
)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Gambar M.4
Nilai FK untuk Single Slope Model 70 dengan Metode Bishop

1, 2
1 2
3 4
5 6
7 8
9
10
11
12
13 14
15
Soil 1
Clay
Soil Model Mohr-Coulomb
Unit Weight 7.651 KN/m3
Cohesion 64.434 KN/m2
Phi 34
Piezometric Line # 0
Ru 0
Pore-Air Pressure 0
Jarak (m)
0 10 20 30
T
in
g
g
i
(
m
)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Gambar M.5
Overall Slope Model 70

5.186
Parameter
Method Bishop
Factor of Safety 5.186
Total Volume 45.322 m3
Total Mass 346.76 KN
Total Resisting Moment 16263
Total Activating Moment 3136.2
Total Resisting Force ---
Total Activating Force ---
Soil 1
Clay
Soil Model Mohr-Coulomb
Unit Weight 7.651 KN/m3
Cohesion 64.434 KN/m2
Phi 34
Piezometric Line # 0
Ru 0
Pore-Air Pressure 0
Jarak (m)
0 10 20 30
T
i
n
g
g
i

(
m
)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Gambar M.6
Nilai FK untuk Overall Slope Model 70 dengan Metode Bishop
1
LAMPIRAN N
WAKTU EDAR BULLDOZER KOMATSU D-275 A

Tabel N.1
Data Waktu Edar Bulldozer Komatsu D-275 A
N o Maj u An g k a t Bi l a h Mu n d u r Me n u r u n k a n Cy c l e t i me
Bi l a h
( d e t i k ) ( d e t i k ) ( d e t i k ) ( d e t i k ) ( d e t i k )
1 4 8 2 3 8 2 9 0
2 4 3 2 2 7 3 7 5
3 4 5 2 3 2 2 8 1
4 4 6 3 3 6 5 9 0
5 4 7 2 3 4 2 8 5
6 4 8 2 3 7 3 9 0
7 5 2 4 4 7 5 1 0 8
8 5 6 5 4 8 5 1 1 4
9 4 3 4 2 8 2 7 7
1 0 4 8 4 3 6 2 9 0
1 1 5 9 5 4 5 3 1 1 2
1 2 4 2 3 3 2 2 7 9
1 3 4 7 4 3 4 3 8 8
1 4 4 6 3 3 6 3 8 8
1 5 5 6 4 4 5 3 1 0 8
1 6 5 5 4 4 7 2 1 0 8
1 7 5 4 4 4 1 3 1 0 2
1 8 4 9 3 3 4 2 8 8
1 9 4 5 3 2 8 2 7 8
2 0 4 7 3 3 4 3 8 7
2 1 5 1 3 4 3 2 9 9
2 2 5 0 4 4 1 2 9 7
2 3 4 4 3 3 8 3 8 8
2 4 4 2 2 2 7 5 7 6
2 5 5 4 3 4 5 2 1 0 4
2 6 5 6 4 4 6 3 1 0 9
2 7 4 7 3 3 1 2 8 3
2 8 5 4 2 3 6 2 9 4
2 9 5 7 3 4 4 3 1 0 7
3 0 4 3 4 3 6 2 8 5

Dari data-data tersebut diatas, diurutkan dari nilai terkecil ke terbesar dan dibuat
dalam tabel distribusi frekwensi
k = 1 + 3,322 log n (n = jumlah data)
= 1 + 3,322 log 30
= 5.9069

6 kelas
h =
k
terendah nilai - tertinggi nilai

=
9069 , 5
635,6) - (720
= 14,2881

15

Jadi, interval per kelas adalah 15
Tabel N.2
Distribusi Frekwensi Cycle Time Bulldozer Komatsu D-275 A
No Kelas Frek (fi) xi fi.xi
1 71 - 78 5 74.5 372.5
2 79 - 86 8 82.5 660
3 87 - 94 6 90.5 543
4 95 - 102 3 98.5 295.5
5 103 - 110 6 106.5 639
6 111 - 118 2 114.5 229
30 2739

Maka,
=

xi
fi.xi
=
30
2739
= 91,3 detik





















LAMPIRAN O
WAKTU EDAR BACKHOE KOMATSU PC-200

Tabel O.1
Data Waktu Edar Backhoe Komatsu PC-200
No Wakt u Muat Swi ng ti me Dumpi ng Swi ng ti me Cycl e t i me
( Ber muat an) (Kosong)
1 5.8 2 3.6 2 13. 4
2 4.2 2 2.8 3 12
3 4.4 2 3.4 2 11. 8
4 3.6 2 3.6 3 12. 2
5 3.4 3 3.8 3 13. 2
6 3.6 3 2.6 3 12. 2
7 3.2 2 4.2 3 12. 4
8 3.6 4 4.8 3 15. 4
9 4.4 2 3.6 2 12
10 3.6 2 4.2 3 12. 8
11 3.6 3 4.4 2 13
12 3.4 3 3.6 2 12
13 3.4 3 3.4 4 13. 8
14 4.2 4 3.6 3 14. 8
15 4.4 2 3.6 4 14
16 4.6 4 4.2 4 16. 8
17 3.2 4 3.6 3 13. 8
18 3.6 2 3.6 5 14. 2
19 3.6 2 4.4 2 12
20 4.2 3 3.6 3 13. 8
21 3.6 3 3.6 4 14. 2
22 3.6 2 2.8 2 10. 4
23 2.8 2 4.2 2 11
24 4.8 3 3.6 3 14. 4
25 3.4 2 3.4 3 11. 8
26 4.4 3 4.4 3 14. 8
27 3.6 2 3.6 3 12. 2
28 3.8 2 3.8 4 13. 6
29 4.2 2 4.2 4 14. 4
30 3.6 3 4.4 2 13

Dari data-data tersebut diatas, diurutkan dari nilai terkecil ke terbesar dan dibuat
dalam tabel distribusi frekwensi
k = 1 + 3,322 log n (n = jumlah data)
= 1 + 3,322 log 30
= 5.9069

6 kelas
h =
k
terendah nilai - tertinggi nilai

=
9069 , 5
10,4) - (16,8
= 1
Jadi, interval per kelas adalah 1


Tabel O.2
Distribusi Frekwensi Cycle Time Backhoe Komatsu PC-200
No Kelas Frek (fi) xi fi.xi
1 10.2 - 11.2 2 10.7 21.4
2 11.4 - 12.4 10 11.9 119
3 12.6 -13.6 6 13.1 78.6
4 13.8 -14.8 10 14.3 143
5 15 - 16 1 15.5 15.5
6 16.2 -17.2 1 16.7 16.7
30 394.2

Maka,
=

xi
fi.xi
=
30
2 , 394
= 13,14 detik





















LAMPIRAN P
CYCLE TIME DUMP TRUCK NISSAN CWB 520 HDN


Diketahui :
- Daya mesin = 335 Hp (efisiensi 85 %)
- Kecepatan maksimum tiap gear
Gear Kecepatan Ri mpul l
(MPH) (l b)
1 5 21,356.250
2 10 10,678.125
3 25 4,271.250
4 55 1,941.477
5 85 1,256.250

- Berat kosong = 7.300 kg = 7,3 ton (16.060 lb)
- Berat muatan = (1,3 m
3
x 6 x 1,6 t/m
3
) (jumlah isian = 6 kali)
= 12,48 ton
- Berat total bermuatan = 19,78 ton (43.516 lb)
- Terdapat 4 segmen jalan dengan perincian
a. Segmen 1 ; panjang 355 m (1.164,755 ft), GR = 0 %, RR = 3,5 %
b. Segmen 2 ; panjang 1045 m (3.428,645 ft), GR = 3,2 %, RR = 3,5 %
c. Segmen 3 ; panjang 266 m (872,746 ft), GR = 0 %, RR = 3,5 %
d. Segmen 4 ; panjang 787 m (2.582,147 ft), GR = 3,12 %, RR = 3,5 %
Segmen I
Panjang = 355 m
Grade = 0 %
RR = 3,5 %
Segmen III
Panjang = 266 m
Grade = 0 %
RR = 3,5 %
Bermuatan
Segmen IV
Panjang = 787 m
Grade = 3,12 %
RR = 3,5 %
Segmen II
Panjang = 1045 m
Grade = 3,2 %
RR = 3,5 %

Gambar P.1
Segmen Jalan Angkut



- Perhitungan waktu yang diperlukan untuk menempuh segmen jalan dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel P.1
Waktu Tempuh Segmen Jalan Angkut
RR GR Percepatan Total (menit)
Segmen 1 562.10 0.00 146 708.10 5 0.16
Segmen 2 562.10 467.20 146 1175.30 5 0.46
Kosong Segmen 3 562.10 0.00 146 708.10 5 0.12
(Pergi) Segmen 4 562.10 455.52 146 1163.62 5 0.35
1.08
Segmen 4 1523.06 -455.52 146 1213.54 4 0.53
Bermuatan Segmen 3 1523.06 0 146 1669.06 4 0.18
(Kembali) Segmen 2 1523.06 -467.2 146 1201.86 4 0.71
Segmen 1 1523.06 0 146 1669.06 4 0.24
1.66
Keadaan
Rimpull (lb)
Gear
Waktu Tempuh

- Waktu tempuh untuk jalan masuk front
Untuk perhitungan ini , karena jarak jalan masuk yang berubah-ubah
sesuai dengan kemajuan penambangan maka diambil jarak jalan masuk front
yang terjauh yaitu 336,3 m (jalan masuk ke front II-3) dengan perincian :
a. Segmen 1 ; panjang 91,1 m (298,89 ft), GR = 4,37 %, RR = 8 %
b. Segmen 2 ; panjang 107,3 m (352,05 ft), GR = 5,23 %, RR = 8 %
c. Segmen 3 ; panjang 52,7 m (172,90 ft), GR = 0 %, RR = 8 %
d. Segmen 4 ; panjang 86,7 m (284,46 ft), GR = 0 %, RR = 8 %

Panjang : 91,1 m
GR : 4,37 %
RR : 8 %
Panjang : 107,3 m
GR : 5,23 %
RR : 8 %
Panjang : 52,7 m
GR : 0 %
RR : 8 %
Panjang : 86,7 m
GR : 0 %
RR : 8 %
Segmen I
Segmen II
Segmen III
Segmen IV
Bermuatan

Gambar P.2
Segmen Jalan Masuk ke Front II-3




Tabel P.2
Waktu Tempuh Segmen Jalan Angkut
RR GR Percepatan Total (menit)
Segmen 1 562.10 638.02 146 1346.12 4 0.06
Segmen 2 562.10 776.72 146 1484.82 4 0.07
Kosong Segmen 3 562.10 0.00 146 708.10 5 0.02
(Pergi) Segmen 4 562.10 0.00 146 708.10 5 0.04
0.20
Segmen 4 1523.06 0.00 395.6 1918.66 4 0.06
Bermuatan Segmen 3 1523.06 0 395.6 1918.66 4 0.04
(Kembali) Segmen 2 1523.06 -2104.6 395.6 -185.93 3 0.16
Segmen 1 1523.06 -1728.8 395.6 189.89 3 0.14
0.39
Keadaan
Rimpull (lb)
Gear
Waktu Tempuh

Sehingga, cycle time dump truck =
- Waktu pergi (t
1
) = (1,08 +0,2) menit = 76,8 detik
- Waktu spotting muat (t
2
) = 8 detik
3

- Waktu muat (t
3
) = cycle time backhoe
= 13,14 detik
- Waktu kembali (t
4
) = (1,66 + 0,39) menit = 123 detik
- Waktu spotting (t
5
) = 10 detik
*

- Waktu dumping (t
6
) = 6 detik
*

- Jadi, cycle time dump truck Nissan CWB 520 HDN adalah =
= t
1
+ t
2
+ t
3
+ t
4
+ t
5
+ t
6

= (76,8 + 8 + 13,14 + 123 + 10 + 6) detik
= 236,94 detik








3
Berdasarkan pengamatan di lapangan

LAMPIRAN Q
PRODUKSI BULLDOZER KOMATSU D-275 A


A. Produksi Gusur (Dozing)
Untuk menghitung produksi bulldozer menggunakan persamaan
E x e x
Cm
60
x q Q
Dimana
Q = Produksi bulldozer perjam (m
3
/jam, yd
3
/jam)
q = Produksi per siklus (m
3
, yd
3
)
= q
1
x a ; (q
1
: Kapasitas blade, a : bucket factor)
Cm = Waktu edar atau cycle time
e = Grade factor
E = Faktor koreksi
Maka,
Kapasitas blade (q
1
) = 12,8 m
3
, blade factor (a) = 0,9
Cycle time = 91,3 detik (lihat lampiran N)
Grade = 14,28 % (-); Grade Factor (e) = 1,18 ( lihat gambar Q.1)
Faktor koreksi = Eff.Kerja
= 0,83
Untuk menentukan nilai blade factor, grade factor dan faktor koreksi dapat
dilihat sebagai berikut :
Untuk menentukan blade factor dapat dilihat pada tabel Q.1
Dari tabel Q.1, tanah liat digolongkan sebagai material average dozing, karena
tidak bisa digusur secara full blade dengan nilai blade factor 0,9
Untuk menentukan grade factor, pertama kita harus mengetahui
kemiringan lokasi kerja berdasarkan peta.
Dari peta didapat ketinggian tertinggi yaitu 172 m dan ketinggian terendah
yaitu 136 m dengan jarak datar sebesar 252 m


Tabel Q.1
Blade Factor (a)
Kondisi kerja Blade factor
Easy dozing
Tanah biasa, material stockpile, tanah berpasir tak
kompak,
Kadar air pada material rendah,
Blade dengan mudah menggusur material (full
blade)
1,1 - 0,9
Average
dozing
Tanah gembur (loose) tapi tidak bisa full blade
Tanah berkerikil, pasir, batuan halus (fine crushed)
0,9 0,7

Rather
difficult
dozing
Batuan hasil peledakan, batu bongkahan 0,6 0,4
(Sumber : Komatsu Application Handbook 24
nd
Edition, Sec.17)
Maka, kemiringan (grade) lokasi kerja yaitu :
= 100% x
m 252
m ) 136 - (172
= 14,28 % (-), bernilai minus karena bentuk
permukaannya turun sehingga memberi keuntungan mekanis.
Setelah itu nilai kemiringan ini dimasukan ke dalam grafik grade factor
-10 -15 -5 0 +5 +10 +15
0,7
0,8
0,9
1
1,1
1,2
F
a
c
t
o
r
Grade (%)

(Sumber : Komatsu Application Handbook 24
nd
, sec.17)
Gambar Q.1
Grade Factor
Dari Gambar Q.1 didapat nilai grade factor sebesar 1,18
Untuk faktor koreksi, diasumsikan kondisi kerja adalah baik (good)
dengan nilai 0,83


Tabel Q.2
Efisiensi Kerja
Kondisi Kerja Efisiensi Kerja
Baik 0,83
Rata-rata 0,75
Agak buruk 0,67
Buruk 0,58
(Sumber : Komatsu Application Handbook 24
nd
, Sec. 17)
Maka,
Produksi per cycle (q) = q
1
x a
= 12,8 x 0,8 = 10,24 m
3

Produksi per jam (Q) = q x
Ct
3600
x e x E
= 10,24 m
3
x
3 , 91
3600
x 1,14 x 0,83
= 299,74 m
3
/jam = 300 m
3
/jam
B. Produksi Garu (Ripping)
Type = Single Shank Ripper (Giant Ripper)
Kedalaman penetrasi = 50 cm = 0,5 m

Jarak ripping = 20 meter
Kec. Maju pd gear 1 = 0 3,7 km/jam = 61,66 m/menit
Kec. Mundur pd gear 1 = 0 4,6 km/jam = 76,66 m/menit
Waktu tetap = 0,1 menit
Faktor koreksi = 0,6512
Maka,
Q = 6512 , 0
1 , 0
66 , 76
20
66 , 61
20
60 20 ) 5 , 0 5 , 0 (
2
x
x x m x
+ +

= 142,54 m
3
/jam
C. Produksi gabungan Ripping dan Dozing
Q
gab
=
D R
D R
Q Q
Q x Q
+
=
300 54 , 142
300 54 , 142
+
x

= 96,62 m
3
/jam

LAMPIRAN R
PRODUKSI KOMATSU PC 200-5


Untuk menghitung produksi Backhoe Komatsu PC-200 5 menggunakan
persamaan :
E x
Cm
3600
x q Q
Dimana
Q = Produksi perjam (m
3
)
q = Produksi per siklus (m
3
)
= q
1
x K (q = kapasitas bucket ; K = bucket fill faktor)
Cm
t
= Waktu edar (detik)
E = Efisiensi kerja
Maka,
q = q
1
x K (untuk nilai K lihat tabel)
= 1,3 m
3
x 1 = 1,3 m
3

Cm = 13,14 detik (lihat lampiran cycle time backhoe)
E = Efisiensi kerja = 0,83 (lihat tabel )
Tabel R.1
Bucket Fill Factor (K)
Kondisi Penggalian Bucket fill
factor
Mudah Menggali tanah berlempung, lempung dan tanah lunak 1,0
Rata-rata Menggali tanah berpasir atau tanah kering 0,95
Sulit Menggali tanah pasir dengan kerikil dan memuat bataun hasil
peledakan
0,9
(Sumber : Komatsu Application Handbook 24
nd
, Sec.17)
Tabel R.2
Efisiensi kerja
Kondisi Kerja Tingkat penggunaan waktu
Baik 0,83
Rata-rata 0,75
Agak buruk 0,67
Buruk 0,58
(Sumber : Komatsu Application Handbook 24
nd
, Sec.17)
Maka, produksi backhoe PC-200 sebesar :

Q = E x
Cm
3600
x q
= 0,83 x
13,14
3600
x 1,3
= 295,61 m
3
/jam



























LAMPIRAN S
PRODUKSI NISSAN CWB 520 HDN


Untuk menghitung produksi Dump truck Nissan CWB 520 HDN menggunakan
persamaan :
E x
Cmt
3600
x C Q
Dimana
Q = Produksi perjam (m
3
)
C = Produksi loader per truck (m
3
)
= n x q x K (n : jumlah isian ; q = kapasitas loader ; K = bucket fill faktor)
Cm
t
= Waktu edar truck (detik)
E = Efisiensi kerja
Maka,
C = n x q x K (untuk nilai K lihat tabel)
= n x 1,3 m
3
x 1 ( n = 6 kali isian)
= 6 x 1,3 x 1 = 7,8 m
3

Cm
t
= 239,94 detik
E = Efisiensi kerja = 0,83 (lihat tabel )
Tabel S.1
Efisiensi kerja
Kondisi Kerja Tingkat penggunaan waktu
Baik 0,83
Rata-rata 0,75
Agak buruk 0,67
Buruk 0,58
(Sumber : Komatsu Application Handbook 22
nd
, Sec.17)
Maka, produksi backhoe CWB 520 HDN sebesar :
Q = E x
Cmt
3600
x C
= 0,83 x
239,94
3600
x 7,8
= 97,13 m
3
/ jam

LAMPIRAN T
JALAN PENGHUBUNG ANTARA FRONT II-2 DAN II-3


Setelah front II-2 selesai dibongkar maka kegiatan pembongkaran
dilanjutkan ke front II-3 yang terletak di sebelah utaranya. Agar alat angkut
dapat masuk ke front kerja maka perlu dibuat jalan akses, tetapi karena
bentuk topografi yang terdapat cekungan maka harus ditimbun terlebih
dahulu

Gambar T.1
Posisi Jalan Masuk dari Font II-2 ke II-3
Material yang digunakan untuk menimbun berasal dari tanah penutup hasil
land clearing yang ditimbun di sebelah barat kuari.
Untuk membuat timbunan sepanjang 36 m, volume material yang dibutuhkan
sebanyak 276,48 m
3
tanah yang dipadatkan
Timbunan yang diberi penguat pada samping luar badan jalan dan diasumsikan
cukup kuat untuk menahan beban alat angkut yang lewat diatasnya.





LUAS : 15,36 m
2
LUAS : 15,36 m
2
: Tanah timbunan
Keterangan :
: Penguat sisi jalan
Jarak antar penampang = 36 meter
Volume timbunan = 276,48 m
3
0 6 12 18 meter

Gambar T.2
Penampang Sayatan untuk Timbunan
















LAMPIRAN U
KEMAJUAN PENAMBANGAN



Pembongkaran tanah liat di kuari PT.Semen Kupang Unit II (persero) mempunyai
arah kemajuan penambangan dari timur ke barat (N 270 E).
Untuk perhitungan waktu pembongkaran, asumsi yang dipakai yaitu waktu kerja /
bulan 185 jam kerja (lihat lampiran C), target produksi per jam sebesar 63,60
m
3
/jam (lihat lampiran D) dan faktor pemadatan tanah liat = 0,7
1. Front I
NO LUAS JARAK LUAS VOLUME
PENAMPANG PENAMPANG PENAMPANG RATA-RATA
(m
2
) (m) (m
2
) (m
3
)
A - A' 55.703 25 248.734 6218.350
B - B' 441.765 25 399.267 9981.675
C - C' 356.769 25 281.763 7044.075
D - D' 206.757 25 144.481 3612.013
E - E' 82.204 25 41.102 1027.550
GRS.BANTU 0 16.2
27883.663
TONASE (TON) 61344.058

Panjang jalan akses = 297,5 m
Waktu pembongkaran =
0,7 x /jam m 63,60 x jam 185
m 27.883,663
3
3
= 3,38 bulan
2. Front II
2.1. Front II-1
NO LUAS JARAK LUAS VOLUME
PENAMPANG PENAMPANG PENAMPANG RATA-RATA
(m
2
) (m) (m
2
) (m
2
)
A - A' 55.660 25.0 156.036 3900.888
B - B' 256.411 25.0 233.316 5832.888
C - C' 210.220 25.0 162.958 4073.938
D - D' 115.695 25.0 67.239 1680.975
E - E' 18.783 25.0 15.392 384.788
F - F' 12.000 16.3 6.000 97.500
GRS.BANTU 0 12.6
15970.975
TONASE (TON) 35136.145


Panjang jalan akses = 197,2 m
Waktu pembongkaran =
0,7 x /jam m 63,60 x jam 185
m 15.970,975
3
3
= 1,93 bulan
2.2. Front II-2
NO LUAS JARAK LUAS VOLUME
PENAMPANG PENAMPANG PENAMPANG RATA-RATA
(m
2
) (m) (m
2
) (m
2
)
A - A' 231.158 25.0 248.169 6204.213
B - B' 265.179 25.0 266.907 6672.663
C - C' 268.634 25.0 275.950 6898.738
D - D' 283.265 25.0 252.630 6315.750
E - E' 221.995 25.0 161.331 4033.275
F - F' 100.667 25.0 51.529 1288.213
G - G' 2.390 25.0 1.195 29.875
GRS.BANTU 0.000 4.8
31442.725
TONASE (TON) 69173.995

Panjang jalan akses = 284,5 m
Waktu pembongkaran =
0,7 x /jam m 63,60 x jam 185
m 31.442,725
3
3
= 3,81 bulan
2.3. Front II-3
NO LUAS JARAK LUAS VOLUME
PENAMPANG PENAMPANG PENAMPANG RATA-RATA
(m
2
) (m) (m
2
) (m
2
)
GRS.BANTU 0.000 19.0 18.108 344.133
A - A' 36.215 25.0 75.201 1880.025
B - B' 114.187 25.0 136.696 3417.388
C - C' 159.204 25.0 144.605 3615.113
D - D' 130.005 25.0 88.733 2218.313
E - E' 47.460 25.0 29.221 730.513
F - F' 10.981 25.0 5.491 137.263
GRS.BANTU 0.000 8.8
12342.746
TONASE(TON) 27154.040

Panjang jalan akses = 336,3 m
Waktu pembongkaran =
0,7 x /jam m 63,60 x jam 185
m 12.342,746
3
3
= 1,49 bulan

Anda mungkin juga menyukai