Anda di halaman 1dari 10

Mentimun Dilihat Dari Segi Botani

Tugas Botani

Disusun Oleh :

Rezka Mohammad Muluks 150110070033

JURUSAN BUDIDAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2011

1. Taksonomi Mentimun
Klasifikasi tanaman mentimun sebagaimana dikutip dari Sharma., (2002), adalah sebagai berikut: Regnum Divisio Sub-divisio Classis Ordo Familia Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae : Cucurbitales : Cucurbitales : Cucumis : Cucumis sativus L.

2. Morfologi Mentimun.

1.1 Akar Mentimun (Cucumis sativus L.) memiliki akar tunggang dan bulu-buluakar tetapi daya tembusnya relatif dangkal, sekitar kedalaman 30-60 cm. Oleh karena itu, tanaman mentimun termasuk peka terhadap kekurangan dan kelebihan air (Rukmana, 1994).

1.2 Batang Batang mentimun berupa batang lunak dan berair, berbentuk pipih, berambut halus, berbuku-buku, dan berwarna hijau segar. Batang utama dapat menumbuhkan cabang anakan. Ruas batang atau buku-buku batang berukuran 710 cm dan berdiameter 1015 mm. Diameter cabang anakan lebih kecil dari batang utama. Pucuk batang aktif memanjang (Imdad dan Nawangsih, 2001).

1.3 Daun Daun mentimun terdiri atas helaian daun (lamina), tangkai daun, dan ibu tulang daun. Helaian daun mempunyai bangun dasar bulat atau bangun ginjal, bagian ujung daun runcing berganda. Pangkal daun berlekuk, tepi daun bergerigi ganda. Daun mentimun dewasa mempunyai ukuran panjang dan lebar yang dapat mencapai 20 cm, berwarna hijau tua hingga hijau muda, permukaan daun berbulu halus dan berkerut (Imdad dan Nawangsih, 2001).

1.4 Bunga Bunga mentimun berbentuk terompet dan berwarna kuning bila sudah mekar. Mentimun termasuk tanaman berumah satu, artinya bunga jantan dan betina letaknya

terpisah, tetapi masih dalam satu tanaman. Bunga betina mempunyai bakal buah yang membengkak, terletak di bawah mahkota bunga, sedangkan pada bunga jantan tidak mempunyai bagian bakal buah yang membengkak (Sumpena, 2008).

1.5 Buah Buah mentimun merupakan buah sejati tunggal, terjadi dari satu bunga yang terdiri satu bakal buah saja (Imdad dan Nawangsih, 2001). Buah berkedudukan menggantung dan dapat berbentuk bulat, kotak, lonjong atau memanjang dengan ukuran yang beragam. Jumlah dan ukuran duri atau kutil yang terserak pada ukuran buah beragam, biasanya lebih jelas terlihat pada buah muda. Warna kulit buah juga beragam dari hijau pucat hingga hijau sangat gelap, daging bagian dalam berwarna putih hingga putih kekuningan. Biji matang berbentuk pipih dan berwarna putih ( Rubatzky dan Yamaguchi, 1997)

2. Anatomi dan Jaringan

2.1 Akar Akar merupakan organ tumbuhan yang tumbuh ke dalam tanah. Ada empat fungsi akar, yaitu (a) mengabsorpsi air dan garam yang terlarut, (b) mengantarkan air dan garam tersebut. ke batang, (c) sebagai jangkar dan penopang tajuk, dan (d) menyimpan cadangan makanan. Jaringan akar muda dari luar ke dalam terdiri dari epidermis, korteks, dan silinder pusat.

Akar dapat dibedakan ke dalam bagian leher (pangkal) akar, akar primer, akar cabang akar, rambut akar, ujung akar dan tudung akar.

jaringan-jaringan pokok yang menyusun akar yaitu dari luar ke dalam berturut-turut adalah epidermis, korteks, endodermis dan silider pusat (stele). Di ujung akar terdapat tudung akar/ kaliptra. Tudung akar terdiri dari sel-sel parenkim yang berdinding tipis. Fungsinya adalah sebagai pelindung jaringan meristem dan mengatur arah pertumbuhan akar.

2.2 Daun

Daunnya merupakan daun tunggal, letaknya berseling, bertangkai panjang, dan bentuknya bulat telur lebar. Daun ini bertajuk 3-7 dengan pangkal berbentuk jantung, ujungnya runcing dan tepinya bergerigi. Panjangnya 7-18 cm, lebar 7-15 cm, dan warnanya hijau.

Pada penampang melintang melalui tulang daun, tampak epidermis atas terdiri dari satu lapis sel berbentuk empat persegi panjang dengan rambut penutup bersel 2 sampai 3 yang khas bentuknya dan mempunyai rambut kelenjar. Epidermis bawah terdiri dari 1 lapis sel berbentuk empat persegi panjang dengan rambut penutup.

Mesofil daun meliputi jaringan palisade yang terdiri dari 1 atau 2 lapis sel. Jaringan kolenkim berbentuk kecil-kecil. Jaringan bunga karang pada daun mentimun termasuk rapat susunannya, serta terdapat berkas pengangkut yang terdiri dari floem dan xilem. Pada sayatan paradermal, tampak epidermis bawah dengan stomata tipe anomositik dan rambut penutup.

Serbuk simplisia mentimun berwarna hijau. Fragmen pengenal adalah fragmen parenkim dengan berkas pembuluh penebalan tangga, sel-sel epidermis dengan stomata dan rambut penutup serta rambut kelenjar, terdapat suatu jaringan basis rambut dengan sel epidermis, serta fragmen rambut penutup yang bebas.

3. Batang

Struktur anatomi batang mirip dengan akar, yaitu tersusun dari jaringan epidermis, jaringan dasar (parenkim), dan jaringan pegangkut. Jaringan pengangkut pada tumbuhan monokotil tersusun tersebar atau tidak teratur pada batang sedangkan pada tumbuhan dikotil tersusun melingkar. Batang monokotil umumnya tidak bercabang, tidak berkambium, dan beruas-ruas. Sebaliknya, pada batang dikotil bercabang, berkambium dan tidak beruas. Tidak adanya meristem sekunder/kambium menyebabkan batang monokotil tidak mengalami pertumbuhan membesar (sekunder). Dan sebaliknya, dengan adanya meristem sekunder/kambium pada batang dikotil menyebabkan terjadinya pertumbuhan membesar.

2.3 biji

Pada penampang melintang biji, tampak kulit biji terdiri dari lapisan kutikula tebal dan jernih. Dibawahnya terdapat lapisan sel berbentuk silindrik serupa dengan jaringan palisade dengan dinding berkelok-kelok, dan parenkim termampatkan. Dibawah jaringan parenkim terdapat lapisan sel batu, lumen jelas dan tersusun tegak. Jaringan berikutnya terdiri dari sel parenkim yang bentuknya tidak beraturan, dan dinding sel yang tebal berwarna bening.

Keping biji terdiri dari epidermis keping biji berbentuk segi empat memanjang. Parenkim keping biji berdinding tebal berisi aleuron dan minyak. Serbuk simplisia biji mentimun berwarna putih kecoklatan. Fragmen pengenal adalah fragmen kulit biji serupa jaringan palisade, sel batu parenkim, parenkim keping biji dengan tetes minyak dan butir aleuron.

Daftar Pustaka
Rukmana, R. 1995. Budidaya Mentimun. Kanisius. Yogyakarta

Cahyono, B . 2003. Timun Aneka Ilmu. Semaramg. Hal 4, 8, 10, dan 27

Sumpena, U. 2001. Budidaya Mentimun. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 1, dan 19

Sharma, O. P. Plant Taxonomy, Tata Mcgraw, Hill Publishing company Limited. New delhi. Hal 297-301

Imdad, Heri Purwanto dan Nawangsih, Abdjad Asih. 2001. Sayuran Jepang. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.

Rubatzky, Vincent E dan Yamaguchi, Mas. 1999. World Vegetables: Principles, Production and Nutritive values. Penerjemah Catur Herison. Bandung: ITB.

Anda mungkin juga menyukai