Anda di halaman 1dari 30

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang sudah tidak asing keberadaannya di indonesia, bahkan dunia. Diare didefinisikan sebagai buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam (Ciesla,et al, 2003). Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah (Riandari, et al, 2011). Diare dapat diderita oleh semua umur, namun lebih sering dijumpai pada anak anak. Yang ada di pandangan masyarakat awam, bahkan para tenaga terdidik, kadang masih ada anggapan bahwa diare hanyalah penyakit yang identik dengan tidak bersihnya lingkungan, berkenaan dengan kotoran, dan bakteri saja. Padahal, etiologi atau penyebab penyakit ini dapat dikatakan beragam. Mulai dari virus, bakteri, sistem imun yang rendah bahkan segi psikologis juga ikut berperan (Guandalini, 2012). Stigma di masyarakat sekarang berkata bahwa diare merupakan penyakit masyarakat desa. Penderitanya dapat dikatakan hanya berkutat di kalangan menengah ke bawah saja. Maka dengan pola pikir masyarakat dewasa ini, tak mengherankan bahwa diare dipandang sebagai penyakit sepele yang tidak berbahaya. Namun, fakta membuktikan bahwa kematian akibat diare di dunia internasional walaupun mengalami penurunan, masih tergolong tinggi. Beberapa estimasi mengatakan bahwa diare tetap sebagai pembunuh terbesar di dunia anak-anak dengan 18% dari 10.6 juta angka kematian anak dibawah 5 tahun.(Guandalini, 2012) . Fakta yang terpapar di atas mampu menarik minat penulis untuk membuat sebuah karya mengenai keterkaitan diare dan faktor resikonya. Penelitian akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas II Baturraden, yang terletak di kabupaten Banyumas, kecamatan Baturaden dengan cakupan 6 desa.

1.2 Tujuan a. Mengidentifikasi penyebaran kejadian diare di Wilayah Kerja Puskesmas II Baturraden b. Mengidentifikasi faktor-faktor resiko dari penyakit diare, baik dari faktor perilaku,pengetahuan, lingkungan maupun lingkungan di Wilayah Kerja Puskesmas II Baturraden

2 GAMBARAN UMUM

2.1 Keadaan Geografi Puskesmas II Baturraden berada di dalam wilayah Kecamatan Baturraden. Wilayah administrasi Kecamatan Baturraden mencakup dua belas desa yaitu Desa Purwosari, Desa Kutasari, Desa Pandak, Desa Pamijen, Desa Rempoah, Desa Kebumen, Desa Karang Tengah, Desa Kemutug Kidul, Desa Karangsalam, Desa Kemutug Lor, Desa Karang Mangu, dan Desa Ketengger. Luas wilayah Kecamatan Baturraden adalah 45,53 Km2. Kecamatan Baturraden berbatasan dengan Kabupaten Tegal di sebelah utara, Kecamatan Purwokerto Utara di sebelah selatan, Kecamatan Sumbang di sebelah timur, dan Kecamatan Kedung Banteng di sebelah barat. Wilayah kerja Puskesmas II Baturraden sendiri mencakup 8 desa yaitu Desa Karangsalam, Kemutug Lor, Kemutug Kidul, Pandak, Rempoah, dan Karang Mangu. 2.2 Keadaan Demografi Tabel 1. Data Kependudukan Usia pada Wilayah Kerja Puskesmas II Baturraden Tahun 2010

Berdasarkan data kependudukan, dari 6 desa seperti yang dalam tabel kependudukan, jumlah keseluruhan penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Baturraden II pada tahun 2010 adalah sebesar 47.346 orang. Laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2010 sebesar 1,49% dengan jumlah pertambahan penduduk sebesar 707 orang. Pada wilayah kerja Puskesmas II Baturraden, Desa Rempoah merupakan desa dengan kepadatan penduduk tertinggi sedangkan Desa Pandak merupakan desa dengan kepadatan

penduduk terendah. Jumlah penduduk terbesar berada di Desa Rempoah sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Desa Karangsalam. Jumlah kelahiran dan kematian rata-rata pada ke enam desa di wilayah kerja Puskesman II Baturraden masing-masing sebesar 66 dan 26 dengan rata-rata angka kelahiran dan kematian kasar masing-masing sebesar 19,31 dan 7,09. 2.3 Sosial Ekonomi Tabel 2. Data Mata Pencaharian Penduduk Desa Wilayah Cakupan Kerja Puskesmas II Baturraden
Mata Pencaharian Pandak Rempoah Kemutug Kidul Petani sendiri Buruh Tani Pengusaha Buruh Industri Buruh Bangunan Pedagang Pengangkutan PNS ABRI Pegawai BUMN Pensiunan Penggalian Jasa Sosial Lain-lain Nelayan Terkecil Terbesar Desa Karangsalam Kemutug Lor Karang Mangu Jumlah

75 57 29 68 86 204 19 39 4 18 47 4 30 23 0 0 204

575 536 25 79 69 300 111 181 33 3 56 0 82 217 0 0 575

279 0 82 154 80 82 25 22 3 2 8 0 32 8 0 0 279

279 91 4 15 128 23 2 40 0 18 17 15 28 57 0 0 276

515 675 4 25 75 130 15 75 7 5 116 0 56 120 0 0 675

23 38 121 4 27 130 20 98 6 12 50 2 215 18 0 0 215

1743 1397 265 345 465 869 192 455 53 58 294 21 443 443 0 0 1743

Berdasarkan tabel tersebut, sebagian besar penduduk pada wilayah kerja Puskesmas II Baturraden bekerja sebagai petani sendiri. Setelah itu diikuti dengan buruh tani sebesar 1397 orang dan pedagang sebesar 869 orang. Di Desa Pandak mayoritas penduduk bekerja sebagai pedagang. Di

Desa Rempoah, Kemutug Kidul, dan Karangsalam sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani sendiri. Sedangkan di Desa Kemutug Lor sebagian besar penduduk bekerja sebagai buruh tani dan sebagian besar penduduk Karangmangu banyak yang bekerja sebagai pekerja jasa sosial.

PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN

3.1 Derajat Kesehatan Masyarakat Pada program kesehatan pada masyarakat kecamatan Baturaden antara lain melaksanakan imunisasi pada balita secara rutin, pemakaian air minum bersih untuk kebutuhan sehari-hari, serta mengerti kebersihan mencuci tangan secara benar. Puskesmas juga sudah merekap data-data penyakit yang sedang mewabah sehingga dapat merencanakan program-program pencegahan serta penanggulangan penyakit. Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lain. Pada umumnya derajat kesehatan masyarakat cukup baik. Seperti tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit, untuk lingkungan pedesaan yang kebanyakan mempunyai kolam ikan hampir di setiap rumah digunakan untuk jamban yang airnya berasal dari satu sumber, Berkaitan dengan tingkat gizi sudah baik. Tidak ada yang menderita gizi buruk, berkaitan dengan tingkat ekonomi kebanyakan sudah baik. 3.2 Perilaku Masyarakat Dari hasil pengisian data kuesioner kebanyakan masyarakat berkunjung ke puskesmas untuk melakukan pemeriksaan. Hal ini menunjukkan adanya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan sangat baik. 3.3 Kesehatan Lingkungan 1. Rumah Di Kecamatan Baturaden , dari 12.004 rumah, yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 74.18 % yaitu 8.905 rumah, rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan sebanyak 3099 rumah. 2. Sampah Untuk Pengelolaan sampah pada Kecamatan Baturaden khususnya di TPA Kemutug Lor tidak difungsikan sebagai TPA, karena letaknya di Kecamatan Baturraden dan berdekatan dengan sumber air, serta berada di

wilayah konservasi alam. Para masyarakat kebanyakan menimbun sampah, karena pengambilan sampah oleh petugas dilakukan seminggu sekali. 3. Pengairan Tabel 3. Banyaknya Prasarana Pengairan Per Desa Di Kecamatan Baturraden No 1 2 3 4 5 6 NamaDesa Pandak Rempoah KemutugKidul Karangsalam KemutugLor Karangmangu DAM 5 5 5 3 5 3 26 Air Terjun 1 4 4 9 Sungai 2 3 3 2 3 1 14 PAM 35 681 18 75 271 1080

Jumlah 4. Sanitasi

Keadaan sanitasi di Kecamatan Baturaden : JSP (Akses Jamban Sehat Permanen) JSSP (Akses Jamban Sehat Semi Permanen ) Sharing (Masih Numpang ke Jamban Sehat) BABS (Masih Buang Air Besar Sembarangan) 3.4 Pelayanan Kesehatan Tabel 4. Banyaknya Sarana Kesehatan PerDesa Di Kecamatan Baturraden No NamaDesa 1 2 3 4 Pandak Rempoah KemutugKidul Karangsalam KemutugLor 6 Karangmangu Pusling PKDPolidesPuskesmas Puskesmas 1 2 1 1 1 1 2 Posyandu 4 11 5 4 5 6 = 6.412 =0 = 198 = 6968

Jumlah

35

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan yang paling penting di Indonesia. Yang dimaksud dengan Puskesmas adalah unit pelaksanaan fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangun kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang

menyelenggarakan kegiatan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu. Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama di Indonesia, pengelolaan program kerja puskesmas berpedoman kepada 4 asas pokok yakni : a. Asas pertanggungjawaban wilayah Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus melaksanakan asas pertanggungjawaban wilayahnya. Artinya, Puskesmas harus bertanggung jawab atas semua masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerjanya. b. Asas peran serta masyarakat Puskesmas harus berupaya mengikutsertakan masyarakat dalam programprogram yang dilakukan oleh puskesmas. c. Asas keterpaduan Puskesmas tidak hanya berkutat pada masalah kesehatan saja, melainkan dapat memadukan dengan program-program di sektor lain. d. Asas rujukan Apabila puskesmas tidak mampu mengatasi suatu masalah kesehatan maka harus merujuk ke sarana kesehatan yang lebih mampu. Untuk pelayanan kedokteran jalur rujukannya adalah rumah sakit. Selain itu, Puskesmas memiliki program Basic Six yang penting dalam Pelayanan kesehatan di puskesmas, diantaranya : a. b. c. d. e. Promosi Kesehatan Kesehatan Lingkungan Upaya Pelayanan Gizi Masyarakat (UPGM) Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak serta KB Pemberantasan Penyakit Menular

f.

Pengobatan Sesuai dengan pernyataan tersebut, pengelolaan program kerja Puskesmas

II Baturaden juga berpedoman kepada 4 asas pokok dan mencanangkan 6 program pokok Puskesmas. Puskesmas II Baturraden merupakan satu-satunya Puskesmas di Kabupaten Banyumas yang memiliki Klinik Keperawatan Terpadu. Klinik ini memberikan pelayanan khusus keperawatan pada individu, keluarga dan masyarakat atau sering disebut Keperawatan Kesehatan Masyarakat, sedangkan di Puskesmas hanya melayani pemeriksaan saja artinya tidak merawat pasien. Jadi Praktek di Klinik Keperawatan Terpadu dengan Puskesmas aplikasinya berbeda.

IV.

ANALISIS MASALAH

4.1 Analisis Masalah Berdasarkan data Puskesmas II Baturraden, sepuluh penyakit dengan jumlah tertinggi di wilayah kerja puskesmas baturraden 2 adalah ISPA, dispesia, hipertensi, dermatitis, mialgia, asma, diare, reumatoid artritis, edem, dan gangguan mata. Berdasarkan data yang kami terima, diare sepanjang tahun 2012 berada pada sepuluh besar penyakit terbanyak yang diderita oleh penduduk di wilayah kerja Puskesmas II Baturraden. Prevalensi diare pada suatu daerah dipengaruhi oleh sistem sanitasi yang buruk sehingga pada keluarga yang memiliki sistem sanitasi yang tidak baik atau memiliki kebiasaan membuang kotoran dengan cara yang tidak saniter akan memiliki resiko lebih besar terkena diare (Wasito, et al., 1989). Selain itu, sumber air minum yang tidak sehat juga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya diare. Pendidikan orang tua yang rendah juga berhubungan dengan peningkatan resiko diare. Status ekonomi juga memiliki hubungan yang bermakna dengan peningkatan kejadian diare (Mubasyiroh, 2010). Melihat banyaknya faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare, kami ingin mengetahui faktor resiko apa saja yang bisa mempengaruhi kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas II Baturraden. 4.2 Perumusan Masalah 1. Apakah faktor lingkungan menjadi faktor risiko kejadian diare di cakupan wilayah kerja Puskesmas Baturraden II? 2. Apakah faktor pengetahuan menjadi faktor risiko kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Baturraden II? 3. Apakah faktor PHBS menjadi faktor risiko kejadian diare di cakupan wilayah kerja Puskesmas Baturraden II? 4. Apakah faktor sosial ekonomi menjadi faktor risiko kejadian diare di cakupan wilayah kerja Puskesmas Baturraden II?

10

4.3

Prioritas Masalah 1. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan memiliki proporsi dalam faktor risiko terjadinya diare di masyarakat Kecamatan Baturraden 2. Pengolahan limbah yang buruk dapat mencemari lingkungan yang akan dapat menjadikan lingkungan tersebut sebagai media tumbuh dan berkembangbiak dari agen penyebab diare. Hal ini dapat mempermudah jalur infeksi agen terhadap manusia. Air minum yang aman merupakan kebutuhan hidup yang esensial, namun juga dapat berperan sebagai media transmisi penyakit diare terutama apabila sumber air sudah tercemar (Wibowo, 2004). Selain itu, faktor pembuangan tinja dengan jamban dan pengolahan sampah yang benar juga berpengaruh pada faktor risiko diare oleh lingkungan. 2. Faktor Sosial Ekonomi Faktor sosial ekonomi merupakan salah satu faktor risiko pada terjadinya penyakit diare di masyarakat. Rendahnya jenjang pendidikan yang dimiliki masyarakat menyebabkan rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap diare, utamanya pada faktor penyebab diare itu sendiri sehingga upaya pencegahan yang dilakukan masyarakat terhadap diare sangat kurang. Kesalahan pada pola pikir serta pemahaman masyarakat terhadap faktor pencetus diare menyebabkan penyimpangan perilaku oleh ketidaktahuan itu sendiri. Misalnya, masih banyak orang yang beranggapan bahwa diare berasal dari makanan yang pedas semata, tanpa berpikir bahwa faktor lain seperti sanitasi dan higiene seseorang juga penting dalam

menjembatani penyakit diare oleh suatu agen. Angka penghasilan masyarakat yang relatif lebih rendah dari angka kebutuhan yang harus diakomodir dari jumlah tanggungan keluarga yang banyak juga menyebabkan masalah. Selain itu, jenis pekerjaan orangtua biasanya berkaitan dengan tingkat pendidikan dan penghasilan (Wulandari, 2010). Orang yang bekerja sebagai pegawai negeri ataupun swasta

11

biasanya memiliki status pendidikan yang tinggi jika dibandingkan dengan buruh atau petani. 3. Faktor Pengetahuan Faktor pengetahuan juga menjadi faktor risiko dalam terjadinya penyakit diare. Rendahnya pengetahuan masyarakat akan pengertian, cara penularan, dan cara mencegah diare menyebabkan tingginya angka kesakitan diare di masyarakat. Diare dapat menular dan terdistribusi dengan cepat apabila masyarakat tidak memiliki pengetahuan tentang penyakit diare serta jalur penularannya untuk segera diberlakukan pencegahan yang tepat terhadap diare. Menurut penelitian, faktor pendidikan kelompok ibu yang memiliki status pendidikan diatas SMP memiliki kemungkinan 1,25 kali lebih baik dalam pemberian cairan rehidrasi oral pada balita dibandingkan dengan kelompok ibu dengan status pendidikan dibawah SD (Wulandari, 2010). Semakin tinggi tingkat pendidikan orangtua, semakin baik tingkat kesehatan yang dimiliki anak. 4. Faktor Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Faktor perilaku masyarakat akan hidup bersih dan sehat berpengaruh pada faktor risiko terjadinya diare di masyarakat. Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kebiasaan mencuci tangan yang baik dan benar masih terbilang rendah terutama pada saat setelah buang air besar dan sebelum serta sesudah makan dimana tangan merupakan media transmisi agen penyebab diare yang mudah untuk menularkan ke hospes lain. Kontak langsung penderita pada host lain, misalnya melalui tangan ke tangan kemudian memegang dan memasukkan makanan tanpa cuci tangan terlebih dahulu, akan meningkatkan risiko penularan kuman penyebab diare (Wulandari, 2010). Selain itu, masih banyak masyarakat yang tidak menggunakan sabun untuk mencuci tangan. Permasalahan menjadi sangat vital ketika kebiasaan tidak mencuci tangan ini membudaya di masyarakat.

12

4.4

Analisis Penyebab Masalah Berdasarkan Tabel 1 jumlah penduduk dalam cakupan wilayah Puskesmas II Baturraden pada tahun 2010 adalah sebesar 47.346 orang. Diperkirakan sebanyak 8,46% dari warga menderita diare setiap tahunnya. Beberapa faktor penyebab terjadinya diare adalah faktor lingkungan, faktor pengetahuan, faktor perilaku bersih dan sehat serta faktor sosial ekonomi. Dalam praktek lapangan blok CHEM III bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang menyebabkan kejadian diare di wilayah Puskesmas II Baturraden. 1. Faktor Lingkungan dengan Kejadian Diare

50%

50%

Baik

Buruk

Gambar 1. Faktor Lingkungan Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa sebanyak 50% responden mempunyai lingkungan yang dikategorikan baik dan 50% responden mempunyai lingkungan yang dikategorikan buruk. Faktor lingkungan meliputi sumber air minum, jenis tempat pembuangan tinja dan perilaku membuang sampah yang mempengaruhi angka kejadian diare di wilayah Puskesmas Baturaden II. Hasil penelitian ini berbeda dengan Wulandari (2009) tentang hubungan antara faktor lingkugan dan faktor sosiodemografi dengan kejadian diare pada balita di Desa Blimbing, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara faktor lingkungan dengan kejadian diare (p=0,001) serta penelitian Hartojo (2003) tentang hubungan faktor-faktor lingkungan keluarga dan kejadian diare di wilayah kerja 13

Puskesmas Langensari, Kabupaten Ciamis yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara keadaan sarana penyediaan air bersih dengan kejadian diare (p=0,027) dan terdapat hubungan antara keadaan jamban dengan kejadian diare (p=0,024). Pada penelitian ini mungkin terjadi bias saat pengambilan data kuesioner dari responden karena data diambil saat responden telah mendapat penyuluhan dari pihak puskesmas atau tenaga kesehatan tentang faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya diare. Sebagai kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar degan tinja akibat masyarakat yang kurang menjaga lingkungan (Depkes RI, 2000). 2. Faktor Pengetahuan dengan Kejadian Diare

30%

70%

Baik

Buruk

Gambar 2. Faktor Pengetahuan Pada hasil penelitian responden yang memiliki pengetahuan tentang diare, cara penularan serta penanggulannya cukup tinggi yaitu sebesar 70%. Hal ini berbeda dengan penelitian deskriptif yang dilakukan oleh Syania (2007) tentang gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku ibu yang memiliki balita terhadap penyakit diare di Keluarahan Sukawarna Wilayah Kerja Puskesmas Sukawarna Kota Bandung yang menyatakan tingkat pengetahuan responden tergolong kurang (53,9%). Seharusnya responden yang mengalami diare memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang pencegahan, penularan dan

14

penganganan diare. Terdapat bias pengambilan data dikarenakan jarak waktu responden menderita diare dengan pengambilan data melalui kuesioner oleh peneliti cukup jauh sehingga responden telah mendapatkan pengetahuan tentang diare tersebut. Menurut

Notoatmodjo (2003), tingkat pendidikan seseorang dapat meningkatkan pengetahuannya tentang kesehatan. Salah satu faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah tingkat pendidikan. Pendidikan akan memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Menurut Widyastuti (2005), orang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebih berorientasi pada tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan yang lebih baik. Tetapi menurut Sander (2005) yang melakukan penelitan tentang hubungan faktor sosio budaya dengan kejadian diare di Kecamatan Sidoarjo mengatakan bahwa tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian diare. 3. Faktor Perilaku Bersih dan Sehat dengan Kejadian Diare

25%

75%

Baik

Buruk

Gambar 3. Faktor Perilaku Bersih dan Sehat Dari gambar 3 tersebut dapat disimpulkan bahwa sebanyak 75% responden memiliki faktor perilaku bersih dan sehat yang masuk ke dalam kategori baik, sedangkan responden yang mempunyai perilaku bersih dan sehat yang buruk hanya sebesar 25%. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2012) tentang

15

faktor risiko kejadian diare balita di sekitar TPS Banaran Kampus Unnes bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara PHBS terhadap kejadian diare (p=0,001). Bias pengambilan data kuesioner mungkin terjadi dikarenakan responden yang sudah terkena diare melakukan pencegahan pada perilaku hidup bersih dan sehatnya untuk mencegah penyakit diare terulang kembali. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior) adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Perilaku kesehatan lingkungan ini meliputi : (1) Perilaku sehubungan dangan air bersih, termasuk di dalamnya komponen, manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan, (2) Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut segisegi higiene, pemeliharaan, teknik dan penggunaannya, (3) Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Termasuk di dalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah yang sehat, serta dampak pembuangan limbah yang tidak baik, (4) Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi, pencahayaan, lantai dan sebagainya, (5) Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk (vektor), dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003). 4. Faktor Sosial Ekonomi

17%

83%

Baik

Buruk

Gambar 4. Faktor Sosial Ekonomi

16

Pada gambar 4 menunjukkan bahwa responden yang memiliki faktor sosial ekonomi baik sebanyak 17% dan yang buruk sebesar 83%. Responden yang terkena diare memiliki faktor sosial dan ekonomi yang buruk dikarenakan keterbatasan mengakses sarana kesehatan yang memadai, penyediaan air bersih untuk dikonsumsi serta tingkat pendidikan yang rendah dari responden sehingga menyebabkan keterbatasan mengakses pengetahuan tentang penyakit diare.

17

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan a. Wilayah kerja Puskesmas II Baturraden meliputi desa Pandak, desa rempoah, desa Karang Salam, desa Karang Mangu, desa Kemutug Kidul dan Kemutug Lor. Di setiap desa tersebut selalu ada warga yang pernah mengalami diare. Presentase penderita diare di wilayah kerja Puskesmas Baturraden sebesar 8,46%. b. Faktor risiko terjadinya diare secara umum dapat dilihat dari faktor lingkungan, faktor pengetahuan, faktor perilaku hidup bersih dan sehat, serta faktor sosial ekonomi. Di wilayah kerja Puskesmas II Baturraden, 50% warga desa nya memiliki lingkungan yang cukup baik dan 50% nya lagi masih belum memiliki lingkungan yang baik. Masyarakat di wilayah cakupan Puskesmas II Baturraden juga sudah memiliki pengetahuan yang cukup baik. Sebesar 70% sudah bsia dikategorikan baik dan 30% nya masih belum baik. Untuk faktor perilaku hidup bersih dan sehat, masyarkata di wilayah ini pun sudah cukup baik, 75% diantaranya sudah menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupans sehari-hari. Untuk sosial ekonomi, 17% diantaranya memiliki sosial ekonomi yang cukup baik. c. Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian, diantaranya adalah ketika pengambilan data, mungkin responden sudah mendapatkan penyuluhan dari pihak puskesmas tentang bagaimana mengatasi kejadian diare ,selain itu, data juga diambil ketika responden sudah tidak mengalami diare sehingga sulit untuk membuktikan bahwa beberapa faktor risiko tersebut merupakan faktor risiko terjadinya diare.

18

5.2 Saran a. Bagi Institusi 1. Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan sebaiknya meningkatkan program kesehatan lingkungan contohnya peningkatan kualitas air bersih, penyediaan tempat pembuangan limbah atau sampah dan meningkatkan promosi kesehatan. 2. Puskesmas Puskesmas sebaiknya meningkatkan kegiatan surveilance dalam pengambilan keputusan penanggulangan penyakit diare bagi masyarakat. Selain itu, sebaiknya puskesmas memliki data rekam medis yang lebih lengkap untuk bisa mendukung kegiatan surveilance ataupun kegiatan lain yang dilakukan. 3. FKIK Penelitian yang dilakukan dapat digunakan sebagai tindak lanjut untuk sarana penelitian bagi para mahasiswa FKIK. b. Bagi Masyarakat 1. Praktek lapangan ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menambah informasi dan pengetahuan bagi tentang peranan sarana kesehatan lingkungan dalam melindungi masyarakat dari diare.

19

DAFTAR PUSTAKA

Ciesla WP, Guerrant RL. Infectious Diarrhea. In: Wilson WR, Drew WL, Henry NK, et al editors. 2003. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. New York: Lange Medical Books. 225 68 Depkes, R. I. 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta: Ditjen PPM dan PL Entjang, I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat, cetakanke XIII. Bandung: PT Citra AdityaBakti. Guandalini, Stefano. 2012. Diarrhea. Chicago: Department of Pediatrics, University of Chicago Medical Center Hartojo, Ade. 2003. Hubungan Faktor-Faktor Lingkungan Keluarga dengan Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Langensari Kabupaten Ciamis, Agustus-September 2003. Thesis. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang (Abstrak). Mubasyiroh, Rofingatul. 2010. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita di Beberapa Regional Indonesia Tahun 2007. BuletinPenelitianKesehatan. Suplemen : 24-31 Notoatmodjo, S. 2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta Riandari,F dan Priyantini,S. 2011. The Length of Stay Difference between Under 5 Years Patient with Acute Diarrhoea Treated With and Without Probiotic : An Analytical Study in RSUD Kota Semarang during the Period January to December 2007. Semarang : Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Sander, M, A. 2005. Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan Kejadian Diare di Desa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo. Jurnal Medika. Vol 2. No 2. Juli-Desember 2005 : 163-193 Sukarni, M. 2002. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan. Bandung : Kanisius Syania, Puti. 2008. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu yang Memiliki Balita Terhadap Penyakit Diare di RW. 03 Kelurahan Sukawarna Wilayah Kerja Puskesmas Sukawarna Kota Bandung. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranantha (Abstrak).

20

Wasito, Sidik, Sri SoewastiSoesanto, & Ida Bagus Indra Gotama. 1989. Dampak Perbaikan Air Minum Pada Kesehatan Anak : Tinjauan dari Segi kejadian dan Hubungannya dengan Kebiasaan Membuang Kotoran dan Sampah. Buletin Penelitian Kesehatan. 16 (4) Wibowo, Tony. 2004. Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Bayi dan Anak Balita di Indonesia. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Widyastuti, P. (ed). 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi 2. Jakarta : EGC Wijaya, Yulianto. 2012. Faktor Risiko Kejadian Diare balita di Sekitar TPS Banaran Kampus Unnes. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang (Diterbitkan). Wulandari, Anjar. 2009. Hubungan Antara Faktor Lingkungan dan Faktor Sosial Ekonomi dengan Kejadian Diare Pada Balita di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (Diterbitkan). Wulandari, Atik Sri. 2010. Hubungan Kasus Diare dengan Faktor Sosial Ekonomi dan Perilaku. Bagian Imu Kesehatan Masyarakat. Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

21

Lampiran 1. Kuesioner DAFTAR PERTANYAAN FAKTOR RISIKO DIARE PUSKESMAS II BATURADEN BULAN NOVEMBER 2012 Pewawancara :

Hasil/tgl wawancara : No. ID Paraf tutor : :

IDENTITAS PENDERITA Nama Jenis Kelamin Jumlah saudara kandung TTL Alamat Jumlah penghasilan keluarga : : : : : :

IDENTITAS ORANG TUA/RESPONDEN Ayah Nama Usia Pekerjaan Pendidikan terakhir Jumlah tanggungan Ibu Nama Usia Pekerjaan Pendidikan terakhir : : : : : : : : :

22

Lingkari jawaban yang anda pilih (Jawaban diperbolehkan lebih dari 1) FAKTOR RISIKO A. FAKTOR LINGKUNGAN (ENVIROMENTAL FACTORS) 1. Darimana sumber air untuk keperluan sehari-hari a. Air PAM b. Sumur pompa c. Sumur gali d. Air kemasan e. Sungai f. Lain-lain 2. Bagaimana keadaan air sebelum anda pergunakan a. Jernih b. Berbau c. Keruh d. Berasa e. Lain-lain 3. Apakah jenis air minum yang anda gunakan a. Air isi ulang b. Air yang dimasak c. Air yang tidak dimasak 4. Apakah anda mempunyai jamban di rumah a. Ya b. Tidak 5. Jika anda tidak mempunyai jamban di rumah, dimanakah tempat anda MCK a. WC umum b. Sungai c. Kebun d. Empang 6. Jikaya, jenis jamban apa yang digunakan? a. Leherangsa b. Cemplung atau lubang gali

23

c. Sungai atau tanah 7. Apakah jamban anda mempunyai lantai kedap air a. Ya b. Tidak 8. Berapakah jarak jamban dari sumber air minum terdekat a. > 10 meter b. < 10 meter c. Tidak tahu 9. Apakah ada tempat pembuangan sampah di rumah a. Ya b. Tidak 10. Apabila tidak, dimana sampah dibuang? a. Ditimbun b. Sembarang tempat c. Dibakar d. Dibuang ke sungai 11. Apakah tempat sampah tertutup? a. Ya b. Tidak 12. Berapa kali tempat sampah dikosongkan? a. 1x 24 jam b. 1 kali dalam 2 hari c. Semaunya 13. Berapa jumlah penghuni dalam satu rumah a. Satu b. Dua c. Tiga d. Lain lain,.. 14. Berapa jumlah kamar dalam satu rumah a. satu b. dua c. tiga

24

d. Lain lain ,.. B. PENGETAHUAN PASIEN TERHADAP PENYAKITNYA 1. Apakah pendidikan terakhir anda a. Tidak sekolah b. Sekolah dasar (SD) c. Sekolah Menengah Pertama (SMP) d. Sekolah Menengah Atas (SMA) e. Universitas 2. Apakah anda tahu tentang diare? a. Ya b. Tidak 3. Anda mengetahui diare dari siapa? a. Keluarga b. Saudara c. Puskesmas atau balai pengobatan d. Media cetak atau elektronik e. Tetangga f. Lain-lain....................................... 4. Menurut anda penyakit diare disebabkan oleh apa? a. Bakteri b. Virus c. Jamur d. Cacing e. Tidak tahu 5. Menurut anda apakah penyakit diare itu berbahaya? a. Ya b. Tidak 6. Apakah anda tahu gejala awal diare seperti apa? a. Berak encer lebih dari 3 kali dalam sehari b. Berak kurang dari 3 kali dalam sehari c. Tidak tahu

25

7. Apakah sebelumnya ada anggota keluarga anda yang memiliki gejala di atas? a. Ya b. Tidak 8. Menurut anda, selain penyebab di atas (bakteri, virus, dll) adakah hal lain yang bisa menyebabkan diare? a. Keracunan makanan/minuman b. Kurang gizi c. Alergi susu d. Sistem imun menurun e. Tidak tahu f. Lain-lain . 9. Apakah anda mengetahui cara penularan diare? a. Ya b. Tidak 10. Jika ya, menurut anda apakah yang dapat menjadi penyebab penularan diare? a. Dari makanan/minuman yang terkontaminasi tinja/muntahan penderita diare b. Tidak cuci tangan setelah melakukan kegiatan MCK c. Tidak tahu d. Lain-lain 11. Apakah menurut anda diare berbahaya? a. Ya b. Tidak 12. Jika ya, apakah menurut anda diare dapat menyebabkan kematian? a. Ya. b. Tidak 13. Jikaiya, apa yang menyebabkan kematian a. Dehidrasi b. Infeksi c. Lain lain,..

26

14. Menurut anda apa tindakan awal untuk penderita diare? a. Istirahat b. Minum air minum yang banyak c. Minum oralit d. Minum obat warung e. Dibawa ke Pelayanan Kesehatan f. Dibawa ke dukun g. Dibiarkan 15. Apakah anda tahu apa yang dimaksud dengan oralit? a. Ya b. Tidak 16. Menurut anda, bagaimana cara menanggulagi diare? a. Dibiarkansaja b. Istirahat yang cukup c. Diberioralit d. Dibawakepelayanankesehatan e. Dibawakedukun 17. Menurut anda apakah diare bisa dicegah a. Ya b. Tidak 18. Apakah pada waktu kecil pernah mendapatkan vaksin atau imunasasi a. Ya b. Tidak C. FAKTOR PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) 1. Apakah anda menderita diare? a. Ya b. Tidak 2. Jika ya, kapan terakhir anda menderita diare? a. Kurang dari 1 bulan yang lalu b. Lebih dari 1 bulan yang lalu c. Lain-lain (sebutkan)......................... 3. Apakah anda menyediakan sabun di jamban anda?

27

a. Ya b. Tidak 4. Apakah anda biasa mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar? a. Ya b. Tidak 5. Apakah anda mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah makan? a. Ya b. Tidak 6. Apakah anda mengetahui cara mencuci tangan yang benar? a. Ya b. Tidak 7. Dimana biasanya anda buang air besar? a. WC b. Sungai 8. Darimana sumber air yang anda pakai untuk mencuci piring, memasak, dan minum? a. PAM b. Sumur, lain-lain 9. Bila dari sumur, apakah jarak sumur ke sungai minimal adalah 10 m? a. Ya b. Tidak 10. Apakah anda biasa menutup makanan dengan tudung saji? a. Ya b. Tidak 11. Apakah tersedia tempat sampah di dalam atau luar rumah? a. Ya b. Tidak 12. Bila responden anak, apakah orang tua memberikan ASI ekslusif (ASI sajatanpamakananpendamping ASI) sampai berusia 6 bulan? a. Ya b. Tidak 13. Jika Tidak, apakah bayi diberi makanan pengganti ASI?

28

a. Ya b. Tidak 14. Apakahjenismakananpendamping ASI yang andaberikan a. Air putih b. Buah buahan c. Sayur sayuran d. Jajanan (biskuit) e. Lain lain, 15. Apakah suka membeli makanan/jajanan di pinggir jalan? a. Ya b. Tidak 16. Apakah anda mengkonsumsi air matang untuk minum? a. Ya b. Tidak 17. Apakah buah/sayur yang hendak diolah telah dicuci bersih? a. Ya b. Tidak

18. Apakah makanan selalu habis sekali masak? a. Ya b. Tidak 19. Apakah makanan sisa dipanaskan kembali sebelum dimakan? a. Ya b. Tidak 20. Bila pasien usia 0-18 bulan, apakah suka memasukkan mainan ke dalam mulut? a. Ya b. Tidak D. FAKTOR SOSIAL EKONOMI 1. Pendidikan tertinggi responden:
a) Tidak tamat SD b) Tamat SD

29

c) Tamat SMP atau lebih

2. Pekerjaan pokok: a) Petani, buruh b) Karyawan swasta c) PNS, BUMN 3. Penghasilan keluarga rata-rata/bulan a) Rp 650.000,b) Rp 700.000-1.500.000,c) Rp>1.500.000 4. Jumlah anggota keluarga a) >3 orang b) 3 orang c) 2 orang 5. Kepemilikan barang a) 0 b) 1-7 c) >7 6. Bahan bakar a) arang/kayu b) minyak tanah c) gas/listrik 7. Sarana air minum a) Di luar rumah b) Di pekarangan c) Di rumah 8. Luas lantai a) <30 m2 b) 30-69 m2 c) >70 m2

30

Anda mungkin juga menyukai