Bidah Murtad
Kafir
Dalam kitab Tarikh Najd: 13, Ibn Ghannam menyebutkan kondisi kaum muslimin sebelum Muhammad bin Abdul Wahhab berdakwah sebagai berikut :
Terjemah: Keadaan kaum muslimin sebelum tegaknya dakwah syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab: Konon mayoritas umat muslim di kurun 12 Hijriah telah jatuh pada kesyirikan dan kembali pada kejahiliahan. Telah padam cahaya petunjuk dalam diri mereka akibat kebodohan yang mendominasi mereka dan telah dikuasai oleh hawa nafsu dan kesesatan. Maka mayoritas kaum muslimin itu telah mencampakkan kitab Allah ke punggung mereka, mengikuti apa yang dilakukan datuk-datuk mereka dari kesesatan. Mayoritas kaum muslimin itu menyangka datuk mereka lebih mengetahui kebenaran dan lebih mengetahui jalan kebenaran (Tarikh Najd : 13)
Keterangan:
Yang wahabi maksud dengan kesyirikan adalah berziarah kepada makam-makam orang-orang shalih dan bertawassul kepada para nabi dan orang shalih baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat.
Lihat bagaimana kaum wahabi begitu berani memvonis demikian, padahal saat itu banyak para ulama yang melakukan perbuatan-perbuatan tersebut dan juga tidak menysirikkan kaum muslimin yang melakukan hal itu.
Dan sungguh kesesatan ini telah menyebar luas dan menyeluruh kepada negeri-negeri kaum muslimin (Tarikh Najd : 14)
*) Penjelasan: Kalimat AMMA bermakna merata dan menyeluruh ditambah kalimat KAAFFAH sebagai keadaan yang bermakna mencangkup secara keseluruhan. Artinya sebelum kedatangan dakwah Muhamamad bin Abdul Wahhab seluruh negeri kaum muslimin telah musyrik dan sesat tanpa terkecuali dan hanya golongan wahabi yang bertauhid. Naudzu billah!!!
Maka renungkanlah apa yang disebutkan imam ini (Muhammad bin Abdul wahhab) tersebut dari berbagai macam kesyirikan besar (menyebabkan murtad) yang terjadi di zaman beliau yang dilakukan orang-orang yang mengaku marifah dan din (ulama) dan dari orang-orang yang menyandang fatwa (Mufti) dan kepenguasaan (penguasa). Akan tetapi syaikh telah memperingatkan mereka atas yang demikian dan menjelaskan bahwa ini termasuk kesyirikan yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya. Maka sadarlah orang yang mau menerima peringatan itu, berrtaubat pada Allah dan mengetahui kesyirikan, kesesatan dan penolakan kebenaran yang terjadi (Ibn Ghannam, Tarikh Najd : 69)
Wahabi Mengkafirkan Seluruh Penduduk Mesir, Irak, Amman, Syam, dan Yaman
Penduduk Mesir kafir karena mereka menyembah Ahmad al-Badawi. Penduduk Irak dan Amman kafir karna mereka menyembah Abdul Qadir Al-Jilani, dan Penduduk Syam kafir karna mereka menyembah Ibn Arabi, demikian juga penduduk Nejd dan Hijaz sebelum munculnya dakwah Wahabi dan begitu juga penduduk Yaman juga kafir (Lihat catatan kaki kitab Fath al-Majid yang ditulis oleh Ibn Baz, cetakan Dar Ulin Nuha, hal. 216-217)
Wahabi Mengkafirkan Orang Yang Membaca Dzikir Shalawat 10000x atau Laa Ilaaha illallah 1000x
Husam al-Aqqad wahabi yang anti dzikir dalam kitab Halaqat Mamnuah mengkafirkan orang yang membaca Dzikir Shalawat sebanyak 10000 kali atau membaca Dzikir Laa Ilaaha Illallah 1000 kali.
Artinya: Ada hal yang lebih buruk dari itu semua yaitu dari kalangan mereka (orang-orang kafir) ada yang menuliskan karya -yang termasuk- dalam agama orang-orang musyrik dan murtad dari agama Islam, sebagaimana halnya al-Razi menulis bukunya tentang penyembahan gugusan bintang dan dia (al-Razi) menggunakan dalil-dalil untuk -mendukung- kebaikan dan manfaat dari karyanya sekaligus dia menganjurkan untuk hal itu (mempelajari dan mengambil manfaatnya). Hal ini -seperti apa yang dilakukan al-Razi- berdasarkan kesepakatan umat muslim adalah murtad dari agama Islam, meskipun pada akhirnya dia balik ke agama Islam.
Semenjak kapan Imam al-Razi menulis buku penyembahan gugusan bintang!? Ini jelas sekali tuduhan lantaran kedengkian dan berburuk sangka sebelum memahami apa yang ditulis oleh Imam al-Razi.
Fathu al-Baari Syarh Shahih Bukhari lil Imam Ibn Hajar al-Atsqalani
Hadits Nabi yang shahih dalam Fath al-Baari, tertera bahwa Sahabat Nabi bernama Bilal al-Harits al-Muzany telah melakukan amalan tawassul yaitu meminta hujan dari Allah dengan bertawassulkan nabi (dinamakan istisqo')
Dalam catatan kaki yg ditulis oleh Ibn Baz, tertulis: SESUNGGUHNYA APA DILAKUKAN OLEH LELAKI INI YAITU SAHABAT NABI MUHAMMAD (BILAL) ADALAH PERBUATAN MUNKAR DAN PERANTARA MENUJU SYIRIK. Perhatikanlah!! Wahabi dengan jelas mengkafirkan sahabat Nabi karna menghukumi MUSYRIK!!
Kaum Wahabi sangat anti terhadap takwil, mereka mengingkari takwil secara mutlak; walaupun takwil tersebut takwil yang baik (terpuji), bahkan mereka mengatakan bahwa yang melakukan takwil sama dengan merombak dan menghancurkan al Quran.
Imam al-Bukhari melakukan ta'wil terhadap ayat 88 surah al-Qashash , tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah". (al-Qashash: 88)". Maksud `illa wajhah, adalah `illa mulkahu (kecuali kekuasaan-Nya) (Shahih al-Bukhari).
Akan tetapi Syaikh Al-Albani mengkritik keras takwilan ini lalu berkata : (( )) Ini sepatutnya tidak dituturkan oleh seorang Muslim yang beriman!
Menurut Wahabi: Imam Nawawi dan Ibnu Hajar Atsqalani Bukan Ahlussunnah Wal Jamaah!!
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin (ulama wahabi) berkata: "Mengenai pegangan Nawawi dan Ibnu Hajar dalam Asma Was Sifat (yaitu akidah) mereka berdua bukan dikalangan Ahlus Sunnah Wal Jamaah
Liqa Al-Babil Maftuh hal. 42-43 soal-jawab ke 373 cetakan Darul Watan LinNasyr.
Berarti kaum wahabi telah menjadikan seluruh manusia sebagai anak zina, karna menurut mereka Nabi Adam kawin dengan Hawa yang syirik itu. Naudzubillah!!
Katakanlah (hai Muhammad) : Biarlah setiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing, karena Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih lurus (jalan yang ditempuhnya). (Al-Isra : 84)
.janganlah kamu merasa sudah bersih, Dia (Allah) lebih mengetahui siapa yang bertaqwa. (An-Najm : 32) Barangsiapa yang berkata kepada saudaranya, hai orang kafir, maka kata itu akan menimpa salah satunya. Jika benar apa yang diucapkan (berarti orang yang dituduh menjadi kafir); jika tidak, maka tuduhan itu akan menimpa orang yang menuduh. [HR Muslim].
Terimakasih kepada: - Ibn Abdillah Al-Katiby - El Wafi - M. Luqman - Segenap kru Himmah Salaf