Anda di halaman 1dari 43

2.

TINJAUAN DATA

2.1.

Tinjauan Perpustakaan Anak secara Umum Perpustakaan ideal bagi anak-anak adalah perpustakaan yang menyediakan

segala informasi dan sarana eksplorasi bagi anak-anak namun tetap menjamin keamanan dan kenyamanan mereka. Dalam hal sarana dan prasarana, gedung dan ruang perpustakaan umum diharuskan memenuhi standar yang berlaku, yaitu: Perpustakaan harus memiliki ruangan yang sekurangkurangnya dapat menampung koleksi bahan perpustakaan, ruang baca yang berkapasitas minimal 10 orang pembaca, ruang jasa/sirkulasi dan ruang kegiatan operasional stat perpustakaan. Lokasi dan posisi ruang perpustakaan harus mudah diketahui dan dijangkau penggunanya serta memperoleh pencahayaan dan sirkulasi udara yang cukup efektif dan nyaman. Ruang perpustakaan harus memiliki lantai yang mampu mendukung beban Denah tata ruang (layout) perpustakaan perlu dipaparkan pada tempat yang Menurut Gonzalo Oyarzunm (2009), perpustakaan anak adalah tempat dimana anak-anak dapat bermain, merasakan kebebasan untuk memilih, mengeksplorasi dan mengetahui; di mana orang tua dan anak-anak dapat berkomunikasi dan memahami satu sama lain. Perpustakaan adalah tempat intim dimana anak-anak dapat bertemu dan berinteraksi, menerima dan menghargai perbedaan; sebuah lingkup dimana pengajar dan anak-anak dapat belajar bersama; area multimedia dan interaktif dimana anak-anak memiliki akses bebas untuk membaca, menggunakan teknologi up to date, beraktivitas, berinteraksi dengan professional, menggunakan perabot yang nyaman dan berbagai infrastruktur seni didesain dengan skala anak-anak. Desain interior untuk anak-anak dan remaja harus memikirkan bagaimana mereka melihat dan menggunakan ruang tersebut, interaksi yang dinamis dalam
13 Universitas Kristen Petra

minimal 300 kg per meter persegi. mudah terlihat oleh pengunjung perpustakaan.

sebuah interior ruang dan elemen terkait di dalamnya akan mempengaruhi kehidupan mereka sehari-hari. 2.1.1. Persyaratan Perancangan Perpustakaan 1. a. Syarat-syarat Efisiensi Berkaitan dengan konektivitas dan sirkulasi pengguna dan ruang tergantung pada kebutuhan, sifat dan fungsi ruang (aktivitas yang dilakukan di dalamnya). b. Ketenangan Ketenangan merupakan syarat mutlak pada perpustakaan, terutama pada ruang baca. Untuk mengatasinya dapat menggunakan bahan yang menyerap bunyi dan aplikasi jendela yang tidak terlalu lebar. c. Kenyamanan Berkaitan dengan suasana secara keseluruhan, baik dari elemen interior maupun sistem utilitas. Sedapat mungkin menggunakan AC, selain untuk kenyamanan juga baik untuk penyimpanan koleksi. Penataan yang baik dapat menciptakan sirkulasi yang baik. d. Penerangan Penerangan sebaiknya merata dan menggunakan lampu yang yang perlu dipenuhi dalam perancangan gedung perpustakaan:

pemantulannya rendah. Pencahayaan dengan sinar matahari langsung tidak baik karena dapat mempercepat kerusakan koleksi perpustakaan. e. Keamanan Perlunya sistem proteksi kebakaran, pintu darurat, sprinkler, dan sebagainya. Untuk keamanan koleksi, perlu dihindari tempat lembab dan panas langsung. f. Estetika Berhubungan erat dengan kenyamanan pengunjung. Perlu ada keserasian warna, bentuk, tata letak dan dekorasi ruang. 2. Penataan Perabot Penempatan perabot harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

14 Universitas Kristen Petra

a.

Ruangan Fungsi ruang dan tempat yang tersedia harus diperhatikan. Fungsi ruang

berkaitan dengan kegiatan perpustakaan, sedangkan tempat yang tersedia berkaitan dengan penentuan kesesuaian perabot. b. Keleluasaan gerak Penempatan perabot hendaknya tidak menghambat gerak antar pemakai perpustakaan maupun petugas. c. Estetika Penempatan perabot harus menambah suasana ruangan lebih menarik sehingga memberi kenyamanan. d. Efisiensi Perabot harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah dijangkau dan digunakan dalam kegiatan yang diinginkan. 2.1.2.Sistem Katalogisasi Koleksi (DDC) Penggolongan koleksi menurut sistem Melvin Dewey (sistem DDC, Dewey Decimal Classification), untuk perpustakaan anak-anak menggunakan kode warna (Baird 62) sebagai berikut: 000 100 200 300 400 500 600 700 800 900 Karya umum / referensi Filsafat Agama Ilmu sosial Bahasa Ilmu murni / sains Ilmu terapan / teknologi Kesenian Kesusastraan Sejarah & Geografi (hijau) (oranye) (coklat) (kuning) (merah) (ungu) (merah muda) (biru) (tanpa warna) (hitam)

2.1.3. Jenis Koleksi Perpustakaan Anak Jenis koleksi perpustakaan dapat dibagi tiga, yaitu: 1. Koleksi cetak, meliputi: surat kabar, majalah, selebaran, buku.
15 Universitas Kristen Petra

2. 3.

Koleksi terekam, meliputi: slide, film, CD, DVD. Koleksi non-cetak maupun non-rekam, antara lain: model, globe, mainan anak, bunga kering, dan lain-lain. Koleksi layanan anak meliputi buku serial dan bahan lainnya seperti

mainan anak (lego, puzzle, balok, dan mainan mendidik lain). Ada pula layanan khusus untuk anak-anak yang bertujuan mengembangkan imajinasi, meningkatkan minat dan memberikan sarana rekreasi yang mendidik. Antara lain: bimbingan membaca, storytelling, pertunjukan film, mainan anak, dan layanan khusus anak penyandang cacat. Menurut definisi Asosiasi Perpustakaan Amerika, buku anak adalah buku yang sesuai dengan tingkat kemampuan membaca dan minat anak-anak dari kelompok
1.

umur

tertentu

atau

tingkatan

pendidikan.

Nancy

Anderso n

mengelompokkan bacaan anak menjadi enam kategori: buku bergambar (pengenalan konsep seperti huruf, angka, warna, buku dengan kalimat yang berirama dan berulang, buku bergambar tanpa katakata, dan buku cerita bergambar) 2. 3. 4. 5. 6. sastra tradisional (mitos, dongeng, cerita rakyat, legenda, sajak) fiksi (fantasi, fiksi modern, fiksi sejarah) biografi dan autobiografi ilmu pengetahuan puisi dan syair. Koleksi pustaka anak dibagi menjadi dua yaitu untuk kesenangan dan pembelajaran. Jenis-jenis koleksi pustaka anak ini dapat mempengaruhi sirkulasi ruang dan alur aktivitas anak, serta sirkulasi shelving pada ruang koleksi. 2.2. Tinjauan Singkat Konsep Children Day Care Children day care adalah konsep pelayanan umum yang berfungsi sebagai tempat penitipan anak bagi anak-anak dengan orang tua yang bekerja. Fasilitas children day care ini menyediakan prinsip-prinsip pendidikan di luar sekolah. (www.depdiknas.go.id).
16 Universitas Kristen Petra

Perbedaan antara children day care dan fasilitas umum lain yang ditujukan untuk anak adalah jenis pelayanan mereka. Pelayanan terpenting yang disediakan di sebuah children day care adalah pelayanan dan pengawasan penuh yang diberikan oleh staf-staf, baik dalam hal keamanan, kenyamanan dan pembelajaran anak. Setiap kegiatan anak yang dilakukan di dalam merupakan pusat perhatian penuh dan tujuan utama dari fasilitas ini adalah perkembangan kesejahteraan anak, bukan hanya sebagai tempat singgah melainkan tempat untuk berkembang. Umumnya, kegiatan dan fasilitas yang tersedia di sebuah children day care didominasi oleh permainan-permainan yang menunjang aktivitas perkembangan otak mereka dengan pengawasan orang dewasa. 2.3. Tinjauan Umum Anak-anak usia 6-12 tahun Anak-anak usia 6 12 tahun adalah anak-anak yang mengalami masa transisi terpenting dalam masa kehidupan mereka, dari balita yang egosentris menjadi anak yang siap dididik hingga menjadi anak dengan kemampuan sosial yang tinggi. Karakter anak usia sekolah dasar / school child (usia 6 12 tahun), antara lain, anak mulai mengenal kompetisi dan sudah lebih mampu berpikir. Anak pada usia ini mampu berpikir terbalik, berpikir simbolik, memahami ruang dan ukuran serta beberapa kemajuan lain. Usia sekolah merupakan masa belajar untuk menguasai keterampilan teknis. Anak-anak pada usia ini cenderung menyukai permainan yang mengandalkan peraturan dan aksi daripada keterampilan, sangat ingin tahu mengenai dunia dan makhluk hidup di sekitarnya, suka dengan tantangan, mulai pemilih dalam hal bersosialisasi dan terkadang menyukai waktu privat, walaupun menyukai kelompok bermain mereka sendiri. 2.3.1. Aspek Perkembangan Anak
(Sumber: http://zhuldyn.wordpress.com/perkembangan-berpikir-anak-sd/, Desember 2011).

Perkembangan yang dialami anak dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: 1. Perkembangan fisik Perkembangan fisik ini meliputi pertumbuhan tinggi dan berat badan. tubuh yang membentuk postur tubuh, pertumbuhan tulang, gigi, otot dan lemak. Pertumbuhan dan perkembangan fisik anak menentukan keterampilan anak dalam bergerak. Pertumbuhan dan perkembangan mempengaruhi cara memandang
17 Universitas Kristen Petra

dirinya sendiri dan orang lain, yang berdampak dalam melakukan penyesuaian dengan dirinya dan orang lain. a. Pertumbuhan tinggi Perttumbuhan tinggi badan setiap anak berbeda-beda tetapi mengikuti pola yang sama. Saat berusia 5 tahun tinggi tubuh anak 2x dari tinggi atau panjang tubuh saat lahir kemudian mealambat 7 cm setiap tahun. b. Perkembangan berat tubuh Anak berusia 6-12 tahun memiliki berat rata-rata 35-40 kg dan mengalami periode lemak. 2. a. Perkembangan intelek Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun), anak-anak mengalami dua tahap: Konkret Operasional (6-11 tahun) Anak sudah mampu berpikir konkrit dalam memahami sesuatu sebagaimana kenyataannya, mampu mengkonservasi angka, serta memahami konsep melalui pengalaman sendiri dan lebih objektif. b. Formal Operasional (11-12 tahun) Anak sudah dapat berpikir abstrak, hipotesis dan sistematis mengenai sesuatu yang abstrak dan memikirkan hal-hal yang akan dan mungkin terjadi. Anak mampu meninjau masalah dari berbagai sudut pandang dan mempertimbangkan alternatif dalam memecahkan masalah, bernalar berdasarkan hipotesis, menggabungkan sejumlah informasi secara sistematis, menggunakan rasio dan logika dalam abstraksi, memahami, dan membuat perkiraan masa depan. 3. Perkembangan minat Minat adalah kekuatan yang mendorong anak untuk memperhatikan, merasa tertarik, dan cenderung senang terhadap suatu aktivitas sehingga mereka mau melakukan aktivitas tersebut dengan kemauannya sendiri. Pada periode usia ini (6-12 tahun), minat anak terhadap sesuatu lebih tergantung pada pengaruh teman sebayanya. Mereka lebih cenderung ikut-ikutan dalam melakukan suatu kegiatan (pengaruh lingkungan). Pada dasarnya mereka lebih mempunyai minat yang tinggi kepada suatu aktivitas yang menarik perhatian mereka dan yang memberi kesenangan bagi mereka. 4. Perkembangan bahasa
18 Universitas Kristen Petra

Keterampilan dalam berbahasa memiliki 4 aspek yaitu: a. Keterampilan mendengarkan Kemampuan memahami bunyi bahasa, perintah, dongeng, drama, petunjuk, denah, pengumuman, beruta, dan konsep materi pelajaran. b. Keterampilan berbicara Kemampuan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan mengenai perkenalan, tegur sapa, pengenalan benda, fungsi anggota tubuh, kegiatan c. d. bertanya, percakapan, berita, deklamasi, memberi tanggapan, pendapat/saran, dan diskusi. Keterampilan membaca Ketrampilan memahami teks bacaan melalui membaca intensif dan sekilas. Keterampilan menulis Kemampuan menulis permulaan, dikte, mendeskripsikan benda,

mengarang, menulis surat, undangan, dan ringkasan paragraf. Anak mulai membangun kosakata yang biasanya merupakan kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata merangkai/pengganti dari apa saja yang dijumpai anak dalam kehidupan sehari-hari khususnya mengenai warna, waktu, uang, dan kata populer. 2.3.2. Cara Belajar Anak Sekolah Dasar
(Sumber: http://zhuldyn.wordpress.com/perkembangan-berpikir-anak-sd/, Desember 2011).

Ccara belajar adalah bagaimana seseorang menangkap, mengerti, memproses, mengungkapkan, dan mengingat suatu informasi. Pemahaman tentang suatu objek berlangsung melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi yaitu menghubungkan objek baru dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran, sedangkan akomodasi adalah proses memanfaatkan konsep-konsep yang sudah ada dalam pikiran untuk menafsirkan objek baru. 1. Tahapan belajar anak sekolah dasar Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:

19 Universitas Kristen Petra

a.

Konkret. Konkret mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang

konkret yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. b. Integratif Pada tahap usia sekolah dasar, anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian. c. Hierarkis Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi. 2. a. Macam-macam cara penerimaan informasi anak sekolah dasar Ada tiga cara seseorang anak menerima sebuah informasi: Melalui indra penglihatan/ visual Anak-anak visual umumnya senang dengan hal-hal yang dapat dilihat, termasuk melihat bagaimana sesuatu hal dikerjakan. Anak-anak visual berpikir dalam bentuk visual dan lebih cepat mengerti jika melihat tampilan gambar misalnya diagram, buku bergambar, transparansi, video presentasi dan flipchart yang berwarna. Cara belajar orang-orang visual sering disebut sebagai Tunjukkan Caranya/Show Me. Ciri-ciri anak visual: Senang bereksperimen dengan warna Senang menonton Sering melamun terutama saat kegiatan verbal Lebih banyak mengamati daripada berbicara Lebih mudah mengingat dengan melihat gambar Umumnya rapi dan bisa memadukan warna
20 Universitas Kristen Petra

Sering

menggunakan

kata-kata

yang

berhubungan

dengan

indra

penglihatan, misalnya Kelihatannya Beberapa ide agar anak-anak yang cenderung visual dapat belajar dengan lebih baik: b. Pilihan buku dengan gambar yang berwarna-warni. Menonton video dan melihat foto. Mewarnai, menggambar dan membuat kolase atau kliping. Menggunakan flash card untuk belajar warna, bentuk, pola, huruf dan angka. Melalui indra pendengaran/ auditorial Anak-anak auditorial menggunakan bahasa secara efektif untuk

menggambarkan sesuatu dengan kata-kata. Fokus mereka adalah pada perkataan dan suara. Mereka memiliki kemampuan yang baik dalam melakukan sintesis informasi. Anak-anak auditorial menginterpretasikan arti yang tersirat dari suatu perkataan dengan mendengarkan nada suara, tinggi rendahnya nada, kecepatan berbicara, intonasi, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan bunyi. Ciri-ciri anak auditorial: Senang mendengar musik/irama. Sensitif terhadap keributan atau suara yang keras. Bisa mengikuti pembicaraan yang sedang berlangsung walaupun terlihat tidak memperhatikan. Senang dengan peralatan yang bisa mengeluarkan bunyi, misalnya MP3 player atau iPod. Sering menggunakan kata-kata yang berkaitan dengan indra pendengaran. Misalnya, Kedengarannya Beberapa ide agar anak-anak yang cenderung auditorial dapat belajar dengan lebih baik: Mendengarkan musik dan memasukkan unsur musik dalam topic yang Berbicara dan bercerita dengan nada tenang yang teratur dan gunakan nada sedang dipelajari misalnya irama atau lagu tertentu untuk mengingat sesuatu. yang berbeda untuk menekankan suatu topik. Anak auditorial mampu menangkap

21 Universitas Kristen Petra

tingkat kepentingan suatu topic dengan nada tinggi dan rendah yang digunakan oleh pengajar mereka. c. Melalui indra peraba/ kinestetik Anak-anak yang cenderung kinestetik adalah anak-anak yang perlu terlibat secara fisik dalam sebuah proses. Mereka tidak akan mendapatkan apa-apa dari sebuah proses yang isinya hanya duduk, diam, dan dengar. Pembelajaran dari pengalaman adalah cara paling efektif untuk menarik perhatian mereka. Anak-anak kinestetik senang bergerak. Agar anak-anak kinestetik tertarik, yang perlu kita lakukan adalah membuat aktivitas yang memaksa mereka bergerak, membuat latihan dimana mereka membuat dan melakukannya sendiri. Ciri-ciri anak kinestetik: Senang bergerak dan tidak bisa duduk diam di dalam kelas. Mau mencoba hal baru. Tangannya tidak bisa diam dan selalu mencoba untuk memegang sesuatu. Mencari sesuatu barang dengan meraba. Sensitif terhadap lingkungan yang terlalu panas atau dingin. Sering menggunakan kata-kata berdasarkan perasaan. Misalnya,Rasanya Beberapa ide agar anak-anak yang cenderung kinestetik dapat belajar dengan lebih baik: Menari menggunakan lagu dengan irama yang menyenangkan. Memasak: proses anak berkreasi dan belajar mengukur, menghitung, membaca sambil mengaduk sesuatu. Pekerjaan tangan (art & craft): menggunting, menempel, menggambar, finger painting, membuat sesuatu dengan play dough. Menggunakan metode hands-on dimana anak harus mecoba melakukan sesuatu sendiri dan bukan hanya menyaksikan demo. Walaupun ketiga indra tersebut selalu digunakan bersamaan dalam menerima sebuah informasi, umumnya ada satu cara yang lebih disukai ( preferred style of learning).

22 Universitas Kristen Petra

2.4.

Antropometri Anak Perancangan perpustakaan yang ditujukan untuk anak haruslah memenuhi

persyaratan kriteria antropometri anak dalam pencapaian desain yang universal bagi anak. Antropometri ini adalah ukuran rata-rata untuk anak-anak baik laki-laki dan perempuan, karena saat anak-anak perbedaan fisik anak lelaki dan perempuan tidak terlalu berbeda jauh. Berikut antropometri anak secara umum: Tabel 2.1 Antropometri Anak.
Fokus Anak usia 6-12 tahun Tinggi anak Ketinggian mata Jarak jangkauan tangan pada lebar meja (posisi berdiri) Kedalaman tempat duduk (lebar kursi) Ketinggian tempat duduk (tinggi kursi) Ukuran (cm) 100 - 160 95 - 155 46 - 68 25 - 45 27 - 42

Sumber: Ruth (2000, p. 165).

Gambar 2.1 Ukuran Tinggi Rak Anak. Sumber: Thompson (1974, p. 4-2) 2.5. Elemen Interior dan Sistem Utilitas Perpustakaan Anak Sistem interior pada perpustakaan anak: 1. Penataan ruang dan sirkulasi (tata layout) Beberapa poin yang menjadi pedoman penataan ruang perpustakaan:

2.5.1. Elemen Interior Perpustakaan Anak

23 Universitas Kristen Petra

Ruang (clearance) antar rak buku harus simpel, agar fleksibel untuk penambahan rak bila ada pertambahan koleksi. Lobby, koridor, area baca, dan ruang pertemuan dapat dirancang semenarik mungkin tetapi area untuk koleksi harus tetap jelas. Dalam hal display, perpustakaan sedikit banyak memiliki kesamaan dengan toko buku, yaitu harus menarik dan fleksibel untuk pendesainan ulang (redesign).

Nonassignable space, seperti koridor, tangga, lift, toilet, ruang teknis) tidak boleh melebihi 25% dari total ruang (15% untuk koridor dan area sirkulasi, 10% untuk toilet, ruang teknis dan detail estetik). Apabila nonassignable space melebihi 25% akan menyebabkan: Lebih banyak berjalan, jarak-jarak lebih jauh Sulit dalam pengontrolan Membutuhkan lebih banyak penjagaan Main entrance, sebagai pusat sirkulasi dan akses terpenting sedapat mungkin harus diletakkan di poin paling tengah. Departemen yang paling banyak dilewati orang harus diletakkan paling dekat dengan koridor. Dimulai dengan ME dan semakin menyurut diletakkan semakin menjauh ke belakang.

2.

Warna Elemen warna termasuk elemen penting pada sebuah interior. Warna

memainkan peran penting dalam mengatur suasana dan psikologi seseorang, terutama pada anak-anak yang mudah berubah (dinamis) dan mudah tertekan. Berikut ini efek psikologi dari warna yang baik untuk anak: Merah, mengekspresikan kesenangan, semangat, keberanian, kecepatan, tenaga, dan kegembiraan. Namun penggunaan berlebihan dapat menciptakan efek bahaya dan emosi. Kuning, warna paling ceria yang diasosiasikan dengan kehangatan, optimisme dan kegembiraan. Kuning mudah menonjol di antara warna-warna lain dan menstimulasi kejernihan pikiran. Kuning menambah kekuatan pada warna lain, membuat warna hangat semakin cemerlang dan warna dingin menjadi lebih hidup. Kuning pucat memberi efek lebih kalem dan bersahabat.
24 Universitas Kristen Petra

Oranye, warna yang menstimulasi semangat, gembira dan hasrat

bereksplorasi. Oranye bersifat main-main dan aktif sehingga umumnya sering menjadi favorit anak-anak ataupun orang yang gemar berpetualang. Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan karakter yang hiperaktif. Hijau, warna paling menenangkan dan menyegarkan, yang dapat berefek pada psikologis maupun mata. Warna ini dapat meningkatkan penglihatan. Penggunaan hijau muda lebih dianjurkan karena hijau tua berlebihan menciptakan efek terkungkung. Biru, dapat menciptakan efek damai maupun suram tergantung pada intensitas pemakaian. Akan tetapi warna biru dapat membuat sebuah ruang terasa lebih dingin dan luas. Ungu, memancarkan kelas, kekuatan, emosi, sensualitas dan kemewahan. Termasuk warna pemimpi, dapat menyebabkan orang malas karena warna ini mendorong orang untuk berimajinasi dan melamun. Coklat, warna hangat yang memberi efek nyaman, seringkali diasosiasikan Abu-abu, warna yang netral dan formal konservatif. Abu-abu metalik Putih, menyimbolkan kemurnian, kebaikan dan kebenaran. Warna ini dengan rumah, keluarga dan pohon. memberi kesan modern, canggih, kecepatan, kompetensi dan futuristik. memancarkan kesederhanaan dan kebersihan. Namun penggunaan berlebihan menyebabkan orang tertekan, takut dan menimbulkan kesan terlalu steril. Dalam perancangan ruang fasilitas untuk anak, warna tidak hanya memiliki fungsi sebagai pembentuk ruang (color as compositional element) dan menciptakan makna (color as communication), namun juga mempengaruhi perasaan dan respon anak (color as response). (Portillo 7-8). Ketiga fungsi warna ini berhubungan erat satu sama lain dengan makna dan identitas warna yang menjalin komunikasi dengan manusia, dengan memancing adanya respons tertentu. Permainan warna dalam ruang tidak hanya dengan menggabungkan dua warna atau lebih tetapi juga harus memikirkan intensitas warna (berhubungan dengan tua muda warna), hue (berhubungan dengan kontras dan emphasis), temperature (berhubungan dengan warna hangat

25 Universitas Kristen Petra

ataupun warna dingin dan jalinan di antaranya), ataupun value (berhubungan dengan gelap terang). 3. Pattern Pattern bersifat simbolis dan dipengaruhi dengan budaya yang ada. Elemen interior ini harus dapat menyatu dengan keseluruhan ruang. Menurut Rodemann (Rodemann 8), motif sendiri dibagi menjadi beberapa kategori: Geometris

Natural

Garis

Grafis

Abstrak

Pada sebuah bangunan publik yang memiliki fungsi edukasi anak, penggunaan pattern lebih condong dengan motif-motif berukuran kecil ataupun dengan pola yang sederhana dan jelas mudah dimengerti. Bentukan atau pattern yang ada dapat diaplikasikan untuk fungsi estetis maupun pembelajaran seperti untuk pengenalan bentuk bagi anak-anak usia sekolah (misalnya motif natural).

26 Universitas Kristen Petra

Penelitian menunjukkan bahwa motif yang berbeda dapat memiliki fungsi dan mencapai tujuan yang berbeda pula. Sebagaimana warna, bentukan atau pattern dapat menjalin komunikasi dengan manusia. Berikut beberapa tujuan penggunaan motif dan pemilihan motif yang tepat: Untuk menenangkan emosi: motif dengan kekontrasan rendah, ukuran kecil, abstrak (watercolor), tekstur natural, motif floral berukuran medium, dan textured fabric. Untuk menarik minat belajar: motif dengan kekontrasan rendah-medium, Untuk meningkatkan kepercayaan diri: motif dengan kekontrasan abstrak, geometris, natural, marble/stone, grafis, dan miniprints. medium-tinggi, motif dengan ukuran medium ke atas, motif garis, geometris tegas, etnik, dan textured fabric. Untuk meningkatkan kesenangan: motif dengan kekontrasan mediumtinggi, dengan ukuran dan skala apapun, floral berukuran besar, motif desain abstrak, grafis, motif modern, dan motif bertema karakter tertentu, olahraga, atau anak-anak. 4. Material Untuk pemilihan material furnitur anak, material yang fleksibel dan memiliki finishing aman adalah material yang ideal untuk ruang anak. Yang terpenting adalah material yang diaplikasikan dapat memberi rasa nyaman dan aman bagi anak saat menggunakannya. Selain itu, material yang digunakan harus kuat baik dari segi material itu sendiri maupun dari segi konstruksi karena aktivitas anak yang aktif seringkali dapat merusak furnitur dengan cukup mudah, apabila hal ini terjadi tentu dapat menyebabkan bahaya bagi anak-anak. a. Lantai Dalam hal perancangan ruang anak, terutama lantai, pemilihan material sangatlah penting untuk dipikirkan; apakah material tersebut tidak licin, tahan lama, nyaman, mudah dibersihkan dan anti-alergi. Ada beberapa material lantai yang perlu diberi finishing untuk menambah kekuatan maupun lapisan anti-gores. Beberapa material lantai yang aman untuk anak-anak, antara lain: Vinyl flooring

27 Universitas Kristen Petra

Dapat berupa sheet yang lebih praktis, mempunyai sifat lentur, tersedia dalam berbagai corak dan warna meskipun mudah tergores. Bahan ini mudah dibersihkan, permukaan tidak licin, tidak tajam, dan ekonomis dalam hal pengantian dan perawatan (penggantian pada area yang rusak saja). (Ideas for Kids Room, Sunset). Rubber flooring Lantai dari karet ini tersedia dalam bentuk tile atau sheet yang mudah disesuaikan dengan keadaan. Jenis lantai ini umumnya diaplikasikan pada ruang anak karena sifatnya yang mudah dibersihkan, kedap suara, permukaannya yang bertekstur empuk meminimalisasi efek benturan. Material ini tersedia dalam berbagai tekstur dan warna, mudah diinstal dan tahan lama dalam kondisi ideal. Linoleum flooring Lantai linoleum merupakan jenis yang ramah lingkungan, tahan lama, anti-alergi, anti-gores, dan anti-jamur atau bakteri lain. Selain itu, material ini mudah dibersihkan sehingga cukup ideal untuk aktivitas anak. Carpet flooring Karpet (atau permadani) adalah material yang cenderung halus dan empuk yang memberi keamanan bagi anak saat terjatuh. Karpet juga memberikan nuansa hangat dan elegan dengan permukaannya yang bertekstur lembut. Sayangnya, material ini mudah ternoda dan menyimpan debu. Namun hal ini dapat disiasati dengan pemilihan karpet yang mudah dibersihkan dan harus dirawat secara teratur. Ada baiknya menempatkan karpet pada ruang tertutup yang tidak banyak memancing debu atau dengan perawatan khusus (vacuum cleaner, aerosol foam, powder cleaning, shampoo). Selain itu, perlu diperhatikan bahwa beberapa jenis karpet dapat memancing alergi anak. Karpet dapat berfungsi sebagai elemen akustik dan memperlemah efek benturan; karpet dengan bahan 100% nilon dapat menjadi anti debu dan menghambat api.
(Sumber: http://www.gharexpert.com/ Flooring/Flooring-Kids-Room_0.aspx, Desember 2011)

b. -

Dinding Cat

28 Universitas Kristen Petra

Mempunyai sifat tidak tahan panas dan lembab dengan durasi ketahanan 1-2 tahun, tetapi memiliki ketahanan terhadap AC cukup baik. Cat memberi kesan psikologis yang tergantung pada pemilihan warna catnya, dapat digunakan di semua ruang kecuali daerah lembab. Fiber glass Mempunyai sifat tahan retak, tahan getaran, benturan, panas, dingin, air dan tidak berkilau pada sinar lembut. Memberi kesan psikologis lapang dan bersih dengan suasana modern. Dapat digunakan pada tempat umum, ruang rekreasi, ruang yang memerlukan lapisan dengan bahan yang kuat terhadap benturan dan getaran. Kaca Mempunyai sifat tahan terhadap pengaruh cuaca, air, lembab, tetapi tidak tahan terhadap getaran dan tembus cahaya. Memberi kesan psikologis memperluas ruang, bersih, dan terang. Kain atau wallpaper Sifat material hampir sama dengan cat dan tersedia dalam berbagai corak dan warna yang sering disukai anak-anak. Dari pemilihan motif tersebut dapat memberi kesan psikologis yang diinginkan sesuai dengan fungsi dan suasana ruang. Material ini cukup ekonomis meskipun tidak tahan terhadap noda dan air. Kayu sintetis Material yang tahan air, noda, dan temperatur. Penggunaan material ini memberi kesan psikologis hangat, akrab dan natural. Material ini tersedia dalam berbagai ukuran, motif dan warna serta lebih ekonomis (lebih cocok digunakan pada ruang umum dan anak) daripada bahan kayu asli seperti parquet yang mahal. c. Plafon Gypsum board Bersifat fleksibel dalam arti mudah mengikuti bentukan dan pola yang diinginkan. Material ini cocok untuk bangunan bersifat umum karena ekonomis dan mudah didapatkan serta mudah dalam hal perawatan. Dengan finishing yang tepat dapat menonjolkan sifat ruang dan memenuhi kebutuhan ruang. Akustic tile/softboard

29 Universitas Kristen Petra

Jenis plafon yang meredam suara, cocok digunakan untuk ruangan teater atau auditorium. Kaca, fiber glass Berbagai jenis kaca yang tersedia di pasaran memiliki kelebihan masingmasing. Sifatn umumnya yang tembus pandang memberi kesan terbuka dan terang. Penggunaan material ini cocok untuk bangunan modern dan cangih dengan penataan dan pemilihan jenis yang tepat sesuai dengan fungsi ruang. d. Perabot Dalam pemilihan material perabot anak, sangatlah penting untuk mempertimbangkan keamanan, ketahanan, dan jenis yang mudah dibersihkan. Untuk perabot ruang anak, sebaiknya hindari penggunaan perabot built-in. Perabot untuk anak harus bersifat sama dinamisnya dengan sifat anak, meskipun sebaiknya tidak terlalu memancing perilaku aktif anak, seperti penggunaan roda pada perabot. Hal ini akan mendorong anak untuk memindahkan perabot tersebut terus menerus. Berikut beberapa material yang umumnya digunakan untuk perabot anak: Wood-like composites Material ini adalah material paling umum digunakan. Material ini termasuk particle board, MDF (medium density fibreboard), dan masonite. Biasanya material ini dicat atau memiliki lapisan veneer yang memberi kesan permukaan kayu. Plastic (PVC) Material ini sering digunakan untuk permukaan perabot yang aman bagi anak-anak. Dengan desain yang tepat penggunaan plastik pada perabot dapat memberi kesan elegan, walaupun selama ini perabot plastik identik dengan murahan. Metal (stainless steel, aluminium) Material ini sering kali ditemukan pada perabot anak baik dalam bentuk sheet maupun tube. Penggunaan material ini harus memperhatikan jenis coating, karena jika berkarat dapat membahayakan anak. Akrilik, fiberglass

30 Universitas Kristen Petra

Jenis material seperti akrilik dan fiberglass bersifat fleksibel dan lentur sehingga mudah dibentuk dengan desain yang tidak biasa. Hal ini cukup cocok untuk dijadikan pilihan perabot anak.
(Sumber: http://www.furniture-that-gets-kids-to-pick-up-toys.com/materials.html, Desember 2011)

Beberapa pilihan finishing untuk perabot anak, antara lain: Painted, lapisan finishing Dengan pengecatan, permukaan perabot dapat diolah seindah mungkin. Penggunaan cat akan sepenuhnya menutupi jenis material asli dan memudahkan perabot untuk dibersihkan. Untuk pelapis finishing seperti HPL, mudah diaplikasikan dan tersedia dalam banyak pilihan motif dan warna. Unfinished Aluminium, plastik, dan kayu dapat digunakan tanpa finishing apapun. Clear finish Lapisan ini memperlihatkan permukaan asli material dan membuat permukaan lebih mudah dibersihkan. Upholstered Jenis finishing ini sangat sering digunakan untuk alasan estetis dan memperlembut permukaan. Beberapa pilihan upholstery untuk perabot anak: Chenille Kainnya agak tebal. Memiliki tekstur halus dan kasar. Velvet Bahannya mirip dengan suede, tapi agak lebih tebal. Pilihan coraknya pun lebih banyak. Suede Tekstur lembut menyerupai beludru. Memberi kesan mewah dan cocok untuk perpaduan bentukan yang luwes. Rawan sobek, sehingga dianjurkan untuk menambahkan ekstra dakron lembaran pada lapisan spon teratas untuk mengurangi gaya gesekan yang terjadi antara kain dengan spon ketika menerima beban.
31 Universitas Kristen Petra

2.5.2. Sistem Utilitas Perpustakaan Anak 1. Pencahayaan Pencahayaan pada sebuah perpustakaan harus dapat mengakomodasi berbagai aktivitas dan area yang ada di dalamnya sesuai dengan fungsi dan kebutuhan, terutama pada ruang baca dan koleksi (Kliment 177 178). Untuk penerangan dalam perpustakaan harus memperhatikan poin-poin berikut: Penyebaran sinar merata (baik direct atau indirect lighting) Cahaya lampu tidak boleh menyilaukan mata (berkaitan dengan intensitas, jenis lampu, peletakan, material) dan seminimal mungkin merusak buku / koleksi (minimalisasi cahaya langsung). Penggunaan lampu fluorescent karena lebih tahan lama dibanding incandescent (sekitar 2 16 x lebih tahan) dan efeknya lebih merata tidak menyilaukan. Pada area baca tidak boleh ada glare dan kekontrasan yang terlalu tajam. Pencahayaan yang baik adalah sinar datang dari area belakang pembaca dan terpantul menjauhi mata. Cara lain dengan penggunaan lampu baca dengan intensitas yang tepat. Namun pada area publik, sebaiknya pengatur hidup mati lampu diletakkan di area pengawas. Pengaturan kabel dapat disiasati melalui electrical box yang ditanam di lantai. Pada perpustakaan umumnya menggunakan general lighting, akan tetapi pada ruang-ruang pendukung dapat menggunakan pencahayaan yang lebih bervariasi. Penggunaan pencahayaan tidak langsung (indirect lighting) agar tidak menimbulkan silau dan bayangan tajam. Pencahayaan tidak langsung hanya dapat diaplikasikan pada ruang dengan ketinggian plafon minimal 3 meter. Pencahayaan ini juga dapat menghemat energi dan mengurangi efek panas dari cahaya lampu. Daylighting atau pencahayaan alami dapat tetap diaplikasikan dengan adanya pengontrolan intensitas melalui material jendela, tirai, ataupun material tertentu seperti kaca film.

32 Universitas Kristen Petra

Lampu mengandung warna pula, jadi warna lampu sebaiknya disesuaikan dengan warna interior atau didesain sesuai dengan suasana ruang yang diinginkan.

Dalam pengaturan pencahayaan bangunan publik, sebaiknya dalam satu ruang yang luas memiliki 2 aliran listrik (aliran kabel saklar) sehingga jika salah satu mati maka ruangan tidak gelap gulita.

2.

Untuk ruangan yang membutuhkan intensitas pencahayaan yang berbedabeda setiap fungsinya, dapat menggunakan dimmer. Penghawaan Untuk perpustakaan, kelembaban udara adalah faktor penting untuk

menjaga keawetan koleksi. Keadaan udara ideal untuk buku adalah pada temperature 21o 28o C. Udara yang terlalu kering dan terlalu tinggi menyebabkan kertas menjadi kering dan getas. Udara yang terlalu lembab menyebabkan tumbuhnya jamur, lem hilang, dan kulit buku akan rusak. Oleh karena itu, temperatur dan intensitas penghawaan harus diatur secara tepat. Untuk kenyamanan pengunjung, dengan perpustakaan adalah sebuah public space yang mengakomodasi penggunaan yang lama, sebaiknya menggunakan penghawaan buatan seperti AC sentral yang merata. Temperatur ini harus disesuaikan dengan penggunaan lampu yang menimbulkan panas pula, sehingga temperatur dalam ruang dapat membuat pengguna nyaman dengan hawa yang tidak terlalu panas ataupun terlalu dingin. Penghawaan alami dapat digunakan namun tidak dianjurkan secara berlebihan terutama jika arah cahaya datang langsung dari arah matahari (timur dan barat) yang menimbulkan lebih banyak panas. 3. Akustik Pengaturan elemen akustik untuk perpustakaan sangatlah penting untuk menghilangkan bunyi yang tidak diinginkan ataupun meminimalisasinya. Fungsi beberapa area dalam perpustakaan, seperti area belajar atau membaca dan ruang pemutaran film (audiovisual), membutuhkan pengaturan akustik yang lebih daripada ruang lain. Pada ruang yang luas, terutama dengan ketinggian plafon yang tinggi, pengaturan akustik akan semakin sulit. Bila memungkinkan, untuk ruang yang membutuhkan tingkat ketenangan tinggi, sebaiknya ruangan tersebut
33 Universitas Kristen Petra

dibuat tertutup dari lantai hingga plafon. Bila membutuhkan pengawasan, maka dapat disiasati dengan penggunaan kaca atau jendela. Cara paling efektif untuk mempertahankan fleksibilitas dalam ruang tertutup adalah dengan mengaplikasikan wall system, bukannya dinding permanen. Wall system ini terdiri dari unit pintu dan panel yang dapat bergerak dan digunakan kembali. Pada ruang utama perpustakaan, sebaiknya area dengan kebutuhan akustik berbeda dipisahkan, dapat menggunakan rak atau partisi lain. Selain ukuran dan bentuk ruang, akustik juga dipengaruhi oleh permukaan dan tekstur dari material. Material dengan permukaan keras, seperti keramik, batu, dan kaca, akan memantulkan bunyi dan menimbulkan kebisingan. Material yang cocok untuk meredam bunyi adalah material dengan permukaan yang lembut seperti karpet, kain, material bertekstur tertentu dan panel akustik yang dapat diaplikasikan pada dinding atau plafon. Ruang yang memiliki peralatan elektronik dengan tingkat kebisingan tertentu harus menggunakan pengaturan akustik khusus atau memiliki pemisah yang mengurangi kebisingan ke luar. 4. Sistem Komunikasi dan Suara Pada fasilitas publik, keberadaan speaker adalah elemen penting untuk menunjang pengawasan dalam ruangan. Pengaplikasian speaker dapat diletakkan di sudut plafon (ekspos) ataupun sistem tanam pada dinding atau plafon dengan radius tertentu sesuai luas ruangan (berhubungan dengan sistem akustik). Untuk komunikasi dua arah, perlu adanya interkom yang disediakan pada titik-titik tertentu sehingga memudahkan komunikasi dalam keadaan darurat. 5. a. Sistem Keamanan Keamanan koleksi Faktor perusak koleksi yang terutama adalah kelalaian manusia. Untuk mengantisipasi hal tersebut dapat dilakukan dengan pengawasan dan pengecekan koleksi secara berkala, pengaturan yang rapi dan terorganisir. Keamanan ruang dan pengunjung Aplikasi sistem proteksi keamanan pada sebuah public space sebaiknya menggunakan CCTV dan adanya tenaga keamanan manual. Untuk keamanan pengunjung yang berkaitan dengan universal design, khususnya untuk anak-anak,

34 Universitas Kristen Petra

berkaitan b.

dengan

bentukan,

ukuran,

dan

sudut-sudut

yang

berpotensi

menyebabkan kecelakaan. Sistem proteksi kebakaran Untuk perpustakaan dengan fungsi penyimpanan koleksi, sebaiknya penggunaan sistem proteksi seperti sprinkler, menggunakan jenis dry chemical sprinkler. Hal ini untuk mengantisipasi kerusakan koleksi dan meminimalisasi korsleting yang mungkin terjadi. Standar peletakan sistem kebakaran antara lain: Portable fire extinguisher: 1 buah per 200 m2 Hidran air dengan radius pelayanan 30 m2 Sprinkler: 1 buah per 25 m2 (untuk resiko kebakaran rendah), per 10 m2 (untuk resiko kebakaran tinggi) Detektor kebakaran dengan radius pelayanan 30 m2 2.6. Persyaratan Interior Ruang Anak Dalam merancang area atau ruang-ruang yang terdapat dalam

perpustakaan umum, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan merupakan persyaratan minimal yang mendukung fungsi dan tujuan dari ruang tersebut. 2.6.1. Main Entrance Sebuah entrance pada bangunan publik haruslah dapat diidentifikasi dengan mudah dan mengundang orang untuk masuk. Pintu masuk ini biasanya diakses dengan mudah dengan ketinggian lantai dasar atau menggunakan ramp pada split level. Beberapa tipe pintu masuk seringkali menyulitkan tidak hanya untuk orang berkursi roda tetapi juga ibu dengan anaknya dan orang yang memiliki banyak bawaan. Hanya pintu otomatis yang biasanya bebas dari masalah dan bersifat akomodatif. Pada entrance ini umumnya digunakan material dinding yang transparan atau kaca buram bersifat 1 arah sehingga memudahkan pengawasan dari dalam ke area luar. Lebar pintu masuk ini harus disesuaikan untuk pengunjung pada jam-jam sibuk dan juga dengan memikirkan segala keterbatasan pengunjung. Dalam merancang area entrance sekaligus area sirkulasi ini sebaiknya memenuhi beberapa kriteria berikut:
35 Universitas Kristen Petra

Untuk fungsi entrance exit sebaiknya hanya terdapat satu buah untuk tujuan keamanan. Material lantai pada area ini harus mudah dibersihkan dari noda sepatu pengunjung dari luar. Pada area entrance dapat disediakan tempat duduk untuk menunggu (waiting area) dan beberapa rak atau display yang menunjukkan beberapa koleksi perpustakaan (promotion area).

Pintu masuk haruslah yang mudah dibuka dan ditutup untuk semua golongan pengunjung, serta tidak menimbulkan bunyi keras saat diakses. Untuk penggunaan kaca, sebaiknya menggunakan jenis kaca yang aman seperti tempered glass. Fungsi lobi dan penitipan barang dapat digabungkan pada area, tetapi dengan penambahan luasan ruang untuk loker. Apabila loker yang ada dapat digunakan secara mandiri oleh anak-anak maka sebaiknya menggunakan standar ukuran anak.

Gambar 2.2 Ukuran Loker. Sumber: Ruth (2000, p.26). 2.6.2. Ruang Koleksi (Library Room) Ruang koleksi pada perpustakaan umum adalah ruang utama atau pusat dari sirkulasi ruang. Ruang ini haruslah lapang agar memberikan akses mudah
36 Universitas Kristen Petra

terhadap koleksi yang ada, akses ini juga mencakup penggunaan rak-rak yang ergonomis untuk pengguna dan tidak terlalu tinggi (sulit dijangkau). Pada umumnya perpustakaan menggunakan rak standar untuk menyimpan atau menampilkan koleksi yang dimilikinya. Ukuran rak normal double face adalah 100 cm x 60 cm dengan lima tingkat. Sementara untuk rak single face yang biasa digunakan untuk rak dinding adalah 100 cm x 30 cm dengan lima tingkat. Rak-rak tersebut dalam 1 tingkat sebaiknya berisi: 1. 36-42 (untuk buku orang dewasa) 2. 44-53 (untuk buku anak-anak) Tiap tingkat sebaiknya diisi hanya 80% saja, 20% sisanya dikosongkan. Sehingga rak-rak tersebut dalam 1 rak double face dapat menampung 420 buku, dan dalam 1 rak single face dapat menampung 210 buku. Buku anak-anak dapat ditampung sekitar 165 buku. Sementara itu untuk perpustakaan pelayanan tertutup ukuran raknya adalah 1 meter dengan enam tingkat. Rak ini dapat menampung antara 200-220 buku.

Gambar 2.3 Standar Ketinggian Perabot. Sumber: Thompson (1974, p. 4-15).

37 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.4 Jarak Minimal Sirkulasi Antar Rak Terbuka. Sumber: Thompson (1974, p. 4-16). Untuk mendesain display koleksi anak, dibutuhkan desain yang kreatif yang menarik perhatian anak. Hal ini dapat disiasati dengan pengaturan display cover koleksi daripada hanya meletakkan koleksi dalam posisi miring. Jarak antar rak juga harus dipikirkan dengan baik agar sirkulasi pengunjung antar rak dapat lapang dan leluasa tanpa pengunjung merasa terkurung. 2.6.3. Ruang Baca (Reading Room) Dalam sebuah perpustakaan, area terpenting kedua setelah area koleksi (display) adalah area baca. Keberadaan ruang baca ini harus mengakomodasi jumlah dan pergerakan anak sehingga anak dapat membaca dengan nyaman. Material lantai, pencahayaan dan jenis furniture memegang peranan penting dalam area ini. Material lantai sebaiknya menggunakan material yang nyaman, tidak licin dan kuat karena pergerakan anak yang aktif. Untuk pencahayaan, sebaiknya pencahayaan merata dengan pencahayaan buatan. Apabila menggunakan pencahayaan alami sebaiknya tidak secara langsung mengenai area jangkauan mata dan koleksi. Area baca yang menggunakan meja sebagai sarana harus memperhatikan sirkulasi antar meja untuk memudahkan anak bergerak. Area membaca tidak harus berdiri sendiri namun dapat tersebar dalam ruang besar maupun disediakan pada tiap area koleksi sesuai pembagian zona. Sebuah area membaca yang berdiri sendiri memiliki keuntungan ketenangan saat membaca, sementara area baca yang digabungkan dengan area koleksi dapat memudahkan pengunjung untuk mengambil dan mencari koleksi yang diinginkan kemudian membaca dalam zona tersebut.
38 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.5 Sirkulasi Bersih Antar Mebel. Sumber: Thompson (1974, p. 4-6). Pada ruang fasilitas anak, seringkali bentukan yang diaplikasikan pada mebel bukanlah bentukan standar atau biasa. Beberapa bentukan dibuat semenarik mungkin untuk menarik perhatian anak, namun dalam pengaplikasiannya tetap harus disesuaikan dengan antropometri anak. Berikut ukuran standar untuk meja:

Gambar 2.6 Standar Ukuran Meja. Sumber: Ruth (2000, p. 256).

39 Universitas Kristen Petra

Luas tempat pelayanan ruang baca harus disesuaikan dengan total pengguna yang dilayani. Berikut standarnya:
Tabel 2.2 Luasan Area sesuai Jumlah Pengguna.

TOTAL PENGGUNA LUAS TEMPAT PELAYANAN 5.000 10.000 100 m2 20.000 180 m2 40.000 360 m2 60.000 540 m2 Sumber: Feinberg (2010, p. 35). Secara umum, perpustakaan umum seharusnya menyediakan 5 seats tiap 1.000 pengguna. Standar ini digunakan hanya untuk area ruang baca yang sekaligus berfungsi sebagai ruang duduk, belum termasuk di ruang lain. Area baca untuk anak-anak yang aktif tidaklah menuntut keberadaan meja dan kursi di semua tempat, area baca ini dapat mengaplikasikan ruang duduk yang nyaman dan bebas, memudahkan anak apabila ingin membaca di lantai atau dengan posisi yang lebih nyaman. Kebutuhan ini sebaiknya diakomodasi dengan aplikasi karpet atau material hangat lain pada lantai dan menyediakan aksesoris seperti cushion atau bantal duduk yang nyaman. 2.6.4. Ruang Komputer (Computer Room) Untuk ruang komputer, luasan area yang dibutuhkan untuk tiap 1 unit komputer dengan seat yang nyaman adalah sekitar 3-4 m2. Luasan ini dianggap memenuhi persyaratan untuk menggunakan mebel yang ergonomis bagi pengguna yang memudahkan sirkulasi dan pergerakan. Mebel yang digunakan harus didesain dengan memberi jalur tersendiri untuk kabel atau peralatan listrik lain sehingga kabel atau peralatan yang berbahaya ini tersembunyi, tidak mengganggu pengguna, sekaligus mudah diperbaiki apabila terjadi korsleting atau kerusakan elektronik. Desain yang ada juga harus mengakomodasi peletakan komputer, keyboard, dan mouse sehingga pengguna dapat leluasa saat menggunakannya. Perabotan seperti kursi dan meja komputer harus ergonomis agar anak dapat nyaman berada di depan komputer dalam jangka waktu lama, dapat leluasa bergerak, dan dapat disesuaikan ukurannya untuk berbagai usia. Kriteria keergonomisan perabot di area komputer antara lain:
40 Universitas Kristen Petra

Kursi komputer harus memiliki tinggi sandaran empuk berukuran tinggi

medium dengan sudut kemiringan sandaran yang dapat disesuaikan dan juga bentukan yang menyesuaikan alur tulang punggung anak. Dudukan kursi sebaiknya agak melengkung ke bawah (waterfall front) dan tinggi dudukan yang dapat disesuaikan agar kaki anak dapat menapak dengan nyaman di lantai tanpa menambah tekanan pada lutut atau punggung. Peletakkan keyboard harus berada lebih rendah dari siku saat posisi tangan ditekuk 90o (sekitar 55-70 cm di atas lantai). Untuk anak-anak kecil, sebaiknya dipertimbangkan untuk menggunakan keyboard yang mengakomodasi tangan berukuran kecil dan pastikan pula terdapat area peletakan mouse dan mouse pad sekaligus area pergerakan mouse. Posisi monitor harus disesuaikan untuk dapat digeser-geser mengatur jauh dekatnya dengan pengguna (minimal 45 cm atau sejauh lengan dari mata pengguna) dan untuk ketinggian arah pandang mata sebaiknya 5 cm hingga 7,5 cm di bawah pinggiran bagian atas monitor. 2.6.5. Ruang Serbaguna (Multifunction Room) Ruang serbaguna adalah ruang yang bersifat fleksibel secara fungsi sehingga elemen-elemen interior yang terkandung di dalamnya bersifat fleksibel pula. Ruang ini dapat mengakomodasi beberapa kebutuhan fungsi ruang, yaitu fungsi storytelling, puppet stage, free moving (menari, drama). Fasilitas anak dengan kebutuhan ruang gerak yang luas dan fleksibel ini sebaiknya memenuhi kriteria sebagai berikut: Desain yang ada mengutamakan kebutuhan anak didukung dengan ruang gerak orang dewasa untuk pengawasan. Tersedia area lapang di mana anak-anak dapat beraktivitas di tempat tersebut sendiri maupun dalam kelompok kecil. Material-material yang ada harus aman dan mudah dibersihkan. Adanya akomodasi tertentu seperti dudukan orang dewasa dalam kondisi orang dewasa menemani anak saat membaca atau beraktivitas lain. Area anak ini harus lapang dan mudah diawasi tanpa ada pembatas terlalu tinggi yang menghalangi pandangan pengawas.
41 Universitas Kristen Petra

Beberapa fungsi ruang menuntut adanya kebutuhan rak penyimpanan, seperti panggung boneka untuk menyimpan perlengkapan atau storytelling area yang membutuhkan rak penyimpanan buku. Sebaiknya disediakan pula bantal-bantal duduk yang empuk untuk anak-anak saat beristirahat.

Dengan fungsi yang fleksibel namun dengan tingkat aktivitas tinggi, maka dibutuhkan aplikasi akustik yang dapat memisahkan ruang serbaguna ini dengan area lain sehingga suara dapat teredam dan menjamin ketenangan masing-masing ruang tanpa mengganggu fungsi ruang satu sama lain. Aplikasi akustik ini juga dapat memilih material yang fleksibel seperti penggunaan tirai atau lapisan dinding yang dapat dibuka tutup sesuai dengan kebutuhan fungsi ruang saat digunakan. Pada dasarnya, beberapa kriteria di atas harus diaplikasikan secara umum

pada bangunan publik untuk semua golongan anak. 2.6.6. Area Bermain (Indoor Playground) Suatu area bermain atau playground harus menyediakan sarana bagi anakanak untuk meningkatkan keterampilan dan mengembangkan minat mereka dengan tantangan-tantangan yang baru. Desain tempat bermain untuk anak seharusnya memenuhi kriteria berikut: a. b. c. d. Experience desain harus merupakan dunia mini bagi anak, yang mampu merangsang indra anak. Control of experience benda-benda yang ada harus dapat menarik anak untuk berinteraksi dan mengeksplorasi. Tantangan yang bertahap lingkungan yang menyediakan sesuatu yang baru untuk dicoba tetapi tidak terlalu asing bagi anak. Pilihan harus tersedia banyak pilihan bagi anak. Suasana, skala ruang dan pemilihan bahan serta warna sangat mempengaruhi dalam menciptakan atmosfer yang tepat terutama bagi anak-anak yang mudah bosan. Beberapa pertimbangan yang perlu dipikirkan dalam merancang sebuah indoor playground yaitu: a. Accessibility

42 Universitas Kristen Petra

Pemilihan material dan finishing dengan permukaan yang aman (kuat, tidak licin) adalah komponen utama untuk memastikan setiap anak tanpa kecuali dapat bermain di area tersebut. b. Pembagian usia Dalam merancang sebuah playground untuk berbagai usia, harus terdapat pembagian area sesuai usia dan kemampuan mereka yang disesuaikan dengan sarana atau permainan yang ada. Pembagian area ini dapat dengan mengolah perbedaan material lantai. Dengan begitu, kecelakaan yang dialami anak-anak yang lebih kecil dikarenakan anak-anak yang lebih besar dan aktif dapat diminimalkan. Beberapa permainan yang sesuai dengan usia 612 tahun: c. Swings Ramps Slides

Aktivitas / kegiatan Area bermain anak sebaiknya diatur dalam beberapa area kecil untuk

meminimalisasi kecelakaan yang diakibatkan oleh aktivitas yang berlebihan dan anak-anak yang berlarian. Permainan yang menuntut aktivitas aktif sebaiknya dipisahkan dengan permainan yang lebih pasif dan tenang. Permainan-permainan ini juga harus diletakkan secara menyebar sehingga seluruh kegiatan tidak hanya terpusat pada satu area. d. Sight lines Hal ini terkait dengan area dan sudut pandang bagi pengawas maupun antar anak. Area bermain harus terletak di tengah atau pusat penglihatan sehingga pengawas dapat mengawasi area ini dari berbagai sudut. Selain itu, penghalang visual harus diminimalisasi. e. Signage / labeling Penanda atau panduan bermain ini harus ada dalam tiap spot atau tiap permainan yang berisi informasi tentang permainan tersebut. Hal ini dapat memudahkan anak maupun pengawas untuk lebih memahami dan melakukan permainan sekaligus mengajarkan cara bermain yang benar.

43 Universitas Kristen Petra

Berikut adalah beberapa aspek pertimbangan keamanan dalam permainan fisik anak yang penting untuk diperhatikan yang mengutamakan kenyamanan dan keamanan anak serta meminimalisasi bahaya:

Gambar 2.7 Aspek Pertimbangan Ukuran dan Sudut Slides. Sumber: Ruth (2000, p. 256). 2.6.7. Area Pengawasan (Guarding Counter) Pada umumnya area ini banyak yang tergabung dengan lobi atau resepsionis, namun beberapa kasus menunjukkan bahwa area ini tidaklah harus bergabung dengan resepsionis dikarenakan keterbatasan tempat ataupun karena penyesuaian desain yang lebih fleksibel dan efisien. Area pengawasan ini dapat disebut pula sebagai area sirkulasi karena fungsinya yang menyatukan sirkulasi pengunjung dan koleksi perpustakaan. Area ini haruslah memiliki area kosong yang lapang sebagai pusat sirkulasi, minimal 2 meter di depan circulation desk. Dalam area sirkulasi ini sebaiknya memiliki area komputer yang dapat digunakan oleh pengawas secara online. Dimungkinkan juga untuk meletakkan satu atau lebih online public access catalog (OPAC) dekat area sirkulasi ini. Keberadaan area sirkulasi atau area pengawasan ini haruslah disesuaikan dengan ukuran luas bangunan dan jumlah pengguna, oleh karena itu jumlah area pengawasan ini dapat lebih dari satu pada tiap area yang berjauhan. Hal ini bermanfaat untuk melakukan pengawasan yang lebih menyeluruh. Untuk kebutuhan sirkulasi koleksi perpustakaan, selain dengan penyediaan teknologi yang up to date, juga sebaiknya disediakan meja atau rak khusus yang dapat menampung sementara koleksi yang dikembalikan atau koleksi baru. Desk untuk sirkulasi koleksi perpustakaan sebaiknya mudah terlihat dan diidentifikasi serta dekat dengan entrance. Untuk desk sirkulasi koleksi ini dapat dibagi menjadi beberapa sub-area yaitu: Peminjaman koleksi
44 Universitas Kristen Petra

Pengembalian koleksi Informasi Sub-area ini haruslah diatur sedemikian rupa sesuai dengan alur kegiatan

pengunjung nantinya, untuk menciptakan sirkulasi yang nyaman tanpa adanya tabrakan. Beberapa kriteria untuk area sirkulasi ini antara lain: Material lantai yang mudah dibersihkan dan tidak terlalu licin agar fleksibel untuk semua cuaca. Ukuran desk haruslah universal, karena dibutuhkan penyesuaian desain untuk orang berkursi roda. Desk sirkulasi sebaiknya memiliki jalur khusus untuk staf sehingga memudahkan staf untuk bergerak tanpa bertabrakan kepentingan dengan pengunjung. Untuk rak sementara penempatan buku yang dikembalikan, rak tersebut harus movable dan fleksibel. Desk sirkulasi dengan kebutuhan teknologi dan elektrikal harus menyediakan space tersendiri untuk jalur kabel atau kebutuhan listrik lain yang tersembunyi dan tidak mengganggu gerakan staf maupun pengunjung. Selain itu, desk tersebut harus dapat mengakomodasi adanya penyesuaian desain ataupun pemindahan barang seperti komputer atau barang elektronik lain. 2.6.8. Restroom (Toilet) Toilet adalah fasilitas publik dalam perancangan ini. Pengguna toilet adalah pengunjung anak maupun dewasa sehingga perancangan toilet tidak hanya menerapkan ukuran toilet standar pada bangunan publik tetapi juga toilet untuk anak-anak. Berikut adalah standar ukuran untuk toilet anak, dengan antropometri berbeda dari orang dewasa. Ukuran bilik toilet di bawah dianggap sesuai untuk anak-anak, akan tetapi luasan yang lebih besar dapat diaplikasikan untuk disability children untuk lebih memudahkan penggunaan.

45 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.8 Ukuran Bilik Toilet. Sumber: Ruth (2000, p. 242).

Gambar 2.9 Ketinggian Kaca Cermin.

Gambar 2.10 Standar Ukuran Toilet Anak.

46 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.11 Jarak Sirkulasi dalam Toilet. Sumber: Ruth (2000, p. 242). Perancangan toilet anak juga harus memungkinkan adanya pengawasan dari orang dewasa dengan mudah, karena desain yang universal hanya dapat meminimalisasi bahaya, bukannya tidak memungkinkan terjadinya kecelakaan terhadap anak-anak yang cenderung terlalu aktif dan kurang berhati-hati. 2.7. Universal Design Perancangan yang mengusung desain yang universal mencakup keamanan anak secara umum dan akomodasi untuk anak-anak yang kurang mampu dalam hal fisik seperti anak yang memakai kursi roda. Selain itu, adanya salah anggapan bahwa desain universal hanya difokuskan pada orang berkursi roda, padahal konsep universal adanya non-diskriminasi pada seluruh pengguna, termasuk orang tuna netra, tuna daksa, ibu hamil, anak-anak hingga orang dengan keterbatasan mental. Konsep ini tidak hanya dapat diaplikasikan dengan penggunaan ramp dan railing, tetapi juga dengan lampu peringatan untuk tuna daksa ataupun tombol bertekstur simbol untuk tuna netra.

47 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.12 Universal Design and Disability People.


Sumber: www.ubc.ca/okanagan/students/disres/faculty-staff/ud.html. Januari 2012, 1:56 pm.

Berikut ini adalah kriteria-kriteria yang harus dipenuhi dari sebuah desain yang universal, yaitu: 1. Penggunaan yang Merata (Equitable Use) Dapat digunakan secara wajar oleh semua orang dengan variasi kemampuannya dan tidak menstigmakan (membatasi) lingkup penggunanya. 2. Penggunaan yang Fleksibel (Flexibility in Use) Bersifat fleksibel dan dapat mengakomodasi kebutuhan aktivitas semua orang secara umum, tanpa batasan fisik, rentang usia dan jenis kelamin. 3. Sederhana dan Intuitif (Simple and Intuitive Use) Desain yang mudah dimengerti dan mudah digunakan tanpa tuntutan pengalaman penggunaan, pengetahuan dan kemampuan tertentu. 4. Informasi yang jelas (Perceptible Information) Desain yang berkomunikasi dalam arti memberi informasi yang jelas dan efektif kepada pengguna serta dekat dengan kemampuan sensor pengguna. 5. Toleransi akan kesalahan (Tolerance for Error) Meminimalkan dampak dan konsekuensi kejadian yang tidak diinginkan dari tindakan yang keliru. 6. Meminimalkan usaha (Low Physical Effort) Dapat digunakan secara efisien dan nyaman dengan usaha fisik minimal (tidak membuat lelah).

48 Universitas Kristen Petra

7.

Ukuran dan Ruang untuk Pendekatan dan Penggunaan (Size and Space for Approach and Use) Desain yang menerapkan ukuran dan ruang yang cukup untuk pencapaian

dan penggunaan tanpa batasan fisik dan mobilitas pengguna. (Sumber: The Center for Universal Design, 2006. NC State University, Raleigh, North Carolina, USA). Beberapa aplikasi mudah yang dapat diterapkan untuk desain universal antara lain dengan penggunaan ramp yang relatif lebih aman daripada tangga dan juga pengaplikasian railing untuk pengguna secara universal. Akan tetapi, pada pengaplikasiannya sendiri tetap diperlukan penyesuaian antropometri dengan target pengguna.

Gambar 2.13 Dimensi Ramp Universal. Sumber: Ruth (2000, p. 20). Material ramp sendiri sebaiknya menggunakan material yang bertekstur sehingga tidak licin dan meminimalisasikan bahaya yang mungkin terjadi bagi pengguna kursi roda. Apabila panjang ramp berlebih dapat diantisipasi dengan sudut derajat ramp yang lebih landai agar pengguna kursi roda tidak mudah lelah.

Gambar 2.14 Ruang Gerak Universal Pengguna. Sumber: Ruth (2000, p. 22).
49 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.15 Ketinggian Railing.

Gambar 2.16 Diameter Railing. Sumber: Ruth (2000, p. 24). Beberapa aspek lain yang perlu diperhatikan namun seringkali terlupakan adalah keberadaan signage, ketinggian jangkauan handle pintu (jika ada) hingga ukuran meja. Bentukan meja yang beraneka ragam sekalipun tetap harus memenuhi standar ukuran minimal meja yang mudah dijangkau oleh anak. Ukuran meja ini dianggap standar untuk anak dengan kursi roda dan dapat diaplikasikan tidak hanya untuk meja baca namun meja dengan fungsi lain.

Gambar 2.17 Accessible High and Low Reach.

50 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.18 Accessible Table. Sumber: Ruth (2000, p. 24). 2.8. Green dan Sustainable Design Dalam mendesain green interior ataupun sustainable design perlu dikenal beberapa istilah yang dapat membantu memahami bagaimana mendesain interior yang ramah lingkungan. Istilah tersebut antara lain: Green. Produk yang ramah lingkungan. Metode dalam menghasilkan material dan interior dianggap ramah lingkungan apabila sumber daya yang digunakan tidak boros. High performance. Bangunan yang menyandang predikat ini adalah bangunan yang memiliki efisiensi energi, biaya perawatan, efek pada tapak, indoor environmental quality (IEQ), durabilitas dan kemampuan beradaptasi. Recyclable. Material yang dapat didaur-ulang atau dapat digunakan kembali daripada terbuang sia-sia. Contoh recyclable material misalnya ban karet atau botol plastik bekas. Renewable. Sumber daya yang dapat diperbarui yaitu sumber daya yang cepat menghasilkan kembali secepat sumber tersebut digunakan tanpa menghancurkan sumber daya asli. Contoh material ini adalah wol dan bambu. Sustainable. Produk yang awet, dapat berkelanjutan (tahan lama, fleksibel) LEED (Leadership in Energy and Environmental Design) disusun oleh U.S. Green Building Council (USGBC) dan secara resmi dikeluarkan pada tahun 1998 dengan dukungan penuh dari pemerintah USA. Sistem penilaian LEED ini
51 Universitas Kristen Petra

dan dimungkinkan menggunakan sumber terbarukan yang ramah lingkungan.

bertolak dari kebutuhan manusia secara spesifik dan kriteria kesehatan yang berhubungan dengan lingkungan. Berikut adalah kriteria-kriteria untuk memperoleh sertifikat LEED untuk sebuah bangunan besar secara umum: Sustainable sites (pencegahan polusi dari segi konstruksi, efek pengembangan tapak, alternatif transportasi, penanggulangan kemungkinan bencana, dan polusi cahaya) Water efficiency (penghematan sirkulasi air, penanggulangan air buangan) Energy and atmosphere (optimalisasi energi efisien, penggunaan energi yang dapat diperbarui, pengukuran dan verifikasi) Materials and resources (material yang dapat diperbarui, material baru dari sumber alternatif, material yang dapat didaur-ulang) Indoor environmental quality (ventilasi, konstruksi sirkulasi udara, penggunaan material dengan emisi rendah, pengendalian sumber energi, pengendalian sistem pencahayaan dan penghawaan). Innovation (Sumber 1: Environmentally Responsible Design, 2008: 266-267) (Sumber 2: http://www.scribd.com/doc/35218061/GB-Rating-System. Sekilas tentang Green Building Rating System, oleh Krishnan E. Gowri).

Gambar 2.19 Source-LEED Core Concepts and Strategies Online. Sumber: www.usgbc.org, Desember 2011.

52 Universitas Kristen Petra

2.9.

Tinjauan Laskar Pelangi

2.9.1. Cerita Laskar Pelangi (Sinopsis)

Gambar 2.20 Cover Laskar Pelangi Sumber: http://id.wikipedia.org. Januari 2012. Diawali saat SD Muhammadiyah, sekolah kampung di Belitong dengan fasilitas yang sangat terbatas bahkan minus, membuka pendaftaran untuk murid baru kelas satu. Hingga saat-saat terakhir pendaftaran hanya 9 orang anak yang mendaftar dan siap masuk kelas di hari pertama. Padahal sekolah reot ini sudah diancam untuk membubarkan diri jika murid barunya kurang dari 10 orang. Jika tak ada Harun, seorang anak berusia 15 tahun dengan keterbelakangan mental, yang disekolahkan oleh ibunya agar tidak cuma mengejar anak ayam di rumah, tentu tidak pernah terjadi kisah ini. Ikal tidak akan pernah bertemu, berteman satu kelas dengan Lintang, Mahar, Syahdan, A Kiong, Kucai, Borek alias Samson, Sahara, Trapani, dan Harun. Tidak akan pernah bertemu Bu Muslimah, guru penuh kasih namun penuh komitmen untuk mencerdaskan anak didiknya. Dan tidak akan pernah ada Laskar Pelangi, yang di musim hujan selalu melakukan ritual melihat pelangi sore hari dengan bertengger di dahan-dahan pohon filicium yang ada di depan kelas mereka. Selanjutnya dikisahkan ragam kejadian yang penuh suka dan duka dari kesepuluh anak anggota Laskar Pelangi. Nantinya di tengah cerita Laskar Pelangi mendapat anggota kesebelas, anggota wanita kedua, Flo. Berkisah tentang Lintang, anak super jenius didikan alam, yang rumahnya berjarak 40 km dari sekolah dan dilaluinya dengan bersepeda setiap hari tanpa mengeluh. Bahkan ketika suatu hari rantai sepedanya putus, dia rela berjalan kaki
53 Universitas Kristen Petra

menuntun sepedanya ke sekolah dan merasa bahagia karena masih mendapat kesempatan ikut menyanyikan Padamu Negeri di jam pelajaran terakhir. Berkisah tentang Mahar anak jenius berikutnya, tapi yang satu ini jenius dalam bakat seni. Tentang keberhasilan mereka mengangkat nama SD Muhammadiyah yang selama ini selalu dianggap remeh dalam acara karnaval 17 Agustus dan lomba cerdas-cermat. Tentang cita-cita Ikal. Tentang hilangnya Flo. Tentang petualangan mistis ke Pulau Lanun menemui Tuk Bayan Tula bersama Flo dan Mahar. Dan bagian pertama ini ditutup dengan kesedihan mendalam yang sangat mengharukan saat Laskar Pelangi harus merelakan perginya seorang teman yang kurang beruntung. Bagian pertama mengambil rentang waktu dari hari pertama Laskar Pelangi masuk kelas satu Sekolah Dasar Muhammadiyah hingga empat bulan menjelang Ebtanas SMP di gedung sekolah yang sama dengan orang-orang yang sama (bertambah Flo). Pada bagian kedua, kisah ini melompat dua belas tahun kemudian saat Laskar Pelangi telah menjadi sosok-sosok dewasa yang harus berjuang menggapai peruntungannya dalam kehidupan nyata. Masing-masing menjalani suratan hidupnya yang sudah ditetapkan. Ada yang berjalan sesuai cita-citanya, ada yang tidak terduga lompatannya, ada juga yang menyerah pada nasib yang sudah tergambar jelas sejak dahulu. Yang pasti, Laskar Pelangi telah dididik untuk menjadi seseorang yang berhasil dalam hal hati, dan bukan dilihat dari keberhasilan duniawi. 2.9.2. Lagu Laskar Pelangi Laskar Pelangi Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia Berlarilah tanpa lelah sampai engkau meraihnya Laskar pelangi takkan terikat waktu Bebaskan mimpimu di angkasa warnai bintang di jiwa Reff: Menarilah dan terus tertawa walau dunia tak seindah surga Bersyukurlah pada Yang Kuasa cinta kita di dunia selamanya
54 Universitas Kristen Petra

Cinta kepada hidup memberikan senyuman abadi Walau hidup kadang tak adil tapi cinta lengkapi kita Laskar pelangi takkan terikat waktu Jangan berhenti mewarnai jutaan mimpi di bumi Lagu ini adalah soundtrack dari film Laskar Pelangi yang berjudul serupa dan dinyanyikan oleh Nidji. 2.10. Tinjauan Gaya Post Modern Arsitektur Post Modern bermula dari kejenuhan masyarakat terhadap arsitektur modern, maka timbullah gerakan pembenahan dari para arsitek. Arsitektur post modern melakukan gugatan gugatan besar pada arsitektur modern yang ditujukan terhadap sifat arsitektur modern yang totalitarian dan fungsional/utilitarian. Menurut Charles Jencks, prinsip gaya ini adalah less is bored, fleksibel, tidak terikat pada kaidah tertentu, paduan dua gaya (double coding), bentukan semiotik (menyiratkan makna yang dimaksud), menonjolkan kebersamaan (plural), mengurangi sikap borjuis seperti dalam gaya modern, dan penerapan unsur-unsur dasar pada desain (tidak menyeluruh). Ciri-ciri yang menonjol dalam arsitektur post modern adalah penggunaan warna dan bentuk ruang. Warna yang dipakai terasa mencolok dan bukan warna primer, seperti jingga, abu-abu, pink dan tosca. Sedangkan bentuk ruangan (space) utuh dan mempunyai kesan monumental yang disebut dengan great space (ruang agung). Ruang yang agung ini seringkali dibuat dengan atrium tinggi, yang secara fungsional tidak efisien dan boros. Ruang-ruang yang demikian mengingatkan kita pada bangunanbangunan sebelum periode modern yang mempunyai ruang besar dan monumental.
(http://leoniassetica.blogspot.com/2010/01/arsitektur-post-modern.html, Januari 2012)

55 Universitas Kristen Petra

Anda mungkin juga menyukai